Interview with mrs: Haryanti Hardjo (daughter of Salikin Mardi ...
PARADIPLOMASI LINGKUNGAN KOTA LONDON DI DALAM …digilib.unila.ac.id/54583/3/SKRIPSI TANPA BAB...
-
Upload
duongtuyen -
Category
Documents
-
view
252 -
download
7
Transcript of PARADIPLOMASI LINGKUNGAN KOTA LONDON DI DALAM …digilib.unila.ac.id/54583/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PARADIPLOMASI LINGKUNGAN KOTA LONDON DI DALAM
JARINGAN C40 CITIES CLIMATE LEADERSHIP GROUP, 2014-2017
(SKRIPSI)
Oleh
HEDIATI DIAH NATALIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PARADIPLOMASI LINGKUNGAN KOTA LONDON DI DALAM
JARINGAN C40 CITIES CLIMATE LEADERSHIP GROUP, 2014-2017
Oleh
HEDIATI DIAH NATALIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dari kegiatan paradiplomasi
lingkungan yang dilakukan oleh Kota London melalui keikutsertaannya di dalam C40
Cities Climate Leadership Group, 2014-2017. Kerangka analitis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah konsep paradiplomasi dan paradiplomasi lingkungan. Sementara data
utama yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan dan artikel resmi yang
dikeluarkan oleh pemerintah kota London dan C40. Metode penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis melihat bahwa kegiatan paradiplomasi yang
dilakukan oleh aktor subnasional merupakan suatu langkah yang cukup efektif
dibandingkan dengan aksi yang dilakukan dalam level aktor nasional maupun
supranasional khususnya dalam penanggulangan permasalahan perubahan iklim. Penelitian
diawali dengan analisis faktor-faktor kemunculan dari paradiplomasi kota London
kemudian dilanjutkan dengan wujud komitmen atas kerja sama dalam C40 melalui
program-program yang dijalankan serta kesesuaiannya dengan kebijakan kota. Pada bagian
akhir dijabarkan mengenai aksi dan peran yang disesuaikan dengan kriteria konsep
paradiplomasi lingkungan. Hasil penelitian ini akan memperlihatkan bahwa kota sebagai
aktor subnasional juga memiliki kemampuan untuk ikut serta dalam agenda internasional.
Penelitian ini menyarankan agar kota-kota lain didunia mengikuti langkah kota London
untuk menjalankan kegiatan paradiplomasi dengan jenis single-themed demi
memperjuangkan kepentingan mereka dalam skala internasional.
Kata kunci: C40 Cities Climate Leadership Group, Kota London, paradiplomasi,
paradiplomasi lingkungan.
ABSTRACT
ENVIRONMENTALISM PARADIPLOMACY OF THE CITY OF
LONDON IN C40 CITIES CLIMATE LEADERSHIP GROUP, 2014-2017
By
HEDIATI DIAH NATALIA
This research aims to know the process of paradiplomacy activities which
conducted by the city of London through its participation in C40 Cities Climate Leadership
Group, 2014-2017. The analytical framework used in this reasearch are the concept
of paradiplomacy and environmental paradiplomacy. Meanwhile the main data of
this research is based on the official reports and articles issued by the city
government of London and C40. The method of this research is qualitative-descriptive.
In this reasearch, author saw that the paradiplomacy activities which conducted by
subnational actors is a quite effective step compared to actions which conducted at
the level of national and supranational actors, especially in tackling climate change
problems. The study begins with an analysis of the emergence factors of the
paradiplomacy of the city of London and then continues with the form of
commitment to cooperation in the C40 through the programs carried out and their
compliance with city policy. At the end, the actions and roles are adjusted according
to the criteria of the concept of environmental paradiplomacy. The results of this
research shows that cities as subnational actors also have the ability to participate
in the international agenda. This research also advice that other cities in the world
could follow the steps of the city of London to carry out paradiplomacy activities
with single-themed types in order to fight their interests on an international scale.
Key words: C40 Cities Climate Leadership Group, environment paradiplmacy,
paradiplomacy, The city of London
PARADIPLOMASI LINGKUNGAN KOTA LONDON DI DALAM
JARINGAN C40 CITIES CLIMATE LEADERSHIP GROUP, 2014-2017
Oleh
HEDIATI DIAH NATALIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Hediati Diah Natalia. Lahir di Kota
Bandar Lampung pada tanggal 21 Desember 1995 sebagai
anak pertama dari pasangan suami istri Bapak Andreas
Rohadi Purwanto dan Ibu Astuti Wahyu Nugraheny.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis
dimulai dari Taman Kanak-kanak Mardi Yuana Cilegon, Banten, kemudian ke
jenjang Sekolah Dasar di SD Mardi Yuana Cilegon lulus ditahun 2008. Penulis
menempuh Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Mardi Yuana Cilegon
dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius Bandar Lampung,
penulis lulus ditahun 2014.
Penulis melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai
mahasiwa Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung pada tahun 2014 dan aktif dalam kepengurusan HMJ HI
periode 2016-2017 sebagai Sekretaris Departemen Sports, Arts and Recreations
dan kepanitiaan acara jurusan selama tiga tahun. Kemudian penulis juga pernah
menjalankan kegiatan praktik kerja lapangan/magang di Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) untuk Kerajaan Thailand di Bangkok pada tahun 2018.
MOTTO
“It is not enough to have a good mind; the main things is to use it well.”
“An Optimist may see a light where there is none, but why the pessimist always run to blow it out?”
-Rene Descartes.
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk
Kedua orang tuaku tercinta Papa Andreas Rohadi Purwanto
dan Mama Astuti Wahyu Nugraheny
sebagai tanda bakti dan cinta kasihku,
serta Almamater tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
anugerah, penyertaan serta kekuatan lahir dan batin kepada Penulis. Dengan
berbekal keyakinan dan kemauan yang keras, serta bantuan dari berbagai pihak
jualah, maka Penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Paradiplomasi Lingkungan Kota London di Dalam Jaringan C40 Cities
Climate Leadership Group, 2014-2017”. Penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini karena keterbatasan dan
pengetahuan yang peneliti miliki. Melalui kesempatan ini, Penulis hendak
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril, maupun spiritual.
Dengan teriring salam dan doa serta ucapan terimakasih yang tak terhingga Penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.Si., selaku Dosen Pembahas/Penguji yang
telah memberikan kritik, saran, dan telah membimbing saya agar menjadi
lebih baik yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dwi Wahyu Handayani, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang
selalu memberikan motivasi, kritik dan saran, serta dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Hasbi Sidik, M.A., selaku Dosen Pembimbing Kedua Skripsi serta
Dosen Pembimbing Akademik yang selalu meluangkan waktu untuk
membantu, membimbing, mengarahkan dan memberikan semangat dan
saram serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh jajaran dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas
Lampung dan staff Mba Febri dan Mba Ata atas dukungan, bantuan, dan
pembelajaran selama menempuh perkuliahan, serta membantu dalam proses
administrasi selama perkuliahan.
7. Kedua orang tuaku, Andreas Rohadi Purwanto dan Astuti Wahyu
Nugraheny. Papa, Mama mungkin rasa terima kasih tidak cukup untuk
membalas semua kasih sayang, doa, dukungan dan materi yang telah
diberikan selama ini. Terima kasih saya ucapkan untuk papa dan mama yang
sudah bekerja keras untuk selalu menghidupi dan membahagiakan saya.
Terima kasih untuk selalu ada dan selalu mendukugn apapun yang saya
pilih. Semoga Papa dan Mama selalu dibeirkan kesehatan, penghiburan,
berkat serta senantiasa selalu dilindungi oleh Bapa di Surga. Saya sayang
kalian.
8. Adikku, Heditia Dewi Martinda serta seluruh keluarga besar Dharsono yang
telah memberikan semangat, dukungan dan doa dalam menyusun skripsi.
9. Keluarga besar di Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Thailand.
Bapak Ahmad Rusdi selaku Duta Besar Indonesia untuk Thailand, Ibu Jani
Mediawati Sasanti selaku Kepala Fungsi Protokol dan Konsuler, dan Bapak
Fahmi AlSarosa dan Bapak Hariman Theofilus selaku Sekertaris Protokol
dan Konsuler yang mengajarkan saya cara penanganan terhadap pengaduan
permasalahan yang dihadapi oleh WNI di Thailand. Mba Anet diplomat
wanita muda yang super keren dan menjadi panutan, dan seluruh jajaran
staff fungsi maupun atase di KBRI Bangkok. Berkat mereka penulis
mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman hidup baru yang sangat
berharga terutama dalam dunia Internasional. Tidak lupa Pak Dodo, Bu Aik
dan Mba Sofie staff atase Pensosbud yang mengajarkan saya lebih dalam
tentang dunia hubungan internasional.
10. Kepada YOLO MONKEY, team magang penulis di KBRI Bangkok,
Thailand. M. Adam Malik, Rima Rachmatika, Biyes Nurul, Binanda Firsty,
Mariah Ramandisyah dan Claudy Yudika. Terima kasih sudah memberikan
kepercayaan kalian kepada saya untuk mau bersama-sama melakukan
praktik magang di Thailand. Terima kasih juga untuk selalu ada, membantu,
memberikan saran, mendengarkan keluh kesah saya dan selalu menghibur.
Kepada staff Happy Monkey Bangkok dan Phi Frame yang sudah mau
menerima kami mahasiswa yang membutuhkan tempat tinggal selama di
Bangkok.
11. Sahabat seperjuangan dan seperbimbingan skripsi; kak Desy, bang Alif,
Rima Rachmatika, Yuni, Eris, Vinka, Sheila, Ivan.
12. HMJ HI Unila dan Sahabat seperjuangan di PHMJ HI periode 2016/2017;
Tia, Andika, Zaim, Dimas, Oni, Amel, Claudy, Adam, Chindy, Adit, Hana,
Firly, Tiyas, Retno serta Titus, Wisnu dan Derick selaku Project Protocol
Dept. SAR. Terima kasih atas dukungannya; sebagai organisasi internal
yang telah memberikan saya tempat untuk belajar menyalurkan minat dan
bakat. Terima kasih atas segala ceritanya;
13. Teman-teman kampus yang selalu menemani selama perkuliahan Puspa,
There, Chindy, Rina, Dumora, Mba Endani, Eka, Hani, Luky, kak Wilma
dan seluruh teman-teman Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2014.
Semoga kita semua bisa mewujudkan mimpi kita masing-masing dan sukses
dengan jalannya masing-masing.
14. Semua pihak yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam bentuk
apapun. Terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membalas
semua kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang membantu
dalam proses yang dijalani oleh penulis dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Bandar Lampung, 5 November 2018
Penulis
Hediati Diah Natalia
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ vi
I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 11
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 11
1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................ 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 13
2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................ 13
2.2. Landasan Konseptual ........................................................... 16
2.2.1. Paradiplomasi ............................................................. 16
2.2.2. Paradiplomasi Lingkungan ........................................ 22
2.2.3. Perubahan Iklim ......................................................... 26
2.3. Kerangka Pemikiran ............................................................. 27
III. METODE PENELITIAN ........................................................ 29
3.1. Tipe Penelitian ...................................................................... 29
3.2. Fokus Penelitian .................................................................... 30
3.3. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 31
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 32
3.5. Validitas Data ....................................................................... 32
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................ 34
ii
IV. GAMBARAN UMUM ............................................................. 36
4.1. Kota London ......................................................................... 36
4.1.1. Geografis .................................................................... 36
4.1.2. Sistem Pemerintahan Kota ......................................... 38
4.1.3. Perubahan Iklim Kota London ................................... 41
4.2. C40 Cities Climate Leadership Group ................................. 46
4.2.1. Sejarah dan Masa Kepemimpinan .............................. 47
4.2.2. Mitra dan Badan Pendanaan ....................................... 49
4.2.3. Keanggotaan ............................................................... 52
4.2.4. Bidang Kerja Sama ..................................................... 55
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 63
5.1. Kemunculan Paradiplomasi Kota London ............................ 63
5.1.1. Faktor Eksternal ......................................................... 64
5.1.2. Faktor Internal ............................................................ 72
5.2. Komitmen Kota London dalam Bidang Kerja Sama
Lingkungan ........................................................................... 85
5.2.1. Greening the BIDs ...................................................... 87
5.2.2. Program RE:FIT........................................................... 91
5.2.3. Clean Buses ................................................................. 94
5.2.4. FoodSave ..................................................................... 100
5.3. Paradiplomasi Lingkungan Kota London ............................. 107
5.3.1. Keikutsertaan dalam Penandatanganan Deklarasi ...... 108
5.3.2. Kota London sebagai Tuan Rumah Pertemuan
Global antar Pemerintah Subnasional ........................ 109
5.3.3. Membangun Kerja Sama Bilateral dengan
Pemerintah Subnasional Lain ...................................... 113
5.3.4. Partisipasi Kegiatan Negosiasi Internasional
dan menjadi Representatif negara Inggris ................... 116
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 119
6.1. Kesimpulan ........................................................................... 119
6.2. Saran ..................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 122
LAMPIRAN ......................................................................................... 130
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Megacities ......................... 8
Tabel 1.2 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Innovator Cities ................ 9
Tabel 1.3 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Observer ............................ 9
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu .............................................. 15
Tabel 4.1 Perbandingan Antar-Mayor .......................................................... 41
Tabel 4.2 Daftar Mitra Kerja dan Badan Pendanaan di C40 ........................ 50
Tabel 4.3 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Megacities ......................... 53
Tabel 4.4 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Innovator Cities ................ 54
Tabel 4.5 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Observer ........................... 54
Tabel 5.1 Kota-kota di Eropa dalam Tingkatan Global Network
Connectivity (GNC) dan Financial Network
Connectivity (FNC) ..................................................................... 66
Tabel 5.2 Kota-kota denan PDB Tertinggi di Britania Raya ........................ 77
Tabel 5.3 Peringkat Sustainable Development Index and Dashboard
Secara Global ............................................................................... 79
Tabel 5.4 Data Program Kota London ......................................................... 86
Tabel 5.5 Deklarasi yang Ditandatangani oleh Kota London ...................... 109
Tabel 5.6 Kerjasama Bilateral Kota London dengan
Pemerintah Subnasional Lain ...................................................... 113
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Peta Suhu di Tiap Wilayah ....................................................... 3
Gambar 1.2 Peta Persebaran Lokasi yang Mengalami
Gelombang Panas .................................................................... 4
Gambar 1.3 Peta Curah Hujan pada 19-20 Juli 2007 di Inggris Selatan ...... 5
Gambar 1.4 Peta Persebaran Lokasi Anggota-anggota C40 di Dunia .......... 7
Gambar 3.1 Enam tahapan dalam proses penelitian menurut Creswell ................ 35
Gambar 4.1 Peta Distrik di Kota London .................................................... 37
Gambar 4.2 Suhu di Wilayah-wilayah Britania Raya .................................. 42
Gambar 4.3 Data Area Pengurangan Emisis Kota London .......................... 43
Gambar 4.4 Emisi Gas Rumah Kaca Kota London ...................................... 43
Gambar 4.5 Ancaman Perubahan Iklim Kota London ................................. 44
Gambar 4.6 Kewenangan Walikota Kota London ....................................... 45
Gambar 5.1 Sejarah Proses Demokratisasi Britania Raya ........................... 68
Gambar 5.2 Peta Penandatangan The C40 Clean Bus Declaration
tahun 2015 ................................................................................. 111
Gambar 5.3 Bus Single-Deck Nol Emisi ...................................................... 112
Gambar 5.4 Bus Double-Deck Rendah Emisi .............................................. 113
Gambar 5.5 Mesin Pemantau Kualitas Udara Street-by-Street .................... 115
Gambar 5.6 Mesin Pemantau Kualitas Udara Street-by-Street .................... 115
Gambar 5.7 Pertemuan Streering Committee Pada Mayor dalam C40 ........ 117
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
Grafik 1.1 Kenaikan Suhu Rata-rata Global ................................................ 1
Grafik 1.2. Grafik Kelembapan Tanah ......................................................... 5
Grafik 5.1 Persentase Tindakan Adaptasi Berdasarkan Kawasan ................ 88
Grafik 5.2 Persentase Penggunaan Kendaraan Berdasarkan Kawasan ........ 96
Grafik 5.3 Lima Tindakan Bidang Sampah Tertinggi .................................. 101
Grafik 5.4 Persentase Tindakan dalam Bidang Sampah
Berdasarkan Kawasan ................................................................. 102
Grafik 5.5 Lima Tindakan Tertinggi dalam Bidang Air .............................. 103
Grafik 5.6 Tindakan dalam Bidang Air Berdasarkan Kawasan ................... 103
Grafik 5.7 Kenaikan Suhu Rata-rata dalam Level Pra-Industri per
Lima Tahun ................................................................................. 118
vi
DAFTAR SINGKATAN
IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change
UNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change
AS : Amerika Serikat
CCI : Clinton Climate Initiative
PDB : Produk Domestik Bruto
PPP : Purchasing Power Parity
TMN : Transnational Municipal Networks
MLG : Multi-Level Governance
ACCCRN : Asian Cities Climate Change Resilience Network
UCCR : Urban Climate Change Resilience
MLG : Multilevel Governance
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
GLA : Greater London Authority
ICLEI : International Council for Local Environmental Initiatives
CDP : Carbon Disclosure Project
BRT : Bus Rapid Transit
UHI : Urban Heat Island
MBE : Municipal Building Efficiency
PBE : Private Building Efficiency
vii
LEV : Low Emission Vehicle
SSWS : Sustainable Solid Waste System
CCAC : Climate and Clean Air Coalition
MSWI : Municipal Solid Waste Initiative
GNC : Global Network Connectivity
FNC : Financial Network Connectivity
HAM : Hak Asasi Manusia
SDG : Sustainable Development Goals
UKM : Usaha Kecil dan Menengah
BIDs : Business Improvement Districts
RE:FIT : Retrofitting
ESCo : Energy Service Companies
ULEZ : Ultra Low Emission Zone
BYD : Build Your Dream
ADL : Alexander Dennis Limited
SMEs : Small and Medium Enterprises
TfL : Transportation for London
KTT : Konferensi Tingkat Tinggi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perubahan iklim menjadi isu yang banyak diperbincangkan karena
membawa pengaruh yang dirasakan langsung dalam kehidupan manusia. Definisi
perubahan iklim menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
sendiri dapat dikatakan sebagai perubahan suhu rata-rata maupun perubahan dari
sifat-sifatnya dalam jangka waktu panjang biasanya berpuluh-puluh tahun atau
lebih lama, ini mengacu pada setiap perubahan iklim dari waktu ke waktu, entah
karena perubahan alami atau akibat aktivitas manusia1. Pada laporan ketiga yang
dirangkum oleh IPCC, kenaikan suhu rata-rata global mulai terjadi sejak tahun
1970-an hingga 2000.
Grafik 1.1 Kenaikan Suhu Rata-rata Global
Sumber: Climate Change 2001, The Scientific Basis. The Third Assesment Report of the Intergovernmental
Panel on Climate Change
1Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC). 2007. Climate Change 2007:
Synthesis Report: Observed Changes In Climate And Their Effects. Dikutip dari www.ipcc.ch Pada
26 September 2017 Pukul 20.50
2
Data termometer pada grafik 1.1 menunjukkan bahawa kenaikan suhu rata-
rata global mulai mencapai titik 0,1oC yang terjadi baik di daratan maupun di laut
sekitar tahun 1970 akhir. Tahun 1990-an dinobatkan sebagai dekade terpanas
dengan catatan ditahun 1998 kenaikan suhu berada pada titik tertinggi yakni 0,4 oC
dan berakhir pada tahun 2000 awal dengan penurunan sediit ke titik 0,3oC.
Kenaikan permukaan laut secara global juga diprediksikan naik sebesar 0,09 sampai
0,88 meter antara tahun 1990 sampai 2010. Hal ini berhubungan dengan data
sebelumnya yakni kenaikan suhu rata-rata global yang menyebabkan mencairnya
lapisan es dan menghilangnya massa gletser di belahan bumi bagian utara.
London sebagai salah satu kota besar di dunia juga mengalami hal yang
sama. Melalui website resmi pemerintah lokalnya dinyatakan bahwa iklim di
wilayah tersebut kini telah berubah2, ketika musim panas akan terasa sangat panas
dan kering kemudian ketika musim dingin akan sangat lembab3. Cuaca ekstrem
lainnya seperti hujan lebat dan gelombang panas juga semakin sering terjadi.
Menurut data yang didapat dari bbc-news4 pada tahun 2006, sejumlah lokasi di
Inggris menetapkan catatan suhu yang baru di musim panas. Gambar 1.2 pada
halaman selanjutnya menjelaskan bahwa kota-kota tersebut pernah mengalami suhu
tertinggi pada musim panas di tahun-tahun yang berbeda namun dirangkum di tahun
2006. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu dimusim panas di Inggris telah
2Website Resmi Pemerintah Kota London. Dikutip dari https://www.london.gov.uk/what-
we-do/environment/climate-change-weather-and-water/climate-change-and-weather Pada 23
Oktober 2017 Pukul 01.03 3Anonymous. 2009. Climate Change And Weather. Dikutip dari
https://www.london.gov.uk Pada 23 Oktober 2017 Pukul 02.13 4Anonymous. 2006. Heatwave Breaks Record For July. Dikutip dari http://news.bbc.co.uk
Pada 23 Oktober 2017 Pukul 05.07
3
lama terjadi namun upaya-upaya yang dilakukan belum menunjukkan hasil sampai
dengan berdirinya C40 di tahun 2005.
Gambar 1.1 Peta Data Suhu di Tiap Wilayah di Inggris Raya (England)
Sumber: http://news.bbc.co.uk
Tercatat pada gambar 1.1, di wilayah Wisley sekitar 40km di sebelah Barat
Daya Kota London menjadi wilayah terpanas dengan suhu mencapai 36.5oC
sehingga menimbulkan efek domino diberbagai bidang5, seperti:
a. Memaksakan beberapa sekolah untuk meliburkan sejenak aktivitas belajar
mengajar mereka.
b. Para pengusaha atau pemilik perusahaan dipaksa oleh pekerja-pekerja mereka
untuk memberikan layanan ekstra melalui penggunaan ac tambahan demi
menjaga suhu tubuh di lokasi kerja.
c. Penggunaan ac tambahan tadi menimbulkan konsumsi tenaga listrik meningkat
dengan begitu pasokan air untuk waduk pembangkit listrik juga harus
ditambah.
5Ibid.
4
d. Terhambatnya proses mobilisasi dibidang transportasi darat karena gelombang
panas menyebabkan aspal mulai meleleh kemudian menyisakan kerikil
dijalanan dan jalur kereta api melengkung.
e. Pekerja di kebun binatang diberikan peringatan untuk tetap menjaga hewan-
hewan dalam keadaan suhu normal agar tidak mati kepanasan.
Pada gambar 1.2 merupakan peta persebaran lokasi yang mengalami
gelombang panas di seluruh wilayah Britania Raya, London masuk dalam level
suhu lebih dari 26oC.
Gambar 1.2 Peta Persebaran Lokasi yang Mengalami Gelombang Panas di Britania Raya
Sumber: http://news.bbc.co.uk
Selain parameter dalam perubahan suhu pada musim panas, terdapat juga
perubahan dalam kelembapan tanah di beberapa wilayah di Inggris yang terdapat
pada grafik 1.2 di halaman selanjutnya. Grafik pada data kelembapan tanah di
Inggris pada tahun 2006 menurun drastis hingga berada di bawah angka 20 mm.
5
Grafik 1.2 Data Kelembapan Tanah di Inggris Raya (England)
Sumber: National Hydrological Monitoring Programme
Untuk persebaran pola curah hujan pada gambar 1.3 di wilayah bagian
selatan Inggris berada pada level yang beragam. Kota London sendiri berada pada
level 5 sampai 25mm untuk presipitasi airnya.
Gambar 1.3 Peta Persebaran Curah Hujan pada 19-20 Juli 2007 di Inggris Selatan
Sumber: National Hydrological Monitoring Programme
Dari sejumlah permasalahan perubahan iklim tersebut maka pada bulan
Oktober tahun 2005, mantan walikota London kala itu, Ken Livingstone
mengundang 18 perwakilan dari kota-kota besar untuk merancang agenda kerja
sama dalam mengurangi emisi gas rumah kaca6. Inisiasi ini muncul atas dasar
6C40 Cities. History Of The C40. Dikutip dari http://www.c40.org/history Pada 12 Mei
2017 Pukul 19.25
6
pembuatan program internal London: The Mayor's Climate Change Action Plan,
namun Livingstone meyakini bahwa aksi di tingkat nasional dan internasional
seringkali berjalan dengan lambat maka solusi yang muncul yakni dengan
menjaring kota-kota di dunia untuk bersama-sama menjalankan rancangan program
serupa guna hasil yang lebih efektif. Aksi dalam tingkatan internasional yang
dianggap dengan lambat contohnya adalah Protokol Kyoto.
Protokol Kyoto merupakan sebuah amandemen dari Konvensi Kerangka
Kerja tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate
Change-UNFCCC) yang ditanda tangani pada tahun 19977. Kegagalan diawali
dengan pemberlakuan komitmen pengurangan emisi GRK yang harus dilakukan
oleh negara peratifikasi hanya berjangka waktu 7 tahun dari tanggal
penandatanganan8. Jangka waktu ini tentu sangat kurang ditambah lagi target
pengurangan emisi bagi negara-negara maju hanya sebesar 5%9 saja. Selanjutnya,
negara-negara yang tergabung dalam Protokol Kyoto gagal memaksa Amerika
Srikat (AS) untuk ikut meratifikasi amandemen tersebut padahal AS tercatat
sebagai negara maju penyumbang emisi sebanyak 25% dari jumlah emisi global.10
Pertemuan perdana dari 18 perwakilan kota-kota besar tadi menghasilkan
kesepakatan kerja sama dengan mengambil langkah tegas dan secepat mungkin
melalui pembuatan kebijakan dan aliansi untuk penggunaan teknologi climate-
friendly serta dapat mengpengaruhi pasar. Pada tahun berikutnya, Livingstone
mencoba memperluas kerja sama dengan mengundang Clinton Climate Initiative
7Rosen, Amanda M. 2015. The Wrong Solution at the Right Time: The Failure of the Kyoto
Protocol on Climate Change. Wiley Periodical, Inc. Hal: 31 8Ibid, Hal: 40 9Ibid, Hal: 41 10Kutney, Gerald. 2014. Carbon Politics and the Failure of the Kyoto Protocol. Oxon:
Routledge. Hal: 195
7
(CCI) untuk menjadi delivery partner. Kerja sama ini semakin memperkuat kedua
organisasi ini karena menyamakan tujuan bersama dan peningkatan efisiensi kinerja
dalam penyediaan proyek kelas dunia yang mengoptimalkan pengurangan emisi.
Pada tahun 2006 keanggotaan organisasi kerja sama antar kota ini
bertambah menjadi total 40 kota besar dan dengan demikian nama resmi C40 Cities
Climate Leadership Group lahir. Untuk saat ini keanggotaan sudah lebih dari 40
kota-kota besar dan dibagi menjadi tiga kategori11 seperti yang tertera pada gambar
1.4: Megacities, Innovator Cities dan Observer Cities.
Gambar 1.4 Peta Persebaran Lokasi Anggota-anggota C40 di Dunia
Sumber: http://www.c40.org/cities
Kriteria dari kategori keanggotaan dalam kelompok megacities dibagi
menjadi dua, yang pertama ialah populasi penduduk kota tersebut telah mencapai 3
juta jiwa atau lebih12, dan/atau populasi wilayah metropolitan sebesar 10 juta jiwa
atau lebih. Kedua, dapat menggunakan jumlah PDB (Produk Domestik Bruto) yang
dimana tergolong dalam salah satu dari 25 kota teratas di dunia, diukur dari tingkat
11C40 Cities. 2013. Fact Sheet: C40 Cities Climate Leadership Group. Dikutip dari
www.humphreyfellowship.org Pada 12 Mei 2017 Pukul 20.25 12C40 Cities. 2012. C40 Announces New Guidelines For Membership Categories. New
York: Press Release.
8
output PDB dan keseimbangan kemampuan belanja (purchasing power parity -
PPP). Kedua data tersebut dapat diambil dari data baru saat itu atau rancangan
perhitungan untuk tahun 2025. Berikut ini dalam tabel 1.1 adalah nama-nama kota
yang termasuk ke dalam kategori megacities di C40.
Tabel 1.1 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Megacities Kategori Megacities
1. Abidjan 27. Sidney 53. Boston
2. Accra 28. Tokyo 54. Chicago
3. Addis Ababa 29. Yokohama 55. Houston
4. Cape Town 30. Athens 56. Los Angeles
5. Dakar 31. Barcelona 57. Montreal
6. Dar es Salaam 32. Berlin 58. New York
7. Durban (eThekwini) 33. Istanbul 59. Philadelphia
8. Johannesburg 34. London 60. San Fransisco
9. Lagos 35. Madrid 61. Seattle
10. Chendu 36. Milan 62. Toronto
11. Dalian 37. Moscow 63. Washington, DC
12. Fuzhu 38. Paris 64. Amman
13. Guangzhou 39. Rome 65. Bengaluru
14. Hong Kong 40. Tel Aviv-Yafo 66. Chennai
15. Nanjing 41. Warsaw 67. Dhaka
16. Qingdao 42. Bogota 68. Dubai
17. Shenzhen 43. Buenos Aires 69. Jaipur
18. Wuhan 44. Curitiba 70. Karachi
19. Bangkok 45. Guadalajara 71. Kolkata
20. Hanoi 46. Lima 72. Cairo
21. Ho Chi Minh City 47. Medellin 73. Caracas
22. Jakarta 48. Mexico City 74. Delhi, NCT
23. Kuala Lumpur 49. Rio de Janeiro 75. Mumbai
24. Melbourne 50. Salvador 76. Nairobi
25. Quezon City 51. Santiago
26. Seoul 52. Sao Paulo
Sumber: https://www.c40.org/cities
Kategori Innovator Cities pada tabel 1.2 merupakan kota-kota yang tidak
masuk dalam golongan megacities tetapi mereka telah menunjukkan kepemimpinan
yang nyata dalam program lingkungan dan perubahan iklim. Serta tetap harus
dilibatkan dalam segala kegiatan pengambilan keputusan masalah iklim, pemimpin
dalam bidang kelestarian lingkungan serta dijadikan sebagai ‘anchor city’ yang
diakui secara regional untuk kawasan metropolitan yang relevan.
9
Tabel 1.2 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Innovator Cities
Sumber: https://www.c40.org/cities
Untuk kategori jangka pendek Observer Cities akan diberikan bagi semua
kota yang baru mengajukan permohonan untuk bergabung dengan C40 baik yang
nantinya akan masuk kedalam keanggotaan megacities maupun innovator. Kategori
ini diberlakukan selama satu tahun, dimana awalnya akan diterima sebagai
pengamat dahulu sampai mereka memenuhi persyaratan partisipasi dengan C40
secara penuh. Pada tabel 1.3 berikut merupakan daftar dari kota kategori observer
cities.
Tabel 1.3 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Observer Cities
Kategori Observer Cities
1. Beijing
2. Shanghai
3. Singapore
Sumber: https://www.c40.org/cities
Isu mengenai permasalahan lingkungan seperti pemaparan diatas menjadi
banyak diperbincangkan seiring dengan bergesernya pandangan masyarakat
internasional pasca perang dingin dari ancaman keamanan tradisional ke non-
tradisional. Ditambah dengan munculnya fenomena globalisasi mendorong
beragam aktor untuk terlibat kedalam proses interaksi hubungan internasional yang
semakin kompleks. Bersamaan dengan asumsi mengenai ekosistem global yang
merupakan satu kesatuan hubungan timbal balik atau saling berkaitan satu sama
lain antara segenap unsur lingkungan hidup, maka penulis memandang kasus ini
sebagai ‘collective dilemmas’.
Kategori Innovator Cities
1. Tshwane 7. Oslo 13. New Orleans
2. Zhenjiang 8. Rotterdam 14. Portland
3. Auckland 9. Stockholm 15. Vancouver
4. Amsterdam 10. Venice 16. Changwon
5. Basel 11. Quito 17. Heidelberg
6. Copenhagen 12. Austin
10
Collective dilemmas merupakan sebuah permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan hanya oleh satu atau sekelompok aktor tetapi memerlukan kerja sama
seluruh aktor13 dengan anggapan bahwa perilaku aktor yang terlibat akan mampu
mempengaruhi bagian lain dalam lingkungannya. Istilah collective dilemmas
banyak digunakan dalam konteks globalisasi dan konteks peningkatan
interdependensi antar aktor dalam hubungan internasional. Salah satu contohnya
kasus perubahan iklim yang membutuhkan solusi dari terbentuknya suatu institusi
atau rezim internasional.
Kemunculan Jaringan C40 dinilai sebagai representatif dari (perilaku)
kepedulian kota-kota besar di dunia sebab data-data dari beberapa perencana
lingkungan juga menunjukkan bahwa kota merupakan subjek utama dari perubahan
iklim global. Kota dinilai sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 70%
terhadap polusi dunia dalam laporan United Nations Human Settlements
Programme (UN-HABITAT) di tahun 201114, pengonsumsi sumber daya energi
ataupun sumber daya alam lainnya dan penghasil limbah. Sebagian besar aksi
eksploitasi tersebut dilakukan guna mendapatkan sumber daya yang langka beserta
lahannya sehingga menimbulkan ancaman bagi alam itu sendiri15.
Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis mengambil salah satu
sample kota besar di Inggris dari anggota Jaringan C40 dalam keanggotaan
megacities yang juga menjadi pelopor yakni kota London. Pemilihan sampel juga
13Anshari, Khasan. 2015. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Nuansa Cendekia.
Hlmn: 105 14United Nations Human Settlements Programme. 2011. Cities And Climate Change:
Policy Directions Global Report On Human Settlements. Abridged Edition. 15Campbell, Scott. 1996. Green Cities, Growing Cities, Just Cities? Urban Planning And
The Contradictions Of Sustainable Development. Journal Of The American Planning Association,
Vol. 62, No.3, Summer 1996. American Planning Association, Chicago, Il.
11
didasarkan pada mulai berkembangnya praktik paradiplomasi secara nyata di tahun
2014 hingga 2017 yang dilakukan oleh kota (city diplomacy) sebagai entitas politik
ekstra-yuridiksi dan dilatarbelakangi oleh kegagalan aktor nasional maupun
supranasional dalam penanggulangan masalah iklim. Pemerintah subnasional
memiliki keunggulan komparatif tersendiri dalam hal mengetahui kebutuhan dan
realitas warganya, memiliki pengetahuan teknis tentang masalah lingkungan dan
mampu menyesuaikan kebijakan umum dengan keadaan tertentu.
“Subnational governments have a comparative advantage in
terms of knowing the needs and reality of their citizens16,
having the technical knowledge of environmental issues17, and
being able to adapt general policies to specific
circumstances.16”
1.2. Rumusan Masalah
Karena isu perubahan iklim sudah menjadi salah satu perhatian masyarakat
dunia serta sudah banyaknya kerja sama antarnegara dalam isu ini, untuk itu penulis
mencoba meneliti kerja sama pada level subnasional dengan pertanyaan penelitian
berupa: “Bagaimana paradiplomasi lingkungan yang dilakukan oleh Kota London
di dalam Jaringan C40 Cities Climate Leadership Group, tahun 2014-2017?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan faktor pendorong kemunculan paradiplomasi lingkungan
Kota London.
16Posner, Paul. L. 2010. The politics of vertical diffusion: the states and climate change.
Dalam Setzer, Joana. 2013. Environmental Paradiplomacy: The Engagement Of The Brazilian State
Of São Paulo In International Environmental Relations. London: A Thesis The Department Of
Geography And Environment Of The London School Of Economics And Political Science. Hal: 20.
12
b. Mendeskripsikan keterlibatan Kota London melalui implementasi program
sebagai respon penanggulangan perubahan iklim dalam Jaringan C40 Cities
Climate Leadership Group.
c. Menganalisis kegiatan paradiplomasi lingkungan Kota London di dalam
Jaringan C40, kurun waktu 2014-2017.
1.4. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis
1. Turut mengembangkan konsep Hubungan Internasional terutama dalam kajian
kerja sama antarkota atau subnasional di dunia dan paradiplomasi lingkungan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menjadi bahan masukan dalam
mengembangkan kajian kerja sama internasional dalam isu lingkungan,
menambah pengetahuan, dan dapat bermanfaat bagi bahan referensi untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
b. Secara praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kerja sama
antarkota dalam paradiplomasi lingkungan (single-themed paradiplomacy).
2. Diharapkan dapat memberikan informasi tentang aksi dan peran Kota London
melalui keterlibatannya langsung dalam Jaringan C40 Cities Climate
Leadership Group serta pengimplementasian program-programnya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya
kerja sama antarkota baik dalam Jaringan C40 Cities Climate Leadership
Group maupun institusi atau rezim internasional lainnya dalam isu perubahan
iklim global.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Kota merupakan salah satu penyebab terbesar dari kemunculan isu
perubahan iklim karena segala aktivitas di perkotaan tidak terlepas dari konsumsi
energi yang dibutuhkan. Untuk itu berikut merupakan penelitian terdahulu
mengenai perbahan iklim dan kota yang dapat dijadikan sebagai literature review:
Pertama, Jurnal yang berjudul Cities, Europeanization and Multi-level
Governance: Governing Climate Change through Transnational Municipal
Networks ditulis oleh Kristine Kern dari Wageningen University yang berlokasi di
Belanda pada tahun 2009 silam. Dalam jurnal ini menekankan penelitian pada
varian MLG dan Europeanization yakni jaringan transnasional otoritas lokal.
Berfokus dalam kebijakan perubahan iklim global yang membahas bagaimana
jaringan kota – transnasional (TMN/Transnational Municipal Networks) mengatur
dalam konteks pemerintahan multi level.
Peneliti menemukan bahwa TMN adalah jaringan of pioneers for pioneers.
Terdapat tiga kelompok aktor yang diidentifikasikan disebagian besar TMN yakni:
sekretariat internasional/koordinator sektoral; kepresidenan, dewan dan majelis
umum; keanggotaan kota. Untuk di Eropa sendiri terdapat tiga jaringan yang
muncul dibidang perlindungan iklim yang lebih spesifik sebagai perwujudan TMN:
14
the Climate Alliance, Cities for Climate Protection dan Energie-Cités. Hampir
1.400 kota dan kota di Eropa, termasuk banyak kota besar, seperti Amsterdam,
Roma, Stockholm dan Berlin, telah bergabung dengan setidaknya satu dari jaringan
ini.
Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai tiga strategi utama dalam TMN
yakni: informasi dan komunikasi; pendanaan proyek dan kerja sama; pengenalan,
pembandingan dan certification. Beserta contoh asosiasi Energie-Cités yang
membagikan informasi melalui komunikasi yang dilakukan para elit politik dengan
cara melakukan kunjungan ke kota-kota unutk belajar bagaimana kebijakan energi
lokal di masing-masing kota dapat berjalan dengan baik atau dapat juga
memperoleh data yang telah dikumpulkan oleh asosiasi tersebut sebagai saluran
arus informasi ke kota-kota lainnya. Namun dalam jurnal ini tidak secara spesifik
dijelaskan program-program apa saja yang dilakukan jaringan-jaringan kota dalam
menanggulangi permasalahan iklim global.
Kedua, dari jurnal yang berjudul Initiating and sustaining action:
Experiences building resilience to climate change in Asian cities, ditulis oleh Sam
Kernaghan dan Jo da Silva pada tahun 2013 di Australia. Dalam jurnal ini berisi
mengenai contoh dari pengalaman dan tindakan dari jaringan Asian Cities Climate
Change Resilience Network (ACCCRN) yang telah berjalan di 10 kota di Asia
dengan pendanaan program dari Rockefeller Foundation.
Sejak 2008, program ACCCRN telah aktif di sepuluh kota dan terdapat
empat kota yang mengalami pertumbuhan pesat di negara Vietnam, Indonesia,
India, Thailand hal ini dilandasi dengan ‘pengujian pendekatan lokal untuk
15
membangun ketahanan terhadap perubahan iklim bagi institusi dan sistem yang
melayani masyarakat miskin dan rentan’.
Selama lima tahun terakhir, program ACCCRN telah memulai tindakan
untuk membangun urban climate change resilience (UCCR), dan membuat
kemajuan yang jelas dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di tingkat
kota, mengembangkan dan menerapkan rencana ketahanan kota, mengidentifikasi
dan menerapkan tindakan untuk memperbaiki ketahanan perkotaan, sementara juga
membangun berbagai pengetahuan yang menghasilkan dan mekanisme berbagi
untuk bertukar pengalaman, keberhasilan dan kegagalan di dalam dan di luar kota
ACCCRN.
Unsur-unsur yang dilakukan oleh ACCCRN sama seperti jurnal sebelumnya
yakni: pertukaran informasi antar kota diyakini mampu membawa kota lainnya
untuk terus mengembangkan kebijakan dan program domestiknya guna strategi
penanggulanan masalah iklim yang lebih baik lagi. Kekurangan dalam jurnal ini
juga tertera pada penjabaran strategi dan rencana tidak di jelaskan per-kota hanya
secara general saja.
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu Penulis:
Kristine Kern
Penulis:
Sam Kernaghan dan Jo da Silva
Judul:
Cities, Europeanization and Multi-level Governance:
Governing Climate Change through Transnational
Municipal Networks
Judul:
Initiating and sustaining action: Experiences
building resilience to climate change in Asian cities
Pembahasan:
a. Kerja sama dalam konteks MLG dan
Europeanization
b. Menggunakan varian transnational networking of
local authorities
c. Regionalisme di Eropa
d. Berfokus pada aliansi perlindungan iklim.
e. Wujud aliansinya: Climate Alliance, Cities for
Climate Protection dan Energie-Cités
Pembahasan:
a. Kerjas ama dalam konteks MLG
b. Regionalisme di Asia
c. Berfokus pada dampak perubahan iklim di
lingkungan perkotaan
d. Wujud kerja samanya: ACCCRN
Sumber: Berdasarkan Analisis Penulis
16
Berdasarkan kedua literature review tersebut, dapat diketahui bahwa kerja
sama dalam menanggulangi masalah perubahan iklim mampu dijalankan dalam
konteks MLG serta berfokus pada aktor subnasional. Namun kedua penelitiannya
lebih berada di sudut pandang aktor supranasional yang mempunyai kewenangan
atas aktor-aktor sub-nasional dibawahnya sebagai anggota organisasi. Sumbangsih
yang diberikan dari kedua penelitian terdahulu tersebut berada pada kinerja aktor-
aktor mulai dari supranasional hingga subnasional dalam penanganan masalah
perubahan iklim. Melalui program-program yang mereka bentuk menghasilkan satu
tujuan bersama yakni mengurangi dampak buruk yang dialami oleh kota terutama
masyarakatnya.
Perbedaan antara kedua literature review dengan penelitian penulis yakni:
penelitian ini menggunakan landasan paradiplomasi lingkungan, gabungan dari
MLG dan paradiplomasi. Maka sudut pandang penelitian penulis lebih kepada aksi
yang dilakukan kota sebagai aktor subnasional dalam lingkungan supranasional.
Aksi itu bertujuan untuk menggambarkan kegiatan paradiplomasi lingkungan yang
dilakukan oleh kota.
2.2. Landasan Konseptual
2.2.1. Paradiplomasi
Istilah Paradiplomasi merupakan singkatan dari parallel diplomacy yang
pertama kali muncul pada tahun 1980an dalam tulisan-tulisan Ivo Duchacek dan
Panayotis Soldatos dalam konteks perdebatan akademis seputar model ‘new
federalism’ Presiden AS Richard Nixon, sebuah rencana untuk menurunkan kontrol
dari beberapa program federal untuk pemerintah negara bagian dan lokal.
17
Para adalah kata Yunani yang berarti di samping, dekat, berdampingan, atau
anak perusahaan/cabang, wakil. Beberapa ilmuwan memang melihat paradiplomasi
dalam merujuk pada diplomasi dan mendefinisikannya sebagai kegiatan
internasional langsung. Oleh aktor subnasional yang mendukung, melengkapi,
memperbaiki, menduplikat, atau challenging diplomasi negara-bangsa17.
Aksi dari unsur paradiplomasi berakar dari sistem pemerintahan berbasis
federal. Aspek positif dari basis federalis ini adalah fokus yang diberikan kepada
unsur paradiplomatik ke ranah domestik, dan fakta bahwa mempertimbangkan
adanya batasan hukum untuk melakukan proses pengaturan ulang – rescaling.
Aspek negatifnya, bagaimanapun juga paradiplomasi telah berfokus pada batasan-
batasan yang memisahkan aktor dan bukan pada hubungan yang mengikat mereka
dan tidak memiliki pemahaman teoritis yang kuat mengenai hasil keterlibatan
pemerintah subnasional dalam hubungan internasional.
Terdapat dua faktor mengapa prakter paradiplomasi ini muncul, yang
pertama faktor eksternal18:
a. Globalisasi
Globalisasi mengikis batas-batas antara negara-negara bagian (borderless)
dan memberi kesempatan kepada beberapa entitas subnasional untuk mengatur
tujuan ekonomi mereka tidak hanya di daerah otonom mereka tetapi juga di seluruh
wilayah nasional. Karena sifat globalisasi yang universal, maka dapat diasumsikan
bahwa faktor globalisasi memiliki dampak pada berkembangnya praktek
17 Tavares, Rodrigo. 2016. Paradiplomacy: Cities And States As Global Players. Oxford
University Press. 18Kuznetsov, Alexander S. 2015. Theory And Practice Of Paradiplomacy: Subnational
Governments In International Affairs. Oxon: Routledge.
18
paradiplomasi global di seluruh dunia, namun yang pasti kekuatan variabel ini dapat
bervariasi sesuai derajatnya untuk wilayah yang berbeda.
b. Regionalisasi
Identifikasi regionalisme dapat dipandang sebagai peningkatan peran
pemerintah daerah hampir disegala bidang, termasuk hubungan di skala
internasional. Kepentingan utama dari kekuatan regionalisasi adalah distribusi
kemampuan kekuasaan formal dan informal antara otoritas pusat dan daerah. Jadi
sebenarnya, regionalisasi adalah kecenderungan global yang mendorong
subsidiaritas (pembagian), yang berarti mendelegasikan kemampuan sebanyak
mungkin dari pemerintah pusat ke tingkat otoritas regional dan lokal di wilayah
dimana pemerintah non-pusat dapat bertindak secara efektif.
Dalam analisis Michael Keating19, regionalisme ini dijelaskan lagi kedalam
tiga aspek utama yakni yang pertama, sebagai suatu kebijakan negara, kejadian
yang bersifat top-down ketika pemerintah pusat mulai secara aktif melibatkan elit
daerah dalam perancangan dan implementasi strategi nasional, dan oleh karena itu
hal ini dapat meningkatkan status politik dan ekonominya. Kedua, sebagai proses
bottom-up tuntutan regional untuk lebih menegakkan otoritas politis, ekonomi dan
budaya. Ketiga, sebagai respon baik dari pusat maupun daerah mengenai tantangan
dan peluang yang muncul dalam konteks perubahan ekonomi global.
c. Demokratisasi
Fenomena gelombang demokratisasi mengubah sistem pemerintahan dari
otoriter ke demokrasi. Dalam sistem demokrasi, pembuatan kebijakan dilakukan
dalam mengadopsi beberapa aspek atau tuntutan masyarakat yang tersebar di
19Kuznetsov, ibid.
19
berbagai wilayah negara tersebut sehingga sangat kecil kemungkinan jika di
lakukan di bawah sistem otoriter yang hanya terpusat di tingkat pemerintahan
paling tinggi.
d. Mendomestikasi kebijakan luar negeri dan menginternasionasi kebijakan
domestik
Mulai munculnya permasalahan domestik yang kemudian mempengaruhi
perhatian internasional sehingga membuat aktor subnasional terlibat aktif dalam
memperjuangkan interest mereka di skala politik internasional.
Setelah pemaparan faktor ekternal, berikut adalah faktor-faktor internal
atas kemunculan paradiplomasi:
a. Federalisasi dan desentralisasi
Hal ini berkaitan pada konsep ‘new federalism’ yang dicetuskan Presiden
Nixon, presiden Amerika Serikat pada tahun 1970-an yang mengakibatkan peran
negara bagian atau aktor subnasional tadi mendapat porsi kewenangan sendiri
dalam praktek paradiplomasi.
b. Permasalahan dalam proses nation-building
Terdapatnya beberapa masalah dalam proses pembangunan suatu negara
memaksa mereka untuk mengaktualisasikan aktivitas paradiplomasi mereka.
Karena dalam paradiplomasi, aspirasi daerah mendapatkan perhatian khusus. Hal
ini juga menjadi pertimbangan sebagai tantangan dan kesempatan bagi pemerintah
pusat dalam memecahkan dilema politik mengenai bagaimana mengakomodasi
kepentingan semua konstituen didalam sebuah negara dengan mudah.
Permasalahan yang paling memberikan dampak terhadap kemunculan
paradiplomasi ialah keinginan suatu wilayah atau kota untuk memisahkan diri dari
20
negara karena dimensi nasionalisme tidak lagi terbangun. Rasa kesatuan dalam
lingkup teritorial negara yang tidak ada lagi membuat kota tersebut mencari
dukungan kota atau negara lain untuk mendapatkan pengakuan dengan cara
melakukan paradiplomasi. kegiatan paradiplomasi ini yang menjadi jembatan
dalam berproses dari sebuah kota menjadi negara independen.
c. Kurangnya efektivitas pemerintah pusat dalam hubungan luar negeri
Kurangnya kinerja pemerintah pusat dalam interaksi dengan pihak luar
menjadikan faktor dimana pemerintah subnasional mengambil langkah sendiri
sebagai refleksi kebijakan luar negeri yang tidak dapat dijalankan oleh pemerintah
pusat.
d. Ketidaksamaan rerata PDB
Faktor internal lain dari adanya praktek paradiplomasi ini dilihat dari
kemampuan ekonomi suatu daerah otonom yang memiliki PDB setara atau bahkan
lebih besar dari negara. Aspek ini menjadi power suatu kota dalam hal pendanaan
proyek yang mereka jalankan sendiri maupun bilateral atau multilateral dengan kota
lain.
e. Stimulus dari luar wilayah
Paradiplomasi dapat disebabkan dan didorong oleh pengaruh faktor
eksternal. Misalnya, presiden pertama republik kelima Prancis, Charles de Gaulle,
sangat mendorong interaksi intensif antara Prancis dan Quebec dengan begitu dia
memberi kontribusi atau pengaruh dalam proses pembentukan kepribadian
internasional Quebec.
21
f. Peran pemimpin daerah atau partai politik
Posisi pemimpin daerah atau kota yang biasanya memiliki hubungan dengan
pemimpin daerah lainnya menyebabkan munculnya kerja sama antar daerah
sehingga jaringan antar pemerintah daerah atau kota ini memiliki peran pentinga
dalam politik internasional.
g. Peran perbatasan
Segi geografis termasuk dalam faktor internal sebab keberadaan wilayah
tetangga juga mempengaruhi dalam konsep paradiplomasi. Pertukaran makna,
tujuan atau nilai-nilai lainnya lebih mudah jika letak wilayah berdekatan. Sehingga
jika suatu kerja sama terjalin maka misi utama akan lebih cepat menyatukan kedua
wilayah demi keuntungan bersama.
Criekmans20 menyebutkan terdapat tujuh karakteristik dalam
paradiplomasi:
1. Ius legationis atau representasi politik luar negeri.
2. Ius tractandi atau kekuatan kewenangan pembuatan kebijakan.
3. Perjanjian-perjanjian lain yang memiliki sifat formal tertentu, seperti deklarasi
(politis), perjanjian kerja sama, kontrak transnasional dan perjanjian budaya
atau kemitraan.
4. Pengembangan program bantuan dan berbagi pengetahuan: program bilateral,
program kerja sama lintas batas, program yang melibatkan masyarakat sipil
dari wilayah sendiri dan kawasan atau negara lain untuk terlibat bersama, atau
program multilateral.
20Grydehoj, Adam dkk. 2014. Paradiplomacy. Centre Maurits Coppieters.
22
5. Berbagai bentuk partisipasi dalam kerangka kerja multilateral dan organisasi,
contohnya mengamati dan berpartisipasi dalam komite (teknis), penciptaan
atau partisipasi dalam pendanaan di organisasi multilateral, menjadi anggota
asosiasi organisasi multilateral.
6. Partisipasi dalam jaringan formal atau informal bentuk lainnya.
7. Mengembangkan diplomasi publik, baik domestik maupun internasional.
2.2.2. Paradiplomasi Lingkungan
Paradiplomasi lingkungan merupakan gabungan dari konsep paradiplomasi
dan pendekatan Multilevel Governance (MLG) yang dikemukakan oleh Joana
Setzer. Kedua konsep ini diyakininya dapat saling melengkapi bukan
berkontradiksi satu sama lain. Unsur-unsusr paradiplomasi mengartikan bahwa
pemerintah subnasional dapat bertindak secara nasional dan internasional, melalui
atau secara independen dari pemerintah pusat, dalam mengatasi masalah
lingkungan global.
Sementara unsur MLG mengatakan bahwa pemerintah subnasional dapat
mendorong rescalling (pengaturan ulang) tata kelola lingkungan yang turun dari
tingkat nasional kemudian naik ke supranasional, naik dari tingkat nasional ke
supranasional, dan secara horizontal di seluruh organisasi dan jaringan regional dan
sektoral21. Dengan begitu terciptalah kombinasi framework oleh Joana Setzer yang
diberi nama environmental paradiplomacy22 atau paradiplomasi lingkungan.
21Setzer, Joana. 2013. Environmental Paradiplomacy: The Engagement Of The Brazilian
State Of São Paulo In International Environmental Relations. London: A Thesis The Department
Of Geography And Environment Of The London School Of Economics And Political Science. Hal:
59. 22Setze, Ibid.
23
Namun dalam bukunya Rodrigo Tavares23 yang berjudul Paradiplomacy:
Cities And States As Global Players, paradiplomasi dibagi kembali kedalam 4 jenis
yakni:
1. Kerja sama antar dua kota atau sister-city atau twins town (ceremonial
paradiplomacy).
Kerja sama jenis ini pertama kali terjadi di kawasan Eropa pada tahun 836
yang melibatkan Kota Paderborn di Jerman dengan Kota Le Mans di Perancis24.
Kemudian yang kedua adalah Kota Toledo di Amerika Serikat dan Kota Toledo di
Spanyol. Towntwinning kembali dilakukan pada tahun 1947 dengan tujuan
membangun pemahaman bersama ketika Dewan Bristol (Britania Raya)
mengirimkan lima ‘leading citizens’ pada goodwill mission ke Hanover (Jerman)
dan menghasilkan perjanjian town-twinning.
Perjanjian-perjanjian antar dua kota terus berlanjut hingga saat ini, di
kawasan Eropa sendiri diperkirakan telah memiliki lebih dari 10.000 perjanjian
persahabatan25. Jenis kerja sama ini juga didukung oleh Uni Eropa melalui program
Europe for Citizens. Berlangsung sejak tahun 2006, program ini bertujuan untuk
menempatkan kerangka hukum guna mendukung berbagai kegiatan dan organisasi
yang mengkampanyekan ‘active European citizenship’. Kampanye active
European citizenship dalam program Europe for Citizens memiliki agenda berupa
pertukaran pengalaman tentang berbagai masalah yang menjadi kepentingan
bersama maka dari itu munculah berbagai perjanjian antar kota di Eropa yang
memberikan kontribusi terhadap integrasi di kawasan mereka.
23Tavares, Ibid. 24Tavares, Ibid. 25Tavares, Ibid.
24
2. Kerja sama antar kota dengan berbagai macam kepentingan dan agenda (global
paradiplomacy).
Jenis yang kedua ini seperti kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh
California. Kebanyakan wilayah atau kota di Amerika Serikat melakukan kerja
sama dengan dasar ekonomi dan investasi saja sementara untuk California yang
dikenal juga sebagai entitas subnasional terkaya di dunia, memasukkan agenda
diplomasi iklim. Jadi selain kerja sama dibidang ekonomi dan investasi, California
juga memiliki agenda lain yakni diplomasi iklim sehingga jenis kerja sama ini
masuk ke dalam global paradiplomacy sebab melibatkan tiga fokus kerja sama
sekaligus.
3. Kerja sama dengan fokus hanya disatu itu (single-themed paradiplomacy).
Untuk single-themed paradiplomacy tentunya berbeda dari jenis yang kedua
tadi sebab hanya melibatkan satu fokus kerja sama. Contoh kerja sama yang hanya
bergerak pada ekologi yakni antara New York, Pennsylvania, Ohio, Illinois,
Wisconsin, Minnesota, Ontario, dan Quebec. Dilatarbelakangi oleh kurangnya
perhatian dari pemerintah federal (pemerintah pusat mereka) untuk memberi
dukungan pada penerapan langkah-langkah pengendalian terhadap hujan asam dan
kemerosotan ekologi di wilayah Great Lakes. Di wilayah Eropa terwaikili dengan
adanya Conference of Peripheral and Maritime Regions bergerak pada sekor
kemaritiman.
4. Kerja sama dalam proses pemisahan diri menjadi independen (sovereign
paradiplomacy).
Dalam kasus pemisahan diri ini, suatu wilayah atau kota menjadikan
paradiplomasi sebagai alat mereka dengan tujuan untuk membangun negara
25
berdaulat penuh. Istilah lainnya yakni “Protodiplomacy” yang mewakili kerja
persiapan diplomatik untuk pemisahan diri di masa depan dan untuk pengakuan
diplomatik internasional atas kejadian semacam ini. Maka jalinan kerja sama yang
terbentuk digunakan sebagai bukti pengakuan dari wilayah lain atar kemerdekaan
mereka jika tercapai kelak. Serta untuk menjadi mitra kerja sama bidang lain guna
pembangunan domestik negara baru tersebut.
Untuk paradiplomasi lingkungan sendiri termasuk kedalam single-themed
paradiplomacy sebab hanya mengangkat isu lingkungan tanpa adanya kepentingan
atau isu kompleks lain didalamnya. Sementara untuk proses pemisahan diri menjadi
independen sama dengan pernyataan Kuztensov namun penempatannya berbeda.
Bagi Kuznetsov proses dalam pemisahan diri menjadi negara independen
merupakan faktor pendorong dari kemunculan paradiplomasi secara umum,
sementara bagi Tavares hal ini menjadi salah satu jenis dari kegiatan paradiplomasi.
Dapat ditarik suatu definisi bahwa paradiplomasi lingkungan merupakan
keterlibatan aktor subnasional dalam hubungan internasional yang melakukan
serangkaian agenda terkait isu lingkungan global. Dilakukan ditingkat nasional
dan/atau internasional, melalui dan/atau independen dari pemerintah nasional serta
bertujuan untuk mengatasi permasalahan mengenai dampak perubahan iklim yang
mempengaruhi lingkungan dan masyarakat.
Kriteria dari paradiplomasi lingkungan sendiri terdiri atas:
a. Penandatanganan perjanjian atau deklarasi kerja sama (dengan pemerintah
subnasional di luar lintas batas, pemerintah nasional lainnya, agensi
pembangunan internasional atau organisasi internasional).
26
b. Berpartisipasi dalam proses negosiasi tentang permasalahan lingkungan secara
internasional dimana masalah lingkungan global ditangani.
c. Berpartisipasi dalam jaringan transnasional untuk pemerintah subnasional.
d. Mengadakan pertemuan dengan pemerintah di luar negeri atau menjadi tuan
rumah pertemuannya.
e. Bertemu dengan pejabat pemerintah nasional untuk menjadi representatif
negara di negosiasi permasalahan lingkungan internasional.
2.2.3. Perubahan Iklim
Perubahan iklim menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam United
Nations Framework Convention On Climate Change pada tahun 1992 merupakan
perubahan yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan aktivitas
manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan yang merupakan tambahan
dari variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu yang sama26. Jadi
selain meneliti siklus alami iklim, para ilmuan juga menyertakan indikator dari
adanya perubahan didalamnya.
Dampak dari perubahan iklim yang diteliti menurut IPCC meliputi27:
a. Perubahan salju, es dan tanah beku – frozen ground (termasuk lapisan es).
b. Efek pada sistem hidrologi.
c. Perubahan pada sistem biologi terestrial – yang berkenaan dengan bumi.
d. Kecenderungan terhadap penghijauan vegetasi awal dan thermal growing
season yang lebih lama.
26United Nations Framework Convention On Climate Change. 1992. https://unfccc.int.
Diakses Pada 26 Oktober 2017 Pukul 04.20. 27United Nations Framework Convention On Climate Change. 2011. Fact sheet: Climate
change science - the status of climate change science today. https://unfccc.int. Diakses Pada 26
Oktober 2017 Pukul 04.40.
27
e. Perubahan sistem biologis laut dan air tawar yang terkait dengan kenaikan suhu
air, serta perubahan terkait pada lapisan es, kadar garam dalam air asin, tingkat
oksigen dan sirkulasi.
f. Pengasaman laut dengan penurunan rata-rata pH-nya.
2.3. Kerangka Pemikiran
Perubahan iklim yang terjadi secara global kian terasa dampaknya bagi
manusia. Mulai dari gelombang panas, menurunnya kelembapan tanah serta
kekeringan yang terjadi pada musim panas. Curah hujan yang tidak merata hingga
badai dengan intensitas kecepatan angin yang cukup tinggi. Dampak-dampak
tersebut tentunya juga dirasakan oleh Kota London sebagai fokus penelitian ini.
Jenis permasalahan perubahan iklim ini termasuk kedalam collective
dilemmas yang dimana cara penyelesaiannya tidak dapat dilakukan oleh satu atau
sekelompok aktor saja namun dengan melibatkan kontribusi seluruh aktor. Maka
perlu adanya kerja sama dalam menanggulangi permasalahan ini. Dengan
demikian, Kota London yang memiliki permasalahan dalam wilayah yuridiksinya
akibat dari dampak masif perubahan iklim tersebut berupaya untuk mencari solusi
atas fenomena ini. Dilatarbelakangi oleh kegagalan implementasi Prokotol Kyoto
pada level aktor nasional atau negara, Kota London sebagai aktor subnasional
memberanikan diri untuk keluar dari batasan teritorial negaranya guna menjadi
perintis dari Jaringan C40 yang beranggotakan kota-kota di dunia.
Jaringan C40 memberikan pelayanan yang berbeda untuk setiap kota sebab
potensi serta permasalahan dalam isu lingkungan antar anggotanya tidak selalu
sama satu dengan yang lainnya. Maka proses pengimplementasian programnya
28
tergantung pada kemampuan yang dimiliki kota tersebut. Dalam jaringan ini selain
pengimplementasian program kerjanya, Kota London juga menjalin kerja sama
dengan anggota lain yang memiliki kesamaan masalah lingkungan diperkotaan
masing-masing.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kerangka pikir dalam penelitian
ini memposisikan Kota London sebagai entitas sub-nasional yang memiliki
permasalahan dalam perubahan iklim. Menargetkan aksi mereka ke dalam Jaringan
C40 sebagai entitas politik asing di luar teritorial London. Menggunakan dua
konsep dasar sebagai landasan analisis untuk melihat arah diplomasi kota menuju
paradiplomasi, aksi melalui penerapan program-program maka dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan yang akan menggambarkan peran dari pemerintah Kota
London dalam konteks paradiplomasi lingkungan mereka.
Permasalahan Perubahan Iklim
Kota London
Paradiplomasi Lingkungan
C40
Arah Diplomasi, Aksi & Peran Kota London
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian prosedur atau langkah-langkah
dalam melakukan suatu penelitian. Termasuk didalamnya, alat-alat yang digunakan
untuk mengukur dan mengumpulkan data serta tata cara bagaimana melakukan
penelitian di lapangan. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Nicholas
Walliman dalam bukunya:
“Research methods are the techniques you use to do research. They
represent the tools of the trade, and provide you with ways to
collect, sort and analyse information so that you can come to some
conclusions.”28
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Menurut Punch penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang empiris dimana datanya tidak dalam bentuk angka29. Pendapat
mengenai penelitian kualitatif dari Punch memiliki makna yang sama dengan
pendapat dari Denzin dan Lincoln yakni penelitian kualitatif melibatkan
penggunaan dan pengumpulan yang dipelajari dari berbagai bahan empiris berupa
studi kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah hidup, wawancara, observasi,
sejarah, interaksional, dan teks visual yang dimana hal tersebut menggambarkan
28Walliman, Nicholas. 2011. Research Methods: The Basics. Oxon: Routledge. 29Punch, Keith F. 1998. Introduction to Social Research: Quantitatie and Qualitative
Approaches. London: Sage.
30
momen dan makna rutin serta permasalahan dalam kehidupan individu. Oleh karena
itu, peneliti kualitatif menggunakan berbagai metode yang saling berhubungan,
berharap selalu mendapatkan perbaikan yang lebih baik pada subjek yang ada30.
Metode penelitian kualitatif sendiri memiliki tujuan untuk meningkatkan
pemahaman akan suatu fenomena, aktivitas, serta proses sosial. Melalui pendekatan
deskriptif, peneliti berusaha mengutarakan pemecahan masalah atau
mengiterpretasikan apa yang terjadi. Maka dari itu, analisa ini akan bertumpu pada
dua konsep dasar yakni paradiplomasi dan paradiplomasi lingkungan dengan
menggunakan jenis metode deskriptif kualitatif guna memperoleh informasi
mengenai faktor kemunculan Kota London sebagai aktor subnasional ke level
internasional dan konstribusi Kota London di dalam Jaringan C40 sebagai aktor
yang mengimplementasikan program-programnya yang berkaitan dengan masalah
lingkungan.
3.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian yang
memiliki tujuan untuk membatasi penelitian tersebut. Maka dalam penelitian ini
akan berfokus pada faktor pendorong kemunculan paradiplomasi lingkungan Kota
London serta kegiatan yang dilakukan sebagai representatif dari paradiplomasi
lingkungan mereka. Kemunculan paradiplomasi lingkungan kota London dianalisis
melalui 11 aspek sebagai faktor pendorong terdiri dari 4 aspek eksternal dan 7 aspek
internal menurut Kuznetsov yang tertera pada landasan konseptual.
30Denzin, N and Lincoln, Y (Eds). 1994. Handbook of Qualitative Research. Thousand
Oaks, California: Sage.
31
Sementara untuk bagian kegiatan yang dilakukan Kota London sebagai
representatif dari paradiplomasi lingkungan mereka meliputi penjabaran dari
program-program yang dijalankan sebagai perwujudan atas komitmen mereka
dikeempat bidang kerja sama Jaringan C40 serta berkaitan dengan kebijakan kota
dan anggaran yang dikeluarkan. Masih dalam satu bagian fokus yang sama yakni
analisis kegiatan atau keikutsertaan kota London yang berkaitan dengan isu
lingkungan kemudian disesuaikan dengan kriteria dari konsep paradiplomasi
lingkungan. Penelitian ini akan bermuara pada keunggulan dan kelemahan dari
kegiatan paradiplomasi lingkungan dari Kota Londan.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Peneliti
memperoleh data tersebut melalui data-data yang sudah ada sehingga tidak
melakukan penelitian secara langsung ke lapangan. Data-data tersebut merupakan
sumber yang kredibilitas datanya teruji baik berupa jurnal, buku, laporan tertulis
dan dokumen-dokumen berkaitan dengan objek yang diteliti, terutama yang
menyangkut paradiplomasi lingkungan Kota London dan Jaringan C40, seperti
dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Kota London dari tahun 2014 hingga 2017
serta laporan hasil pertemuan anggota atau press release yang dikeluarkan oleh
Jaringan C40. Data ini kemudian akan penulis gunakan untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian.
32
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti, yaitu studi litaratur
(library research) dan studi dokumentasi.
1. Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data menggunakan sumber data-
data sekunder yang didapat dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti: buku,
jurnal, artikel maupun surat kabar yang relevan terkait kebijakan lingkungan
serta anggaran dasar kota yang menjadi modal Kota London untuk melakukan
paradiplomasi lingkungan. Artikel ataupun laporan resmi yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari sumber yang valid yakni situs resmi pemerintah Kota
London dan Jaringan C40.
2. Studi dokumentasi berasal dari sejumlah dokumen dan catatan peristiwa yang
sudah ada sebelumnya seperti dokumen resmi dan pernyataan resmi Pemerintah
Kota London terkait kegiatan paradiplomasi serta dokumen resmi, press release
maupun laporan hasil pertemuan anggota dari situs Jaringan C40 yakni:
c40cities.org dan sebagainya.
3.5. Validitas Data
Pemerikasan validitas atau keabsahan data merupakan bagian yang sangat
diperlukan dalam suatu penelitian agar hasil akhir yang diperoleh dari penelitian
tersebut dapat valid dan dipercaya kebenarannya. Menurut Creswell validitas dalam
penelitian kualitatif merupakan pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian
dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif
33
mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika
diterapkan oleh peneliti-peneliti lain31.
Validitas data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi sumber
data, yaitu dengan cara memeriksa dan menetapkan validitas data melalui analisis
dari berberbagai perspektif. Norman K. Denzin memperkenalkan ide mengenai
triangluasi dalam pembahasan penelitian kualitatif sebagai “kombinasi dari
metodologi penelitian atau studi pada fenomena yang sama”. Melalui definisi
tersebut, asal mulanya Denzin memahami triangulasi sebagai strategi validasi yang
akhirnya digunakan oleh banyak peneliti lain sampai sekarang. Denzing kemudian
membagi triangulasi kedalam empat bagian yakni: triangulasi metode, triangulasi
antar peneliti, triangulasi sumber data dan triangulasi teori.
a. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berbeda. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau
informasi yang diperoleh dari subjek, narasumber atau informan diragukan
kebenarannya. Jika data itu sudah jelas maka naskah atau teks triangulasi tidak perlu
dilakukan namun untuk aspek dalam triangulasi lainnya tetap dilakukan.
b. Triangulasi antar peneliti
Triangulasi ini dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu orang dalam
tahap pengumpulan dan analisis data. Perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak
utnk memproses data harus memiliki pengalaman dalam melakukan penelitian
sebelumnya serta bebas dari konflik kepentingan agar tidak merugikan peneliti.
31Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
34
c. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara menggali kebenaran
informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya
dengan wawancara, observasi, catatan pribadi serta dokumentasi.
d. Triangulasi teori
Triangulasi teori merupakan hasil akhir penelitian kualitatif yang berupa
sebuah rumusan informasi. Dimana informasi tersebut kemudian dibandingkan
dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari hasil yang tidak sesuai
dengan kesimpulan penelitian.
Pada penelitian ini, triangulasi dilakukan pada sumber data karena
penelitian ini menggunakan sebagian besar sumber data sekunder, yakni berasal
dari dokumen, laporan dan penyataan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah
maupun jaringan resmi non-pemerintahan. Dalam melakukan uji validitas data,
peneliti telah membandingkan pernyataan, laporan dan wacana-wacana yang
dikeluarkan pihak terkait, khususnya Pemerintah Kota London dan Jaringan C40
melalui sumber-sumber data sekunder yang dipublikasikan secara resmi di media
online mereka.
3.6.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang disajikan dalam penelitian ini adalah teknik yang
dikemukakan oleh Creswell mulai dari pengumpulan data, interpretasi data serta
menggabungkannya dengan teori yang ada, hingga bermuara pada kesimpulan32.
Pada tahap ini, penelitian kualitatif-deskriptif akan bermuara pada kesimpulan yang
32Creswell, John W. 2014. Research Design Qualitative Quantitative and Mixed Method.,
Halaman 183.
35
merupakan hasil dari embrio informasi atas tahapan pengumpulan data lalu
dikaitkan ke dalam teori atau logical manner. Analisis yang ditawarkan dalam
kualitatif-deskriptif ialah mendeskripsikan fenomena atau research area yang
sedang diteliti, berisi mengenai kejadian yang sebenarnya terjadi, aktor yang
terlibat, inti dari yang dipermasalahkan, serta tempat kejadian tersebut berlangsung.
Creswell, dalam bukunya menjelaskan enam tahapan dalam proses
penelitian yaitu mengidentifikasi masalah penelitian, meninjau literatur,
menentukan tujuan untuk penelitian, mengumpulkan data, menganalisis dan
menafsirkan data, pelaporan dan evaluasi penelitian33. Tahapan prosesnya dapat
digambarkan seperti dibawah ini.
Gambar 3.1 Enam tahapan dalam proses penelitian menurut Creswell
Teknik analisis deskriptif dalam penelitian ini yakni dengan
menggambarkan strategi paradiplomasi lingkungan Kota London melalui kegiatan
implementasi program maupun agenda kerja sama antar kota di dalam Jaringan
C40.
33Creswell, John W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research, 4th Edition. Boston: Pearson Education, Inc.
Pelaporan dan Evaluasi
Penelitian
• Memutuskan sasaran
pembaca
• Penataan laporan
• Menulis laporan secara
sensitif
Mengidentifikasi Masalah
Penelitian
• Menentukan masalah
• Memberikan asalannya
• Menyarankan perlunya
mempelajar ini bagi pembaca
Peninjauan LIteratur
• Mencari sumber data
• Memilih sumber data
• Meringkas sumber data
Menganalisis dan
Menafsirkan Data
• Mengolah data
• Merepresentatifkan data
• Menjelaskan data
Mengumpulkan data
• Memilih narasumber
untuk penelitian
• Memperoleh izin
• Mengumpulkan informasi
Menentukan Tujuan Penelitian
• Mengidentifikasi tujuan
pernyataan
• Mempersempit pernyataan
tujuan untuk pertanyaan
penelitian atau hipotesis
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Bab ini akan memaparkan kondisi umum aktor-akor yang terlibat di dalam
penelitian, yaitu Kota London dan Jaringan C40. Paparan dibagi menjadi dua
bagian. Pertama, akan dijelaskan mengenai kondisi umum Kota London dalam
fenomena perubahan iklim yang dialami, pelaporan dari kondisi Kota London yang
dimiliki oleh Jaringan C40 serta tindakan penanganan masalah iklim dalam segi
aksi paradiplomasi dari pemerintah lokal kota London. Bagian kedua sekaligus
menjadi bagian yang terakhir ialah gambaran umum dari Jaringan C40 mulai dari
sejarah dan masa kepemimpinan hingga bidang kerja sama yang terbentuk.
4.1. Kota London
Pada gambaran umum mengenai kota London, penjelasan akan dibagi
menjadi tiga bagian yakni secara: geografis, sistem pemeritahan lokal dan
perubahan iklim yang dialami kota tersebut.
4.1.1. Geografis
Kota London merupakan ibukota Inggris (England) dengan jumlah populasi
penduduk mencapai 8,75 juta jiwa melalui perhitungan ditahun 201734. Populasi
34Population Growth of London. Dikutip dari https://www.ukpopulation.org/london-
population/ Pada 26 April 2018 pukul 22.26.
37
tersebut menempati wilayah dengan luas35 sebesar 611 mil2 atau sekitar 1.582 km2.
Perkiranan populasi akan semakin bertambah menjadi 9 juta jiwa36 di tahun 2021
dan hampir mencapai 10 juta jiwa ditahun 2031. Selama sepuluh tahun terakhir
peningkatan populasi di Kota London mencapai 16%.
Gambar 4.1 Peta Distrik di Kota London
Sumber: https://www.trustforlondon.org.uk/data/londons-geography/
Kota London terdiri dari 32 distrik dari 5 kawasan seperti yang tertera pada
gambar 4.1. Pada bagian yang berwarna biru paling gelap, inner east & south
terdapat distrik Haringey, Islington, Hackney, Tower Hamslet, Newham, Lambeth,
Southwark, Lewisham. Inner west terdapat pusat kota di tengahnya (city), Camden,
Westminster, Kensington, Hammersmith, Wandsworth. Outer east & northeast:
Enfield, Waltham Forest, Redbridge, Havering, Barkong & Degenham, Greenwich,
Bexley. Outer west & northwest: Barnet, Harrow, Brent, Hillington, Ealing,
35The Greater London Authority. September 2014. The London Curriculum Geography
Key Stage 3. London. 36The Greater London Authority, Ibid.
38
Hounslow, Richmond. Yang terakhir yakni outer south terdiri dari Kingston,
Merton, Sutton, Croydon dan Bromley. Tiap-tiap distrik ini memiliki tanggung
jawab yang sama untuk layanan lokal seperti sekolah, layanan sosial, pengumpulan
sampah dan daur ulang dan pemeliharaan jalan37. Diantara distrik-distrik tersebut
terbentang sungai Themes yang merupakan sungai terpanjang di kota London.
Mencapai sekitar 346 km panjangnya aliran sungai Themes, mengalir dari bagian
timur Kota London hingga ke barat diantara distrik Richmond dan Hounslow.
4.1.2. Sistem Pemerintahan Kota
Dipimpin oleh seorang walikota (mayor) bersama dengan Majelis London
guna mengatur dan mengelola seluruh tata kota yang keduanya dipilih melalui
pemilihan umum serta menjadi komponen dalam Greater London Authority (GLA).
Dalam penelitian ini akan melibatkan pengelolaan data dari masa kepemimpinan
Mayor Boris Johnson hingga Mayor Sadiq Khan.
Untuk Mayor Johnsons sendiri berasal dari partai Konservatif yang terpilih
sebagai walikota London pada tahun 2008 dan menjabat hingga tahun 2016.
Dengan manifesto partai Konservatif kala itu meliputi bidang: perekonomian,
pendidikan, kesehatan, lingkungan, Uni Eropa (saat sebelum Inggris keluar dari Uni
Eropa), pajak, pertahanan nasional, urusan luar negeri, transportasi, bisnis, anggota
keamanan (pemilihan komisaris polisi), imigrasi, pengeluaran publik dan pajak
untuk dewan38.
37The Greater London Authority, Ibid. 38The Telegraph. 2010. Conservative Manifesto: 2010 General Election Party Policy.
Dikutip dari https://www.telegraph.co.uk/news/election-2010/7165000/conservative-
manifesto.html Pada 16 Juli 2018 Pukul 08.36.
39
Sementara Mayor Khan menjabat setelahnya pada tahun 2016 hingga saat
ini. Mayor Sadiq Khan berasal dari Partai Buruh dengan artian bahwa Mayor Khan
memiliki pandangan dasar yang berorientasi pada ‘kesejahteraan hidup’ dan
‘masyarakat’(The Labour Party has always been about people. It was formed to
give ordinary people a voice and has sought power in order to improve their
lives)39. Partai Buruh memiliki manifesto di bidang perekonomian dengan
menciptakan lapangan kerja yang dapat menampung banyak sumber daya manusia,
beberapa manifesto dibidang lain seperti negosiasi pasca Brexit40, membangun
layanan pendidikan nasional, keadilan dalam bidang kerja, jaminan sosial,
penyediaan tempat tinggal yang layak dan aman, layanan kesehatan, meningkatkan
keamanan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas praktek
demokrasi serta keadilan sosial41.
Walaupun tidak secara spesifik menjelaskan program dari partai Buruh yang
memprioritaskan kondisi lingkungan tetapi atas dasar landasan pada kesejahteraan
hidup masyarkatnya, secara tidak langsung pembangunan dibidang yang ramah
terhadap lingkungan mampu mewudujkan kehidupan yang sejahtera tersebut dalam
masa kepemimpinan Mayor Khan. Berbeda dengan Mayor Johnson yang memang
memiliki pedoman dari manifesto partainya didalam bidang lingkungan, hal ini juga
yang mendasari peneliti untuk mengambil waktu penelitian mulai tahun 2014 ketika
masa jabatan Mayor Johnson memasuki tahun keempat dan kegiatan paradiplomasi
39Labour’s History. Dikutip dari https://labour.org.uk/about/labours-legacy/ Pada 16 Juli
2018 Pukul 06.08. 40 Brexit merupakan singkatan dari Britain Exit. Istilah yang menggambarkan keputusan
Inggris Raya keluar dari Uni Eropa. 41The Labour Party. 2018. Dikutip dari https://labour.org.uk/manifesto/ Pada 16 Juli2018
Pukul 07.13.
40
yang dilakukan semakin jelas terlihat lalu dilanjutkan hingga ke masa
kepemimpinan Mayor Khan di tahun 2017.
Selain manifesto atau pandangan dasar yang berasal dari partainya, walikota
London juga memiliki garis pedoman sendiri untuk tugas-tugas mereka selama
menjabat. Garis pedoman dalam mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat
tertuang dalam tugas-tugas mayor42 Kota London yang meliputi:
a. Mempermudah mobilisasi masyarakat di dalam dan di sekitar (luar) kota.
Memberikan pelayanan publik berupa fasilitas transportasi mulai dari
pengadaan armada kendaraan, pembangunan stasiun atau terminal, hingga
pemeliharaan jalur yang dipakai sehingga mobilitas sumber daya manusianya
dapat berlajan dengan lancar.
b. Meningkatkan kualitas lingkungan London.
Peningkatan ini meliputi: program ruang hijau di sudut-sudut kota,
pengurangan emisi dari kendaraan, mengefisienkan penggunaan energi,
pengaturan sistem daur ulang atau pengolahan sampah dan sebagainya yang
berkaitan dengan lingkungan kota.
c. Membantu permodalan bisnis untuk berkembang.
Memberikan bantuan terhadap modal bisnis agar dapat terus berkembang.
d. Menyediakan perumahan yang terjangkau bagi warga London.
Membangun kompleks tempat tinggal yang terjangkau dan layak huni.
e. Memberikan banyak peluang bagi anak muda di London.
Peluang-peluang bagi anak-anak muda di London baik dari segi pendidikan,
pekerjaan serta aktivitas lainnya.
42The Role of The Mayor of London. Dikutip dari https://www.london.gov.uk/about-
us/mayor-london/mayor-and-his-team/role-mayor-london Padan 16 Juli 2018 Pukul 06.43.
41
Yang menarik dari tugas-tugas walikota diatas yakni terdapat pada poin
kedua dimana sesuai dengan topik dari penelitian ini yaitu peningkatan kualitas
lingkungan kota. Pemerintah Kota London juga memiliki area kerja untuk
menjalankan stretegi lingkungan mereka yang meliputi bidang: kualitas udara,
infrastruktur hijau, pengurangan resiko perubahan iklim dan energi, limbah,
beradaptasi dengan perubahan iklim, ambient noise (kebisingan/polusi suara),
aktivitas rendah karbon.
Tabel 4.1 Perbandingan Antar-Mayor Nama Mayor Mayor Boris Johnsons Mayor Sadiq Khan
a. Asal Partai
b. Manifesto Partai
c. Tahun menjabat
a. Partai Konservatif
b. Perekonomian, pendidikan,
kesehatan, lingkungan, Uni
Eropa (saat sebelum Inggris
keluar dari Uni Eropa),
pajak, pertahanan nasional,
urusan luar negeri,
transportasi, bisnis, anggota
keamanan (pemilihan
komisaris polisi), imigrasi,
pengeluaran publik dan
pajak untuk dewan
c. 2008-2016
a. Partai Buruh
b. Menciptakan lapangan
kerja yang dapat
menampung banyak
sumber daya manusia,
beberapa manifesto
dibidang lain seperti
negosiasi pasca Brexit,
membangun layanan
pendidikan nasional,
keadilan dalam bidang
kerja, jaminan sosial,
penyediaan tempat
tinggal yang layak dan
aman, layanan kesehatan,
meningkatkan keamanan,
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat,
memperluas praktek
demokrasi serta keadilan
sosial
c. 2016-sekarang
Sumber: Analisis Peneliti
4.1.3. Perubahan Iklim Serta Profile Kota London dalam C40
Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai kondisi umum Kota London
mengalami sejumlah perubahan. Contohnya pada fenomena gelombang panas yang
mencapai lebih dari 26oC atau lebih tepatnya mencapai 36.5oC pada musim panas
tahun 2006. Pada gambar 4.2 di halaman berikutnya, Kota London yang berada di
wilayah England tentu mengalami fenomena gelombang panas dengan rata-rata
42
temperatur tersebut. Kemudian di musim panas tahun 2011 rerata temperaturnya
hanya menurun 0.5oC menjadi 36oC di wilayah Inggris.
Gambar 4.2 Suhu di Wilayah-wilayah Britania Raya
Sumber: http://www.bbc.com/news/uk
Di tahun 2013 ketika musim gugur, badai yang melanda Kota London
memakan korban jiwa seorang pria dan wanita setelah pohon tumbang menghantam
sebuah rumah yang mengakibatkan ledakan gas dari rumah tersebut. Pada malam
harinya memang terjadi hujan lebat disertai angin43 dengan kecepatan 112 km/jam.
Pada akhir musim semi tahun 2014, badai yang terjadi di Kota London juga disertai
petir yang menyambar beberapa gedung tinggi. Akibat dari badai-badai ini layanan
transportasi baik darat maupun laut sebagian harus dihentikan serta gangguan
saluran telfon di wilayah Hilington dan Krematorium Breakspear di London Barat
karena sambaran petir44. Dampak-dampak yang terjadi akibat dari perubahan iklim
ini mendorong pemerintah kota London untuk membuat skala prioritas yang
termuat dalam website resmi C40 seperti pada gambar-gambar dihalaman berikut.
43BBC. 2013. Four Die as Storm Hits Southern UK. Dikutip dari
https://www.bbc.co.uk/news/uk-24699748 Pada 16 Juli 2018 Pukul 07.25. 44BBC. 2014. Lighting Strikes the Shard during London Storm. Dikutip dari
https://www.bbc.co.uk/news/uk-england-london-27529745 Pada 16 Juli 2018 pukul 07.34.
43
Gambar 4.3 Data Area Pengurangan Emisi Kota London
Sumber: C40-London. http://www.c40.org/cities/london
Prioritas pertama pengurangan emisi kota London seperti pada gambar 4.3
berada pada area atau bidang bangunan atau gedung-gedung, kedua ialah
community scale development, ketiga bidang transportasi secara pribadi, keempat
limbah dan seterusnya.
Gambar 4.4 Emisi Gas Rumah Kaca Kota London
Sumber: C40-London. http://www.c40.org/cities/london
Pada gambar 4.4 bagian kiri, grafik emisi kabon monoksida Kota London
pada tahun 2013 menunjukkan nominal yang cukup tinggi hingga mencapai 40 mm
44
ton per tahun. Capaian target pengurangan emisi untuk di tahun 2025 menjadi
sekitar 18 mm ton45. Dilanjutkan kembali di tahun 2050 menjadi sekitar 19 mm
ton46. Bagian kanan gambar 4.4 merupakan grafik emisi karbon berdasarkan
sumbernya. Emisi karbon berasal dari jenis ‘yang tidak dapat bergerak’ atau
stationary menempati urutan tertinggi yakni sebesar 77%47 maka dari itu tindakan
pertama difokuskan pada area bangunan. Selanjutnya terdapat bidang transportasi
dengan jumlah 18%48 emisi karbon yang dikeluarkan, tindakan penanggulanan
dilakukan melalui The C40 Clean Bus Declaration dalam bidang Zero Emission
Vehicle. Terakhir adalah yang berasal dari sampah sebesar 5%49 dari jumlah
keseluruhan.
Gambar 4.5 Ancaman Perubahan Iklim Kota London
Sumber: C40-London. http://www.c40.org/cities/london
Untuk gambar 4.5 yang merupakan data dari risiko atau bahaya yang
menjadi tantangan Kota London di dominasi dengan permasalahan banjir dengan
45City Snapshoot of London. Dikutip dari https://www.c40.org/cities/london Pada 2 Juni
2018 Pukul 14.08. 46Ibid. 47Ibid. 48Ibid. 49Ibid.
45
tingkatan yang bervariasi. Pada kategori banjir yang disebabkan dari meluapnya
aliran sungai tingkat ancamannya serius, sama dengan banjir yang berada di
permukaan atau dataran yang biasanya diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi.
Untuk banjir akibat naiknya permukaan air laut tingkat ancamannya tidak terlalu
serius. Kemudian ancaman yang kedua ialah gelombang panas serta kelangkaan air
bersih dengan tingkat ancaman yang serius.
\ Gambar 4.6 Kewenangan Walikota Kota London
Sumber: C40-London. http://www.c40.org/cities/london
Pada gambar 4.6 diatas menunjukkan kewenangan walikota London yang
sedang menjabat di beberapa sektor. Kewenangan terkuat berada pada bidang
keuangan dan ekonomi, transportasi serta jalanan di kota. Walikota memiliki
kewenangan terkuat atas tiga bidang tersebut dalam pembuatan dan
penyelenggaraan kebijakan, pendanaan proyek dan kontrol pendapatan serta
pengaturan visi kecuali untuk jalanan kota, walikota mendapat tambahan kekuatan
kewenangan dalam segi kepemilikan dan operasional.
46
4.2. C40 Cities Climate Leadership Group
Jaringan C40 Cities Climate Leadership Group merupakan organisasi non-
profit atau nirlaba yang dijadikan sebagai wadah bagi kota-kota di dunia yang
bergabung untuk bertukar informasi maupun pengetahuan dalam menangani
ataupun mencegah masalah iklim di wilayahnya. Mulai tahun 2016, C40
meluncurkan Program Bantuan Teknis untuk membantu kota-kota di dunia
memperinci data emisi gas yang mereka hasilkan kemudian menetapkan terget
pembatasan emisi di masa depan serta mengembangkan rencana climate action50.
Penetapan target penurunan tersebut disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing kota sehingga hal ini tentunya sangat berbeda dengan sifat amandemen
Protokol Kyoto yang mewajibkan negara peratifikasi harus menurunkan emisi
mereka dalam kurun waktu 7 tahun dari tanggal penadatanganan.
Melalui bidang kerja yang dirancang bersama, C40 berusaha memberikan
pelayanan maksimal bagi anggota dengan cara melibatkan para ahli, mitra kerja
maupun funders atau badan pendanaan dalam membangun strategi kebijakan yang
nantinya dapat diterapkan sebagai praktik di wilayah masing-masing anggota.
Jaringan ini dipimpin oleh seorang ketua yang merupakan walikota terpilih dan
sedang menjabat dari salah satu kota anggota C40.
50C40-Blog. 2016. New Technical Assistance Programme will help C40 cities measure,
target, and ultimately reduce greenhouse gas emissions. Dikutip dari
https://www.c40.org/blog_posts/new-technical-assistance-programme-will-help-c40-cities-
measure-target-and-ultimately-reduce-greenhouse-gas-emissions Pada 3 juni 2018 Pukul 09.03.
47
4.2.1. Sejarah dan Masa Kepemimpinan
C40 Cities Climate Leadership Group merupakan sebuah jaringan kota-
kota di dunia dengan visi mengambil tindakan untuk mengatasi perubahan iklim
malalui pengembangan dan penerapan kebijakan dan program yang menghasilkan
pengurangan secara terukur dari emisi gas rumah kaca dan risiko iklim51. Mulai
bekerja sama sejak tahun 2005 setelah pertemuan perdana dari 18 perwakilan kota
besar di dunia menghasilkan suatu kesepakatan untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca melalui beberapa poin kebijakan dan jaringan kerja sama keluar dengan tujuan
mempercepat pengimplementasian teknologi ramah lingkungan dan mempengaruhi
market place.
Tahun 2006 Livingstone menarik CCI52 menjadi delivery partner, kerja
sama ini sangat memperkuat kedua pihak dalam hal pengembangan program dan
tujuan bersama yakni penyampaian rancangan yang mengoptimalkan pengurangan
emisi bagi para anggota C40. Di tahun yang sama pula nama C40 lahir, dikarenakan
jumlah anggota telah berkembang menjadi 40 kota. Sekretariat C40 pun dibangun
di London oleh ketua pertama C40, Mayor Livingstone (2005-2008) serta
membentuk Steering Committee dan mulai menggunakan workshops C40 sebagai
wadah pertukaran informasi dan praktik antara kota C40.
Setelah pertemuan perdana ditahun 2005 tersebut, petemuan kedua
diselenggarakan di New York, Amerika Serikat pada tahun 2007 dan pertemuan
ketiga di Seoul tahun 2009. Tahun 2008 posisi Mayor Livingston sebagai ketua C40
51C40. History of C40. Dikutip dari http://www.c40.org/history Pada 3 Juni 2018 Pukul
10.42. 52CCI merupakan bagian dari Clinton Foundation yang didirikan oleh Mantan Presiden
Clinton bergerak pada inisiasi penanggulangan masalah iklim global. Dikutip dari
https://www.clintonfoundation.org/our-work/clinton-climate-initiative Pada 3 Juni 2018 Pukul
11.08.
48
digantikan oleh mantan Walikota Toronto yakni David Miller (2008-2010). Dalam
masa kepemimpinannya, ia menggelar Copenhagen Climate Summit for Mayors
dan C40 Cities Mayors Summit di Seoul. Keduanya berlangsung pada tahun 2009
serta peluncuran program practical action untuk kota yaitu C40-CCI Climate
Positive Development Programme dan Carbon Finance Capacity Building
Programme.
Bulan November tahun 2010, Michael R. Bloomberg (2010-2013) yang
sampai saat ini masih menjabat sebagai Walikota New York memulai masa
jabatannya di C40 menggantikan Mayor Miller. Tonggak penting di tahun 2011
mencakup integrasi penuh C40 dengan Program Kota CCI dimana para eksekutif
beserta para staf C40 bekerja sama dengan Direktur Kota CCI dan tim
pemrograman untuk mendukung aksi masalah iklim di kota-kota.
C40 Cities Mayor Summit in Sao Pailo juga terselenggara ditahun yang
sama, dimana C40 mengumumkan kemitraan baru dengan Bank Dunia (World
Bank) dan ICLEI53 (International Council for Local Environmental Initiatives atau
yang lebih dikenal dengan Local Govenrments for Sustanability) untuk
mempercepat tindakan penanggulangan masalah iklim di kota-kota melalui
pembiayaan yang efisien, catatan perhitungan dan laporan yang seragam terhadap
gas rumah kaca. Dua laporan tersebut akan dikembangkan dalam kerja sama dengan
Carbon Disclosure Project (CDP) dan ARUP, masing-masing memegang peran
53ICLEI merupakan organisasi lintas batas yang menghubungkan antar tingkatan
pemerintah, sektor, kelompok pemangku kepentingan, kota ke kota, kota ke kawasan, lokal ke global
dan lokal ke koneksi nasional. Bekerja dengan menggunakan 6 pendekatan jalur: pembangunan
rendah emisi, pembangunan berbasis alam, pembangunan berbasis sirkular(daur ulang atau terus
menerus), pengembangan yang tangguh-upaya dalam menghadapi perubahan teknologi, sosial dan
demografi lingkungan yang cepat, terakhir yakni pembangunan yang adil dan berpusat pada
masyarakat. Dikutip dari http://www.iclei.org/en/our_approach.html Pada 3 Juni 2018 Pukul 12.01.
49
penting dalam pengukuran dan transparansi dalam menangani perubahan iklim di
kota-kota besar.
Pada masa kepemimpinan ketua C40 selanjutnya pada tahun 2013 diduduki
oleh Mantan Walikota Rio de Janeiro yakni Eduardo Paes (2013-2016). Proyek
yang diciptakannya kala itu berbasis transportasi massal dengan sistem Bus Rapid
Transit (BRT) sebagai salah satu contoh terbaik dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat di Kota Rio de Janeiro. Melalui pembangunan empat jalur eksklusif,
bus dapat mengangkut hingga 160 penumpang dari stasiun atau terminal khusus
yang nantinya akan terhubung ke sistem transportasi lainnya seperti kereta api atau
underground system. Ia mengharapkan proyek ini dapat meningkatkan persentase
penduduk Kota Rio de Janeiro dalam penggunaan transportasi massal dan mampu
menjadi revolusi mobilisasi perkotaan.
Pada tahun 2016, Anne Hidalgo memulai masa jabatannya sebagai ketua
C40 hingga saat ini. Ia merupakan wanita pertama yang terpilih sebagai walikota
Paris dan menjabat pada April 2014. Agenda kerjanya berfokus pada social
inclusion, pembangunan berkelanjutan, solidaritas, partisipasi warga dan inovasi,
topik penting dalam pembangunan Paris di masa depan.
4.2.2. Mitra dan Badan Pendanaan
Terdapat beberapa mitra kerja serta badan pendanaan yang tergabung dalam
tim di C40. Mereka terbagi menjadi dua bagian yakni Strategic Funders dan
Additional Partners and Funders. Posisi keduanya tentu sangat berpengaruh
sebagai pendukung bagi anggota C40 diberbagai bidang kerja sama. Pada tabel 4.2
berikut ini merupakan daftar mitra kerja dan badan pendanaan yang akan dibagi
menjadi dua bagian tadi.
50
Tabel 4.2 Daftar Mitra Kerja dan Badan Pendanaan di C40 Nama Badan Fokus Bidang
Strategic
Funders
Bloomberg
Philanthropies
Seni, Pendidikan, Lingkungan, Inovasi Pemerintah, dan Kesehatan
Masyarakat. Didirikan oleh mantan walikota New York ke 108 yakni
Michael Bloomberg, badan ini telah bekerja di lebih dari 120 negara di
seluruh dunia untuk memastikan kehidupan yang lebih baik dan
berkesinambungan.
Children’s
Investment
Fund Foundation
CIFF sejak tahun 2003 berupaya mengubah dan memberdayakan
kehidupan anak-anak miskin dan rentan di negara-negara berkembang,
dengan tujuan akhir untuk menyelesaikan tantangan yang tampaknya
sulit dipecahkan untuk memastikan semua anak memiliki kesempatan
untuk bertahan hidup dan berkembang. Memiliki visi masa depan yang
aman bagi iklim untuk anak-anak dan generasi masa depan yang juga
menanggung manfaat dari udara yang lebih bersih, keamanan energi,
dan pekerjaan yang berkelanjutan.
Realdania Asosiasi yang berupaya meningkatkan kualitas hidup dimulai dari
permasalahan lingkungan dengan menghasilkan oengetahuan dan
inovasi baru.
Additional
Partners
and
Funders
Clinton Foundation Misi yayasan ini ialah untuk mengembangkan dan menerapkan program
yang menciptakan peluang ekonomi, meningkatkan kesehatan
masyarakat, dan menginspirasi keterlibatan dan layanan masyarakat.
ARUP Perusahaan independen yang terdiri dari designer, insinyur, arsitek,
perencanaan, konsultan dan teknisi ahli yang bekerja di semua aspek
pembangunan lingkungan. Secara garis besar, perspektif dari
perusahaan ini terdiri dari perkotaan, energi, transportasi dan air.
OAK Foundation Berkomitmen pada sumber dayanya untuk mengatasi masalah-masalah
global, sosial dan lingkungan, terutama yang berdampak besar pada
kehidupan orang-orang yang kurang beruntung. Dengan kantor di eropa,
afrika, india dan amerika utara, oak foundation memberikan hibah
kepada organisasi di sekitar 40 negara di seluruh dunia.
Citi Foundation Mendukung kegiatan pendanaan iklim dari C40 Cities, dengan tujuan
membantu kota menurunkan emisi karbon dan mengurangi dampak
perubahan iklim. Kemitraan ini memberikan saran dan dukungan kepada
kota-kota melalui penerbitan panduan praktik yang baik, dan juga
menyelenggarakan forum dan webinar bersama-sama.
Novo Nordisk Pada akhir 2015, Novo Nordisk dan C40 membentuk kemitraan berbasis
penelitian yang bertujuan untuk memastikan bahwa kebijakan hijau di
kota bermanfaat bagi lingkungan dan kesehatan warga kota. Dibawah
kolaborasi ini, keahlian dan pengetahuan spesialis dalam organisasi akan
bergabung untuk menghasilkan wawasan baru tentang berbagai manfaat
tindakan iklim - khususnya kesehatan penduduk kota.
Mastercard Badan pendanaan yang mendanai jaringan kerja sama mobility
management dari bidang transportasi. Fokusnya untuk mendukung kota-
kota dalam memberikan strategi dan langkah-langkah mengurangi emisi
gas rumah kaca melalui peningkatan pengalaman transit (seperti sistem
BRT) bagi pelanggan, membuat angkutan umum lebih menarik dan
lebih mudah digunakan, mengurangi dan mendistribusikan permintaan
perjalanan (travel demand), serta membantu membuka kapasitas dan
memenuhi tujuan transportasi kota yang lebih luas.
BEIS-UK
Government
The Department for Business, Energy and Industrial Strategy atau
disingkat BEIS berupaya menyatukan tanggung jawab untuk bisnis,
strategi industri, ilmu pengetahuan, energi, dan perubahan iklim.
Departemen bertanggung jawab untuk mengembangkan dan
memberikan strategi industri yang komprehensif dan memimpin
hubungan pemerintah dengan bisnis.
51
Ministry of Foreign
Affairs Denmark
Badan pendanaan yang memberikan pengaruh positif dengan membawa
contoh kepentingan dan nilai dari negaranya untuk ditunjukkan kepada
anggota-anggota C40. Menjunjung kebebasan, keamanan,
kesejahteraan, hidup yang aman dan adil.
Federal Ministry for
the Environment,
Nature Conservation
and Nuclear Safety
Pembiayaan proyek-proyek iklim dan keanekaragaman hayati di negara-
negara berkembang dan negara-negara industri baru, serta di negara-
negara dalam masa transisi.
Cities Alliance Memberikan dukungan teknis dan hibah kepada aktor lokal dan nasional
untuk menyampaikan kebijakan dan program yang secara langsung
mengatasi kemiskinan perkotaan dan ketidaksetaraan gender di kota-
kota. Berupaya meningkatkan kehidupan 20 juta kaum kurang mampu
di perkotaan di dunia dan memberdayakan wanita di lebih dari 60 kota
di tujuh atau lebih negara pada tahun 2021 sebagai bagian dari upaya
global untuk menerapkan SDG.
ROCKWOOL
Group
Membentuk upaya riset bersama selama 14 bulan untuk
mendemonstrasikan iklim dan manfaat lain yang dapat dibangun melalui
renovasi bangunan dan untuk membantu kota dalam membuat keputusan
investasi yang hemat biaya.
Ramboll Foundation Memberikan sumbangan yang signifikan untuk penelitian, studi dan
pendidikan, membantu karyawan dan keluarga mereka dalam kebutuhan
khusus, dan mendukung kegiatan amal dan kemanusiaan secara umum.
Ford Foundation Memperkuat nilai-nilai demokrasi, mengurangi kemiskinan dan
ketidakadilan, mempromosikan kerja sama internasional dan
memajukan pencapaian manusia.
Johnson & Johnson Pengembangan penelitian dan sains - membawa ide, produk, dan
layanan inovatif untuk memajukan kesehatan dan kesejahteraan
manusia.
L’Oréal Selain bergerak pada bidang kosmetik, L’Oréal juga memiliki peran
sebagai badan pendanaan di C40 guna upaya pengurangan emisis CO2.
Qlik Memberikan solusi berbasis data analisis bagikota-kota besar di dunia
dalam perjuangan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan risiko
iklim
World Resources
Institute
Meliputi enam bidang kerja: iklim, energi, makanan, hutan, air,
pembangunan kota berkelanjutan. Misinya untuk menggerakan
masyarakat dalam kehidupannya dengan tetap melindungi lingkungan.
Ofo Perusahaan yang bergerak pada sistem aplikasi sharing sepeda,berbasis
di Beijing sejak tahun 2014 kini telah mengoperasikan lebih dari 10 juta
sepeda berwarna kuning di 180 kota dan 13 negara.
World Bank Bekerja sama dengan C40 sejak tahun 2011, kesepakatan antar keduanya
diwujudkan dengan membangun pendekatan yang konsisten terhadap
rencana aksi iklim kota dan pengukuran dan pelaporan emisi gas rumah
kaca. Metrik internasional yang biasa akan membantu untuk melacak
kemajuan dengan lebih baik terhadap target. Sama pentingnya, metrik
akan memfasilitasi akses ke kota dan sumber modal swasta untuk proyek
mitigasi dan adaptasi iklim.
CDP (formerly The
Carbon Disclosure
Project)
Kemitraannya membawa data yang dilaporkan sendiri dari kota-kota
terbesar di dunia ke dalam laporan komprehensif tentang emisi gas
rumah kaca kota dan data risiko iklim. Saat ini, kolaborasi tersebut
mencakup portal data terbuka khusus C40, sehingga dapat berbagi
wawasan strategis dan mengurangi paparan mereka terhadap risiko dan
dampak iklim.
EAT Foundation Mereformasi sistem pangan global, membantu memberantas kelaparan
melalui distribusi pangan yang sehat dengan campur tangan ahli untuk
pengambilan keputusan yang tepat.
52
International
Advertising
Association
Bergerak dibidang periklanan, sebagai media promosi agenda-agenda
dari C40 di wilayah wilayah kota di dunia.
ICLEI - Local
Governments for
Sustainability
Membentuk standar global untuk akuntansi dan pelaporan emisi gas
rumah kaca skala komunitas yang dapat digunakan di berbagai platform.
Ini dapat membantu pemerintah daerah mempercepat kegiatan
pengurangan emisi mereka, sementara memenuhi persyaratan pelaporan
pembiayaan iklim dan badan pemantau nasional.
Clear Channel Salah satu perusahaan outdoor advertising yang telah menjangkau lebih
dari 600.000 tayangan iklan di Asia, Eropa, Amerika Latin dan Amerika
Utara. Kegiatan dibidang lingkungan yakni mendukung pengurangan
emisi akibat penggunaan produk reklame atau sejenisnya.
SUEZ Berdedikasi untuk kelestarian lingkungan dan memimpin revolusi
sumber daya dengan cara menyediakan layanan air minum, air limbah,
dan pengumpulan sampah kepada 7,4 juta orang setiap hari;
memperlakukan 570 juta galon air dan 815 juta galon air limbah setiap
hari; menawarkan pengolahan air dan solusi jaringan canggih untuk
16.000 situs industri dan kota; memproses 55.000 ton limbah untuk
didaur ulang dan lain sebagainya.
Climate and Clean
Air Coalition
Berusaha untuk secara cepat mengurangi polutan iklim berumur pendek
(SLCPs) seperti karbon hitam, metana, dan HFC.
Kemitraan ini menyatukan organisasi dan pemerintah dengan
pengalaman puluhan tahun di seluruh sektor limbah padat kota,
termasuk: EPA-AS, Environment Canada, Kementerian Lingkungan
Jepang dan lainnya.
Institute for
Transportation and
Developmen
ITDP mempromosikan solusi transportasi yang mengurangi emisi gas
rumah kaca dan polusi udara, sekaligus meningkatkan kehidupan
perkotaan dan peluang ekonomi. Proyek kami menginspirasi kota-kota
menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan dan ramah-orang.
Sumber: C40-Our Partners and Funders (https://www.c40.org/partners)
4.2.3. Keanggotaan
Subbbab ini akan mengulang kembali penjelasan dalam bab I mengenai
keanggotaan dalam C40 dan pembagiannya berdasarkan kriteria keanggotaannya.
Syarat untuk menjadi bagian dari kategori keanggotaan dalam kelompok megacities
dibagi menjadi dua, yang pertama ialah populasi penduduk kota tersebut telah
mencapai 3 juta jiwa atau lebih54, dan/atau populasi wilayah metropolitan sebesar
10 juta jiwa atau lebih. Kedua, dapat menggunakan jumlah PDB yang dimana
tergolong dalam salah satu dari 25 kota teratas di dunia, diukur dari tingkat output
54C40 Cities. 2012. C40 Announces New Guidelines For Membership Categories. New
York: Press Release.
53
PDB dan keseimbangan kemampuan belanja. Kedua data tersebut dapat diambil
dari data baru saat itu atau rancangan perhitungan untuk tahun 2025.
Tabel 4.3 merupakan nama dari 76 kota yang termasuk kedalam kategori
megacities dalam C40.
Tabel 4.3 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Megacities Kategori Megacities
1. Abidjan 27. Sidney 53. Boston
2. Accra 28. Tokyo 54. Chicago
3. Addis Ababa 29. Yokohama 55. Houston
4. Cape Town 30. Athens 56. Los Angeles
5. Dakar 31. Barcelona 57. Montreal
6. Dar es Salaam 32. Berlin 58. New York
7. Durban (eThekwini) 33. Istanbul 59. Philadelphia
8. Johannesburg 34. London 60. San Fransisco
9. Lagos 35. Madrid 61. Seattle
10. Chendu 36. Milan 62. Toronto
11. Dalian 37. Moscow 63. Washington, DC
12. Fuzhu 38. Paris 64. Amman
13. Guangzhou 39. Rome 65. Bengaluru
14. Hong Kong 40. Tel Aviv-Yafo 66. Chennai
15. Nanjing 41. Warsaw 67. Dhaka
16. Qingdao 42. Bogota 68. Dubai
17. Shenzhen 43. Buenos Aires 69. Jaipur
18. Wuhan 44. Curitiba 70. Karachi
19. Bangkok 45. Guadalajara 71. Kolkata
20. Hanoi 46. Lima 72. Cairo
21. Ho Chi Minh City 47. Medellin 73. Caracas
22. Jakarta 48. Mexico City 74. Delhi, NCT
23. Kuala Lumpur 49. Rio de Janeiro 75. Mumbai
24. Melbourne 50. Salvador 76. Nairobi
25. Quezon City 51. Santiago
26. Seoul 52. Sao Paulo
Sumber: https://www.c40.org/cities
Kategori Innovator Cities merupakan kota-kota yang tidak masuk dalam
golongan megacities tetapi mereka telah menunjukkan kepemimpinan yang nyata
dalam program lingkungan dan perubahan iklim. Serta tetap harus dilibatkan dalam
segala kegiatan pengambilan keputusan masalah iklim, pemimpin dalam bidang
kelestarian lingkungan serta dijadikan sebagai ‘anchor city’ yang diakui secara
regional untuk kawasan metropolitan yang relevan.
54
Pada tabel 4.4 terdapat rincian nama-nama kota dalam kategori innovator
cities, seperti berikut ini.
Tabel 4.4 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Innovator Cities
Sumber: https://www.c40.org/cities
Untuk kategori jangka pendek Observer Cities akan diberikan bagi semua
kota yang baru mengajukan permohonan untuk bergabung dengan C40 baik yang
nantinya akan masuk kedalam keanggotaan Megacity maupun Innovator. Kategori
ini diberlakukan selama satu tahun, dimana awalnya akan diterima sebagai
Pengamat dahulu sampai mereka memenuhi persyaratan partisipasi dengan C40
secara penuh. Pada tabel 4.5 berikut merupakan data keanggotaan C40 dalam
kategori observer cities.
Tabel 4.5 Daftar Anggota C40 dalam Kategori Observer Cities
Kategori Observer Cities
1. Beijing
2. Shanghai
3. Singapore
Sumber: https://www.c40.org/cities
Terdapat juga kategori streering committee yang terdiri dari kota Accra,
Boston, Copenhagen, Dhaka, Dubai, Durban (eThekwini), Hong Kong, London,
Los Angeles, Madellíne, Milan, Nanjing, Paris, Quito, Seoul dan Tokyo55.
55C40. Steering Committee. Dikutip dari https://www.c40.org/steering_committees Pada
24 Juli 2017 Pukul 18.10.
Kategori Innovator Cities
1. Tshwane 7. Oslo 13. New Orleans
2. Zhenjiang 8. Rotterdam 14. Portland
3. Auckland 9. Stockholm 15. Vancouver
4. Amsterdam 10. Venice 16. Changwon
5. Basel 11. Quito 17. Heidelberg
6. Copenhagen 12. Austin
55
4.2.4. Bidang Kerja Sama
Bekerja diberbagai sektor, mendesak C40 untuk memperluas jaringan untuk
menyediakan berbagai layanan untuk mendukung program penanggulangan
masalah perubahan iklim di kota-kota. Jaringan dalam C40 disini merupakan
lingkup kerja yang di bagi menjadi 4 bidang inti jaringan yang masing-masing
bekerja pada sekor yang berbeda56. Sebagian besar inti jaringan ini merupakan hasil
kolaborasi antar anggota C40 dan para ahli teknis dalam pemberian saran dan
belajar dari satu sama lain untuk memberikan solusi tindakan penanggulangan
masalah iklim. Berikut merupakan bidang-bidang jaringan tersebut:
a. Adaptasi dan Implementasi
Bidang adaptasi ini bertujuan untuk memberikan sebuah gambaran besar
bagi kota-kota anggota untuk mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi
ancaman perubahan iklim, baik dalam bentuk aksi preventif maupun represif.
Pembuatan strategi adaptasi didasarkan pada kebutuhan dan kondisi wilayah
kotanya.
1. Urban Flooding
Urban Flooding yang sebelumnya bernama Climate Risk Assessment
(Bagian Pengkajian Risiko Perubahan Iklim) berfungsi untuk membantu anggota
C40 untuk mencapai kota yang kuat dalam menghadapi perubahan iklim melalui
kerja sama pengidentifikasian solusi terbaik. Pengidentifikasian dilakukan dengan
cara mengumpulkan dan mengelola data mengenai iklim, bahaya, dampak bagi
infrakstruktur dan masyarakat. Hal ini dicapai melalui pembuatan skala prioritas
dan penilaian risiko guna menginformasikan perencanaan jangka pendek dan
56C40 Networks Leads to Result. Dikutip dari https://www.c40.org/networks Pada 3 Juni
2018 Pukul 14.23.
56
jangka panjang. Pada tahun 2014 sebanyak 98%57 kota-kota anggota C40
melaporkan efek atau penilaian terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi
maupun rancangan antisipasi mereka untuk meminimalisir risiko. Skala prioritas
dibagi menjadi empat fokus, yakni: data dan pelaporan risiko, keterlibatan
masyarakat, keterlibatan sektor swasta dan koordinasi tata kelola. Bidang ini
dipimpin oleh Kota Rio de Janeiro.
2. Connecting Delta Cities
Bidang kerja sama ini bertujuan untuk mendukung upaya kota-kota yang
memiliki pantai atau sungai agar dapat melakukan pengembangan ruang maupun
pengelolaan air. Masalah terbesar dari kondisi wilayah kota seperti ini ialah banjir
dan badai. Fokus area dalam bidang kerja sama connecting delta cities ada empat,
yaitu: Adaptasi sistematis, drainase kota berkelanjutan, pemantauan dan evaluasi,
analisis biaya. Bidang ini dipimpin oleh Kota Rotterdam.
3. Cool Cities
Bidang kerja sama cool cities mendukung kota untuk mengurangi dampak
panas di wilayah perkotaan, serta bermitra dengan Aliansi Kota Sejuk Global
(Global Cool Cities Alliance). Suhu di kota lebih panas 3 sampa 8oC58 dibandingkan
pedesaan, sebab lingkungan yang dikelola dan ditata justru memancarkan panas
ditambah lagi kurangnya vegetasi hijau. Pembangunan gedung-gedung atau hunian
serta permukaan jalan yang diaspal mengurangi wilayah yang dapat ditanami
tumbuhan hijau. Fenomena ini yang dikenal sebagai efek urban heat island (UHI),
memicu peningkatan pembangunan penggunaan energi dan polusi udara, dampak
terhadap kesehatan yang signifikan, serta mengurangi kualitas hidup. Maka dari itu,
57Ibid. 58C40-Networks, Ibid.
57
bidang kerja sama cool cities memprioritaskan fokus area mereka ke dalam:
pemantauan dan pengukuran data UHI, kerentanan kesehatan dalam suhu yang
panas, mengintegrasian penilaian panas perkotaan ke dalam perencanaan jangka
panjang, solusi hijau dan sejuk. Bidang ini dipimpin oleh Kota Washington, DC.
b. Energi dan Bangunan
Bidang ini meliputi dua bagian kerja sama yang fokusnya terbagi menjadi
dua yakni untuk bangunan umum (rumah sakit, universitas, gedung-gedung
pemerintah kota) dan bangunan pribadi (perumahan, toko ritel).
1. Municipal Building Efficiency (MBE)
Kerja sama bidang Pembangunan Efisiensi Kota tercipta untuk mendukung
tindakan kota dalam meningkatkan efisiensi energi dari bangunan yang mereka
miliki, sewa dan kelola di wilayah yuridiksi mereka dan bangungn yang dimaksud
ialah gedung-gedung umum atau yang berada di sektor pemerintahan. Energi yang
dikonsumsi dalam bangunan atau sebuah gedung mencakup sekitar 50%59 dari
emisi yang dihasilkan oleh kota, maka peluang kerja sama yang dapat dicapai
meliputi: peningkatan efisiensi energi, mengurangi konsumsi energi, memotong
emisi dan menghemat keuangan publik.
Fokus area MBE ini ialah: pengumpulan data penggunaan energi kota lalu
dianalisis kemudian menargetkan tindakan di masa mendatang, pendanaan untuk
efisiensi energi kota yang berlangsung dalam jangka panjang, sosialisasi
penghematan energi bagi masyarakat, penanaman efisiensi energi sebagai prioritas
lintas departemen dalam pemerintahan kota. Bidang ini dipimpin oleh Kota Cape
Town.
59C40-Networks, Ibid.
58
2. Private Building Efficiency (PBE)
Berbeda dengan MBE, PBE lebih berorientasi pada bangunan pada sektor
pribadi atau bangunan komersial dan residensial. Emisi yang dihasilkan dari gedung
menyumbang hampir setengah dai emisi karbon kota-kota C40 pada umumnya dan
sekitar dua oertiga dari jumlah itu berasal dari bangunan pribadi. Suatu bangunan
dapat bertahan hingga 100 tahun lamanya, jauh lebih lama dibangingkan
infrastruktur yang menggunakan energi lain sehingga efisiensi energi bangunan ini
sangat penting untuk memenuhi global climate goals. Fokus area: pengembangan
kebijakan dan program untuk kota, pengumpulan dan pengelolaan data dari energi
yang dikonsumsi oleh bangunan, mendorong keterlibatan pemilik, penyewa,
landlords untuk mengambil tindakan. Bidang ini dipimpin oleh Kota Sidney dan
Tokyo.
c. Transportasi & Perencanaan Kota
Untuk bidang ini memiliki fokus terbanyak dibandingkan bidang lainnya,
dan masing-masing memiliki lingkup yang berbeda juga tentunya.
1. Land Use Planning
Pengadaan strategi pengelolaan lahan yang akan digunakan merupakan inti
kerja dari bidang Perencanaan Pemanfaatan Lahan. Prioritas dari bidang ini ialah
pembuatan kebijakan untuk memfasilitasi pembangunan kota yang komprehensif
dan terhubung langsung dengan sarana transportasi umum berkualitas tinggi. Fokus
Area: perencanaan menyeluruh untuk wilayah padat penduduk. Merancang dan
menerapkan kebijakan dan proyek pembangunan yang berorientasi transit,
menyelaraskan rencana tindakan masalah iklim guna memungkinkan integrasi di
59
seluruh kebijakan dan alat penggunaan lahan. Bidang ini dipimpin oleh Kota
Mexico City.
2. Mass Transit
Bidang Mass Transit yang sebelumnya bernama Bus Rapid Transit bergerak
pada dukungan terhadap kota-kota guna pengadaan transportasi umum berbasis
sistem BRT yang efisien dan efektif bertujuan untuk mengurangi emisi GRK
sembari meningkatkan mobilitas perkotaan dan mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi di jalan. Kota-kota C40 menghasilkan 300 juta ton CO260 dari sektor
transportasi dan jumlah ini akan terus bertambah. Peluang yang tersedia melalui
kewenangan penuh dari walikota dalam kepemilikan atau kendali operasional atas
aset transportasi utama menjadi faktor kuat bagi kota-kota untuk dapat menerapkan
strategi ini.
Fokus area: mengembangkan dan menyempurnakan cara kota dalam
mengukur kinerja dan dampak BRT, sosialisasi manfaat penggunaan BRT,
pengevaluasian kebersihan, tantangan yang akan dihadapi, target untuk penggunaan
bus rendah emisi, memastikan keberlanjutan keuangan termasuk masalah sistem
pembayaran tarif, perhitungan kerugian jika terjadi, pengelolaan infrastruktur dan
masalah teknis. Bidang ini dipimpin oleh Kota Buenos Aires dan Johannesburg.
3. Zero Emission Vehicle
Bidang ini berganti nama yang sebelumnya merupakan Low Emission
Vehicle (LEV). Kendaraan LEV merupakan kendaraan yang sangat penting untuk
mengatasi masalah perubahan iklim dan meningkatkan efisiensi armada kendaraan
karena emisi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan kendaraan berbahan fosil
60C40-Networks, Ibid.
60
konvensional. Setiap kendaraan listrik misalnya yang menggantikan kendaraan
konvensional akan menghemat sekitar 1,5 ton CO2 per tahun. Ini mewakili
pengurangan 62% emisi dengan perbandingan jumlah total emisi yang dihasilkan
kendaraan bertenaga bensin dan 53% untuk kendaraan bertenaga diesel61. Fokus
Area: mengembangkan dan menyempurnakan strategi kendaraan rendah emisi
untuk kota-kota, perencanaan infrastruktur, meningkatkan insentif LEV untuk
mempromosikan LEV, pengimplementasian kendaraan LEV di bus, taksi dan
armada kota lainnya. Bidang ini dipimpin oleh kota London.
4. Mobility Management
Bidang Manajemen Mobilitas mendukung upaya kota-kota untuk
meningkatkan integrasi ke seluruh mode angkutan umum, membuat angkutan
menjadi lebih menarik dan mudah digunakan serta mengurangi dan
mendistribusikan kembali pemerataan transportasi ke wilayah lain. Fokus Area:
perencanaan transportasi terpadu, penerapan sistem ticketing otomatis dan terpadu
ke seluruh sistem transportasi umum, pembuatan kebijakan untuk mengelola
penggunaan kendaraan pribadi, penetapan biaya kemacetan, kampanye dengan
tujuan menginformasikan pentingnya menggunakan transportasi umum, berjalan
kaku dan bersepeda mengelilingi kota. Bidang ini dipimpin oleh Kota Paris.
d. Pangan, Sampah dan Air
1. Food System
Sistem pangan pun dapat menjadi pemicu masalah iklim sebab proses
produksi makanan mampu menyumbang 11% dari emisi gas rumah kaca global
serta meningkat menjadi 30% ketika pendistribusian62. Fokus area: pengelolaan
61C40-Networks, Ibid. 62C40-Networks, Ibid.
61
kinerja kantin di sekolah, rumah sakit, panti jompo, gedung-gedung sipil dll untuk
mendukung lebih lanjut pengadaan makanan yang sehat, segar dan bervariasi,
mempromosikan penggunaan lahan di perkotaan untuk mengurangi proses
distribusi makanan misalnya penggunaan lahan di rooftop untuk hydroponic,
peningkatan distribusi makanan dalam kota, pengelolaan limbah makanan dengan
cara memfasilitasi distribusi ulang makanan sisa konsumsi namun masih layak
untuk disalurkan kepada orang yang membutuhkan (bank makanan) atau
memberikan ke hewan serta dapat juga melakukan pengumpulan untuk
pengomposan makanan.
2. Sustainable Solid Waste System (SSWS)
Bidang Sistem Limbah Padat mengupayakan kota-kota untuk mengelola
limbah melalui meningkatan proses pembuangan lalu pengumpulan dan
pengangkutan, daur ulang yang baik, pemanfaatan bahan organik, pengalihan
landfill serta pembuangan alternatif. Peningkatan jumlah populasi akan
mengakibatkan peningkatan jumlah limbah juga, hal ini menjadi tekanan besar bagi
pemerintah lokal untuk mampu mengolahnya. Pengolahan yang buruk dan
kurangnya fasilitas sanitasi akan berdampak bersar pada iklim, kesehatan
masyarakat, lingkungan dan ekonomi. Bidang SSWS menjalin kerja sama dengan
Climate and Clean Air Coalition - Municipal Solid Waste Initiative (CCAC-
MSWI). Kerja sama ini bertujuan untuk memberikan layanan bagi kota dalam
melakukan tindakan cepat dan komprehensif guna pengelolaan limbah.
Fokus area: memperbaiki sistem pengelolaan limbah padat (pembangunan
infrastruktur limbah, evaluasi teknologi, evaluasi kebijakan nasional dan sub-
nasional, penerapan layanan pengumpulan sampah dan pengangkutan yang efektif
62
dan efisien), mekanisme pembaharuan dan pembagian limbah (strategi dan
kebijakan kota yang dirancang untuk mengelola fasilitas pembuangan dan
pembaharuan seperti tempat pembuangan akhir, pengomposan, pabrik khusus
pembakaran limbah menjadi energi listrik, fasilitas daur ulang bahan), kampanye
program publik untuk melakukan pendekatan sosial ke masyarakat guna
pengumpulan dan manajemen sampah. Bidang ini dipimpin oleh Kota Delhi dan
Durban.
3. Sampah menjadi Sumber Daya
Bertujuan untuk membantu kota-kota melakukan transisi dari pengelolaan
limbah padat menuju cara daur ulang atau penggunaan kembali. Fokus area:
kampanye publik tentang pemilahan sampah, penggabungan setelah pemilahan
limbah yang akan di daur ulang, pengurangan limbah makanan, memposisikan
ulang kontribusi pengelolaan limbah ke dalam pembangunan bekelanjutan,
melibatkan masyarakat untuk manajemen limbah yang berkesinambungan.
119
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari pemaparan data pada Bab V maka penulis menarik simpulan atas
penelitian ini yang pertama ialah arah diplomasi yang dilakukan oleh Kota London
merupakan paradiplomasi lingkungan dengan faktor pendorong kemunculannya
berupa aspek globalisasi, regionalisasi, aspek demokratisasi, mendomestikan
kebijakan luar negeri dan menginternasionalisasikan kebijakan domestik. Keempat
hal tersebut berasal dari luar wilayah kota sedangkan untuk internal terdapat aspek
federalisasi dan desentralisasi, kurangnya efektivitas pemerintah pusat dalam
hubungan luar negeri, stimulus dari luar, peran pemimpin daerah atau partai politik
serta peran perbatasan.
Dari kelima faktor internal tadi yang tidak termasuk ke dalam faktor
kemunculan kegiatan paradiplomasi Kota London ialah permasalahan dalam proses
nation-building dan ketidaksamaan rerata PDB. Dalam aspek permasalahan proses
nation-buiding memang sempat terjadi isu yang sama seperti dikatakan kuznetsov
bahwa kota menjadikan kegiatan paradiplomasi agar mereka dapat memisahkan diri
dari negara lama mereka untuk membangun negara baru. Tetapi dalam kasus kota
London, petisi mengenai isu pemisahan diri hanya berjalan sebentar dan tidak ada
perkembangan yang signifikan sampai saati ini.
120
Sementara untuk ketidaksamaan rerata PDB juga bukan termasuk faktor
pendorong internal. Meskipun London menempati urutan pertama dalam daftar
PDB kota di Britania Raya tetapi pada posisi kedua yakni Kota Birmingham juga
mampu kerja sama dengan kota lain di luar batas wilayah Britania Raya. Sehingga
apa yang telah disampaikan Kuznetsov mengenai kota dengan PDB tertinggi harus
berekspansi keluar batas negara agar dapat mempertahankan wilayahnya itu sama
sekali tidak terbukti bagi kota London.
Kedua, aksi dari kegiatan paradiplomasi Kota London juga tercermin dalam
pengambilan komitmen disemua bidang kerja sama yang terdapat dalam C40.
Dalam bidang kerja sama adaptasi dan implementasi, Kota London menerapkan
Greening the BIDs. Bidang energi dan bangunan terdapat program RE:FIT
kemudian transportasi dan perencanaan kota, Kota London memimpin dengan
inovasi clean bus. Bidang terakhir yakni pangan, sampah dan air, posisi Kota
London sendiri menggalakkan program FoodSave.
Ketiga, hal yang tidak kalah penting dalam penelitian ini ialah kelima
kriteria dari konsep paradiplomasi lingkungan yang telah terpenuhi seluruhnya oleh
Kota London melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam lingkup Jaringan
C40. Seperti penandatanganan perjanjian atau deklarasi kerja sama, menjadi tuan
rumah pertemuan dengan pemerintah subnasional lainnya, membangun kerja sama
bilateral dengan pemerintah subnasional lainnya juga, berpartisipasi dalam kegiatan
negosiasi internasional dan menjadi representatif negara Inggris. Dari semua
kegiatan tersebut telah terlihat peran kota London sebagai pioneer atau hanya
berpartisipasi.
121
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan kesimpulan di atas serta
sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka peneliti menyarankan untuk Kota
London didalam Jaringan C40 agar dapat mengembangkan program-program baru
yang belum terlaksana seperti dibidang penanggulangan banjir akibat badai atau
kenaikan intensitas air hujan serta pengelolaan air bersih di wilayah perkotaan.
Peneliti merasa perlu bagi C40 untuk melaksanakan agenda seminar diberbagai
kota di dunia guna memaparkan program-program yang telah berhasil
diterapkan.Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran akan pentingnya aksi
dan peran dari kota untuk melakukan sejumlah tindakan penanggulanan perubahan
iklim yang dampaknya semakin terasa oleh masyarakat.
Selain itu, saran untuk penelitian dengan konsep paradiplomasi atau
paradiplomasi lingkungan selanjutnya dapat menjadi rujukan bahan pembelajaran
terkait diplomasi yang dilaukan oleh aktor subnasional dilevel internasional dan
pengaruhnya terhadap kota lain didalam lingkup jaringan internasional. Terlebih
lagi, penelitian single-themed paradiplomasi dalam isu lingkungan diharapkan
dapat semakin berkembang sebab sampai saat ini literatur dalam negeri belum
tersedia.
Penelitian terdahulu yang mengangkat tema kerja sama antarkota hanya
kerja sama antar dua kota atau sister-city (ceremonial paradiplomacy), kerja sama
dengan berbagai macam kepentingan dan agenda (global paradiplomacy) serta
kerja sama dalam proses pemisahan diri menjadi negara independen (sovereign
paradiplomacy) saja.
122
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anshari, Khasan. 2015. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Bache, Ian Dan Matthew Flinders. 2004. Multi-Level Governance. Oxford
University Press.
Creswell, John W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 4th Edition. Boston:
Pearson Education, Inc.
Creswell, John W. 2014. Research Design Qualitative Quantitative and Mixed
Method. USA: Sage Publication Ltd.
Denzin, N and Lincoln, Y (Eds). 1994. Handbook of Qualitative Research.
Thousand Oaks, California: Sage.
Grydehoj, Adam dkk. 2014. Paradiplomacy. Brussels: Centre Maurits Coppieters.
Harrison, Lisa dan Theresa Callan. 2013. Key Research Consept In Politics and
International Relations. London: SAGE Publications Ltd.
Heaton, Janet 2004. Reworking Qualitative Data. London: SAGE Publications.
Kutney, Gerald. 2014. Carbon Politics and the Failure of the Kyoto Protocol.
Oxon: Routledge. Hal: 195.
Kuznetsov, Alexander S. 2015. Theory And Practice Of Paradiplomacy:
Subnational Governments In International Affairs. Oxon: Routledge
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1994. Qualitative Data Analysis. California:
Sage Publication.
Piattoni, Simona. 2010. The Theory Of Multi-Level Governance: Conceptual,
Empirical, And Normative Challenges. New York: Oxford University Press
Inc.
123
Rosen, Amanda M. 2015. The Wrong Solution at the Right Time: The Failure of the
Kyoto Protocol on Climate Change. Wiley Periodical, Inc. Hal: 31.
Sassen, Saskia. 2016. Paradiplomacy and the International Competitiveness of
Cities: the Case of Rio de Janeiro. Rio de Janeiro: RBRI.
Tavares, Rodrigo. 2016. Paradiplomacy: Cities And States As Global Players.
Oxford University Press.
United Nations Human Settlements Programme. 2011. Cities And Climate Change:
Policy Directions Global Report On Human Settlements. Abridged Edition.
JURNAL & TESIS
Campbell, Scott. 1996. Green Cities, Growing Cities, Just Cities? Urban Planning
And The Contradictions Of Sustainable Development. Journal Of The
American Planning Association, Vol. 62, No.3, Summer 1996. American
Planning Association, Chicago, Il.
Hinds, Vogel. 1997. The Possibilities And Pitfalls of Doing Secondary Analysis of
Qualitative Dataset, dalam Qualitative Health Research, Vo. 7 No.3.
Kernaghan, Sam dan Jo Da Silva. 2013. Initiating and sustaining action:
Experiences building resilience to climate change in Asian cities. Australia:
Elsevier Ltd.
Kristin, Kernn dan Harriet Bulkeley. 2009. Cities, Europeanization and Multi-level
Governance: Governing Climate Change through Transnational Municipal
Networks. UK: lackwell Publishing Ltd.
Martell, Luke. 2008. Britain and Globalization. Paper-Globalization, 5. 3.
September 2008, pp 449-466. UK: University of Sussex.
Martono. Fenomena Gas Rumah Kaca. Forum Teknologi Vol. 05 No. 2. Pusdiklat
Migas-ESDM.
Pamungkas, Agfajrina Cindra. 2016. Implementasi Program Redd+ Pada Tatanan
Multilevel Governance Di Provinsi Papua Barat. Prosiding Interdisciplinary
Postgraduate Student Conference 1st, Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (Pps UMY). ISBN: 978-602-19568-2-3
Posner, Paul. L. 2010. The politics of vertical diffusion: the states and climate
change. Dalam Tesis Joana Setzer.
124
Setzer, Joana. 2013. Environmental Paradiplomacy: The Engagement Of The
Brazilian State Of São Paulo In International Environmental Relations.
London: A Thesis Submitted To The Department Of Geography And
Environment Of The London School Of Economics And Political Science For
The Degree Of Doctor Of Philosophy.
SUMBER ONLINE
Ameresco. 2018. About. https://uk.ameresco.com/. (Diakses pada tanggal 12
Agustus 2018)
Anonymous. 2009. Climate Change And Weather. https://www.london.gov.uk.
(Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017)
Anonymous. 2006. Heatwave Breaks Record For July. Http://news.bbc.co.uk.
(Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017)
Anonymous. 2010. Consevative Manifesto: 2010 General Election Party Policy.
https://www.telegraph.co.uk/. (Diakses pada tanggal 21 Juli 2018)
BBC. 2013. Four Die as Storm Hits Southern UK. https://www.bbc.co.uk/news/uk-
24699748. (Diakses pada tanggal 16 Juli 2018)
BBC. 2014. Lighting Strikes the Shard during London Storm.
https://www.bbc.com/news/uk-england-london-27529745. (Diakses pada
tanggal 16 Juli 2018)
BBC. 2014. UK Government Through Time. http://www.bbc.co.uk. (Diakses pada
tanggal 26 Juli 2018)
BBC-News. 2016. Petition for London independence signed by thousands after
Brexit vote. https://www.bbc.co.uk/news/uk-politics-eu-referendum-
36620401. (Diakses pada tanggal 13 September 2018)
BioAge Group, LCC. 29 Maret 2017. London and Paris Launch Car Scoring
Initiative Based on Real-World Emissions; ICCT the Technical Lead.
http://www.greencarcongress.com. (Diakses pada tanggal 4 Juli 2018)
C40 Cities. 2013. Fact Sheet: C40 Cities Climate Leadership Group.
www.humphreyfellowship.org. (Diakses pada tanggal 12 Mei 2017)
C40 Cities, History Of The C40. http://www.c40.org/history. (Diakses pada tanggal
12 Mei 2017 & 3 Juni 2018)
C40 Networks Leads to Result. https://www.c40.org/networks. (Diakses pada
tanggal 23 Mei 2018 & 3 Juni 2018)
125
City Snapshoot of London. https://www.c40.org/cities/london. (Diakses pada
tanggal 2 Juni 2018)
C40. 2016. C40 Good Practice Guides: London-FoodSave Schame.
https://www.c40.org/case_studies/. (Diakses pada tanggal 12 Agustus 2018)
C40-Blog. 2016. New Technical Assistance Programme will help C40 cities
measure, target, and ultimately reduce greenhouse gas emissions.
https://www.c40.org/blog_posts/new-technical-assistance-programme-will-
help-c40-cities-measure-target-and-ultimately-reduce-greenhouse-gas-
emissions (Diakses pada tanggal 3 juni 2018)
C40. 2017. RE:FIT Programme cuts carbon emissions from London’s public
buildings. https://www.c40.org/case_studies/re-fit-programme-cuts-carbon-
emissions-from-london-s-public-buildings. (Diakses pada tanggal 12 Agustus
2018)
C40. https://www.c40.org/blog_posts/c40-clean-bus-declaration-urges-cities-and-
manufacturers-to-adopt-innovative-clean-bus-technologies. (Diakses pada
tanggal 5 Juli 2018)
C40. https://www.c40.org/blog_posts/c40-s-executive-director-mark-watts-
mayors-are-changing-the-way-we-think-about-food. (Diakses pada tanggal 5
Juli 2018)
C40. https://www.c40.org/press_releases/mayors-of-12-pioneering-cities-commit-
to-create-green-and-healthy-streets. (Diakses pada tanggal 4 Juli 2018)
C40. Steering Committee. https://www.c40.org/steering_committees. (Diakses
pada tanggal 24 Juli 2017)
CCI. https://www.clintonfoundation.org/our-work/clinton-climate-initiative.
(Diakses pada tanggal 3 Juni 2018)
Cleaner Buses. 2018. https://www.london.gov.uk/what-we-
do/environment/pollution-and-air-quality/cleaner-buses. (Diakes pada tanggal
9 Juli 2018)
COP21. www.undp.org (Diakses pada tanggal 10 Juli 2018)
Dharma, Silviana. 2017. HISTORIPEDIA: Magna Carta Lahir dari Perseteruan
Antara Raja John, Paus dan Baron.
https://news.okezone.com/read/2017/06/15/18/1716483/historipedia-magna-
carta-lahir-dari-perseteruan-antara-raja-john-paus-dan-baron (Diakses pada
tanggal 26 Juli 2018)
126
Distinctly Birmingham. 2014. Birmingham-Johannesburg Sister Cities
Engagement. https://distinctlybirmingham.com/blog/2014/04/24/birmingham-
johannesburg-sister-city-engagement/ (Diakses pada tanggal 25 Juli 2018)
FINERPOL. https://www.interregeurope.eu/finerpol/ (Diakses pada tanggal 30
Juli 2018)
Garrard, John. 4 Mei 2004. Democratisation: Historical Lesson from the British
Case. http://www.historyandpolicy.org/policy-papers/papers/democratisation-
historical-lessons-from-the-british-case. (Diakses pada tanggal 16 Juli 2018)
ICLEI. http://www.iclei.org/en/our_approach.html (Diakses pada tanggal 3 Juni
2018)
Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC). 2007. Climate Change 2007:
Synthesis Report: Observed Changes In Climate And Their Effects.
www.ipcc.ch. (Diakses pada tanggal 26 September 2017)
Interreg-Europe. What is Interreg Europe? https://www.interregeurope.eu/about-
us/what-is-interreg-europe/ (Diakses pada tanggal 30 Juli 2018)
Interreg-Europe. Update on UK participation in EU projects.
https://www.interregeurope.eu/about-us/what-is-interreg-europe/ (Diakses
pada tanggal 30 Juli 2018)
IPPR. 2016. London: Global Green City.
https://www.ippr.org/publications/london-global-green-city (Diakses pada
tanggal 22 November 2018 pukul 19.23.
Labour’s History. https://labour.org.uk/about/labours-legacy/. (Diakses pada
tanggal 16 Juli 2018)
London-Gov. What COP21 Means for London. https://www.london.gov.uk/city-
hall-blog/what-cop21-means-london (Diakses pada tanggal 2 Agustun 2018)
Low Emission Vehicles. Network of C40.
http://www.c40.org/networks/low_emission_vehicles (Diakses pada tanggal
27 April 2018)
Mayors of London and Bengaluru Launch Effort to Tackle Toxic Air Pollution in
Cities Worldwide. 2017. https://www.c40.org/press_releases/london-
bangalore-aq (Diakses pada tanggal 4 Juli 2018)
Mayor of London meets Chief Minister of Delhi. https://www.london.gov.uk/press-
releases-4638 (Diakses pada tanggal 30 Juli 2018)
127
O’Malley, James. 2016. Petition - Declare London independent from the UK and
apply to join the EU. https://www.change.org/p/sadiq-khan-declare-london-
independent-from-the-uk-and-apply-to-join-the-eu. (Diakses pada tanggal 13
September 2018)
Oxfordmail. 2018. Sightseeing buses to go electric in £1.7m plan.
https://www.oxfordmail.co.uk/news/16237823.sightseeing-buses-to-go-
electric-in-17m-plan/. (Diakses pada tanggal 4 Oktober 2018)
Population Growth of London. https://www.ukpopulation.org/london-population/
(Diakses pada tanggal 26 April 2018)
Tanggapan dari Sadiq Khan dalam Petisi “Declare London independent from the
UK and apply to join the EU”. https://www.change.org/p/sadiq-khan-declare-
london-independent-from-the-uk-and-apply-to-join-the-eu/responses/38291
(Diakses pada tanggal 13 September 2018)
The Labour Party. 2018. https://labour.org.uk/manifesto/ (Diakses pada tanggal 16
Juli 2018)
The Telegraph. 2010. Conservative Manifesto: 2010 General Election Party Policy.
https://www.telegraph.co.uk/news/election-2010/7165000/conservative-
manifesto.html. (Diakses pada tanggal 21 Juli 2018)
The Role of The Mayor of London. https://www.london.gov.uk/about-us/mayor-
london/mayor-and-his-team/role-mayor-london. (Diakses pada tanggal 16 Juli
2018 & 30 Juli 2018)
UK Gov. 2013. European Territorial Cooperation Programmes.
https://www.gov.uk/guidance/european-territorial-cooperation-programmes
(Diakses pada tanggal 30 Juli 2018)
UN Enviroment 2018.
http://climateinitiativesplatform.org/index.php/C40_Clean_Bus_Declaration
(Diakses pada tanggal 7 Juli 2018)
United Nations Framework Convention On Climate Change. 1992.
https://unfccc.int. (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2017)
United Nations Framework Convention On Climate Change. 2011. Fact sheet:
Climate change science - the status of climate change science today.
https://unfccc.int. (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2017)
Vaughan, Adam. 2015. Uk has ‘Lost World Climate Leadership role’ by Axing
Domestoc Green Policies.
https://www.theguardian.com/environment/2015/dec/10/paris-climate-talks-
uk-leadership-role-lost-due-axeing-green-policies-home. (Diakses pada
tanggal 17 Juli 2018)
128
We Are The World. http://www.totallymoney.com/uk-ireland-gdp-map/ (Diakses
pada tanggal 20 Juli 2018)
Press Release & Laporan
C40 Cities. 2012. C40 Announces New Guidelines For Membership Categories.
New York: Press Release.
C40. Februari 2014. Climate Action in Megacities-C40 Cities Baseline and
Opportunities Volume 2.0.
C40 Cities Climate Leadership Group. 2016. Summary Good Practice Guide.
London.
C40. 2015. Global Clean Bus Summit in London.
https://www.c40.org/events/global-clean-bus-summit-in-london. (Diakses
pada tanggal 9 Juli 2018)
C40. 2016. C40 Good Practice Guides: London-FoodSave Schame.
https://www.c40.org/case_studies/c40-good-practice-guides-london-
foodsave-scheme.
C40. 2017. RE:FIT Programme cuts carbon emissions from London’s public
buildings. https://www.c40.org/case_studies/re-fit-programme-cuts-carbon-
emissions-from-london-s-public-buildings.
Economic and Domestic Affairs Secretariat. 2014. The Implication of Devolution
for England. www.gov.uk/government/publications. (Diakses pada tanggal 29
Juli 2018)
London-Gov. 2015. Petition to Transport for London (TfL) for clean energy buses.
(Diakses pada tanggal 11 Agustus 2018)
London-Gov. 2016. Mayor Announces First Clean, Green Bus Routes.
https://www.london.gov.uk/press-releases/mayoral/mayor-announces-first-
clean-green-bus-routes. (Diakses pada tanggal 12 Agustus 2018)
London-Gov. 2016. Mayor unveils first fully electric bus routes for central London.
https://www.london.gov.uk/press-releases/mayoral/mayor-unveils-first-fully-
electric-bus-routes. (Diakses pada tanggal 5 September 2018)
London-Gov. 2017. RE:FIT London - cutting carbon emissions and energy costs.
https://www.london.gov.uk/city-hall-blog/refit-london-cutting-carbon-
emissions-and-energy-costs. (Diakses pada tanggal 12 Agustus 2018)
129
Marrakech, Arthur Neslen. 2016. UK Ratifies Paris Climate Agreement.
https://www.theguardian.com/environment/2016/nov/17/uk-boris-johnson-
ratifies-paris-climate-agreement. (Diakses pada tanggal 16 Juli 2018)
United Nations Human Settlements Programme. 2011. Cities And Climate Change:
Policy Directions Global Report On Human Settlements. Abridged Edition.
UK Gov -Policy Paper. 2015. 2010 to 2015 Government Policy: Environmental
Quality. https://www.gov.uk/government/publications/2010-to-2015-
government-policy-environmental-quality/2010-to-2015-government-policy-
environmental-quality. (Diakses pada tanggal 28 Juli 2018)
Press Releases. 5 Desember 2015. Mayor of London Joins World Leaders for
Climate Change Debate in Paris. https://www.london.gov.uk/press-
releases/mayoral/mayor-at-climate-change-debate-in-paris. (Diakses pada
tanggal 10 Juli 2018)
Press Release. 2017. Mayors of Paris and London Announce Car Scoring System
to Slash Air Pollution on City Streets.
https://www.c40.org/press_releases/press-release-mayors-of-paris-and-
london-announce-car-scoring-system-to-slash-air-pollution-on-city-streets
(Diakses pada tanggal 4 Juli 2018)
Rincian anggaran Kota London. Maret 2014. The Greater London Authority
Consolidated Budget and Component Budgets for 2014-15.
Rincian anggaran Kota London. Maret 2015. The Greater London Authority
Consolidated Budget and Component Budgets for 2015-16.
Sustainable Development Solution Network. Juli 2016. SDG Index & Dashboards:
A Global Report. www.sdgindex.org. (Diakses pada tanggal 30 Juli 2018)
The Greater London Authority. September 2014. The London Curriculum
Geography Key Stage 3. London.
The London Plan March. 2016. Chapter Five: London’s Response to Climate
Change. https://www.london.gov.uk/what-we-do/planning/london-
plan/current-london-plan/london-plan-chapter-five-londons-response.
(Diakses pada tanggal 5 September 2018)