Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

20
Putu Aria/195371 Ilmu Pemerintahan UGM ABSTRAKSI Permasalahan agraria merupakan bahasan yang tiada hentinya diberitakan. Banyak dari kasus-kasus yang disengketakan berujung pada permasalahan yang lebih besar. Desentralisasi telah dimaknai sepihak oleh penguasa-pengusa lokal di daerah. Pemberian lahan pada pihak swasta dengan berdalih investasi malah semakin marak. Bukannya mensejahtrakan dan lebih berpihak pada khalayak banyak pada umumnya. Pemerintah setempat cenderung membela para investor-investor yang menjadi lumbung keuangan daerah. Alhasil, konflik diranah lokal pun tidak dapat dihindarkan. Buruknya penyelesaian konflik agraria di daerah membuat permasalahan pertanahanan ini menjadi sasaran investor untuk tetap berlindung dibawah payung hukum yang masih lemah. Sehingga tidak jarang kita menemukan kasus-kasus permasalahan agraria mencuat sampai ke level nasional

description

Paper tentang kekerasan yang di alami warga mesuji lampung akibat permasalahan dan konflik agraria.NB : kalo mau copas cantumin nama yaa :)

Transcript of Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Page 1: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

ABSTRAKSI

Permasalahan agraria merupakan bahasan yang tiada hentinya diberitakan.

Banyak dari kasus-kasus yang disengketakan berujung pada permasalahan yang lebih

besar. Desentralisasi telah dimaknai sepihak oleh penguasa-pengusa lokal di daerah.

Pemberian lahan pada pihak swasta dengan berdalih investasi malah semakin marak.

Bukannya mensejahtrakan dan lebih berpihak pada khalayak banyak pada umumnya.

Pemerintah setempat cenderung membela para investor-investor yang menjadi

lumbung keuangan daerah. Alhasil, konflik diranah lokal pun tidak dapat dihindarkan.

Buruknya penyelesaian konflik agraria di daerah membuat permasalahan pertanahanan

ini menjadi sasaran investor untuk tetap berlindung dibawah payung hukum yang masih

lemah. Sehingga tidak jarang kita menemukan kasus-kasus permasalahan agraria

mencuat sampai ke level nasional

Keyword : Konflik, Agraria, Desentralisasi.

Page 2: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

Mesuji Berdarah Mesuji Marah(sebuah analisa dalam manajemen konflik)

Lampung merupakan salah satu kawasan di daerah Sumatera bagian selatan.

Daerah ini selain dikenal sebagai pintu masuk penghubung antar Jawa dan Sumatera,

tetapi kawasan ini juga dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama

bagian perkebunan dan kehutanan. Luasnya cakupan wilayah daerah ini juga diimbangi

dengan luas kawasan perkebunan dan kehutanan yang dapat ditemui hampir disetiap

sudut wilayahnya. Selain kaya akan kekayaan alam, budaya nagari yang ada didaerah

yang sempat menjadi sasaran transmigrasi pada era Orde Baru ini juga sangat

beragam.

Dipenghujung tahun 2011 Lampung menjadi sorotan nasional. Tetapi bukan

karena faktor kekayaan alam dan budayanya yang disorot melainkan suatu kejadian

memilukan yang terjadi disalah satu daerah bagian Lampung. Daerah tersebut adalah

Mesuji. Didaerah tersebut telah terjadi pengambil alihan lahar secara sepihak oleh PT

Silvani Inhutani (PT SIL) dan konon disertai pembantaian warga yang tinggal disana.

Dalam makalah ini akan mencoba menguraikan bagaimana konflik tersebut bisa terjadi

dan langkah apa saja yang telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait serta tentunya

kaitannya dengan manajemen sebuah konflik sesuai bahasan dalam perkuliahan.

A. Penyebab dan Pemicu Konflik Kasus Mesuji

Awal mula terkuaknya kasus ini berkat pengaduan warga masyarakat Mesuji

yang melaporkan kejadian ini ke Komisi Hukum DPR pada 14 Desember 2011 lalu.

Dengan mengantongi sejumlah bukti foto dan video serta beberapa saksi mata, warga

membeberkan aksi pengambil alihan lahan secara paksa oleh Pamswakarsa yang

disewa perusahaan asal Malaysia, PT. Silvani Inhutani. Membawa segepok bukti,

termasuk video dan foto, plus saksi mata, rombongan asal Lampung itu juga

melaporkan dugaan pembantaian 30 petani di Mesuji, Lampung, sejak pemerintahan

SBY. Pembantaian itu diduga dilakukan Pamswakarsa yang tidak lain oknum

Page 3: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

pelindung tersebut adalah Brimob (salah satu divisi di Kepolisian). Sontak kasus ini

menjadi buah bibir dipenghuung tahun 2011. Kecaman dari berbagai pihak mulai

berdatangan, baik itu dari individu, ormas, maupun segelintir tokoh nasional dalam

negeri.

Dengan tersebarnya video kasus kekerasan dikalangan masyarakat memaksa

pemerintah untuk turun tangan dan menyeselasikan permasalahan yang terjadi di

Mesuji. Terlepas dari kebenaran apakah asli atau tidak video yang beredar tersebut?

Tetapi pengungkapan cara tersebut telah menimbulkan gejolak tersendiri di

pemerintahan, dan menjadi pemicu untuk dianggkat secara luas dan transparan.

Mengingat daerah lokal tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi

karena terbentur peraturan sistemik yang mengharuskan evaluasi dan pengambil

alihan kasus pengelolaan lahan yang skalanya besar menjadi tanggung jawab

pemerintah pusat.

Namun jika ditelisik lebih jauh perjalanan kasus ini sudah cukup panjang

berjalan. Berikut kutipan kronologis dari LSM WALHI dan berbagai media atas kasus

yang terjadi di Mesuji1:

konflik kepemilikan lahan bermula pada 17 Februari 1997,  Menhut

mengeluarkan SK No. 93/Kpts-II/1997 tentang Pemberian Hak Pengusahaan

HTI atas Areal Hutan seluas ± 43.100 Ha. kepada PT SIL Berdasarkan

Rekomendasi Gubernur Lampung dan Surat Dirjen Pengusahaan Hutan No.

1727/IV-PPH/1994 tanggal 29 Juni 1994 perihal Persetujuan Perluasan areal

HTI PT SIL seluas 10.500ha. Konsesi PT SIL selama 45 tahun.

Namun ternyata kewajiban-kewajiban pengelolaan kawasan hutan tidak

dipenuhi oleh PT SIL sehinggga pada tanggal 31 Oktober 2002 Hak

Pengusahaan HTI PT SIL dicabut dengan dikeluarkannya SK Menhut

No.9983/Kpts-II/2002

Pada Tahun 2004-2006

Dicabutnya pelarangan PT SIL dan ijin pengoperasiannya dikembalikan.

1 http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/kumpulan-kronologis-kasus-sda/1802-kronologis-kasus-register-45-mesuji-lampung.html, diunduh 10 januari 2012, pkl.20.18 WIB.

Page 4: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

Gubernur Lampung mengirim surat tinjauan ulang keputuhan Menhut, hal ini

didasarkan penolakan warga terhadap penggunaan lahan sebagai kawasan

hutan produksi dengan alasan areal tersebut merupakan tanah marga

Tahun 2005 masyarakat dari berbagai daerah masuk ke wilayah Register 45

Masyarakat membuka lahan ± 1 ha per kepala keluarga, sekitar 1.700 jiwa.

Mereka membuat gubuk dengan pola pemukiman berkumpul.

18 Januari 2005 Menhut tetap tidak mengakomodir tuntutan reclaimming lahan

masyarakat adat Mesuji dengan mengeluarkan Surat No. S.23/Menhut-II/2005

Penolakan melalui Surat yang ditandatangani oleh Menhut M.S. Kaban itu tetap

tidak mau mengeluarkan areal seluas ± 7000 ha dari kawasan hutan yang

menjadi konsesi PT SIL karena berpegang pada SK Menhut sebelumnya.

14 Desember 2005, PT SIL melaporkan ke Kapolres Tulang Bawang tentang

adanya Perambahan di Hutan Tanaman Industri (HTI) Register 45 Tulang

Bawang Untuk pertama kalinya Laporan dilayangkan oleh PT SIL kepada aparat

kepolisian, setelah bertahun-tahun masyarakat membuka lahan di Register 45.

Padahal sebagian besar masyarakat yang membuka lahan dan menempati

pondok-pondok pemukiman adalah perawat tanaman, buruh panen dan buruh

babat dilahan tersebut.

28 Januari 2006 Kapolres Tulang Bawang mengeluarkan surat No. B/56/I/2006

tanggal 28 Januri 2006 kepada Pimpinan LSM serta Perambah Hutan Register

45 perihal Penertiban Perambah HTI Register 45 Ultimatum yang disertai

ancamana Pembongkaran dan Pengusiran secara Paksa ini membuat resah

masyarakat penggarap lahan Register 45 termasuk masyarakat Adat Mesuji.

Masyarakat hanya diberikan waktu sampai dengan tanggal 18 Januari 2006

untuk segera meninggalkan kawasan Register 45 dengan alasan bahwa

kawasan itu akan dikembalikan sesuai fungsinya, yaitu sebagai Hutan Tanaman

industry.

19 Februari 2006 Sehari sebelum penggusuran Aparat Kepolisian melakukan

intimidasi Berdasarkan laporan dari masyarakat, satu truck Polisi mondar-mandir

dari Alba IV keluar masuk Simpang D, Mesuji. Selain itu warga juga mendapat

intimidasi dari pihak security PT SIL

Page 5: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

20 Februari 2006, 74 rumah dirobohkan secara paksa oleh aparat, 1 (satu) orang

warga ditangkap karena kedapatan mengambil gambar foto pada saat

penggusuran.

April 2011, terjadi penggusuran paksa dan pembantaian warga pada areal

register 45, seperti yang diberitakan dimedia-media lain. Konon kasus yang

membelit warga dengan pemilik modal ini telah menelan sampai 30 korban jiwa.

B. Aktor Utama dalam Konflik

PT SIL dan Warga Mesuji Register 45 adalah aktor utama dalam konflik ini.

Sengketa lahan yang terjadi di wilayah Lampung ini setidaknya melibatkan 2

kelompok yang saling bersinggungan kepentingan. Adapun dasar dan

keterlibatannya sebagai berikut :

PT Silvani Inhutani (SIL)

Semenjak diberikannya ijin HPH oleh Menhut pada tahun 1997, perusahaan

milik Malaysia ini terus mengembangkan areal perkebunannya. Cakupan luas

perkebunan yang dikelola PT SIL ini mencapai 10.500 ha. Hal ini tergolong

fantastis karena didukung dengan SK Menhut yang melegalkan perijinan

tersebut. Padahal sebelum deal perijinan tersebut wilayah areal register 45 telah

ditempati warga sejak tahun 1989. Ini adalah salah satu permasalahan awal

yang menjadi latar belakang kasus yang ada di Mesuji.

Permalasahan diatas dapat diredam dengan adanya perjanjian antara warga

dengan pengelola PT SIL yang akan membagi keuntungan wilayah perkebunan

dan tetap mengijinkan warga untuk tetap mempergunakan areal perkebunan

sebagai tempat tinggal dan mata pencaharian. Namun yang terjadi adalah

sebaliknya, janji tinggalah sebuah janji, PT SIL dari kurun 1997-2002 tidak

kunjung memberikan kompensasi apapun terhadap warga sekitar, inilah

penyebab kedua yang membuat warga berang dan memprotes keberadaan PT

SIL karena tidak mematuhi kesepakan antara warga sebagai pemilik tanah lokal

dan perusahaan sebagai pengelola kawasan. Kemudian perihal ini dilaporkan ke

Gubernur Lampung dan pada tahun 2002 ijin kawasan PT SIL dicabut atas

desakan warga.

Page 6: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

Kemudian permasalahan selanjutnya adalah dengan di berikannya ijin

kembali oleh Kementrian Kehutanan serta aksi yang lebih frontal dari PT SIL

dengan mengusir warga dari kawasan register 45, bahkan pengusiran dilakukan

secara paksa dan menggunakan cara-cara kekerasan. Yang tidak kalah

pentingnya PT SIL menyewa “Pelindung Masyarakat” untuk membabat habis

“Hama” yang ada di areal register 45 yang tidak lain adalah warga Mesuji itu

sendiri.

Kejadian yang beruntun ini lah yang menjadikan permasalahan ini cukup

pelik karena terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan sampai

memakan korban.

Warga Mesuji Register 45

Sebagai warga asli Mesuji dan pendatang diwilayah tersebut. Kepemilikan

atas tanah memang tidak menjadi hal yang diperhatikan warga. Dengan

mengatas namakan tanah ulayat warga mendapat perlindungan tersendiri, meski

tidak didasari dengan penggunaan kekuatan hukum yang jelas, seperti halnya :

sertifikat tanah, sertifikat hak guna, dan sebagainya.

Lampung merupakan wilayah yang banyak memiliki tanah-tanah ulayat

atau pengelolaannya dikelola oleh masyarakat adat setempat. Sebagai pemilik

lokal kawasan tentunya keberadaan PT SIL sedikit banyak telah menggangu

aktifitas warga. Hal ini membuat warga tidak terima dan melakukan konfrontasi

balik. Karena merasa hak-haknya sebagai warga asli kawasan tersebut

dilanggar, pertikaian pun tidak dapat dihidarkan.

C. Konflik Mesuji dalam dimensi ekonomi - politis

Penguraian permaslahan yang terjadi antara koorporasi dan petani ini dapat

ditinjau dari bebagai segi. Baik itu dari segi ekonomi maupun politis. Tinjauan segi

ekonomi dapat dilihat dari penyebab permsalahan yang terjadi. dalam paparan

diatas jelas bahwa konflik yang terjadi didasari atas perebutan lahan yang menjadi

bahan komoditi masing-masing pihak. Masyarakat sebagai penduduk lokal merasa

berkuasa penuh atas lahan yang didudukinya karena lahan tersebut menjadi satu-

Page 7: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

satunya sumber mata pencaharian. Seolah tidak mau kalah, perusahaan sebagai

pemilik modal juga merasa berhak atas tanah di areal tersebut karena merasa telah

diijinkan pemerintah untuk mengelola.

Dari segi politis, tata kelola birokratif memang melemahkan masyarakat

dihadapaan koorporasi, pasalnya Negara sebagai regulator berhak menentukan

keputusan-keputusan penting terutama menyangkut investasi dalam skala besar.

Selain itu Undang- undang nomer 18 tahun 2004 tentang Perkebunan

menurut Pengamat Politik dan Demokrasi, DR Tarech Rasyid perlu dicabut karena

undang- undang ini dianggap memberi ruang untuk terciptanya konflik- konflik

antara petani dan koorporasi. Menurutnya di dalam undang- undang tersebut, yaitu

pasal 20, memberikan kewenangan kepada perusahaan perkebunan untuyk

melakukan pengamanan usaha perkebunan dengan melakukan koordinasi dengan

aparat keamanan dan masyarakat setempat. “ Atas dasar hukum inilah lalu

perusahaan merasa sah untuk mengadakan pengusiran terhadap masyarakat yang

dianggap mengganggu, Dampak dari hal ini,lanjutnya, adalah konflik fisik buahkan

konflik horizontal sesama warga hingga hilanggnya nyawa. “Seperti yang terjadi di

Mesuji. Pasal itu dimanfaatkan perusahaan untuk membentuk Tim Pengamanan

Perusahaan yang dikenal sebagai Pam Swakarsa. Terkadang anggota Pam

Swakarsa adalah para preman yang mendapat dukungan penuh dari perusahaan.

Akibatnya tim ini bukan hanya mengintimidasi dan terror, bahkan melakukan

penggusuran secara paksa dengan diiringi penganiayaan dan pembunuhan

terhadap petani atau warga yang dianggap kehadirannya merugikan perusahaan2

Melihat dimensi potensi konflik diatas dapat disimpulkan bahwa

permaslahan yang terjadi di Mesuji bukanlah sekedar konflik biasa. Ini bukan hanya

soal tentang perebutan wilayah, melainkan sudah kedalam tahapan yang lebih

tinggi karena telah mengabaikan hak-hak hidup serta tindakan kekerasan yang

berujung jatuhnya korban.

D. Eskalasi Konflik Sebagai Akibat Dari Pemberitaan Media Dan Pengungkapan

Kasus ke Publik

2 http://pulaukabal.wordpress.com/2011/12/24/refleksi-kasus-sodong-mesuji-revisi-uu-perkebunan/, diunduh 10 januari 2012, pkl. 20.45 WIB.

Page 8: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

Salah satu pihak yang sangat berkontribusi besar dalam konflik ini adalah

media. Efek media terhadap konflik dapat menyebarkan propaganda atau bersifat

memihak dalam bentuk eskalasi ketegangan dan memprovokasi terjadinya konflik.

Propaganda yang dilakukan media akan menciptakan konflik serta dapat

memprovokasi atau mengeskalasi konflik yang ada. Umumnya konflik yang terjadi

di daerah dan nasional pada umumnya pasti akan menjadi bahan bagi media

sebagai komodi pemberitaan. Seperti halnya pada kasus Mesuji. Karena konflik ini

bermula dari pertarungan masyarakat dan koorporasi asing di daerah, dimana

penanganan konflik serta penyelesaian masalah yang ada pada saat itu cenderung

stagnan, hal ini yang dilihat sebagai peluang oleh masyarakat Mesuji untuk

mengungkapnya ke ranah publik.

Akibat tergiringnya opini publik dan tuntutan penyelesaian permasalahan

menjadi tanggung jawab negara. Konflik ini pun berkembang tingkatannya, dimana

semula konflik yang ada hanya antara masyarakat v.s koorporasi namun semenjak

pengungkapan dan pemberitaan kian marak terkadi, konflik berubah menjadi

persoalan antara masyarkat v.s Negara.

E. Pihak Lain yang Berpengaruh dalam Konflik

 Selain media sebagai salah satu point vital berkembangnya konflik ini, ada

salah seorang yang turut andil melambungkan kasus ini sampai tingkat nasional.

Namanya Saurip Kadi (60). Mayjen Purnawirawan  TNI asal Brebes ini, Dia

memimpin rombongan Lembaga Adat Megoupak menghadap Komisi III DPR

melaporkan soal dugaan pembantaian terhadap 30 petani di Kabupaten Mesuji,

Lampung, sejak pemerintahan SBY3.

Saurip Kadi tak hanya melaporkan kasus tersebut secara lisan atau tertulis.

Ia memperkuat laporannya dengan foto foto dan video berisi kisah pembantaian

yang diduga dilakukan Pamswakarsa yang dibekengi sebuah perusaan sawit , PT

Silva Inhutani, asal Malaysia4 Terlepas dari alasan apapun juga, Saurip Kardi

merupakan salah satu aktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan kasus ini.

3 http://lampung.tribunnews.com/2011/12/15/saurip-kadi-sang-pengungkap-kasus-mesuji, diunduh pada 10 januari 2012, pkl.21.48 WIB.4 http://www.realitahukum.com/?p=1512, diunduh pada 10 januari 2012, pkl.21.49 WIB.

Page 9: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

F. Solusi Konflik Mesuji

Sebagai respon meningkatnya kecaman publik atas permaslahan yang

membelit masyarakat lampung dengan koorporasi swasta tersebut maka

dikeluarkanlah kebijakan sementara untuk meredam gejolak opini publik yang ada.

Pemerintah sepakat membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TPF) untuk

mengusut kasus yang terjadi di Mesuji, baik di Mesuji Lampung maupun Mesuji

Sumatera Selatan. Tim diketuai oleh Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny

Indrayana. TPF bentukan pemerintah ini terdiri dari unsur Kementerian Koordinator

Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian

Kehutanan, Kepolisian RI, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Pemerintah Daerah

Lampung, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan, dan tokoh masyarakat setempat5.

 Tujuan pembentukan tim pencari fakta (TPF) adalah untuk mencari akar

permasalahan dari kasus yang terjadi di Mesuji. Nantinya tim bentukan pemerintah

ini akan memberikan paparan permasalahan yang rinci dan memberikan

rekomendasi penyelesaian konflik kepada pemerintah.

Jika dikaji lebih lanjut upaya yang ditempuh pemerintah merupakan salah

satu bagian dari negosisasi politik untuk menyelesaikan masalah terkait. Negosiasi

itu sendiri di tempuh agar terjadi kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,

meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak

sepakat. Negara yang diwakilkan TPF mencoba menawarkan bentuk negosiasi

yang sifatnya Akomodatif.

Bentuk dari negosiasi ini bersifat I lose, you win, atau dengan kata lain

berusaha mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan

kepentingan pribadi/kelompok. Negara sebagai pelindung warga, dinilai sangat

bertanggung jawab atas kejadian ini serta memiliki poisii tawar yang lemah. Maka

upaya yang ditempuh adalah dengan membangun kembali relasi serta mengambil

hati kembali para citizen yang terbelit masalah dengan mengakomodir tuntutan

serta menjadi bagian dari upaya mencapai solusi bersama.6

5 http://nasional.vivanews.com/news/read/272772-polri-siap-dukung-penuh-tpf-mesuji, diunduh pada 10 januari 2012, pkl. 22.00 WIB.6 Didaptasi dari bahan perkuliahan, ppt. Negosiasi oleh Arie Ruhyanto.

Page 10: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

Sampai makalah ini dibuat proses penyelesaian konflik masih berlangsung.

Dan upaya-upaya konsolidasi terus diupayakan baik itu dari pemerintah,

masyarakat maupun swasta.

G. Konflik Mesuji Jika Ditinjau Dari Segitiga Konflik

Struktural

(Kondisi objektif: pendidikan, pekerjaan, kelas)

Perilaku Kultural

(agresif / tidak agressif) (terkait sikap, orientasi, persepsi)

Segitiga konflik digunakan sebagai analisis konflik yang melihat dari tiga faktor

yang saling berkaitan yaitu faktor struktural, perilaku, dan kultural. Ketiga faktor tersebut

saling berhubungan satu sama lain dan disetiap sisinya terdapat panah yang bolak-

balik. Keberadaan panah tersebut menggambarkan bahwa ketiga faktor tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain. Penggunaan segitiga konflik ini memiliki tujuan untuk

mengidentifikasikan struktural, perilaku dan kultural dari setiap pihak utama. Hal

tersebut dilakukan untuk menganalis bagaimana faktor-faktor itu saling mempengaruhi,

untuk menghubungkan faktor-faktor itu dengan kebutuhan dan ketakutan masing-

masing pihak, dan untuk mengidentifikasi titik awal intervensi dalam suatu situasi

(Simon Fisher: 2000).

Jika ditinjau dari segitiga konflik, maka konflik yang terjadi antara Masyarakat

dengan Koorporasi ini adalah bagian dari konflik struktural. Konflik struktural cenderung

bersifat destruktif. Karena masyarakat yang berada dalam struktur terbawah dalam

sebuah system tidak dapat berbuat banyak untuk melawan kekuatan koorporasi yang

secara structural dilindungi Negara. Koorporasi berusaha menekan terus masyarakat

dengan tindakan yang agresif, karena sudah memiliki backup undang-undang seperti

Page 11: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

yang dijelaskan diatas, untuk bertindak lebih tegas menyikapi tindakan masyarkat diluar

kehendak koorporasi. Sehingga hal ini menciptakan kondisi kultur/ lingkungan yang

tidak harmonis antara masyarakat dengan koorporasi tersebut. Yang kemudian akan

mengarah pada terciptanya sebuah persepsi atau orientasi negative terhadap

perusahaan yang ada diwilayah mereka.

Pemetaan dan Analisa Konflik

Permasalahan pengambil alihan lahan oleh pihak swasta dapat mengarah pada

hal yang bersifat laten maupun dapat bersifat manifest. Dahendrof menjelaskan

kepentingan yang termanifestasikan dalam harapan atau peran yang sifatnya obyektif

dan ditentukan secara struktural tersebut tidak selalu disadari oleh individu- individu

baik yang berada pada posisi superordinasi maupun posisi subordinasi. Kepentingan

seperti ini oleh Dahrendorf disebut sebagai kepentingan laten‟ (latent interest)7”. Dapat

7 OTORITAS DAN KONFLIK SOSIAL, Haryanto, dalam Bahan Kuliah “Manajemen Konflik” S-1 JPP-Fisipol UGM Yogyakarta; untuk kepentingan internal. Hal.4

Perebutan Lahan dan Pembantaian

LATENProtes warga karena tidak

mendapat jatah pengelolaan perkebunan, dll

MANIFESTWarga marah ketika di usir dan

balik melawan PT SIL

ACTUAL KONFLIKDemonstrasi, menuntut pihak yang berwenang

u/mengusut tuntas

Page 12: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

diartikan bahwa situasi konflik dapat dikatakan bersifat laten jika masing-masing

individu, dalam hal ini masyarakat, tidak terlalu terlibat secara masif atau tidak memiliki

konsensus yang sama dengan berbagai alasan.

Selanjutnya apabila kepentingan laten tersebut kemudian disadari dan

dijadikan tujuan yang harus digapai, maka kepentingan itu tidak lagi merupakan

kepentingan laten. Kepentingan tersebut berubah menjadi “kepentingan manifest‟8.

Berbeda dengan kepentingan laten, kepentingan manifest ini telah mencapai tahap

dimana konsesus itu terbentuk. Dan mengarahkan pada opini-opini what should do?

And what shoild be?. Dan kadang dibeberapa waktu, wujud konflik dapat ditunjukan

kepermukaan melalui bentuk-bentuk secara langsung atau actual konflik, seperti

demonstrasi dan aksi-aksi solidaritas terkait masalah yang terjadi.

Jika mengacu pada konteks kasus yang terjadi. sebenarnya permasalahan Mesuji

sudah berada pada tingkatan manifest. Warga yang sudah tidak tahan dengan

perlakuan PT SIL selama belasan tahun mencoba melawan balik dengan melakukan

pendudukan serta perlawanan terhadap pengelola perkebunan tersebut. Meski

berdampak pada jatuhnya korban, akan tetapi perlu kita sadari bahwa wujud

perlawanan tersebut merupakan bentuk kulminasi kekecewaan warga selama ini yang

sudah mencapai tahap konsensus. Karena ini bukan lagi menyangkut masalah pribadi

tertentu tapi sudah meluas lagi ke ranah komunal warga, yang eksistensinya terancam.

H. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, konflik yang terjadi di daerah Mesuji merupakan

suatu permasalahan yang bersifat sistemik. Rincunya legalitas hak akan tanah

ulayat dihadapan undang-undang agraria menjadi sasaran empuk investor untuk

8 Ibid.

Page 13: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

merauk keuntungan lebih. Desentralisasi yang awalnya diharapkan lahir sebagai

sistem yang dapat membantu penyelesaian masalah-masalah publik didaerah justru

tidak berfungsi. Jika dihadapkan pada kasus Mesuji perijinan pengelolaan dan

penolakan masih jadi wewenang pusat sebagai pihak superordinasi, daerah

sebagai pihak subordinasi tidak dapat berbuat banyak dalam penyelesaian

sengketa lahan yang melibatkan masyarakat dengan koorporasi swasta tersebut.

Alih-alih justru Negara yang disalahkan balik atas terjadinya kasus ini, sehingga

menimbulkan bergesernya opini publik dan meng-eskalasi konflik menjadi lebih

serius sehingga pemerintah harus langsung turun tangan menyelesaikan

permasalahan yang ada.

Kedepannya diharapkan adanya perbaikan tentang UU Agraria yang

mengatur secara keseluruhan tentang mekanisme pengelolaan kawasan baik itu

tingkat darah maupun lokal. Agar pemerintah lokal dapat menyelesaikan

permasalahannya dengan lebih efisien dan tidak selalu terpusat sesuai dengan

amanat desentralisasi agar fungsi dari sistem pemerintahan lokal dapat berkinerja

lebih baik kedepannya.

Daftar Refrensi :

Bahan bacaan :

Page 14: Paper Studi Kasus Agraria di Mesuji

Putu Aria/195371Ilmu Pemerintahan UGM

OTORITAS DAN KONFLIK SOSIAL, Haryanto, dalam Bahan Kuliah

“Manajemen Konflik” S-1 JPP-Fisipol UGM Yogyakarta

Bahan Perkuliahan Manajemen Konflik

Internet :

http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/kumpulan-kronologis-kasus-sda/1802-

kronologis-kasus-register-45-mesuji-lampung.html, diunduh 10 januari 2012,

pkl.20.18 WIB.

http://pulaukabal.wordpress.com/2011/12/24/refleksi-kasus-sodong-mesuji-revisi-

uu-perkebunan/, diunduh 10 januari 2012, pkl. 20.45 WIB.

http://lampung.tribunnews.com/2011/12/15/saurip-kadi-sang-pengungkap-kasus-

mesuji, diunduh pada 10 januari 2012, pkl.21.48 WIB.

http://www.realitahukum.com/?p=1512 , diunduh pada 10 januari 2012, pkl.21.49

WIB.

http://nasional.vivanews.com/news/read/272772-polri-siap-dukung-penuh-tpf-

mesuji, diunduh pada 10 januari 2012, pkl. 22.00 WIB.