Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha jasa pembiayaan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan atau yang lebih dikenal dengan Paket Kebijaksanaan Desember 1988. Kegiatan Anjak Piutang merupakan salah satu kegiatan dari perusahaan pembiayaan. Dimana perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro,deposito, tabungan serta surat sanggup bayar/Promissory Note. Perusahaan Anjak Piutang dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar hanya sebagai jaminan atas utang kepada bank yang sebagai krediturnya. Ketentuan tersebut di atas berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.61 Tahun 1998. Ketentuan diatas dipertegas kembali oleh Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 tanggal 27 Oktober 2000 tentang Perusahaan Pembiayaan yang menyatakan bahwa, Perusahaan Pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro,deposito,tabungan dan atau bentuk lain. Selain itu Perusahaan Pembiayaan dilarang menerbitkan Surat Sanggup Bayar (Promissory Note) kecuali

Transcript of Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

Page 1: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

1

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usaha jasa pembiayaan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1988

dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20

Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan atau yang lebih dikenal dengan Paket

Kebijaksanaan Desember 1988. Kegiatan Anjak Piutang merupakan salah satu

kegiatan dari perusahaan pembiayaan. Dimana perusahaan pembiayaan adalah badan

usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam

bentuk giro,deposito, tabungan serta surat sanggup bayar/Promissory Note.

Perusahaan Anjak Piutang dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar hanya

sebagai jaminan atas utang kepada bank yang sebagai krediturnya. Ketentuan tersebut

di atas berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.61 Tahun 1998. Ketentuan diatas

dipertegas kembali oleh Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor

448/KMK.017/2000 tanggal 27 Oktober 2000 tentang Perusahaan Pembiayaan yang

menyatakan bahwa, Perusahaan Pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung

dari masyarakat dalam bentuk giro,deposito,tabungan dan atau bentuk lain.

Selain itu Perusahaan Pembiayaan dilarang menerbitkan Surat Sanggup Bayar

(Promissory Note) kecuali sebagai jaminan atas utang kepada bank yang menjadi

krediturnya. Surat Sanggup Bayar Promissory Note) yang dibuat dan dikeluarkan

oleh Perusahaan Pembiayaan tidak dapat dialihkan dan wajib dicantumkan kata-kata “

tidak dapat dialihkan dan wajib dicantumkan (non-negotiable)”1.

Melalui Anjak Piutang, perusahaan akan dengan mudah dan cepat

mendapatkan sumber pembiayaan dalam bentuk uang tunai sampai 80 % dari nilai

faktur penjualannya secara kredit. Dengan demikian, kesinambungan cash flow dapat

teratasi dengan baik sehingga pada gilirannya perusahaan dapat lebih berkonsentrasi

pada kegiatan peningkatan produksi dan penjualan. Kehadiran lembaga pembiayaan

anjak piutang sangat diperlukan oleh perusahaan guna mengatasi berbagai dampak

negatif dari sistem penjualan kredit.

1 Budi Rachmat,2003,Anjak Piutang:Solusi Cash Flow Problem,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama, hal.xii-xiv

Page 2: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

2

Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan membahas seluk beluk usaha

anjak piutang sebagai salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah subjek dan objek dari perjanjian Anjak Piutang (Factoring)?

2. Bagaimana isi dan bentuk perjanjian Anjak Piutang (Factoring)?

3. Apa saja keunggulan dan kelemahan perjanjian Anjak Piutang (Factoring)?

C. TUJUAN

1. Mengetahui subjek dan objek dari perjanjian Anjak Piutang (Factoring).

2. Mengetahui isi dan bentuk perjanjian Anjak Piutang (Factoring).

3. Mengetahui keunggulan dan kelemahan perjanjian Anjak Piutang (Factoring).

Page 3: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

3

BAB IILANDASAN TEORI

A. Pengertian Anjak Piutang (Factoring)

Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Anjak Piutang,

maksudnya piutang yang dialihkan. Sedangkan pengertian Factoring atau Anjak

Piutang menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman dalam Dictionary of

Finance and Investment Terms adalah “Type financial service whereby a firm sells or

transfer title to its account receivable to a factoring company,which then acts as a

principal,not as agent. The receivables are sold without recourse, meaning that the

factor can not turn to the seller in the event accounts prove un collectible.”

Pengertian Factoring atau Anjak Piutang di Indonesia yang merupakan hasil

adopsi dari Common Law System, juga dijumpai dalam referensi formal isi kamus

Bank Indonesia, yaitu pengertian anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam

bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka

pendek suatu perusahaan atas transaksi perdagangan dalam atau luar negeri,

sedangkan perusahaan yang melakukan anjak piutang disebut penganjak piutang

(Factoring). Pengertian penganjak-piutang adalah pihak yang kegiatannya membeli

piutang pihak lain dengan menangung risiko tak terbayarnya utang (Factor)2.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.448/KMK.017/2000,

pengertian Anjak Piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan

atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu

perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Unsur-unsur utama pengertian anjak piutang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Subjek anjak piutang yaitu perusahaan anjak piutang (factoring company),

klien(supplier), dan nasabah (customer);

2. Objek anjak piutang, yaitu piutang jangka pendek milik klien (supplier);

3. Peristiwa anjak piutang, yaitu kontrak pengalihan piutang jangka pendek

antara pihak klien (supplier) dengan perusahaan anjak piutang (factoring

company);

2 Rinus Pantouw,2006, Hak Tagih Atas Piutang Dagang Anjak Piutang (Factoring),Jakarta:Kencana Predana Media Group,hal.7-8

Page 4: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

4

4. Hubungan anjak piutang yaitu hubungan kewajiban dan hak antara klien

dan perusahaan anjak piutang.

5. Jangka waktu anjak piutang yaitu sesuai dengan piutang jangka pendek.

Piutang perdagangan jangka pendek umumnya berkisar antara 30-90 hari.

Ini berarti setelah penyerahan barang kepada pembeli (debitur), penjual

harus menunggu pembayaran sampai penjualan kredit itu jatuh tempo 3.

B. Peraturan-Peraturan Anjak Piutang (Factoring)

1. Segi Hukum Perdata

Ada dua sumber hukum perdata yang mendasari kegiatan Anjak Piutang, yaiatu asas

kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata.

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan Anjak Piutang selalu

dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum menjadi

dasar kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian Anjak Piutang ini

dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang memuat rumusan

kehendak berupa hak dan  kewajiban dari perusahaan Anjak Piutang

sebagai pihak penerima pengalihan piutang, dan Clien sebagai pihak

yang mengalihkan piutang.

Perjanjian Anjak Piutang (Factoring agreement) merupakan dokumen

hukum umum (main legal dokumen) yang dibuat secara sah dan

memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320

KUHPerdata, akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka

akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak, yaitu

perusahaan Anjak Piutang dan Clien(Pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata). Konsekuensi yuridis selanjutnya perjanjian tersebut

harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good faith) dan tidak dapat

dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoinable). Perjanjian Anjak

Piutang berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi perusahaan

Anjak Piutang dan Client.

2.   Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata

3 Abdulkadir Muhammad,Rilda Murniati,2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal.228

Page 5: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

5

Perjanjian Anjak Piutang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang

tunduk pada ketentuan Buku II dan Buku III KUHPerdata. Sumber hukum utama

Anjak Piutang adalah ketentuan mengenai :

a. Perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457-1540 buku III

KUHPerdata sejauh ketentuan-ketentuan itu relevan dengan Anjak

Piutang.

b. Pengalihan piutang atas nama yang diatur dalam Pasal 613 ayat (1)

dan (2) buku II KUHPerdata. Menurut ketentuan pasal tersebut,

penyerahan piutang atas nama dilakukan dengan cessie, yaitu dengan

akta otentik atau tidak otentik yang menyatakan pengalihan hak tagih

kepada perusahaan Anjak Piutang disertai notifikasi kepada nasabah

(debitur).

c. Subrogasi yang diatur dalam Pasal 1400-1403 buku III KUHPerdata,

penyerahan dengan cessie akan mengakibatkan adanya subrogasi,

yaitu pengantian status kreditur lama (Client ) oleh kreditor baru

(perusahaan Anjak Piutang) terhadap nasabah (debitur).

Selain dari ketentuan-ketentuan dalam buku II dan buku III

KUHPerdata yang relevan dengan Anjak Piutang terdapat juga ketentuan-

ketentuan berbagai undang-undang diluar KUHPerdata yang mengatur aspek

Anjak Piutang. Undang-undang tersebut adalah :

a. Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan

peraturan pelaksanaannya, berlakunya undang-undang ini apabila

Anjak Piutang mempunyai bentuk hukum Perseroan Terbatas.

b. Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan

Peraturan Pelaksanaanya. Ketentuan ini berlaku apabila Perusahaan

Anjak Piutang berbentuk koperasi.

c. Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria

dan Peraturan Pelaksanaannya. Ketentuan ini berlaku apabila

perusahaan Anjak Piutang mengadakan perjanjian mengenai hak atas

tanah.

d. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

dan Peraturan Pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila

perusahaan Anjak Piutang sebagai produsen melakukan pelanggaran

Page 6: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

6

atas kewajiban dan larangan undang-undang yang secara perdata

merugikan konsumen

3. Segi Hukum Publik

Sebagai usaha yang bergerak di bidang Jasa Pembiayaan, Anjak Piutang banyak

menyangkut kepentingan publik terutama yang bersifat administratif. Oleh karena itu

ketentuan yang bersifat publik yang relevan berlaku pula pada Anjak Piutang.

Ketentuan tersebut adalah:

a. Undang-Undang di Bidang Hukum Publik

Berbagai undang-undang di bidang administrasi negara yang menjadi sumber hukum

utama Anjak Piutang adalah sebagai berikut :

1) Undang-Undang No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan

Peraturan Pelaksanaannya.

2) Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Jo. Undang-Undang No. 10 tahun 1998

tentang Perbankan dan Peraturan Pelaksanaannya.

3) Undang-Undang No. 12 tahun 1985, Undang-Undang No. 7 tahun 1991,

Undang-Undang No. 8 tahun 1991 dan Peraturan Pelaksanaannya,

semuanya tentang Perpajakan.

4) Undang-Undang No. 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan dan

perautan Pelaksanaanya.

b. Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan

Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan yang mengatur Anjak Piutang antara lain :

1) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 tahun 1988 tanggal 20

Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Keputusan Presiden No. 61

tahun 1988 ini dikenal dengan Paket Deregulasi Desember 1988, yang

memperkenalkan Industri Multi Finance di Indonesia.

2) Keputusan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia

No.607/KMK.017/1995 dan No.28/9/KEP/GBI tanggal 19 Desember 1995,

tentang Pelaksanaan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan oleh Bank

Indonesia.

3) Surat Edaran Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Departemen Keuangan

Republik Indonesia No.S-78/pj-311/1996, tanggal 19 April 1996 tentang

Pembebasan PPH.

Page 7: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

7

4) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang perubahan

Keputusan Menteri Keuangan No.642/KMK.04/1995, tentang nilai lain sebagai

dasar No.292/KMK.04/1996, tanggal 18 April 1996, Pengenaan Pajak.

5) Surat Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No.

S-78/PJ-311/1996 tanggal 19 April 1996, tentang Pembebasan Pph Pasal 23

atas Penghasilan yang Diperoleh Perusahaan Anjak Piutang.

6) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 130/KMK.04/1998

tanggal 27 Februari 1998 tentang Penghapusan Piutang Tak Tertagih yang

Boleh di kurangkan sebagai Biaya.

7) Surat Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia

No.SE-19/PJ-42/1998 tanggal 10 Juli 1998 tentang Pelaksanaan Piutang Tak

Tertagih yang boleh dikurangkan sebagai biaya.

8) Peraturan Bank Indonesia No.1/9/PBI/1999 tanggal 24 Oktober 1999 Tentang

Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Lembaga Keuangan Non

Bank.

9) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang perubahan

Keputusan Menteri Keuangan No.172/KMK.06/2002, tentang Perubahan atas

Keputusan Menteri Keuangan No.448/KMK.017/2002 tentang Perusahaan

Pembiayaan.

10) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang perubahan

Keputusan Menteri Keuangan No.185/KMK.06/2002 tanggal 24 April 2002,

tentang Penghentian Izin Usaha Pembiayaan4.

C. Unsur-Unsur dan Klasifikasi Anjak Piutang (Factoring)

1. Unsur-Unsur Anjak Piutang (Factoring)

Kegiatan Anjak Piutang merupakan jasa pembiayaan dalam bentuk

pembelian dan/atau pengalihan serta kepengurusan piutang yang berasal dari

transaksi perdagangan klien kepada Perusahaan Anjak Piutang, Dengan demikian 

kegiatan Anjak Piutang terdapat unsure-unsur yaitu  Perusahaan Anjak Piutang

(Factor), Penjual Piutang (Client) nasabah (Customer), adanya piutang dan proses

Pengalihan Piutang.

a. Perusahaan Anjak Piutang (Factor).

4 Ibid.,hal.214

Page 8: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

8

Perusahaan Anjak Piutang adalah badan usaha yang melakukan usaha

pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan

piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan

dalam atau luar negeri. Adapun yang dimaksud dengan transaksi perdagangan

adalah transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya dilkakukan secara

kredit. Yang dapat menjadi perusahaan Anjak Piutang (Factor) adalah :

1) Perusahaan yang bergerak khusus dalam usaha anjak piutang.

2) Perusahaan multifinance, yang di samping bergerak di bidang anjak

piutang tetapi bergerak di bidang usaha finansial lainnya, seperti bidang

leasing, consumer finance, kartu kredit dan sebagainya.

3) Bank dapat juga diperkenankan beroperasi di bidang usaha anjak

piutang berdasarkan Undang-undang Perbankan (UU No. 7 Tahun 1992)

yaitu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 butir (1). Jo. Undang-Undang

No. 10 tahun 1988.

b. Penjual Piutang (Client)

Penjual piutang (Client) dalam hal ini adalah pihak yang mempunyai

piutang, piutang mana akan dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.  Pasal 1

huruf (m) Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.031/1998 memberi

arti kepada penjual piutang (Client) sebagai suatu perusahaan yang menjual

dan/atau mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi

perdagangan kepada perusahaan anjak piutang (Factor). Dengan demikian

penjual piutang (Client) diisyaratkan harus merupakan perusahaan, yang berarti

usaha dagang perorangan tidak dimungkinkan untuk menjual piutang nya dengan

cara anjak piutang.

c. Nasabah atau Pelanggan atau Customer

Customer merupakan pihak (debitur) yang berhutang kepada penjual

piutang (Client), yang selanjutnya dengan kegiatan anjak piutang, piutang yang

terbit dari hutang tersebut dialihkan kepada perusahaan anjak piutang (Factor)

nantinya nasabah (Customer) melunasi pembayaran hutangnya. Dengan kata lain

nasabah pihak yang membeli barang dari Client  yang pembayarannya dilakukan

secara kredit. Dengan demikian kedudukan Customer adalah debitur (berutang)

dan kedudukan Client sebagai kreditur (berpiutang).

Dalam transaksi Anjak Piutang, piutang Client tersebut selanjutnya

dilaihkan kepada Perusahaan Anjak Piutang. Melihat hubungan di atas, terlihat

Page 9: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

9

bahwa Customer mempunyai kedudukan yang penting dalam transaksi Anjak

Piutang, karena Customer-nya yang menentukan macet tidaknya serta lunasnya

piutang Client yang telah dialihkan kepada Perusahaan Anjak Piutang.

d. Piutang atau Tagihan

Piutang yang merupakan objek bisnis anjak piutang adalah piutang dagang, yang

dapat dibagi sebagai berikut :

1) Piutang uang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan invoice (faktur) dari

suatu perusahaan yang belum jatuh tempo.

2) Piutang yang timbul dari surat-surat beharga yang belum jatuh tempo,

misalnya seperti Promissory Notes.

3) Piutang yang timbul dari suatu proses pengiriman barang.

e. Pengalihan Piutang

Dalam transaksi Anjak Piutang terjadi proses pengalihan piutang dari Client

kepada Perusahan Anjak Piutang. Agar peralihan piutang tersebut mempunyai

akibat hukum yang sah, maka dalam proses peralihannya harus dilakukan dengan

memperhatikan ketentuan dalam KUHPerdata, khususnya dalam Pasal 613 ayat

(1)  dan (2) tentang  Cessie serta Pasal 1400 tentang Subrogasi. 

Cessie adalah penyerahan piutang atas nama dari kreditur lama kepada

kreditur baru, sedangkan Subrogasi adalah pemindahan hak kreditur kepada pihak

ketiga sebagai akibat dibayarnya harga piutang oleh pihak ketiga tersebut. Jadi,

dalam Cessie menekankan pada segi pengalihan piutang sedangkan Subrogasi

menekankan pada segi pergantian kreditur.

Berdasarkan ketentuan tersebut dalam transaksi Anjak Piutang, pengalihan

piutang dari Client  kepada Perusahaan Anjak Piutang dilakukan dengan akta

Cessie (Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata). Selanjutnya, pengalihan piutang

tersebut diberitahukan (notification) kepada atau mendapat persetujuan

dari Customer (Pasal 613 ayat (2) KUHPerdata). Pengalihan piutang dengan

sepengetahuan atau persetujuan dari Customer disebut disclosed facility, adapun

jika tidak ada pemberitahuan kepada atau persetujuan dari

Customer disebut undisclosed facility, sehingga nasabah tidak berkewajiban

membayar tagihan secara langsung kepada Perusahaan Anjak Piutang (Factor).

Page 10: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

10

Apabila perusahaan sudah membayar piutang kepada Client, maka sesuai

dengan Pasal 1400 KUHPerdata kedudukan hak tagih Client terhadap

Customer berpindah kepada Perusahaan Anjak Piutang.

Perusahaan Anjak Piutang biasanya membayar lebih dahulu harga

pembelian piutang Client yang besarnya hingga 80 % dari harga jual piutang.

Adapun sisanya akan dibayar setelah tagihan terhadap Nasabah dibayar lunas

setelah dipotong biaya-biaya untuk perusahaan Anjak Piutang.

Pembayaran lebih dahulu  (prepayment) ini bukan merupakan panjar

(down payment) atau pembayaran tanda jadi karena prepayment merupakan

bagian dari pembiayaan atas seluruh harga jual piutang. Dengan demikian

fungsi prepayment adalah sebagai fasilitas bagi pembiayaan perusahaan Client,

sehingga kontinuitas usaha terjamin, arus kas (cash flow) tetap lancar, dan resiko

akibat kredit macet dapat dicegah5.

2. Klasifikasi Anjak Piutang (Factoring)

a. Berdasarkan tempat kedudukan pihak-pihak.

1) Domestic Factoring: anjak piutang dimana semua pihak berdomisili

dalam satu negara (dalam negeri).

2) International Factoring/ export factoring: anjak piutang dimana pihak

klien berdomisili dalam negeri sementara nasabah berdomisili di luar

negeri.

b. Berdasarkan jasa yang diberikan.

1) Full Service factoring: anjak piutang dimana perusahaan anjak piutang

yang memberikan semua jenis jasa anjak piutang baik jasa pembiayaan

maupun jasa non pembiayaan.

2) Maturity factoring: anjak piutang dimana perusahaan anjak piutang

hanya terbatas memberikan jasa-jasa non pembiayaan seperti jasa

pembukuan,proteksi dan pengontrolan kredit serta penagihannya.

3) Finance factoring: anjak piutang dimana perusahaan anjak piutang

hanya menyediakan jasa pembiayaan saja,tanpa ikut menangung risiko

atas piutang yang tidak tertagih.

c. Berdasarkan resiko/tanggung jawab klien

5 Sunaryo,2008, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta:Sinar Grafika, hal. 80-81

Page 11: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

11

1) Recourse factoring: anjak piutang dimana klien akan ikut menanggung

risiko apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya. Jadi, perusahaan

akan mengembalikan tanggung jawab (recourse) pembayaran piutang

kepada klien atas piutang yang tidak tertagih dari nasabah.

2) Without recourse factoring : anjak piutang dimana perusahaan anjak

piutang yang akan menanggung risiko apabila nasabah tidak memenuhi

kewajibannya. Jadi, klien tidak bertanggung jawab (without recourse)

untuk melunasi atas piutang yang tidak tertagih dari nasabah

d. Berdasarkan pemberitahuan

1) Disclosed factoring/notification factoring: anjak piutang dimana

pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang diberitahukan

kepada nasabah.Dengan demikian,pada saat piutang telah jatuh tempo,

perusahaan anjak piutang memiliki hak tagih kepada nasabah yang

bersangkutan.

2) Undisclosed factoring/non-notification factoring: anjak piutang dimana

pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang tanpa

pemberitahuan kepada nasabah. Dengan demikian nasabah yang

bersangkutan, pada saat piutang telah jatuh tempo, tidak berkewajiban

memenuhi tagihan secara langsung kepada perusahaan.

e. Berdasarkan Instrumen pengalihan.

1) Account receivable factoring: anjak piutang dimana pengalihan piutang

kepada perusahaan anjak piutang dilakukan dengan dokumen bukti

utang berupa buku tagihan (account receivable)

2) Promissory notes factoring: anjak piutang dimana nasabah menerbitkan

surat pengakuan utang (Promissory notes) kepada klien. Terhadap surat

pengakuan utang tersebut kemudian klien mengendosir,sehingga piutang

beralih kepada perusahaan anjak piutang6.

6 Ibid.,hal 82-83

Page 12: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

12

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Subjek dan objek dari perjanjian Anjak Piutang (Factoring)

1. Subjek Perjanjian Anjak Piutang

a. Perusahaan Anjak Piutang

Perusahaan Anjak Piutang adalah badan usaha yang melakukan usaha

pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan

piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan

dalam atau luar negeri. Adapun yang dimaksud dengan transaksi perdagangan

adalah transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya dilkakukan secara

kredit. Yang dapat menjadi perusahaan Anjak Piutang (Factor) adalah :

1) Perusahaan yang bergerak khusus dalam usaha anjak piutang.

2) Perusahaan multifinance, yang di samping bergerak di bidang anjak piutang

tetapi bergerak di bidang usaha finansial lainnya, seperti bidang

leasing, consumer finance, kartu kredit dan sebagainya.

3) Bank dapat juga diperkenankan beroperasi di bidang usaha anjak piutang

berdasarkan Undang-undang Perbankan (UU No. 7 Tahun 1992) yaitu

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 butir (1). Jo. Undang-Undang No. 10

tahun 1988.

Adapun bentuk badan usaha perusahaan anjak piutang menurut pasal 3 ayat

(2) Keppres No.61 Tahun 1988 jo. Pasal 9 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan

No.1251 / KMK.013 / 1088 adalah berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.

b. Klien

Penjual piutang (Client) dalam hal ini adalah pihak yang mempunyai piutang,

piutang mana akan dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.  Pasal 1 huruf (m)

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.031/1998 memberi arti kepada

penjual piutang (Client) sebagai suatu perusahaan yang menjual dan/atau

mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi perdagangan

kepada perusahaan anjak piutang (Factor). Dengan demikian penjual piutang

(Client) diisyaratkan harus merupakan perusahaan, yang berarti usaha dagang

Page 13: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

13

perorangan tidak dimungkinkan untuk menjual piutang nya dengan cara anjak

piutang.

c. Nasabah (Customer)

Customer merupakan pihak (debitur) yang berhutang kepada penjual piutang

(Client), yang selanjutnya dengan kegiatan anjak piutang, piutang yang terbit dari

hutang tersebut dialihkan kepada perusahaan anjak piutang (Factor) nantinya

nasabah (Customer) melunasi pembayaran hutangnya. Dengan kata lain nasabah

pihak yang membeli barang dari Client  yang pembayarannya dilakukan secara

kredit. Dengan demikian kedudukan Customer adalah debitur (berutang) dan

kedudukan Client sebagai kreditur (berpiutang).

Dalam transaksi Anjak Piutang, piutang Client tersebut selanjutnya dilaihkan

kepada Perusahaan Anjak Piutang. Melihat hubungan di atas, terlihat

bahwa Customer mempunyai kedudukan yang penting dalam transaksi Anjak

Piutang, karena Customer-nya yang menentukan macet tidaknya serta lunasnya

piutang Client yang telah dialihkan kepada Perusahaan Anjak Piutang.

2. Objek Perjanjian Anjak Piutang

Berdasarkan batasan anjak piutang dapat diketahui bahwa obyek perjanjian

anjak piutang adalah piutang atau tagihan. Meskipun objek anjak piutang berupa

piutang/tagihan,tetapi tidak semua jenis piutang dapat dianjakpiutangkan. Dalam

anjak piutang hanya piutang yang timbul dari transaksi perdaganganlah yang

dapat dianjakpiutangkan. Dengan demikian, piutang yang timbul dari hibah,

pinjam meminjam uang (kredit bank) atau perjanjian kerja bukan merupakan

objek dari anjak piutang,sehingga tidak dapat dianjakpiutangkan.

Pembatasan lain atas objek anjak piutang adalah bahwa piutang yang akan

dialihkan tersebut berupa piutang jangka pendek dan belum jatuh tempo. Piutang

perdagangan jangka pendek biasanya berkisar antara 30 – 90 hari. Piutang

perdagangan yang biasanya menjadi objek bisnis anjak piutang adalah sebagai

berikut:

a. Piutang atas tagihan berdasarkan invoice suatu perusahaan yang belum

jatuh tempo.

Page 14: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

14

b. Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo.

c. Piutang yang timbul dari proses pengiriman barang, sebagai pengganti

letter of credit (LC).

d. Piutang berupa tagihan-tagihan tertentu yang belum jatuh tempo,seperti

yang terbit dari penggunaan kartu kredit (credit card), biro perjalanan

(travel bureau)7.

B. Isi dan bentuk perjanjian Anjak Piutang (Factoring)

Kegiatan anjak piutang berupa pengalihan piutang jangka pendek dari klien

kepada perusahaan anjak piutang. Pengalihan piutang tersebut didasarkan pada

kehendak bersama antara perusahaan anjak piutang dank lien yang diwujudkan dalam

bentuk perjanjian. Jadi kegiatan anjak piutang adalah perjanjian antara perusahaan

anjak piutang dan klien dimana berdasarkan perjanjian tersebut perusahaan anjak

piutang menyediakan pembiayaan kepada klien dalam bentuk pembelian dan/atau

pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek yang berasal dari

transaksi perdagangan.

Dalam perjanjian anjak piutang minimal memuat hal-hal sebagai berikut8:

1. Ketentuan Umum

a. Ketentuan mengenai penawaran penjualan piutang dari perusahaan klien

kepada perusahaan anjak piutang,termasuk cara dan persyaratan.

b. Ketentuan mengenai penawaran yang memuat hak perusahaan anjak piutang

untuk menerima atau menolak piutang-piutang yang ditawarkan berdasarkan

ketentuan yang disepakati.

c. Ketentuan mengenai harga penjualan piutang,termasuk kalkulasinya, waktu

pembayaran,uang muka (advanced payment).

d. Ketentuan mengenai jaminan yang diberikan oleh klien atas piutang yang

ditawarkan untuk dijual kepada perusahaan anjak piutang dan risiko akibat

jaminan yang tidak benar.

7 Munir Fuady,1995, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktik (Leasing,Factoring,Modal Ventura,Pembiayaan Konsumen, Kartu Kredit), Bandung:Citra Aditya Bakti, hal. 888 Dahlan Siamat,2001, Manajemen Lembaga Keuangan,Ed 3,Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, hal. 393

Page 15: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

15

e. Ketentuan mengenai ruang lingkup administrasi piutang yang dilakukan oleh

perusahaan anjak piutang,kewajiban pelaporan kepada klien, dan ketentuan

biaya administrasi yang diperhitungkan.

f. Ketentuan pembelian kembali piutang dalam hal terjadinya keadaan tertentu

dan penetapan harga penjualan kembali piutang tersebut.

2. Keabsahan Piutang (Validity of Receivable)

Perusahaan anjak piutang akan meminta klien memberikan jaminan bahwa

piutang yang dijual benar-benar ada dan barang telah diserahkan ke nasabah.

3. Pengalihan Risiko

Perusahaan anjak piutang perlu menetapkan apakah dalam pengalihan resiko

dilakukan dengan syarat without recourse atau with recourse.

4. Pengalihan Piutang (Cessie)

Dalam pelaksanaan pengalihan piutang (cessie) perlu diatur ketentuan antara

lain sebagai berikut:

a. Pengalihan piutang harus dibuat dalam suatu akta di bawah tangan atau

akta otentik dengan melampirkan dokumen yang mendukung.

b. Setiap faktur yang dialihkan seyogyanya mencantumkan keterangan

dalamnya yang menerangkan bahwa faktur tersebut sudah dialihkan

kepada perusahaan anjak piutang.

5. Pemberitahuan atau Notifikasi

Pada dasarnya, berdasarkan karakteristik Anjak Piutang, perlu ada

pemberitahuan pengalihan piutang dari Klien kepada Factor terhadap Customer.

Hal ini berkaitan erat dengan pembayaran piutang tersebut dari Customer.

Richard Lim Leong Kheng yang bertindak sebagai Assistan Manager dari

Heller Anjak Piutang (S) Ltd menyatakan dalam tulisannya sebagai berikut:

"Under a normal factoring arrangement, either domestic or export, the

client is required to inform its customers of the arrangement, so that payments

can be made directly to the factor. …When these credit sales are factored, the

customers concerned are notified of the arrangement and henceforth required

Page 16: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

16

to pay direct to the factor in order to discharge the debts. Technically, the

customers become the debtors of the factor. Should any of these approved

sales become uncollectable due to customer’s insolvency, the factor will bear

the full bad debt loss."

Customer tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran

kepada Factor selama tidak ada pemberitahuan mengenai pengalihan piutang

dari Klien kepada Factor tersebut. Walaupun begitu, ada juga perjanjian

Anjak Piutang yang tidak mensyaratkan perlunya pemberitahuan kepada

Customer tentang adanya pengalihan piutang dari Klien kepada Factor. Hal

tersebut.dikarenakan adanya beberapa sebab seperti kekhawatiran

berkurangnya bonafiditas Klien di depan Customernya, atau Factor dan Klien

berkeinginan untuk menjaga perjanjian mereka sebagai perjanjian yang

rahasia. Dalam perjanjian Anjak Piutang dapat dipersyaratkan kemudian

bahwa pembayaran Customer akan diteruskan Klien kepada Factor.

6. Syarat pembayaran

Klien diminta untuk menjaminkan bahwa setiap piutang yang dijual harus

memiliki persyaratan pembayaran yang sama dengan persyaratan penjualan

yang disetujui oleh perusahaan anjak piutang sebelumnya.

7. Perubahan Persyaratan

8. Tanggung Jawab Klien atas Nasabah

9. Jaminan Klien

Pihak Factor maupun klien perlu memperhatikan beberapa ketentuan

mengenai pernyataan dan jaminan yang harus dipenuhi dalam membuat perjanjian

Anjak Piutang, antara lain:

a. Klien harus menjamin bahwa klien adalah pemilik sah dari piutang-

piutang yang dialihkannya walaupun penjualan dilakukan tanpa

penanggungan;

b. Klien tidak bertanggungjawab tentang kemampuan membayar dari

Customer, kecuali jika klien telah mengikatkan dirinya untuk

bertanggungjawab untuk piutang tersebut (recourse).

Page 17: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

17

c. Klien harus menjamin bahwa penguasaan piutang oleh Factor adalah

bebas dari kemungkinan tuntutan pihak ketiga, termasuk Customer, dan tidak

terdapat cacat-cacat tertentu yang dapat menerbitkan alasan untuk

membatalkan pembelian piutang.

d. Klien harus menjamin akan mengganti kerugian Factor terhadap setiap

tuntutan dalam bentuk apapun termasuk ongkos-ongkos dan biaya hukum

yang diajukan terhadap Factor oleh Customer atau pihak lain yang

berhubungan dengan barang-barang yang dijual atau jasa-jasa yang dilakukan

atau transaksi lain sebagaimana dinyatakan didalam perjanjian Anjak

Piutang, dengan ketentuan bahwa tuntutan tersebut tidak timbul dikarenakan

kelalaian dari Factor sendiri (berlaku untuk perjanjian recourse dan non-

recourse Factoring).

e. Klien harus menjamin untuk tidak melakukan perubahan perjanjian

sehubungan dengan transaksi antara Client dengan Customer yang

memungkinkan timbulnya kerugian dalam bentuk apapun pada Factor

sehubungan dengan perjanjian Anjak Piutang antara Factor dan Klien.

f. Klien harus menjamin bahwa nilai piutang yang dijual kepada Factor

adalah benar dan tidak berkaitan dengan hutang lain yang dimiliki klien atau

anak perusahaannya terhadap Customer. Dalam hal hutang semacam itu

timbul, maka klien menjamin untuk tidak melakukan perjumpaan antara

hutangnya kepada Customer dengan piutang Customer kepada klien yang

telah dijual kepada Factor9.

Bentuk perjanjian Anjak Piutang (Factoring)

Berdasarkan syarat dan mekanismenya , dapat disimpulkan bahwa

perjanjian anjak piutang dibuat secara tertulis. Peraturan perundang-

undangan tidak menentukan apakah perjanjian yang tertulis harus dibuat

dalam bentuk akta otentik/akta notaries atau akta dibawah tangan. Secara

yuridis, akta –akta tersebut sama-sama mempunyai kekuatan hukum, yang

membedakan hanyalah pada segi hukum pembuktiannya. Menurut pasal

1870 KUH Perdata, bukti yang paling kuat adalah bukti dalam bentuk akta

9Wahyuni Bahar, Wiyono Sari, Aspek Hukum Anjak Piutang Di Indonesia ,http://www.baharandpartners.com/news_detail.php?nID=352, diakses pada 14 Juni 2012 pukul 01:58 WIB

Page 18: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

18

otentik. Adapun akta dibawah tangan baru mempunyai kekuatan pembuktian

jika pihak-pihak yang menandatangani akta tersebut mengakui tanda

tangannya dalam akta tersebut.

C. Keunggulan dan kelemahan perjanjian Anjak Piutang (Factoring)

1. Keunggulan anjak piutang (Factoring)

a. Membantu sistem administrasi penjualan dan penagihan. Hal ini dikarenakan

perusahaan anjak piutang memiliki sistem komputerisasi yang baik,sehingga

mampu mengelola sistem administrasi piutang dan penagihan dengan baik

pula. Pengalihan fungsi administrasi ini bagi klien sekaligus dapat mengurangi

beban biaya personalia dan investasi sistem komputer.

b. Membantu mengatasi modal kerja. Hal ini disebabkan oleh perusahaan klien

memperoleh pembiayaan secara mudah dan cepat. Dengan anjak

piutang,penjualan secara kredit kepada nasabah dapat diubah menjadi tunai

karena ditutupi oleh dana penjualan piutangnya.

c. Membantu mengatasi beban resiko kredit. Kadang klien membatasi

penjualannya hanya kepada nasabah yang telah menjadi langganannya dan

menolak menjual secara kredit kepada nasabah baru dengan alasan risiko

kredit. Hal ini berarti suatu kerugian karena di samping tidak memperoleh

keuntungan yang semestinya, dia dapat juga kerugian berupa tidak

bertambahnya nasabah (goodwill).

d. Membantu memperbaiki sistem penagihan. Perusahaan anjak piutang

mengharapkan pada saat jatuh tempo piutangnya akan dibayar. Oleh karena

itu, perusahaan anjak piutang selalu memantau dan memberitahukan tagihan-

tagihan yang telah jatuh tempo kepada klien. Dengan demikian perusahaan

anjak-piutang membantu memperbaiki sistem penagihan tanpa menganggu

hubungan baik antara klien dan nasabah.

e. Membantu mengembangkan usaha klien. Melalui fasilitas anjak piutang, maka

perusahaan klien mendapatkan kesempatan untuk tumbuh san berkembang

dengan menjual produk dan jasa yang lebih besar. Tanpa pembiayaan anjak

piutang, realisasi potensi pasar secara penuh sulit dapat diatasi.

2. Kelemahan anjak piutang (Factoring)

a. Pemborosan biaya. Ikut terlibatnya pihak lain yaitu perusahaan anjak piutang

dalam hubungan antara klien dan nasabah sehingga bisa jadi menambah beban

Page 19: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

19

biaya terhadap bisnis yang bersangkutan. Walaupun sebenarnya bisa juga

memotong biaya dari pos-pos lainnya seperti dari pos penagihan atau

administrasi kredit.

b. Menurunkan reputasi. Keberadaan institusi anjak piutang yang belum

memasyarakatkan bisa menimbulkan kesan seolah-olah kondisi klien dalam

keadaan kesulitan dan tidak sanggup mengumpulkan sendiri penagihan

piutangnya.

c. Bisnis rentan risiko. Hal ini disebabkan secara inheren hakikat dari lembaga

anjak piutang adalah tidak menekankan pada jaminan. Sifat demikian ini bisa

menimbulkan anggapan bahwa bisnis anjak piutang mengandung risiko tinggi

terhadap keberhasilan dalam mengkolek piutang.

d. Kurang professional. Ada kalanya perusahaan anjak piutang tidak

professional. Hal ini disebabkan bisnis anjak piutang belum begitu popular

dan tenaga ahlipun masih terbilang langka, sehingga masih ada anggapan

bahwa bisnis ini sebagai lender of the last resort 10.

BAB IV10 Munir Fuady,Op.Cit. , hal. 84.

Page 20: Paper Perjanjian Jenis Baru (Anjak piutang)

20

KESIMPULAN

Setelah penulis membahas dan menyajikan permasalahan dalam perjanjian Anjak

Piutang (Factoring), maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

A. Subjek dari perjanjian Anjak Piutang (Factoring) adalah perusahaan anjak

piutang,klien dan nasabah. Sementara objek dari perjanjian Anjak Piutang

(Factoring) adalah piutang, yang berupa piutang jangka pendek dari transaksi

perdagangan.

B. Berdasarkan syarat dan mekanismenya , dapat disimpulkan bahwa perjanjian anjak

piutang dibuat secara tertulis. Peraturan perundang-undangan tidak menentukan

apakah perjanjian yang tertulis harus dibuat dalam bentuk akta otentik/akta notaries

atau akta dibawah tangan. Isi perjanjian tersebut meliputi ketentuan umum,

keabsahan piutang,perubahan persyaratan,tanggung jawab klien terhadap nasabah

dan jaminan klien.

C. Keunggulan anjak piutang (Factoring) antara lain membantu sistem administrasi

penjualan dan penagihan, membantu mengatasi modal kerja, membantu mengatasi

beban resiko kredit, membantu memperbaiki sistem penagihan dan membantu

mengembangkan usaha klien. Sedangkan kelemahan anjak piutang (Factoring)

adalah pemborosan biaya, menurunkan reputasi, bisnis rentan risiko, dan kurang

professional.