PAPER TBA

44
PENGEMBANGAN KRIM KOSMETIK HERBAL BARU DENGAN EKSTRAK Curcuma longa YANG DIMUATKAN KE DALAM “TRANSFERSOM” UNTUK MENGHASILKAN EFEK ANTI KERUTAN PADA KULIT ABSTRAK Kurkuminoid yang didapat dari curcuma longa memiliki sifat anti cahaya, anti penuaan, anti kerutan (anti keriput), melembabkan, antioksidan, astringen (zat pengecil pori – pori), anti iritasi, anti bakteri, dan aktifitas anti inflamasi. Tujuan akhirnya adalah untuk mengembangkan krim yang dimuatkan kedalam nano-transfersom yang dapat memperbaiki kerusakan morfologi dan berpenetrasi lebih dalam ke tingkat sel dalam dermis untuk menghasilkan efek anti kerutan (anti keriput). Ekstraksi cara soklatasi dari C. Longa dilakukan dengan menggunakan dua pelarut, yakni etanol absolut dan etanol 85 %. Transfersom disiapkan dengan cara konvensional (cara lama) menggunakan teknik rotari evaporator. Berbagai variabel proses telah dipelajari untuk memaksimalisasi formulasi, diantaranya adalah lesitin dengan perbandingan rasio surfaktan yang sama (tween 20 dan tween 80), dan ekstrak pelarut dengan rasio yang berbeda (etanol 95 % dan etaol 85 %). Ekstrak dengan etanol 85% dimuatkan kedalam transfersom yang disiapkan dengan perbandingan lesitin : rasio surfaktan = 4 : 1, dan tween 20 sebagai aktivator dasar yang digunakan untuk memaksimalisasi efisiensi penjeratan hingga 41 %. Gelembung yang dihasilkan besarnya sekitar 200 nm, dengan zeta potensial 30 mV dan indeks polidispersitas antara 0,2 hingga 1 | Paper TBA

Transcript of PAPER TBA

Page 1: PAPER TBA

PENGEMBANGAN KRIM KOSMETIK HERBAL BARU DENGAN EKSTRAK

Curcuma longa YANG DIMUATKAN KE DALAM “TRANSFERSOM” UNTUK

MENGHASILKAN EFEK ANTI KERUTAN PADA KULIT

ABSTRAK

Kurkuminoid yang didapat dari curcuma longa memiliki sifat anti cahaya, anti penuaan,

anti kerutan (anti keriput), melembabkan, antioksidan, astringen (zat pengecil pori – pori),

anti iritasi, anti bakteri, dan aktifitas anti inflamasi. Tujuan akhirnya adalah untuk

mengembangkan krim yang dimuatkan kedalam nano-transfersom yang dapat memperbaiki

kerusakan morfologi dan berpenetrasi lebih dalam ke tingkat sel dalam dermis untuk

menghasilkan efek anti kerutan (anti keriput). Ekstraksi cara soklatasi dari C. Longa

dilakukan dengan menggunakan dua pelarut, yakni etanol absolut dan etanol 85 %.

Transfersom disiapkan dengan cara konvensional (cara lama) menggunakan teknik rotari

evaporator. Berbagai variabel proses telah dipelajari untuk memaksimalisasi formulasi,

diantaranya adalah lesitin dengan perbandingan rasio surfaktan yang sama (tween 20 dan

tween 80), dan ekstrak pelarut dengan rasio yang berbeda (etanol 95 % dan etaol 85 %).

Ekstrak dengan etanol 85% dimuatkan kedalam transfersom yang disiapkan dengan

perbandingan lesitin : rasio surfaktan = 4 : 1, dan tween 20 sebagai aktivator dasar yang

digunakan untuk memaksimalisasi efisiensi penjeratan hingga 41 %. Gelembung yang

dihasilkan besarnya sekitar 200 nm, dengan zeta potensial 30 mV dan indeks polidispersitas

antara 0,2 hingga 0,3. Setelah 12tahun studi, didapat bahwa efektifitas endapan kurkumin

mencapai hingga 45,9 %. Aktivitas transmisi elektron mikroskopis dari krim baru ini

menunjukkan adanya transfersom sferis dengan layar ganda dalam bagian yang utuh, yang

mana hal ini membuktikan adanya stabilitas transfersom dalam krim. Studi kutometer

menunjukkan terjadinya perkembangan positif 30 – 50 % dilihat baik dari parameter relatif

maupun parameter absolut kulit. Perkembangan yang terlihat secara umum seperti mengatasi

problem elastisitas, elastisitas biologis, penyembuhan dari proses perubahan kulit, kekeringan

dan kelelahan pada kulit dihubungkan secara langsung dengan sifat anti kerutan (anti keriput)

yang dimiliki krim.

1 | P a p e r T B A

Page 2: PAPER TBA

PENDAHULUAN

Ekstrak botani selalu mendapat banyak perhatian karena tindakan mereka beraneka

ragam (Ahshawat, 2008; Deep dan Saraf, 2008). Sifat seperti fotoproteksi, antipenuaan, anti-

keriput, pelembab, antioksidan, astringent, anti-iritasi, antimikroba dan anti-inflamasi

semuanya hadir dalam ramuan tunggal yaitu Curcuma Longa (Bonte et al, 1997;.

Jayaprakasha et al, 2006;. Deep dan Saraf, 2009). Untuk menjelajahi potensi dan kegunaan

dari C. Longa dalam bidang kometik, berbagai upaya telah dibuat termasuk krim, gel,

pelembab dll (Ahshawat et al, 2008; Nair et al, 2009). Untuk meningkatkan efek yang

dihasilkan oleh formulasi kosmetik konvensional untuk efek anti kerut , penetrasi dan

deposisi pada kedalaman yang diperlukan ke dalam kulit harus dipertimbangkan. Bangham

menemukan liposom pada tahun 1963 dan sejak itu sistem vesikular telah menarik perhatian

(Bangham, 1963). Namun baru-baru ini telah menjadi jelas bahwa liposom klasik adalah

nilai-nilai kecil dalam hal penetrasi. Studi mikroskopis confocal telah menunjukkan liposom

yang utuh tidak dapat menembus ke dalam lapisan granular epidermis tetapi, mereka lebih

suka tetap berada pada atas lapisan stratum korneum. Modifikasi dari komposisi vesikular

atau sifat permukaan dapat menyesuaikan kecepatan pelepasan obat dan pengendapan ke

situs target.

Dengan menggunakan konsep desain vesikel rasional, transfersomes disusun. Seperti

lipid mencakup kurkumin ekstrak menyajikan kemampuan untuk menembus lebih dalam

lapisan kulit (Touitou et al, 2000;. Touitou, 1998; Cevc dan Blume, 1992). Transfersomes,

karena keberadaan agen aktif permukaan yang rantai tunggal surfaktan yang dioptimalkan

untuk mengatasi transportasi kulit penghalang secara spontan. Alam transepidermal air

gradien aktivitas memungkinkan mereka untuk memberikan aktif ke lebih dalam lapisan

epidermis melalui dehidrasi lipid vesikel dalam stratum korneum. Oleh karena itu, serapan

transfersome didorong oleh gradien hidrasi yang ada di seluruh epidermis, stratum korneum,

dan ambien atmosfer (Cevc dan Blume, 1992; Cevc 1996).

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kurkumin sangat baik untuk keriput dan dapat

membatasi peradangan dan pembentukan radikal bebas. Secara khusus, kurkumin

menghasilkan anti-inflamasi dan anti-proliferasi aktivitas (Saraf dan Kaur, 2010). Tapi

kurkumin murni terbukti kurang protektif dari campuran kurkuminoid, menunjukkan

mungkin sinergisme antara kurkuminoid (Jayaprakasha et al, 2006.). Polifenol bertindak

sebagai antioksidan dan dapat mengais spesies oksigen reaktif (ROS), seperti sebagai radikal

2 | P a p e r T B A

Page 3: PAPER TBA

bebas lipid, radikal superoksida, hidroksil radikal, hidrogen peroksida dan oksigen singlet

(Kaur dan Saraf, 2011). Laporan dari Elsayed dkk. (2006) tampaknya menunjukkan kulit

yang berbeda permeasi dan profil deposisi untuk lipofilik dan hidrofilik senyawa (Elsayed et

al. 2006).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efisiensi transfersome untuk

memberikan ekstrak herbal untuk tingkat epidermis untuk mengerahkan antioksidan efek.

Transfersomes berhasil disusun oleh metode formasi Film tipis menggunakan dua ekstrak

pelarut yang berbeda yaitu 95% etanol dan etanol 85%, kurkumin memiliki konsentrasi

0,12%.

TINJAUAN PUSTAKA

1. SEJARAH SINGKAT

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan(perenial) yang

tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar

hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada

juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa

Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini

sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas,tetapi tidak beracun.

Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan,

Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

2. URAIAN TANAMAN

Sinonim : Curcuma domestica Val. C. domestica Rumph. C. longa Auct.

2.1 Klasifikasi

Divisio : Spermatophyta

Sub-diviso : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

3 | P a p e r T B A

Page 4: PAPER TBA

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma domestica Val.

2.2 Deskripsi

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan

batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun

dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga

10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga

majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan

mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun

runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah

merah jingga kekuning-kuningan.

2.3 Jenis Tanaman

Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa

Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis

kunyit lainnya.

3. MANFAAT TANAMAN

Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat

menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan

kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku

industri jamu dan kosmetik,bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang

tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti

mikroba,pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol,

serta sebagai pembersih darah.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia, sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai

12.323 kg/ha. Di India, Srilanka, Cina, Haiti, dan Jamaika dengan produksi mencapai > 15

ton/ha.

4 | P a p e r T B A

Page 5: PAPER TBA

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya

penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat

terbuka atau sedikit naungan.

b. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000

mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system

pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan

sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim

hujan.

c. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30oC.

5.2. Media Tanam

1. Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik

akan menghasilkan umbi yang berlimpah.

2. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah

lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.

5.3. Ketinggian Tempat

Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (>

2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh.

Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun

banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang

yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air

cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup;terhindar dari bahan asing

(biji tanaman lain, kulit, kerikil).

5 | P a p e r T B A

Page 6: PAPER TBA

2) Penyiapan Bibit

Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam

serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan

abu dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate

dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum

memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.

3) Teknik Penyemaian

BibitPertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara: mengangin-

anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2

kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-

28oC). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28oC. dan

merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering

digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang

yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara

35oC. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada

larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.

4) Pemindahan Bibit

Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan

muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka

rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan

secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada

tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu

letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan.

Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap

lembab dan segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas

jangan ditumpuk.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan Lahan

Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan.

Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.

6 | P a p e r T B A

Page 7: PAPER TBA

2) Pembukaan Lahan

Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau

menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus

mengembalikan kesuburan tanah.Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian

diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan

bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.

3) Pembentukan Bedengan

Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak

antar bedengan 30-50 cm.

4) Pemupukan (sebelum tanam)

Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah,

drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan denganmenaburkan pupuk dasar (pupuk kandang)

ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam

membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.

6.3. Teknik Penanaman

Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan

diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.

1) Penentuan Pola Tanaman

Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10

cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas.Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola,

yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8

bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali

musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama,

yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan

kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60cm.

3) Cara Penanaman

7 | P a p e r T B A

Page 8: PAPER TBA

Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1

ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid)

sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan

rimpang kunyit.

4) Perioda Tanam

Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-

rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air

cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen

muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman

Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka

dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.

2) Penyiangan

Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar

(gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan

tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan

tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan

dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar dan

tanah tetap gembur.

3) Pembubunan

Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini

diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa

air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik

sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya

dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan

sekali.

4) Pemupukan

8 | P a p e r T B A

Page 9: PAPER TBA

a. Pemupukan Organik

Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan

luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dengan

populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.

b. Pemupukan Konvensional

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk

susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah

pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk

buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112

kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini diperoleh

peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan

dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan

pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam(1/3 dosis) dan sisanya (2/3

dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan

ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela

tanaman.

5) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan

pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari

genangan air sehingga rimpang tidakmembusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan

dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.

7) Pemulsaan

Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk

menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan

mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi

permukaan tanah di antara lubang tanaman.

7. HAMA DAN PENYAKIT

9 | P a p e r T B A

Page 10: PAPER TBA

7.1. Hama

1) Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)

Gejala:

pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering

lalu membusuk. Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.

7.2. Penyakit

1) Busuk bakteri rimpang

Penyebab:

oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka

akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan.

Gejala:

kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan

membusuk dan keropos.

Pengendalian:

a. mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang;

b. penyemprotanfungisida dithane M-45.

2) Karat daun kunyit

Penyebab: Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang

disebut Panchaetothrips.

Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang

tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akanmempengaruhi produksinya sebaliknya jika

menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.

Pengendalian:

a. Dilakukan dengan mengurangi kelembaban;

10 | P a p e r T B A

Page 11: PAPER TBA

b. Penyemprotan insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane

M-45 secara teratur selama seminggu sekali

7.2. Gulma

Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-

alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.

7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik

Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan

dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal

pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan

PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:

1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang

sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak

awal pertanaman

2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami

3. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan

penyakit.

4. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.

5. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari

dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap

masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.

6. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak

menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada

tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan

aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam

pengendalian hama antara lain adalah:

1. Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak

sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.

2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat

digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang

11 | P a p e r T B A

Page 12: PAPER TBA

aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk,

kutu, hama gudang, dan lalat buah.

3. Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk

insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang

bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap

seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun

(Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan

virus RSV, GSV dan Tungro.

5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu

pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron

dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama

gudang Callosobrocus.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik adalah

pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi

yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada

umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan

berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan

batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).

8.2. Cara Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu.

Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang

telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak

rusak.

8.3. Periode Panen

12 | P a p e r T B A

Page 13: PAPER TBA

Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang

terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit

sehingga memudahkan proses pengeringannya.

8.4. Perkiraan Hasil Panen

Berat basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71

kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.

9. PASCAPANEN

9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa

tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan

tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.

Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan

tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua

kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang

terkandung didalam tidak larut dalam air.

Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran

dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam

tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan,

setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

9.2. Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan

yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan

ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam

wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin

pemotong.

9.3. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat

pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya

13 | P a p e r T B A

Page 14: PAPER TBA

dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka

pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-

balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari

air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.

Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan

dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk.

Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

9.4. Penyortiran Kering

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara

memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran

lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

9.5. Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau

karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang

jelas pada wadah tersebut, yangmenjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,

nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

9.6. Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan

gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi

bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang

cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

Kandungan senyawa kimia

Komponen kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit diantaranya minyak

atsiri,pati,zat pahit,resin,selulosa,dan beberapa mineral. Kandungan minyak atsiri kunyit

sekitar 3-5% Minyak atsiri kunyit ini terdiri dari senyawa D-alfa-pelandren(1%),d-

sabinen(0,6%),cineol(1%),borneon(0,1%),zingiberen(2,5%),tirmeron(58%), seskuiterpen

alkohol(5.8%),alfa-atlanton dan gamma atlanton. Sementara itu komponen utama pati 40-

50% dari berta kering rimpang. Kmponen zat warna atau pigmen pada kunyit yang utama

adalah kurkumin yakni sebanyak 2,5-6% disamping itu kunyit juga mengandung zat warna

14 | P a p e r T B A

Page 15: PAPER TBA

lain seperti monodesmetoksi kurkumin dan biodesmetoksi kurkumin. Setiap rimpang segar

kunyit mengandung ketiga senyawa ini sebesar 0,8%. Pigmen kurkumin inilah yang memberi

warna kuning oranye pada rimpang,selain itu kurkumin juga memberi sumbangan terhadap

karakter kepedasan yang lembut pada rempah.

Tanaman kunyit varietas allepey mengandung kurkumin 6,5%. Kunyit varietas

madras mengandung kurkumin 3,5%,kunyit jawa mengandung 0,63-0.76% besranya

kandungan kurkumin ini dianalisis menggunakan spektrofotometri yakni analisis yang

menggunakan spektrofotometer yang mendasarkan pada sifat absorbsi sinar oleh suatu zat

yang terlarut dalam cairan. Kandungan kimiawi dalam rimpang kunyit selengkapnya dapat

dilihat dalam tabel berikut:

No Nama komponen komposisi

1 Air 11,4 g

2 Kalori 1480 kal

3 Karbohidrat 64,9 g

4 Protein 7,8 g

5 Lemak 9,9 g

6 Serat 6,7 g

7 abu 6,0 g

8 Kalsium 0,182 g

9 Fosfor 0,268 g

10 Besi 41 g

11 Vitamin A -

12 Vitamin B 5 mg

13 Vitamin C 26 mg

14 Minyak atsiri 3%

15 kurkumin 3%

Efek farmakologis

Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lainnya,disebutkan bahwa kunyit

memiliki bau khas aromatik,rasa agak pahit tapi menyejukkan,dan sedikit pedas. Kunyit juga

tidak beracun. Berdasarkan hasil penelitian kunyit memilikki efek farmakologis melancarkan

15 | P a p e r T B A

Page 16: PAPER TBA

darah dan vital energi(energi hidup yang dinyatakan berdasarkan pandangan bahwa makhluk

hidup memiliki energi yang berbeda dan tidak tunduk pada hukum termodinamika biasa),

menghilangkan sumbatan peluruh haid (emmenagogue), antiradang (antiinflamasi),

mempermudah persalinan, peluruh kentut (karminativum), antibakteri, memperlancar

pengeluaran empedu (kolagogum), dan pelembap (astringent). Kandunagn zat aktif yang

terdapat pada rimpang ini juga dapat meningkatkan aktifitas seksual.

Efek farmakologis zat aktif yang terkandung dalam rimpang kunyit :

No Nama Zat Aktif Efek Farmakologis

1 Caffeic acid Merangsang semangat, penyegar, mengurangi rasa lelah,

antiradang, antikejang, dan antioksidan

2 L-a dan L-b curcumae Penyegar

3 Guanicol Menurunkan kepekaan saraf peraba dan menekan batuk

4 Protochatechuic acid Merangsang daya tahan tubuh

5 Ukanon A,B dan D Merangsang daya tahan, stamina, dan kekebalan tubuh

6 Zingiberene Feromon (zat pengharum obat atau makanan)

Kandungan utama kunyit adalah minyak atsiri dan kurkuminoid (Rukmana, 1994).

Menurut Egon (1985) kunyit mengandung minyak atsiri keton sesquiterpena yaitu turmeron

dan artumeron. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam kunyit memiliki aktifitas biologis

sebagai anti bakteri, antioksidan dan anti hepatotoksik (Rukmana, 1994). Penggunaan kunyit

sebagai anti fungi telah dilakukan terhadap beberapa jenis jamur diantaranya Fusarium udum

(Singh & Rai, 2000), Coletotrichum falcatum Went, Fusarium moniliforme J. Sheld (Singh et

al, 2002), Xanthomonas axonopodis pv. Manihotis (Kuhn et al, 2006) dan Alternaria solani

(Stangarlin, 2006). Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa metabolit

sekunder yang terdapat dalam kunyit dapat menghambat pertumbuhan

miselium jamur, sehingga kunyit dapat dijadikan sebagai pengendali penyakit tanaman yang

disebabkan oleh jamur.

Alkloid kurkumin yang terkandung pada rimpang kunyit juga mempunyai banyak

khasiat atau efek farmakologis.

Kurkumin (bahasa Inggris: diferuloylmethane adalah senyawa aktif yang ditemukan

pada kunyit, berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua

16 | P a p e r T B A

Page 17: PAPER TBA

bentuk tautomer : keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat,

sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Kurkumin merupakan senyawa yang

berinteraksi dengan asam borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang

disebut rososiania.

Senyawa turunan kurkumin disebut kurkuminoid, yang hanya terdapat dua macam,

yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin, sedangkan in vivo, kurkumin akan

berubahmenjadi senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau tetrahidrokurkumin

sebelum kemudian dikonversi menjadi senyawakonjugasi monoglusuronida. Kurkumin

dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang dimilikinya, selain banyak kegunaan

medis seperti :

Melindungi saraf, mengurangi risiko radang otak vasospasma  dan

mengembalikan homeostasis energi pada sistem otak yang terganggu akibat terluka atau

trauma.

Menghambat dan mengurangi penumpukan plak amiloid-beta pada penderita Alzheimer.

Melindungi hati, antara lain dari hemangioendotelioma, hepatokarsinoma, Hepatitis B.

Melindungi pankreas dari akibat rasio sitokina yang berlebihan, bahkan

setelah transplantasi, serta menurunkan resistansi terhadap insulin dan leptin

Melindungi sel Leydig dari pengaruh alkohol.

Menurunkan peradangan pada jaringan adiposa.

Selain itu kurkumin juga:

Menghambat indoleamina 2,3-dioksigenase, sebuah enzim yang berperan dalam

degradasi triptofan pada sel dendritik yang distimulasi oleh LPS atau interferon, dan

menghambat matangnya sel dendritik. Ekspresi siklo oksigenase-2 yang diinduksi oleh

LPS dan produksi prostaglandin E2 akan meningkat, dan mengakibatkan de-

ekspresi molekul CD80, CD86 dan MHC I dan menghambat produksi sitokina IL-12

p70 dan TNF-α.

Menghambat angiogenesis.

Menghambat lintasan COX dan LO pada metabolisme eikosanoid. Kurkumin sangat

efektif untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, seperti kanker payudara, namun

menunjukkan sifat toksik terhadap kultur sel punca.

17 | P a p e r T B A

Page 18: PAPER TBA

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE

Rimpang C. Longa tersebut dibeli dari distributor herbal lokal otentik dari Raipur,

Chhattisgarh dan diidentifikasi (dari katalog Herbarium nomor UIOP/HB/P17) di

Departemen Farmakognosi (Pt. Ravishankar Shukla University, Raipur, India) dan diuji

secara fitokimia dengan metode spektrofotometri.

Kurkumin dibeli dari Himedia Laboratories, Mumbai (India). Tween 80 dan Tween

20 yang dibeli dari Loba Chem Pvt. Ltd, Mumbai. Soyalecithin dan Triton x-100 yang dibeli

dari Himedia Laboratories Pvt. Ltd, Mumbai. Semua bahan-bahan lain yang digunakan

adalah kelas analitis. Ekstrak dikromatografi dan dibandingkan dengan standar referensi

kurkumin eksternal menggunakan silika gel G pelat KLT (India herbal farmakope, 2002).

Persiapan ekstrak

Ekstraksi rimpang C. Longa dilakukan dengan metode ekstraksi kontinyu panas

(WHO, 2004; Rajpal, 2004). Rimpang kering C. Longa yang digiling menjadi bubuk kasar

secara terpisah menggunakan sebuah laboratorium penggilingan dan dikemas dalam alat

Soxhlet. Penghilangan lemak dilakukan dengan petroleum eter (eter minyak bumi) pada suhu

60 sampai 80 ° C. Ekstraksi dilakukan dengan etil alkohol (95%) dan kemudian dengan 85%

pada suhu 50 sampai 60 ° C hingga tercapai titik jenuh obat. Ekstrak kental dan kurkumin

ditentukan dengan spektrofotometer UV (Shimadzu, Pharmaspec-1700) pada panjang

gelombang maksimum 425,6 nm (WHO, 2004; Rajpal, 2004; Pothitirat, 2004)

Persiapan transfersomes

Transfersomes disusun menggunakan teknik konvensional penguapan putar. Ekstrak,

lesitin (PC) dan tepi aktivator (Tween 80 dan Tween 20) dilarutkan dalam campuran metanol:

kloroform (1:2). Pelarut organik dihilangkan dengan penguapan di evaporator vakum putar di

atas temperatur transisi lemak pada 115 rpm. Sebuah film tipis disiapkan, dihidrasi dan

disonikasi (Elsayed et al., 2006). Ekstrak transfersomes C. Longa diperoleh dengan

konsentrasi kurkumin dari 0,12% (Martelli, 2004).

18 | P a p e r T B A

Page 19: PAPER TBA

Optimalisasi formulasi

Penyusunan transfersomes mengandung ekstrak C. Longa mengandung berbagai

proses variabel seperti efek lesitin: rasio surfaktan (7:1, 6:1 5:1 dan 4:1), pengaruh berbagai

surfaktan (Tween 20, Tween 80) dan berbagai ekstrak pelarut (etanol 95% dan etanol 85%).

Optimalisasi formulasi dilakukan atas dasar stabilitas pada 4 ± 2, ± 2 25 dan 37 ± 2 ° C

Komposisi transfersomes stabil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Selama persiapan

sistem tertentu, variabel lainnya dijaga agar tetap konstan.

Persiapan krim baru

Basis krim dibuat dengan menggunakan teknik inversi fasa (Forster dan Tesmann,

1991). Awalnya, minyak dan bahan lainnya (minyak zaitun, setil alkohol, asam stearat,

sorbitan monooleate, propilen glikol dan gliserin) dicampur menggunakan pengaduk

overhead pada 200 ± 25 rpm pada 65 ° C to75 di hotplate (Ahshawat, 2008). Setelah

pelelehan dan pencampuran homogen selesai, suhu diturunkan sampai 30 ° C dan dispersi

transfersome (F4) ditambahkan pada peningkatan kecepatan (275 ± 25 rpm). Untuk aroma

minyak mawar ditambahkan. Tahap inversi terjadi dan larutan menjadi kental. Basis krim

disiapkan seperti dispersi transfersome, air suling ditambahkan sebagai fase air. Komposisi

kandungan ditinjukkan dalam Tabel 2.

Karakterisasi transfersomes

Morfologi

Karakterisasi morfologi dari vesikel yang dioptimalkan dilakukan menggunakan

mikroskop digital (Leica ATC 2000) dengan kamera pada resolusi 40x. Studi TEM dilakukan

di All Indian Institute of Medical Sciences, New Delhi, India, (Morgagni 268D Fei Elektron

Optik). Setetes sampel ditempatkan pada grid tembaga berlapis karbon untuk membentuk

film tipis dan diberi pewarnaan negatif dengan menambahkan setetes 1% b / v asam

fosfotungstat. Grid dikering anginkan dan sampel dilihat dan difoto (Kaur et al., 2008).

Persentase efisiensi perangkap

Terperangkap C. Longa ekstrak diperkirakan dengan metode sentrifugasi. Vesikel

olahan ditempatkan dalam tabung sentrifugasi dan disentrifugasi pada 15000 rpm selama 30

19 | P a p e r T B A

Page 20: PAPER TBA

menit. Supernatan (1 ml) ditarik dan diencerkan dengan larutan buffer fosfat (pH 6,8). Para

kurkumin yang tidak terperangkap ditentukan dengan spektrofotometer UV (Shimadzu,

Pharmaspec-1700) pada 425,6 nm. Sampel diencerkan dua kali sebelum dilakukan

pengukuran absorbansi. Kurkumin bebas dalam supernatan memberi kita jumlah total obat

yang tidak terperangkap. Efisiensi enkapsulasi dinyatakan sebagai persen dari obat

terperangkap. Jumlah kurkumin terperangkap diperkirakan setelah peleburan vesikel dengan

Triton - x 100 dengan spektrofotometer UV dengan pengenceran yang cocok oleh larutan

buffer fosfat (pH 6,8) (Saraf dan Kaur, 2010; Kaur et al, 2008.).

Ukuran Vesikel, distribusi ukuran dan analisis zeta potensial

Ukuran Vesikel, distribusi ukuran dan zeta potensial ditentukan oleh Malvern

Zetasizer DTS versi 5,03 (Malvern, Inggris). Potensial zeta dianalisis untuk mengukur

permeasi transfersome dengan mempelajari sifat koloid dan stabilitas dari vesikel (Saraf dan

Kaur, 2010;. Kaur et al, 2008).

Studi Stabilitas

Stabilitas vesikel ditentukan dengan menyimpan vesikel pada 4 ± 0,5 ° C selama

enam bulan dan kemudian mengukur ukuran vesikel dan zeta potensial.

Permeasi Invitro dan studi deposit kulit

Kulit abdomen segar dari kambing dikumpulkan dari rumah penyembelihan dan

digunakan setelah proses pengelupasan kulit (Kaza and Pitchaimani, 2006; Patel et al.,

2009). Kulit rambut dipisahkan dan persiapan pencucian kulit dilakukan.Kulit dikeringkan

diantara dua kertas filter dan digunakan langsung tanpa proses penyimpanan.

20 | P a p e r T B A

Page 21: PAPER TBA

Percobaan dilakukan berdasarkan modifikasi Franz. Difusi sel didapat melalui

kompartemen reseptor volume 50 ml. Desain studi invitro digunakan pada studi yang sama

yang dijelaskan oleh Elsayed et al. (2006).

Percobaan ini ditampilkan pada dua tahap. Tahap pertama menggunakan permeasi

vesikel pada kulit. Tahap ini menggunakan pH 6,8 penyangga fosfat sebagai medium

reseptor. Membran kulit di atas dengan stratum corneum disampingnya dan kompartemen

donor kering dan terbuka ke udara. Kulit diapungkan pada larutan receiver selama 24 h pada

equilibrium dan prehidrasi

Pendekatan ini dilakukan untuk mempertahankan tingkat hidrasi transepidermal yang

ditujukan untuk mengenerasi driving force pada transfer permeasi kulit . 5 mL dari uji

formulasi ditempatkan diatas kulit. Ari medium receptor Pada tiap-tiap interval waktu yang

disepakati 1 ml Aliquot diambil dan langsung digantikan buffer fosfat pH 6,8 segar dengan

volume yang sama untuk memperthankan kondisi sink. Sampel dianalisis dengan

spectrophotometer pada 425.6 nm. Pada akhir tahap awal kompartemen donor dan

permukaan lulit dicuci lima kali dengan medium receptor hangat.

Tahap Kedua dilakukan untuk menentukan deposisi kulit. Isi dari receptor telah

dipindahkan dan diganti dengan 50% (v/v) ethanol dalam air destilat dijaga selama 12 h

disertai dengan uji spectroscopic . Larutan receiver (50% v/v) ethanol dalam air destilat

digunakan untuk difusi melalui kulit, mencegah gelembung dan mengekstraksi

penmgeluaran curcumin dari kulit. Sehingga memberikan sebuah pengukuran mengenai

deposisi kulit (Elsayed et al., 2006).

Karakteristik dari krim

Mikroskopi

Mikroskopi optik telah dilakukan dengan microskop digital Labomed (Leica ATC 2000)

dengan resolusi 40x dan transmisi elektron mikroskopi menggunakan transmisi elektron

mikroskop Morgagni 268D (Fei Electron Optics).

Evaluasi Fisikokimia Krim

21 | P a p e r T B A

Page 22: PAPER TBA

a. Warna dan Bau krim dicatat secara teliti (Ahshawat et al., 2008; Saraf et al., 2010).

b. Isi Bersih : Wadah kosong dengan bersama kotak ditimbang secara analit. Wadah

beserta penambahan krim ditimbang. Berat dari produk dihitung dengan terpisah.

c. PH krim : 1 g krim dicampur 9 ml air dan pH diukur dengan dengan pH meter (Elico

LI 610).

d. Bahan Non- volatil pada 105°C: 1 g krim ditemp[atkan pada botol kaca dan dibiarkan

dalam oven pada of cream 105°C selama 2 h.

e. Nilai abu : 5 g krim ditimbang dalam sebuah wadah metal silika dasar-datar dan

dihangatkan diatas steam bath pada tekanan udara selama 1 jam, kemudia 1 g abu

ditambah sedikit bubuk selulosa dan dicampur menggunakan stirer kaca. Campuran

dipanaskan dalam furnace pada 600°C.

f. Nilai Asam : 5 g krim ditimbang dengan cermat dan dilarutkan dalam 50 ml ethanol

(95%) dan ether, yang sebelumnya menetralkan 0.1 M potassium hydroxide

Menggunakan phenolphthalein sebagai indicator. 1 ml phenolphthalein ditambahkan

dan dititrasi dengan 0.1 M potassium hydroxide hingga larutan berubah menjadi

warna pink pucat setelah -dikocok selama 30 s. Nilai Asam dihitung dengan cara,

Nilai Asam = 5.61 n/w, dimana n = the volum (ml) 0.1 M potassium hydroxide yang

digunakan ; w = berat sampel.

g. Nilai saponifikasi : 2 g krim ditimbang akurat dan dimasukkan dalam 200 ml flask

kaca borosilicatedilengkapi dengan sebuah kondenser refluks. 25 ml dari 0.5 M

ethanolic potassium hydroxide ditambahkan dengan sedikit serbuk pumice dan

direbus pada refluks diatas waterbath selama 30 min. 1 ml of phenolphthalein

ditambahkan dan ditirasi langsung dengan 0.5 M hydrochloric acid (a ml). Perlakuan

diulang hingga sampel bisa diperiksa (b ml).

Nilai saponifikasi dapat ditentukan dengan rumus :

Nilai saponifikasi =28.05 (b-a)/w,

Dimana w = berat sampel ( g)

22 | P a p e r T B A

Page 23: PAPER TBA

Uji iritans

0,5 g krim dioleskan pada bagian belakang lengan dengan bantuan perban pada

probandus dan nilai erythemal ditentukan menggunakan skala standar Indian. Nilai rata-rata

dari skor erythemal diperoleh dengan :

Nilai rata2 skor erythemal = Total score tiap product/Total jumlah probandus.

Evaluasi Psikometrik

Produk dibandingkan berdasarkan evaluasi dan tingkat per nilai yang diperoleh pada

skala hedonik (Horwitz et al., 1999).

Metode Peringkat

Studi dilakukan dengan 6 probandus ( wanita) usia 20- 25 tahun. Penggunaan krim

selama 2 kali sehari ( Pagi dan Sore ) pada waktu yang sama pada lengan bawah hingga 2

minggu dan perolehan dibuat berdasarkan metode peringkat. Bermacam-maca pertanyaan

ditanyakan pada probandus dam jawaban mereka dikisarkan dengan peringkat 0-9 dari skala

hedonik , 8-9 (sangat setuju ), 5-7 (medium), 1-3 (tidak suka ), 6 (antara sangan suka dan

medium ), 4 (antara medium dan tidak suka ), mencakup kelembutan, iritasi , lengket , halus,

dan efek pada kulit.

Rata-rata

Nilai masing-masing produk ditentukan berdasarkan :

E1= V1+V2………Vn/N

23 | P a p e r T B A

Page 24: PAPER TBA

Dimana E1 = Rata-rata nilai masing-masing produk , V1= Total nilai dari produk

yang diberikan probandus no.1, V2 = Total nilai yang diberikan oleh probandus no.2 , Vn =

Total nilai yang diberikan oleh probandus no.2 n, N= jumlah probandus.

Studi invivo

Studi aplikasi jamak menggunakan cutometer digunakan selama 2 minggu pada

probandus manusia setelah memperoleh informasi tertulis. Protokol berdasrkan data pada

Table 3. Krim dan basa krim di oleskan secara non-oklusif pada lengan bawah probandus

wanita usia 20-25 tahun. Dosis dikorespondensikan 100 mg untuk mendefinisikan daerah uji.

Persiapan mekanik epidermis ditentukan menggunakan non invasiv, pompa isap meter kulit

elastis invivo dengan 2 mm pemerikasaan ukuran (Cutometer® MPA 580 Courage and

Khazaka, Köln, Germany). Elastisitas kulit diukur dengan Cutometer, dimana kulit digambar

kedalam celah probe dengan tekanan constan 500mbar. Hasil kurva dari masing-masing

pengukuran menunjukkan kualitas elastis dan viscoelasti kulit. Fase I (Ue), menunjukkan

komponen elastis dan Fase II (Uv) komponen plastiok kulit. Parameter yang dianalisisi

adalah sebagai berikut (mutlak dan relatif ): Ue, deformasi elastis; Uv, visco-elastisitas ; [R0]

or Uf,deformasi total ; Ur, retraksi ; [R2] or Ua/Uf, Elastisitas total kulit ; [R5] atau Ur/Ue,

elastisitas murni kulit tanpa deformasi kekentalan ; [R7] or Ur/Uf, elastisitas biologi ,rasio

retraksi- ekstensi ; [R6] atau Uv/Ue, the rasio visco-elasticsitas- deformasi elastis ; dan [R8]

atau (Ua), pliabiliti , kemampuan kulit kembali pada posisi semual (Kapoor and Saraf, 2009).

Analisis varians

Analisis statistik varians dari semua data ditunjukkan menggunakan program SPSS

for window/. Uji ANOVA dan nilai-p kecil atau sama dengan 0,05 telah di tampilkan sebagi

data statistik yang berarti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam studi ini, C. Longa mengekstrak krim transfersome dimuat dievaluasi sebagai

pembawa untuk aplikasi kosmetik alami antioksidan, Kurkumin. tujuan ini untuk

transfersomes dengan variabel berbagai proses seperti lesitin: surfaktan rasio, surfaktan,

(Tween 80, Tween 20) dan ekstrak pelarut yang berbeda (95% etanol, 85% etanol) sudah

24 | P a p e r T B A

Page 25: PAPER TBA

disiapkan. Optimasi dilakukan berdasarkan pada potensi zeta, efisiensi penjeratan, persen

kulit kumulatif perembesan dan persen deposisi kulit kurkumin.

Transmisi elektron mikroskopi (TEM) dari transfersomes mengkonfirmasi tiga

dimensi struktur vesikel (Gambar 1a dan b) dalam transfersomes kosong dan ekstrak dimuat

transfersomes. Gambar 1c menegaskan kehadiran vesikel dalam ekstrak dimuat krim

transfersomal. Formulasi F1 dan F2 siap dengan etanol 95% ekstrak efisiensi diproduksi

jebakan yang lebih rendah, lebih tinggi persen diserap jumlah kumulatif kurkumin dan kulit

lebih rendah disimpan kuantitas kurkumin dengan baik tepi aktivator. Dalam formulasi

kontras F3 dan F4.

Dilakukan dengan ekstrak etanol 85% dihasilkan lebih tinggi jebakan efisiensi,

kumulatif persen lebih rendah jumlah meresap kurkumin dan kulit lebih tinggi disimpan

kuantitas kurkumin dengan kedua aktivator tepi. Terbaik Hasilnya dengan F4 formulasi.

Ukuran vesikel diperoleh berada di kisaran 200 ± 2 nm jangkauan dan potensi zeta antara -30

± 5 mV. Ada perbedaan yang tidak signifikan vesikel ukuran dan potensial zeta oleh

perubahan tepi aktivator atau oleh perubahan rasio antara kedelai lesitin dan tepi aktivator

(P> 0,05). Tween 20 secara signifikan kurkumin meningkatkan jebakan ke dalam vesikel

sementara menggunakan ekstrak etanol 85%. Hal ini selain untuk studi mana deoxycholate,

Tween 80 dan dipotassium glycyrrhizinate telah digunakan sebagai tepi activato (Trotta et al,

2002.). Indeks polidispersitas vesikel semua formulasi adalah antara 0,2 dan 0,3,

menunjukkan bahwa solusi yang cukup homogen (0,0 sangat homogen dan 1,0 sangat

25 | P a p e r T B A

Page 26: PAPER TBA

heterogen). Jebakan efisiensi transfersome ditemukan lebih tinggi dengan ekstrak etanol 85%

(F4) dibandingkan dengan 95% ekstrak etanol seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Hasil penelitian ini mendukung keberadaan penetrasi dan deposisi meningkatkan efek

transfersomes yang Berbeda dengan terakhir in vivo elektron mikroskop studi di mana

surfaktan utuh vesikel elastis berbasis dipartisi menjadi manusia strata stratum tetapi hampir

tidak ada vesikel dapat ditemukan di luar lapisan terdalam dari stratum korneum. Loading

kapasitas dan ukuran partikel rata-rata pembawa koloid adalah penting parameter yang dapat

mempengaruhi perkutan perembesan ekstrak dimasukkan. Untuk alasan ini, F4 dipilih yang

ditandai dengan tertinggi jebakan efisiensi dan ukuran vesikel kecil 200 ± 2 nm.

Transfersomes dalam rentang ukuran antara 100 sampai 400 nm dapat dengan mudah

menembus kulit dan dapat membentuk depo di tingkat dermal sebagai vesikel elastis

diketahui memiliki fleksibilitas dan beradaptasi diri (Benson, 2005; Cevc et al, 1998.).

Persentase ekstrak meresap melalui kambing kulit selama 24 jam lebih tinggi dengan

ekstrak etanol 95% dimuat transfersome dibandingkan dengan ekstrak etanol 85% dimuat

karena penetrasi meningkatkan transfersomes efek etanol. Etanol berinteraksi dengan lipid

molekul di wilayah kepala kutub, mengakibatkan pengurangan suhu transisi fase (Tm) dari

stratum korneum lipid meningkatkan fluiditas mereka. Para interkalasi etanol ke kepala

lingkungan kelompok kutub dapat mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran

(Elsayed et al. 2007). Temuan ini dapat menjelaskan hasil in vitro kulit deposisi studi dari

formula yang berbeda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Persentase deposisi kulit dari

transfersomal formula dengan ekstrak etanol 85% (F3 dan F4) lebih tinggi dari deposisi

persen transfersomal formula dengan ekstrak etanol 95% (F1 dan F2).

Pelepasan ekstrak di lapisan dermal kulit bisa menjadi hasil dari fusi vesikel dengan

lipid kulit mengekstrak rilis pada berbagai titik di sepanjang penetrasi jalur. Demikian persen

kumulatif meresap jumlah kurkumin terendah formulasi F4. Secara meyakinkan, formula F4

dianggap paling

formulasi cocok untuk dimasukkan ke dalam kosmetik untuk pengiriman C. Longa ekstrak

karena tertinggi efisiensi penjeratan, persentase tertinggi deposisi untuk yang dalam tingkat

dermal dan terendah permeasi kulit yang lebih dalam tingkat. Stabilitas dari formulasi siap

dievaluasi

dengan mengukur potensial zeta dan ukuran rata-rata tidak menunjukkan perubahan

signifikan selama waktu penyimpanan mengkonfirmasikan stabilitas mereka.

26 | P a p e r T B A

Page 27: PAPER TBA

Basis krim dan krim ekstrak transfersomal dimuat disiapkan dan dievaluasi untuk

stabilitas dan karakteristik fisiknya. TEM krim transfersomal mengkonfirmasi adanya vesikel

pada krim (Gambar 1c).

Seperti terlihat pada Tabel 4, asam nilai krim transfersomal lebih besar dari krim

dasar karena berisi etanol 6,4 dan 5,6 masing-masing. Nilai saponifikasi adalah estimasi

bebas ester asam lemak hadir dalam sampel. Ini mempengaruhi sifat stabilitas, pH dan

pembersihan perumusan penyabunan nilai formulasi harus menjadi tepat, jika lemak terlalu

tinggi dapat mengandung asam lemak terlalu banyak yang rentan terhadap hidrolisis dan

dapat menyebabkan rancidification. Saponifikasi nilai krim dasar, adalah ditemukan lebih

tinggi daripada krim baru, karena itu adalah lebih rentan terhadap pertumbuhan mikroba. pH

krim dasar dan krim baru adalah 6,3 dan 6,2 masing-masing. Krim ekstrak etanol

mengandung 85% ditemukan menjadi sedikit asam. Sebagai pH kulit adalah antara pH 4,5-

6,5.

Krim juga harus berada dalam kisaran ini sehingga dapat menjaga lapisan minyak

asam di atasnya, yang disebut mantel asam. Hasil uji yang dilakukan adalah untuk

menentukan komponen anorganik yang ada di formulasi, yaitu, borat, klorida, sulfat, yang

27 | P a p e r T B A

Page 28: PAPER TBA

dapat menyebabkan merugikan kulit. Uji iritasi patch untuk kedua formulasi dilakukan dan

ditemukan untuk menjadi non iritasi pada kulit. Psikometri evaluasi dari kedua krim

dilakukan untuk menemukan penerimaan mereka. Novel krim

menunjukkan akseptasi lebih baik dalam hal kelancaran, lengket dan bersinar. Tabel 5, 6,

Gambar 2 dan 3 peningkatan pertunjukkan di relatif dan absolut parameter setelah minggu

pertama itu sendiri.

Perbaikan lebih jelas terlihat dalam total deformasi (R0) elastisitas, bersih (R5) dan

biologis elastisitas (R7) dan retraksi (Ur). Transfersome krim secara signifikan meningkatkan

jumlah resistensi terhadap deformasi untuk 27% dibandingkan dengan krim dasar, 6% dalam

2 minggu durasi (P <0,05). Nilai R2 menunjukkan bahwa secara keseluruhan elastisitas kulit

meningkat 18,37% dengan krim novel dan hanya 6% dengan krim dasar (P <0,05), penurunan

R2 nilai dengan hasil usia karena degradasi elastin serat mewakili sifat tak terelakkan dari

penuaan. R5 menunjukkan nilai bahwa elastisitas murni meningkat menjadi 23% dengan

krim baru dan R6, sagginess menurun menjadi 30% dengan krim baru (P <0,05). R7 nilai,

elastisitas biologis meningkat menjadi 21% dengan krim baru (P <0,05). R8, kelenturan

yaitu, kemampuan kulit untuk menunjukkan kondisi aslinya setelah deformasi

meningkat 17% dari kondisi asli (P <0,05). Sedangkan R9, melelahkan efek meningkat

menjadi 20% (P> 0,05). Peningkatan nilai R8 menunjukkan bahwa kecenderungan serat

elastin untuk mengikat kuat telah meningkat pesat.

28 | P a p e r T B A

Page 29: PAPER TBA

Hal ini mungkin karena membatasi radikal bebas oleh kurkumin yang juga

menyebabkan keriput dengan mengaktifkan metaloproteinase, seperti kolagenase, yang

bertanggung jawab untuk menghancurkan ikat kulit jaringan (kolagen dan elastin), sehingga

mengakibatkan prematur penuaan. Nilai mutlak, Ur, retraksi meningkatkan sampai 9% (P <

0,05) sedangkan Ue, deformasi elastis untuk meningkatkan 28,7% (P> 0,05). Kedua Ur dan

UV adalah ukuran hidrasi efek, sehingga membuktikan efek pelembab krim karena adanya

gliserin dalam formulasi. yang paling menonjol perbaikan diamati pada viscoelasticity, UV

hingga 55% (P <0,05). Hasil elastisitas keseluruhan, biologi elastisitas, pemulihan cacat,

kekencangan kulit dan pengurangan kelelahan dapat dikorelasikan dengan anti keriput sifat-

sifat krim. Oleh karena itu, jika ada lebih peningkatan dalam elastisitas biologis secara

keseluruhan, anti keriput yang milik produk menjadi lebih baik.

KESIMPULAN

Hal demikian memungkin untuk membuat ekstrak herbal yang dimuat dalam krim

antikerut transfersomal. Tween 20 meningkatkan secara signifikan penjeratan kurkumin ke

vesikel dan deposisi kulit dengan ekstrak etanol 85%, maka Tween 20 dapat secara efektif

digunakan sebagai aktifator yang unggul. Hasil Cutometer menunjukkan peningkatan dalam

keseluruhan elastisitas, elastisitas biologis, pemulihan cacat kulit, kejernihan dan penurunan

kelelahan yang dapat dikorelasikan dengan sifat anti kerut krim. Efek menguntungkan

mungkin disebabkan oleh antioksidan sinergis, antiradang, pelindung sifat dari konstituen

ekstrak dan hidran, pelembab dan komponen lipid transfersomes dan krim. Oleh karena itu,

29 | P a p e r T B A

Page 30: PAPER TBA

dapat disimpulkan bahwa " krim Anti-kerut" adalah efektif dan aman untuk penggunaan

dalam pengelolaan kerutan wajah.

DAFTAR PUSTAKA

Saraf S, Jeswani G, Kaur Chanchal Deep and Saraf Shailendra. 2011. Development of

Novel Herbal Cosmetic Cream with Curcuma longa Extract Loaded Transfersomes

for Antiwrinkle Effect. African J. Pharmacy and Pharmacology.

Ahshawat MS, Saraf S, Saraf S. 2008. Preparation and characterization of herbal

creams for improvement of skin viscoelastic properties. Int. J. Cos. Sci., 30: 183-193.

Bangham AD. 1963. Physical structure and behaviour of lipids and lipid enzymes.

Adv. Lipid. Res., 1: 65–104.

Benson HAE. 2005. Transdermal Drug Delivery: Penetration Enhancement

Techniques. Current. Drug. Delivery, 2: 23-33.

Bonte F, Noel-Hudson MS, Wepierre J, Meybeck A. 1997. Protective effect of

curcuminoids on epidermal skin cells under free oxygen radical stress. Planta.

Medica, 63: 265-66.

30 | P a p e r T B A