PARTISIPASI DAN AKSESIBILITAS PENDIDIKAN BAGI...

22
1 PARTISIPASI DAN AKSESIBILITAS PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT MARGINAL STUDI TERHADAP KOMUNITAS SUKU ASLI/LAUT DI DESA PERAYUN KECAMATAN KUNDUR UTARA KABUPATEN KARIMUN Oleh : Desy Berliana Br Barus NIM : 130563201032 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of PARTISIPASI DAN AKSESIBILITAS PENDIDIKAN BAGI...

1

PARTISIPASI DAN AKSESIBILITAS PENDIDIKAN BAGI

MASYARAKAT MARGINAL

STUDI TERHADAP KOMUNITAS SUKU ASLI/LAUT

DI DESA PERAYUN KECAMATAN KUNDUR UTARA

KABUPATEN KARIMUN

Oleh :

Desy Berliana Br Barus

NIM : 130563201032

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi pendidikan yang masih sangat rendah

dan angkat buta aksara yang masih tinggi di masyarakat komunias suku asli/laut

Desa Perayun Kecamata Kundur Utara Kabupaten Karimun. Adapun yang menjadi

rumusan masalah penelitian ini adalah “Mengapa partisipasi Komunitas Suku

Asli/Laut di bidang pendidikan masih sangat rendah walaupun terdapat berbagai

kebijakan dan program pendidikan di Kabupaten Karimun? dengan pertanyaan

turunan adalah : Apa saja program dan kebijakan pendidikan yang sudah

diimplementasikan oleh Pemerintah Kabupaten Karimun terhadap Komunitas Suku

Asli/Laut di Desa Perayun, Bagaimana keterlibatan Komunitas Suku Asli/Laut dan

proses formulasi dan implementasi kebijakan tersebut, dan bagaimana fasilitas dan

aksesibilitas pendidikan yang disediakan bagi Komunitas Suku Asli/Laut di Desa

perayun Kabupaten Karimun.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif dan purposive sampling untuk mengetahui bagaimana partisipasi

pendidikan masyarakat komunitas suku asli/laut Desa Perayun. Dengan menetapkan

10 responden yang terdiri dari beberapa profesi dan pekerjaan kemudian dilakukan

analisis data dengan tehnik triangulasi.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa sebanyak 50kk masyarakat komunitas suku

asli/laut Desa Perayun sangat berpartisipasi dalam setiap tahap formulasi dan

implementasi program pendidikan dari pemerintah Desa, Dinas Pendidikan

Kabupaten Karimun dan PKBM Bakti Negri. Namun partisipasi dari masyarakat

komunitas suku asli/laut terhadap beberapa program yang di implementasikan tidak

serta merta membuat masyarakat komunitas suku asli/laut terbebas dari buta aksara

karena program yang di implementasikan sa‟at ini mengalami masa vakum dan

kurang tenaga pengajar yang mendidik di komunitas suku asli/laut Desa Perayun.

Pemerintah seharusnya melakukan evaluasi program pendidikan dan

menyediakan tenaga pengajar yang memiliki latarbelakang mendidik serta

melakukan sistem kontrak kerja mengajar dengan guru yang akan mengajar sehingga

akan tercipta suasana belajar mengajar yang efesien dan efektif di komunitas suku

asli/laut Desa Perayun.

Kata kunci : Partisipasi, aksesibilitas,pendidikan

ABSTRACT

This research is motivated by the very low condition of education and also the

illiterate lift that still high in Indigenous/Tribal comunity at Perayun Village North

Kundur, Province of Karimun. As for the formulation of reseach problem is “why is

the Indigenous/Tribal participation of education is still very low despite there are

various policies and education programs in Karimun Province? With questions

derived are: What educational programs and policies have been implemented by

Karimun Province Government against Tribal/Indigenous comunity in Perayun

Village, How is the involvement of Tribal/Indigenous Community and how the

process of formulation and implementation of the policy, and how the facilities and

accessibility of education Is provided to the Tribal/ Indigenous Community in

Karimun Province.

In this study the authors used descriptive qualitative research methods and

purposive sampling to find out how the participation of education Tribal/Indigenous

community at Perayun village. This research used 10 respondents divided from

several different profession and occupations then this research used triangulation

technique to the processing data.

The research finds that as much as 50 patriarch of the Tribal/Indigenous

comunity at Perayun Village participate in every stage or process of education

programs conducted by the village government, the education authorities Karimun

province and the center activity learning community (PKBM) Bakti Negri. However,

the participation of Tribal/Indigenous community of Desa Perayun towards some

programs who was implemented does not made the Tribel/Indigenous community

free from illiteracy because the implemented program had a vacuum and deficiency

of teachers.

The government should do evaluation of education programs who was

implemented and also the government provide the teachers who have educational

background and make a contract system with the teachers then will be created an

efficient and effective process of teaching and learning in Tribal/Indigenous

communty at Perayun village.

Keywords: Participation, accessibility, education

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Penelitian ini akan mengkaji tentang bagaimana Komunitas Suku Asli/Laut

menanggapi program-prorgram pendidikan yang di implementasikan oleh

pemerintah terkait pendidikan. Bagaimana dilema partisipasi dan aksesibilitasi

masyarakat marginal dalam menempuh pendidikan menjadi sasaran dan fokus dalam

penilitian ini.

Sebagai masyarakat yang memiliki pola pikir terbelakang terhadap definisi

pendidikan maka Komunitas Suku Asli/Laut dengan khas sosial budaya (culture)

yang berbeda dengan masyarakat modern lain nya membuat Komunitas Suku

Asli/Laut menjadi objek yang menarik untuk di kaji oleh banyak pihak.Penulisan ini

beranjak dari beberapa alasan dari penulis, pertama pendidikan merupakan jembatan

untuk seseorang mampu merubah kehidupan nya menjadi lebih baik dan hal ini

sesuai dengan salah satu tujuan negara Indonesia yang tertera dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 pada alenia ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerintah adalah instrument yang bertanggungjawab penuh atas

penyelenggara kehidupan di negeri ini sehingga tidak ada alasan untuk setiap

masyarakat tidak mengecap dunia pendidikan.

Kedua, kesadaran Komunitas Suku Asli/Laut tentang dunia pendidikan

sangat minim sehingga angka partisipasi dalam pendidikan masih sangat rendah.

Penulis berasumsi bahwa rendahnya partisipasi Komunitas Suku Asli/Laut adalah

dikarenakan faktor ekonomi, sosial,budaya atau bahkan politik. Beberapa ahli seperti

Todaro (1997: 254) dan Simmons (1980:6) Adisasmita, 2006 melihat bahwa

kemiskinan telah membuat ketidakberdayaan mereka yang miskin (Komunitas Suku

Asli/Laut) untuk mengikuti sekolah bukan saja karena sekolah memerlukan biaya,

tetapi karena mereka kekurangan gizi, sering tidur di kelas dan sulit menangkap

pelajaran dengan akibat berikutnya adalah drop-out dari sekolah.

Ketiga, pendidikan untuk semua adalah sebuah konsep dari penulis untuk

menjelaskan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam menempuh

pendidikan dan pembelajara. Penjabaran dari isi UUD 1945 mengenai pendidikan

Indonesia cukup jelas bahwa negara menyediakan sarana pendidikan. Maka dari itu

pemerataan kesempatan mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran tidak hanya

terbatas pada kelompok warga yang mampu, tetapi harus menyeluruh untuk setiap

lapisan masyarakat.

Pendidikan yang ada di Indonesia terbagi menjadi dua tipe yaitu pendidikan

Formal dan pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah (PLS) hal ini juga

ditegaskan dalam Undang-undang Nomer 20 pasal 26 ayat 1 dan 3 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa Pendidikan nonformal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang

berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal

dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal

meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan

kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,

pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta

pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih

maka dari itu pemberantasan buta aksara merupakan tahap awal untuk mencapai

pendidikan yang berkualitas di kancah lokal hingga mampu memasuki tahap yang

lebih tinggi. Menurut Direktorat Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (PLSP)

dalam kusnadi, dkk (2003:50)

“program pemberantasan buta huruf atau pendidikan keaksaraan

adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi masyarakat

penyandang buta aksara untuk menumbuhkan dan mengembangkan

kemampuan keaksaraan (membaca,menulis dan berhitung) serta

keterampilan fungsional yang dibutuhkan terkait dengan

kemampuan keaksaraan itu, sehingga dengan kemampuan

keaksaraan itu mereka dapat menguasai pengetahuan dasar (basic

education) yang dibutuhkan dalam habitat dan komunikasi

hidupnya”

Selaku negara yang berkembang Indonesia masih terus melakukan upaya -upaya

untuk menggalakkan program pemberantasan angka buta aksara, mengingat

pendidikan Indonesia masih relatif rendah maka program pemberantasan buta aksara

merupakan salah satu cara yang strategis untuk memperbaiki pendidikan di

Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menunjukkan bahwa

penduduk buta huruf usia 15 tahun ke atas mencapai 4,78 % atau sekitar 12,04 juta

jiwa yang tersebar diseluruh Indonesia dan sebagian besar adalah penduduk

perempuan. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara dan untuk

mencapai suatu negara yang sejahtera dan bebas aksara maka Indonesia dituntut

untuk melakukan pemerataan kesempatan pendidikan bagi seluruh warga Indonesia,

serta melakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan

berkesinambungan.

Karimun merupakan salah satu kabupaten di Kepulauan Riau, data terakhir

proyeksi penduduk tahun 2015 mencatat jumlah penduduk karimun sebesar 225.298

orang dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 1,22 persen pertahun di

sepanjang tahun 2010 - 2014. Data Statistik Pendidikan karimun pada tahun 2014

menjelaskan bahwa rata-rata lama sekolah di karimun sebesar 7,73 tahun, atau dapat

diartikan bahwa secara umum penduduk di Karimun hanya menyelesaikan

pendidikannya sampi kelas 1 SLTP. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yang sebesar 7,63 tahun . Dari jumlah penduduk yang tinggi dan

akan terus mengalami pertumbuhan penduduk maka perlu menjadi pertimbangan

bagi pemerintah tentang bagaimana cara dalam menstabilisasi antara jumlah

penduduk dengan rendahnya angka pendidikan rata-rata yang ditempuh oleh

penduduk di Karimun

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, penelitian ini ditujukan untuk

menjawab pertanyaan: “Mengapa partisipasi Komunitas Suku Asli/Laut di bidang

pendidikan masih sangat rendah walaupun terdapat berbagai kebijakan dan program

pendidikan di Kabupaten Karimun?” Adapun pertanyaan turunan adalah :

1. Apa saja program dan kebijakan pendidikan yang sudah

diimplementasikan oleh Pemerintah Kabupaten Karimun terhadap

Komunitas Suku Asli/Laut di Desa Perayun? Bagaimana keterlibatan

Komunitas Suku Asli/Laut dan proses formulasi dan implementasi

kebijakan tersebut ?

2. Bagaimana fasilitas dan aksesibilitas pendidikan yang disediakan bagi

Komunitas Suku Asli/Laut di Desa perayun Kabupaten Karimun?

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang landasan teori atau tinjauan pustaka

mengenai partisipasi, bahwa suatu kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah

akan gagal dalam implementasinya apabila partisipasi masyarakat tidak dilibatkan di

dalam pengambilan keputusan tersebut.

A. Konsep Partisipasi

Dilihat dari segi etimologi, partisipasi berasal dari bahasa belanda

“participare”. Dalam bahasa Inggris kata partisipasi adalah “participation” yang

berasal dari bahasa latin “participatio”. Perkataan “participare” terdiri dari dua suku

kata, yaitu “Part” dan “cipare” kata part artinya bagian dan cipare artinya ambil.

Jika dua kata tersebut disatukan akan membentuk arti yaitu ambil bagian atau turut

serta.

Menurut Korten ( Rodliyah 2013) Rodliyah, 2012 partisipasi diartikan

sebagai suatu tindakan yang mendasar untuk bekerjasama yang memerlukan waktu

dan usaha, agar menjadi mantap dan hanya berhasil baik dan terus maju apabila ada

kepercayaan. Disamping itu Poerbakawatja (Rodliyah 2012) Rodliyah, 2012

memberikan batasan partisipasi sebagai suatu gejala demokrasi dimana orang

diikutsetakan dalam perencanaan suatu pelaksanaan dari gejala sesuatu yang berpusat

pada kepentinganya dan juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat

kematangan dan tingkat kewajiban.

B. Konsep Pendidikan

Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan education, di dalam buku

H.Muchsin (2007:8) education dapat di jelaskan sebagai : A process of training and

instruction which is design to give knowledge and develop skill, or the field of study

dealing with how to teach. Yang artinya suatu proses pengajaran pengarahan yang

bentuk untuk memberikan ilmu dan mengasah kemampuan, atau tentang cakupan

terkait bagaimana mengajar.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa

Desa Perayun merupakan salah satu Desa yang terdapat dalam Wilayah

Kecamatan Kundur Utara, Desa Perayun terdiri dari 4 dusun. Desa Perayun adalah

Desa pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Teluk Radang. Dimana Desa Perayun

dimekarkan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 2 Tahun

2012, dimana pemerintahan mulai efektif pada awal Tahun 2013.

Desa Teluk Radang sebagai Desa Induk menurut sejarah Desa pada awalnya

berasal dari adanya Laut yang menjorok ke daratan selanjutnya dinamakan Teluk,

dan disana pula terdapat hamparan Tanah Redang ( Hutan bakau / Mangrove kecil

yang kurang subur ) dan saat itulah dinamakan dengan Teluk Radang.

Sementara Perayun yang berada di sebelah barat Desa Teluk Radang

menurut Legenda sejarah berawal dari hutan belantara jauh sebelum Perusahaan PT

Tambang Timah beroperasi diwilayah perayun, konon hutan yang berada di wilayah

tersebut merupakan Tempat Makhluk Halus ( Orang Bunian ) yang tinggalnya di

pohon-pohon besar yang ada dan dijadikan sebagai tempat Perayunan (berayun-

ayun) dan saat itulah nama Perayun terus melekat pada wilayah sebelah barat dari

desa Teluk Radang yang sekarang ini dikenal dengan Perayun dan Kemudian

dimekarkan dari Desa Induk Teluk Radang menjadi Desa Perayun.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan

Partisipasi dalam tahap ini, menyangkut bagaimana perencanaan program

pendidikan yang akan di laksanakan oleh masyarakat terkait dengan kebutuhan

pendidikan masyarakat suku asli/laut pada umumnya. Pada tahap ini masyarakat

diminta menyampaikan pendapat, pemikiran dan saran terhadap rencana atau

program pendidikan yang ada di masyarakat suku asli/laut Dsn. II Desa Perayun .

Untuk melihat indikator partisipasi masyarakat dalam proses merencanakan

dan memutuskan program pendidikan di komunitas suku asli/laut Dsn.II Desa

Perayun dapat dilihat melalui beberapa kajian sebagai berikut :

Partisipasi Masyarakat Suku Asli/Laut dalam Pembuatan Program atau

Kebijakan Inklusif

Partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan seseorang dalam suatu

kegiatan, dalam hal ini partisipasi masyarakat Suku Asli/Laut dalam proses

pembuatan kebijakan atau program apa saja yang akan di putuskan untuk di

implementasikan di komunitas suku asli/laut. Keikutsertaan dan kesadaran

masyarakat untuk memikul tanggung jawab pendidikan merupakan suatu tuntutab

yang harus diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

kegiatan.

Menurut Siagian (Rodliyah 2012) Partisipasi masyarakat dalam

pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam memilih alternatif yang akan

diberikan oleh semua unsur masyarakat, lembaga-lembaga sosial dan lain

lain.selanjutnya menurut Eko (Rodliyah 2012) menjelaskan bahwa partisipasi

masyarakat adalah suatu jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang

kekuasaan, kewenangan,dan kebijakan dengan masyarakat yang memilih hak sipil,

politik dan sosial ekonomi masyarakat.

Keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan sebuah kebijakan berdampak

bagi perkembangan masa depan mereka, ketika masyarakat ikut berpartisipasi dalam

memberi tanggapan-tanggapan, ide atau masukan terhadap proses formulasi

kebijakan, maka akan terjadi komunikasi dua arah dalam arti pemerintah setempat

sebagai pemegang kekuasaan lebih dimudahkan dalam pemutusan kebijakan seperti

apa yang diharapkan oleh masyarakat setempat agar mampu meningkatkan

pendidikan yang ada di daerah tersebut. Dengan demikian tidak ada kesenjangan

kebijakan antara pemerintah dan masyarakat.

B. Partisipasi Masyarakat Suku Asli/Laut dalam Pelaksanaan Program

Kesetaraan, Keaksaraana dan Kebijakan Inklusif

J. David Smith, (2006: 45 ), inklusif diambil dari bahasa Inggris yaitu

inclusion, yakni istilah terbaru yang digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan

bagi anak-anak berkelainan (penyandang hambatan / cacat) ke dalam program-

program sekolah. Inklusif juga dapat berarti bahwa tujuan pendidikan bagi siswa

yang memiliki hambatan adalah keterlibatan dari tiap anak dalam kehidupan sekolah

yang menyeluruh.

Masyarakat komunitas suku asli/laut merasa sangat terbantu dengan adanya

program-program yang diberikan oleh pemerintah daerah, dinas pendidikan serta

lembaga PKBM Bakti untuk meningkatkan pendidikan mereka. Namun, masyarakat

komunitas suku asli/laut sangat menyayangkan kinerja dari dinas pendidikan dan

PKBM Bakti Negri yang di anggap sudah tidak aktif lagi.

Sistem belajar mengajar yang tidak menentu bahkan sempat mengalami

masa vakum selama berbulan-bulan membuat masyarakat komunitas suku asli/laut

menjadi hilang semangat dalam memperoleh pengetahuan. Dikarenakan masyarakat

merasa telah diberi harapan-harapan palsu dalam pengimplementasian program-

program tersebut oleh pemerintah yang bersangkutan

Ketika penulis melakukan wawancara dengan beberapa warga komunitas

suku asli/laut mengeni sejauh apa partisipasi atau keterlibatan mereka dalam

menjalankan program-program yang sudah di sepakati di awal, penulis menemukan

bahwa ternyata ada miss komunikasi antara masyarakat komunitas suku asli/laut dan

guru relawan yang mengajar di gedung inklusi yang terletak di pemukiman warga

komunitas suku asli/laut.

C. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan pemanfaatannya

Tahap partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan merupakan tahap ketiga

dalam adanya partisipasi masyarakat di suatu kebijakan. Dalam tahap ini masyarakat

dapat merasakan manfaat dari adanya program atau kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah. Khususnya masyarakat suku asli/laut yang telah ikut berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan dan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan selanjutnya

partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan menjadi tahap lanjutan dalam suatu

partisipasi.

Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan

yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi

kualitas dapat dilihat dari hasil output yang dicapai dari suatu implentasi kebijakan

yang telah dibuat, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase

keberhasilan program.

D. Partisipasi Masyarakat Dalam Evaluasi

Partisipasi masyrakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan

pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini

bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan

sebelumnya.

Partisipasi dalam evaluasi dapat digunakan sebagai alat penilaian seberapa

besar hasil yang telah dicapai oleh pelaksanaan keputusan tersebut, sehingga

selayaknya:

a. Hasil evaluasi selayaknya mencantumkan dan memberikan hasil dari pencapaian

yang telah di peroleh dari masyarakat sehingga hasil evaluasi dapat mewakili

keinginan masyarakat

b. Masyarakat dengan pembuat keputusan secara bersama-sama mengadakan

evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah diadakan, sehingga akan diperoleh

data-data yang dapat dipergunakan dalam proses pengambilan keputusan

selanjutnya.

Partisipasi dalam evaluasi belum terelasasikan oleh masyarakat komunitas suku

asli/laut dikarenakan program yang di implementasikan belum berjalan tuntas dan

pemerintah belum melakukan evaluasi terkait program-program yang sudah di

implementasikan. Masyarakat komunitas suku asli/laut sejauh ini sangat ikut

berpartisipasi dalam setiap tahap yang membutuhkan keikutsertaan mereka di

dalamnya.

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Di dalam proses partisipasi terdapat tahapan-tahapan yang dibagi menjadi 4

bagian, Pertama, yakni partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini

terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan

gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama.

Tingginya partisipasi masyarakat komunitas suku asli/laut dalam

memberantas kebodohan, ternyata tidak cukup untuk membuat mereka lepas dari

zona buta aksara. Pendidikan yang awalnya berjalan dengan baik,dan proses belajar

mengajar yang tidak ada kendala membuat masyarakat komunitas suku asli/laut

sangat merespon positive program yang di implementasikan oleh Dinas Pendidikan

Karimun dan PKBM dan dengan harapan dapat mengenal huruf serta dapat

membaca tulisan sehingga tidak ada perasaan bahwa mereka merasa tertinggal dari

masyarakat Desa Perayun dan masyarakat di sekitar mereka pada umumnya.

2. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis,berikut adalah beberapa saran

bagi Pemerintah lokal maupun Pemerintah Provinsi serta Dinas Pendidikan :

1. Seharusnya pemerintahan Desa Perayun menyisihkan anggaran dana Desa untuk

menyediakan beberapa tenaga pengajar yang memiliki latar belakang mengajar

atau memiliki kemampuan mengajar serta mendidik untuk mempertahankan

proses belajar mengajar di Komunitas suku asli/laut. Karena jika hanya berharap

dan menunggu adanya relawan yang menjadi tenaga pengajar akan membutuhkan

waktu yang lama agar terealisasikan proses belajar mengajar yang efektif.

2. Seharusnya pemerintah Daerah Karimun dan Pemerintah Desa Perayun

melakukan kontrak kerja dengan guru yang mengajar di komunitas suku asli/laut

Desa Perayun dan memberikan penghargaan atau reward untuk meningkatkan

motivasi belajar mengajar antara guru dan murid.

3. Seharusnya pemerintah Desa Perayun ikut melibatkan dinas kesehatan untuk

melakukan sosialisasi hidup sehat dan bersih kepada masyarkat suku asli/laut

secara rutin dan melakukan pengawasan berlanjut terhadap perkembangan

kesehatan dan kebersihan dari masyarakat komunitas suku asli/laut.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku :

Abdullah, Sandy.2013.”Penilaian Kinerja Profesi Guru Dan Angka

Kreditnya”.Yogyakarta:Gava Media

Adisasmita, Rahardjo, 2006.”Membangun Desa Partisipatif.Yogyakarta: Graha Ilmu

Budioarjo,Miriam.2003.”Partisipasi dan Partai Politik”.Jakarta:Erlangga

Marzuki Saleh.2012.”Pendidikan Nonformal”.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya

Moeleong J Lexy,2014.”Metedeologi penelitian kualitatif”.Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Muhammad Suwarsono, 2013.” Strategi Pemerintahan”. Yogyakarta: PT. Gelora

Aksara Pratama

Muluk, Mujibur Rahman K, 2007. Menggugat Partisipasi Publik dalam Pemerintah

Daerah (Sebuah Kajian Administrasi Publik dengan Pendekatan Berpikir

Sistem).Malang: Bayu Media Publishing

Rodliyah, 2012.”Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan Dan

Perencanaan disekolah.Yogyakarta:Pustaka Belajar

Ross, Murray G., and B.W. Lappin. (1967).Community Organization:theory,

principle and practice. Second Edition. New York:Harper & Row Publisher

Saroni Muhammad.2012.”Pendidikan Untuk Orang Miskin”.Depok:AR-Ruzz Media

Siswanto Sunarno,2005.”Hukum Pemerintahan Daerah”.Makasar:Sinar Grafika

Sugiyono.2010.”Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, Range dan

Determinan”.Bandung:Alfabeta

Tandjung,SalmanHusin.2003.”SistemPemerintahanDesa”.Bandung:

AlqaprintJatinangor.

Zulkarnain Nasution.2009.”Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyarakat Desa

Transisi. Malang: UMM Press

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang Nomer 32 Tahun 2011 tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah No 72 Tentang Desa.

C. Dokumen

Monografi Desa Perayun Kecamatan Kundur Utara Kabupaten Karimun

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

D. Jurnal

Desi Firnanda,2012.Partisipasi masyarakat dalam penerapan e-KTP studi pada

Kecamatan Bukit Bestari

Hiryanto,2009. Efektivitas Program Pemberantasan Buta Aksara Melalui Kuliah

Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kecamatan Pleret Kabupaten

Bantul.Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY

Khidir Marsanto Prawirosusanto,2014.Menerima „Kepengaturan‟ Negara,

Membayangkan Kemakmuran: Etnografi Tentang Pemukiman dan

Perubahan Sosial Orang Suku Laut di Pulau Bertam, Kepulauan Riau

Marsus suti,2011. Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan.Universitas

Negri Makasar

Novi Winarti,2013.Menguak Kegagalan Implementasi Kebijakan Pendidikan: Studi

Terhadap Implementasi Kebijakan Pendidikan dalam Masyarakat Suku Laut

di Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun