Paper Pak Ali

15
PENGARUH JARAK SHEAR CONNECTOR FLEKSIBEL TERHADAP KAPASITAS GESER PADA BALOK KOMPOSIT BAJA-BETON (SUATU PENELITIAN BALOK KOMPOSIT DENGAN JARAK SHEAR CONNECTOR 10 CM DAN 14 CM) Mohammad Ali Akoeb Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsyiah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan jarak shear connector yang dipasang sepanjang balok komposit terhadap kemampuan balok tersebut dalam memikul beban luar yang bekerja. Shear connector yang digunakan jenis kanal CNP 8, dilas pada sayap balok baja IWF 298 mm x 149 mm, ditanam dalam plat beton bertulang dengan panjang 300 mm, lebar 150 mm dan tinggi 450 mm, untuk mengukur besarnya kekuatan satu shear connector. Pengujian balok komposit, shear connector ditanam dalam plat beton yang berukuran, panjang 2200 mm, lebar 550 mm dan tebal 120 mm, dengan kuat tekan beton rencana 300 kg/cm 2 . Jumlah benda uji untuk masing- masing variasi jarak kanal berjumlah 1 (satu) buah, sehingga jumlah keseluruhan benda uji adalah 2 (dua) buah untuk pengujian push out, dan 2 (dua) buah untuk pengujian balok komposit. Besarnya kekuatan satu shear connector secara eksperimental adalah 6485 kg. Besarnya rasio kapasitas shear connector kanal antara eksperimental dan teoritis adalah sebesar 3,405. Hasil penelitian balok komposit baja-beton menunjukkan bahwa semakin besar jarak shear connector maka semakin kecil beban yang dapat dipikul dan semakin besar gelinciran (slip) antara plat beton dengan balok baja. Beban maksimum untuk balok dengan jarak shear connector 10 cm dan 14 cm adalah masing-masing sebesar 61101 kg dan 50523 kg, sedangkan slip yang terjadi pada balok komposit dengan jarak shear connector 10 cm dan 14 cm adalah masing-masing sebesar 0,040 cm dan 0,094 cm. Kata kunci : push out test, kuat tekan balok komposit, kuat tekan beton, shear connector kanal, profil IWF.

description

ok

Transcript of Paper Pak Ali

Page 1: Paper Pak Ali

PENGARUH JARAK SHEAR CONNECTOR FLEKSIBEL TERHADAP KAPASITAS GESER PADA BALOK KOMPOSIT

BAJA-BETON(SUATU PENELITIAN BALOK KOMPOSIT DENGAN JARAK

SHEAR CONNECTOR 10 CM DAN 14 CM)

Mohammad Ali AkoebJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsyiah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan jarak shear connector yang dipasang sepanjang balok komposit terhadap kemampuan balok tersebut dalam memikul beban luar yang bekerja. Shear connector yang digunakan jenis kanal CNP 8, dilas pada sayap balok baja IWF 298 mm x 149 mm, ditanam dalam plat beton bertulang dengan panjang 300 mm, lebar 150 mm dan tinggi 450 mm, untuk mengukur besarnya kekuatan satu shear connector. Pengujian balok komposit, shear connector ditanam dalam plat beton yang berukuran, panjang 2200 mm, lebar 550 mm dan tebal 120 mm, dengan kuat tekan beton rencana 300 kg/cm2. Jumlah benda uji untuk masing-masing variasi jarak kanal berjumlah 1 (satu) buah, sehingga jumlah keseluruhan benda uji adalah 2 (dua) buah untuk pengujian push out, dan 2 (dua) buah untuk pengujian balok komposit. Besarnya kekuatan satu shear connector secara eksperimental adalah 6485 kg. Besarnya rasio kapasitas shear connector kanal antara eksperimental dan teoritis adalah sebesar 3,405. Hasil penelitian balok komposit baja-beton menunjukkan bahwa semakin besar jarak shear connector maka semakin kecil beban yang dapat dipikul dan semakin besar gelinciran (slip) antara plat beton dengan balok baja. Beban maksimum untuk balok dengan jarak shear connector 10 cm dan 14 cm adalah masing-masing sebesar 61101 kg dan 50523 kg, sedangkan slip yang terjadi pada balok komposit dengan jarak shear connector 10 cm dan 14 cm adalah masing-masing sebesar 0,040 cm dan 0,094 cm.

Kata kunci : push out test, kuat tekan balok komposit, kuat tekan beton, shear connector kanal, profil IWF.

Page 2: Paper Pak Ali

1. Pendahuluan

Konstruksi komposit adalah suatu sistem konstruksi di mana terdapat interaksi antara bahan-bahan yang berbeda. Struktur-struktur tertentu pada bagian-bagian jembatan atau gedung yang membutuhkan kerja sama antara baja dan beton biasanya menggunakan konstruksi komposit ini. Jika dibandingkan struktur komposit dengan struktur non komposit, akan dijumpai beberapa keuntungan struktur komposit, antara lain luas baja yang diperlukan berkurang pada suatu beban tertentu, mengurangi dimensi dari balok beton dan lain-lain.

Pada suatu balok komposit yang terdiri dari plat beton dan balok baja, kedua jenis bahan tersebut agar menjadi satu struktur yang solid dan saling bekerja sama dengan baik maka dihubungkan dengan suatu alat penghubung yang biasa dikenal dengan shear connector (shear connector). Penghubung ini berfungsi untuk menahan gaya geser horizontal yang timbul pada bidang kontak antara beton dan baja dan menahan terjadinya perpindahan vertikal antara kedua komponen tersebut. Penelitian tentang shear connector ini dimulai di Switzerland sejak tahun 1930-an.

Dari penelitian ini, akan didapat beberapa parameter dari benda uji yang dibuat yaitu :a. Besarnya beban yang dapat ditahan oleh satu shear connector;b. Besarnya gelincir (slip) yang terjadi antara plat beton dengan profil baja akibat gaya yang bekerja,

diukur dengan menggunakan displacement tranducer; danc. Beban maksimum yang dapat ditahan balok komposit serta lendutan yang didapat pada titik

beban.

2. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Burhan (1975),secara garis besar shear connector di bagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu :1. Shear connector yang kaku (rigid connector).

Jenis ini apabila diberikan pembebanan tidak akan menimbulkan slip antara plat beton dan balok baja, yang termasuk dalam golongan ini antara lain bar connector dan tee connector.

2. Shear connector yang lentur (flexible connector).Jenis ini apabila diberikan pembebanan akan menimbulkan slip antara plat beton dan balok baja. Daya dukungnya lebih kecil jika dibandingkan dengan rigid connector, yang termasuk dalam golongan ini antara lain stud connector dan channel connector.

Di dalam CP 117 : Part 1 (Anonim,1965), ditetapkan beberapa kriteria sehubungan dengan penelitian shear connector, yaitu :1. Hubungan antara permukaan bagian bawah dari plat beton dengan bagian atas dari balok baja harus

dijaga agar tidak ada ikatan (bond), yaitu dengan memberikan lemak pada permukaan bagian atas balok baja sebelum dilakukan pengecoran plat beton.

2. Laju aplikasi pembebanan harus seragam dan sedemikian rupa sehingga kegagalan beban tercapai tidak kurang dari 10 menit.

3. Kekuatan beton pada saat pengujian tidak boleh melebihi kekuatan kubus spesifik dari beton dalam balok-balok yang mana pengujiannya telah dirancang (kekuatan kubus adalah kuat tekan kubus pada umur 28 hari).

4. Nilai desain yang diambil sebesar 80 % dari kapasitas ultimit terendah.

Menurut Burhan (1975), jarak-jarak shear connector dapat dihitung berdasarkan berapa buah shear connector yang diperlukan pada tempat gaya lintang maksimum yaitu dibagian tepi bentang. Makin ke tengah, gaya lintang itu akan berkurang, sehingga jarak shear connector (s) dapat diperbesar sampai mencapai harga maksimum yang diperkenankan, yaitu 50 cm atau 3x tebal plat beton. Jadi penempatan shear connector itu diatur sesuai dengan bidang gaya lintang maksimum.

Menurut Burhan (1975), jumlah shear connector merupakan perbandingan antara panjang bidang geser dengan jarak shear connector seperti yang diperlihatkan pada Persamaan (2.7) berikut:

n = sa

………...………………........ (1)

Page 3: Paper Pak Ali

Dimana :n = Jumlah shear connector;a = Panjang bidang geser (cm); dans = Jarak shear connector (cm).

Menurut Burhan (1975), kapasitas dari sebuah shear connector kanal adalah:

Q = 20. cfLst '..2

……............ (2)

Dimana :Q = kapasitas sebuah shear connector

(kg);t = tebal rata-rata sayap baja kanal (cm);s = tebal plat badan baja kanal (cm);L = panjang baja kanal (cm);f’c= kuat tekan beton yang digunakan

(kg/cm2).

Menurut Viest (1958), gaya geser horizontal antara plat beton dengan balok baja dihitung dengan rumus :

Vh = c

v

ImV .

……..........………….... (3)

Dimana :Vh = gaya geser horizontal (kg/cm);Vv = gaya geser vertikal yang bekerja pada

penampang komposit (kg);m = statis momen penampang komposit

(cm3); Ic = momen inersia penampang komposit

(cm4).

Menurut Salmon (1991), gaya geser horizontal yang bekerja pada shear connector juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Vh = n x Q .............................................(4)

Dimana :Vh = gaya geser horizontal (kg/cm);n = jumlah shear connector yang

diperlukan;Q = kapasitas sebuah shear connector

(kg).

3. Metodologi Penelitian

3.1 Pembuatan dan Perawatan Benda Uji

Pada penelitian ini digunakan benda uji push out yang dibuat sebanyak 2 (dua) buah dengan ukuran 550 mm x 300 mm x 598 mm, benda uji balok komposit profil baja-beton dengan ukuran penampang 550 mm x 418 mm x 2200 mm dan silinder kontrol sebanyak 12 buah, dengan tinggi 300 mm dan diameter 150 mm, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan jarak shear connector pada penampang balok komposit. Jumlah benda uji untuk masing-masing variabel sebanyak 1

Page 4: Paper Pak Ali

buah dan dibuat silinder kontrol sebanyak 3 buah untuk setiap pengadukan. Kuat tekan beton rencana 300 kg/cm2. Variasi benda uji dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Benda Uji

f’C Benda Uji

Jumlah Benda

Uji Push Out

Jumlah Benda

Uji Balok

Jumlah Benda

Uji Silinder

300 kg/cm2

Push out ukuran 550 mm x 300 mm x 598 mm

2 - 6

Balok komposit dengan jarak shear connector 10 cm, BK 10

- 1 3

Balok komposit dengan jarak shear connector 14 cm, BK 14

- 1 3

Total 2 2 12

Untuk benda uji push out, tulangan yang digunakan untuk plat beton adalah tulangan utama yang berdiameter 10 mm. Untuk sengkang digunakan tulangan berdiameter 8 mm. Kanal yang digunakan untuk membuat shear connector adalah kanal CNP 8 yang dipotong dengan ukuran sepanjang 80 mm, kemudian dilas dengan las listrik pada sayap dari profil baja, masing-masing 2 (dua) buah kanal untuk 1 (satu) benda uji.

Untuk benda uji balok komposit, pembuatannya dimulai dengan pengelasan shear connector diatas sayap profil IWF 149 mm x 298 mm. Shear connector yang digunakan adalah profil CNP 8 dengan ukuran 45 mm x 80 mm, terlebih dahulu kanal CNP 8 dipotong dengan panjang masing-masing 80 mm. Penempatan kanal pada sayap profil IWF dengan jarak 100 mm dan 140 mm pada masing-masing balok komposit.

Sebelum cetakan dibuat, terlebih dahulu sayap balok baja diolesi gemuk supaya tidak ada lagi ikatan (bond) antara balok baja dan beton, sehingga hanya shear connectornya saja yang bekerja menahan gaya geser. Setelah itu, badan shear connector kanal, akan ditempel electric strain gauge, dengan cara digosok dengan kertas amplas, kemudian dibersihkan dengan menggunakan alkohol dan kapas. Selanjutnya dilakukan penempelan electric strain gauge yang berukuran 50 mm untuk baja pada setiap penempelan yang telah ditentukan dengan menggunakan lem cyanoacrylate (CN).

Untuk mencegah terjadinya arus pendek yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pembacaan pada strain meter maka electric strain gauge ditutupi dengan lem araldite dan isolasi. Kemudian kaki strain gauge disambung dengan kabel listrik yang panjangnya sekitar 150 cm untuk dihubungkan ke Data Logger. Sedangkan pemasangan electric strain gauge yang berukuran 68 mm untuk beton dilakukan setelah beton mengeras.

Penempatan tranducer berada pada tengah bentang untuk mengukur lendutan serta pada tepi balok komposit dibeton dan diprofil baja IWF. Strain gauge diletakkan pada bagian badan kanal, bagian profil badan balok baja, profil sayap balok baja dan bagian atas beton, masing-masing 1 (satu) buah.

Pekerjaan pengecoran dilakukan sesuai dengan jumlah dan komposisi campuran pada perencanaan campuran dan kapasitas molen. Molen yang tersedia memiliki kapasitas 90 liter/adukan. Material yang telah disiapkan ditimbang sesuai komposisi campuran pada perencanaan campuran. Kemudian cetakan yang telah disiapkan diolesi oli agar cetakan mudah dibuka. Sebelum pengadukan dilakukan, permukaan

Page 5: Paper Pak Ali

molen terlebih dahulu dibasahi dengan air agar molen tidak menyerap air campuran dan kemudian dijalankan. Pengadukan beton dilakukan dengan memasukkan material pembentuk beton berturut-turut yaitu kerikil, pasir, semen dan air. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pengumpalan yang mengakibatkan campuran beton tidak merata. Lama pengadukan dilakukan sekitar 3-5 menit dengan kemiringan sumbu molen sekitar 45°.

Mortar yang telah tercampur dengan baik, diukur slumpnya dengan menggunakan kerucut Abram’s seperti disyaratkan oleh ASTM C.143-04. Kerucut Abram’s merupakan sebuah kerucut terpancung dari logam dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm. Alat ini dilengkapi dengan sebuah plat baja berukuran 45 cm x 45 cm dan sebuah pemadat dari besi berdiameter 16 mm, panjang 60 cm. Kerucut diletakkan di atas plat baja, kemudian diisi dengan adukan beton sambil ditekan ke bawah pada penyokong-penyokongnya. Adukan beton diisikan dalam 3 lapisan yang kira-kira sama tebalnya, setiap lapis ditusuk-tusuk 25 kali dengan tongkat baja. Setelah permukaannya diratakan, lalu kerucut ditarik ke atas secara perlahan-lahan. Besarnya penurunan permukaan beton muda ini disebut dengan slump yang besarnya direncanakan antara 7,5 – 10 cm. Jika slump yang diperoleh diluar batas rencana, maka pembuatan adukan diulangi hingga diperoleh slump yang sesuai.

Pembuatan benda uji dilakukan dengan memasukkan mortar ke dalam cetakan benda uji push out, balok komposit dan silinder yang telah disediakan. Cetakan diisi bertahap dalam tiga lapisan, kemudian dilakukan pemadatan dengan tongkat baja. Setelah cetakan penuh, bagian atas diratakan dengan sendok semen dan sisi cetakan benda uji diketuk-ketuk dengan palu karet agar mortar menjadi padat. Untuk benda uji silinder, dua sampai empat jam setelah pengecoran dilakukan, pada bagian permukaannya diberi capping dari pasta semen dengan FAS 0,29.

Setelah benda uji push out, benda uji balok komposit dan silinder berumur 48 jam, bekisting dibuka dan diberi kode sesuai dengan yang diinginkan. Perawatan benda uji push out, benda uji balok komposit, dan silinder dilakukan dengan cara menutupi dengan goni basah serta dilakukan penyiraman setiap 24 jam sekali. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menjaga agar beton tidak kekurangan air selama berlangsungnya proses pengerasan dan tidak terjadi penyusutan mendadak yang mengakibatkan retak rambut pada beton.

Untuk mencegah terjadinya torsi (buckling) pada balok komposit baja beton sebelum dilakukan pengujian tekan balok, maka dibagian tumpuan balok dilekatka profil kanal CNP 8 dengan cara mengelaskannya pada sayap balok baja, kanal tersebut dipotong dengan ukuran 282 mm sesuai dengan ukuran sayap profil balok baja.

3.2 Pelaksanaan Pengujian

Pengujian tekan silinder beton sebagai benda uji pendukung dilakukan untuk mengetahui kuat tekan yang dicapai oleh benda uji push out dan balok komposit. Pengujian tekan dilakukan dengan mesin pembebanan berkapasitas 100 ton. Pengujian tekan silinder dilakukan dengan memberikan beban pada arah vertikal atau sejajar dengan tinggi silinder secara perlahan dan terus meningkat hingga benda uji hancur.

Page 6: Paper Pak Ali

Tampak Atas

P

IWF 29,8 cm x 14,9 cm

45 cm

10 cm

5 cm

15 cm15 cm 29,8 cm

Transducer

15 cm15 cm 29,8 cm

14,9 cm

Φ 10 mm Φ 8 - 250 mm

30 cm

Tampak Depan

P

10 cm

45 cm

Tampak Samping

30 cm

Gambar 2 Gambar Pengujian Balok Komposit

Pengujian push out bertujuan mendapatkan kekuatan shear connector kanal dan slip yang terjadi. Sebelum diberi beban, bagian atas profil baja yang tidak rata diratakan dengan menggunakan gerinda lalu di atasnya diletakkan plat baja setebal 3,6 cm agar beban yang akan diberikan terdistribusi secara merata keseluruh permukaan penampang profil.Pembacaan data-data dari pengujian akan tampil pada layar monitor dan direkam dengan menggunakan Portable Data Logger TDS 302, di mana Portable Data Logger memiliki 3 nomor seri penghubung arus masuk yang disambung dengan kabel-kabel listrik pada transducer dan load cell. Transducer yang digunakan untuk mengukur slip (gelincir) adalah 2 buah transducer tipe CDP-100 dengan tingkat ketelitian 100 x 10 -6 mm.Pembebanan yang dilakukan merupakan aplikasi dari beban geser horizontal yang terjadi pada balok komposit. Benda uji diberi beban yang disalurkan melalui load cell berkapasitas 100 ton. Beban tersebut dinaikkan secara bertahap menggunakan compressor yang mempunyai kapasitas 100 ton. Benda uji tersebut dibebani secara bertahap sampai mengalami kehancuran total.

Pengujian balok komposit bertujuan untuk mendapatkan data mengenai beban maksimum yang dapat ditahan balok, slip yang terjadi pada balok dan lendutan pada titik beban yang tepat ditengah bentang. Balok yang telah dirawat dibebani pada saat benda uji berumur 28 hari sesuai dengan Anonim (1971), dengan menggunakan mesin pembebanan portable compression TM (Test Machine) yang berkapasitas 100 ton. Pembebanan dilakukan dengan memberikan dua beban terpusat yang sama besar. Balok dibebani secara bertahap, pada setiap tahap pembebanan dicatat besar beban, lendutan, slip, regangan pada kanal ujung, kanal tengah, kanal tengah bentang, badan balok baja dan sayap balok baja, serta regangan permukaan beton bagian desak. Tahapan yang harus diperhatikan adalah pada saat retak awal balok beton dan pembebanan dihentikan bila pembacaan beban mulai menurun.

Page 7: Paper Pak Ali

29,8 cm

12 cm

10 cm10 cm

60 cm 70 cm 70 cm

Strain gauge

Tranducer

14,9 cm

0,8 cm

0,55 cm

55 cm

8 cm

Gambar 2 Gambar Pengujian Balok Komposit

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Kapasitas shear connector kanal

Perhitungan kapasitas shear connector kanal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara eksperimental dan teoritis. Cara eksperimental dilakukan dengan pengujian push out dilaboratorium.

Pada benda uji ini didapat dua buah shear connector kanal sehingga beban yang dapat ditahan oleh masing-masing kanal adalah beban desain yang dibagi dua.

Berdasarkan hasil penelitian push out didapat hasil kapasitas satu shear connector kanal secara eksperimental adalah 6845 kg. Berdasarkan hasil penelitian push out dapat dilihat bahwa hasil perhitungan kapasitas shear connector kanal secara teoritis lebih kecil daripada secara eksperimental. Besarnya rasio kapasitas shear connector kanal antara eksperimental dan teoritis adalah sebesar 3,017.

Dari selisih kapasitas shear connector antara eksperimental dan teoritis tersebut, disarankan untuk persamaan Burhan pada sub bab 2.8, yaitu persamaan 2.12 halaman 19 dikalikan sebesar 3,017, sehingga perhitungan kapasitas shear connector kanal menjadi :

Q = 3,017 . 20 cfLst '..2

Q = 60,34 cfLst '..2

4.2 Variasi beban masing-masing bagian

Variasi besarnya beban maksimum dan beban pada saat terbentuknya regangan 0,2% (0,002), ditinjau untuk masing-masing bagian. Peninjauan dilakukan melalui grafik hubungan beban-regangan balok komposit.

Page 8: Paper Pak Ali

Grafik Hubungan Beban dan Slip pada Balok Komposit

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

50000

55000

60000

65000

0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14Slip (cm)

Beba

n (k

g)

Slip balok komposit10 cm Slip balok komposit 14 cm

Gambar 3 Grafik Hubungan Beban dan Slip

Bagian beton sudah mencapai regangan luluh pada saat beban maksimum, maka pada saat terjadinya kehancuran beton, bagian balok baja belum mencapai keadaan luluh. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa regangan shear connector kanal yang terjadi pada benda uji balok komposit belum mencapai regangan luluh (yield) 0,002 pada saat dicapainya beban maksimum.

Penentuan besarnya beban maksimum balok komposit ini perlu juga memperhatikan kemampuan unsur betonnya, di mana pada regangan 0,003 beban yang dapat diterima adalah 29123 kg untuk balok dengan jarak shear connector 10 cm, dan 24893 kg untuk balok dengan jarak shear connector 14 cm. Untuk kondisi beban maksimum yang dapat ditahan masing-masing komponen, beton memiliki Pmaks

terbesar yaitu 53928 kg untuk jarak shear connector 10 cm dan 41079 kg untuk jarak shear connector 14 cm.

4.3 Pengaruh jarak shear connector terhadap beban maksimum dan slip yang terjadi pada balok komposit

Grafik hubungan beban dengan slip yang terjadi untuk seluruh benda uji balok komposit baja-beton dengan jarak shear connector yang bervariasi dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa jarak shear connector sangat berpengaruh terhadap slip yang terjadi pada saat pembebanan, dimana semakin kecil jarak shear connector, semakin besar beban yang diperlukan dan semakin kecil slip yang terjadi.

Dari hasil perhitungan beban maksimum secara teoritis, eksperimental dan beban dari rumus pengujian push out dapat dibuat grafik hubungan jarak shear connector dengan beban. Grafik hubungan jarak shear connector dengan beban dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Page 9: Paper Pak Ali

Gambar 4 Grafik Hubungan Jarak Penghubung Geser dengan Beban

Hubungan Jarak Penghubung Geser dengan Beban

6110150523

3765227568

83175

101598

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

8 10 12 14 16

Jarak Penghubung Geser (cm)

Beba

n (k

g)

Beban Eksperimental Beban Teoritis Beban Rumus

Hubungan Jarak Penghubung Geser dengan Slip

0,040

0,094

0.00

0.02

0.04

0.06

0.08

0.10

8 10 12 14 16

Jarak Penghubung Geser (cm)

Slip

(cm

)

Gambar 5 Grafik Hubungan Jarak Penghubung Geser dengan Slip

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan pada beban maksimum menurut hasil perhitungan secara teoritis dengan hasil yang didapatkan dari eksperimental. Pada hasil eksperimental, beban maksimum yang didapatkan lebih besar. Sedangkan grafik yang didapatkan pada beban dengan menggunakan rumus perbandingan dari pengujian push out jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beban eksperimental dan beban secara teoritis, hal ini dipengaruhi oleh faktor pengalian rumus yang terlampau besar.

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa jarak shear connector sangat berpengaruh terhadap besarnya gelincir (slip) yang terjadi. Slip pada jarak shear connector 10 cm lebih kecil dibandingkan dengan slip pada jarak shear connector 14 cm yaitu masing-masing sebesar 0,040 cm dan 0,094 cm.

Page 10: Paper Pak Ali

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Besarnya rasio kapasitas shear connector kanal dari pengujian push out antara eksperimental dan

teoritis adalah sebesar 3,017.

2. Besarnya kekuatan satu shear connector secara eksperimental adalah 6485 kg.

3. Beban maksimum untuk balok komposit baja-beton untuk jarak shear connector 10 cm, lebih besar

daripada beban maksimum untuk jarak shear connector 14 cm. Besar beban maksimum untuk jarak

shear connector 10 cm adalah 61101 kg, sedangkan besar beban maksimum untuk jarak shear

connector 14 cm adalah 50523 kg.

4. Berdasarkan grafik hubungan beban dan regangan kanal yang didapat dari hasil penelitian dapat dilihat

bahwa pada saat terjadinya beban ultimit, kanal belum mencapai regangan yield 0,002.

5. Slip pada jarak shear connector 10 cm lebih kecil dibandingkan dengan slip pada jarak shear connector

14 cm yaitu masing-masing sebesar 0,040 cm dan 0,094 cm.

6. Semakin besar jarak shear connector maka semakin kecil beban yang dapat dipikul dan semakin besar

gelincir (slip) antara plat beton dengan balok baja.

Lendutan yang terjadi untuk balok komposit baja-beton dengan jarak shear connector 10 cm adalah sebesar 0,341 cm pada titik beban dan 0,354 cm pada tengah bentang serta jarak 14 cm adalah sebesar 0,490 cm

7. pada titik beban dan 0,593 cm pada tengah bentang.

5.2 Saran

1. Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan menggunakan variasi jarak, mutu

baja dan mutu beton yang berbeda untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, sehingga dapat dijadikan

perbandingan.

2. Menambah benda uji agar apabila terjadi kesalahan pada proses atau hasil pengujian dapat

dibandingkan dengan benda uji serupa lainnya.

3. Dapat dilakukan peninjauan lain seperti kuat geser dengan menggunakan shear connector yang

berbeda seperti stud.

6. Ucapan Terima Kasih

Page 11: Paper Pak Ali

Penulis menyampaikan terima kasih kepada saudari Maida Fithria dan Juanita mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, dan Pimpinan serta para karyawan Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil yang telah banyak membantu pekerjaan di laboratorium sehingga penelitian dapat diselesaikan.

7. Kepustakaan

1. Anonim, 1965, British Standard Institution, Code of Practice (CP) 117, Composite Construction in Structural Steel and Concrete, London.

2. Anonim, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Jakarta.

3. Anonim, 1981, Annual Book of ASTM Standard, Part 10, E-8, Standard Methods for Tension Testing of Metallic Materials, Philadelphia.

4. Anonim, 2002, Standar Nasional Indonesia 03-2847-2002, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Jakarta.

5. Anonim, 2004, Annual Book of ASTM Standard 2004, Section 4, Volume 04.02, Concrete and Aggregates, International Standards-Worldwide.

6. Anonim, 2005, ACI Manual of Concrete Practice 2005, Part I, Report: ACI 104-71 (97) to ACI 223-98, American Concrete Institute, Detroit, Michigan.

7. Burhan, H., Ir., 1975, Balok Gabungan (Composite Beam)I, Institut Teknologi Bandung, Bandung.8. Davies, C., 1975, Steel-Concrete Composite Beams for Building, George Godwin Limited, London.9. Dipohusodo, I., 1994, Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, Departemen

Pekerjaan Umum RI, Jakarta.10. Hanafiah, M.A., 1995, Merencanakan Komposisi Campuran Beton terhadap Kuat Tekan Beton,

Fakultas Teknik Universitah Syiah Kuala, Darussalam11. Gere, J.M., dan Timoshenko, Stephen P., 1996, Mekanika Bahan, Edisi kedua, Penerbit Erlangga,

Bandung.12. Marcus, S.H., 1981, Basic of Structural Steel Design, Reston Publishing Company, Virginia.13. Murdock, L.J., dan K. M. Brook, 1991, Bahan dan Praktek Beton, Edisi keempat, Terjemahan Ir.

Stephanus Hindarko, Penerbit Erlangga, Jakarta.14. Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Penerbit Andi Yogyakarta, Jakarta.15 Orchard, D. F., 1979, Properties and Testing of Aggregate, Concrete Technology, Vol 3, Third

Edition, applied Science Publisher Ltd, London. 16. Rahman, I.A., 1993, Hubungan Kuat Tekan, Bentuk Benda Uji dan Umur Beton, Fakultas Teknik,

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.17. Sabnis, G. M., 1979, Handbook of Composite Construction Engineering, Litton Educational

Publishing, Washington, DC.18. Salmon, C. G., 1991, Strutur Baja, Penerbit Erlangga, Jakarta.19. Timoshenko, S., dan D. H. Young., 1968, Elements of Strength of Materials, Fifth Edition, Standford

University.20. Viest, I. M., et all, 1958, Composite Construction in Steel and Concrete, London.21. Wang, C. K., dan Salmon, 1994, Desain Beton Bertulang, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.