Pariwisata Berbasis Budaya Pelayanan Jasa Yang Berwawasan Lingkungan

download Pariwisata Berbasis Budaya Pelayanan Jasa Yang Berwawasan Lingkungan

of 7

Transcript of Pariwisata Berbasis Budaya Pelayanan Jasa Yang Berwawasan Lingkungan

PARIWISATA BERBASIS BUDAYA PELAYANAN JASA YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN. Oleh Wisnu Mintargo. Pemenang Lomba Penulisan Karya Ilmiah Dosen Muda. Asosiasi Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (ASASI) Yogyakarta. A. Sekilas Pariwisata Indonesia Tujuan pembangunan tercapai berdaya guna dan berhasil guna bila direncanakan dan dilaksanakan secara sinergis oleh Stake Holder pembangunan yaitu pemerintah, masyarakat dan pengusaha. Industri Pariwisata berbasis partisipasi masyarakat difokuskan pada potensi alam, adat istiadat, kesenian, dan religi. Dalam adat istiadat masyarakat yang memiliki budaya hadiluhung terlukis kehidupan tradisi masyarakat yang beraneka ragam tersebar dikawasan nusantara dan para wisatawan diperkenalkan budaya Indonesia. Indonesia dengan penduduknya yang berjumlah lebih 200 juta jiwa, terdiri 200 kelompok etnis dengan lima agama diakui negara, jelas memiliki kekayaan seni tradisi yang luar biasa ragamnya, mulai seni suara, seni musik, seni rupa, seni kerajinan, seni tenun, seni pahat, seni tari, bahasa daerah serta seni tradisi lisan dan lain sebagainya. Seni pertunjukan di Indonesia sebagai contoh ada sekitar tiga perempat dari seluruh seni pertunjukan yang ada di Asia Tenggara. Pulau Bali misalnya merupakan wilayah pertama yang mempelopori kegiatan budaya sebagai agenda industri pariwisata yang dimulai sejak abad 20 yaitu dari kehidupan tradisi masyarakatnya, aktivitas seni, upacara religi, atraksi budaya dan obyek wisata alam yang mengagumkan sehingga dapat menghasilkan sumber devisa negara. Salah satu komitmen pemerintah dalam pengembangan industri pariwisata ialah pelayanan jasa distribusi melalui pelayanan Hotel, Restourant, Travel Biro, Tranportasi tradisional, dan profesionalisme para Pramuwisata sebagai pelayanan jasa perjalanan menuju obyek wisata seperti wisata pegunungan, wisata hutan dan laut, wisata pedesaan dan kota, wisata belanja souvenir, wisata mengunjungi peninggalan sejarah dan hiburan, serta atraksi seni budaya yang menarik, sehingga akhirnya para wisatawan mancanegara mendapat kesan memuaskan selama berkunjung ke Indonesia di suatu daerah obyek wisata di tanah air. B. Pariwisata Memperkaya Khasanah Budaya Salah satu dampak negatif yang selalu dikhawatirkan oleh negara yang sedang berkembang hadirnya industri pariwisata seperti dikemukakan oleh Madame Narzalinaz Lim, seorang tokoh kepariwisataan Philipina yaitu pelacuran. Tetapi Thailand menurut Suasanne Thorbeck dan Thanh-Dam Truong pelacuran merupakan sarana penting bagi industri pariwisata. Namun demikian tidak berarti bahwa salah satu dari lima S ( Sea, Sand, Sun, Service, Sex), seks merupakan daya tarik yang amat penting dan industri pariwisatanya hanya mengandalkan pada kebersihan dan keamanan. Bila seks tetap dianggap oleh sementara pakar kepariwisataan sebagai faktor penting, bahaya AIDS jelas sangat mengancam dihadapan kita semua. Bayangkan berapa ribu gadis-gadis mulus yang resminya berprofesi sebagai tukang pijat di Thailand harus menjadi korban karena terkena virus mematikan, jelas pemerintah Indonesia menghindari cara-cara yang ditempuh oleh pemerintah Thailand (Sudharta, 1993: 107). Mengantisipasi dampak negatif industri pariwisata perlu dijaga jangan sampai domain industri pariwisata yang telah mementingkan nilai uang (Money Value) menelan domain seni. Artinya seni wisata yang dicipta oleh masyarakat tradisi tidak memudarkan seni budaya kita sendiri yang berfungsi ritual dan sakral. Dari apa yang telah dikemukakan diatas bila kita kurang berhati-hati

dalam menanggapi hadirnya industri pariwisata yang menjadi harapan bagi bangsa Indonesia, dan bisa berbahaya untuk kelangsungan hidup budaya tradisional masyarakat kita. Tetapi sebaliknya, apabila kita mampu mengantisipasi dengan baik, industri pariwisata dapat memperkaya khasanah budaya Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil pertemuan International Conference an Cultural Tourism yang diselenggarakan di Yogyakarta menjelang akhir tahun 1992. Upaya untuk mengantisipasi dampak negatif dari industri pariwisata perlu mempergunakan dua konsep, yaitu pertama dikembangkan oleh Maquet seorang ahli antropologi dan yang kedua dikemukakan Wimsalt seorang ahli estetika. Maquet dalam karya tulisan yang diterbitkan berjudul Introduction Aesthetic Anthropology mengemukakan bahwa dengan hadirnya masyarakat wisata disebuah daerah, maka akan lahir bentuk seni lain disamping bentuk yang sudah ada. Kategori seni yang telah ada merupakan produk masyarakat hasilnya untuk kepentingan bagi mereka sendiri. Seni kategori ini oleh Maquet disebut sebagai Art by destination. Ketika terjadi kontak antara masyarakat pemilik seni dengan wisatawan yang menginginkan bentuk seni dari masyarakat yang didatangi, maka masyarakat setempat akan menciptakan produk seni yang masuk dalam kategori seni akulturasi (Art of Acculturation). Istilah yang umum untuk menyebut seni akulurasi ini dalam dunia pariwisata dikenal istilah Tourist Art (Graburn, ed, 1976:206). Dengan menggunakan konsep Maquet ini bisa kita katakan bahwa kehadiran seni wisata adalah wajar. Karena wisatawan mancanegara hanya berkunjung disebuah daerah tujuan wisata dalam rentang waktu yang sangat singkat dan mereka menginginkan bisa menikmati sebanyak-banyaknya produk budaya masyarakat yang mereka kunjungi. Ciri-ciri seperti tersebut diatas dapat dikemukan sebagai berikut. 1. Bentuk mini dan tidak mahal Mengingat ciri utama wisatawan pada umumnya ingin menikmati segala sesuatu yang asing dan menarik baginya sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat dan tidak mahal bagi wisatawan, maka kebutuhan selera yang demikian ini melahirkan seni yang dikemas (Packaged) dalam format kecil atau padat (Kayam 1981:179). Dalam bidang seni rupa melahirkan bentuk-bentuk miniatur dari karya-karya seni yang asli. Sedang dalam seni pertunjukan melahirkan pertunjukan-pertunjukan yang singkat, padat, dan penuh variasi. Bentuk-bentuk penyajian seni untuk komsumsi para wisatawan lebih merupakan reproduksi dalam bentuk kecil atau mini dan tidak harus merupakan karya cipta baru. Bila kita pergi ke Bali toko souvenir, toko-toko seni (Art Shop), dan pasar-pasar seni menyediakan pula boneka kecil atau patung kecil dari barong, Wisnu diatas garuda dan sebagainya. Belum lama ini lahir pula bentuk mini dari wayang golek dan wayang kulit Jawa. Barang-barang kecil ini akan sangat diminati oleh para wisatawan, karena dalam waktu yang singkat dan tidak mahal mereka bisa membelinya dalam jumlah dan macam yang mereka kehendaki, baik untuk diri sendiri maupun sebagai oleh-oleh keluarga dirumah. 2. Bentuk tiruan dan tidak sakral Karena pegangan religi orang Bali sangat kuat, kehadiran industri pariwisata secara umum tidak merusak nilai budaya setempat, bahkan memperkaya. Bila wisatawan ingin menyaksikan mahluk mitologi, maka peran Barong di Bali dipertontokan sebagai pelindung masyarakat berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat. Bhuta kala yang hanya dikeluarkan dan dikirabkan pada awal tahun baru atau sering pada bulan purnama, dibuatlah tiruannya yang tidak sakral kemudian diberi kerangka ceritera Kuntisraya, dan jadilah pertunjukan wisata Barong atau drama tari

Barong yang sekarang bisa disaksikan setiap jam 9.00 sampai jam 10.00 pagi di desa Singapadu dan Batu Bulan. 3. Penuh variasi Dalam bidang seni pertunjukan dapat juga direproduksi pertunjukan-pertunjukan secara singkat, padat dan penuh variasi. Di Bali para wisatawan bisa menonton pertunjukan Cak masing-masing hanya berlangsung satu jam setiap hari dan pertunjukan ini benar-benar dikemas untuk komsumsi para wisatawan mancanegara Cak semula merupakan paduan suara pria dalam mengiringi tari Sanghyang yang sakral diolah menjadi tari profan serta dipisahkan sama sekali dari pertunjukan sakral atas anjuran Walter Spies. Tujuannya ialah untuk sajian para wisatawan asing yang mulai membanjiri Bali sejak perempat kedua abad ke-20 (Bandem 1981:146). Cak yang semula merupakan paduan suara pria itu dipadu dengan drama tari Ramayana dari bentuk yang sangat sederhana semula digarap di Bedulu, suguhan untuk para wisatawan mancanegara ini yang akhirnya dikenal dipenjuru dunia. Bila wisatawan mancanegara pergi ke Bali, mereka pasti tak akan melewatkan kesempatan menikmati pertunjukan Cak khas Bali ini. 4. Atraksi yang diperpendek pelaksanaannya Yogyakarta yang selalu diberi predikat pintu gerbang pariwisata Indonesia kedua setelah Bali, sejak tahun 1961 juga sudah menyediakan kemasan seni pertunjukan, yaitu Sendratari Ramayana Prambanan yang diluar negeri selalu diperkenalkan sebagai Ballet Ramayana. Ceritera Ramayana yang panjang itu dibagi menjadi empat bagian, dan dipertunjukan empat malam, masing-masing berlangsung dua jam dari jam 19.00 sampai 21.00 wib. Acara Sendratari Ramayana berlangsung bulan Mei sampai Oktober. Pergelaran wayang kulit juga ada yang dikemas untuk wisatawan mancanegara yg ditampilkan hanya selama dua jam pada sore hari. Di kota Yogyakarta pergelaran Wayang kulit kemasan ini antara lain diusahakan oleh yayasan Agastya (Soedarsono, 1991: 6). C. Strategi pemerintah, Jasa dan Lingkungan Berbagai upaya untuk menggairahkan industri pariwisata sejak bergulirnya reformasi pengalaman pahit bangsa Indonesia bertambah lagi sejak terjadinya konflik etnis di Poso, sparatis Aceh, Ambon dan Papua, terorisme hingga bencana alam dimana-mana. Sampai saat ini pemerintah tetap komitmen berusaha menggalakan promosi industri pariwisata ke luar negeri. Pameran kebudayaan di Eropa secara langsung maupun lewat perwakilan KBRI di luar negeri merupakan sebuah upaya untuk menggaet perhatian masyarakat dunia agar datang ke Indonesia sebagai tujuan wisata mancanegara. Usaha-usaha lain juga pemerintah membenahi bidang pelayanan publik diawali pada sektor jasa dan prasarana, mulai mereka datang ke Indonesia sampai kembali kenegaranya. Selain itu juga usaha yang telah ditempuh oleh pemerintah Indonesia dengan mencontoh negara-negara tetangga yang telah berhasil seperti negra Thailand. Usaha mempromosikan kebudayaan Indonesia keluar negeri terus saja dilakukan sampai saat ini, baik upaya itu dari orang-orang Indonesia sendiri maupun pihak luar. Malaysia meskipun tanpa menjual seks ternyata mampu menempatkan industri pariwisata sebagai salah satu sumber utama dari penghasilan devisa negara.

Pendekatan strategi pemerintah secara nasional merupakan pendekatan komprehensif yang pada hakekatnya adalah usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia. Pada situasi sekarang ini bahwa usaha untuk mensejahterakan martabat bangsa agar sejajar dengan kemampuan bangsa lain ialah melanjutkan agenda pembangunan ekonomi nasional tahun 20042009 guna mengurangi angka kemiskinan dari jumlah 16, 7 persen menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 (BPS, 2005: 1). Kegiatan industri pariwisata merupakan usaha-usaha yang bergerak khususnya dibidang jasa termasuk hal-hal yang dilakukan untuk pengelolaan wilayah obyek tujuan wisata, adalah untuk membuka lapangan kerja. Secara umum kegiatan industri pariwisata dikelola pihak swasta diantaranya dalam bidang pelayanan akomodasi penyediaan sarana prasarana kamar seperti hotel, motel, hostel, village (bungalow), Inn dan wisma. Pengelolaan bidang makanan dan minuman (Food & Beverage) ialah perusahaan jasa bergerak dalam penjualan dan pembuatan makanan dan minuman diantaranya restoran, bar, industri penghasil minuman dan industri penghasil makanan. Bidang hiburan ialah usaha jasa yang bergerak dibidang penyediaan hiburan berupa atraksi modern seperti Night Club, Stembath, atraksi budaya dan intertainer. Obyek pariwisata yang dikelola biro perjalanan, bidang kepramuwisataan, bidang souvenir, penerbitan booklet kepariwisataan, perdagangan valuta, bidang convention, dan pendidikan kepariwisataan merupakan kesatuan unit terpadu yang harus bertanggung jawab berdasarkan fungsi dan standart pelayanan internasional yang berlaku dinegara-negara maju seperti di negara Eropa, Australia, Asia dan Afrika. Tetapi pada kenyataannya pusat pelayanan jasa seperti telah dikemukakan diatas untuk kemampuan didaerah satu dengan daerah lainnya di Indonesia masih belum merata, kecuali di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta Surabaya, Bali, Medan dan Ujungpandang. Itupun masih belum memadai oleh karena faktor internal wilayah itu tidak memiliki koordinasi karena lain perusahan serta faktor sumber daya manusia. Peranan pramuwisata misalnya dalam bidang industri pariwisata sangat diperlukan, oleh karena secara geografis pramuwisata harus dapat menguasai lingkungan obyek wisata yang menjadi wilayahnya. Peran seorang pramuwisata harus memiliki Sense of Diplomacy sebagai duta-duta tidak resmi yang pandai berkomunikasi dengan wisatawan, sehingga kesan mereka merasa puas selama berkunjung. Tampaklah jelas bahwa tugas pramuwisata betapa berat beban yang dipikulnya, namun sangat mulya. Ditinjau dari segi kepentingan industri pariwisata, peranan para pramuwisata harus mencerminkan jiwa kepribadian bangsa Indonesia, ia tidak boleh membedabedakan ras, agama dalam menjalankan tugas terlebihlebih bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Aspek yang berdampak terhadap lingkungan menurut analisis, pemerintah harus bisa memanfaatkan geografi parawisata daerah, dimana bumi tempat manusia berpijak dapat dimanfaatkan sebagai nilai wisata (Torurist Value) tentunya ini berkaitan dengan sarana prasarana serta pelayanan industri pariwisata terhadap lingkungan yaitu sebagai berikut. 1. Geografi Ekonomi Pariwisata Perlu dikembangkan pembangunan sektor geografi ekonomi industri pariwisata daerah secara kolektif guna membangun sektor lapangan kerja baru diberbagai bidang. Kemudian perlu disusun perencanaaan program kepariwisataan daerah berdasarkan kegiatan kalender acara tahunan bekerjasama dengan kantor Menteri Negara Pariwisata, seni dan Budaya untuk

disebarluaskan kemancanegara sebagai kegiatan promosi pariwisata dalam meraih sumber devisa . 2. Geografi Fisik Pariwisata (flora, faunah, laut, cagar alam, swaka) Pembangunan sektor geografi fisik meliputi lingkungan flora seperti Kebun Raya Bogor, sebagai pilot proyek percontohan hutan untuk dikembangkan diwilayah Sumatera seperti hutan dipegunungan Kerinci, kemudian dipulau Kalimantan, serta Papua yang sekarang mengalami kendala pencurian hutan besar-besaran. Sejalan dengan industri pariwisata usaha pelestarian lingkungan, melalui reboisasi dapat diselamatkan hutan dan lingkungan dengan membuka perjalanan paket wisata kedaerah itu dengan pelayanan keamanan. Pelestarian faunah khususnya rehabilitasi Orang Utan di Tanjung Puting Kalimantan, sekolah pelatihan Gajah Way Kambas di Lampung serta peternakan Buaya di propinsi Papua adalah contoh pilot proyek yang dapat dikembangkan didaerah lain memiliki potensi yang sama, diselaraskan dengan pengembangan industri pariwisata di daerah. Pengembangan pariwisata Laut Scope contoh taman laut Bunaken salah satu alam laut yang indah kini tetap dilestarikan sehingga banyak para wisatawan yang berkunjung kesana dan kagum akan keindahan alam laut Indonesia merupakan contoh wisata laut yang dikembangkan Propinsi Sulawesi Utara. Wisata cagar alam dan swaka alam Ujung kulon Banten ialah pelestarian Badak Jawa dan megahnya gunung Bromo Jawa Timur sebagai wisata alam menjadi inspirasi daerah-daerah lain supaya lingkungan dan segala isinya bisa dijadikan obyek percontohan. 3. Geografi sosial pariwisata (penduduk asli, ritus upacara adat) Geografi sosial meliputi kunjungan kelokasi penduduk asli Suku Baduy di propinsi Banten, Suku Naga di Tasik Malaya Jawa-Barat dan Suku Anak Dalam di Propinsi Jambi oleh para peneliti Antropologi. Sudah waktunya konsep ini diubah menjadi wisata kunjungan sosial dimana kita dapat mengamati kehidupan asli anak dalam yang sampai saat ini masih berlangsung. Dengan membuka paket perjalanan wisata jenis ini, tentu pemerintah daerah dan para pengusaha industri pariwisata dapat bekerjasama menyelamatkan aset nasional sekaligus dapat menghasilkan sumber devisa di daerah Ritus upacara adat seperti upacara perkawinan dan upacara batagak penghulu di Sumatera Barat merupakan obyek wisata yang sangat menarik bila melibatkan wisatawan asing bekerjasama pemerintah daerah dengan perusahan perjalanan industri pariwisata. 4. Geografi budaya pariwisata (benda purbakala, candi, seni budaya ) Geografi budaya yang meliputi peninggalan sejarah dan benda-benda purbakala di musium negara Jakarta, serta monumen candi Prambanan dan candi Borobudur di Jawa Tengah banyak dikunjungi wisatawan. Warisan seni budaya seperti tari, musik, kerajinan, sastra dan ukiran Bali, Papua serta daerah lainnya yang sangat banyak corak dan ragamnya sebagai kegiatan promosi ke luar negeri pasti akan menarik banyak wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Indonesia. 5. Sektor sarana teknis pariwisata (transportasi dan alat komunkasi)

Sektor sarana teknis yang menyangkut masalah transportasi udara, laut, angkutan darat, serta sarana komunikasi diperlukan kenyamanan dan keamanan dengan pelayanan secara cepat, tepat. Sudah waktunya sektor ini direformasi demi keselamatan industri pariwisata guna mengembalikan kepercayaan dunia transportasi Indonesia yang saat ini mengalami keterpurukan. Sebagai antisipasi, maka semua perusahan yang bergerak dibidang transportasi perlu diadakan audit kelayakan guna mengembalikan kepercayaan internasional terhadap transportasi Indonesia seperti sedia kala. D. Penutup Kesimpulannya dengan mengambil tema Pariwisata Berbasis Budaya Pelayanan Jasa yang Berwawasan Lingkungan disesuaikan dengan fungsi organisasi industri pariwisata dalam mendukung operasi pelayanan kepada wisatawan dengan sarana sebagai berikut 1. Sarana pariwisata pokok Perusahan industri pariwisata hanya mengandalkan ada atau tidaknya wisatawan yang melakukan perjalanan ke obyek wisata. Organisasi perusahan jasa yang bergerak dalam bidang ini ialah Travel agent, Tour operator, Tourist transportation, Modal and accomodation, Obyeck tourism, Tourist atraction. Perusahan yang termasuk dalam golongan ini adalah perusahan yang betul-betul memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan mulai dari hotel sampai acara perjalanan wisata dan kembali kenegaranya. Sebagai tugas fungsinya adalah melayani kebutuhan wisatawan terutama selama bimbingan perjalanan wisata selalu memberi imformasi yang positif tentang obyek wisata di Indonesia. Untuk menyelenggarakan bimbingan perjalanan selalu diselingi penerangan tentang kehidupan budaya setempat, kekayaan alam serta adat istiadat kepada wisatawan baik untuk perorangan maupun kelompok dengan kemampuan berbahasa asing yang baik. 2. Sarana Pariwisata pelengkap Sarana pariwisata pelengkap fungsinya membuat wisatawan lebih lama berdiam pada suatu tempat obyek wisata yaitu Recreation Centre, Amusement centre (taman hiburan dengan fasilitasnya), dan Museum lembaga riset. Fungsi perusahan atau lembaga termasuk dalam sarana pelengkap ini benar-benar berkonsentrasi terhadap penataan ruang lingkungan untuk melengkapi sarana, prasarana, pelayanan yang dibutuhkan sehingga diharapkan para wisatawan merasa betah untuk tinggal lebih lama di Indonesia. 3. Sarana pariwisata penunjang Sarana pariwisata penunjang berfungsi melengkapi kedua sarana tersebut diatas, tujuannya adalah agar wisatawan dapat membelanjakan uangnya lebih banyak disuatu daerah atau ditempat kunjungan wisata. Perusahan pelayanan jasa termasuk golongan ini adalah Stembath, Night club dan casino, dan penyedian fasilitas ini di perlukan hanya ada dilingkungan kota-kota besar seperti Jakarta, semarang, Surabaya, Medan, kecuali Casino harus izin pemerintah. BIBLIOGRAFI

BPS (2005); Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005: Badan Pusat Statistik, Kota Yogyakarta. Bandem, I Made, dan Frederick Eugene deBoer (1981); Keja and Keloid: balinese dance in Transiton: Oxford University Press, Kuala Lumpur. Graburn, Nelson H.H., ed. (1976); Etnic and Tourist Arts: California University Press, Berkeley. Kayam, Umar (1981); Seni Tradisi, Masyarakat: Sinar harapan, Jakarta. Soedarsono, R.M. (1991); Keraton Yogyakarta Mampu menjadi Obyek Wisata Paling Handal di Propinsi DIY: Laporan penelitian. Yogyakarta. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.