Paper Akp 2 Cobrot
Click here to load reader
-
Upload
hamed-nya-sya -
Category
Documents
-
view
119 -
download
3
Transcript of Paper Akp 2 Cobrot
Nama : Muhammad Barkah
NPM : 1013000432
Mata Kuliah : Analisis Kebijakan Publik
Dosen : Prof. Mustopadidjaja AR, SE, MPIA, PhD
Daftar isi
Judul
Bab I Pendahuluan …………………………………………… 1
Bab II Proses Formulasi Kebijakan
…………………………. 5
Bab III Kesimpulan …………………………………………….. 11
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITINGKAT KECAMATAN
TAMBORA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Tingginya angka kebakaran kebakaran hingga penghujung
tahun 2012 ini membuat kerugian yang cukup besar, bahkan
banyaknya korban yang meninggal akibat dari bencana kebakaran
membuat masyarakat menjadi was-was untuk tinggal di wilayah
tersebut.
Untuk itu para pembuat kebijakan harus memperhatikan hal-
hal apa saja yang dapat meminimalisir kebakaran yang sering
terjadi di Wilayah Kecamatan Tambora Jakarta Barat sesuai dengan
Perda Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran. Perkembangan wilayah ini sangat
cepat sehingga menimbulkan dampak dan berbagai permasalahan
yang sangat kompleks. Salah satu permasalahan ini perlu
mendapat perhatian adalah penanganan masalah kebakaran yang
cenderung semakin meningkat.
Keterbatasan Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kota
administrasi Jakarta Barat baik jumlah personil maupun sarana dan
prasarana yang belum memadai serta kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam menangani bahaya kebakaran merupakan
hambatan dalam pelaksanaan penanganan bencana oleh petugas
pemadam kebakaran.
Ancaman kebakaran merupakan suatu bahaya yang dapat
membawa bencana yang besar dengan akibat yang luas baik
terhadap keselamatan jiwa maupun harta benda, Oleh karena itu
perlu ada usaha-usaha pencegahan dan penanggulangannya,
Kondisi tersebut yang mendorong institusi pemerintah Daerah
khususnya Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan
Bencana Provinsi DKI Jakarta menerapkan suatu sistem manajemen
penanggulangan kebakaran dalam penganan masalah kebakaran
dan bencana. Hal tersebut merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi permasalahan yang ada, sebagaimana tertuang dalam
dalam Peraturan Daerah (Perda) Prov DKI Jakarta Nomor 8 tahun
2008 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
mengamanatkan bahwa penyediaan jasa penanggulangan
kebakaran diwilayah Prov DKI Jakarta merupakan tanggung jawab
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Implementasi didalam penanggulangan kebakaran adalah
segala upaya yang menyangkut sistem organisasi, personel, sarana
dan prasarana, serta tata laksana untuk mencegah dan
meminimalisir tingkat kebakaran diwilayah tambora.
Langkah Sederhana Dalam Melakukan Analisis Kebijakan
Publik
Pemilihan dan penetapan alternatif kebijakan, pada dasarnya
adalah merupakan langkah-langkah analisis kebijakan. Dalam
kaitan manajemen pencegahan dan penanggulangan kebakaran
untuk peningkatan kinerja pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran
dan PB Prov. DKI Jakarta, digunakan langkah-langkah (7 langkah)
yang ditempuh dalam analisa kebijakan (policy analysis) dari
Mustopadidjaja AR, 1992 dan 1999), yaitu :
1. Pengkajian Permasalahan
2. Penyusunan Model
3. Penentuan Tujuan
4. Pengembangn Alternatif
5. Penentuan Kriteria
6. Penilaian Alternatif
7. Rekomendasi Kebijakan
BAB II
PROSES FORMULASI KEBIJAKAN
1. Pengkajian Masalah.
Pertumbuhan kota Jakarta yang semakin pesat, yang ditandai
dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk terutama di
wilayah Tambora untuk itu dibutuhkan payung hukum yang
mengatur tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran yaitu Perda Nomor 8 Tahun 2008. Perda ini pun berlaku
bagi peran serta masyarakat wilayah DKI Jakarta untuk
meningkatkan peran serta masyarakat untuk ikut berpartisipasi
bersama-sama petugas Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penanggulangan Bencana Kebakaran Kota Administrasi Jakarta
Barat yang terjadi di wilayah itu sendiri disebabkan oleh:
a. Keterbatasan jumlah personil
b. Keterbatasan prasarana dan sarana penaggulangan
kebakaran terutama sarana transportasi, pos pemadaman,
dan pertolongan pertama terhadap korban kebakaran.
c. SOP penaggulangan kebakaran masih belum sempurna.
d. Lemahnya koordinasi internal organisasi dan eksternal
dengan stakeholders.
e. Kualitas SDM yang bervariasi dan belum semua aparatur
pada unit pelaksana yang memiliki sertifikasi kompetensi di
bidang penaggulangan kebakaran.
f. Belum efektifnya inventarisasi aset dan infrastruktur
organisasi.
g. Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
kebakaran masih belum maksimal.
h. Lemahnya pengawasan dan pengendalian terhadap potensi
dan/atau bahaya kebakaran khususnya terhadap orang
pribadi dan badan usaha yang melakukan kegiatan produksi
dan/atau distribusi, pemilik, pengguna dan/atau badan
pengelola bangunan gedung yang diwajibkan menerapkan
ystem Manajemen Kebakaran Gedung (MKG).
i. Lemahnya payung hukum
2. Penyusunan Model
Untuk mengatasi permasalahan yang ada didalam memberikan
pelayaanan kepada masyarakat, perlunya implementasi kebijakan
diantaranya adalah sebagai berikut :
Mewujudkan wilayah yang aman terhadap bahaya kebakaran
melalui pembentukan Barisan Sukarela Kebakaran (BALAKAR)
di tingkat kecamatan;
Terwujudnya kesiapan, kesigapan dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran
Peningkatan kapasitas pencegahan bahaya kebakaran pada
instansi pemerintah, swasta dan sarana umum lainnya;
3. Penentuan Tujuan.
Dalam mencapai tujuan yang diharapkan semua pihak, antara
lain:
1. Jumlah personil supaya ditambah,
2. Jumlah Pos dan Unit Operasional segera ditambah,
3. Jumlah sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran,
seperti: sumber air, tandon air, akses jalan yang memadai
supaya ditambah dan diperbaiki,
4. Sarana yang telah diberikan kepada masyarakat yang telah
rusak, untuk segera diperbaiki, seperti: motor pompa
portable, alat pemadam api ringan, selang, dll,
5. Terciptanya kerjasama dalam penanggulangan bencana
kebakaran dilingkungan RT/RW.
4. Pengembangan Alternatif
Pengembangan alternative sangat dibutuhkan didalam proses
implementasi kebijakan, antara lain:
1. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan sistem
penanggulangan kebakaran dengan melaksanakan kerja
sama antara pemerintah daerah, badan usaha, dan kelompok
masyarakat;
2. Mengkoordinasikan, pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan kemitraan antara pemerintah daerah,
badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam
penanggulangan bencana kebakaran;
3. Melaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undangan
bidang pemadam kebakaran;
4. Melaksanakan pengawasan dan pengelolaan sarana
prasarana pemadam kebakaran pada instansi pemerintah,
swasta dan sarana umum lainnya;
5. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kapasitas pencegahan
bahaya kebakaran pada instansi pemerintah, swasta dan
sarana umum lainnya;
6. Pembentukan Barisan Sukarela Kebakaran (Balakar) ditingkat
kecamatan.
5. Penentuan Kriteria
Adapun didalam penentuan criteria yang perlu diperhatikan, adalah:
1. Faktor Ekonomi, para pengambil kebijakan di daerah masih
memandang Instansi Damkar PB sebagai beban APBD,
2. Faktor Perkembangan IPTEK, lemahnya SDM dan minimnya
peralatan yang mendukung untuk operasional pemadaman,
3. Faktor Institusional/Kelembagaan, kerjasama antar institusi
yang berkaitan dengan pembangunan Damkar PB,
4. Lemahnya kesadaran masyarakat untuk turut serta dalam
Pelatihan Sistem Keamanan Kebakaran Lingkungan ( SKKL).
6. Penilaian Alternatif
Kebijakan para stakeholders didalam menentukan penilaian
alternative dalam proses penentuan criteria, antara lain:
a. Faktor Ekonomi
Mengajukan program-program yang lebih spesifik agar para
pembuat kebijakan dapat menilai kualitas serta tanggung
jawab Dinas pemadam Kebakaran sesuai dengan Perda
Nomor 8 Tahun 2008.
b. Faktor Perkembangan Iptek
Memberikan pelatihan dan pendidikan bagi petugas secara
berkesinambungan agar lebih terampil dan profesional
didalam menghadapi bencana kebakaran dengan dilengkapi
peralatan yang berkualitas internasional.
c. Faktor Institusional/Kelembagaan
Menjalin kerjasama antar intansi yang berkaitan, diantaranya:
PLN, PU, Kepolisian, Satpol PP, dan warga sekitar diwilayah
pemukiman tersebut.
d. Lemahnya Kesadaran Masyarakat
Memberikan pemahaman dan pelatihan pra kebakaran
dengan cara melakukan kegiatan dilingkungan RT/RW secara
berkesinambungan agar masyarakat lebih aktif didalam
menjaga lingkungannya dari bahaya kebakaran.
7. Rekomendasi Kebijakan
Perumusan rekomendasi kebijakan didasarkan pada hasil
penilaian alternatif kebijakan yang mempunyai score tinggi oleh
sebab itu maka agar penerapan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran dapat dilaksanakan secara optimal yaitu dengan
“Meningkatkan penyuluhan secara intensif kepada para stakeholder
tentang ancaman bencana kebakaran dilingkungan padat penduduk
khususnya wilayah tambora’’ serta Tata Laksana Operasional
mencakup kegiatan pencegahan, pemadaman, pelaporan dan
sistem informasi yang harus dilaksanakan dalam rangka
peningkatan efektifitas penanggulangan kebakaran. Bertambahnya
pratisipasi masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar dibidang pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang terjadi dilingkungan masyarakat dapat teratasi
sedini mungkin dengan terciptanya Barisan sukarela Kebakaran
(BALAKAR).
8. Rekomendasi Kebijakan
Perumusan rekomendasi kebijakan didasarkan pada hasil
penilaian alternatif kebijakan yang mempunyai score tinggi oleh
sebab itu maka agar penerapan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran dapat dilaksanakan secara optimal yaitu dengan
“Meningkatkan penyuluhan secara intensif kepada para stakeholder
tentang ancaman bencana kebakaran dilingkungan padat penduduk
khususnya wilayah tambora’’ serta Tata Laksana Operasional
mencakup kegiatan pencegahan, pemadaman, pelaporan dan
sistem informasi yang harus dilaksanakan dalam rangka
peningkatan efektifitas penanggulangan kebakaran. Bertambahnya
pratisipasi masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar dibidang pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang terjadi dilingkungan masyarakat dapat teratasi
sedini mungkin dengan terciptanya Barisan sukarela Kebakaran
(BALAKAR).
BAB III
KESIMPULAN
Wilayah Tambora saat ini masih rawan kebakaran terbukti
dengan intensitas yang cukup tinggi ditahun 2012 ini sebanyak 30
kali terjadi kebakaran. Keadaaan seperti ini sangat mengerikan jika
tidak ada alternatif dan strategi dari para pembuat kebijakan yang
mendorong dalam perkembangan pembangunan Dinas Pemadam
Kebakaran terutama di Lingkungan Kecamatan Tambora.
Kerjasama yang baik antar petugas dengan masyarakat akan
bersinergi jika didukung oleh pemerintah daerah dalam hal
pelatihan dan pendidikan secara berkesinambungan. Langkah
kongkrit ini diambil berdasarkan Perda Nomor 8 tahun 2008 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
Alangkah baiknya jika pemerintah ikut serta dalam
mendukung kegiatan seperti ini kesetiap daerah-daerah terutama
daerah yang rawan terhadap bencana kebakaran. Tidakkah pantas
jika para pembuat kebijakan menilai bahwa anggaran Dinas
Pemadam Kebakaran menjadi beban APBD.
Peningkatan kualitas SDM dan sarana pendukung yang ada
seharusnya ikut diperhatikan agar dapat berjalan sesuai dengan
kebutuhan disetiap organisasi agar efektif dan efisien dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.