Paper Praktek Lapang

11
PAPER PRAKTEK LAPANG MANAJEMEN MARIKULTUR KUNJUNGAN LAPANGAN MENGENAI KARAMBA JARING APUNG (KJA) DI UPTD-PPBLP (Pusat Pengembangan Budidaya Laut dan Pantai) KAB. BARRU NAMA : YUNI MAHARANI STAMBUK : L 221 12 269 ASISTEN : FEBRY KRISTIN PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

description

laporan praktek kerja lapang

Transcript of Paper Praktek Lapang

Page 1: Paper Praktek Lapang

PAPER PRAKTEK LAPANGMANAJEMEN MARIKULTUR

KUNJUNGAN LAPANGAN MENGENAI KARAMBA JARING APUNG (KJA) DI UPTD-PPBLP (Pusat Pengembangan Budidaya Laut dan

Pantai) KAB. BARRU

NAMA : YUNI MAHARANISTAMBUK : L 221 12 269ASISTEN : FEBRY KRISTIN

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2015

Page 2: Paper Praktek Lapang

1. Pemilihan Lokasi KJABeberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi

tersebut antara lain (Bank Indonesia, 2012):

1. Gangguan Alam

Lokasi harus terhindar dari badai dan gelombang besar atau

gelombang terus menerus. Sebab gangguan alam ini akan

mengakibatkan konstruksi karamba jaring apung akan mudah rusak, dan

menyebabkan akhirnya produksi menjadi turun. Untuk mengatasi hal ini,

dapat dipilih lokasi perairan yang terdiri dari beberapa pulau-pulau kecil.

Pulau-pulau kecil ini berguna untuk menghambat gelombang dan badai.

2. Gangguan Pencemaran

Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang mengganggu

kehidupan ikan. Pencemaran tersebut dapat berupa limbah industri,

limbah pertanian, dan limbah rumah tangga.

3. Gangguan Predator

Predator yang harus dihindari adalah hewan laut buas seperti ikan

buntal (ikan bola) dan ikan besar yang ganas yang dapat merusak

kajapung. Burung-burung laut pemangsa ikan juga harus diwaspadai.

4. Gangguan Lalu Lintas Kapal

Lokasi kajapung bukan merupakan jalur transportasi kapal umum,

kapal barang, atau kapal tanker.

5. Kondisi Hidrograf

Perairan dimana kajapung ditempatkan harus pula memenuhi

persyaratan sifat fisika dan kimia, yaitu :

a) Kadar garam antara 33 - 35 ppt

b) Suhu berkisar pada 27 - 32oC

c) pH air laut antara 7,6 - 8,7

d) Kandungan oksigen terlarut dalam air laui antara 0,2 – 0,5 m/detik

Keadaan Lokasi KJA di UPTD-PPBLP

Lokasi keramba jaring apung yang dikunjungi di UPTD-PPBLP

(Pusat Pengembangan Budidaya Laut dan Pantai) yang dilaksanakan pada

hari Jumat, 01 Mei 2015 Karamba Jaring Apung yang digunakan sudah baik.

pemilihan lokasinya hampir sama dengan literatur yang menjadi acuan.

Page 3: Paper Praktek Lapang

Pada Lokasi tersebut KJA yang digunakan, dapat dilihat dari beberapa

aspek diantaranya :

a. Gangguan Alam

Dilihat dari aspek gangguan alam, seperti gelombang, arus dan badai.

Pada lokasi tersebut KJA yang dibuat jauh dari gelombang yang besar

begitupun dengan arus yang kuat, sehingga kemungkinan terjadinya badai

sangat kecil. Lokasi pemasangan KJA termasuk lokasi yang telindung

karena terdapat beberapa pulau-pulau kecil disekitarnya. Namun, salah satu

kendala yang dihadapi adalah pada saat musim tertentu, yaitu jika angin

kencang dapat menyebabkan badai dan pada saat musim hujan dapat

menyebabkan ikan-ikan yang dipelihara di KJA lolos keluar dan dapat

menyebabkan kerugian yang cukup besar. Menurut narasumber Deppalana,

MM (52/15), mengatakan bahwa “salah satu kendala yang sering kami alami

adalah, pada saat musim hujan, angin yang kencang dan gelombang yang

besar. Mengakibatkan banyak ikan-ikan yang dipelihara lolos atau keluar

dari KJA sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar.”

b. Gangguan Pencemaran

Lokasi KJA tersebut, kurang baik jika ditinjau dari faktor pencemaran.

Karena disekitar KJA tersebut banyak rumah-rumah penduduk sehingga KJA

sering tercemar oleh limbah-limbah masyarakat. Dapat dilihat jelas pada

saat kami berkunjung ke lokasi tersebut, meskipun keadaan KJA telah Pasca

Panen, namun ada banyak sampah maupun limbah pabrik dan aktivitas

manusia yang mencemari KJA.

c. Gangguan Predator

Predator yang sering ditemui pada KJA tersebut adalah, kepiting,

burung dan ikan-ikan liar. Termasuk juga manusia yang sering mengambil

atau mencuri ikan-ikan yang dibudidayakan.

d. Gangguan Lalulintas Kapal

Lokasi tersebut aman dari lalulintas kapal laut, hanya kapal-kapal kecil

saja yang selalu digunakan sebagai transportasi menuju karamba.

e. Kondisi hidrograf

KJA tersebut sudah menghampiri kesesuaian dengan literatur diatas,

diamana suhu yang digunakan adala 28oC-30oC, salinitas 30 ppt, oksigen

terlarut 4-5, pH 6 - 7,5.

Page 4: Paper Praktek Lapang

Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi

yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka,

sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai

ekonomis dari bahan tersebut (Rasyidi, 2012).

Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan

dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan

kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah

1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah

tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.  Jika akan memakai besi anti

karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu

pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun (Rasyidi, 2012).

Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu

sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif

murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. kayu yang

digunakan untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar antara 5 X 5 meter

sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan Danau Toba pada

umumnya menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x 5 meter.

Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi satu

unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari 10 buah petak (Rasyidi, 2012).

KJA dilokasi UPTD-PPBLP (Pusat Pengembangan Budidaya Laut dan

Pantai) ini telah digunakan sejak sekitar tahun 1980. KJA yang digunakan

merupakan KJA yang telah jadi. Terdapat dua KJA, dengan Luas total adaalah

48 m2, dimana setiap KJA dibagi menjadi 4 petakan dengan ukuran 2 x 2 m,

dengan 1 unit rumah jaga. Ukuran mata jaring yang dipakai adalah 0,5-1 cm,

dengan kedalaman 3 meter. Pada KJA tersebut organisme yang dipelihara

adalah ikan kerapu, ikan baronang dan ikan bandeng.

2. Kegiatan BudidayaKegiatan budidaya yang dilakukan dilokasi pengamatan adalah sebagai

berikut:

a. Ikan Kerapu

Budidaya ikan kerapu dalam Kermba Jaring Apung akan berhasil dengan

baik ( tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi ) apabila pemilihan jenis ikan

yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan kepadatan sesuai.

Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit,

gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan

Page 5: Paper Praktek Lapang

atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan

baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat

tubuh. Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan

hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada

kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

adaptasi ini, adalah :

(a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh),

(b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan

(c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas (Ali, 2014).

Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun

dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran

1,5 x 3 x 3 meter dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan

grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya

kepadatannya menjadi hanya  250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran

glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar

ukuran 3 x3 x 3 meter dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian

dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi

(500 gram) (Ali, 2014).

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan

kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar

tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. 

Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap

ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada

tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang).

Sedangkan untuk pembesaran adalah 8 -10 % dari total berat badan per hari.

Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan

kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan

lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial.

Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ±

3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah (Ali, 2014).

b. Ikan Bandeng

Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi

sulawesi selatan. Hal ini didukung oleh rasa daging yang enak dan nilai gizi yang

tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi serta mudah untuk

dibudiayakan. Benih yang diperoleh pada lokasi ini dari tangkapan alam dan

Page 6: Paper Praktek Lapang

hatchry surabaya, kemudian dibudidayakan di KJA. Padat tebar dari ikan

bandeng ini adalah pada saat benih 200 ekor/petak KJA. Ikan bandeng ini

dipenen setelah 4 bulan pemeliharaan kemudian dipanen dengan cara

mengangkat jaring dan diserok.

Pakan yang diberikan berupa pellet dan pakan rucah. Dengan frekuensi 2

kali sehari pagi dan sore 1 kg/petakan. Kualitas air dari pembesaran ikan

bandeng ini dalam suhu 28oC –30oC. Menurut Zakaria (2010) dalam Anonim

(2014) mengatakan bahwa suhu yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan

ikan bandeng berkiasar antara 24-310C. Hal ini juga didukung oleh pendapat

Kordi dan Tancung (2005) dalam Anonim (2014) bahwa suhu optimal untuk

pemeliharaan ikan bandeng berkisar antara 23-32°C.

Salinitas 30 ppt dan pH 6 - 7,5 serta oksigen terlarut 4-5 yang digunakan

pada sistem budidaya menggunakan KJA dilokasi ini. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kordi (2009) dalam Anonim (2014) yang mengatakan bahwa ikan

bandeng masih dapat tumbuh optimal pada 6.5-9. Sedangkan Menrut Zakari

(2010) dalam Anonim (2014), kandungan oksigen yang sesuai untuk

pemeliharaan ikan bandeng tidak kurang dari 3 ppt.

Hama yang sering mengganggu pada kegiatan budidaya adalah kepiting

yang biasanya ditanggulangi dengan rutin membersihkan jaring. Bandeng

dipanen setelah pemeliharaan selama 4 bulan dengan ukuran 4-5 ekor/kg.

Biiasanya dipasarkan ke pasar lokal atau skitar lokasi tempat KJA. Namun, yang

sering menjadi kendala adalah tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin

meningkat, sedangkan produksi ikan yang masih rendah.

c. Ikan Baronang

Salah satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat

dibudidayakan adalah ikan beronang (Siganus sp). Hal ini didukung oleh rasa

daging yang enak dan nilai gizi yang tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi

yang tinggi dan harga jual yang tinggi pula. Benih yang diperoleh pada lokasi ini

dari tangkapan alam dan hatchry surabaya, kemudian dibudidayakan di KJA.

Padat tebar dari ikan bandeng ini adalah pada saat benih 200 ekor/petak KJA.

Ikan bandeng ini dipenen setelah 4 bulan pemeliharaan kemudian dipanen

dengan cara mengangkat jaring dan diserok. Menurut Deputi Menegristek Bidang

Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (2012)

Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam usaha budidaya

berasal dari hasil penangkapan di alam. Penyediaan benih ikan beronang secara

Page 7: Paper Praktek Lapang

massal dari hatchery sampai saat ini masih dalam pengkajian walaupun

pemijahan untuk beberapa jenis sudah berhasil dilakukan serta Panen ikan

beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran.

Pakan yang diberikan berupa pellet dan pakan rucah. Dengan frekuensi 2

kali sehari pagi dan sore 1 kg/petakan. Menurut Deputi Menegristek Bidang

Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (2012)

bahwa Pakan yang diberikan sebaiknya yang masih baru (pellet) dan segar (ikan

rucah). Kualitas air dari pembesaran ikan bandeng ini dalam suhu 28oC –30oC.

Salinitas 30 ppt dan pH 6 - 7,5 serta oksigen terlarut 4-5 yang digunakan pada

sistem budidaya menggunakan KJA dilokasi ini. Menurut Deputi Menegristek

Bidang Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

(2012) bahwa Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt, Suhu air berkisar antara

28~ 320C dan O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.

Hama yang sering mengganggu pada kegiatan budidaya adalah kepiting

yang biasanya ditanggulangi dengan rutin membersihkan jaring dan manusia.

Menurut Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan Dan Teknologi (2012) mengatakan bahwa Hama yang sering

mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau

pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan

membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat

dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta

memagar/ melingkari kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh

manusia perlu juga diwaspadai.

3. Analisis UsahaModal uang digunakan untuk membuat KJA dari kayu sekitar 50 juta rupiah,

sedangkan KJA yang berbentuk fiber adalah sekitar 200 juta rupiah. Hasil panen

ikan yang komoditas kerapu jika diekspor dalam keadaan hidup memiliki harga

jual Rp 350.000,-/ekor, sedangkan untuk ikan bandeng, baronang maupun

kerapu yang dalam keadaan mati akan dijual kepasar-pasar lokal sekitar lokasi

Budidaya KJA ini. Jika dihitung dari segala aspek keuntungan yang diperoleh

setiap bulan yaitu 35% dari hasil pemasaran.

Page 8: Paper Praktek Lapang

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2014. Budidaya KJA. (online) http://MuhjiAli.blogspot.com. Diakses pada tanggal 07 Mei 2015 pukul 16.00 WITA. Makassar.

Anonim. 2014. Budidaya Ikan Bandeng. Online pada http://www.google.com/pdf. diakses pada Senin, 03 Mei 2015, pukul 23:54 WITA, Makassar.

Bank Indonesia. 2012. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk),Budidaya Ikan Kerapu dengan Keramba Jaring Apung (Pola Pembiayaan Konvensional). Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

Rasyidi, T. 2012. Keramba Jaring Apung. (online) http://fikrafaeza.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 20.00 WITA. Makassar.