Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret
description
Transcript of Paper Studi Kasus Bl -Rev-27 Maret
PAPER STUDI KASUS
Kemenangan Carrefour atas KPPU
Dosen Pengampu :
Sulistiowati, SH., M.Hum., Dr.
Disusun Oleh :
Asrul Dai
Regita Ayu Kurniasari
Reziana Novianty
Tristy Vidya Lintang Amelia
Wilfried Arief Nugroho
MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA
DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
A. Latar Belakang Masalah
Carrefour merupakan supermarket international yang berkantor
pusat di Perancis, Outlet pertamanya dibuka pada 3 Juni 1957, Annecy.
Pendirinya adalah Marcel Fournier dan Louis Deforey. Carrefour adalah
pusat belanja memperkenalkan konsep hypermarket atau supermarket
besar dikombinasikan dengan department store atau toko serba ada.
Pembukaan hypermarket pertama pada tahun 1962 di Sainte-Genevieve-
des-Bois, dekat Paris, Perancis. Di dunia Carrefour adalah ritel terbesar
kedua setelah Wal-Mart. (vennie, 2009)
Carrefour hadir menjadi Sahabat berbelanja keluarga di Indonesia
sejak 1998. Gerai atau outlet pertama di Cempaka putih, Jakarta. Saat yang
hampir bersamaan, Continent perusahaan supermarket Perancis juga
melebarkan sayapnya ke Indonesia yang berlokasi di Pasar Festival Jakarta
Selatan. Setahun setelahnya, pada tahun 1999 terjadi kesepakatan antara
Carrefour dan Holding Company Continent yaitu Promodes untuk
melakukan merger di seluruh unit usaha mereka di dunia dengan
menggunakan nama Carrefour.
Penggabungan tersebut bertujuan untuk memenuhi kepuasan
pelanggan dengan sumber daya manusia yang handal. Kinerja Carrefour
juga semakin meningkat sebagai supermarket atau lebih tepatnya
hypemarket yang terbesar kedua di dunia. (vennie, 2009)
Carrefour dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan
pelanggan menerjemahkan program mereka yang disbut sebagai 3 pilar
utama yaitu harga yang bersaing, pilihan yang lengkap dan yang tidak
kalah penting pelayanan kepada pelanggan yang memuaskan. Ketiga pilar
utama tersebut diharapkan dapat menjadi pilihan utama tempat belanja
terlengkap di Indonesia. Kemitraan Carrefour lebih dari 4.000 pemasok
dari seluruh Indonesia. 70% berasal dari kategori Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Para pemasok ini 90% produk mereka adalah produk
lokal.
Carrefour Indonesia, pusat belanja yang mempunyai konsep
hypermarket kini berada di bawah PT Trans Retail Indonesia. PT Trans
Ritel Indonesia sendiri bernaung dibawah bendera CT Group. Pelanggan
Carrefour saat ini mencapai 500.000 orang per hari. Berbagai macam
produk yang mereka tawarkan mulai dari bahan makanan segar seperti
daging, ikan, sayuran, buah segar serta buah-buahan, alat-alat rumah
tangga, perlengkapan bayi, kosmetik, elektronik bahkan tekstil. Kesegaran
produk yang ditawarkan adalah hal yang paling utma disertai harga yang
kompetitif. Dengan pelayanan yang memakai konsep One-Stop Shopping,
konsep ini memberikanberbagai macam promo dengan katalog yang
komunikatif dan menarik, begitu juga dengan program Home Delivery
yang memudahkan pelanggan berbelanja.
Perkembangan dunia ritel melaju sangat cepat. Untuk memenuhi
amanat undang-undang No.5 Tahun 1999 mengenai larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, pada tanggal 7 juni 2000, 11
Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) resmi dilantik oleh
Presiden KH.Abdurahman Wahid (Kusnandar,2013). Fungsi dari Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ialah menjadi lembaga pengawas
persaingan usaha yang efektif dan kredibel untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Karena KPPU merupakan suatu lembaga penegak
hukum dan komisi negara yang independen, maka KPPU memiliki
kewenangan untuk menyusun peraturan pelaksanaan, melakukan
pemeriksaan terhadap pihak yang diduga melanggar UU No.5 Tahun
1999, membuat keputusan dan mengenakan sanksi hukum yang mengikat
kepada pelaku pelanggaran undang-undang tersebut. KPPU juga
berwenang dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah
berkaitan dengan kebijakan yang dapat mempengaruhi persaingan usaha
dalam bentuk kajian proses pembentukan peraturan, evaluasi kebijakan,
atau rekomendasi dari kebijakan. KPPU bertanggung jawab kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Banyak pengusaha yang terjun ke bisnis ini salah satunya adalah
PT. Alfa Retailindo, Tbk. Sebelum bernaung dibawah CT Group, PT.
Carrefour Indonesia mengakuisisi PT. Alfa Retailindo Tbk tepatnya pada
bulan Januari 2008. Hal tersebut dipermasalahkan oleh Komite Pengawas
Persaingan Usaha. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah
sebuah lembaga independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi
amanat Undang-Undang no. 5 tahun 1999 tentang larangan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada UU
tersebut:
1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak
lain untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian
penetapan harga, diskriminasi harga, boikot, perjanjian
tertutup, oligopoli, predatory pricing, pembagian
wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak
luar negeri yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
2. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi
dan/atau pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar
yang dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat.
3. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi
dominan yang dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi
hak-hak konsumen, atau menghambat bisnis pelaku usaha lain
(Anonim, 2015).
Dalam pembuktian, KPPU menggunakan unsur pembuktian per se
illegal, yaitu sekedar membuktikan ada tidaknya perbuatan, dan
pembuktian rule of reason, yang selain mempertanyakan eksistensi
perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.
Keberadaan KPPU diharapkan menjamin hal-hal berikut di
masyarakat:
1. Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen
sebagai price taker
2. Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen
menentukan pilihan
3. Efisiensi alokasi sumber daya alam
4. Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas
seadanya, yang lazim ditemui pada pasar monopoli
5. Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah
meningkatkan kualitas dan layanannya
6. Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun
biaya produksi
7. Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi
lebih banyak
8. Menciptakan inovasi dalam perusahaan
9.
TUGAS DAN WEWENANG KPPU
Undang-undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan
wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:
TUGAS
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17
sampai dengan Pasal 24;
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur
dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana
diatur dalam Pasal 36;
5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah
yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat;
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
Undang-undang ini;
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
WEWENANG
1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat;
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang
ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya;
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada
atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat;
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan undang-undang ini;
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang
ini;
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud poin 5 dan poin 6,
yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;
8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini;
9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat;
11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku
usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, rumusan masalah
yang dapat diambil dalam studi kasus ini, antara lain:
1. Sejauh mana PT. Carrefour melanggar UU no. 5 tahun 1999?
2. Sanksi apa yang diberikan KPPU dalam pelanggaran tersebut?
3. Keputusan apa yang diambil oleh pengadilan negri terhadap kasus ini?
C. Analisis Kasus
Pada 21 Januari 2008, nota kesepahaman (MoU) antara PT.
Carrefour Indonesia (Carrefour), PT. Sigmantara Alfindo Prime Horizon
Pte.Ltd untuk membeli 75% saham PT. Alfa Retailindo (Alfa)
ditandatangani di Jakarta. Nota kesepahaman itu kemudian ditindaklanjuti
dengan penandatangan perjanjian jual beli saham antara Carrefour dan
Alfa pada 21 Januari 2008. Setelah diakuisisi Carrefour, dari 30 gerai ex-
Alfa, 14 diantaranya berganti nama menjadi Carrefour Express, dan 16
jadi Carrefour. Dengan demikian, pasca mengakuisisi Alfa, Carrefour
beroperasi di dua format: hypermarket dan supermarket.
Carrefour dan ritel modern lainnya menjalankan kegiatan bisnisnya
dengan memasok barang dari pemasok dan menjualnya kepada konsumen.
Keberadaan format ritel modern menawarkan produk yang murah,
memberi kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Namun fitur
layanan pro konsumen dan harga murah dilakukan dengan
mengeksploitasi potongan harga yang dimintakan kepada pemasok barang.
Oleh Carrefour, potongan harga yang dipersyaratkan untuk produk
tertentu awalnya sebesar 20% dari harga jualnya kepada Carrefour.
Besaran potongan harga ini kemudian mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Bahkan ada di antara pemasok yang diminta rabat oleh Carrefour
sampai dengan 70% dari harga pasokannya. Selain itu pemasok juga
mendapatkan perlakuan kurang baik dari Carrefour berupa pengenaan
biaya promosi yang sangat tinggi. Seluruh ketentuan kerjasama tersebut
dituangkan Carrefour dalam dokumen trading terms.
Terkait dengan tindakan pelanggaran itu, oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU), Carrefour diperintahkan untuk melepas seluruh
kepemilikannya di Alfa melalui Putusan KPPU NO 09/KPPU-L/2009
tanggal 3 November 2009. Dalam putusan ini, KPPU memberikan sanksi
dengan memerintahkan Carrefour untuk membatalkan akuisisi terhadap
Alfa berdasarkan suatu penilaian bahwa setelah melakukan akuisisi,
Carrefour terbukti menyalahgunakan market power yang dimilikinya
sehingga melanggar ketentuan tentang penguasaan produksi dan/atau
pemasaran barang/jasa yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) UU 5/1999
(Mariske, 2010).
KPPU menghukum Carrefour karena dinilai melanggar undang-
undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat karena melanggar pasal 17 angka 1 yang
berbunyi, “pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat” dan pasal 28
tentang penggabungan, peleburan dan pengambil alihan ( KPPU, 1999).
Hal ini terjadi saat Carrefour mengakuisisi 75% saham dari PT. Alfa
Retailindo pada tahun 2008.
Temuan-temuan KPPU terkait UU 5/1999 adalah sebagai berikut:
Pelaku usaha dianggap menguasai pasar jika produk barang atau jasa yang
diproduksi dan atau dipasarkan belum ada substitusinya atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama atau pelaku usaha menguasai lebih
dari 50 persen pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. Menurut
pertimbangan KPPU, Carrefour memiliki pangsa pasar lebih dari 50%
pada pangsa pasar bersangkutan hulu (upstream). Dalam pasar
bersangkutan, jumlah pelaku usaha diukur dari adanya peningkatan jumlah
pelaku usaha di pasar bukan dari peningkatan jumlah output produksi.
Pasar bersangkutan hulu (upstream) adalah pasar yang menunjukkan relasi
antara pemasok barang/jasa dan Carrefour yang berbeda dengan pasar hilir
(downstream) yaitu pasar yang menunjukkan relasi antara Carrefour dan
konsumen.
Kondisi persaingan juga dapat diukur dari tingkat konsentrasi dan
kecenderungan yang ditunjukkan menggunakan indikator nilai HHI dan
CR4. Tingkat konsentrasi tinggi dan cenderung meningkat menunjukkan
bahwa kondisi pasar bersangkutan didominasi oleh beberapa pelaku usaha
tertentu. KPPU menilai bahwa kondisi pasar bersangkutan upstream
sangat terkonsetrasi dengan kecenderungan yang terus meningkat, dimana
Carrefour menjadi pelaku usaha dominan di dalamnya. Sebelum akuisisi
pada 2007, tingkat HHI industri mencapai angka 2950,09 dengan nilai
CR4 mencapai 93,36 persen yang menandakan konsentrasi yang sangat
tinggi dari suatu industri. Setelah akuisisi angka tersebut semakin
meningkat.
KPPU juga menunjukkan temuan adanya tindakan pararel yang
dilakukan oleh Carrefour pada pasar bersangkutan yang terjadi pada
kondisi tingkat konsentrasi yang cenderung meningkat serta adanya entry
barrier sehingga menjadikan kondisi merugikan konsumen yang
berpotensi tetap akan terjadi dalam jangka panjang. Dengan demikian,
KPPU menyimpulkan bahwa dampak syarat perdagangan (trading terms)
yang diterapkan Carrefour terhadap pemasok menimbulkan persaingan
yang tidak sehat dan menghambat konsumen memperoleh barang dan jasa
yang bersaing (Mariske, 2010).
Menurut KPPU, dengan melakukan akuisisi terhadap Alfa,
Carrefour telah menerapkan sebuah kebijakan usaha. Dengan adanya
tindakan-tindakan Carrefour yang mengeksploitasi surplus dari pemasok,
dengan menyalahgunakan penguasaan 57,99% pangsa pasar bersangkutan
upstream setelah mengakuisisi Alfa, antara lain:
1. Menerapkan besaran trading terms kepada para pemasok Alfa,
sehingga pasca akuisisi, trading term antara pelaku bisnis,
pemasok dan peritel cenderung naik dari tahun ke tahun tanpa
justifikasi yang jelas.
2. Memaksakan pemasok Carrefour untuk juga memasok pada Alfa
(Tying in).
Dengan tindakan-tindakan itu, Carrefour dinilai telah melakukan
tindakan yang menyebabkan hilangnya persaingan efektif dalam pasar
yang bersangkutan, sehingga kondisi tersebut menyebabkan konsumen
tidak dapat menghindari penyalahgunaan kekuatan pasar oleh Carrefour
sehingga dalam jangka waktu pendek konsumen bisa kehilangan pilihan,
dan tindakan yang dilakukan tersebut menunjukkan tren yang terus
meningkat sehingga menjadikan kondisi merugikan konsumen tersebut
berpotensi tetap terjadi dalam jangka panjang. Oleh karena itu KPPU
menilai bahwa terdapat dampak negatif pada persaingan sebagai akibat
akuisisi yang dilakukan Carrefour terhadap Alfa (Mariske, 2010).
Menurut Ika (2013), dampak negatif dari akuisisi yang dilakukan
Carrefour terhadap Alfa, antara lain:
1. Kenaikan pangsa pasar dari 46,03% pada tahun 2007, menjadi
57,99% pada tahun 2008.
2. Terjadinya peningkatan dan pemaksaan potongan harga
pembelian dari pemasok.
Atas tuduhan pelanggaran undang-undang tersebut maka KPPU
memberikan sanksi kepada Carrefour sesuai dalam pasal 48 undang-
undang nomor 5 tahun 1999 mengenai pidana pokok serendah-rendahnya
25 miliar (KPPU,1999).
Merujuk pada hasil lembaga survei AC Nielsen, Euro Monitor, dan
Mars Indonesia, hakim berpendapat pasar yang didominasi oleh Carrefour
belum dapat dikatakan melewati batas monopoli sebagimana
dipersyaratkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Berdasarkan hasil
survei ketiga lembaga survei tersebut, hakim berpandangan
Carrefour Indonesia tidak melanggar posisi dominan dalam pasar retail
dengan menguasai lima puluh persen posisi dominan pasar, baik sebelum
maupun sesudah akuisisi. Hakim menilai langkah Carrefour mengakuisisi
PT Alfa Retailindo bukanlah monopoli. Bahkan, hakim menilai
perusahaan asal Perancis ini tidak terbukti mendominasi pasar usaha ritel
di Indonesia ( Anonim, 2010).
Untuk dapat dikatakan melakukan monopoli, majelis hakim
mengatakan perusahaan pelaku usaha ritel harus terbukti melakukan posisi
dominan pasar sebesar 50%. Sebelum akusisi, menurut majelis hakim
Carrefour hanya menguasai pasar bisnis ritel di Indonesia sebesar 14%.
Sedangkan setelah akuisisi pangsa pasar yang dikuasai Carrefour baru
sebesar 17,5%. Pada bagian lain pertimbangan hukum, majelis
berpendapat barang yang diperdagangkan oleh Carrefour bukan barang
tetap, melainkan barang yang justru bebas diperjual belikan oleh pelaku
usaha ritel lainnya. Bahkan sesama perusahaan ritel memiliki kesamaan
karakteristik dengan barang yang dijual. Dengan begitu, masing-masing
peritel dapat melakukan ekspansi pasar dengan stabil.
Sebagaimana diketahui, majelis komisi KPPU pada 3 November
2009 mengeluarkan putusan bahwa PT Carrefour Indonesia terbukti secara
sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 angka (1) dan Pasal 28 UU No 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Selain itu, majelis komisi memerintahkan PT Carrefour
Indonesia agar melepaskan seluruh kepemilikannya di PT Alfa Retailindo
Tbk kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan PT Carrefour Indonesia.
Kepala Monitoring dan Litigasi KPPU, Muhammad Reza
menyayangkan putusan majelis yang mengabulkan permohonan Carrefour.
Pada prinsipnya, menurut Reza pertimbangan formilnya tidak jauh
berbeda dengan KPPU. Namun memasuki substansi, terdapat perbedaan
dengan majelis hakim Pengasilan Negeri Jakarta Selatan dengan majelis
komisi KPPU. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
berpendapat tidak melebihi 50%. Sedangkan majelis komisi KPPU
berpendapat Carrefour pangsa pasarnya melebihi 50%. Sehingga KPPU
menilai Carrefour telah melanggar Pasal 17 angka (1) dan Pasal 28 UU No
5 Tahun 1999.
Menurut KPPU, penguasaan pasar tersebut disalah gunakan
Carrefour dengan memberlakukan trading term (syarat-syarat
perdagangan) kepada pemasok. Sehingga, pasca akuisisi, trading term
antara pelaku bisnis, pemasok dan peritel cenderung naik dari tahun ke
tahun tanpa justifikasi yang jelas. Format dan besaran trading terms juga
dinilai melanggar hukum dan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
Setelah akuisisi, trading terms kepada pemasok Alfa meningkat
sebesar 13-20 persen. Pemasok Alfa juga dipaksa untuk memasok ke
Carrefour pasca akuisisi. Pemasok tidak berdaya untuk menolak kenaikan
itu karena secara faktual nilai penjualan pemasok di Carrefour cukup
signifikan sehingga pemasok tak punya pilihan lain. Selain itu, Carrefour
melakukan competitor check (mengontrol persaingan), sehingga Carrefour
dapat mengetahui harga barang pemasok ke tempat pesaing. Hal ini
mempengaruhi besaran trading terms. Akibatnya, besaran trading terms
menjadi terbatas. Sebab, jenis trading terms Carrefour cenderung ditiru
pelaku usaha lain sehingga trading terms cenderung naik.
Alhasil, pemasok tidak fleksibel dalam bernegosiasi untuk
menentukan trading terms. Insentif pemasok atas produk baru juga akan
berkurang karena keuntungan terserap ke ritel. Sebab terjadi pengaturan
koordinasi (coordinated conduct) dalam menentukan trading terms kepada
pemasok, dimana Carrefour menjadi leader.
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan
permohonan keberatan Carrefour Indonesia atas putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU). Sebelumnya Komisi memang menghukum
Carrefour karena perusahaan asal Perancis itu dinilai melanggar Undang-
Undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Carrefour, menurut Komisi, menabrak pasal 17 angka (1) dan pasal
28. Tidak terima putusan itu, Carrefour menyampaikan keberatan ke PN
Jakarta Selatan.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan putusan KPPU
nomor 9/KPPU/2009 yang terbit pada 3 November 2009 lalu dibatalkan
dan membatalkan denda sebesar 25 miliar yang harus dibayar Carrefour
yang harus disetorkan kepada kas negara. Selain itu pengadilan negeri
Jakarta Selatan juga membebankan biaya perkara kepada KPPU sebesar
Rp. 221.000,00.
D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan dari analisis yang dilakukan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan persaingan tidak sehat oleh Carrefour, terdapat
beberapa kesimpulan dan saran yang dibuat yaitu:
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil dari beberapa lembaga survei swasta, Ketua
Majelis Hakim Pengadilan Negri Jakarta Selatan memutuskan
bahwa Carrefour Indonesia terbukti tidak melanggar Pasal 17
angka (1) dan Pasal 28 UU No. 5 Tahun 1999 perihal larangan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Menurut
hakim, Carrefour Indonesia tidak melanggar posisi dominan pada
pasar ritel yaitu tidak menguasai 50% posisi pasar baik sebelum
ataupun sesudah akuisisi (14 % sebelum dan 17,5 % setelah
akuisisi). Selain itu Ketua Majelis Hakim juga berpendapat
persaingan antara ritel masih dapat dikatakan stabil karena barang
yang diperjual belikan merupakan barang bebas bukannya barang
tetap.
b. Berkaitan dengan keputusan yang telah diberikan, Pengadilan
Negri Jakarta Selatan membatalkan denda sebesar Rp. 25 Miliar
dan hanya membebankan biaya perkara kepada KPPU sebesar
Rp.221.000 .
c. Terdapat perbedaan cara pandang dalam mendefinisikan upstream
antara KPPU dengan Carrefour sehingga terjadi margin angka yang
cukup signifikan dalam menentukan seberapa dominan
penguasaan pangsa pasar yang Carrefour kuasai. selain itu KPPU
menduga bahwa Carrefour melakukan tindakan monopoli melalui
skema trading term.
2. Saran
a. Untuk Carrefour
Carrefour harus dapat menjalin komunikasi yang baik dan
memberikan informasi yang jelas terhadap beberapa pelaku pasar
baik dari pihak pemasok, pemerintah (diwakili oleh KPPU),
maupun kompetitor khususnya pedagang pasar tradisional yang
merasa terancam terhadap tindakan akuisisinya. Komunikasi yang
baik dan pemberian Informasi yang jelas dapat meminimalisir
perbedaan cara pandang mengenai praktik Monopoli dan
persaingan pasar tidak sehat.
b. Untuk KPPU
KPPU terbukti lemah baik dari segi hukum, kinerja maupun
kebijakan. KPPU harus memperkuat kelembagaan, kewenangan
dan payung hukumnya dengan cara :
Merevisi Perpu untuk dapat memperkuat kelembagaan
KPPU.
Keterbatasan kewenangan KPPU merupakan faktor
lemahnya hasil investigasi yang dapat mudah
dimentahkan oleh pengadilan. Kewenangan lebih yang
diberikan seperti dapat melakukan penyadapan,
penggeledahan, dan penyitaan dapat memperkuat bukti
pelanggaran dari suatu kasus.
Memperjelas posisi pejabat KPPU dan keberadaan
penyidik sebagai payung hukum.
Mempererat hubungan antar lembaga hukum lain
seperti polisi, KPK, dan kejaksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Pengadilan Nyatakan Carrefour Indonesia Tidak Monopoli.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b7cc7d01140a/pengadilan-
nyatakan-carrefour-indonesia-tidak-monopoli, diakses pada 20 Maret
2015.
Anonim, 2012, Carrefour, Gerai Retail Pilihan Untuk Keluarga Indonesia,
http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/, diakses tanggal 28 Maret
2015
Anonim, 2015. Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pengawas_Persaingan_Usaha, diakses
tanggal 20 Maret 2015.
Fitri, I., 2013, Kasus Monopoli Pasar Carrefour,
http://ikarizkisafitri.blogspot.com/2013/11/kasus-monopoli-pasar-
carrefour.html, diakses tanggal 25 Maret 2015.
Kusnandar, 2013, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tak Berdaya Dihadapan
Pengusaha Kakap, http://www.aktual.co/voiceoffreedom/160803komisi-
pengawas-persaingan-usaha-tak-berdaya-di-hadapan-pengusaha-kakap- ,
diakses tanggal 20 Maret 2015.
KPPU, 1999, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
http://www.kppu.go.id/docs/UU/UU_No.5.pdf, diakses tanggal 24 Maret
2015.
Mariske, 2011, Analisis Putusan KPPU Nomor 9/KPPU-L/2009, http://mariske-
onlyhope.blogspot.com/2011/10/analisis-putusan-kppu-no-09kppu-
l2009.html diakses tanggal 24 Maret 2015.
Shella,V., 2009. Company Profile PT. CARREFOUR INDONESIA,https://vennieshella.wordpress.com/2009/10/07/company-profile-pt-
carrefour-, diakses tanggal 28 Maret 2015