Paper Biji Alpukat Sebagai Biodiesel Zumala Nilasari 4401412125
-
Upload
anasiputrisulung -
Category
Documents
-
view
53 -
download
10
description
Transcript of Paper Biji Alpukat Sebagai Biodiesel Zumala Nilasari 4401412125
1Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
PEMANFAATAN BIJI ALPUKAT (Persea americana) SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN
Zumala NilasariJurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarangemail: [email protected]
ABSTRAK
Minyak Bumi merupakan sumber energi yang tak dapat diperbaharui, dengan meningkatnya kebutuhan dalam penggunaan bahan bakar ini menyebabkan persediaan minyak bumi semakin berkurang. Hal ini jika dibiarkan terus menerus bisa jadi persediaan akan habis. Untuk mengatasi hal tersebut, maka banyak usaha untuk mendapatkan energi alternatif, antara lain dengan menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel. Salah satunya adalah minyak yang dihasilkan oleh biji buah alpukat (Persea americana). Minyak yang dihasilkan alpukat cukup tinggi dibandingkan dengan ninyak nabati lain. Saat ini biji alpukat belum dimanfaatkan secara optimal, bakan hanya dibuang begitu saja. Padahal biji alpukat memiliki kandungan lemak nabati yang tersusun dari senyawa yang jika diproses lebih lanjut bisa menjadi bahan bakar alternatif berupa biodiesel. Senyawa tersebut sangat unik, karena memiliki komposisi yang sama dengan biodiesel solar. Selain itu, kadar belerang dalam alpukat lebih sedikit dibandingkan dengan kadar belerang dalam solar. Hal ini membuat pembakaran berlangsung sempurna sehingga gas buangnya lebih ramah lingkungan. Biji alpukat merupakan bahan biomassa yang mengandung trigliserida serta kandungan asam lemak bebas (FFA) pada minyak biji alpukat rendah yakni 0,367% sehingga dapat dijadikan biodiesel dengan proses transesterifikasi.
Kata Kunci: Biji alpukat (Persea americana), biodiesel, transesterifikasi, minyak nabati, trigleserida
PENDAHULUAN
Semakin bertambahnya jumlah populasi di dunia dan meningkatnya jenis
kebutuhan manusia seiring dengan berkembangnya zaman, mengakibatkan
kebutuhan akan energi semakin meningkat sehingga persediaan energi khususnya
Taksonomi Tumbuhan 2014
2Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
energi yang tidak dapat diperbarui (Unrenewable Energy) semakin berkurang
kuantitasnya, bahkan lama-kelamaan akan habis.
Saat ini, hampir 80% kebutuhan energi dunia dipenuhi oleh bahan bakar
fosil. Padahal, seperti kita ketahui, penggunaan bahan bakar fosil menimbulkan
dampak yang negatif bagi lingkungan karena turut berkontribusi terhadap
timbulnya global warming. Oleh karena itu, sudah saatnya kita melepaskan diri
dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mulai beralih ke bahan bakar
alternatif. Salah satu bahan bakar alternatif tersebut yaitu biodiesel.
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang dapat digunakan
untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama
dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar terbaharukan yang dapat
menggantikandiesel petrol. Biodiesel memiliki sifat pembakaran yang sama
dengan diesel (solar) dari minyak bumi. Pada umumnya, biodiesel sering
digunakan sebagai penambahuntuk diesel petroleum, dan meningkatkan bahan
bakar diesel petrol murni ultrarendah belerang yang rendah pelumas
(http://id.wikipedia.org/wiki/Biodiesel).
Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai berbagai macam
komoditas pertanian yang berpotensi untuk diekspor maupun untuk konsumsi
dalam negeri. Hasil pertanian tersebut meliputi komoditas biji-bijian, palawija,
dan komoditas hortikultura.
Salah satu sumber bahan baku biodiesel adalah buah alpukat. Buah alpukat
termasuk dalam kelas Lauraceae yang didalamnya terdapat 15 macam
spesies,umumnya tumbuh didaerah Amerika tropis. Yang membedakan buah ini
dengan buah lainnya adalah kandungan lipidnya yang tinggi, dikonsumsi sebagai
makanan serta sebagai bahan kosmetik dan farmasi.( Grasas y Aceites,2001).
Kandungan minyak tergantung pada sifat ekologis dan ras, contoh ras Guatemala
mem-punyai kandungan minyak dari 10-13%,dan ras Mexico mempunyai
kandungan minyak 15-25%-(Biale and Young 1971)sedangkan buah dari Car-
rebian mempunyai kandungan lemak yang rendah 2,5-5%.(Hatton et al.1964).
Bahan yang digunakan terletak pada Bijinya. Kandungan minyak biji
alpukat lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman-tanaman seperti kedelai,
jarak, biji bunga matahari dan kacang tanah. Namun,kandungan minyak alpukat
Taksonomi Tumbuhan 2014
3Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
masih lebih rendah bila dibandingkan dengan minyak kelapa sawit. Pemanfaatan
biji alpukat sampai sekarang hanya digunakan sebagai obat penghilang stress saja
dan belum dimanfaatkan untuk yang lainnya padahal biji alpukat memiliki
kandungan fatty acid methyl ester sebagai bahan pembuat biodiesel.
(Hidayat,2007)
The National Biodiesel Foundation (NBF) telah meneliti buah alpukat
sebagai bahan bakar sejak 1994. Joe Jobe selaku direktur eksekutif NBF
mengungkapkan bahwa biji alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun dari
senyawa alkil ester. Bahan ester itu memiliki komposisi yang sama dengan bahan
bakar diesel, bahkan nilai cetanenya lebih baik diibandingkan solar sehingga gas
buangnya lebih ramah lingkungan. (Hidayat,2007)
GAMBARAN KHUSUS
Kondisi Kekinian
Semakin bertambahnya jumlah populasi di dunia dan meningkatnya jenis
kebutuhan manusia seiring dengan berkembangnya zaman, mengakibatkan
kebutuhan akan energi semakin meningkat sehingga persediaan energi khususnya
energi yang tidak dapat diperbarui (Unrenewable Energy) semakin berkurang
kuantitasnya, bahkan lama-kelamaan akan habis. Dapat dilihat dari jumlah
konsumsi BBM Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1999 sebanyak 51,8 juta
kiloliter (KL), tahun 2000 menjadi 55,9 juta KL, pada tahun 2001 naik menjadi
hampir 57,7 KL, tahun 2002 hampir 58,9 juta KL, tahun 2003 naik menjadi 59,8
juta KL dan tahun 2004 mencapai 64,7 juta KL (Mulyani, 2007).
Saat ini, penggunaan dan produksi biodiesel semakin meningkat, terutama
di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. Namun, dalam pasar internasional masih
sebagian kecil dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan beberapa SPBU turut
meningkatkan penyediaan biodiesel kepada konsumen dan pertumbuhan
kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar. Pada bulan Januari
2009, PT. Pertamina secara resmi telah meluncurkan biodiesel ke beberapa daerah
Taksonomi Tumbuhan 2014
4Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
di Jawa. Namun, pada bulan Juli 2009, di beberapa daerah, PT. Pertamina kembali
menjual diesel. PT. Pertamina mengurangi penjualan.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di
dunia namun sejak tahun 2003 sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar
minyak (BBM) untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak di sektor
transportasi dan energi. Produksi minyak solar dan diesel tahun 2003 sekitar 17
juta KL, sedangkan total konsumsi mencapai 26,4 juta KL (165 juta barrel),
sehingga harus diimpor sebesar 9,4 juta KL (35,7% dari total konsumsi)
(Joelianingsih,2006). Kenaikan harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini
memberi dampak yang besar pada perekonomian nasional, terutama dengan
adanya kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM secara langsung berakibat pada naiknya biaya
transportasi, biaya produksi industri dan pembangkit tenaga listrik. Sedangkan
kebutuhan BBM di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, pada tahun 2010
mendatang jumlah konsumsi BBM Indonesia diprediksi mencapai 2 juta barel per
hari, jauh lebih tinggi dari kapasitas produksi nasional tahun 2004 yang tercatat 1
juta barel per hari. Dalam jangka panjang impor BBM akan makin mendominasi
penyediaan energi nasional apabila tidak ada kebijakan pemerintah untuk
melaksanakan penganekaragaman energi dengan memanfaatkan energi
terbarukan. Dalam proses pencarian energi alternatif, dituntut dipenuhinya
persyaratan untuk tidak merusak lingkungan, berasal dari sumber energi
terbarukan (renewable), efisien digunakan, dan harganya terjangkau (Santosa,
2004).
Menurut Priyohadi Kuncahyo dkk (2013), potensi Biodiesel di dunia cukup
bagus. Tetapi produksi minyak setiap jenis bahan baku berbeda-beda menurut
jenisnya. Berikut ini tabel 1 produksi minyak nabati per hektar.
Tabel 1. Potensi bahan baku biodiesel
Tanaman Kg/Ha TanamanKg /Ha
Jagung 145 Jarak 790Mete 148 Bunga Matahari 800Gandum 183 Coklat 863Sawit 189 Kacang 690Lupine 195 Bunga candu 978
Taksonomi Tumbuhan 2014
5Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
Biji karet 217 Biji raps 1000Kenaf 230 Zaitun 1019Calendula 256 Plassava 1112Kapas 273 Gopher plant 1119Rami 305 Biji jarak 1188Kacang hijau 375 Bacuri 1197Kopi 386 Pecan 1505Biji rami 402 Mentimun 1528Hazelnut 405 Babassu palm 1541Euphorbia 440 Jarak Pagar 1590Biji labu 449 Macadamia nut 1887Ketumbar 450 Kacang brasil 2010Mustard 481 Alpukat 2217Camelina 490 Kelapa 2260Wijen 585 Oiticia 2520Crambe 589 Buriti palm 2743Safflower 655 Pequi 3142Labu 665 Macauba palm 3775Padi 696 Sawit 5000
Sumber: Priyohadi Kuncahyo et all, 2013
Alpukat merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.
Umumnya alpukat memiliki daging buah tebal berwarna hijau kekuningan dengan
biji di tengahnya berwarna kecoklatan.
Gambar 1. Buah dan pohon alpukat
Tanaman alpukat dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Laurales
Taksonomi Tumbuhan 2014
6Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies :P.americana Mill atau P. gratissima Gaerth
Dalam dunia pengobatan, alpukat telah banyak digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Daging buahnya bisa
mengurangi rasa sakit dan mengobati sariawan. Daun buah alpukat biasanya
digunakan untuk mengobati nyeri saraf, nyeri lambung, menurunkan darah tinggi
dan mengobati batu ginjal. Selain buah dan daunnya, biji buah alpukat juga bisa
digunakan untuk mengurangi kadar gula dalam darah (Hariana, 2004). Oleh sebab
itu, biji buah alpukat diduga memiliki senyawa-senyawa metabolit sekunder.
Untuk menganalisis senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut perlu
dilakukan skrining fitokimia. Zuhrotun (2007) telah melakukan analisis senyawa
metabolit sekunder biji buah alpukat bulat dengan membandingkan sampel biji
buah alpukat bulat dengan ekstrak etanol biji buah alpukat bulat.
Biji alpukat mengandung minyak nabati. Menurut Rachimoellah (2009), biji
alpukat dapat dijadikan sebagai sumber 9 minyak nabati yang nantinya diolah
untuk menghasilkan biodiesel dengan proses transesterifikasi karena mengandung
trigliserida serta kandungan asam lemak bebas (FFA) yang rendah yakni 0,367% -
0,82%.
Taksonomi Tumbuhan 2014
7Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
Tabel 2. Karakter fisik dan sifat kimia minyak biji alpukat
Minyak nabati yang memiliki kandungan FFA rendah dapat menghasilkan
rendemen minyak yang besar. Pada percobaan dengan perlakuan kandungan FFA
menunjukkan semakin besar kandungan asam lemak bebas maka semakin kecil
konversi biodiesel yang dihasilkan. Adanya kandungan FFA yang tinggi akan
menyebabkan pembentukan sabun yang selanjutnya akan tercampur dengan bahan
baku, sehingga menghambat proses transesterifikasi dan memperkecil produksi
biodiesel (Susilo, 2006)
Akan tetapi pada umumnya jika mengkonsumsi buah alpukat hanya sekedar
mengkonsumsi buahnya saja. Di Indonesia bagi penjaja es campur, biji alpukat
menjadi jatah keranjang sampah. Padahal, bagian biji alpukat tersebut kalau
mendapatkan penanganan lebih lanjut dapat menjadi produk yang sangat
bermanfaat. Jika benar-benar di telaah dan direalisasikan, beberapa tahun kedepan
biji Persea americana pasti bakal jadi rebutan. Karena kstrak biji alpukat
mengandung fatty acid methyl esters yang berpotensi sebagai bahan bakar
alternatif; avocado biodiesel.
Metode dan Hasil Penelitian Kandungan Biji Alpukat
Proses Transesterifikasi
Produksi biodiesel dari biji alpukat dapat dibuat melalui proses yang disebut
transesterifikasi. Transesterifikasi yaitu proses kimiawi yang memerlukan grup
alkoholis pada senyawa ester dengan alkohol. Untuk mempercepat reaksi ini
diperlukan bantuan katalisator berupa asam atau basa. Asam mengkatalis reaksi
dengan memberikan proton yang dimilikinya kedalam grup alkoholis sehingga
lebih reaktif Proses transesterifikasi secara kimia hanya mengambil molekul
trigliserida atau asam lemak kompleks, menetralisasi asam lemak besar,
mengeluarkan gliserin atau ester membuat ester alkohol.
Pada prakteknya bisa dilakukan dengan mencampur alcohol dengan sodium
hidroksida untuk membuat sodium metoksida. Campuran ini kemudian
direaksikan dengan minyak tumbuh – tumbuhan. Terdapat 3 jenis reaksi
tranesterifikasi, yaitu :
Taksonomi Tumbuhan 2014
8Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
CH2- OOC - C18H34O2
CH - OOC - C18H34O2 + 3 H3OH
CH2 - OOC - C18H34O2(Triolein)(Methanol)
CH2 – OH
3CH3COOC18H34O2 + CH – OH
CH2 – OH(Methyl Oleat)(Gliserol)Biodesel
Dijemur di bawah sinar Matahari 2-3 hari
Ekstraksi n hexane 60oC, 2jam
Distilasi
Bungkil/ampas Deguming 90oC, 30 menit
Minyak biji alpukat kasar
Pengecilan partikel + 1 cm
Buji Alpukat
pertukaran gugus alcohol (alkoholis)
R1COOR2+R3OH R1COOR3+R2OH
pertukaran gugus asam (acidolysis)
R1COOR2+R3COOH R3COOR2+R1COOH
ester – ester interchange
R1COOR2+R3COOR4 R1COOR4+R3COOR2
Ketiga reaksi tersebut adalah reaksi kesetimbangan yang dipercepat adanya
katalis asam (H2SO4 dan HCl) atau katalis basa biasanya ion alkosida. Katalis ini
digunakan dalam bentuk system anhydroses karena air dapat menghidrolisa ester.
Pada prakteknya biasanya dilakukan dengan melarutkan sejumlah natrium
didalam alcohol untuk selanjutnya ditambahkan ke ester( Groggin-,1958)
Reaksi pembuatan biodiesel minyak biji alpukat dapat dinyatakan :
Bahan yang di pakai dalam penelitian ini adalah biji alpukat, metanol 96%, natrium hidroksida, asam fosfat 85%, N-Hexan. Mekanisme penelitan digambarkan berikut:
Taksonomi Tumbuhan 2014
9Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
Minyak Biji alpukat
Pencampuran dan pemanasan + 60oC
Pengadukan 600 rpm sampai variabel waktu yang telah ditentukan
Pencucian biodiesel dengan air panas 2 atau 3 kali
Biodiesel Gliserol
Diamkan selama 24 jamsampai terbentuk 2 lapisan
Biodiesel
Perbandingan molar methanol dan minyak + NaOH
Air
Proses Transesferifikasi
Diagram 1. Skema pengekstrakan biji Alpukat
Taksonomi Tumbuhan 2014
10Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
Diagram 2. Proses Transferifikasi Minyak Biji Alpukat
Hasil dari penelitian ini berupa methyl ester (biodiesel) yang diharapkan dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti minyak solar. Kemudian dilakukan analisa
terhadap karakteristif biodiesel. Analisa yang dilakukan meliputi : Pour Point dan
Flash Point.
Flash Point (Titik Nyala)
Flash point adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan
minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Nilai flash points ini didapat dengan
menggunakan alat ASTM D-925.
Menurut penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai titik nyala (flash
point) tertinggi terdapat pada ratio molar terhadap minyak 1 : 4 pada waktu 5
menit, yaitu 240oC sedangkan nilai flash point terendah terdapat pada ratio
molaritas terhadap minyak 1 : 12 pada waktu 65 menit, yaitu sebesar 130oC.
Padahal secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang
digunakan maka konversi yang diperoleh akan semakin bertambah. Nilai ratio
yang terbaik diperoleh pada ratio molar terhadap minyak 1 : 6 karena dapat
memberikan konversi yang maksimum antara 98 % - 99% sedangkan pada ratio
molar terhadap minyak 1 : 4 memberikan konversi antara 74 % - 76 %. Ini
menunjukkan bahwa pada ratio yang memberikan konversi terbesar ternyata tidak
mempunyai nilai flash point yang terbaik. Hasil pengujian flash point pada semua
Taksonomi Tumbuhan 2014
11Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
sampel sudah memenuhi standart biodiesel di Indonesia yaitu diatas suhu 100oC.
Hal tersebut tentunya baik karena menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai flash
pointnya maka bahan bakar tersebut lebih aman karena tidak mudah terbakar.
Pour Point (Titik Beku)
Pour point adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar mi-nyak sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gravitasi.
Nilai pour points ini didapat dengan menggunakan alat ASTM D-97.
Hasilnya menunjukkan bahwa hasil pengujian titik tuang (pour point)
terbaik diperoleh pada ratio molar terhadap minyak 1 : 12 pada waktu 65 menit,
yaitu sebesar -2oC sedangkan nilai pour point terendah diperoleh pada ratio molar
1 : 4 pada waktu 5 menit, yaitu 9oC karena semakin rendah nilai pour pointnya
maka akan semakin baik karena mengurangi kecenderungan biodiesel untuk
membeku pada temperature rendah. Padahal secara umum ditunjukkan bahwa
konversi maksimal didapat pada ratio molar terhadap minyak 1 : 6 yaitu antara 98
% - 99%. Ini menunjukkan bahwa pada rasio yang memberikan konversi
maksimal ternyata tidak mempunyai nilai pour point yang terbaik. Tetapi hasil
pengujian pour point semua sampel telah memenuhi standart biodiesel di
Indonesia karena berada dibawah suhu pour point maksimal biodiesel, yaitu
maksimal 18oC.
Upaya Promosi
Di Amerika Serikat sejak akhir 2004. Serombongan ekolog yang dipimpin
Zak Zaidman melakukan melakukan perjalanan dari California ke Costarica
berkendaraan bus berbahan bakar biodiesel alpukat. bus keluaran sebuah pabrik di
Amerika serikat tahun 1974 itu diisi dengan 130 ltr minyak alpukat. Bus melintasi
Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua, dan terakhir Costarica dengan
bahan bakar tersisa 55 ltr. Itu karena kadar belarang dalam Persea Americana
kurang dari 15 ppm (kadar belerang solar umumnya 1.500-4.100 ppm) sehingga
Taksonomi Tumbuhan 2014
12Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
pembakaran berlangsung sempurna. Emisi CO dan CO2 bisa ditekan sehingga
polusi udara pun bisa dikurangi (http://www.menlh.go.id/).
Beragam penelitian mendukung penggunaan minyak alpukat sebagai
biodiesel. The National Biodiesel Foundation (NBF); telah meneliti buah persea
sebagai bahan bakar sejak 1994. Alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun
dari senyawa alkyl ester, papar Joe Jobe, executive director NBF. Bahan ester itu
memiliki komposisi sama dengan bahan bakar diesel solar, bahkan lebih baik nilai
cetane nya dibandingkan solar. Pantas bila gas buangannya pun lebih ramah
lingkungan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempromosikan biji alpukat sebagai
biodiesel adalah dengan mengembangkan dan menyempurnakan produk dari biji
alpukat sebagai biodiesel, memberikan informasi kepada masyarakat umum
melalui iklan, soaialisasi maupun pelatihan khusus yang memberikan pengetahuan
mengenai produk alternatif ini. Pemerintah seharusnya memberikan aksi nyata
seperti menindak lanjuti penemuan ini, seperti memberikan lapangan penelitian
bagi para peneliti untuk mengembangkan produk biji alpukat sebaagai bahan
bakar alternatif. Kemudian mengusahakan untuk diproduksi secara besar-besaran
untuk dapat dinikmati masayarakat pada umumnya. Dengan upaya
penyelenggaraan produksi secara besar dan sosialisasi yang besar pula,
masayarakat tentunya akan menerima produk baru bahan bakar alternatif dari biji
buah alpukat yang lebih ramah lingkungan, mudah didapat, murah dan tentunya
lebih efisien. Dengan demikian, nantinya bisa dijadikan sebagai bahan baku
pembuat bahan bakar alternatif pengganti fosil yang kini semakin langka
keberadaannya di Indonesia.
Upaya Preventif
Upaya preventif yang dapat dilakukan adalah dengan memulai dari sendiri
dan masyarakat sekitar. Ketika kita melihat biji alpukat yang terbuang sia-sia, kita
bisa mengumpulkannya dan menjadikan bahan baku biodiesel yang dapat
memberikan manfaat yang sangat besar. Selain itu, pemerintah juga harus ikut
serta dalam upaya preventif ini. Misalnya dengan menyediakan jasa jual beli biji
alpukat untuk dikumpulkan secara besar dan diolah menjadi bahan biodiesel.
Taksonomi Tumbuhan 2014
13Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
Kemudian menyediakan lahan pertanian yang subur dan cukup luas untuk
para petani alpukat agar dapat memproduksi buah alpukat. Alpukat merupakan
salah satu jenis buah yang berpotensi di Indonesia. Buah alpukat memiliki pasar
dan nilai ekonomi yang sangat baik di dalam maupun luar negeri, terbukti
harganya yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga buah lainnya. Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan terhadap buah alpukat pun
semakin bertambah. Produksi buah alpukat Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun 2004 hingga 2009 (Tabel 1), dimana pada tahun 2004 hanya sebesar
221,774 ton dan pada tahun 2009 sebesar 257,642 ton (Badan Pusat Statistik
2010).
Tabel 2. Perkembangan produksi buah alpukat Indonesia tahun 1997-2010
Tahun Volume (ton)2004 221,7742005 227,5772006 239,4632007 201,6352008 244,2152009 257,642
Sumber: BPS tahun 2010
Dari data tersebut, potensi Indonesia sudah ada, hanya tinggal
mengoptimalkannya saja. Dengan memberikan perhatian yang lebih untuk para
petani alpukat dari segi moral dan materiil, diharapkan hasil produksinya lebih
berkuantitas dan berkualitas.
Upaya lain yang dapat diusahakan agar pembudidayaan biji alpukat tetap
berjalan dan tidak kekuarangan sumber adalah dengan cara pemerintah bekerja
sama dengan para peneliti bangsa. Pemerintah memberikan lahan penelitian,
memberikan konstribusi moral dan moril sertamemberikan perlindungan,
misalnya dengan membuat undang-undang mengenai pembuatan dan penggunaan
biodiesel alpukat. Sementara para peneliti bekerja sama dengan para pengusaha
untuk memproduksi bahan bakar alternatif ini untuk mewujudkan bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan.
Taksonomi Tumbuhan 2014
14Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Biodiesel
DAFTAR PUSTAKA
Anoname. 2011. http://www.greenmining.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=366:alpukat-buah-sejuta-manfaat&catid=89:riset. Diakses pada 5 April 2014
Anoname. 2000. Emergy Evaluation Of Avocado Crop As Raw Material For Biodiesel Production.Japan:Fábio Takahashi* and Enrique Ortega† State University of Campinas – UNICAMP
Hidayat Wahyu, 2007. http://majarimagazine.com/2007/12/alpukat-dari-dapur-ke-tangki-bahan-bakar/. Di unduh pada 5 April 2014
Kuncahyo, Priyohadi et all. 2013.Analisa Prediksi Potensi Bahan Baku Biodiesel Sebagai Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Di Indonesia. Surabaya:Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS)
Marlinda, Mira et all. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea Americana Mill.). Manado: Jurusan Kimia FMIPA Unsrat
Pramudono, Bambang et all. 2008.Ekstraksi Kontinyu Dengan Simulasi Batch Tiga Tahap Aliran Lawan Arah: Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut N-Hexane Dan Iso Propil Alkohol. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas diponegoro
Prastowo Bambang. 2007. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan Sebagai AlternatifPengganti Minyak Tanah Untuk Rumah Tangga. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesian Center for Estate Crops Research and Development
Rahma, Elita et all,Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
Isolat Pus Secara In Vitro. Malang: Laboratorium Mikrobiologi FKUB, Laboratorium Anatomi-Histologi FKUB Risnoyatiningsih, Sri.2010. Biodiesel From Avocado Seeds By Transesterification Process. Surabaya: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran”.
Widioko, Septian Ardi dan Wawan Rustyawan.Proses Ekstraksi Kontinyu Lawan Arah Dengan Simulasi Batch Tiga Tahap : Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut N-Hexane Dan Iso Propil Alkohol. Semarang: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Taksonomi Tumbuhan 2014