parotitis

22
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anak-anak adalah manusia yang sangat rentan terhadap segala macam penyakit. Mereka tidak bisa merawat dirinya sendiri, sehingga dibutuhkan orang tua dalam memberikan sebuah kasih sayang untuk merawatnya. Namun, banyak orang tua yang tidak tahu tentang penyakit-penyakit tertentu yang biasa diderita oleh anak-anak, salah satunya adalah parotitis epidemika yang biasa disebut sebagai penyakit Gondong. Penyakit ini umumnya menjangkit anak-anak yang rentan terhadap virus (Alif, 2010). Hal ini menjadi kajian khusus bagi kita sebagai perawat, khususnya perawat maternitas, agar perawat mampu untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien yang umumnya anak-anak. Banyak sekali orang tua yang hanya membiarkan anaknya yang sedang sakit dengan tidak membawanya ke Rumah Sakit. Penyakit ini bisa menimbulkan beberapa gejala yang bisa berakibat fatal jika tidak segera mendapat penanganan dari tim medis. Pada makalah ini, kelompok kami akan menganalisis penyebab mengapa penyakit ini bisa terjadi, cara penularannya, pengobatan, cara pencegahan, dan juga 1

description

nursing

Transcript of parotitis

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGAnak-anak adalah manusia yang sangat rentan terhadap segala macam penyakit. Mereka tidak bisa merawat dirinya sendiri, sehingga dibutuhkan orang tua dalam memberikan sebuah kasih sayang untuk merawatnya. Namun, banyak orang tua yang tidak tahu tentang penyakit-penyakit tertentu yang biasa diderita oleh anak-anak, salah satunya adalah parotitis epidemika yang biasa disebut sebagai penyakit Gondong. Penyakit ini umumnya menjangkit anak-anak yang rentan terhadap virus (Alif, 2010). Hal ini menjadi kajian khusus bagi kita sebagai perawat, khususnya perawat maternitas, agar perawat mampu untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien yang umumnya anak-anak. Banyak sekali orang tua yang hanya membiarkan anaknya yang sedang sakit dengan tidak membawanya ke Rumah Sakit. Penyakit ini bisa menimbulkan beberapa gejala yang bisa berakibat fatal jika tidak segera mendapat penanganan dari tim medis.Pada makalah ini, kelompok kami akan menganalisis penyebab mengapa penyakit ini bisa terjadi, cara penularannya, pengobatan, cara pencegahan, dan juga suhan keperawatan yang bisa dilakukan pada anak yang menderita penyakit ini.

1.2. TUJUANAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:a. Mengetahui pengertian dari parotitis epidemikab. Mengetahui epidemiologi protitis epidemikac. Mengetahui etiologi dari parotitis epidemikad. Mengetahui tanda dan gejala dari parotitis epidemikae. Mengetahui patofisiologi dari parotitis epidemikaf. Mengetahui komplikasi dan prognosis yang mungkin terjadi pada parotitis epidemikag. Mengetahui pengobatan pada penyakit parotitis epidemikah. Mengetahui pencegahan dari penyakit parotitis epidemikai. Mengetahui pathways atau pohon masalah yang mengakibatkan penyakit parotitis epidemikaj. Mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan pada pasien yang mengalami parotitis epidemika

1.3. IMPLIKASI KEPERAWATANAdapun implikasi keperawatan yang bisa dilakukan pada pasien dengan penyakit ini adalah:1. Kaji keluhan yang dirasakan pasien. Dalam hal ini, keluhan yang dirasakan adalah nyeri pada bagian leher pasien.2. Kaji skala nyeri yang dirasakan oleh pasien.3. Kaji tanda-tanda vital pada pasien.4. Berikan makanan yang berstrektur lembut pada pasien.5. Berikan posisi yang nyaman bagi pasien.6. Berikan terapi obat parasetamol pada pasien.7. Libatkan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIANGondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus menular yang menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada kelenjar liur disertai nyeri. Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung dengan bendabendayang terkontaminasi oleh ludah penderita. Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak diantara telinga dan rahang.

2.2 EPIDEMIOLOGIPenyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita parotitis epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi dar faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.

2.3 ETIOLOGIVirus golongan paramyxovirusOrdo : MononegaviralesFamili : ParamyxoviridaeGenus : RubulavirusSpesies : Mumps VirusMumps disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita. Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak diantara telinga dan rahang. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Masa inkubasi adalah 12-24 hari.Jika dibandingkan dengan campak atau cacar air, gondongan tidak terlalu menular. Kebanyakan penyakit ini menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Jika seseorang pernah menderita gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.

2.4 TANDA DAN GEJALATidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

2.5 PATOFISIOLOGIBiasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis, kelenjar sublingualis dan kelenjar submaksilaris/submandibularis. Dapat terjadi orchitis unilateral dan menyerang 20-30% dari laki-laki setelah pubertas. Sedangkan pada wanita dapat terjadi mastitis yang mengenai sekitar 31% dari wanita berusia 15 tahun keatas walaupun dapat terjadi sterilitas namun kasusnya sangat jarang. Kira-kira 40-50% infeksi oleh virus mumps ini dapat menimbulkan gejala pada saluran pernafasan terutama pada anak usia 5 tahun. Gejala sisa yang permanen berupa paralysis, kejang, seperti halnya pada kematian pada penderita mumps juga sangat jarang terjadi. Mumps yang terjadi pada trisemester pertama kehamilan dapat meningkatkan terjadinya aborsi, namun belum terbukti infeksi mumps dapat menyebabkan kecacatan pada janin. Infeksi akut oleh virus mumps dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Pemeriksaan serologis yang umum digunakan untuk mendiagnosa adanya infeksi mumps akut atau atau yang baru saja terjadi adalah ELISA,tes HI dan CF. virus dapat juga diisolasi dari mukosa buccal, 7 hari sebelum dan 9 hari sesudah terjadi pembesaran kelenjar ludah. Virus dapat juga diisolasi dari air seni 6 hari sebelum dan 15 hari sesudah terjadi parotitis. Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula parotis. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Mumps ialah suatu infeksi umum. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

2.6 KOMPLIKASI DAN PROGNOSISHampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini :1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telur. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. Satu diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air yang kental dalam jumlah yang banyak.6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.7. Meningo-ensefalitis, penderita mula-mula menunjukkan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh tinggi (hiperpireksia).8. Epididimo-orkitis, penderita menunjukkan suhu badan yang tinggi, kadang-kadang menggigil dan menderita nyeri tekan di daerah testis kanan atau kiri. 2.7 PENGOBATANPengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada anak-anak). Asetosal dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dengan dosis 65 mg/kg.BB/hari.Untuk mencegah peradangan oleh kuman lain, dapat juga diberikan Penicilin V 15-20 mg/kgBB/hari, atau Ampicilin 100 mg/kgBB/hari, atau Amoxilin 50-75 mg/kgBB/hari, atau Erthromycin 40 mg/kgBB/hari.Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya. Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam "self limiting disease" (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan.2.8 PENCEGAHAN

1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat, anjurkan masyarakat untuk mengimunisasikan anak-anak mereka yang berusia di atas satu tahun yang lahir pada tahun 1957 atau setelah itu. 2. Vaksin yang dibuat dari virus mumps yang telah dilemahkan dengan menggunakan strain virus jeryl lynn, sudah beredar di AS sejak tahun 1967 sebagai vaksin tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lain(MMR).Timbulnya reaksi samping yang berat setelah pemberian imunisasi tergantung dari jenis virus yang dipaai untuk membuat vaksin. Pada salah satu uji coba yang dilakukan, insidensi timbulnya demam pada mereka yang imunisasi dibandingkan dengan mereka yang diberikan sama besar. Pemberian imunisasi kepada orang yang sudah kebal karena infeksi alamiah tidak meningkatkan risiko timbunya efek samping pasca imunisasi. Lebih dari 95% mereka yang diimunisasi kemungkinan kebal seumur hidup. Vaksin umps dapat diberikan kapan saja setelah usia satu tahun, dalam bentuk MMR diberikan pada usia 12-18 bulan. Dosis pertama diberikan pada usia 12 bulan dan dosis kedua dianjurkan untuk diberikan pada 4-5 tahun. Namun pada saat dilakukan upaya akselerasi jadwal imunisasi MMR dan pada saat dilakukan upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi maka dosis kedua diberikan 1 bulan setelah dosis pertama. Upaya khusus perlu dilakukan untuk memberikan imunisasi kepada anak-anak yang tidak jelas status imunisasinya sebelum mereka mencapai usia akil baliq. Dan wanita yang sedang hamil atau wanita yang merencanakan hamil 3 bulan lagi, tidak dianjurkan untuk diberikan imunisasi mumps dengan alasan teoritis dikhawatirkan akan terjadinya kelainan pada bayi mereka, walaupun secara praktis hal ini tidak pernah terjadi.

BAB 3. PATHWAYS

Gangguan komunikasiGangguan citra tubuhdan interaksi sosial Pembengkakan pd kelenjar parotisKetidakseimbangan pemenuhan nutrisiGg. Pemenuhan keb.O2 Gangguan nafsu makanGangguan Sesak nafas MeningitisKeseimbanganSuhu tubuh meningkat Suhu tubuh Sal. nafas Saraf infeksi jaringan sekitar Edema pada parotitisIntoleransi aktifitasKe jaringan sekitarViremiaNyeri gangguan rasa Parotitis epidemika nyaman (nyeri akut)

Proliferasi di parotis

Masuk lewat hidung/mulut : droplet, infeksi, dll

Agen invasive : Mumps Virus

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 PENGKAJIAN A. Identitas KlienMeliputi nama, TTL, usia, pendidikan, tanggal MRS, diagnose medis.B. Identitas orang tua Meliputi nama, usia, pekerjaan, dan pendidikan orang tua.C. Keluhan UtamaMerupakan keluhan yang dirasakan pasien dan alas an pasien dibawa ke pelayanan kesehatan tersebut. Misalnya : anak mengalami demam dan muntah.D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:Berisi upaya yang telah diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit.E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:a. Penyakit yang pernah diderita b. Riwayat operasic. Riwayat alergid. Riwayat imunisasiF. PEMERIKSAAN FISIK1. Inspeksi : melihat tanda-tanda yang ada pada pasien, seperti : adanya edema di bawah daun telinga, mimic wajah pasien, sikap pasien, dll.2. Palpasi : mengetahui nyeri tekan pada kelenjar parotis (daerah bawah daun telinga).3. Perkusi : -4. Auskultasi : memeriksa TTV pasien.

4.2 DIAGNOSAa. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen injure biologi yang ditantai dengan.b. Ketidak seimbangan nutrisi : lebih sedikit dari kebutuhan tubuh b.d Lemahnya otot untuk menelan dan mengunyah c. Gangguan keseimbangann suhu tubuh b.d infeksi agen biologis yang ditandai dengan.d. gangguan citra tubuh b.d adanya edema pada glandula mandibularis.

4.3 INTERVENSIDilakukan untuk mengurangi tanda dan gejala, sperti nyeri, hipertermi, anoresia, malaise, dll.Misal untuk diagnose nyeri : kaji tingkat nyeri pasien menggunakan skala nyeri berikan posisi yang nyaman kepada pasien untuk mengurangi rasa nyerinya berikan terapi aktivitas untuk mengalihkan focus pasien terhadap nyerinya diskusikan dengan tim kesehatan lain (dokter)

4.4 IMPLEMENTASIPelaksanaan dari intervensi yang mengacu pada criteria hasil.Misal untuk diagnose nyeri : telah dikaji tingkat nyeri pasien menggunakan skala nyeri, nyeri pasien menunjukkan skala 7 telah diberikan posisi yang nyaman kepada pasien dengan posisi supinasi telah diberikan terapi aktivitas berupa permainan yang disukainya dan diputarkan acara TV kesukaannya telah diskusikan dengan tim kesehatan lain (dokter) mengenai pemberian obat pengurang rasa nyeri (asetosal) 65 mg/kg BB kepada pasien.

4.5 EVALUASIMerupakan penilaian akhir dari dari suatu tindakan keperawatan yang telah diberikan, meliputi respon pasien, keberhasilan tindakan, rencana kedepan, dischart planning untuk pasien. Misal untuk diagnose nyeri :S : ibu pasien mengatakan, sus, anak saya sudah tidak menangis lagi.O :wajah pasien terlihat tidk pucat lagi dan hasil tidak tampak menahan rasa sakit.A : masalah pasien teratasi, tindakan keperawatan berhasilP : Lanjutkan terapi pengurangan nyeri dan meminimalkan penggunaan obat analgesic (asetosal)

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus menular yang menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada kelenjar liur disertai nyeri. Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak diantara telinga dan rahang. Gejala klinis parotitis epidemika adalah demam, anoreksia, sakit kepala, muntah, dan nyeri otot, suhu tubuh 38,5-39,5 derajat celcius, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral. Di daerah parotis, kulit tampak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan, bagian bawah daun telinga terangkat keatas.

5.2 SaranSaran untuk perawat:5. Dengan mengetahui tanda dan gejala dari penyakit parotitis epidemika diharapkan perawat dapat mengantisipasi terjadinya penyebaran dan penanganan secara dini.6. Memberikan askep yang sesuai dengan kebutuhan klien.Saran untuk orng tua1. Menjaga anaknya agar tidak tertular penyakit tersebut dengan cara mengajarkan personal higyne kepada anak dan menjauhkan anak dari orang-orang yang menderita penyakit tersebut.2. Setelah mengetahui tanda dan gejala penyakit tersebut diharapkan orang tua dapat segera memeriksakan anaknya pada tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Daftar Pustaka

Capernito, Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kliagman, Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol.2. Jakarta: EGC.

M. Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.

8