PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N...

7
DALAM EDISI INI Pengembangan Ekowisata Bird- watching Isio Hill’s Didukung 7 BUMN 1 FEATURE : Melihat Burung Ikonik Papua Menari di Alam Bebas 2 Geliat Kampanye Penggunaan Aksesori Imitasi Cenderawasih 4 ESD : Bermain Sambil Belajar Di Green Office WWF-Indonesia Region Sahul 4 Potret Usaha Mebel Lokal Berprinsip Lestari Di Yapen 5 Dalam 2 Bulan Produksi Biji Kakao Kelompok Tani Srukumani Naik 75 % 6 Sekilas Edisi Mendatang 6 PAPUA “THE LAST FRONTIER” DESEMBER 2017 EDISI #1 © WWF-Indonesia / Natalie J. TANGKEPAYUNG terbatas di kawasan hutan dataran rendah bagian utara Papua sehingga jenis ini dimasukkan sebagai jenis endemik. Para wisatawan yang berkunjung dapat memantau langsung empat jenis Burung Cenderawasih di lokasi Isio Hiils yaitu Cenderawasih Raja (Cincinnurus regius), Cenderawasih Kecil (Paradisea minor), Cenderawasih Ma Kawat (Celecoudis melanoleuca) dan Cenderawasih Paru Sabit Paruh Puh (Epimachus bruijnii). Disamping melakukan pendampingan bersama Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup kabupaten Jayapura untuk men- dorong kegiatan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat adat yang berkelanjutan, WWF Indonesia Program Papua, Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan pemilik hak ulayat, telah melakukan pemancangan 8 Pal batas permanen untuk lokasi yang akan di usulkan menjadi wilayah kelola hutan adat Yawadatum wilayah Grime Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, seluas 19.000 ha untuk pengelolaan ekowisata pemantauan burung Rhepang Muaif. Upaya tersebut dan ditambah dengan dukungan dari BUMN diharapkan mampu mendorong pengelolaan kampung ekowisata dan pemberdayaan masyarakat adat di Rhepang Muaif menuju kampung wisata percontohan dalam kawasan hutan adat yang pertama di Jayapura dan di Papua. Sentani Pengembangan kawasan ekowisata Bird Watching Isio Hillsyang bertempat di kawasan Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura saat ini menjadi strategis. Peningkatan jumlah wisatawan baik lokal Indonesia, PT. Garuda Indonesia, PT. Bank BNI Tbk. PT. Pembangunan Perumahan, PT. Wijaya Karya, PT. Bank Mandiri Tbk., dan PT PLN, sepakat memberikan dukungan untuk pengembangan Ekowisata. Dukungan ini melipu pembangunan infrastruktur dian- taranya pembangunan menara pemantau, jembatan dan jalur lintas alam, rumah penginapan, sekolah alam, dan pengembangan sarana telekomunkasi. Dalam pengembangan kapasitas, pengel- ola ekowisata yang merupakan masyarakat adat Rhepang Muaif dibekali dengan berbagai pela- han seper pelahan administrasi dan menejemen keuangan serta kegiatan pemberdayaan masyara- kat untuk mendukung pengem- bangan ekonomi kreaf terutama untuk kelompok perempuan. Serta program pendidikan bagi anak-anak dan pemuda dari suku- suku di wilayah tersebut. Sebagai lokasi Bird- watching atau pemantauan bu- rung, kawasan ini memenuhi dua kriteria penng sebagai syarat Daerah Penng Burung (DPB) yakni terdapat jenis-jenis burung terancam punah seper jenis Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Rajawali Papua (Harpyopsis novaeguineae), Mambruk Victoria (Goura victoria), selain itu terdapat jenis Cenderawasih Paruh Sabit Paruh Puh (Epimachus bruijnii) yang men- deka terancam (near threat- ened). Juga terdapat jenis-jenis burung sebaran terbatas yang merupakan karakterisk dari suatu bioma tertentu/kawasan Daerah Burung Endemic (DBE), seper jenis burung Nuriara Pipi- kuning (Psiaculirostris salvadorii) dengan sebaran PENGEMBANGAN EKOWISATA BIRDWATCHING ISIO HILLS DIDUKUNG 7 BUMN ©WWF—Indonesia / Ade SANGADJI

Transcript of PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N...

Page 1: PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N 2 F-G Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca)-Pemantauan burung lebih dari

D A L A M E D I S I

I N I

Pengembangan

Ekowisata Bird-

watching Isio

Hill’s Didukung 7

BUMN

1

FEATURE :

Melihat Burung

Ikonik Papua

Menari di Alam

Bebas

2

Geliat Kampanye

Penggunaan

Aksesori Imitasi

Cenderawasih

4

ESD : Bermain

Sambil Belajar Di

Green Office

WWF-Indonesia

Region Sahul

4

Potret Usaha

Mebel Lokal

Berprinsip Lestari

Di Yapen

5

Dalam 2 Bulan

Produksi Biji

Kakao Kelompok

Tani Srukumani

Naik 75 %

6

Sekilas Edisi

Mendatang

6

PAPUA “THE LAST FRONTIER” D E S E M B E R 2 0 1 7 E D I S I # 1

© W

WF-

Ind

on

esia

/ N

ata

lie J

. TA

NG

KEP

AYU

NG

terbatas di kawasan hutan dataran rendah bagian utara Papua sehingga jenis ini dimasukkan sebagai jenis endemik. Para wisatawan yang berkunjung dapat memantau langsung empat jenis Burung Cenderawasih di lokasi Isio Hiils yaitu Cenderawasih Raja (Cincinnurus regius), Cenderawasih Kecil (Paradisea minor), Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca) dan Cenderawasih Paru Sabit Paruh Putih (Epimachus bruijnii).

Disamping melakukan pendampingan bersama Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup kabupaten Jayapura untuk men-dorong kegiatan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat adat yang berkelanjutan, WWF Indonesia Program Papua, Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan pemilik hak ulayat, telah melakukan pemancangan 8 Pal batas permanen untuk lokasi yang akan di usulkan menjadi wilayah kelola hutan adat Yawadatum wilayah Grime Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, seluas 19.000 ha untuk pengelolaan ekowisata pemantauan burung Rhepang Muaif. Upaya tersebut dan ditambah dengan dukungan dari BUMN diharapkan mampu mendorong pengelolaan kampung ekowisata dan pemberdayaan masyarakat adat di Rhepang Muaif menuju kampung wisata percontohan dalam kawasan hutan adat yang pertama di Jayapura dan di Papua.

Sentani – Pengembangan kawasan ekowisata “Bird Watching Isio Hill’s” yang bertempat di kawasan Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura saat ini menjadi strategis. Peningkatan jumlah wisatawan baik lokal Indonesia, PT. Garuda Indonesia, PT. Bank BNI Tbk. PT. Pembangunan Perumahan, PT. Wijaya Karya, PT. Bank Mandiri Tbk., dan PT PLN, sepakat memberikan dukungan untuk pengembangan Ekowisata.

Dukungan ini meliputi pembangunan infrastruktur dian-taranya pembangunan menara pemantau, jembatan dan jalur lintas alam, rumah penginapan, sekolah alam, dan pengembangan sarana telekomunkasi. Dalam pengembangan kapasitas, pengel-ola ekowisata yang merupakan masyarakat adat Rhepang Muaif dibekali dengan berbagai pelati-han seperti pelatihan administrasi dan menejemen keuangan serta kegiatan pemberdayaan masyara-kat untuk mendukung pengem-

bangan ekonomi kreatif terutama untuk kelompok perempuan. Serta program pendidikan bagi anak-anak dan pemuda dari suku-suku di wilayah tersebut.

Sebagai lokasi Bird-watching atau pemantauan bu-rung, kawasan ini memenuhi dua kriteria penting sebagai syarat Daerah Penting Burung (DPB) yakni terdapat jenis-jenis burung terancam punah seperti jenis Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Rajawali Papua (Harpyopsis novaeguineae), Mambruk Victoria (Goura victoria), selain itu terdapat jenis Cenderawasih Paruh Sabit Paruh Putih (Epimachus bruijnii) yang men-dekati terancam (near threat-ened). Juga terdapat jenis-jenis burung sebaran terbatas yang merupakan karakteristik dari suatu bioma tertentu/kawasan Daerah Burung Endemic (DBE), seperti jenis burung Nuriara Pipi-kuning (Psittaculirostris salvadorii) dengan sebaran

PENGEMBANGAN EKOWISATA BIRDWATCHING ISIO HILL’S DIDUKUNG 7 BUMN

©WWF—Indonesia / Ade SANGADJI

Page 2: PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N 2 F-G Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca)-Pemantauan burung lebih dari

H A L A M A N 2

©W

WF-

Ind

on

esia

/ N

atal

ie J

TA

NG

KEP

AYU

NG

Cenderawasih Mati Kawat

(Celecoudis melanoleuca)

Pemantauan

burung lebih dari

sekedar melihat

jenis aneka burung

tetapi bagaimana

habitat burung

serta interaksi

burung dengan

habitatnya.

MELIHAT BURUNG IKONIK PAPUA MENARI DI ALAM BEBAS

burung lebih dari sekedar

melihat jenis aneka burung

tetapi bagaimana habitat bu-

rung serta interaksi burung

dengan habitatnya. Singkat

kata pemantauan burung

adalah rangkaian kenikmatan

wisata penuh pengalaman

unik dan paket komplit yang

bisa dirasakan manfaatnya

secara fisik dan psikologis.

Bagi orang awam yang

berkunjung ke Kampung Rhe-

pang Muaif, Distrik Nim-

bokrang, Kabupaten Jayapu-

ra, adalah seperti halnya kam-

pung pada umumnya.

Kegiatan pembangunan infra-

struktur mulai terasa di kam-

pung ini. Listrik dan teknologi

komunikasipun sudah relatif

mumpuni. Gejolak pem-

bangunan modernpun sudah

mulai terasa di kampung yang

hanya berjarak sekitar 100 km

dari pusat kota kabupaten

Jayapura. Sedikit pesimis untuk berpikir

bahwa di kawasan hutan kampung Rhe-

pang Muaif masih bisa dijumpai burung

cenderawasih di alam bebas. Tidak

tanggung-tanggung kawasan ekowisata

Rhepang Muaif menawarkan peman-

tauan empat jenis burung cenderawasih

sekaligus yaitu Cenderawasih Raja

(Cincinnurus regius), Cenderawasih Kecil

(Paradisea minor), Cenderawasih Mati

Kawat (Celecoudis melanoleuca) dan

Cenderawasih Paruh Sabit Paruh Putih

(Epimachus bruijnii).

Wisata birdwatching bukanlah

jenis wisata baru, melainkan

jenis wisata yang cukup dikenal

dan disukai segmen pasar ter-

tentu. Tidaklah mudah memba-

yangkan bagaimana menikmati

pemandangan burung-burung

di alam bebas mengingat habi-

tat burung-burung yang se-

makin terbatas akibat alih

fungsi kawasan hutan. Bird

watching atau yang dikenal

dengan pemantauan burung

bukanlah wisata yang hanya

cukup dibayangkan melainkan

dialami sendiri. Pemantauan

Usai acara, Perwakilan Kementrian BUMN, perwakilan tujuh BUMN, CEO WWF-Indonesia, Pemerintah Kabupaten Jayapu-ra yang diwakili oleh Kepala Dinas Ling-kungan Hidup Kabupaten Jayapura, Direktur WWF-Indonesia Papua Program, melakukan penanaman pohon buah-buahan di lokasi ekowisata. Rombongan pun didampingi oleh Pak Alex Waisimon, berkesempatan melihat-lihat sekolah alam yang diperuntukan bagi anak-anak dan kaum muda di Rhepang Muaif sebagai sarana transfer pengetahuan lokal terkait lingkungan dan budaya asli Rhepang Muaif.

Perwakilan BUMN yang hadir mem-berikan dukungan pengembangan ekowisata “Bird Watching Isio Hill’s” kepada kelompok masyarakat Isio Hill yang diwakili oleh Pak Alex Waisimon sebagai inisiator ekowisata peman-tauan burung di Rhepang Muaif. Pada acara serah terima dukungan tersebut turut hadir Perwakilan Kementrian BUMN, Staff Khusus III, Ibu Devy Su-radji, yang menyampaikan bahwa dukungan tersebut merupakan komit-men BUMN dalam mensejahterakan masyarakat melalui gerakan nyata BUMN “Hadir Untuk Negeri”. Hadir pula CEO WWF-Indonesia, Rizal Malik yang mengapresiasi dukungan BUMN dan berharap dukungan tersebut

©WWF– Indonesia / Benediktus OHOIWURIN

©W

WF-

Ind

on

esia

/ A

ria

NA

GA

SAST

RA

©WWF—Indonesia / Ade SANGADJI

Penanaman pohon

oleh perwakilan

BUMN, dan Pak Alex

Waisimon

Page 3: PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N 2 F-G Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca)-Pemantauan burung lebih dari

H A L A M A N 3

©W

WF—

Ind

on

esia

/ N

atal

ie J

TA

NG

KEP

AYU

NG

Tumbuhan

Palem

disisi jalur

lintas alam

Jenis terakhir merupakan jenis cenderawasih yang memiliki sebaran terbatas dan merupakan jenis endemik. Tak sampai di situ saja, terdapat juga wisata untuk pemantauan beberapa jenis burung selain cenderawasih seperti jenis Rangkong, Rajawali papua, Kakak Tua, Nuri dan jenis burung lainnya.

Antusias makin besar apalagi disebutkan bahwa wisata alam tersebut bisa dijumpai hanya dengan 30 menit perjalanan saja. Bagaimana mungkin? karena bukan saja jenis burung cenderawasih yang sangat sen-sitif, tapi kebanyakan burung pun akan menghindar menjauh dari areal pemukiman maupun jalan utama dimana truk dan ken-daraan besar lainnya hilir mudik. Makanya tak heran jika sebagian orang harus menempuh perjalanan jauh ke dalam hutan dan menunggu berhari-hari lamanya untuk melihat jenis burung tertentu.

Persiapan memantau burung di Rhepang Muaif tidaklah sesulit yang dibayangkan. Persiapannya pun cukup sederhana. Ber-modalkan lotion anti nyamuk, sepatu sport atau boot karet bila musim hujan, sudah cukup bahkan semua perlengkapan seder-hana tersebut sudah disediakan oleh pihak pengelola di sana termasuk peralatan untuk meneropong burung.

Waktu pemantauan sebaiknya dilakukan pada dinihari sekitar pukul 04.15 pagi, di Rhepang Muaif jarak pandang sudah cukup terang untuk melihat lingkungan sekitar, sehingga tanpa menggunakan lampu pun tidak masalah. Menuju areal pemantauan burung ditempuh dengan berjalan kaki pada jalur lintas alam yang telah ditentukan.

ketika baru saja memasuk jalur lintas sudah disambut dengan ramainya kicauan burung jenis cenderawasih kecil dan jenis burung

©W

WF—

Ind

on

esia

/ A

de

SAN

GA

DJI

lain yang bersahut-sahutan. Segera otakpun menjadi rileks, sementara kaki terus melangkah menyusuri jalur sambil sesekali mendongak keatas melihat pe-pohonan kalau-kalau ada burung yang melintas karena kicauannya terdengar begitu dekat dan membuai.

Tidak sampai lima menit perjalanan

pemandu wisata sudah mengarahkan

untuk naik ke pondok pemantauan.

Saatnya memantau Cenderawasih Mati

Kawat. Pondok pemantauan dibuat

menggunakan tiang-tiang pancang yang

cukup tinggi. Menaiki tangga dengan

sudut elevasi lebih dari 45 derajat mem-

butuhkan tambahan upaya karena ben-

tuk pondok yang menjulang lebih me-

nyerupai menara. Bukan tanpa alasan

dibuat seperti itu, karena cenderawasih

jenis ini pun hanya hinggap di batang

pohon yang tinggi. Di dalam pondok

pemantauan yang beratap dari daun

sagu, dibuat beberapa lubang untuk

pemantauan. Satu aturan yang berlaku

yakni, tenang tanpa suara, karena bu-

rung cenderawasih sangat sensitif ter-

hadap suara.

Melihat burung yang menjadi ikon Pa-

pua ini begitu melenakan. Warna kuning

di bagian ekor begitu cerah saat ling-

kungan sekitar masih redup karena sinar

matahari yang belum tampak. Belum

lagi bagian ekor yang seperti kawat-

kawat yang kaku, panjang ikut bergerak

kesana-kemari. Burung ini tidak bisa

diam sebentar, senantiasa menggerak-

kan ekornya, dan terus berkicau. Begitu-

lah caranya untuk mencari perhatian

sang betina. Dijamin ketika melihatnya

lewat teropong tidak akan bosan

melihat pesona dan gerakannya.

©W

WF—

Ind

on

esia

/ A

de

SAN

GA

DJI

Kembali pada jalur lintas perjalanan selan-

jutnya, kali ini melewati beragam jenis pa-

lem di sisi jalan. Ketika melalui tanah ber-

lumpur sisa hujan semalam, batang-batang

rotan cukup membantu sebagai tempat

tangan bertumpu. Matahari sudah mulai

tampak, masih dengan kicauan yang riuh

rendah tiba-tiba pemandu menyuruh ber-

henti dan berjalan perlahan. Ketika menoleh

dan mendongak keatas, sekumpulan burung

Cenderawasih Kuning Kecil di pepohonan

tinggi yang rimbun. Ternyata dari situlah

sumber kicauan barusan. Refleks beberapa

dari kami mengeluarkan kamera dan tanpa

sadar kerumunan kami yang sibuk men-

eropong dan mengambil gambar sedikit

mengganggu, beberapa cenderawasih pun

terbang meninggalkan pohon.

Untuk alasan itu pulalah maka jumlah

wisatawan untuk memantau burung dibatasi

jumlahnya. Sontak pemandu menyuruh ka-

mi untuk sedikit melangkah berlindung

dibawah pepohanan agar tak terlihat. Tak

berapa lama beberapa burung kembali,

menunggu kedatangan burung betina. Tern-

yata menurut pemandu yang merupakan

warga lokal Rhepang Muaif pohon tersebut

diistilahkan sebagai pohon kawin. Pohon

yang biasa dijadikan tempat kawin bagi bu-

rung cenderawasih.

Perjalanan kemudian dilanjutkan kembali,

kali ini menuju daerah pemantauan semua

burung. Konon dari situ bisa melihat aneka

jenis burung termasuk juga beberapa jenis

burung cenderawasih. Pun jangan berpikir

akan melihat burung di menara pemantauan

lagi, melainkan bisa melihat langsung dalam

hamparan landsekap hutan..

(Bersambung , bulan depan : Melihat

Cenderawasih Paruh Sabit Paruh putih

yang mendekati terancam punah)

Area Pemantauan

semua burung,

tempat Rajawali

Papua melintas

Page 4: PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N 2 F-G Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca)-Pemantauan burung lebih dari

H A L A M A N 4

P A P U A “ T H E L A S T F R O N T I E R ”

©W

WF—

Ind

on

esia

/ B

lan

din

a I

PA

TTY

Noken dan Madu , produk hasil

hutan non kayu

cenderawasih sebagai bentuk dukungan pelestarian burung cenderawasih. Apalagi saat ini WWF-Indonesia tengah men-dorong pengembangan ekowisata pemantauan burung Cenderawasih di beberapa kabupaten di Papua.

Selain produk hasil hutan kayu yang dipamerkan, da-lam pameran yang secara resmi dibuka Oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe , S.IP, WWF-Indonesia pun turut memfasilitasi kelompok masyarakat dampingan da-lam memamerkan produk hasil hutan non kayu. Ke-hadiran mama – mama pen-grajin Noken ( tas anyaman tradisonal Papua) dengan aneka kreasi nokennya dari kampung ekowisata Rhepang Muaif, juga pengrajin aksesori imitasi burung Cen-drawasih memiliki magnet tersendiri. Masyarakat pun antusias dalam kampanye penggunaan asesoris imitasi

Jayapura—Dinas Kehutanan Provinsi Papua bersama WWF Indonesia Program Papua mengikuti Pameran Pekan Pembangunan Papua yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua pada tanggal 21 – 25 November 2017. Ber-tempat di Gelanggang Olahraga (GOR) Cenderawasih, Jayapura, WWF-Indonesia Pro-gram Papua memaparkan be-berapa program-program kerja dalam 5 tahun terakhir. Per-wakilan kelompok masyarakat adat yang tergabung dalam Koperasi Serba Usaha Yera Asai, salah satu KSU damp-ingan WWF-Indonesia, juga turut hadir memaparkan hasil produksi mebel berprinsip lestari.

Salah satu pengunjung ikut

dalam kampanye aksesori

imitasi cenderawasih

GELIAT KAMPANYE PENGGUNAAN

AKSESORI IMITASI CENDERAWASIH

©W

WF—

Ind

on

esia

/ B

lan

din

a I

PA

TTY

BERMAIN SAMBIL BELAJAR DI “GREEN OFFICE”

WWF-INDONESIA PROGRAM PAPUA

Sentani- Pagi itu, kantor WWF-Indonesia

Program Papua di ramaikan dengan suara

riuh rendah anak-anak kelas 4 SD Kristen

Permata Jayapura. Kunjungan siswa

berejumlah 17 orang yang didampingi

seorang guru pendamping ini langsung dis-

ambut oleh Nixon Dasem, staff WWF-

Indonesia Program Papua. Mereka begitu

larut dalam menyimak video pengelolaan

sumber daya alam berbasis kearifan lolal.

Sesekali berbisik antar teman mengomenta-

ri. Begitu juga ketika melihat video hemat

energi.

“Sekolah kami memiliki program belajar

diluar kelas tiga bulan sekali, dan kali ini

kunjungan kami ke kantor WWF untuk bela-

jar tentang hemat energi”, terang ibu guru

Wiwik, disela mendampingi siswa dalam

kunjungan tersebut. Sementara itu, Bagi

Thresia Fonataba, banyak hal yang baru ia

ketahui, “saya pikir hemat energi cuma

tutup rapat kran air saja, tapi matikan kipas

angin saat tidak ada orang yang pakai juga

hemat energi” ujarnya sambil tersenyum. Ia

berjanji akan mulai belajar hemat energi di

rumah.

Usai pertunjukan video, dilanjutkan dengan

permainan edukatif ular tangga bertemakan

pelestarian lingkungan. Berbinar-binar mata

James Saidui, menerima hadiah gantungan

kunci WWF-Indonesia saat berhasil menang

permainan ular tangga. Teman-temannya

pun sangat bergembira bergiliran bermain,

hingga tak terasa sudah dua jam mereka

menghabiskan waktu belajar dan bermain.

Kunjungan siswa sekolah merupakan

partisipasi langsung masyarakat sebagai

bagian dari program Education for Sustaina-

ble Development (ESD). WWF – Indonesia

Program Papua bersama Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten, saat ini sedang

memfasilitasi penerapan kurikulum muatan

lokal lingkungan hidup di sekolah-sekolah

dasar formal di tujuh kabupaten, yakni Ka-

bupaten Asmat, Wondama, Nabire, Abun,

Jayapura, Yapen, dan Sarmi. Melalui pro-

gram ini diharapkan dapat menumbuhkem-

bangkan kesadaran akan pentingnya peles-

tarian sumber daya alam melalui pendidikan

berkelanjutan sejak dini.

©WWF—Indonesia / Ade SANGADJI

Page 5: PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N 2 F-G Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca)-Pemantauan burung lebih dari

H A L A M A N 5

©WWF—Indonesia / Yunus INWASEF

Perkembangan industi mebel

khususnya di Wilayah Kabupaten

Kepulauan Yapen mengalami

perkembangan yang cukup signifikan. Di

Serui saja, ibu kota kabupaten Kabupaten

Kepulauan Yapen, dalam 10 tahun terakhir

saja telah terjadi peningkatan jumlah

pengrajin mebel hingga dua kali lipat.

Hasil studi yang dilakukan WWF-Indonesia

Program Papua pada bulan Februari 2017,

mencatat saat ini terdapat 14 unit usaha

mebel yang tersebar di Serui dan

sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari

semakin meningkatnya jumlah pengrajin

mebel di wilayah Serui dan sekitarnya.

Menariknya dari studi terungkap fakta

bahwa pelaku usaha mebel dimiliki oleh

pengusaha non Papua. Sementara itu

keterlibatan orang Papua asli sebatas

karyawan.

Menjawab tantangan tersebut,

masyarakat Kampung Asai dan tokoh adat

berinisiasi mendirikan Koperasi Serba

Usaha (KSU) Yera Asai sejak tahun 2009,

dengan usaha pokok di bidang kehutanan,

jasa lingkungan, peternakan, pertokoan,

perikanan dan perkebunan. Serta merupa-

kan salah satu KSU yang mendapatkan Ijin

Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu

Masyarakat Hukum Adat (IUPHHK-MHK)

oleh Pemerintah Provinsi Papua melalui

Pergub No. 92 Tahun 2011 tanggal 19 Juli

2011 dengan luas 2500 hektar.

Untuk mewujudkan

pengembangan usaha mebel di KSU Yera

Asai, WWF-Indonesia Papua Program

telah beberapa kali memfasilitasi

pelatihan dan mendatangkan secara

langsung instruktur permebelan dari BLK

Propinsi Papua ke kampung Asai untuk

memberikan pelatihan permebelan

kepada masyarakat kelompok KSU Yera

Asai. Selain itu, juga telah membangun

satu unit fasilitas (sarana dan prasarana)

usaha pengolahan kayu dan gudang

penyimpanan hasil pengelolaan kayu

yang pembangunannya telah selesai pada

bulan Oktober 2017.

Saat ini usaha mebel yang

dikelola dan dijalankan oleh masyarakat

kelompok KSU Yera Asai mampu untuk

memproduksi produk-produk mebel

seperti; kursi, meja, tempat tidur, rak

piring pintu, jendela, bingkai kaca dan

lemari. Produk-produk tersebut kemudian

dipasarkan ke kampung-kampung di

pesisir wilayah Kabupaten Kepulauan

Yapen dengan harga yang bervariasi mulai

dari ratusan hingga jutaan rupiah.

Masyarakat menyadari bahwa secara

ekonomi, penjualan kayu dalam bentuk

mebel lebih menguntungkan daripada

dalam bentuk bahan baku. Untuk itu

penebangan pohon disesuaikan dengan

kebutuhan produksi mebel (Limit

production) dan menerapkan prinsip

Ruduce Impact Logging (RIL). Menurut

ketua kelompok KSU Yera Asai bapak

Terianus Ayomi, bahwa dari satu kubik

kayu Merbau (Intsia spp.) yang dijual

dengan harga 3 juta, mereka hanya

menerima separuhnya atau 1,5 juta,

setelah dipotong biaya tenaga kerja dan

transportasi. Nilai berbeda diperoleh

ketika kayu tersebut dijual dalam bentuk

mebel, yaitu mencapai 10-15 juta.

Meskipun demikian, masih ada beberapa

kendala dalam upaya pengembangan

usaha mebel KSU Yera Asai seperti belum

lengkapnya alat-alat produksi permebelan

serta susah dan tingginya harga BBM di

kampung.

Selain KSU Yera Asai, WWF -

Indonesia Papua Program melalui melalui

program commmunity forestry juga

mendampingi enam kelompok KSU

lainnya yang tersebar di Kabupaten

Kabupaten Jayapura, Sarmi, Marauke dan

Kabupaten Asmat. Melalui kegiatan

tersebut nantinya diharapkan kelompok

masyarakat tidak saja hanya dapat

memproduksi dan memasarkan produk

kayu olahan secara legal, tetapi juga dapat

memproduksi berbagai macam produk

kayu olahan melalui pendampingan

pengembangan usaha lanjutan.

©WWF—Indonesia / Yunus INWASEF

Oleh : Pesta Jubel H. Sinambela

POTRET USAHA MEBEL LOKAL BERPRINSIP LESTARI DI YAPEN

Page 6: PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N 2 F-G Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca)-Pemantauan burung lebih dari

H A L A M A N 6

Hasil Produksi Kakao Kelompok tani Srukumani

dalam 2 bulan terakhir meningkat 75%. Kelompok tani

Srukamani di Kampung Soaib, Distrik Kemtuk, Kabupaten

Jayapura ini adalah satu dari 4 kelompok tani dampingan

WWF Indonesia dalam program budidaya kakao secara

organik. Secara umum target ekspor kakao organik dari

seluruh kelompok tani dampingan baru bisa memenuhi 3

ton dari 15 ton permintaan ekspor setiap tahun. Meskipun

belum berkontribusi banyak dalam memenuhi kebutuhan

ekspor, peningkatan produksi ini sangat memotivasi petani

kakao di kelompok tani Srukumani dan kelompok tani

lainnya.

Sebenarnya tidak ada upaya atau strategi khusus yang dil-

akukan kelompok tani Srukumani. Mereka hanya berusaha

secara konsisten menerapkan ilmu yang di dapat dalam

pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti terutama dalam

perawatan tanaman dan pembersihan areal pertanian.

Selain itu, bertambahnya petani aktif turut berpengaruh

dalam peningkatan tersebut. Sebelumnya hanya beberapa

petani saja dalam kelompok tani Srukumani yang aktif

menjadikan pertanian kakao sebagai sumber mata pen-

caharian utama. Seiring berjalannya waktu, ketika mereka

melihat sendiri bagaimana perkembangan kelompok tani

dampingan termasuk manfaat ekonomi yang di dapat,

maka merekapun kembali aktif dalam pertanian kakao.

Optimis jumlah ini berpeluang terus bertambah dan

meningkatkan jumlah hasil produksi dimasa mendatang,

mengingat beberapa kelompok tani baru ataupun anggota

kelompok tani yang berinisiatif untuk masuk dalam project

dampingan WWF – Indonesia.

Tantangan selanjutnya bagi WWF-Indonesia adalah mem-

bantu para anggota kelompok tani Srukumani dalam

pengelolaan keuangan. Saat ini telah dilakukan sosialisasi

pengelolaan keuangan melalui Credit Union. Diharapkan

kelak para petani bisa mengelola keuangannya secara baik,

sehingga hasil ekonomi bisa mereka nikmati sekarang dan

berkelanjutan, terutama untuk pendidikan anak-anak di

masa mendatang.

DALAM 2 BULAN PRODUKSI BIJI KAKAO

KELOMPOK TANI SRUKUMANI NAIK 75%

©WWF—Indonesia / Hadi FERNANDUS

Taman Pesisir Jeen Womom memiliki dua segmen pantai

yang merupakan tempat peneluran penyu belimbing

terbesar di Pasifik Barat yaitu Pantai Jeen Syuab dan pantai

Jee Yessa.

SETIAP BULAN JANUARI—FEBRUARI RIBUAN TELUR PENYU

BELIMBING DI JEEN SYUAB ABUN HILANG ! Puncak musim peneluran penyu di Pantai Jeen Yessa pada

bulan Juni dan Juli sedangkan Puncak Peneluran penyu

belimbing di Jeen Syuab pada bulan Desember – Januari.

Berdasarkan hasil survey setiap tahun yang dilakukan oleh

WWF-Indonesia Program Papua kantor Sausapor, diketahui

setiap bulan Januari – April terjadi gelombang laut yang

tinggi di pesisir utara kepala burung pulau Papua, kondisi

ekstrim yang terjadi di Pantai Jeen Syuab ini dipengaruhi

oleh musim panas di benua Australia dan musing angin

utara. Akibat hal ini telur- telur penyu yang diletakkan di

bulan November – Desember rusak dan terhempas ke

permukaan akibat abrasi air laut. (HF)

Temukan Informasi lengkap

tentang penyelamatan sarang

penyu, di edisi Januari 2018 !

Page 7: PAPUA “THE LAST FRONTIER”perpustakaan-wwf-region-sahul-papua.com/assets/upload/...H A L A M A N 2 F-G Cenderawasih Mati Kawat (Celecoudis melanoleuca)-Pemantauan burung lebih dari

Elektronik Newsletter besutan WWF—Indonesia Pro-

gram Papua, Papua “The Last Frontier”, kembali hadir.

Sebagai media komunikasi dan kampanye upaya kon-

servasi dan pembangunan berkelanjutan yang dil-

akukan oleh WWF—Indonesia bersama mitra di Tanah

Papua, E-Newsletter dalam Bahasa Indonesia dan

Inggris secara regular akan terbit pada minggu per-

tama setiap bulannya.

Untuk mendapatkan E-Newsletter setiap bulannya, sila

hubungi :

Ade Erawati Sangadji

Email : [email protected]

H A L A M A N 7

Kontributor :

Pesta Jubel H. Sinambela

Blandina Isabella Patty

Kornelis Kindem

Hadi Fernandus

Foto :

Yunus Inwasef

Aria Nagasastra

Blandina I Patty

Hadi Fernandus

Benediktus Ohoiwurin

Natalie J Tangkepayung

Editor dan Tata Letak :

Ade Erawati Sangadii