Paparan Inspektorat Jenderal

28
1

Transcript of Paparan Inspektorat Jenderal

Page 1: Paparan Inspektorat Jenderal

1

Page 2: Paparan Inspektorat Jenderal

KINERJA KEMENTAN 2013( SELAIN 4 TARGET SUKSES )

LAKIP 2009

“CC”

(56,16)

2010

“B”

(65,61)

2011

“B”(70,19)

2012

“B+”

(72,13)

SPIP

S SANGAT HANDAL

&HANDAL

2010 :59 (37,58%)

2011: 71

(73,79%)

2012 :98

(75,99%)

2013:

123

(78,34%)

WBK 2010 : 92

unit(41,78%)

2011 :108 unit

(48%)

2012: 120 unit

(53,33%)

dr 225

Unit.

2013: 166 unit

(77,20%)

dr 215

Unit.

LK 2010

WDP

2011 WDP

2012 WDP

2013

WTP ?

PETA

PETA

RAWAN

2012

2 = AGAK

7 = CUKUP RAWAN

3 = BEBAS

2013

4= AGAK

6= CUKUP

RAWAN

2= BEBAS

HASIL SURVEY

INTEGRITAS dr KPK

2009 & 2010

RANKING I

2011 : RANKING 8

(nilai 7,45)

2012

RANKING 12

dari 20 K/L(Nilai 6,82)

2013

RANKING 5

dari 20 K/L

(nilai 7,49)

Page 3: Paparan Inspektorat Jenderal

A. Pencapaian Swasembada Kedelai dan Swasembada

Padi dan Jagung secara Berkelanjutan

Perbanyakan Benih Sumber

• Sarana prasarana dan SDM BBI kurang memadai

• Realisasi produksi dan produktivitas perbanyakan benih tidak mencapaitarget

• Penyaluran benih sumber rendah karena kurang diminati

• PNBP tidak disetor ke kas negara tetapi langsung digunakan untukoperasional kegiatan BBI dan disetor sebagai PAD.

Pemberdayaan Penangkar

• Produksi dan produktivitas penangkaran tidak sesuai target

• Produksi benih tidak tersalur (varietas tidak sesuai kebutuhan dan benihtidak diopkup)

3

Page 4: Paparan Inspektorat Jenderal

Sertifikasi Benih

• Pelaksanaan sertifikasi belum sesuai ketentuan

• Kualitas benih bersertifikat dibawah standar

Subsidi Benih

• Subsidi benih terlambat, sehingga realisasi tidak capai target

• Tidak semua petani/kel. tani mau membeli benih bersubsidi

• Ketersediaan benih pada BUMN tidak mencukupi kebutuhan

SL-PTT

• Penetapan lokasi SL-PTT kurang tepat

• Penerapan teknologi budidaya belum sesuai rekomendasi(benih & pupuk)

• Peningkatan provitas tidak tercapai

4

Page 5: Paparan Inspektorat Jenderal

B. Kegiatan Perluasan Lahan

• Lokasi kegiatan tidak memenuhi persyaratan

• Design dibuat pada tahun yang sama dg pelaksanaan

konstruksi

• Areal tumpang tindih dengan program/kegiatan lain

• Perhitungan biaya dalam RUKK belum sesuai kebutuhan

lapangan

• Hasil pekerjaan fisik belum sesuai ketentuan

• Lokasi tercetak tidak dilakukan pengukuran kembali

• Terjadi alih fungsi lahan, setelah sawah tercetak

• Penggunaan dana bansos tidak sesuai peruntukan

5

Page 6: Paparan Inspektorat Jenderal

C. Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan (P2KP)

• Pemilihan lokasi dan kelompok penerima bantuan belum

sesuai ketentuan

• Penyusunan RKKA belum sesuai kebutuhan

• Lahan pekarangan belum dikelola dengan baik

• Demplot pekarangan dan kebun bibit tidak berlanjut.

• Pemanfaatan dana bansos belum sesuai peruntukan

• Administrasi kelompok tidak tertib

• Kinerja pendamping belum optimal

6

Page 7: Paparan Inspektorat Jenderal

D. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Kebijakan

• Rancangan kegiatan belum sepenuhnya berbasis pada kebutuhan riil daerah.

• Penentuan kelompok penerima dana bansos LM3 belum sepenuhnya berdasarkan usulan daerah secara berjenjang yang berdampak pada pembinaan dan pengendalian yang belum memadai.

• Kebijakan pengalokasian dana revitalisasi pasar untuk pembangunan gedung baru belum mempertimbangkan status lahan sehingga statusnya asetnya berpotensi masalah.

7

Page 8: Paparan Inspektorat Jenderal

Perencanaan

• Proses seleksi LM3 belum sesuai dengan ketentuan: proses

seleksi calon penerima bantuan belum sepenuhnya melalui

verifikasi maupun rekomendasi dari Tim Teknis Kabupaten.

• Pemilihan/penetapan CP/CL (Poktan/Gapoktan) penerima

bantuan belum menerapkan persyaratan

• Perencanaan pengadaan barang/jasa belum optimal,

diantaranya:�Penetapan HPS belum didukung dengan survey harga pasar.�Dalam dokumen pengadaan alsin belum seluruhnya mempersyaratkan

adanya test report dan uji unjuk kerja. �Belum mempertimbangkan kebutuhan riil petani, antara (jumlah, jenis,

dan spesifikasi teknis alat, kemampuan SDM, ketersediaan daya listrikdan bahan baku).

8

Page 9: Paparan Inspektorat Jenderal

Perencanaan lanjutan

• Perencanaan Program/Kegiatan Ditjen. PPHP T.A. 2013 Belumsepenuhnya tertib, antara lain:

�Anggaran yang diintegrasikan antar direktorat lingkup PPHP untuk pilot project kegiatan Kawasan Pengembangan Pengolahandan Pemasaran Hasil Pertanian (KP3HP) belum didukung denganstudi kelayakan, kesiapan lokasi dan kesiapan lainnya sesuaidengan tahapan kegiatan yang dibutuhkan.

�Selain itu, terdapat kegiatan lainnya berupa KawasanPengembangan Ekonomi Masyarakat Berbasis Agribisnis yang dilaksanakan oleh dua direktorat di Ditjen. PPHP.

9

Page 10: Paparan Inspektorat Jenderal

� Pelaksanaan

�Operasional Gedung UPH (Unit Pengolahan Hasil) belum

seluruhnya maksimal al. tidak digunakan sesuai tujuan

:digunakan pribadi, tidak berfungsi karena daya listrik dan

sebagian karena tidak adanya dana penguatan untuk

membeli bahan baku.

�Beberapa bangunan STA (Sub Terminal Agribisnis) belum

berfungsi sesuai tujuan, karena : lokasi terpencil, kurang

strategis, akses jalan belum dibangun dan sepi transaksi.

�Bantuan Peralatan untuk komoditas perkebunan, perta

nian,hortikultura, dan peternakan belum sepenuhnya

dimanfaatkan.

10

Page 11: Paparan Inspektorat Jenderal

�Kinerja Sistem Layanan Informasi Agribisnis belum

dipantau secara sistematis, sehingga manfaatnya kepada

pelaku pasar (petani produsen, konsumen dan pihak

ketiga) belum diketahui secara konkrit.

�Masih ditemukan komponen-komponen biaya di RUK

dalam rangka LM3 yang tidak sesuai dengan bidang usaha

dan proposal kegiatan belum memperhatikan kebutuhan riil

LM3. Selain itu, pelaksanaannya kurang tertib yaitu tidak

sesuai RUK dan terdapat penyimpangan penggunaan dana

yang tidak sesuai dengan tujuannya.

�Monev, pelaporan dan pengirimannya secara berjenjang

mulai tingkat kelompok tani, kabupaten sampai dengan

provinsi belum tertib.

11

Page 12: Paparan Inspektorat Jenderal

E. Pengembangan Tebu Rakyat

• Pedoman teknis : penetapan kelompok sasaran hanya

melibatkan KPTR, belum memberi peluang kelompok tani

tebu lain, sehingga KPTR yang ditetapkan mementingkan

pada kelompok tani yang sudah bergabung dan areal tidak

bertambah,serta memberikan peluang penumpukan modal/

dana pada kelompok tertentu yang berpotensi terjadi

penyalahgunaan dana.

• Penetapan CP/CL sering terlambat/tidak tepat dan usulan

anggota calon penerima dana/bantuan lebih didominasi

diusulkan/ditetapkan oleh KPTR belum dikoordinasikan

dengan tim teknis kabupaten.

12

Page 13: Paparan Inspektorat Jenderal

• Kebijakan pengembangan benih tebu kultur jaringan/

konvensional pada tahun 2013 melalui kontraktual dengan

penyedia jasa yaitu perbanyakan benih tebu kuljar G2 ke

G3 atau perbanyakan secara konvensional dari KBI ke KBD

sulit diterapkan karena proses tender relatif lama, keter

lambatan penetapan CP/CL, terjadi sanggah banding dan

pengaduan.

• Keterlambatan proses tender mengakibatkan ketidaktepat

an penyaluran bibit ke petani sesuai jadual tanam (umum

nya petani sudah melaksanakan tanam sebelum bibit

diterima) dan dalam praktek terjadi pembelian bibit milik

petani yang tidak jelas asal usul sumber benihnya( bukan

bersumber dari penyedia jasa).

13

Page 14: Paparan Inspektorat Jenderal

• Pencapaian areal tanam Kebun Tebu Giling belum optimal

yaitu target dukungan areal tanam kebun tebu giling yang

ditetapkan untuk terpenuhi swasembada gula adalah

seluas 350.000 ha sampai saat ini tidak terealisasi, serta

revitalisasi PG dan pembangunan PG baru yang belum

sesuai harapan.

• Tipe kemasakan dan varietas tebu sudah ditetapkan seperti

PS 851, PS 862, PS 863, PS 921, PSBM 901, PS 864,

Bululawang, PSJT 941, namun pd pengembangan tebu

(perluasan dan bongkar ratoon) belum memperha tikan

penggunaan benih sesuai penataan varietas yang tepat

sesuai tipe kemasakan yaitu masak Awal, Awal Tengah,

Tengah, dan Tengah Lambat. Belum diimplikasikan

penanataan varietas ini berdampak pada potensi produksi

yang kurang optimal.

14

Page 15: Paparan Inspektorat Jenderal

• Penyediaan benih tebu bermutu/VUB sulit dipenuhi :

Pembibitan tebu secara berjenjang dari Kebun Bibit Pokok

(KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI)

dan Kebun Bibit Datar (KBD) sulit dipenuhi karena

kesulitan memproyeksi kebutuhan benih untuk petani pd

kegiatan perluasan dan bongkar ratoon; dan penyediaan

benih dari KBP s.d KBD memerlukan 2 tahun.

• KBD sumber benih KulJar dari P3GI th 2011 seluas 680,02

ha dan th 2012 seluas 427,49 ha utk memenuhi penye

diaan bibit bongkar ratoon tahun 2013 belum optimal.

Perbanyakan benih kuljar (G2) menjadi (G3) yang dilaksa

nakan oleh kelompok tani melalui dana bansos pada tahap

kegiatan persemaian benih tebu G2 dalam polybag terjadi

kegagalan (daya tumbuh 40% - 50%).

15

Page 16: Paparan Inspektorat Jenderal

• Perbaikan budidaya tanaman tebu rakyat sulit diterapkan :petani belum sepenuhnya menggunakan benih tebu yang bersertifikat,

asal usul benih tidak jelas, pemeliharaan tanaman seperti membersihkan

daun tebu kering sering tidak dilaksanakan, tanaman tebu keprasan lebih

dari 3x.

• Pemanfatan dana PMUK yang diterima pada masing-masing

kelompok tani/ KPTR belum digunakan sesuai tujuan :masih ditemukan dana dimanfaatkan untuk memenuhi pembayaran

pelunasan hutang Kredit Ketahanan Pangan, dimanfaatkan untuk

sinpam pinjam anggota kelompok tani; seharusnya untuk pengem

bangan tebu dan dimanfaatkan untuk perdagangan saprodi.

• Pembinaan dan monitoring dana bergulir oleh Tim Teknis

tertuju pada KPTR belum sampai anggota kelompok tani

sasaran, sehingga kebenaran dana bergulir belum dapat

dipantau dengan baik.

16

Page 17: Paparan Inspektorat Jenderal

Rehabilitasi

• Penetapan CP/CL kurang tertib.

• Penetapan kebun dan umur tanaman serta produksi

belum sesuai dengan kriteria, antara lain tanaman yang

masih produksi tinggi dan umur tanaman muda diikutkan

dalam kegiatan rehabilitasi.

• Pemantauan terhadap sambung samping yang hidup

sebagai dasar pembayaran tidak dilakukan monitoring

dengan baik.

• Tanaman tidak terpelihara dengan baik karenapemupukan dilakukan secara swadaya.

G. Gernas Kakao

17

Page 18: Paparan Inspektorat Jenderal

Peremajaan

• Penetapan CP/CL kurang tertib.

• Bibit yang disalurkan tidak langsung ditanam karena

petani belum mempersiapkan lahan, sehingga bibit

berpotensi rusak.

• Pemanfaatan bibit cenderung untuk tanaman sulaman

bukan peremajaan.

• Tanaman tidak terpelihara dengan baik karena

pemupukan dilakukan secara swadaya.

18

Page 19: Paparan Inspektorat Jenderal

H. Penyelamatan Betina Produktif Mendukung PSDS

2014

Unit Manajemen Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau (UM-PSDS/K) : Sudah terbentuk baik di tingkat provinsi, Kab/Kota; dan telah

membuat target kegiatan tetapi belum disosialisasikan di

tingkat lapang (inseminator).

CP/CL Kelompok Penyelamat :

• Kriteria yang ada tidak digunakan sebagai dasar

pelaksanakan CP/CL,

• Hasil CP/CL tidak diadministrasikan dengan tertib.

19

Page 20: Paparan Inspektorat Jenderal

Fasilitas Sarpras RPH

Terbatasnya tenaga dokter hewan di RPH sehingga betina

usia produktif yang dipotong tidak dilakukan pemeriksaan

untuk mengetahui kondisi alat reproduksinya

Sosialisasi Kegiatan :

Sosialisasi dilaksanakan tetapi tidak efektif sehingga

pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan

20

Page 21: Paparan Inspektorat Jenderal

Penunjukan Kelompok Penyelamat

• Kelompok peternak penampung tidak berpengalaman

• Tidak terapkan sistem manajemen administrasi keuangan

secara baik

• Tidak mempunyai akses yang baik dengan RPH

Penyaluran Dana ke Kelompok

• Penyusunan RUK, tidak sesuai kebutuhan riil (jenis barang/

kegiatan, volume dan unit cost) dan belum dimanfaatkan sbg

acuan penyediaan kebutuhan, shg kurang efisien dan efektif.

• Penyaluran dana ke rekening kelompok tepat jumlah dan

waktu tetapi tidak tepat sasaran

21

Page 22: Paparan Inspektorat Jenderal

Penggunaan Dana oleh Kelompok :

• Dana yang digunakan tidak sesuai RUK yang telah disetujui,

tanpa dilakukan revisi terlebih dahulu.

• Pembelian betina produktif tidak tepat (bukan ternak yg akan

dipotong).

• Betina produktif yang diselamatkan setelah dibuntingkan tidak

dijual kepada kelompok/perorangan/koperasi melainkan

dibudidayakan, seharusnya ternak tersebut dijual dan hasil

penjualan digunakan untuk penyelamatan betina produktif

yang lain.

• Pemberian insentif untuk pemeliharaan betina bunting tidak

tepat

• Pemberian tanda pada ternak bunting yg diberi insentif tdk

efektif, terjadi penjualan ternak bunting

22

Page 23: Paparan Inspektorat Jenderal

Pembinaan Tim Teknis :

• Tim Pembina/Teknis dan petugas lapangan belum melaksa

nakan tugas sesuai tanggungjawab dan belum melakukan

pembinaan dan monev secara optimal

Pelaporan

• Pelaporan dari tingkat daerah hingga tingkat provinsi tidak

tertib.

• Materi laporan tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan.

• Laporan terlambat disampaikan kepada pimpinan dan

stakeholder.

23

Page 24: Paparan Inspektorat Jenderal

I. PUAP

24

Hasil Evaluasi terhadap Kinerja Gapoktan ditemukan permasalahan :

1. Persiapan Pelaksanaan

a. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB) ada yang tidak

didasarkan pada Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana Usaha

Anggota (RUA) selain itu terdapat penyusunan RUB yang tidak

didasarkan pada potensi wilayah.

b. Terdapat gapoktan yang belum mengikuti pelatihan pengelolaan dana

PUAP

c. Komite Pengarah Desa (KPD) belum seluruhnya terbentuk.

2. Pencairan Dana

a. Terdapat gapoktan yang belum mengikuti pelatihan pengelolaan dana

PUAP tetapi sudah mencairkan dana PUAP

b. Belum seluruh dana yang diterima gapoktan dicaikan.

Page 25: Paparan Inspektorat Jenderal

lanjutan

25

3. Penyaluran dan Pemanfatan Dana

a. Terdapat pengembalian pinjaman dana yang disimpan di rekening

pribadi pengurus gapoktan

b. penggunaan dana BLM PUAP tidak sesuai ketentuan dan terdapat

tunggakan pengembalian pinjaman dana karena kegagalan usaha

agribisnis

c. Penggunaan dana PUAP yang tidak dapat ditelusuri keberadaannya dan

digunakan untuk kepentingan pribadi petugas

kabupaten/BPTP/PMT/PPL

d. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) belum seluruhnya

terbentuk dan LKMA yang terbentuk belum sepenuhnya aktif.

e. Penyelia Mitra Tani (PMT) belum sepenuhnya intensif melakukan

pembinaan terhadap pengengolaan dana PUAP.

f. Administrasi pembukuan keuangan belum tertib

Page 26: Paparan Inspektorat Jenderal

J. PENGGERAK MEMBANGUN DESA (PMD)

26

1. Pemilihan PMD dan kelompok binaannya tidak melalui identifikasi dan jalur

seleksi sesuai juklak melainkan melalui jalur aspirasi DPR RI/DPRD

2. PMD belum sepenuhnya memenuhi pensyaratan dalam pedum baik teknis

maupun administratif

3. Kelompok tani binaan belum sepenuhnya aktif berusaha untuk

membudidayakan komoditas yang diusulkan, selain itu terdapat kelompok

tani yang sudah pernah memperoleh dana penguatan modal PMD tahun

sebelumnya.

4. Terdapat organisasi pelaksana PMD di tingkat propinsi dan kabutpaten yang

belum ditetapkan melalui SK

5. Pembayaran honor PMD tahun 2013 yang bersumber dari DIPA Ditjen

Hortikultura selama 3 bulan belum dibayarkan.

6. Adminstrasi kelompok yang tidak tertib

Page 27: Paparan Inspektorat Jenderal

K. LM3

27

1. LM3 di beberapa kabupaten telah mampu meningkatkan ketrampilan dan

pengetahuan santri/siswa

2. Proses pengajuan LM3 kurang melibatkan Dinas Pertanian Provinsi, melainkan

langsung berhubungan dengan Dinas Kabupaten dan eselon I terkait, sehingga

Dinas Pertanian Provinsi kurang responsif terhadap pelaksanaan LM3

3. Penerima dana LM3 ada yang melaksanakan kegiatannya melainkan tidak

sesuai dengan bidang usaha yang diusulkan dan pemberian dana dinilai telalu

besar / tidak sebanding dengan skala usahanya

4. Pengurus LM3 tidak memahami Juklak Pencairan Dana (melalui 3 tahap)

5. Penerima LM3 tidak melengkapi administrasi pembukuan secara terttib, tidak

melampirkan bukti-buki yang sah dalam penguunaan dana LM3

6. Sebagian dana yang dicairkan belum dimanfaatkan sesuai RUK dan masih ada

yang pemanfaatannya tidak sesuai dengan RUK

7. Penerima LM3 tidak membuat Laporan Pertangungjawaban secara berkala

(Laporan Bulanan, Triwulan, dan Tahunan)

Page 28: Paparan Inspektorat Jenderal

Sekian - Terima KasihTerima KasihTerima KasihTerima Kasih

SEMOGA KITA MAMPU MEWUJUDKAN

EMPAT TARGET SUKSES PEMBANGUNAN PERTANIAN

DAN BEBAS dari KKN di KEMENTAN