Paper Industri Kreatif

27
PAPER EKONOMI DAN INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen dan Kewirausahaan Oleh : Mohammad Alfian Irsyadul Ibad NIM. 131910201085 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1 FAKULTAS TEKNIK

description

jj

Transcript of Paper Industri Kreatif

Page 1: Paper Industri Kreatif

PAPEREKONOMI DAN INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen dan Kewirausahaan

Oleh :

Mohammad Alfian Irsyadul IbadNIM. 131910201085

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Paper Industri Kreatif

Kata Pengantar

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena

berkat kemurahan-Nya paper ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.

Dalam paper ini kami membahas “Ekonomi dan Industri Kreatif di Indonesia”.

Dalam proses pendalaman materi ekonomi dan industri kreatif ini,

tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu rasa

terima kasih yang sangat mendalam kami sampaikan kepada Bapak Purnomo

Siddy selaku dosen mata kuliah “Pengantar Manajemen dan Kewirausahaan”,

rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan dan pihak-pihak

lain yang membantu dalam proses penyelesaian paper ini.

Penulis telah menyusun paper ini dengan sebaik-baiknya, namun bukan

tidak mungkin dalam paper ini masih terdapat beberapa kekurangan. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan

paper ini ke depannya.

Demikian paper ini saya buat, semoga memberikan manfaat. Terima kasih.

Jember, 30 Maret 2015

Penulis

ii

Page 3: Paper Industri Kreatif

Daftar Isi

Halaman Sampul…………………………………………………………………….

Kata Pengantar………………………………………………………………………i

Daftar Isi…………………………………………………………………………….ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………2

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………..3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi dan Industri Kreatif………………………………………4

2.2 Jenis Ekonomi dan Industri Kreatif di Indonesia………………………………4

2.3 Permasalahan dan Tantangan…………………………………………………..8

2.4 Prospek Ekonomi Kreatif Indonesia…………………………………………..10

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………12

3.2 Saran…………………………………………………………………………..13

Daftar Isi…………………………………………………………………………15

iii

Page 4: Paper Industri Kreatif

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri kreatif di berbagai negara saat ini diyakini dapat memberikan

kontribusi bagi perekonomian bangsanya. Beberapa studi telah dilakukan

untuk melihat perkembangan serta kiprah sektor industri kreatif dalam

perekonomian. Simatupang menyatakan (2007), pada tahun 2000, di United

Kingdom, sumbangan Industri Kreatif terhadap PDB-nya adalah 7,9 % dan

pertumbuhannya 9%. Di New Zealand, sumbangan industri kreatif terhadap

PDB-nya adalah 3,1 %, Australia sumbangan Industri Kreatif terhadap

PDBnya adalah 3,3%. Indonesiapun mulai melihat bahwa sektor industri

kreatif ini merupakan sektor industri yang potensial untuk dikembangkan.

Pada tahun 2002 – 2006, rata-rata kontribusi Industri Kreatif di Indonesia

adalah Rp 104,638 trilyun atau 6,3 % terhadap PDB Indonesia, mampu

menyerap tenaga kerja 5,4 juta pekerja di Indonesia dengan tingkat partisipasi

tenaga kerja mencapai 5,8 % serta produktivitas tenaga kerja mencapai 19,5

juta rupiah per perkerja tiap tahunnya. Produktivitas ini lebih tinggi dari

produktivitas nasional yang mencapai kurang dari Rp 18 juta rupiah per

pekerja tahunnya. Sedangkan pertumbuhan dari industri kreatif mencapai 7,3

% per tahun, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang

sebesar 5,6 % per tahun. Di sisi yang lain, Tubagus Fiki Chikara Satari (2008)

dan Togar Simatupang (2007), menyatakan bahwa banyak Industri Kreatif

tumbuh dan tahan terhadap krisis ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah pusat

mencanangkan Tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Pencanangan ini

bertujuan untuk mengembangkan ekonomi gelombang ke empat (kreatif) yang

mempunyai prospek yang cerah terutama di tengah krisis global. Di Indonesia

penggunaan industri kreatif juga dianggap dapat mempercepat pembangunan,

membangun kemandirian ekonomi, pemerataan pembangunan dengan cara

memberikan kesempatan kepada daerah untuk menggali, mengatur dan

mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2025

yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya

1

Page 5: Paper Industri Kreatif

evoluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan dokumen rencana ini dapat diketahui

bahwa adanya pergeseran dari era pertanian ke era industrialisasi lalu ke era

informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan di bidang teknologi

informasi dan komunikasi serta globalisasi ekonomi. Perkembangan

industrialisasi menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang

lebih murah dan efisien. Adanya target lebih murah dan lebih efisien dalam

proses produksi dan distribusi berakibat pada pergeseran konsentrasi industri

dari negara barat ke negara berkembang seperti Asia karena tidak bisa lagi

menyaingi biaya yang lebih murah di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan

Jepang. Fenomena ini mengarahkan industri-industri di negara maju untuk

mengoptimalkan sumber daya manusia dan kreativitas. Untuk itu sejak tahun

1990-an perekonomian dunia mulai bergeser menuju perekonomian yang

didukung oleh kreativitas dengan istilah ekonomi kreatif melalui industri

kreatif.

Di Indonesia, industri fesyen dan kerajinan mempunyai nilai ekspor

tertinggi. Secara rata-rata selama tahun 2002 – 2008 nilai ekspor kedua

industri tersebut masing-masing adalah sebesar Rp 50.350.907 juta rupiah dan

Rp 25.282.945 juta rupiah. Ini berarti peran kedua industri ini cukup besar

dalam transaksi ekspor Indonesia untuk industri kreatif. Indonesia merupakan

salah satu negara yang mempunyai potensi dalam pengembangan industri

kreatif baik di kawasan ASEAN maupun pasar dunia. Ini tidak terlepas dari

potensi bahan baku di Indonesia yang melimpah. Namun demikian,

kemampuan SDM Indonesia dalam alih teknologi dan kreativitas masih relatif

rendah. Ini berdampak pada perkembangan industri kreatif yang cenderung

lamban.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan ekonomi dan industri kreatif di Indonesia?

2. Apa kendala-kendala atau permasalahan dan tantangan dalam menerapkan

industri kreatif di Indonesia?

2

Page 6: Paper Industri Kreatif

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan paper ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi dan industri kreatif di

Indonesia.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dan tantangan menerapkan industri

kreatif di Indonesia.

3

Page 7: Paper Industri Kreatif

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi dan Industri Kreatif

Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi

yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi.

Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain Industri Budaya (terutama di

Eropa) atau juga Ekonomi Kreatif. Kementerian Perdagangan

Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal dari

pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan

mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Menurut Howkins, Ekonomi Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur,

seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan,

Penelitian dan Pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan

permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video. Muncul pula definisi

yang berbeda-beda mengenai sektor ini. Namun sejauh ini penjelasan

Howkins masih belum diakui secara internasional.

Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung

kesejahteraan dalam perekonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa

"kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama" dan bahwa

“industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi pengetahuan

melalui kreativitas dan inovasi

Berbagai pihak memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai

kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam industri kreatif. Bahkan

penamaannya sendiri pun menjadi isu yang diperdebatkan dengan adanya

perbedaan yang signifikan sekaligus tumpang tindih antara istilah industri

kreatif, industri budaya, dan ekonomi kreatif.

2.2 Jenis Ekonomi dan Industri Kreatif di Indonesia

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Rencana

Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014. Di

4

Page 8: Paper Industri Kreatif

dalam rencana strategis itu telah tersusun dengan detail pengembangan

ekonomi kreatif di Indonesia.

Ruang lingkup ekonomi kreatif di Indonesia berdasarkan Inpres Nomor

6 Tahun 2009 berbeda dengan di negara seperti Inggris, hal mana bidang

penelitian dan pengembangan dimasukkan sebagai bagian dari ekonomi

kreatif. Di Inggris, bidang penelitian dan pengembangan tidak dimasukkan

sebagai ruang lingkup Industri Kreatif, tetapi bidang konsultasi sudah

dimasukkan sebagai bagian dari industri kreatif. Lebih rinci bidang-bidang apa

saja yang termasuk dalam ruang lingkup ekonomi kreatif di Indonesia adalah

sebagai berikut:

1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi

satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses

kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset

pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material

iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak

(surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan

berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran,

brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials

atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI

(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,

perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan

konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning,

urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail

konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI

(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan

barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang

tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya:

alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.

4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan

distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang

5

Page 9: Paper Industri Kreatif

berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya,

antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga,

serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak,

tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat,

dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam

jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain

interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan

dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain

alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan

aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk

fesyen.

7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan

film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,

sinetron, dan eksibisi film.

8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,

produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat

hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan

didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu

pembelajaran atau edukasi.

9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi,

pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

10.Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha

pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet,

tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik

teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana

pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

11.Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan

konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten

digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga

6

Page 10: Paper Industri Kreatif

mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,

surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket

pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan

foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi,

percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro

film.

12.Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait

dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan

komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan

piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur

piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain

portal termasuk perawatannya.

13.Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,

produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show,

infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi

dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran

radio dan televisi.

14.Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha

inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan

ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk

baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi

baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan

dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra,

dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

15.Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk

dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah

studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang

dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional.

Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap

mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk

disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri,

sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan

7

Page 11: Paper Industri Kreatif

pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa

Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada

dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia.

Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat

keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai

ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola

pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati

masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir

dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu,

batagor, bajigur dan ketoprak.

2.3 Permasalahan dan Tantangan

Salah satu permasalahan terkait kebijakan ekonomi kreatif di Indonesia

adalah bahwa sektor ini diletakkan pada lingkup kegiatan ekonomi, bukan

pada lingkup kegiatan industri. Akibatnya menjadi bermakna lain.

Sebagaimana diketahui, industri berbeda dengan ekonomi. Ekonomi

bermakna luas, sedangkan industri lebih spesifik. Industri memiliki karakter

antara lain, kegiatan produksi yang memiliki nilai tambah, hasil produksi

dapat dilakukan secara massal dengan cepat dan akurat, proses produksi

melibatkan mesin dan ilmu pengetahuan, memiliki sasaran pelanggan yang

terukur, dan dapat dilakukan inovasi produksi secara terus menerus. Pada

intinya, industri terkait dengan efesiensi, fungsi organisasi produksi mapun

pemasaran, ketepatan waktu produksi maupun delivery, kecepatan, kapasitas

produksi, dan efektivitas. Hal ini berbeda dengan kegiatan ekonomi yang

bersifat non industri bersifat tradisional yang berdasarkan keterampilan

tangan. Faktor individu sangat menentukan.

Kembali kepada persoalan, mana lebih tepat ekonomi kreatif atau

industri kreatif, hal itu tergantung pada orientasinya. Jika orientasi

kebijakannya hanya untuk membina potensi atau merawat potensi kreatif

penduduk Indonesia sehingga bernilai ekonomi, maka ekonomi kreatif

sebagai nomenklatur dalam suatu struktur pemerintahan, menjadi relevan.

Akan tetapi, bila orientasinya tidak sekedar menumbuhkan potensi ekonomi

8

Page 12: Paper Industri Kreatif

dari kegiatan kreatif penduduk, namun lebih jauh untuk menggenjot kegiatan

kreatif penduduk menjadi suatu industri tersendiri yang kuat dan besar yang

mampu menyumbangkan PDB yang signifikan, maka tentu saja yang tepat

adalah dengan menggunakan nomenklatur industri kreatif. Berbicara tentang

industri, maka unsur-unsur dan karakteristik industri dalam kegiatan

produksi, haruslah dijaga dan dikembangkan sehingga lebih adaptif, inovatif

serta efesien dan efektif. Apa yang dilakukan oleh Korea Selatan terhadap

industri kreatif mereka yeng melahirkan produk kreatif seperti Boyband-

boyband mereka yang mendunia ataupun Gangnam Style, merupakan

inspirasi yang bagus untuk dipelajari dan diselaraskan dengan konteks

industri kreatif dalam negeri. Yang lebih menarik lagi, Korea dengan pintar

memanfaatkan kolaborasi antar unsur industri mereka yang telah mendunia,

seperti LG, untuk memasarkan ke luar negeri produk-produk industri kreatif

negara itu. Belum beberapa tahun berselang, LG pernah mensponsori

kedatangan dan penampilan boyband dari negeri ginseng itu ke Jakarta. Tentu

saja yang terangkat tidak saja boyband asal Korea tersebut tapi juga LG

sebagai produsen produk-produk elektronik.

Sejauh ini, Indonesia masih menggunakan nomenklatur ekonomi

kreatif. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memetakan beberapa

kendala terkait pengembangan ekonomi kreatif seperti yang tercantum dalam

Renstranya. Kendala-kendala yang dihadapi tersebut antara lain,

1. Pengembangan industri kreatif belum optimal, terutama disebabkan

kurangnya daya tarik industri, adanya posisi dominan usaha kreatif, model

bisnis industri kreatif yang belum matang, serta risiko usaha yang harus

dihadapi;

2. Pengembangan konten, kreasi, dan teknologi kreatif belum optimal,

terutama disebabkan infrastruktur internet belum memadai, infrastruktur

gedung pertunjukan belum memenuhi standar, mahalnya mesin produksi,

mahalnya piranti lunak penghasil produk dan jasa kreatif, kurangnya riset

konten, dan kurangnya aktivitas pengarsipan konten;

3. Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasa kreatif di

dalam dan luar negeri, terutama disebabkan oleh kurangnya apresiasi

9

Page 13: Paper Industri Kreatif

terhadap kreativitas lokal, kurangnya konektivitas jalur distribusi

nasional, terkonsentrasinya pasar luar negeri, tingginya biaya promosi,

belum diterapkannya sistem pembayaran online, dan rendahnya

monitoring terhadap royalti, lisensi, hak cipta;

4. Lemahnya institusi industri kreatif, terutama disebabkan oleh belum

adanya payung hukum yang mengatur tata kelola masing-masing

subsektor industri kreatif; iklim usaha belum cukup kondusif, apresiasi

yang rendah dan pembajakan yang tinggi, dan transaksi elektronik belum

diregulasi dengan baik;

5. Minimnya akses pembiayaan pelaku sektor ekonomi kreatif, terutama

disebabkan belum sesuainya skema epmbiayaan dengan karakteristik

industri kreatif yang umumnya belum bankable, high risk high return,

cash flow yang fluktuatif, serta aset yang bersifat intangible; dan

6. Pengembangan sumber daya ekonomi kreatif belum optimal, baik sumber

daya alam maupun sumber daya manusia, antara lain masalah kelangkaan

bahan baku, kurangnya riset bahan baku, kesenjangan antara pendidikan

dan industri, serta standardisasi dan sertifikasi yang belum baik.

2.4 Prospek Ekonomi Kreatif Indonesia

Ministry for the Arts Australia merumuskan, “creative industries have

their origin in individual creativity, skill and talent. They have the potential to

create wealth and jobs through the generation and use of intellectual

property.” Penulis setuju dengan definisi yang tepat itu definisi mana

merumuskan bahwa industri kreatif didasari oleh daya cipta, keterampilan

dan bakat individu. Di sinilah relevansinya pentingnya penegakan undang-

undang hak kekayaan intelektual guna melindungi individu kreatif dan

menjamin berkembangnya insdutri kreatif. Sayangnya di dalam negeri,

penghargaan terhadap karya cipta, merek dan sejenisnya, belum terbina

dengan baik. Pembajakan karya dan plagiat masih menjadi fenomena yang

sering ditemukan. Pemerintah seharusnya berada di garda depan untuk

memberikan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya hak kekayaan

intelektual. Sanksi yang tegas dan berdaya sock teraphy, perlu diterapkan

10

Page 14: Paper Industri Kreatif

bagi pembajak, pelanggar dan pencuri hak cipta supaya industri kreatif

berkembang cepat dan luas di Indonesia.

Indonesia dengan kekayaan dan keanekaragaman kebudayaannya di

berbagai daerah serta pasar yang besar 250 juta jiwa penduduk, tentu

memiliki prospek yang tinggi dan luas di dalam kerangka ekonomi kreatif.

Produk-produk budaya, seperti digitalisasi lagu daerah, animasi cerita rakyat

di berbagai daerah dengan mutu yang baik, atau penciptaan kreasi-kreasi

busana dengan unsur-unsur budaya Indonesia yang baru, dan masih banyak

lagi, merupakan cara untuk mengembangkan ekonomi kreatif atau industri

kreatif Indonesia. Indonesia tidak kekurangan SDM-SDM yang berbakat dan

kreatif. Hanya saja, pembinaan dan fasilitasinya saja yang kurang memadai.

11

Page 15: Paper Industri Kreatif

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang

terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri

kreatif juga dikenal dengan nama lain Industri Budaya (terutama di Eropa) atau

juga Ekonomi Kreatif. Industri kreatif di berbagai negara saat ini diyakini dapat

memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya. Salah satu permasalahan

terkait kebijakan ekonomi kreatif di Indonesia adalah bahwa sektor ini diletakkan

pada lingkup kegiatan ekonomi, bukan pada lingkup kegiatan industri.

Industri kreatif ini tidak bisa berkembang secara mandiri dan terpisah dari

sektor-sektor yang lain. Industri kreatif saling mendukung dan berkolaborasi

dengan sektor-sektor yang lain, mulai dari sektor pendidikan, teknologi,

perdagangan, pariwisata, hankam, politik, sosial dan budaya. Produk kreatif

diciptakan dan disalurkan dalam berbagai platform.

Saat ini, tren sudah mulai tumbuh di kalangan anak muda, menguatnya

kegiatan ekonomi kreatif. Hanya saja belum menjadi suatu industri yang besar dan

signifikan. Produk design, dari buku hingga baju, terus menjalar ke mana-mana.

Kebanyakan dipasarkan dengan cara sederhana, misalnya melalui internet, media

sosial, hingga dari mulut ke mulut.

3.1 Saran

Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki kompleks industri kreatif, baik

dari kegiatan produksi maupun pemasaran. Penting kiranya, pemerintah

membangun suatu kompleks dan fasilitas industri kreatif, dimana masing-masing

aktor dan unsur industri kreatif mudah saling berkolaborasi dan mudah pula

mempertemukan produsen-konsumen industri kreatif. Untuk kompleks semacam

itu, perlu didesign sedemikian rupa, sehingga merefleksikan karakteristik dan

kebutuhan khusus dari industri kreatif. Orang-orang kreatif akan hidup dan

berkembang di dalam habitat yang juga kreatif.

12

Page 16: Paper Industri Kreatif

Akhir kata, semua keinginan dan impian itu, tidak akan tercapai dengan

baik, jika tidak didukung secara politik oleh pihak yang berkuasa atau dalam kata

lain jika tidak adapolitical will dari setiap pemangku kebijakan.

13

Page 17: Paper Industri Kreatif

Daftar Pustaka

Efendi, Syahrul. (2014). “Ekonomi Kreatif: Permasalahan, Tantangan dan

Prospeknya”. (Online), diakses 28 Maret 2015, < http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2014/10/24/ekonomi-kreatif-permasalahan-tantangan-dan-prospeknya-697796.html>

Departemen Perdagangan RI, 2008, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia

2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 – 2015.

Fariani, Endrati. (2009). “Potensi Ekonomi”. (Online), diakses 28 Maret 2015,

<http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125424-T%2026300-Potensi%20ekonomi-

Pendahuluan.pdf>

14