Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

78
SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK RPJMD PROVINSI JAWA BARAT 2013-2018 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara: Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 Bandung, 10 September 2013 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

description

Arahan RPJMD

Transcript of Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Page 1: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK

RPJMD PROVINSI JAWA BARAT 2013-2018

Oleh:

Menteri PPN/Kepala Bappenas

Disampaikan dalam acara:Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018

Bandung, 10 September 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 2: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KERANGKA PAPARAN

RPJMN dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 dalam Kerangka RPJPN 2005-2025 Penyusunan RPJMN dalam kerangka kesinambungan perencanaan

pembangunan

Kerangka Makro Pembangunan Berkelanjutan, 2015-2019

Isu-isu Strategis Jangka Menengah 2015-2019 dalam Kerangka Kesinambungan Perencanaan Pembangunan

Akselerasi Pembangunan Provinsi Jawa Barat, 2013-2018

Penutup

Slide - 2

Page 3: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

RPJM DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 4: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANG

RKP RPJM Nasional

RPJP Nasional

Renstra KL Renja - KL

RAPBN

RKA-KL

APBN

Rincian APBN

Pedoman Dijabarkan Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diacu

Pemerintah

Pusat

RPJM Daerah

RPJP Daerah

RKP Daerah

Renstra SKPD

Renja - SKPD

RAPBD

RKA - SKPD

APBD

Rincian APBD

Pedoman

Pedoman

Pedoman Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Diacu

UU SPPN (No.25/2004)

Pemerintah

Daerah

BahanBahan (diserasikan dlm RAKORPUS & Trilateral Meeting)

Bahan Bahan

UU KeuNeg (No.17/2003)

Slide - 4

Page 5: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Visi Pembangunan 2005-2025 INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

RPJMN 2015-2019 DALAM KERANGKA RPJPN 2005-2025 (UU 17 TAHUN 2007)

Slide - 5

Page 6: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PENYUSUNAN RPJMN DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Slide - 6

Rancangan Teknokratis

RPJMN 2015-2019

RancanganRPJMN

2015-2019

Rancangan Akhir

RPJMN 2015-2019

Visi – Misi Presiden terpilih

Musrenbang RPJMN dan Sidang Kabinet

Arahan RPJPN 2005-2025

Isu Strategis Jangka Menengah 2015-2019 (background studies)

Evaluasi RPJMN 2010-2014

Page 7: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

BAGAN ALUR PENYUSUNAN RPJMN

Agustus 2014 November 2014 Desember 2014 Januari 20152013 Februari 2015

Slide - 7

Page 8: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Saat ini, substansi RPJMN 2015-2019 teknokratik belum bisa disampaikan secara spesifik karena Kementerian PPN/Bappenas sedang pada tahapan penyusunan background studies.

Yang dapat kami sampaikan disini adalah kerangka makro pembangunan berkelanjutan dan isu-isu strategis yang dihadapi dalam jangka menengah 2015-2019 (hasil sementara dari background studies).

Penyusunan RPJMD Jawa Barat 2013-2018 dapat disusun saat ini dengan mempertimbangkan paparan isu strategis jangka menengah nasional, 2015-2019. Pada Januari 2015, dapat dilakukan revisi RPJMD Jawa Barat untuk disinkronisasikan dengan Dokumen Akhir RPJMN 2015-2019.

Penyusunan Background Studies : identifikasi isu-isu strategis jangka menengah 2015-2019

Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019

Januari 2013 – Desember 2013

Januari 2014 – Agustus 2014

mulai November 2014

Januari 2015

AGENDA BESAR PENYUSUNAN RPJMN

Slide - 8

Page 9: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KERANGKA MAKRO PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, 2015-2019

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 10: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

KERANGKA MAKRO PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, 2015-2019

Aspek Sosial1.Pemerataan2.Kesehatan3.Pendidikan4.Keamanan 5.Perumahan6.Kependudukan

Aspek Sosial1.Pemerataan2.Kesehatan3.Pendidikan4.Keamanan 5.Perumahan6.Kependudukan

Aspek Ekonomi 1.Struktur Ekonomi2.Pola Konsumsi dan Produksi 3.Ketahanan Pangan4.Ketahanan Energi5.Infrastruktur/ Konektivitas

Aspek Ekonomi 1.Struktur Ekonomi2.Pola Konsumsi dan Produksi 3.Ketahanan Pangan4.Ketahanan Energi5.Infrastruktur/ Konektivitas

Aspek Lingkungan1.Atmosfir2.Tanah3.Pesisir dan Laut4.Air Bersih 5.Keaneka-ragaman Hayati

Aspek Lingkungan1.Atmosfir2.Tanah3.Pesisir dan Laut4.Air Bersih 5.Keaneka-ragaman Hayati

Aspek Kelembagaan1.Kerangka Kelembagaan2.Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur

Aspek Kelembagaan1.Kerangka Kelembagaan2.Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur

Framework for Construction of Sustainable Development Indicators, September, 2001

MDG dan Post-2015 Development

Agenda

Tata Kelola dan Pemberantasan KorupsiEkonomi Hijau Lingkungan dan

Keanekaragaman Hayati

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Kelemahan 1: aspek lingkungan belum berkembang seperti pilar sosial dan ekonomi ukuran dan indikator Kelemahan 2: valuasi aspek

lingkungan dan internalisasi ke dalam pilar ekonomi dan sosial

Slide - 10

Page 11: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

ISU-ISU STRATEGIS JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 12: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

ISU-ISU STRATEGIS JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pendidikan dan Kesehatan Penanggulangan Kemiskinan dan Implementasi BPJS Ketahanan Pangan Ketahanan Energi Pengembangan Infrastruktur/Konektivitas Inovasi Teknologi Pemberantasan Korupsi

Slide - 12

Page 13: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 14: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PENDIDIKAN:ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN

Kesenjangan akses terhadap pendidikan masih belum sepenuhnya terselesaikan untuk semua jenjang pendidikan.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan belum memberikan hasil sesuai harapan.

Desentralisasi pendidikan dan otonomi pendidikan yang belum berdampak nyata pada peningkatan mutu pendidikan.

Isu inefisiensi pembiayaan pendidikan.

Slide - 14

Page 15: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PENDIDIKAN:ISU STRATEGIS BARU

Perluasan akses pendidikan anak usia dini yang lebih berkualitas untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak.

Perluasan pendidikan menengah (Pendidikan Menengah Universal) dan tinggi yang berkualitas untuk meningkatkan supply tenaga kerja (skill formation) yang lebih terdidik dan mencetak pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menangkap peluang mendapatkan bonus demografi.

Percepatan peningkatan mutu pendidikan untuk berkontribusi lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi.

Adaptasi pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Pembenahan sistem pembiayaan pendidikan yang semakin berat terutama sebagai dampak pelaksanaan UU Guru dan Dosen (fiscal sustainability)

Slide - 15

Page 16: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KESEHATAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 17: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

CAPAIAN DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN

• Pembangunan kesehatan di Indonesia terus menunjukkan kemajuan, misalnya dilihat dari usia harapan hidup, dan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat penduduk yang mempunyai jaminan pelayanan kesehatan

• Tetapi sebagaian besar indikator kesehatan dalam MDGs seperti kematian bayi, kematian ibu dan kekurangan gizi belum tercapai

INDIKATOR STATUS2009

CAPAIAN2012

TARGET 2014

STATUS

1 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (%) 84,3 83,1 90

2 Angka kematian ibu melahirkan (per 100.000 kelahiran hidup) 228 259 118

3 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 34 32 24

4 Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (%) 18,4 n.a <15,0

Page 18: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KESEHATAN:ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN

Penurunan kematian ibu dan kematian bayi.

Penurunan kekurangan gizi.

Penurunan TFR (fertilitas).

Penanggulangan penyakit TB, Malaria, HIV/AIDS.

Pembiayaan kesehatan.

Slide - 18

Page 19: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KESEHATAN:ISU-ISU STRATEGIS BARU

Kesiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (2014) dan upaya menuju universal health coverage (2019), meliputi kesiapan suplai, kesinambungan fiskal dan pengaturan peran kesehatan publik.

Transisi epidemiologi, yaitu meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (stroke, cardiovascular, dll).

Kekurangan gizi, terutama stunting pada anak.

Jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan terutama menghadapi JKN, transisi epidemiologi dan perubahan demografi.

Slide - 19

Page 20: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN IMPLEMENTASI BPJS

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 21: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PROYEKSI TINGKAT KEMISKINAN 2015-2019 (sementara)Diperlukan upaya yang cukup keras untuk dapat mencapai target tingkat kemiskinan yang telah ditetapkan dalam RPJP atau MP3KI

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan PDB non migas (OPTIMIS) 9 % 9 % 9 % 9 % 9 % 9 %

Pertumbuhan PDB non migas (MODERAT) 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 %

Inflasi (OPTIMIS dan MODERAT) 5,3 % 6,1 % 5,2 % 5,2 % 4,2 % 4,2 %

Masih ada gap antara proyeksi dan target

Slide - 21

Page 22: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

SKENARIO PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENGURANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Outlook Target Ekonomi dan Kemiskinan

Strategi Penanggulangan

Kemiskinan

2012 2015 2020 2025

PDB/kapita (US$)Tingkat Kemiskinan

4.963

6.097

10.278

14.963

10,5-11,5 %

8-10%

6-7%

4 - 5 %

Program Strategis

Kelompok Sasaran

RTHM, RTM dan RTSM(40 % terbawah PPLS 2011)

30 % terbawah(PPLS 2014/2017)

20 % terbawah(PPLS 2017/2020)

10 % terbawah(PPLS 2023)

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN EKSISTING

Klaster IBantuan dan Jaminan Sosial

Klaster IIPemberdayaan Masyarakat

Klaster IIIKUMKM

Klaster IVProgram Pro-Rakyat

PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIALJaminan Sosial (Social Security):

Asuransi Kesehatan Jaminan Kematian Jaminan Hari Tua Jaminan Pensiun Jaminan Kecelakaan Kerja

Bantuan Sosial (Social Assistance): Food stamps Temporary shelter Beasiswa miskin

TRANSFORMASI PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL

Catatan:1.PDB/Kapita: target MP3EI2.Tingkat Kemiskinan: target RPJP3.Garis Kemiskinan cenderung meningkat4.Elastisitas tingkat Kemiskinan terhadap Pertumbuhan PDB/Kapita cenderung menurun

Garis Kemiskinan(ribu rupiah)

252318

467

686Elastisitas

0,0450,023

0,083

0,243

PENGEMBANGAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD (breakthrough)

Pemberdayaan (Community Empowerment)Akses Berusaha & Kredit (Financial Access)

Pengembangan Kawasan berbasis Potensi Lokal

Slide - 22

Page 23: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN Pengembangan penghidupan berkelanjutan sebagai tujuan utama dalamPenanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan

Tidak MiskinTidak Miskin

Hampir MiskinHampir Miskin

MiskinMiskin

Menciptakan sistem perlindungan sosial yang komprehensif

Menciptakan sistem perlindungan sosial yang komprehensif

Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan *

Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan *

Menciptakan penghidupan penduduk miskin & rentan yang berkelanjutan (Sustainable Livelihood)

Menciptakan penghidupan penduduk miskin & rentan yang berkelanjutan (Sustainable Livelihood)

Jaminan Sosial

Bantuan Sosial

Asuransi Sukarela

Infrastruktur dan sarana pelayanan publik

Perluasan jangkauan pelayanan publik untuk penduduk miskin dan rentan

• Pendidikan, pelatihan, pendampingan

• Memberdayakan UMKM/Penguatan Kelembagaan

• Akses Keuangan Mikro

• Pendidikan, pelatihan, pendampingan

• Memberdayakan UMKM/Penguatan Kelembagaan

• Akses Keuangan Mikro

Aset Manusia

Aset fisik

Aset SDA

Aset Finansial

Aset Finansial

Aset SosialAset Sosial

Sangat MiskinSangat Miskin

Kriteria Lepas dari KemiskinanKriteria Lepas dari Kemiskinan

Slide - 23

Page 24: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

AGENDA TRANSFORMASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN MP3KI 2013-2025 DAN RPJMN 2015-2019

Sistem perlindungan sosial yang komprehensif

Pengembangan penghidupan penduduk miskin & rentan

Peningkatan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan

Bantuan & perlindungan sosial

Pemenuhan kebutuhan dasar & program pro rakyat

Pemberdayaan masyarakat dan UMKM

Rekonsiliasi Transformasi & Ekspansi

Sistem jaminan sosialSistem bantuan sosial

Jaminan layanan dasarInfrastruktur dasar terpadu

Kapabilitas & produktivitasPembangunan partisipatif

Keberlanjutan2013-2014 2015-2020 2021-2025

RPJMN 2010 - 2014 RPJMN 2015 - 2019RPJMN 2015 - 2019

Fase

M

P3KI

Klas

ifika

si P

rogr

am d

an K

egia

tan

Slide - 24

Page 25: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PENGEMBANGAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Slide - 25

Page 26: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN (Pasal 4 Perpres Jamkes)

PBI BUKAN PBI

Tidak mampu

Fakir miskin

Pekerja Penerima upah

(dan ART)

Pekerja Bukan Penerima upah

(dan ART)

Bukan Pekerja

(dan ART)

• PNS• TNI• Polri• Pejabat negara• Pegawai

Pemerintah non PNS

• Pensiunan• Pegawai Swasta• Pekerja lain yg

menerima upah

• Pekerja diluar hubungan kerja/pekerja mandiri

• Pekerja lain yg tidak menerima upah

• Investor• Pemberi kerja• Penerima Pensiun• Veteran• Perintis

kemerdekaan• Bukan pekerja

lainnya yang mampu membayar iuran

Slide - 26

Page 27: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

POTENSI PARTISIPASI DAERAH DALAM PENGEMBANGAN BPJS KESEHATAN

Integrasi Jamkesda ke dalam skema BPJS Kesehatan (paling lambat 2016).

Penguatan kualitas dan peningkatan ketersediaan fasilitas layanan kesehatan di daerah.

Mempercepat tercapainya cakupan semesta (universal coverage) Jaminan Kesehatan melalui: Melaksanakan sosialisasi dan edukasi masyarakat, terutama kepada

pekerja sektor informal non miskin di daerah masing-masing, untuk berpartisipasi menjadi peserta Jaminan Kesehatan.

Menambah cakupan Jaminan Kesehatan untuk masyarakat miskin yang belum tercakup dalam kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui APBD.

Slide - 27

Page 28: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

KETAHANAN PANGAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 29: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN

Slide - 29

Page 30: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KETAHANAN PANGAN:KONDISI UMUM

Kontribusi sektor pertanian dalam PDB rata-rata sebesar 14,3 persen.

Tanaman bahan makanan masih yang terbesar sekitar 49,1 persen; cenderung menurun.

Selama periode 2004-2012 rata-rata pertumbuhan PDB Pertanian sebesar persen 3,5 ; Nasional 5,80 persen.

Produktivitas tenaga kerja Pertanian rata-rata mencapai 7,02 juta rupiah; Nasional 20,43 juta rupiah.

Slide - 30

Page 31: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

No Pembangunan Sasaran RPJMN 2010-2014

REALISASI2012

Rata-rata 2010-2012 RKP 2013 RKP 2014

1 PDB Pertanian Tumbuh 3,7-3,9 persen per tahun 3,97 persen 3,44 persen 3,7 persen 3,7 persen

2

Padi Tumbuh 3,6 persen per tahun *) 5,0 persen 2,38 persen 6,25 persen 6,25 persen

Jagung Tumbuh 10,02 persen per tahun 9,8 persen 3,35 persen 8,3 persen 10,03

persen

Kedelai Tumbuh 20,05 persen per tahun 0,04 persen -4,34 persen 18,4 persen 20,05

persen

Gula Tumbuh 12,55 persen per tahun 16,75 persen 2,16 persen 9,2 persen 12,55

persen

Daging Sapi Tumbuh 7,3 persen per tahun 4,2 persen 7,33 persen 9,5 persen 7,30 persen

Perikanan Tumbuh 21,09 persen per tahun

11,8 persen 15,99 persen 21,09 persen 21,09

persen

3 Nilai Tukar Petani

115-120 (Tahun dasar 1993)(105-110 - tahun dasar 2007)

113,6 (Tahun Dasar 1993) 105,2 (Tahun

Dasar 2007)

105,2NTP diatas

105 (Tahun dasar 2007)

NTP diatas 105 (Tahun dasar 2007)

REVIEW PENCAPAIAN SASARAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN

Slide - 31

Page 32: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KETAHANAN PANGAN:TANTANGAN YANG DIHADAPI (1/2)

1. Peningkatan kebutuhan kuantitas konsumsi.

Komponen Satuan 2012 2015 2016 2017 2018 2019

Penduduk Juta 247,21 256,62 259,66 262,64 265,57 268,44

Kebutuhan Beras Juta Ton 38,18 39,98 40,64 41,33 42,05 42,78

Kebutuhan Daging Sapi Ribu Ton 485,50 582,03 620,62 662,28 707,27 755,88

Kebutuhan Daging Unggas Juta Ton 0,89 1,06 1,13 1,21 1,29 1,38

Kebutuhan Kedelai Juta Ton 2,55 2,76 2,86 2,97 3,10 3,23

Slide - 32

Page 33: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

2. Peningkatan kebutuhan industri pangan baik final maupun produk antara (industri) – seiring berkembangnya industri pangan – mie instant, bakso dll meningkatkan konsumsi bahan pangan industri.

3. Sementara alih fungsi lahan terutama sawah terus terjadi

4. Pola produksi skala RT tidak dapat mengimbangi dinamika pasar/konsumsi

5. Perubahan pola konsumsi: i. Kepraktisan – bentuk olahanii. Kualitas: jenis dan kualitas tertentuiii. Brand: jaminan konsistensi kualitasiv. Trend konsumen terhadap konsumsi pangan olahan dan protein hewani meningkat

seiring dengan peningkatan pedapatan masyarakat

6. Karakteristik konsumsi tidak dapat secara fleksibel direspon produsen yang mayoritas IRT respon dilakukan oleh pedagang pengumpul, pengolah sehingga nilai tambah hanya dinikmati oleh pedagang

KETAHANAN PANGAN:TANTANGAN YANG DIHADAPI (2/2)

Slide - 33

Page 34: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KETAHANAN PANGAN:ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKANUNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (1/2)

Menjaga basis/kapasitas produksi dan meningkatkan produktivitas: Wujudkan lahan pertanian (pangan) abadi terutama untuk padi. Revitalisasi sistem perbenihan dan perbibitan. Pengawalan produksi –penyuluhan dan penerapan teknologi tepat dan

ramah lingkungan. Putihkan KUT – agar akses kredit meningkat. Mensinergikan dengan subsidi agar tepat sasaran dan efektif mencapai

target.

Mensinergikan produksi dan pengolahan : Pengembangan supply chain – hulu hilir (produsen-pengumpul-

pengolah) Pengembangan entrepreneurship – pedagang pengumpul untuk

menjembatani permintaan pasar yang semakin heterogen

Slide - 34

Page 35: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Transparansi dan koordinasi kebijakan pangan Sinkronisasi dan transparansi pengambilan keputusan untuk

mempertahankan stabilitas harga yang menjaga kepentingan produsen-pengolah-konsumen (stok, impor, harga dll).

Pengambilan keputusan lintas instansi dirumuskan secara komprehensif dan konsisten oleh Tim yang dilengkapi dengan data dan kemampuan analisa yang mencukupi.

Peningkatan nilai tambah: Penyediaan bahan baku dari dalam negeri. Komoditas ekspor unggulan yang lebih baik.

KETAHANAN PANGAN: ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKANUNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (2/2)

Slide - 35

Page 36: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

KETAHANAN ENERGI

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 37: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN ENERGI

PENINGKATAN PRODUKSI DAN CADANGAN

MINYAK DAN GAS BUMI (INTENSIFIKASI)

PENGANEKARAGAMAN SUMBER DAYA ENERGI

PRIMER (DIVERSIFIKASI)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN

PEMERATAAN PEMANFAATAN ENERGI (EFISIENSI)

Terpenuhinya kebutuhan bahan bakar dan bahan baku

industri dalam negeri

Mengurangi ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak bumi

dan menambah pasokan energi primer melalui pemanfaatan sumber daya energi lainnya

Efisiensi penggunaan energi dan meningkatkan produksi nasional serta penurunan emisi karbon, memperbaiki daya saing dan

mendorong pertumbuhan ekonomi

KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN

ENERGI

KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN

ENERGI

Didukung:•Ekonomi: fiskal dan moneter• Infrastruktur• IPTEK•Kewilayahan dan Tata Ruang

Slide - 37

Page 38: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Indikator SatuanBaseline

(2009)

CapaianTarget 2014

Status2010 2011 2012

Produksi Minyak Bumi

Ribu Barrel per Hari 949 945 902 860 1.010*)

Kapasitas Pembangkit

Tambahan (MW)

31.959

2.024 5.902 4.1793.000 MW/

TahunTerpasang (Kumulatif MW)

33.983 39.885 44.064

Rasio Elektrifikasi

Persen 65,79 67,15 72,95 76,56 80

Kapasitas PLTP

Terpasang (Kumulatif MW)

1.179 1.189 1.226 1.341 5.000

Pembangunan Jaringan Gas Kota

Kota/Sambungan Rumah

(Kumulatif)

2/6.210

6/ 19.376

9/ 45.576

13/ 57.000 19/ 80.000

Pembangunan SPBG

Unit (Kumulatif) n.a **) FEED***) 4 8 21

MIDTERM REVIEW RPJMN 2010-2014

*) 1,01 juta adalah target Renstra KESDM yang diperkirakan dapat dilaksanakan, sedangkan target kinerja Presiden adalah 1,2 juta**) Belum ada pembangunan melalui APBN;***) Front End Engineering Design

Perlu kerJa KerasSangat sulit tercapai On Track/On TrendSlide - 38

Page 39: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

TANTANGAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI

Produksi minyak bumi tersendat, dibawah satu juta barel per hari, karena sebagian besar berasal dari lapangan yang sudah tua (mature fields) – 62% dari total jumlah lapangan migas yang ada saat ini.

Peningkatan produksi dari sumur yang sudah tua (mature) terkendala oleh kemampuan pemanfaatan Teknologi Enhanced Oil Recovery untuk meningkatkan produksi dari secondary/tertiary recovery membutuhkan biaya yang mahal (cost recovery)

BUMN (Pertamina EP) menyumbang sekitar 14-15% dari produksi minyak bumi nasional.

35-40% (350-400 ribu barel/hari) produksi minyak berasal dari lapangan minyak yang dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Sumatra, yakni lapangan Duri dan Minas (SLC -Sumatran Light Crude), yang sudah mulai menurun. Sejak tahun 1985 lapangan Duri sudah menggunakan teknologi EOR injeksi uap untuk meningkatkan produksi minyak (secondary/tertiary recovery).

Eksplorasi lapangan/sumur baru masih terbatas

Slide - 39

Page 40: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

SASARAN BAURAN ENERGI PRIMER(Draft KEN)

2030

2010 2025

2050

Gas Bumi BatubaraEBT

Realisasi tahun 2010, Pusdatin, KESDM

Minyak

KEN – mendorong pemanfaatan EBT untuk menggantikan energi fosil, memanfaatkan gas dengan lebih optimal. Ketergantungan terhadap minyak bumi dikurangi seminimum mungkin, mengingat cadangan minyak bumi yang ada terus menurun.

Batubara tetap manjadi andalan sumber energi, mengingat cadanganya yang besar, namun penggunaannya dibatasi mengingat potensi emisi karbon yang tinggi.

Slide - 40

Page 41: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

LapanganSumber Daya (MWe) Cadangan (MWe)

Kapasitas Terpasang (MWe)Speculative Hypothetic Probable Possible Proven

Sumatera 4,925 2,076 5,983 15 380 122

Jawa 1,935 1,946 3,415 885 1,815 1,134

Bali-Nusa Tenggara 410 359 973 - 30 5

Sulawesi 1,000 127 992 150 78 80

Maluku 545 43 341 - - -

Kalimantan 45 - - - - -

Papua 70 - - - - -

Total 285 Lapangan 8,935 4,551 11,704 1,050 2,303

Cadangan/Kapasitas Terpasang (MW) 28,543 1,341

PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

Pemanfaatan baru 4% dari total potensi panas bumi dan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) baru mencapai 1.341MW, dari total potensi 28.000 MW.

Lapangan yang sudah menghasilkan listrik adalah lapangan Pertamina, sedangkan yang telah diserahkan ke Pemda (Green Fields) belum ada yang berproduksi – masih dalam proses lelang/tender dan negosiasi (Power Purchase Agreement – PPA) dengan pihak pembeli listrik (PLN)

Dari total potensi 28.000 MW, sebanyak 6.000 MW (21%) diidentifikasi berada di hutan konservasi dan 6.600 MW (23%) berada di hutan lindung. Pengembangan lapangan panas bumi terkendala konflik lahan.

Slide - 41

Page 42: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

WILAYAHJUMLAH

KENDARAAN UMUM

SPBG YANG DIBUTUHKAN

ALOKASI GAS (MMSCFD)

PEMBANGUNAN OLEH PEMERINTAH s.d 2014 PARTISIPASI

BADAN USAHA MEMBANGUN

SPBG MULAI 2015SPBG JARINGAN PIPA (km)

KONVERTER KIT

Jabodetabek 77.983 68 23,1 9*) 109,2

20.500**)

59

Jawa Timur (Surabaya, Gresik, Sidoarjo) 10.774 13 10,2 4 - 9

Sumsel (Palembang) 3.101 5 2,2 4 - 1

Kaltim (Balikpapan) 5.775 4 1 4 - -

Jawa Tengah (Semarang) 4.762 4 1 4 35,0 -

Kepri (Batam) 2.976 4 1 4 31,8 -

Total 105.371 98 38,5 29 176,0 69

*) Tahun 2013 dan 2014 disediakan juga 8 Mobile Refueling Unit **) Tahun 2013 dan 2014 ada alokasi 19 ribu konverter kit yang belum diketahui secara pasti pendiistribusiannya ke masing-masing wilayah

PEMANFAATAN BBG UNTUK SEKTOR TRANSPORTASIProgram Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan umum – stimulan pemanfaatan BBG di sektor Transportasi

Sampai dengan 2013, telah dibangun 16 SPBG, 22 km jaringan pipa gas, dan konverter kit 7.500 unit. Tahun 2014 akan dibangun 13 SPBG, jaringan pipa sepanjang 153,8 km, dan penyediaan konverter kit 13.000 unit.

Pada tahun 2015, diharapkan badan usaha mulai terlibat didalam penyediaan BBG untuk kendaraan umum, baik dalam membangun jaringan pipa BBG maupun SPBG (60-70 unit), termasuk dalam penyediaan konverter kit (80-85 ribu unit), serta penyediaan BBG di kota-kota lain.

Slide - 42

Page 43: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)

Low rank coal mendominasi penggunaan batubara dalam pembangkit listrik (75-80%), atau sekitar 35 juta ton

Sebagain besar batubara berkalori tinggi di ekspor, sehingga hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik

Slide - 43

Page 44: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

LOW-GROWTH REGIME HIGH-GROWTH REGIME

PROYEKSI PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH (2001-2020)Dalam akhir tahun 2019/20, penggunaan batubara kalori rendah mencapai 120 juta ton

Juta Tons

PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)

Seiring dengan meningkatnya permintaan listrik, penggunaan Low rank coal akan terus meningkat, dan

dalam akhir tahun 2019/2020, penggunaan batubara jenis ini akan

mencapai 120 juta ton

Slide - 44

Page 45: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR/KONEKTIVITAS

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 46: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (1/2)

Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar sesuai dengan standar pelayanan minimum;

Pemenuhan infrastuktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi;

Peningkatan pemerataan pembangunan antar wilayah dan mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi melalui konektivitas nasional;

Peningkatan koordinasi investasi Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta;

Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur serta pengembangan mekanisme pendanaan alternatif (creative financing scheme).

Slide - 46

Page 47: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Aturan perundang-undangan: masih terdapat kelemahan dan disharmoni dalam aturan perundang-undangan antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur (contoh: kehutanan, otonomi daerah, pertanahan, keuangan)

Kapasitas kelembagaan: belum optimalnya tatakelola (governance), hubungan antar lembaga dan kapasitas SDM

Pembebasan tanah: kesulitan pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya

Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan infrastruktur

Prioritisasi: belum sinkron-nya prioritas pembangunan infrastruktur lintas sektor, lintas wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota)

TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (2/2)

Slide - 47

Page 48: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KOORDINASI INVESTASI PUSAT, DAERAH, BUMN DAN SWASTA

Peningkatan kualitas proyek KPS yang bankable untuk menjamin kepastian bagi investor melalui pengintegrasian proses KPS dalam mekanisme perencanaan dan penganggaran pada masing-masing sektor infrastruktur.

Menegaskan kriteria dan ruang lingkup penugasan BUMN di dalam pembangunan infrastruktur.

Memperjelas kewenangan antara pusat dan daerah di dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.

Pengintegrasian proses KPS dan penugasan BUMN ke dalam masing-masing sektor infrastruktur

Slide - 48

Page 49: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

SKEMA ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

• Infrastructure Bond yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur

• Penugasan BUMN (seperti penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans Sumatera Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah dan direct-lending yang dijamin oleh pemerintah

• Private Finance Initiative (PFI) – multi-year contract 15 hingga 30 tahun• Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment• Pengenaan tariff/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP)• Infrastruktur swasta (private infrastructure)• Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-

based infrastructure)

Slide - 49

Page 50: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

AKSELERASI PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT, 2013-2018

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 51: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PERAN STRATEGIS JAWA BARAT

Secara geografis Provinsi Jawa Barat memiliki lokasi strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Negara

Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap PDB Nasional.

Mempunyai kualitas sumber daya manusia yang mencukupi, khususnya di tingkat pendidikan tinggi karena ditunjang banyaknya perguruan tinggi.

Slide - 51

Page 52: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PERMASALAHAN JAWA BARAT:EKONOMI DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN

Slide - 52

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dari 4,8 persen (2004) menjadi 6,1 persen (2013 Q2). Namun demikian, PDRB per kapita Jawa Barat tahun 2012 (Rp 21,25 Juta) masih berada di bawah PDRB per kapita nasional tahun 2012 (Rp 33,75 Juta).

Provinsi Jawa Barat telah berhasil menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara cepat dari 14,51 % (Feb 2007) ke 8,90 % (Feb 2013). Namun, tingkat pengangguran Provinsi Jawa Barat masih berada di atas TPT Nasional 5,92 % (Feb 2012).

Selama periode 2007-2011, kontribusi ekonomi Jawa Barat terhadap PDB Nasional semakin menurun (14,79 % di tahun 2007 menjadi 14,30 % di tahun 2011).

Peranan sektor industri pengolahan pada PDRB Jawa Barat terus mengalami penurunan yang dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja sehingga berdampak terhadap tingkat pengangguran (44,97 % di tahun 2007 menjadi 35,79 % di tahun 2012)

Pembangunan ekonomi Jawa Barat tidak merata. Jawa Barat bagian selatan cenderung tertinggal dan lambat pertumbuhannya.

Page 53: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PERMASALAHAN JAWA BARAT:PENDIDIKAN

Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang SMP/MTs sederajat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011/2012 sudah mencapai 74,12%, lebih rendah dari rata-rata nasional (77,7%). Selain itu, kesenjangan APM antarkabupaten/kota juga masih cukup lebar, dari 61,4% di Kab. Sukabumi sampai 98,7% di Kota Banjar (Data Kemdikbud, 2011/2012).

Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang menengah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011/2012 (67,8%) juga masih rendah dibanding rata-rata nasional (76,4%). Sebaran APK antar kab/kota juga cukup lebar, yaitu dari 47,2% di Kab. Bandung Barat sampai lebih dari 100% di berbagai kota seperti Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, dan Kota Bogor (Data Kemdikbud, 2011/2012).

Angka partisipasi sekolah penduduk usia 19-24 tahun Provinsi Jawa Barat tidak banyak meningkat dari tahun 2004 sebesar 9,29% dan pada tahun 2012 sebesar 12,09%. Angka-angka tersebut lebih rendah dari angka nasional periode 2004(12,07%) – 2011 (15,94%) (Data Susenas)

Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun keatas di Jawa Barat pada tahun 2012 cukup rendah (3,82%) tetapi angka untuk penduduk usia 45 tahun keatas masih sangat tinggi (10,72%).

Slide - 53

Page 54: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PERMASALAHAN JAWA BARAT:KESEHATAN

Slide - 54Sumber data: 1) SDKI 2012; 2) Riskesdas 2010

Beberapa indikator menunjukkan kesehatan masyarakat di Jawa Barat meningkat dan lebih baik dari rata-rata nasional; misalnya kematian bayi – 30 per 1.000 kelahirah hidup1; kekurangan gizi pada balita-13%2 dan cakupan imunisasi dasar lengkap – 65,6%1

Tetapi banyak indikator yang masih di bawah atau di sekitar rata-rata nasional seperti stunting (anak pendek) karena kurang gizi (33.6%)1, persalinan oleh tenaga kesehatan (80.3%)1 dan anak usia 12-23 bulan dengan imunisasi campak (72.8%)

Kesenjangan antar wilayah masih tinggi. Banyak fasilitas kesehatan yang sistem manajemen dan tenaga kesehatannya cukup baik, tetapi banyak yang masih tertinggal misalnya: kebutuhan akan tenaga dokter, apoteker, dan sanitarian di Puskesmas; kurangnya pelatihan dan refreshing bagi bidan.

Sebagai provinsi ber-penduduk terbesar, pembangunan kesehatan di Jawa Barat akan sangat besar daya ungkit-nya di tingkat nasional.

Kesiapan pelaksanaan SJSN bidang kesehatan perlu di tingkatkan, terutama dari sisi supply side: fasilitas (puskesmas, rumah sakit); tenaga (dokter, bidan dan perawat), dan sistem kesehatan (pelayanan dan sistem rujukan)

Page 55: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

AKSELERASI PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT (1/3)

1. Menciptakan Lingkungan Perkotaan dan Perdesaan yang lebih baik

Pengembangan wilayah WALINI.

Pengembangan Kereta Api, Monorel, Tol dalam kota Bandung (Terusan

Pasteur-Ujung Berung- Cileunyi- Gedebage, dan tol Pasir Koja-Soreang).

Pembangunan permukiman perdesaan.

Pembangunan sarana prasarana lingkungan, termasuk rehabilitasi sungai

Citarum, pembangunan Waduk santosa, the Construction of transfer Water

Interbasin Cibatarua Cilaki Project.

Pembangunan infrastruktur air bersih (Proyek Air Minum Jatiluhur, PAM

Pondok Gede, Bekasi, PAM Bekasi Utara, PAM Jatigede, Sumedang), drainase,

persampahan (Pengelolaan Persampahan Greater Bandung Area, Pengelolaan

Sampah Bogor dan Depok).

Slide - 55

Page 56: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

AKSELERASI PEMBANGUNAN EKONOMIPROVINSI JAWA BARAT (2/3)

2. Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru dan Revitalisasi Kawasan Industri

Pembangunan Kawasan Ekonomi Terpadu/Kawasan Industri Subang,

Majalengka, dan Sukabumi. Revitalisasi Kawasan Industri Bekasi, Karawang, Purwakarta. Penyelesaian pembangunan Tol CISUMDAWU; Tol Ciawi-Sukabumi; Tol

Sukabumi-Bandung; Tol Cileunyi-Tasikmalaya; Tol Cikampek-Palimanan. Pengembangan pembangkit panas bumi dan PLTU Pelabuhan Ratu, dan PLTsa

Gedebage. Pengembangan Kawasan Industri Jawa Barat (Ciamis, Cianjur, Sukabumi,

Tasikmalaya) dan penyelesaian jalur Jawa Barat Selatan.

Slide - 56

Page 57: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

AKSELERASI PEMBANGUNAN EKONOMIPROVINSI JAWA BARAT (3/3)

3. Membangun Sistem Logistik yang Efisien dan Efektif Pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang. Pembangunan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka. Pembangunan Tol dan Kereta Api Karawang – Cilamaya. Pembangunan Terminal Gedebage.

4. Peningkatan Teknologi dan Kualitas SDM Pembangunan Pusat Inovasi (NARC) di Bogor dan Majalengka. Pembangunan Pusat Pelatihan di Bekasi, Sukabumi, dan Majalengka. Pembangunan Politeknik/Akademi Komunitas di Bekasi, Sukabumi, dan

Majalengka.

5. Reformasi Birokasi dan Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Review Perda-Perda yang menghambat iklim investasi dan iklim usaha. Penyederhanaan Perda. Memperlancar dan mempermudah perijinan.

Slide - 57

Page 58: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

MENINGKATKAN PERAN AKTIF GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

Mengefektifkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan secara sinergis dan partisipatif dengan instansi vertikal, kabupaten/kota, serta koordinasi antar kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat;

Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan rencana pembangunan, pelaksanaan dan monev baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota;

Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Slide - 58

Page 59: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

PENUTUP

Sinkronisasi perencanaan menjadi kunci bagi peningkatan sinergi pembangunan antara pusat dan daerah

Perencanaan pembangunan daerah yang baik perlu menjaga kesinambungan pembangunan disertai adaptasi dengan dinamika internal dan eksternal

Keberhasilan pembangunan daerah akan membentuk daya tahan nasional yang tangguh dalam menghadapi perubahan-perubahan di tingkat global yang semakin sulit diprediksi.

Slide - 59

Page 60: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

TERIMA KASIH

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 61: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN I:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI

PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014

Page 62: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEGIATAN INFRASTRUKTUR TA. 2014 JAWA BARAT

Page 63: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Program Transportasi 2014Sektor Jalan (Provinsi Jawa Barat)

Page 64: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Program Transportasi 2014Sektor Perhubungan Laut, Udara, Perkeretaapian(Provinsi Jawa Barat)

Page 65: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN II:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA AIR

PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014

Page 66: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014Sektor Sumber Daya Air

Prov. Jawa Barat

Kegiatan Lokasi Alokasi (Rp juta)

Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

Kabupaten Garut 91.060,00

Kabupaten Indramayu 24.794,1

Kabupaten Cirebon 76.809,48

Kabupaten Indramayu 91.700,00

Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya

Waduk Kuningan 184.500,00

Waduk Jatigede 920.870,00

Page 67: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN III:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG ENERGI, TELEKOMUNIKASI,

DAN INFORMATIKA - PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014

Page 68: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014Sektor ETI

Prov. Jawa Barat

Kegiatan Target Fisik Alokasi (Rp juta)

Penyusunan Kebijakan dan Program serta Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Ketenagalistrikan

261 km 53.199,75

Pembinaan, Pengawasan dan Pengusahaan Aneka

Energi Baru Terbarukan

1250 Tungku; 50 Unit Biogas; Rehabilitasi 1 PLTMH di Sumedang

1.400,00

Page 69: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN IV:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN

SWASTA - PROPINSI JAWA BARAT TA. 2013

Page 70: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

Proyek Kerja Sama Pemerintah dan Swasta

Page 71: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN V:KEGIATAN MP3EI

PROVINSI JAWA BARAT TA.2014

Page 72: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (1/4)

Page 73: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (2/4)

Page 74: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (3/4)

Page 75: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (4/4)

Page 76: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

LAMPIRAN VI: HASIL EVALUASI RPJMN 2010-2014

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 77: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

2010 2011 2012

TARGET RPJM REALISASI TARGET

RPJM REALISASI TARGET RPJM

REALISASI

Pertumbuhan Ekonomi 5,5- 5,6 6,2 6,0 - 6,3 6,5 6,4 - 6,9 6,23

Inflasi 4 - 6 7 4,0 - 6,0 3,8 4,0 - 6,0 4,30

Pengangguran 7,6 7,1 7,3 - 7,4 6,6 6,7 - 7,0 6,14 (Agt)

Kemiskinan 12,0 - 13,5 13,33 11,5 - 12,5 12,49 10,5 - 11,5 11,66 (Sept)

HASIL PENCAPAIAN KINERJA RPJMN 2010-2014

2013 2014

STATUSTARGETRPJM

TARGET APBN 2013

TARGETRPJM

TARGET RKP

Pertumbuhan Ekonomi 6,7 - 7,4 5,9 7,0%-7,7% 6,4 – 6,9

Inflasi 3,5 – 5,5 9,2 3,5 – 5,5 3,5 – 5,5

Pengangguran 6,0 - 6,6 5,8 – 6,1 5%-6% 5,0 – 6,0

Kemiskinan 9,5 - 10,5 9,5 – 10,5 8%-10% 8,0 – 10,0

1= Sudah tercapai atau On

Track/on Trend 2 = Perlu Kerja Keras

2

1

1

2

Slide - 77

Page 78: Paparan Ibu Menteri--musrenbang Rpjmd Jabar 10-09-13 Final

REKAPITULASI REVIEW RPJMN 2010-2014Beberapa indikator utama pembangunan sudah on track dan bahkan telah tercapai. Namun, beberapa sasaran masih memerlukan perhatian khusus di 2014.

NO PRIORITAS NASIONAL

1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 4 2 4

2 Pendidikan 6 0 0

3 Kesehatan 3 3 4

4 Penanggulangan Kemiskinan 4 1 0

5 Ketahanan Pangan 3 5 1

6 Infrastruktur 8 2 1

7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha 3 3 1

8 Energi 3 1 2

9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 11 0 0

10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik 1 3 0

11 Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi 5 0 0

12 Politik, Hukum, dan Keamanan 8 5 0

13 Perekonomian 1 2 0

14 Kesejahteraan Rakyat 6 0 0

JUMLAH 66 27 13

PERSENTASE 62% 26% 12%

= Sangat Sulit tercapai1 2 3= Sudah tercapai atau On Track/on Trend

= Perlu Kerja Keras

321

Slide - 78