Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

25
PAPER STUDI KASUS Kemenangan Carrefour atas KPPU Dosen Pengampu : Sulistiowati, SH., M.Hum., Dr. Disusun Oleh : Asrul Dai Regita Ayu Kurniasari Reziana Novianty Tristy Vidya Lintang Amelia Wilfried Arief Nugroho MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA

description

Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Transcript of Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Page 1: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

PAPER STUDI KASUS

Kemenangan Carrefour atas KPPU

Dosen Pengampu :

Sulistiowati, SH., M.Hum., Dr.

Disusun Oleh :

Asrul Dai

Regita Ayu Kurniasari

Reziana Novianty

Tristy Vidya Lintang Amelia

Wilfried Arief Nugroho

MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA

DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015

Page 2: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

A. Latar Belakang Masalah

Carrefour merupakan supermarket international yang berkantor

pusat di Perancis, Outlet pertamanya dibuka pada 3 Juni 1957, Annecy.

Pendirinya adalah Marcel Fournier dan Louis Deforey. Carrefour adalah

pusat belanja memperkenalkan konsep hypermarket atau supermarket

besar dikombinasikan dengan department store atau toko serba ada.

Pembukaan hypermarket pertama pada tahun 1962 di Sainte-Genevieve-

des-Bois, dekat Paris, Perancis. Di dunia Carrefour adalah ritel terbesar

kedua setelah Wal-Mart. (vennie, 2009)

Carrefour hadir menjadi Sahabat berbelanja keluarga di Indonesia

sejak 1998. Gerai atau outlet pertama di Cempaka putih, Jakarta. Saat yang

hampir bersamaan, Continent perusahaan supermarket Perancis juga

melebarkan sayapnya ke Indonesia yang berlokasi di Pasar Festival Jakarta

Selatan. Setahun setelahnya, pada tahun 1999 terjadi kesepakatan antara

Carrefour dan Holding Company Continent yaitu Promodes untuk

melakukan merger di seluruh unit usaha mereka di dunia dengan

menggunakan nama Carrefour.

Penggabungan tersebut bertujuan untuk memenuhi kepuasan

pelanggan dengan sumber daya manusia yang handal. Kinerja Carrefour

juga semakin meningkat sebagai supermarket atau lebih tepatnya

hypemarket yang terbesar kedua di dunia. (vennie, 2009)

Carrefour dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan

pelanggan menerjemahkan program mereka yang disbut sebagai 3 pilar

utama yaitu harga yang bersaing, pilihan yang lengkap dan yang tidak

kalah penting pelayanan kepada pelanggan yang memuaskan. Ketiga pilar

utama tersebut diharapkan dapat menjadi pilihan utama tempat belanja

terlengkap di Indonesia. Kemitraan Carrefour lebih dari 4.000 pemasok

dari seluruh Indonesia. 70% berasal dari kategori Usaha Kecil dan

Menengah (UKM). Para pemasok ini 90% produk mereka adalah produk

lokal.

Page 3: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Carrefour Indonesia, pusat belanja yang mempunyai konsep

hypermarket kini berada di bawah PT Trans Retail Indonesia. PT Trans

Ritel Indonesia sendiri bernaung dibawah bendera CT Group. Pelanggan

Carrefour saat ini mencapai 500.000 orang per hari. Berbagai macam

produk yang mereka tawarkan mulai dari bahan makanan segar seperti

daging, ikan, sayuran, buah segar serta buah-buahan, alat-alat rumah

tangga, perlengkapan bayi, kosmetik, elektronik bahkan tekstil. Kesegaran

produk yang ditawarkan adalah hal yang paling utma disertai harga yang

kompetitif. Dengan pelayanan yang memakai konsep One-Stop Shopping,

konsep ini memberikanberbagai macam promo dengan katalog yang

komunikatif dan menarik, begitu juga dengan program Home Delivery

yang memudahkan pelanggan berbelanja.

Perkembangan dunia ritel melaju sangat cepat. Untuk memenuhi

amanat undang-undang No.5 Tahun 1999 mengenai larangan praktik

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, pada tanggal 7 juni 2000, 11

Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) resmi dilantik oleh

Presiden KH.Abdurahman Wahid (Kusnandar,2013). Fungsi dari Komisi

Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ialah menjadi lembaga pengawas

persaingan usaha yang efektif dan kredibel untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Karena KPPU merupakan suatu lembaga penegak

hukum dan komisi negara yang independen, maka KPPU memiliki

kewenangan untuk menyusun peraturan pelaksanaan, melakukan

pemeriksaan terhadap pihak yang diduga melanggar UU No.5 Tahun

1999, membuat keputusan dan mengenakan sanksi hukum yang mengikat

kepada pelaku pelanggaran undang-undang tersebut. KPPU juga

berwenang dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah

berkaitan dengan kebijakan yang dapat mempengaruhi persaingan usaha

dalam bentuk kajian proses pembentukan peraturan, evaluasi kebijakan,

atau rekomendasi dari kebijakan. KPPU bertanggung jawab kepada

Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Banyak pengusaha yang terjun ke bisnis ini salah satunya adalah

PT. Alfa Retailindo, Tbk. Sebelum bernaung dibawah CT Group, PT.

Page 4: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Carrefour Indonesia mengakuisisi PT. Alfa Retailindo Tbk tepatnya pada

bulan Januari 2008. Hal tersebut dipermasalahkan oleh Komite Pengawas

Persaingan Usaha. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah

sebuah lembaga independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi

amanat Undang-Undang no. 5 tahun 1999 tentang larangan

praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada UU

tersebut:

1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak

lain untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau

pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian

penetapan harga, diskriminasi harga,  boikot, perjanjian

tertutup, oligopoli,  predatory pricing,  pembagian

wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak

luar negeri yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.

2. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi

dan/atau pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar

yang dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan

usaha tidak sehat.

3. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi

dominan yang dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi

hak-hak konsumen, atau menghambat bisnis pelaku usaha lain

(Anonim, 2015).

Dalam pembuktian, KPPU menggunakan unsur pembuktian per se

illegal, yaitu sekedar membuktikan ada tidaknya perbuatan, dan

pembuktian rule of reason, yang selain mempertanyakan eksistensi

perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.

Page 5: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Keberadaan KPPU diharapkan menjamin hal-hal berikut di

masyarakat:

1. Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen

sebagai price taker

2. Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen

menentukan pilihan

3. Efisiensi alokasi sumber daya alam

4. Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas

seadanya, yang lazim ditemui pada pasar monopoli

5. Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah

meningkatkan kualitas dan layanannya

6. Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun

biaya produksi

7. Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi

lebih banyak

8. Menciptakan inovasi dalam perusahaan

9.

TUGAS DAN WEWENANG KPPU

Undang-undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan

wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:

TUGAS

1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;

2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku

usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17

sampai dengan Pasal 24;

3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan

posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

Page 6: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur

dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;

4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana

diatur dalam Pasal 36;

5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah

yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat;

6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan

Undang-undang ini;

7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada

Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

WEWENANG

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat;

2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang

ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya;

4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada

atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat;

5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan undang-undang ini;

6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang

ini;

Page 7: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,

saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud poin 5 dan poin 6,

yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;

8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan undang-undang ini;

9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat

bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;

10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

pelaku usaha lain atau masyarakat;

11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku

usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, rumusan masalah

yang dapat diambil dalam studi kasus ini, antara lain:

1. Sejauh mana PT. Carrefour melanggar UU no. 5 tahun 1999?

2. Sanksi apa yang diberikan KPPU dalam pelanggaran tersebut?

3. Keputusan apa yang diambil oleh pengadilan negri terhadap kasus ini?

C. Analisis Kasus

Pada 21 Januari 2008, nota kesepahaman (MoU) antara PT.

Carrefour Indonesia (Carrefour), PT. Sigmantara Alfindo Prime Horizon

Pte.Ltd untuk membeli 75% saham PT. Alfa Retailindo (Alfa)

ditandatangani di Jakarta. Nota kesepahaman itu kemudian ditindaklanjuti

dengan penandatangan perjanjian jual beli saham antara Carrefour dan

Alfa pada 21 Januari 2008. Setelah diakuisisi Carrefour, dari 30 gerai ex-

Alfa, 14 diantaranya berganti nama menjadi Carrefour Express, dan 16

jadi Carrefour. Dengan demikian, pasca mengakuisisi Alfa, Carrefour

beroperasi di dua format: hypermarket dan supermarket.

Page 8: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Carrefour dan ritel modern lainnya menjalankan kegiatan bisnisnya

dengan memasok barang dari pemasok dan menjualnya kepada konsumen.

Keberadaan format ritel modern menawarkan produk yang murah,

memberi kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Namun fitur

layanan pro konsumen dan harga murah dilakukan dengan

mengeksploitasi potongan harga yang dimintakan kepada pemasok barang.

Oleh Carrefour, potongan harga yang dipersyaratkan untuk produk

tertentu awalnya sebesar 20% dari harga jualnya kepada Carrefour.

Besaran potongan harga ini kemudian mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun. Bahkan ada di antara pemasok yang diminta rabat oleh Carrefour

sampai dengan 70% dari harga pasokannya. Selain itu pemasok juga

mendapatkan perlakuan kurang baik dari Carrefour berupa pengenaan

biaya promosi yang sangat tinggi. Seluruh ketentuan kerjasama tersebut

dituangkan Carrefour dalam dokumen trading terms.

Terkait dengan tindakan pelanggaran itu, oleh Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU), Carrefour diperintahkan untuk melepas seluruh

kepemilikannya di Alfa melalui Putusan KPPU NO 09/KPPU-L/2009

tanggal 3 November 2009. Dalam putusan ini, KPPU memberikan sanksi

dengan memerintahkan Carrefour untuk membatalkan akuisisi terhadap

Alfa berdasarkan suatu penilaian bahwa setelah melakukan akuisisi,

Carrefour terbukti menyalahgunakan market power yang dimilikinya

sehingga melanggar ketentuan tentang penguasaan produksi dan/atau

pemasaran barang/jasa yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) UU 5/1999

(Mariske, 2010).

KPPU menghukum Carrefour karena dinilai melanggar undang-

undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat karena melanggar pasal 17 angka 1 yang

berbunyi, “pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan

atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat” dan pasal 28

tentang penggabungan, peleburan dan pengambil alihan ( KPPU, 1999).

Page 9: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Hal ini terjadi saat Carrefour mengakuisisi 75% saham dari PT. Alfa

Retailindo pada tahun 2008.

Temuan-temuan KPPU terkait UU 5/1999 adalah sebagai berikut:

Pelaku usaha dianggap menguasai pasar jika produk barang atau jasa yang

diproduksi dan atau dipasarkan belum ada substitusinya atau

mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan

usaha barang dan atau jasa yang sama atau pelaku usaha menguasai lebih

dari 50 persen pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. Menurut

pertimbangan KPPU, Carrefour memiliki pangsa pasar lebih dari 50%

pada pangsa pasar bersangkutan hulu (upstream). Dalam pasar

bersangkutan, jumlah pelaku usaha diukur dari adanya peningkatan jumlah

pelaku usaha di pasar bukan dari peningkatan jumlah output produksi.

Pasar bersangkutan hulu (upstream) adalah pasar yang menunjukkan relasi

antara pemasok barang/jasa dan Carrefour yang berbeda dengan pasar hilir

(downstream) yaitu pasar yang menunjukkan relasi antara Carrefour dan

konsumen.

Kondisi persaingan juga dapat diukur dari tingkat konsentrasi dan

kecenderungan yang ditunjukkan menggunakan indikator nilai HHI dan

CR4. Tingkat konsentrasi tinggi dan cenderung meningkat menunjukkan

bahwa kondisi pasar bersangkutan didominasi oleh beberapa pelaku usaha

tertentu. KPPU menilai bahwa kondisi pasar bersangkutan upstream

sangat terkonsetrasi dengan kecenderungan yang terus meningkat, dimana

Carrefour menjadi pelaku usaha dominan di dalamnya. Sebelum akuisisi

pada 2007, tingkat HHI industri mencapai angka 2950,09 dengan nilai

CR4 mencapai 93,36 persen yang menandakan konsentrasi yang sangat

tinggi dari suatu industri. Setelah akuisisi angka tersebut semakin

meningkat.

KPPU juga menunjukkan temuan adanya tindakan pararel yang

dilakukan oleh Carrefour pada pasar bersangkutan yang terjadi pada

kondisi tingkat konsentrasi yang cenderung meningkat serta adanya entry

barrier sehingga menjadikan kondisi merugikan konsumen yang

berpotensi tetap akan terjadi dalam jangka panjang. Dengan demikian,

Page 10: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

KPPU menyimpulkan bahwa dampak syarat perdagangan (trading terms)

yang diterapkan Carrefour terhadap pemasok menimbulkan persaingan

yang tidak sehat dan menghambat konsumen memperoleh barang dan jasa

yang bersaing (Mariske, 2010).

Menurut KPPU, dengan melakukan akuisisi terhadap Alfa,

Carrefour telah menerapkan sebuah kebijakan usaha. Dengan adanya

tindakan-tindakan Carrefour yang mengeksploitasi surplus dari pemasok,

dengan menyalahgunakan penguasaan 57,99% pangsa pasar bersangkutan

upstream setelah mengakuisisi Alfa, antara lain:

1. Menerapkan besaran trading terms kepada para pemasok Alfa,

sehingga pasca akuisisi, trading term antara pelaku bisnis,

pemasok dan peritel cenderung naik dari tahun ke tahun tanpa

justifikasi yang jelas.

2. Memaksakan pemasok Carrefour untuk juga memasok pada Alfa

(Tying in).

Dengan tindakan-tindakan itu, Carrefour dinilai telah melakukan

tindakan yang menyebabkan hilangnya persaingan efektif dalam pasar

yang bersangkutan, sehingga kondisi tersebut menyebabkan konsumen

tidak dapat menghindari penyalahgunaan kekuatan pasar oleh Carrefour

sehingga dalam jangka waktu pendek konsumen bisa kehilangan pilihan,

dan tindakan yang dilakukan tersebut menunjukkan tren yang terus

meningkat sehingga menjadikan kondisi merugikan konsumen tersebut

berpotensi tetap terjadi dalam jangka panjang. Oleh karena itu KPPU

menilai bahwa terdapat dampak negatif pada persaingan sebagai akibat

akuisisi yang dilakukan Carrefour terhadap Alfa (Mariske, 2010).

Menurut Ika (2013), dampak negatif dari akuisisi yang dilakukan

Carrefour terhadap Alfa, antara lain:

1. Kenaikan pangsa pasar dari 46,03% pada tahun 2007, menjadi

57,99% pada tahun 2008.

2. Terjadinya peningkatan dan pemaksaan potongan harga

pembelian dari pemasok.

Page 11: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Atas tuduhan pelanggaran undang-undang tersebut maka KPPU

memberikan sanksi kepada Carrefour sesuai dalam pasal 48 undang-

undang nomor 5 tahun 1999 mengenai pidana pokok serendah-rendahnya

25 miliar (KPPU,1999).

Merujuk pada hasil lembaga survei AC Nielsen, Euro Monitor, dan

Mars Indonesia, hakim berpendapat pasar yang didominasi oleh Carrefour

belum dapat dikatakan melewati batas monopoli sebagimana

dipersyaratkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999.  Berdasarkan hasil

survei ketiga lembaga survei tersebut, hakim berpandangan

Carrefour Indonesia tidak melanggar posisi dominan dalam pasar retail

dengan menguasai lima puluh persen posisi dominan pasar, baik sebelum

maupun sesudah akuisisi. Hakim menilai langkah Carrefour mengakuisisi

PT Alfa Retailindo bukanlah monopoli. Bahkan, hakim menilai

perusahaan asal Perancis ini tidak terbukti mendominasi pasar usaha ritel

di Indonesia ( Anonim, 2010).

Untuk dapat dikatakan melakukan monopoli, majelis hakim

mengatakan perusahaan pelaku usaha ritel harus terbukti melakukan posisi

dominan pasar sebesar 50%.  Sebelum akusisi, menurut majelis hakim

Carrefour hanya menguasai pasar bisnis ritel di Indonesia sebesar 14%.

Sedangkan setelah akuisisi pangsa pasar yang dikuasai Carrefour baru

sebesar 17,5%. Pada bagian lain pertimbangan hukum, majelis

berpendapat barang yang diperdagangkan oleh Carrefour bukan barang

tetap, melainkan barang yang justru bebas diperjual belikan oleh pelaku

usaha ritel lainnya.  Bahkan sesama perusahaan ritel memiliki kesamaan

karakteristik dengan barang yang dijual. Dengan begitu, masing-masing

peritel dapat melakukan ekspansi pasar dengan stabil.

Sebagaimana diketahui, majelis komisi KPPU pada 3 November

2009 mengeluarkan putusan bahwa PT Carrefour Indonesia terbukti secara

sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 angka (1)  dan Pasal 28 UU No 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan  Persaingan Usaha

Tidak Sehat. Selain itu, majelis komisi memerintahkan PT Carrefour

Page 12: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Indonesia agar melepaskan seluruh kepemilikannya di PT Alfa Retailindo

Tbk  kepada pihak yang tidak terafiliasi  dengan PT Carrefour Indonesia.

Kepala Monitoring dan Litigasi KPPU, Muhammad Reza

menyayangkan putusan majelis yang mengabulkan permohonan Carrefour.

Pada prinsipnya, menurut Reza pertimbangan formilnya tidak jauh

berbeda dengan KPPU. Namun memasuki substansi, terdapat perbedaan

dengan majelis hakim Pengasilan Negeri Jakarta Selatan dengan majelis

komisi KPPU. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

berpendapat tidak melebihi 50%. Sedangkan majelis komisi KPPU

berpendapat Carrefour pangsa pasarnya melebihi 50%. Sehingga KPPU

menilai Carrefour telah melanggar Pasal 17 angka (1) dan Pasal 28 UU No

5 Tahun 1999.

Menurut KPPU, penguasaan pasar tersebut disalah gunakan

Carrefour  dengan memberlakukan trading term (syarat-syarat

perdagangan) kepada pemasok. Sehingga, pasca akuisisi, trading term

antara pelaku bisnis, pemasok dan peritel cenderung naik dari tahun ke

tahun tanpa justifikasi yang jelas. Format dan besaran trading terms juga

dinilai melanggar hukum dan peraturan perundang- undangan yang

berlaku.

Setelah akuisisi, trading terms kepada pemasok Alfa meningkat

sebesar 13-20 persen. Pemasok Alfa juga dipaksa untuk memasok ke

Carrefour pasca akuisisi. Pemasok tidak berdaya untuk menolak kenaikan

itu karena secara faktual nilai penjualan pemasok di Carrefour cukup

signifikan sehingga pemasok tak punya pilihan lain. Selain itu, Carrefour

melakukan competitor check (mengontrol persaingan), sehingga Carrefour

dapat mengetahui harga barang pemasok ke tempat pesaing. Hal ini

mempengaruhi besaran trading terms. Akibatnya, besaran trading terms

menjadi terbatas. Sebab, jenis trading terms Carrefour cenderung ditiru

pelaku usaha lain sehingga trading terms cenderung naik.

Alhasil, pemasok tidak fleksibel dalam bernegosiasi untuk

menentukan trading terms. Insentif pemasok atas produk baru juga akan

berkurang karena keuntungan terserap ke ritel. Sebab terjadi pengaturan

Page 13: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

koordinasi (coordinated conduct) dalam menentukan trading terms kepada

pemasok, dimana Carrefour menjadi leader.

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan

permohonan keberatan Carrefour Indonesia atas putusan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU). Sebelumnya Komisi memang menghukum

Carrefour  karena perusahaan asal Perancis itu dinilai melanggar Undang-

Undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Carrefour, menurut Komisi, menabrak pasal 17 angka (1) dan pasal

28. Tidak terima putusan itu, Carrefour menyampaikan keberatan ke PN

Jakarta Selatan.

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan putusan KPPU

nomor 9/KPPU/2009 yang terbit pada 3 November 2009 lalu dibatalkan

dan membatalkan denda sebesar 25 miliar yang harus dibayar Carrefour

yang harus disetorkan kepada kas negara. Selain itu pengadilan negeri

Jakarta Selatan juga membebankan biaya perkara kepada KPPU sebesar

Rp. 221.000,00.

D. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan dari analisis yang dilakukan terhadap kasus dugaan

praktek monopoli dan persaingan tidak sehat oleh Carrefour, terdapat

beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat yaitu:

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil dari beberapa lembaga survei swasta, Ketua

Majelis Hakim Pengadilan Negri Jakarta Selatan memutuskan

bahwa Carrefour Indonesia terbukti tidak melanggar Pasal 17

angka (1) dan Pasal 28 UU No. 5 Tahun 1999 perihal larangan

praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Menurut

hakim, Carrefour Indonesia tidak melanggar posisi dominan pada

pasar ritel yaitu tidak menguasai 50% posisi pasar baik sebelum

ataupun sesudah akuisisi (14 % sebelum dan 17,5 % setelah

akuisisi). Selain itu Ketua Majelis Hakim juga berpendapat

Page 14: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

persaingan antara ritel masih dapat dikatakan stabil karena barang

yang diperjual belikan merupakan barang bebas bukannya barang

tetap.

b. Berkaitan dengan keputusan yang telah diberikan, Pengadilan

Negri Jakarta Selatan membatalkan denda sebesar Rp. 25 Miliar

dan hanya membebankan biaya perkara kepada KPPU sebesar

Rp.221.000 .

c. Terdapat perbedaan cara pandang dalam mendefinisikan upstream

antara KPPU dengan Carrefour sehingga terjadi margin angka yang

cukup signifikan dalam menentukan seberapa dominan

penguasaan pangsa pasar yang Carrefour kuasai. selain itu KPPU

menduga bahwa Carrefour melakukan tindakan monopoli melalui

skema trading term.

2. Saran

a. Untuk Carrefour

Carrefour harus dapat menjalin komunikasi yang baik dan

memberikan informasi yang jelas terhadap beberapa pelaku pasar

baik dari pihak pemasok, pemerintah (diwakili oleh KPPU),

maupun kompetitor khususnya pedagang pasar tradisional yang

merasa terancam terhadap tindakan akuisisinya. Komunikasi yang

baik dan pemberian Informasi yang jelas dapat meminimalisir

perbedaan cara pandang mengenai praktik Monopoli dan

persaingan pasar tidak sehat.

b. Untuk KPPU

KPPU terbukti lemah baik dari segi hukum, kinerja maupun

kebijakan. KPPU harus memperkuat kelembagaan, kewenangan

dan payung hukumnya dengan cara :

Merevisi Perpu untuk dapat memperkuat kelembagaan

KPPU.

Page 15: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Keterbatasan kewenangan KPPU merupakan faktor

lemahnya hasil investigasi yang dapat mudah

dimentahkan oleh pengadilan. Kewenangan lebih yang

diberikan seperti dapat melakukan penyadapan,

penggeledahan, dan penyitaan dapat memperkuat bukti

pelanggaran dari suatu kasus.

Memperjelas posisi pejabat KPPU dan keberadaan

penyidik sebagai payung hukum.

Mempererat hubungan antar lembaga hukum lain

seperti polisi, KPK, dan kejaksaan.

Page 16: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Pengadilan Nyatakan Carrefour Indonesia Tidak Monopoli.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b7cc7d01140a/pengadilan-

nyatakan-carrefour-indonesia-tidak-monopoli, diakses pada 20 Maret

2015.

Anonim, 2012, Carrefour, Gerai Retail Pilihan Untuk Keluarga Indonesia,

http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/, diakses tanggal 28 Maret

2015

Anonim, 2015. Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pengawas_Persaingan_Usaha, diakses

tanggal 20 Maret 2015.

Fitri, I., 2013, Kasus Monopoli Pasar Carrefour,

http://ikarizkisafitri.blogspot.com/2013/11/kasus-monopoli-pasar-

carrefour.html, diakses tanggal 25 Maret 2015.

Kusnandar, 2013, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tak Berdaya Dihadapan

Pengusaha Kakap, http://www.aktual.co/voiceoffreedom/160803komisi-

pengawas-persaingan-usaha-tak-berdaya-di-hadapan-pengusaha-kakap- ,

diakses tanggal 20 Maret 2015.

KPPU, 1999, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

http://www.kppu.go.id/docs/UU/UU_No.5.pdf, diakses tanggal 24 Maret

2015.

Page 17: Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret

Mariske, 2011, Analisis Putusan KPPU Nomor 9/KPPU-L/2009, http://mariske-

onlyhope.blogspot.com/2011/10/analisis-putusan-kppu-no-09kppu-

l2009.html diakses tanggal 24 Maret 2015.

Shella,V., 2009. Company Profile PT. CARREFOUR INDONESIA,https://vennieshella.wordpress.com/2009/10/07/company-profile-pt-

carrefour-, diakses tanggal 28 Maret 2015