Modul Musrenbang

35
1 Modul 1 Topik: Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang) 1. Peserta memahami pengertian dan tujuan pelaksanaan musrenbang. 2. Peserta memahami hak dan tanggung jawab masyarakat dalam musrenbang. Kegiatan 1 : Memahami Musrenbang Kegiatan 2 : Diskusi hak dan tanggung jawab masyarakat dalam musrenbang 3 Jpl ( 135’) Bahan Bacaan: 1. Pengertian dasar terkait musrenbang desa/kelurahan 2. APBD dan Pemenuhan HAM Kertas Plano Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

description

Untuk kebutuhan perencanaan

Transcript of Modul Musrenbang

Page 1: Modul Musrenbang

1

Modul 1 Topik: Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang)

1. Peserta memahami pengertian dan tujuan pelaksanaan musrenbang.

2. Peserta memahami hak dan tanggung jawab masyarakat dalam musrenbang.

Kegiatan 1 : Memahami Musrenbang

Kegiatan 2 : Diskusi hak dan tanggung jawab masyarakat dalam musrenbang

3 Jpl ( 135’)

Bahan Bacaan:

1. Pengertian dasar terkait musrenbang desa/kelurahan

2. APBD dan Pemenuhan HAM

• Kertas Plano

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 2: Modul Musrenbang

2

Memahami Musrenbang 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai dengan tema

“Perencanaan Pembangunan Daerah (Musenbang)”, kemudian uraikan apa yang ingin di capai dalam modul ini : • Peserta memahami pengertian dan tujuan pelaksanaan musrenbang. • Peserta memahami hak dan tanggung jawab masyarakat dalam musrenbang.

2) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan 1 pada modul ini yaitu

Memahami musrenbang. 3) Berilah penjelasan Berdasarkan kepada peraturan pemerintah, bahwa perencanaan

pembangunan baik ditingkat desa/kelurahan sampai ketingkat kota/kabupaten dilakukan melalui proses musrenbang. Bagikan bahan bacaan mengenai musrenbang kepada peserta. Ajaklah mereka untuk membacanya beberapa saat.

4) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, ajaklah setiap kelompok untuk membahas :

Kelompok 1 : apa yang dimaksud dengan musrenbang,? Mengapa harus dilakukan musrenbang ? Kelompok 2 : Apa saja tujuan diadakannya musrenbang ? Kelompok 3 : Apa saja dasar hukum diadakannya musrenbang ?

5) Berilah kesempatan kepada setiap wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, beri

pula kesempatan kepada kelompok lain untuk saling menanggapi atau menambahkan hasil diskusi kelompoknya.

6) Bahas bersama hasil diskusi kelompok. Berilah penjelasan.

Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, pemetintah kota/kabupaten bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas pemerintah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tatapemerintahan dan pembangunan. Dengan cara yang berbeda Musrenbang sebenarnya secara tidak langsung akan memberikan pembelajaran kepada masyarakat untuk mengelola program dan dana yang terkumpul dari diri mereka yang telah diserahkan kepada negara dengan membayar pajak, retribusi dan pungutan lain yang sah, sehingga masyarakat mampu untuk merencanakan dan melaksanakan program kegiatan berdasarkan kebutuhan riil.

Page 3: Modul Musrenbang

3

7) Lakukan dialog dengan peserta, bagaimana masyarakat bisa terlibat didalam musrenbang ?, tuliskan seluruh jawaban peserta di dalam kerta plano.

8) Simpulkan bersama, lanjutkan ke kegiatan 2.

Diskusi Hak dan Tanggungjawab Masyarakat dalam Musrenbang

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan kedua, yaitu : diskusi hak dan

tanggungjawab masyarakat dalam musrenbang. 2) Tanyakan kepada peserta, jenis kegiatan pembangunan apa saja yang pernah dilakukan di

wilayah desa / kelurahan tersebut?. Tulislah seluruh jawaban peserta ke dalam kertas plano. 3) Dorong terjadinya diskusi kelas, mengenai beberapa hal :

• Apakah masyarakat terlibat di dalam proses perencanaannya? • Mengapa masyarakat harus terlibat di dalam proses perencanaan tersebut? • Bagaimana caranya usulan pembangunan tersebut dapat diajukan dan disetujui?

4) Simpulkan bersama semua pendapat peserta. 5) Lakukan diskusi kelas, mengenai apa saja hak dan kewajiban masyarakat di dalam

perencanaan pembangunan (Musrenbang)?. Agar lebih mudah gunakanlah tabel berikut ini:

6) Simpulkan bersama hasilnya, berilah penjelasan apabila masih diperlukan.

Hak Masyarakat Kewajiban masyarakat

Dalam proses pembangunan semestinya menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama, artinya pemerintah tidak lagi sebagai provider dan pelaksana, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dan katalisator. Masyarakat harus terlibat untuk memecahkan persoalan dan memenuhi kebutuhannya dari mulai prses identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi. Pada proses perencanaan, ruang masyarakat untuk terlibat adalah pada mekanisme musrenbang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, pemerintah kota/kabupaten bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan, guna memberikan masukan dan pengambilan keputusan terhadap seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.

Page 4: Modul Musrenbang

4

7) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya. 8) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

Diantara hak- hak masyarakat adalah sebagai berikut : Hak sosial masyarakat, Pemerintah perlu mendorong untuk menumbuhkembangkan kelembagaan partisipasi masyarakat dan akses pelayanan sosial dasar (kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, serta kebutuhan sosial lainnya). Hak ekonomi masyarakat, Pemerintah perlu meningkatkan akses masyarakat pada sumber-sumber pendapatan yang memungkinkan menopang kehidupan yang layak. Hak-hak politik masyarakat, Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik secara proporsional melalui media komunikasi publik, konsultatif, maupun mekanisme perencanaan pembangunan (musrenbang). Sedangkan yang menjadi kewajiban masyarakat, diantaranya : • Berpartisipasi aktif didalam pembangunan, baik dari mulai identifikasi, perencanaan,

pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi. • Melakukan kontrol sosial terhadap seluruh proses dan hasil-hasil pembangunan, serta

memberikan masukan atau kritikan terhadap penyelenggaraan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan dan pembangunan.

Dengan cara yang berbeda Musrenbang sebenarnya secara tidak langsung akan memberikan pembelajaran kepada masyarakat untuk mengelola program dan dana yang terkumpul dari diri mereka yang telah diserahkan kepada negara dengan membayar pajak, retribusi dan pungutan lain yang sah, sehingga masyarakat mampu untuk merencanakan dan melaksanakan program kegiatan berdasarkan kebutuhan riil.

Page 5: Modul Musrenbang

5

PENGERTIAN DASAR TERKAIT MUSRENBANG DESA/KELURAHAN (Panduan Penyelenggaraan Musyawarah perencanaan pembangunan Desa/Kelurahan,Ditjen Bina Bangda Departemen Dalam Negeri,Forum Pengembangan Partisipasi masyarakat, Januari 2008)

Desa dan Kelurahan Pengertian tentang Desa dan Kelurahan dituangkan dalam dua buah Peraturan Pemerintah yaitu: PP No. 72/2005 tentang Desa dan PP No. 73/2005 tentang Kelurahan. Menurut PP No. 72/2005, Desa adalah “kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sedangkan Kelurahan menurut PP No. 73/2005 adalah “wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan”.

Dari dua pengertian diatas maka terlihat perbedaan yang cukup mendasar antara entitas desa dan kelurahan yaitu adanya perbedaan dalam hal kewenangan. Desa memiliki kewenangan dan hak untuk mengurus wilayahnya sesuai dengan aspirasi masyarakat yang hidup di wilayah desa bersangkutan.Sedangkan Kelurahan tidak memiliki kewenangan seluas desa karena kelurahan adalah tak lain merupakan organisasi perangkat daerah yang diberi kewenangan untuk menjalankan tugas pokok yang terbatas yaitu urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Perbedaan-perbedaa inilah yang akan menentukan posisi dan peran musrenbang terhadap pembangunan di desa dan kelurahan. Untuk desa, musrenbang desa memiliki peran penting dalam mendorong otonomi desa. Sedangkan untuk kelurahan, musrenbang kelurahan merupakan bagian dari kerja organisasi Kelurahan dalam hal perencanaan pemabangunan di daerah.

Musrenbang dan Otonomi Desa Otonomi desa dimaksudkan agar upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan desa menjadi lebih cepat terwujud melalui pemberian kewenangan kepada desa untuk menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Hal ini tidak akan terjadi bila pembangunan desa masih ditentukan dan dirancang secara sentralistik seperti pada masa lalu. Musrenbang desa sebagai salah satu tugas dan kewenangan desa selaku unit otonom, merupakan proses yang penting bagi desa untuk membangun desanya sendiri. Musrenbang desa jangan sampai dipersempit artinya menjadi kegiatan rutin hanya untuk mengisi formulir daftar usulan kegiatan yang akan dibawa ke musrenbang kecamatan. Musrenbang desa yang diharapkan adalah sebagai sebuah forum publik yang benar-benar menjadi bagian dari berjalannya otonomi desa. Agar hal ini dapat benar-

Page 6: Modul Musrenbang

6

benar terjadi, UU No.32/tahun 2004 yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No.72/tahun 2005 tentang Desa menyebutkan ketentuan minimal 10% dari APBD diperuntukan sebagai Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai hak desa untuk memperoleh sumber pembiayaan pembangunan desa dari pemerintah di atasnya.

Musrenbang dan Kelurahan Musrenbang kelurahan bagi organisasi kelurahan adalah bagian dari mekanisme perencanaan pembangunan di daerah untuk merumuskan kegiatan-kegiatan pembangunan terutama yang menjadi kewenangannya. Hasil musrenbang kelurahan akan digunakan untuk menyusun Rencana

Kerja Kelurahan dan merumuskan prioritas permasalahan dan indikasi kegiatan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk diajukan ke musrenbang kecamatan. Selain itu, sebagai bagian fungsi kelurahan untuk mendorong urusan kemasyarakatan, musrenbang kelurahan pun dapat menjadi sarana bagi pemerintah kelurahan dengan masyarakat untuk merumuskan kegiatan pembangunan swadaya masyarakat kelurahan maupaun kegiatan yang diusulkan untuk diajukan dibiayai melalui Pos Bantuan APBD.

Konsep Payung Musrenbang Desa/Kelurahan

Perencanaan-penganggaran partisipatif Sebagai bagian dari tatanan desa yang demokratis, Musrenbang Desa/Kelurahan lebih memungkinkan untuk melibatkan warga seluas-luasnya ketimbang musrenbang di tingkat kabupaten/kota dan di atasnya. Konsep payung musrenbang adalah perencanaan-penganggaran partisipatif (participatory planning and budgeting). Perancanaan dan penganggaran merupakan proses

yang tidak terpisahkan. Penyusunan rencana kerja desa membutuhkan sumber anggaran, sebab kalaun tidak tersedia anggaran atau sumber daya lainnya, rencana kerja tersebut hanya akan menjadi dokumen kertas saja. Artinya, dokumen perencanaan yang disebut RKP Desa dan dokumen anggaran yang disebut APB Desa merupakan dua sisi uang logam yang diperlukan sebagai acuan desa menjalankan pembangunan bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan warganya.

Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada kelompok miskin (pro-poor) dan perempuan (pro-gender) Perkembangan selanjutnya dari konsep perencanaan-penganggaran partisipatif (participatory planning and budgeting) yang berpihak kepada kelompok miskin (pro-poor) dan perempuan (pro-gender). Kedua konsep ini berkembang sebagai kritik bahwa kelompok miskin dan perempuan sering diwakili oleh

kelompok elit dan laki-laki. Budaya masyarakat menyebabkan perempuan seringkali tidak berperan di sektor publik dan urusan pembangunan dianggap sebagai ’urusan laki-laki’. Peminggiran ini harus diubah dan mereka seharusnya hadir, ikut bermusyawarah dan juga ikut menerima manfaat langsung dari program dan anggaran pembangunan.

Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada kelompok miskin/perempuan dapat diartikan sebagai: (1) Prosesnya melibatkan kalangan marjinal/perempuan yang biasanya tidak ikut hadir

Page 7: Modul Musrenbang

7

dan tidak ikut bersuara dalam forum publik; (2) Hasil rencana kerja yang disusun menetapkan kelompok miskin/perempuan sebagai sasaran kegiatan atau penerima manfaat; (3) Alokasi anggaran untuk kegiatan dengan kelompok miskin/perempuan sebagai sasaran atau penerima manfaat langsung.

Tata pemerintahan yang baik (good governance) Dengan bergulirnya otonomi daerah, diharapkan desa/kelurahan menjalankan peran pembangunan untuk mewujudkan tatapemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Hal ini hanya dapat terjadi apabila tiga pilar tata pemerintahan, menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Ketiga pilar itu adalah:

Pemerintah desa/kelurahan (government);

Warga masyarakat (citizen); dan

Kalangan usaha/swasta (private sector).

Apabila salah satu pilar dari tatapemerintahan itu timpang, maka akan sulit tercapai tata pemerintahan yang baik. Warga masyarakat perlu bersikap mengkoreksi jalannya pemerintahan desa/kelurahan dan pembangunan sebagai warga yang baik. Sebaliknya pemerintah desa/kelurahan menerima masukan masyarakat sebagai bagian dari keterbukaan dan tanggung gugatnya. Sedangkan kalangan usaha/swasta berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi lokal dengan membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban seperti membayar pajak, memperhatikan kelestarian lingkungan, dan menjalankan tanggung jawab sosial lainnya.

Demokrasi desa (village democracy) Khusus untuk otonomi desa, perkembangannya terjadi sebagai suatu upaya mengembalikan kedaulatan desa sebagai bagian dari bergulirnya reformasi dan pengembangan demokrasi di Indonesia. Impian besar otonomi desa adalah membangun tatapemerintahan desa yang demokratis. Karena desa merupakan unit yang kecil, dapat diterapkan konsep demokrasi partisipatoris yang bercirikanketerlibatan warga langsung dalam berbagai proses publik. Berbeda dengan unit pemerintahan lainnya yang lebih menerapkan demokrasi perwakilan. Apa yang dimaksudkan dengan sistem demokrasi desa? Yaitu tatapemerintahan yang menempatkan warga sebagai pemilik kedaulatan dan menyerahkan mandat kepada pemimpin (pemerintah desa). Artinya, pemimpin terpilih harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan mandatnya kepada warga antara lain dalam bentuk Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Kepala Desa (Tahunan). Secara konsep, sebuah desa dianggap demokratis bila prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi dapat dijalankan.

Page 8: Modul Musrenbang

8

Istilah-istilah Penting Musrenbang

RKP Desa dan Renja SKPD Kelurahan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) merupakan dokumen yang disusun sebagai produk musrenbang. Kepala Desa membentuk Tim Penyusun RKP Desa yang bertugas membuat rancangan awal RKP desa untuk dipaparkan di dalam pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan dan kemudian diperbaiki penjabaran kegiatannya berdasarkan kesepakatan di musyawarah. Rancangan awak RKP Desa ini hanya dapat disusun pada saat persiapan (pra musrenbang) bila desa telah memiliki dokumen Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Bila belum ada RPJM Desa, RKP Desa disusun paska pelaksanaan musrenbang berdasarkan usulan kegiatan prioritas yang disepakati dalam musyawarah.

Untuk kelurahan, dokumen ini disebut Renja SKPD Kelurahan.

RPJM Desa dan Renstra Kelurahan Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) merupakan dokumen rencana desa yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun. Dokumen ini harus diacu dalam pembahasan usulan kegiatan di musrenbang sehingga sebaiknya rancangan awal RKP Desa disusun berdasarkan dokumen ini, dipaparkan di musrenbang dan diperbandingkan dengan hasil kajian kondisi dan persoalan desa terkini, sehingga kemudian terjadi penyesuaian kembali. Mengapa harus menyusun RPJM Desa? Berdasarkan hasil kajian, rencana pembangunan jangka pendek (tahunan) yang terputus-putus ternyata tidak berdampak perubahan yang berarti. Agar rencana program berkesinambungan diperlukan kerangka program jangka menengah untuk menjadi rujukan penyusunan rencana kerja tahunan.

Untuk kelurahan, dokumen ini disebut Rencana Strategis (Renstra) Kelurahan.

Alokasi Dana Desa (ADD) Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota (Pasal-1 UU No.72/tahun 2005). Dana dari Kabupaten/Kota yang diberikan langsung kepada Desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 30% (tigapuluh per seratus) digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD dan 70% (tujuh puluh per seratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. (Penjelasan Pasal-68 ayat 1 point c UU No.72/tahun 2005).

ADD merupakan salah satu komponen APB Desa yang paling utama saat ini karena kebanyakan desa belum mengembangkan pendapatan asli desa yang cukup besar. ADD merupakan hak desa untuk memperoleh anggaran untuk menyelenggarakan pembangunan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Untuk kelurahan, terdapat Pos Bantuan APBD yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) Menurut PP No.72 tahun 2005, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Pasal 1 ayat 12). Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa (Pasal 73 ayat 2). Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa (Pasal

Page 9: Modul Musrenbang

9

73 ayat 3). Pedoman penyusunan APB Desa, perubahan APB Desa, perhitungan APB Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota (Pasal 74). APB Desa adalah dokumen yang disusun untuk menerjemahkan kegiatan di dalam RKP desa menjadi alokasi anggaran kegiatan/program. Sumber pendapatan desa yang menjadi komponen APBDes terdiri atas1:

Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan

partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa

dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;

Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota

untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa

secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa;

Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

1 Pasal 168 PP 72/2005 tentang Desa.

Page 10: Modul Musrenbang

10

APBD dan Pemenuhan HAM Praya Arie Indrayana Dalam perspektif Hak Asasi Manusia, negara (pemerintah) sesungguhnya memiliki tiga kewajiban untuk (1) menghargai hak asasi manusia rakyatnya; (2) melindungi hak asasi manusia rakyatnya; dan (3) memenuhi hak asasi manusia rakyatnya (Hansen, 2000: 6 – 7). Kewajiban pertama, untuk menghargai, mengharuskan pemerintah sendiri tidak melanggar hak-hak asasi rakyatnya. Hal ini mencakup tindakan negara untuk memberlakukan hukum yang menjamin terpenuhinya hak asasi rakyatnya itu. Kewajiban kedua, untuk melindungi, mengharuskan pemerintah mencegah dan menindak penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun pihak lain dengan menegakkan aturan-aturan hukum yang diberlakukan pada pelanggar itu. Kewajiban ketiga, untuk memenuhi, mengharuskan pemerintah mengkaji ulang prioritas kerjanya, membuat perubahan-perubahan aturan, administrasi, anggaran, peradilan, dan hal yang diperlukan lainnya untuk mewujudkan hak-hak tertentu dari rakyatnya (Noer Fauzi, 2002). Anggaran merupakan instrumen kebijakan ekonomi pemerintah terpenting. Tidak hanya ekonomi, anggaran juga merefleksikan prioritas pemerintah dalam kebijakan sosial, budaya, bahkan politik. Anggaran adalah hasil terjemahan berbagai kebijakan, komitmen politik dan prioritas kerja pemerintah dalam bentuk keputusan darimana uang didapat dan kemana uang keluar. Dari kedua keputusan tersebut, kita dapat menentukan apakah pemerintah menghargai, melindungi ataupun memenuhi hak asasi manusia. Dalam konteks anggaran, kewajiban negara untuk menghargai, mencakup tindakan negara untuk memberlakukan hukum yang mengatur besaran minimal alokasi anggaran pemerintah (nasional dan daerah) untuk pemenuhan kebutuhan dasar rakyat dan pengembangan kualitas hidup. Negara harus menjamin alokasi anggaran untuk pemenuhan – untuk hanya menyebut beberapa – hak atas kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas pekerjaan, hak untuk mendapat perlindungan dari eksploitasi ekonomi, hak atas jaminan sosial, hak atas standar hidup yang layak, maupun hak untuk menikmati kehidupan budaya. Dalam kewajiban ini, Indonesia baru menghargai hak warga negaranya atas pendidikan. Konstitusi Indonesia telah menetapkan bahwa sekurang-kurangnya 20% dari anggaran belanja negara dan daerah khusus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan. Amanat Konstitusi ini diperkuat oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Meskipun sudah diamanatkan dalam konstitusi dan undang-undang, pemerintah pusat dan daerah masih saja melanggar. Alasannya adalah keterbatasan dana. APBD Kota Bandung 2004 memang mengalokasikan 37% untuk sektor pendidikan, namun dari jumlah itu hanya 7,3% yang dapat dinikmati langsung oleh para pelajar. Jumlah ini masih jauh dibandingkan batasan minimal yang diatur dalam Undang-undang Sisdiknas sebesar 20% (Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004). Selain itu, kewajiban negara untuk menghargai juga meliputi jaminan akses politik rakyat dalam pengambilan keputusan pembangunan dan anggaran (hak politik). Hak warga negara ini dijamin dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Pasal 21 (1).

Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya, secara langsung atau melalui perwakilan yang dipilih dengan bebas.

Page 11: Modul Musrenbang

11

Karenanya pemerintah harus menjamin hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan. Hak ini tidak hanya sebatas hak untuk hadir tetapi juga hak untuk mengambil keputusan sesuai mekanisme yang disepakati bersama. Artinya Keputusan Darimana Uang Didapat dan Kemana Uang Dibelanjakan diputuskan bersama antara pemerintah dan warga. Kewajiban kedua, untuk melindungi, mengharuskan pemerintah mencegah dan menindak penyimpangan-penyimpangan anggaran, baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun pihak lain. Secara legal formal, pemerintah harus memiliki aturan-aturan hukum yang memuat instrumen pengawasan dan penindakan (sanksi) baik pada tahap perencanaan, pengesahan, pelaksanaan maupun pelaporan anggaran. Pelaksanaan instrumen hukum ini tidaklah kewenangan internal pemerintah semata. Harus dijamin ruang dimana pihak luar (masyarakat) dapat memastikan bahwa hak-haknya telah terlindungi dengan benar dan tidak terjadi penggelapan bahkan perlindungan atas penyimpangan demi semangat korps. Undang-undang tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme No. 28 Tahun 1999 merupakan satu landasan hukum bagi negara untuk melindungi HAM. Perlindungan ini juga tidak boleh disandarkan kepada political will pemerintah. Pemerintah (termasuk juga aparat penegak hukum dan legislatif) harus didakwa telah melanggar hak asasi manusia rakyatnya apabila membiarkan terjadinya penyimpangan anggaran. Pemerintah telah melanggar HAM apabila gagal melindungi hak asasi rakyatnya dari penyimpangan anggaran yang terjadi. Apalagi kalau pelaku penyimpangan adalah aparatur itu sendiri. Dalam hal ini, tanggung jawab individu tidak sebatas pada pertanggungjawaban pidana karena korupsi yang dilakukan atau pertanggungjawaban perdata karena kerugian yang ditimbulkan. Setiap individu yang melakukan penyimpangan anggaran juga dapat didakwa telah melanggar HAM. Hukum Hak Asasi Manusia Internasional telah mengakui individu sebagai salah satu subjek pelanggaran HAM. Maraknya kasus korupsi baik yang dilakukan oleh aparat eksekutif, legislatif maupun yudikatif akhir-akhir ini merupakan ujian seberapa besar komitmen negara dalam penegakan HAM. Negara dapat dikategorikan telah melanggar HAM apabila negara gagal menghukum para pelaku penyimpangan anggaran. Di sisi lain negara juga melanggar HAM apabila tingkat korupsi yang dilakukan aparat tidak berkurang, apalagi bertambah. Kewajiban negara lainnya, yang tak kalah penting, adalah kewajiban untuk memenuhi. Kewajiban ini mengharuskan pemerintah mengkaji ulang kebijakan dan prioritas kerja. Kebijakan dan prioritas kerja ini harus diarahkan untuk menjawab permasalahan-permasalah yang riil tengah dihadapi masyarakat, seperti rendahnya daya beli, besarnya angka pengangguran, tingginya angka kematian ibu melahirkan, dan sebagainya. Selanjutnya, kebijakan anggaran juga harus diarahkan untuk mengurangi pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. Termasuk juga kewajiban negara untuk memenuhi adalah melakukan pembaruan hukum yang menjamin setiap orang tanpa diskriminasi mendapatkan akses yang adil terhadap sumber daya ekonomi dan sosial untuk mewujudkan hak asasinya. Kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan harus diberi previlige untuk memperoleh kembali akses mereka terhadap sumber daya ekonomi. Begitupun akses politik mereka terhadap pengambilan keputusan. Perubahan kebijakan anggaran pemerintah sangat mempengaruhi kehidupan kelompok ini. Peningkatan kesejahteraan kelompok ini biasanya tergantung pada ada tidaknya, besar kecilnya alokasi anggaran pemerintah untuk program-program seperti peningkatan pendapatan atau subsidi bahan kebutuhan pokok. Besar kecilnya alokasi belanja pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan juga berdampak besar terhadap peningkatan kualitas hidup. Keterlibatan kelompok ini dalam proses perencanaan dan pengesahan anggaran secara krusial akan turut mendorong pemenuhan hak asasi manusia secara keseluruhan.

Page 12: Modul Musrenbang

12

Pemerintah sekarang tidak lagi dapat berlindung pada pemahaman bahwa pemenuhan hak asasi manusia dapat dilakukan secara bertahap karena minimnya sumber daya, khususnya pada hak ekonomi, sosial dan budaya. Prinsip-prinsip Limburg – yang didesain oleh para ahli hukum internasional sebagai pedoman dalam mengimplementasikan Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya – telah meletakkan arah baru dalam melihat tanggung jawab negara. Paragraf ke-16 Prinsip-prinsip Limburg menyatakan:

“All States have an obligation to begin immediately to take steps towards full realization of the contained in the Covenant”.

Selanjutnya pada paragraf ke-22, ditegaskan lagi:

“Some obligations under the Covenant require immediate implementation in full by all State parties, such as the prohibition of discrimination in article 2(2) of the Covenant”.

Jadi, meskipun CESCR menetapkan pencapaian secara bertahap dan mengakui realitas keterbatasan sumber daya yang tersedia di satu sisi, pada sisi lain ia juga menetapkan berbagai kewajiban yang memiliki efek segera (immediate effect) (ELSAM, 2001). Itu artinya, baik hak-hak sipil dan politik, maupun hak ekonomi, sosial dan budaya, dapat dituntut pemenuhannya di muka pengadilan nasional. Referensi: 1. ELSAM, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, Esai-esai Pilihan, Jakarta, 2001 2. Noer Fauzi, Quo Vadis Pembaruan Hukum Agraria, Perspektif Transitional Justice Untuk

Penyelesaian Konflik, Seri Pengembangan Wacana HuMA, No. 3 Desember 2002. 3. Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004

Page 13: Modul Musrenbang

13

Modul 2 Topik: Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah (Musenbang)

1. Peserta mampu memahami mekanisme perencanaan pembangunan daerah

(musrenbang).

2. Peserta mampu mereview tahapan siklus penanggulangan kemiskinan

3. Peserta memahami hubungan musrenbang dengan siklus penanggulangan kemiskinan

Kegiatan 1 : Simulasi Penyusunan tahapan perencanaan pembangunan daerah (Musenbang)

Kegiatan 2 : Review siklus penanggulangan kemiskinan

3 Jpl ( 135’)

Bahan Bacaan:

1. Apa dan mengapa musrenbang desa/kelurahan

2. Musrenbang Kecamatan

3. Gambaran umum perencanaan dan penganggaran daerah

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 14: Modul Musrenbang

14

Simulasi Penyusunan Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang)

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai dengan Tema “

Mekanisme perencanaan pembangunan daerah (Musrenbang)” kemudian uraikan apa yang ingin dicapai dalam modul ini : • Peserta mampu memahami mekanisme perencanaan pembangunan daerah (musrenbang). • Peserta mampu mereview tahapan siklus penanggulangan kemiskinan • Peserta memahami hubungan musrenbang dengan siklus penanggulangan kemiskinan

2) Jelaskan kepada peserta bahwa sekarang kita akan memasuki kegiatan 1, yaitu simulasi

penyusunan mekanisme perencanaan pembangunan daerah (musrenbang). 3) Ingatkan kembali kepada peserta bahwa pada materi sebelumnya, telah dibahas mengenai

pengertian musrenbang. Dalam kegiatan ini kita akan membahas mekanisme musrenbang dari tingkat desa/kelurahan sampai tingkat kota/kabupaten.

4) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, berikan setiap kelompok media bantu diskusi

kartu musrenbang, tugaskan setiap kelompok untuk : a. Menyusun tahapan musrenbang dari tingkat desa / kelurahan sampai tingkat

kota/kabupaten! b. Siapa saja yang terlibat dalam setiap tahapan ? c. Apa saja dokumen yang dihasilkan dari setiap tahapan tersebut ?

5) Pemandu sebaiknya mengamati proses simulasi setiap kelompok, dan memberikan penjelasan apabila ada peserta yang masih belum paham.

6) Berilah kesempatan kepada salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,

tanyakan kepada kelompok lain, apakah ada yang berbeda dengan yang di presentasikan? Bahas bersama apabila ada yang berbeda.

7) Bahas kembali hasil simulasi penyusunan tahapan musrenbang di dalam diskus kelas, apabila

hasil dari setiap kelompok belum ada yang tepat, ajaklah seluruh peserta untuk menyusun tahapan musrenbang secara bersama-sama.

Page 15: Modul Musrenbang

15

8) Setelah tersusun, lakukan dialog dengan peserta apa saja keluaran yang diharapkan dari setiap tahapan tersebut ?

9) Tulislah seluruh pendapat peserta di dalam kertas plano.untuk lebih memudahkan gunakanlah

tabel seperti berikut ini.

No Tahapan Musrenbang Keluaran yang diharapkan

1 Musrenbang desa/kelurahan

2 Musrenbang Kecamatan

3 Forum SKPD

4 Musrenbang kota/kabupaten

10) Simpulkan bersama hasil dari dialog dengan peserta, berilah penjelasan, apabila masih ada

peserta yang belum paham, dan ingatkan bahwa proses musrenbang merupakan media masyarakat untuk turut berpartisipasi di dalam menentukan arah pembangunan, terutama pembangunan yang berdasarkan kebutuhan masyarakat.

11) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

Tahapan Musrenbang

Forum SKPDProvinsi

Musrenbang Kab/Kota

MusrenbangKecamatan

MusrenbangDesa/Kelurahan

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI

PenyusunanRenja SKPD

Provinsi

PenyusunanRKP

Kabupaten/Kota

Penyusunan Renja SKPD

Kabupaten/Kota

PenyusunanRKPD Provinsi

B U L A N

RKP

Penyusunan RKP

MusrenbangNasional

RKP

MusrenbangProvinsi

RKP

Forum SKPDKabupaten/Kota

RenjaSKPD

RenjaK/L

Renja K/LRakor Pusat

Renja SKPD

Renja Kec

RKP Desa / kel

MusrenbangTkt Dusun/RW

Rancangan awal

Penyempurnaan pasca

musren

Penyempurnaan pasca

musren

Provinsi

Kota

Page 16: Modul Musrenbang

16

12) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

Musrenbang desa/kelurahan adalah forum dialogis antara pemerintah dengan pemangku kepentingan dari suatu isu/persoalan, kebijakan, peraturan, atau program pembangunan yang sedang dibicarakan. Dalam musrenbangdes, pemerintah desa dan warga berembug dalam menyusun program tahunan desanya. Demikian halnya di kelurahan, musrenbang kelurahan menjadi media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di wilayah kelurahan, baik yang ditangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah, menjadi bagian Renja SKPD Kelurahan, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain yang relevan.

Keluaran Musrenbang Desa adalah:

1. Daftar prioritas kegiatan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Desa untuk tahun anggaran berjalan.

2. Daftar nama Tim Delegasi Desa yang akan mengikuti musrenbang kecamatan.

3. Berita acara musrenbang desa.

Keluaran Musrenbang Kelurahan adalah:

1. Daftar prioritas kegiatan urusan pembangunan untuk menyusun Rencana Kerja SKPD kelurahan;

2. Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan secara swadaya

3. Daftar permasalahan prioritas yang akan diajukan ke musrenbang kecamatan

4. Daftar nama Tim Delegasi Kelurahan yang akan mengikuti musrenbang kecamatan.

5. Berita acara musrenbang kelurahan

Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan ditingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan serta menyepakati rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Kecamatan dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya. Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah: 1. Dokumen Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran

kecamatan yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya. 2. Daftar kegiatan Prioritas yang akan dilaksanakan melalui SKPD atau Gabungan SKPD. 3. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang

Kabupaten/kota. 4. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan.

Page 17: Modul Musrenbang

17

Review Siklus Penanggulangan Kemiskinan 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan 2 pada modul ini yaitu review

siklus penanggulangan kemiskinan. 2) Mintalah salah satu peserta untuk memfasilitasi review siklus dengan menyusun siklus

penanggulangan kemiskinan tingkat desa/kelurahan, dengan menggunakan kartu-kartu siklus nangkis yang telah disiapkan sebelumnya.

3) Lakukan dialog dengan peserta, apa saja tujuan dari setiap tahapan siklus nangkis tersebut.

Dan siapa yang terlibat dalam setiap tahapan. Agar lebih mudah, gunakanlah tabel berikut ini.

No Siklus Tujuan Peserta yang terlibat

4) Tanyakan kepada peserta, bagaimana hubungannya siklus penanggulangan kemiskinan dengan

msurenbang? Dimana BKM/LKM punya peluang untuk terlibat di dalam musrenbang?. Bahas kembali (cermati bersama) mekanisme musrenbang hasil diskusi dalam kegiatan 1.

5) Berilah tanda dimana BKM/LKM mempunyai peluang untuk berkontribusi. 6) Simpulkan bersama, berilah penguatan.

Masyarakat melalui proses perencanaan partisipatif telah menghasilkan dokumen PJM Pronangkis desa/kelurahan. Dokumen tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen musrenbang desa / kelurahan untuk diteruskan ke musrenbang ditingkat lebih lanjut, karena telah disusun dan dimusyawarahkan oleh masyarakat secara partisipatif berdasarkan persoalan dan kebutuhan riil, sehingga di dalam proses musrenbang tidak perlu lagi proses identifikasi persoalan dan potensi mengenai persoalan kemiskinan di wilayahnya, karena semuanya telah dilakukan oleh masyarakat dalam tahapan siklus penanggulangan kemiskinan.

Page 18: Modul Musrenbang

18

9) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya. 10) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

PemetaanSwadaya

2PJM

Pronangkis

4

MembangunBKM/LKM

3

BLM

KSM

Review: PJM, Kelembagaan,

Keuangan

7Pelaksanaan

dan Pemantauan

6

1Refleksi

KemiskinanSinergi dengan

Perencanaan Daerah

5

Identi

fikasi

Masa

lah

Taha

p Pela

ksana

anTahap Evaluasi

Tahap Perencanaan

Page 19: Modul Musrenbang

19

Apa dan Mengapa Musrenbang Desa/Kelurahan (Panduan Penyelenggaraan Musyawarah perencanaan pembangunan Desa/Kelurahan,Ditjen Bina Bangda Departemen Dalam Negeri,Forum Pengembangan Partisipasi masyarakat, Januari 2008)

Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa/kelurahan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa/kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrenbang desa/kelurahan dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacu/memperhatikan kepada rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) yang sudah disusun2.

Musrenbang yang bermakna, akan membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tersedia baik dari dalam desa sendiri maupun dari luar desa.

Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas pemerintah desa/kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tatapemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tatapemerintahan dan pembangunan.

Kerangka Hukum Musrenbang Desa/Kelurahan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari bawah secara partisipatif. Peraturan Pemerintah No.72/2005 tentang Desa menjabarkan lebih lanjut mengenai posisi desa dalam konteks otonomi daerah dengan mengacu pada

UU 32/2004 tersebut. Sedangkan kelurahan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.73/2005 tentang Kelurahan.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi, perencanaan pembangunan desa/kelurahan merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah (kabupaten/kota) dan merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Payung hukum untuk pelaksanaan musrenbang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang secara teknis pelaksanaannya sejauh ini masih diatur dengan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang yang diterbitkan setiap tahun3.

2 SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang tahun 2007. 3 Surat edaran ini diterbitkan sambil menunggu ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang musrenbang.

Page 20: Modul Musrenbang

20

Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan konsep dan proses yang tidak terpisahkan. Rencana pembangunan tidak dapat dijalankan tanpa anggaran atau sumber pembiayaannya. Di tingkat desa disusun dokumen anggaran yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Sementara itu, meskipun kelurahan bukan unit pemerintahan otonom seperti halnya desa, musrenbang kelurahan dilakukan salah satunya untuk merumuskan kegiatan prioritas dalam urusan pembangunan yang akan dimasukkan kedalam Renja SKPD kelurahan yang merupakan bagian dari tahapan penyusunan APBD (kabupaten/kota).

Partisipasi Masyarakat dalam Musrenbang Desa/Kelurahan Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis. Musyawarah merupakan istilah yang sebenarnya sudah jelas berarti merupakan forum untuk merembukkan sesuatu dan berakhir pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama. Bukan seminar atau sosialisasi informasi. Proses musrenbang jangan sampai disusun sebagai suatu acara seremonial yang separuh atau sebagian besar dari waktunya diisi dengan sambutan-sambutan atau pidato-pidato. Inti dari musrenbang adalah partisipasi aktif warga.

Musrenbang desa/kelurahan adalah forum dialogis antara pemerintah dengan pemangku kepentingan dari suatu isu/persoalan, kebijakan, peraturan, atau program pembangunan yang sedang dibicarakan. Dalam musrenbangdes, pemerintah desa dan warga berembug dalam menyusun program tahunan desanya. Demikian halnya di kelurahan, musrenbang kelurahan menjadi media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di wilayah kelurahan, baik yang ditangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah, menjadi bagian Renja SKPD Kelurahan, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain yang relevan.

Tujuan dan Keluaran Musrenbang Desa/Kelurahan Tujuan Musrenbang Desa yaitu:

1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan desa yang akan menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa dengan pemilahan sbb.:

Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri dan dibiayai melalui dana swadaya desa/masyarakat;

Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri yang dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) yang berasal yang berasal dari APBD kabupaten/kota atau sumber dana lain;

Prioritas kegiatan desa yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD kab./kota atau APBD propinsi.

2. Menyepakati Tim Delegasi Desa yang akan memaparkan persoalan daerah yang ada di desanya pada forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program

Tujuan Musrenbang Kelurahan yaitu:

1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan yang termasuk urusan pembangunan yang menjadi wewenang kelurahan yang menjadi bahan penyusun-an Rencana Kerja SKPD Kelurahan.

2. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan oleh warga kelurahan yang dibiayai melalui dana swadaya masyarakat dan dikoordinasikan oleh lembaga kemasyarakatan di kelurahan setempat.

3. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan kelurahan sendiri yang dibiayai melalui dana bantuan dari pemerintah daerah (kabupaten/kota)

4. Prioritas kegiatan pembangunan kelurahan yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD kabupaten/kota atau APBD propinsi.

5. Menyepakati Tim Delegasi kelurahan yang akan memaparkan persoalan daerah yang

Page 21: Modul Musrenbang

21

pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

ada di kelurahannya di forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

KELUARAN MUSRENBANG DESA/KELURAHAN Keluaran Musrenbang Desa adalah:

1. Daftar prioritas kegiatan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Desa untuk tahun anggaran berjalan.

2. Daftar nama Tim Delegasi Desa yang akan mengikuti musrenbang kecamatan.

3. Berita acara musrenbang desa.

Keluaran Musrenbang Kelurahan adalah:

1. Daftar prioritas kegiatan urusan pembangunan untuk menyusun Rencana Kerja SKPD kelurahan;

2. Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan secara swadaya

3. Daftar permasalahan prioritas yang akan diajukan ke musrenbang kecamatan

4. Daftar nama Tim Delegasi Kelurahan yang akan mengikuti musrenbang kecamatan.

5. Berita acara musrenbang kelurahan

Proses Umum Musrenbang Desa/Kelurahan

Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan 1. Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang (TPM) oleh Kepala Desa/Lurah

Struktur organisasi TPM dan pembagian tugas: Ketua, bendahara, seksi-seksi (acara, materi, logistik)

Pembentukan tim pemandu oleh TPM (3 orang).

2. Persiapan teknis pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan oleh TPM:

Penyusunan jadwal dan agenda musrenbang desa/kelurahan

Pengumuman kegiatan musrenbang desa/kelurahan dan penyebaran undangan kepada peserta dan narasumber (minimal 7 hari sebelum Hari-H)

Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi, alat dan bahan).

3. Persiapan oleh tim pemandu:

Pelaksanaan kajian desa/kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/isu pembangunan) untuk menyusun data/informasi permasalahan desa/kelurahan

Penyusunan rancangan awal RKP Desa yang diturunkan dari RPJM Desa atau Renja Kelurahan yang diturunkan dari Renstra Kelurahan / RPJM Desa terutama yang termasuk urusan pembangunan

Persiapan bahan masukan (materi) musrenbang lainnya yang relevan.

Page 22: Modul Musrenbang

22

Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan

Musrenbang Desa

1. Pemaparan-pemaparan sebagai masukan untuk musyawarah:

Pemaparan oleh anggota masyarakat mengenai gambaran persoalan desa menurut hasil kajian, yang dibagi sesuai dengan urusan/bidang pembangunan desa: (1) Rangkuman permasalahan sosial-budaya desa (termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan); (2) Rangkuman permasalahan infrastruktur desa; (3) Rangkuman permasalahan pemerintahan desa

Pemaparan Kepala Desa mengenai: (1) Hasil evaluasi RKP-Desa yang sudah berjalan; (2) Kerangka prioritas program menurut RPJM Desa; (3) Informasi perkiraan ADD tahun berikut

Tanggapan pihak kecamatan mengenai paparan desa yang dihubungkan dengan kebijakan dan prioritas program daerah di wilayah kecamatan ybs.

Perumusan pokok-pokok penting hasil pemaparan di atas dan tanggapan/diskusi oleh warga masyarakat.

2. Musyawarah penyepakatan prioritas masalah/kebutuhan yang ada di desa kegiatan untuk RKP-Desa tahun berikutnya dengan proses sbb.:

Pemilahan permasalahan yang menjadi prioritas desa sendiri dan yang menjadi prioritas untuk diusulkan melalui musrenbang kecamatan

Pembahasan rancangan awal RKP-Desa

Penyusunan prioritas permasalahan/kebutuhan daerah yang ada di desa.

3. Musyawarah penentuan tim delegasi desa dengan proses sbb.:

Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi desa

Penentuan calon dari peserta musrenbang desa

Pemilihan/pengambilan suara

Penyampaian/penyepakatan mandat yang diberikan kepada tim delegasi.

Musrenbang Kelurahan 1. Pemaparan-pemaparan sebagai masukan untuk musyawarah:

Pemaparan oleh anggota masyarakat mengenai gambaran persoalan di wilayah kelurahan menurut hasil kajian, yang dibagi ke dalam urusan yang menjadi kewenangan kelurahan: (1) Rangkuman permasalahan sosial-budaya kelurahan (termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan); (2) Rangkuman permasalahan infrastruktur Kelurahan; (3) Rangkuman permasalahan pemerintahan kelurahan.

Pemaparan Lurah mengenai: (1) Hasil evaluasi Renja SKPD Kelurahan yang sudah berjalan; (2) Kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh SKPD yang sudah berjalan di wilayah kelurahan; (3) Kerangka prioritas program dan kegiatan urusan pembangunan menurut

Page 23: Modul Musrenbang

23

Renstra Kelurahan; (3) Informasi perkiraan Bantuan Kelurahan, Pagu Indikatif Kelurahan, dan informasi APBD lainnya.

Tanggapan pihak kecamatan mengenai paparan kondisi kelurahan yang dihubungkan dengan kebijakan dan prioritas program daerah di wilayah kecamatan ybs.

Perumusan pokok-pokok penting hasil pemaparan di atas dan tanggapan/diskusi oleh warga masyarakat.

2. Musyawarah penyepakatan prioritas masalah/kebutuhan serta kegiatan yang ada di wilayah kelurahan dengan proses sbb.:

Pemilahan permasalahan yang menjadi prioritas untuk ditangani di tingkat kelurahan sendiri dan yang menjadi prioritas untuk diusulkan melalui musrenbang kecamatan.

Pembahasan rancangan awal Renja SKPD Kelurahan untuk urusan pembangunan.

Penyusunan prioritas permasalahan/kebutuhan daerah yang ada di wilayah kelurahan.

3. Musyawarah penentuan tim delegasi Kelurahan dengan proses sbb.:

Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi Kelurahan.

Penentuan calon dari peserta musrenbang kelurahan.

Pemilihan/pengambilan suara.

Penyampaian/penyepakatan mandat yang diberikan kepada tim delegasi.

Tahapan Pasca Musrenbang Desa/Kelurahan 1) Rapat kerja tim perumus hasil musrenbang desa/kelurahan yang terdiri dari:

Dua-tiga (2-3) orang dari TPM dan perangkat desa/kelurahan

Tiga (3) orang anggota tim delegasi desa/kelurahan

2) Rapat kerja finalisasi dokumen:

RKP-Desa dan penyusunan APBDesa untuk desa

Renja SKPD Kelurahan dan penyusunan Daftar Prioritas Kegiatan Pembangunan Swadaya Kelurahan dan Daftar Prioritas Permasalahan Pembangunan Kelurahan

Masukan (Dokumen/Data/Informasi) yang Dibutuhkan untuk Penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan Pada tahap pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan, dibutuhkan materi/data/informasi sbb.:

Musrenbang Desa

Dokumen RPJM-Desa;

Hasil kajian desa (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);

Page 24: Modul Musrenbang

24

Hasil evaluasi RKP-Desa tahun sebelumnya;

Rancangan awal RKP-Desa tahun yang sedang berjalan.

Musrenbang Kelurahan

Renstra SKPD Kelurahan

Hasil kajian kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);

Hasil evaluasi Renja SKPD Kelurahan tahun sebelumnya, dan kegiatan pembanguan yang sedang berjalan;

Rancangan awal Renja SKPD Kelurahan tahun yang sedang berjalan.

Dokumen-dokumen yang Dihasilkan Musrenbang Desa/Kelurahan Seluruh proses musrenbang desa/kelurahan, menghasilkan dokumen-dokumen sbb.:

Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan Rekap data/informasi hasil kajian desa (per dusun/RW ata per sektor);

Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan untuk musrenbang desa dan Renja SKPD Kelurahan untuk musrenbang kelurahan.

Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan Notulensi dan berita acara pelaksanaan musrenbang;

Format-format isian penentuan prioritas kegiatan yang akan menjadi bahan utama penyempurnaan rancangan awal RKP-Desa Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan.

Tahapan Pasca Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan SK Kades/Kelurahan untuk Tim Delegasi Desa/Kelurahan;

Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan;

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Rencana Anggaran dan Biaya Program Kelurahan

Peserta Musrenbang Desa/Kelurahan Pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan sebaiknya diumumkan secara terbuka minimal 7 hari

sebelum Hari-H sehingga warga masyarakat siapa pun dapat saja menghadirinya sebab forum ini adalah milik warga masyarakat desa/kelurahan.

Komposisi peserta. Musrenbang desa/kelurahan akan lebih ideal apabila diikuti oleh berbagai komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang terdiri atas:

Keterwakilan wilayah (dusun/kampung/RW/RT);

Keterwakilan berbagai sektor (ekonomi/ pertanian/ kesehatan/ pendidikan/ lingkungan/ dsb.);

Keterwakilan kelompok usia (generasi muda; generasi tua);

Page 25: Modul Musrenbang

25

Keterwakilan kelompok sosial dan jenis kelamin (tokoh masyarakat, tokoh adat; tokoh agama; bapak-bapak; ibu-ibu; kelompok marjinal);

Keterwakilan 3 unsur tata pemerintahan (pemerintah desa/kelurahan, kalangan swasta/bisnis, masyarakat umum);

Serta keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku kepentingan dalam upaya pembangunan desa/urusan kelurahan.

Tips Melibatkan Kelompok Marjinal dan Perempuan

Salah satu tugas Tim Penyelenggara Musrenbang dan tim pemandu adalah mengupayakan keterlibatan berbagai kelompok masyarakat yang biasanya tidak hadir dan berbicara di forum/musyawarah desa (termasuk perempuan). Beberapa tips adalah:

Lakukan pendekatan pribadi kepada beberapa orang untuk menjelaskan apa dan mengapa dilaksanakan musrenbang desa/kelurahan, serta pentingnya keterlibatan warga semua kalangan;

Berikan informasi yang memungkinkan warga tersebut dapat memahami apa yang akan dibahas dalam musrenbang;

Lakukan pertemuan dengan kelompok khusus yang biasanya tidak mau hadir dalam forum atau pertemuan desa untuk menggali aspirasinya (misal: kelompok buruh tani, kelompok ibu-ibu, kelompok sektor informal, kelompok nelayan, dan sebagainya);

Identifikasi orang-orang dalam setiap kelompok tersebut untuk menjadi kontak dalam pelibatan kelompoknya. Yakinkan orang ini untuk mendorong kelompoknya terlibat dalam kegiatan-kegiatan musrenbang dan forum desa lainnya.

Peran dan tugas peserta. Peran/tugas utama peserta adalah berpartisipasi secara aktif dalam proses musyawarah sampai pengambilan keputusannya. Berpartisipasi secara aktif bukan hanya berarti pandai dan banyak bicara, melainkan juga mampu mendengarkan aspirasi dan pandangan orang lain serta menjaga agar musrenbang benar-benar menjadi forum musyawarah bersama.

Kriteria (persyaratan) sebagai peserta. Meskipun semua warga desa berhak berpartisipasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan, tetapi terdapat kriteria atau persyaratan yang sebaiknya disampaikan kepada warga yang ingin menjadi peserta, yaitu:

Peserta menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah yaitu kesetaraan, menghargai perbedaan pendapat, anti dominasi, anti diskriminasi, mengutamakan kepentingan umum (desa), dan keberpihakan terhadap kalangan marjinal4.

Peserta bersedia mempersiapkan diri dengan cara ikut serta mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi, dokumen, dan materi yang relevan untuk pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan. Untuk memperoleh informasi, peserta dapat menghubungi sumber informasi yaitu Tim Pemandu maupun Tim Penyelenggara Musrenbang desa/kelurahan.

Peserta berminat membangun kapasitasnya mengenai kebijakan, aturan, arah program pemerintah, berbagai isu pembangunan, dan sebagainya, sehingga bisa berperan serta sebagai peserta musrenbang yang aktif. Untuk penguatan kapasitas, Tim Pemandu maupun Tim

4 Lihat penjabaran prinsip-prinsip musrenbang desa.

Page 26: Modul Musrenbang

26

Penyelenggara Musrenbang Desa/Kelurahan dapat menyelenggarakan simulasi musrenbang desa/kelurahan.

Pengorganisasian Penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan Pemerintah desa/kelurahan dapat membentuk Lembaga Kemasyarakatan (LKM)5 yang salah satu tugas/fungsinya adalah membantu sebagai penyusun rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif6. Dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan pembangunan desa, pemerintahan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa ini. Karena itu, biasanya

Kepala Desa menunjuk Ketua LKM/LPM untuk menjadi Ketua Tim Penyelenggara Musrenbang desa/kelurahan.

Peran/tugas Tim Penyelenggara Musrenbang Desa/Kelurahan, yaitu:

Melakukan pertemuan/rapat panitia (pembagian peran dan tugas, menyusun jadwal keseluruhan proses persiapan, pelaksanaan, dan paska musrenbang)

Membentuk tim pemandu (siapa, peran dan tugas)

Menyepakati tatacara menentukan dan mengundang peserta

Mengelola anggaran penyelenggaraan musrenbang secara terbuka, efektif, dan efisien

Mengorganisir seluruh proses musrenbang desa/kelurahan, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan paska-pelaksanaan sampai selesai tersusunnya RKP-Desa untuk musrenbang desa dan APB-Desa atau Renja SKPD Kelurahan untuk musrenbang kelurahan

Menyusun daftar cek-list dan mengkoordinir persiapan peralatan, bahan (materi), tempat, alat dan bahan yang diperlukan

Menyusun jadwal dan agenda pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan

Memastikan bahwa narasumber memberikan masukan yang dibutuhkan (relevan) untuk melakukan musyawarah perencanaan desa melalui surat permintaan materi yang diperinci apa saja yang diharapkan untuk dipaparkan atau berbincang langsung dengan narasumber

Apabila dibutuhkan, menyelenggarakan pelatihan atau simulasi musrenbang desa/kelurahan dalam rangka penguatan kapasitas warga yang akan mengikuti musrenbang desa/kelurahan. Simulasi musrenbang desa/kelurahan dapat dilakukan pada tahap pra-musrenbang desa/kelurahan (tahap persiapan)

Kepala desa berperan/tugas menjadi penanggung jawab dari keseluruhan pelaksanaan musrenbang di desanya.

Prinsip-prinsip Musrenbang Desa/Kelurahan Prinsip-prinsip musrenbang desa/kelurahan, berlaku baik untuk pemandu, peserta, narasumber, maupun semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan. Prinsip-prinsip ini tidak boleh dilanggar agar musrenbang desa/kelurahan benar-benar menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam rangka menyusun program kegiatan pembangunan desa.

5 Atau disebut juga Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM). 6 PP 72/2005 tentang Desa dan PP 73 tentang Kelurahan.

Page 27: Modul Musrenbang

27

Prinsip kesetaraan. Peserta musyawarah adalah warga desa dengan hak yang setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi (menghormati) hasil keputusan forum meskipun kita sendiri tidak sependapat.

Prinsip musyawarah dialogis. Peserta musrenbang desa/kelurahan memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak dan desa di atas kepentingan individu atau

golongan.

Prinsip anti dominasi. Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok yang mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah semua komponen masyarakat secara seimbang.

Prinsip keberpihakan. Dalam proses musyawarah, dilakukan upaya untuk mendorong individu dan kelompok yang paling ’diam’ untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin, perempuan dan generasi muda.

Prinsip anti diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

menjadi peserta musrenbang. Kelompok marjinal dan perempuan, juga punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya dan tidak boleh dibedakan.

Prinsip pembangunan desa secara holistik. Musrenbang desa/kelurahan dimaksudkan untuk menyusun rencana pembangunan desa, bukan rencana kegiatan kelompok atau sektor tertentu saja. Musrenbang desa/kelurahan dilakukan sebagai upaya mendorong kemajuan dan

meningkatkan kesejahteraan desa secara utuh dan menyeluruh sehingga tidak boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam menentukan prioritas kegiatan pembangunan desa.

Page 28: Modul Musrenbang

28

Musrenbang Kecamatan A. Pengertian 1. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan

ditingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan serta menyepakati rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Kecamatan dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.

2. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan untuk mengatasi permasalahan di wilayah kecamatan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil musyawarah.

3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja Pemerintah Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas untuk mengelola anggaran dan barang daerah.

4. Rencana Kerja (Renja) SKPD adalah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. 5. Nara Sumber adalah pihak-pihak pemberi informasi yang dibutuhkan untuk proses pengambilan

keputusan dalam Musrenbang Kecamatan. 6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang

Kecamatan. 7. Musrenbang Kecamatan menghasilkan antara lain:

a. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh kecamatan dan menjadi Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya,

b. Daftar kegiatan Prioritas yang akan diusulkan ke Kabupaten/Kota yang disusun menurut SKPD dan atau gabungan SKPD untuk dibiayai melalui anggaran SKPD yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota.

c. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/kota. B. Tujuan Musrenbang Kecamatan diselenggarakan untuk: 1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang akan

menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan. 2. Membahas dan menetapkan kegiatan prioritas pembangunan di tingkat kecamatan yang belum

tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan. 3. Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-

fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota. C. Masukan Hal-hal yang perlu disiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan antara lain adalah: 1. Dari Desa/Kelurahan:

a. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Tahunan dari masing-masing desa/kelurahan yang berisi kegiatan prioritas yang dilengkapi kode desa/kelurahan dan kecamatan.

b. Daftar nama anggota delegasi dari desa/kelurahan untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan.

c. Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga/organisasi sosial kemasyarakatan, koperasi, LSM yang bekerja di kecamatan, atau organisasi tani/nelayan di tingkat kecamatan.

d. Daftar masalah, dan usulan kegiatan prioritas Desa/Kelurahan hasil identifikasi pelaku program pembangunan di tingkat desa/kelurahan yang dibiayai oleh hibah/bantuan Luar Negeri.

Page 29: Modul Musrenbang

29

2. Dari Kabupaten/Kota: a. Kode kecamatan (dua angka yang sama dengan yang disampaikan di desa/kelurahan)

untuk memudahkan SKPD dan Bappeda mengetahui kecamatan yuang mengusulkan kegiatan tersebut.

b. Kegiatan prioritas pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan SKPD pelaksananya beserta rencana pendanaannya di kecamatan tersebut.

c. Penjelasan nama dan jumlah Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sebagaimana telah ditentukan oleh Bappeda, berikut fungsi dan program terkaitnya.

D. Mekanisme Tahapan pelaksanaan Musrenbang Kecamatan terdiri dari: 1. Tahap Persiapan: a. Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan. b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) mengkompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari masing-masing desa/kelurahan berdasarkan fungsi SKPD yang menjadi tanggungjawab SKPD.

b) menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan. c) mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang

Kecamatan minimal 7 (tujuh) hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran dan atau diundang.

d) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kecamatan, baik wakil dari desa/kelurahan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat.

e) menyiapkan tempat, peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang Kecamatan.

2. Tahap Pelaksanaan:

a. Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan. b. Pemaparan Camat mengenai masalah-masalah utama kecamatan, seperti kemiskinan,

pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran. c. Pemaparan Kepala-kepala Cabang SKPD setempat atau Pejabat SKPD kabupaten/kota

mengenai rancangan Rencana Kerja SKPD di tingkat kecamatan yang bersangkutan beserta strategi dan besaran plafon dananya.

d. Pemaparan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan tentang masalah utama dan kegiatan prioritas dari masing-masing desa/kelurahan menurut fungsi/SKPD.

e. Verifikasi oleh delegasi desa/kelurahan untuk memastikan semua kegiatan prioritas yang diusulkan oleh desa/kelurahan sudah tercantum menurut masing-masing SKPD.

f. Kesepakatan kriteria untuk menentukan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan untuk masing-masing fungsi/SKPD atau gabungan SKPD.

g. Pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang tercantum.

h. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta Musrenbang namun belum diusulkan oleh desa/kelurahan (kegiatan lintasdesa/kelurahan yang belum diusulkan desa/kelurahan).

i. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan berdasarkan masing-masing fungsi/SKPD.

j. Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi/SKPD atau gabungan SKPD dihadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan.

k. Pemilihan dan Penetapan daftar nama delegasi kecamatan (3-5 orang) untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/ Kota. Komposisi delegasi tersebut harus terdapat perwakilan perempuan.

Catatan

Page 30: Modul Musrenbang

30

Dalam kondisi dokumen penunjang tidak lengkap atau keterbatasan nara sumber, Musrenbang kecamatan tetap dilaksanakan minimal hingga langkah yang disebutkan pada butir 7, sehingga Camat dapat menyusun gabungan prioritas kegiatan tahunan dari desa/kelurahan menurut SKPD. Hasilnya kemudian disampaikan kepada Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD di tingkat Kabupaten/Kota. Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Musrenbang kecamatan. E. Keluaran Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah: 1. Dokumen Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan

yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya. 2. Daftar kegiatan Prioritas yang akan dilaksanakan melalui SKPD atau Gabungan SKPD. 3. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang

Kabupaten/kota. 4. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan. F. Peserta Peserta Musrenbang Kecamatan adalah individu atau kelompok yang merupakan wakil dari desa/kelurahan dan wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala kecamatan (misalnya: organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi petani, organisasi pengrajin, dan lain sebagainya). G. Narasumber 1. Dari Kabupaten/Kota: Bappeda, perwakilan SKPD, kepala-kepala cabang SKPD di kecamatan

yang bersangkutan, kepala-kepala unit pelayanan di kecamatan, anggota DPRD dari wilayah pemilihan kecamatan yang bersangkutan. Khusus untuk anggota DPRD, forum ini bisa menjadi forum untuk menjaring aspirasi masyarakat.

2. Dari Kecamatan: Camat, aparat kecamatan, LSM yang bekerja di kecamatan yang bersangkutan, dan para ahli/profesional yang dibutuhkan.

H. Tugas Tim Penyelenggara 1. Merekapitulasi hasil dari seluruh Musrenbang Desa/Kelurahan. 2. Menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan. 3. Mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat pelaksanaan Musrenbang

Kecamatan. 4. Mendaftar peserta Musrenbang Kecamatan. 5. Memfasilitasi proses pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. 6. Membantu para delegasi kecamatan dalam menjalankan tugasnya di Forum SKPD dan

Musrenbang Kabupaten/Kota. 7. Merangkum daftar kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan untuk dibahas pada

Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/ Kota. 8. Merangkum berita acara hasil Musrenbang Kecamatan sekurang-kurangnya memuat: a)

kegiatan prioritas yang disepakati, dan b) daftar nama delegasi yang terpilih. 9. Menyampaikan Berita Acara hasil Musrenbang Kecamatan kepada anggota DPRD dari wilayah

pemilihan kecamatan yang bersangkutan, sebagai referensi dalam forum pembahasan Panitia Anggaran DPRD.

I. Tugas Delegasi Kecamatan 1. Membantu Tim Penyelenggara menyusun daftar kegiatan prioritas pembangunan di wilayah

kecamatan untuk dibahas pada Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota. 2. Memperjuangkan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan dalam Forum SKPD dan

Musrenbang Kabupaten/Kota.

Page 31: Modul Musrenbang

31

3. Mengambil inisiatif untuk membahas perkembangan usulan kecamatan dengan delegasi dari desa/kelurahan dan kelompok-kelompok masyarakat di tingkat kecamatan.

4. Mendiskusikan berita acara hasil Musrenbang Kecamatan dengan anggota DPRD dari wilayah pemilihan kecamatan yang bersangkutan.

5. Setelah memperoleh kepastian mengenai berbagai kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di Kecamatan oleh masing-masing SKPD (dengan sumber dana dari APBD maupun sumber lainnya), maka Tim Penyelenggara Musrenbang Tahunan Kecamatan dan delegasi kecamatan membantu Camat mengumumkan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan dan mendorong masyarakat untuk melakukan pemantauan terhadap kegiatankegiatan tersebut.

Page 32: Modul Musrenbang

32

Modul 3 Topik: Strategi BKM/LKM untuk Memperjuangkan PJM Pronangkis Masuk ke dalam Musrenbang

1. Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam musrenbang

2. Peserta mampu merumuskan strategi BKM/LKM untuk memperjuangkan PJM Pronangkis Masuk ke dalam Musrenbang.

Kegiatan 1: Diskusi merumuskan strategi integrasi PJM Pronangkis dalam musrenbang

3 Jpl ( 135’)

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 33: Modul Musrenbang

33

Diskusi Merumuskan Strategi BKM/LKM Memperjuangkan PJM Pronangkis Masuk dalam Musrenbang

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai dengan Tema “

Strategi BKM/LKM Memperjuangkan PJM Pronangkis Masuk dalam Musrenbang” kemudian uraikan apa yang ingin dicapai dalam modul ini : • Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam musrenbang • Peserta mampu merumuskan strategi BKM/ LKM untuk memperjuangkan PJM Pronangkis

Masuk ke dalam Musrenbang. 2) Ingkatkan kembali peserta mengenai tujuan musrenbang. 3) Jelaskan kepada peserta, bahwa sekarang kita akan merumuskan bersama, bagaimana

strateginya BKM/LKM dalam memperjuangkan PJM Pronangkis dapat menjadi bagian dari RPJM Desa/Rentsra Kelurahan dan RKP desa/Renja Kelurahan sehingga menjadi acuan utama dalam musrenbang desa/kelurahan. Namun sebelumnya alangkah lebih baiknya diidentifikasi bersama permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan musrenbang.

4) Bagikan kartu metaplan, ajaklah seluruh peserta untuk menuliskan permasalahan-

permasalahan yang mereka ketahui mengenai pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan. 5) Setelah itu, persilahkan seluruh peserta untuk membacakannya dan hasilnya ditempelkan pada

papan tulis atau dinding. 6) Simpulkan bersama hasil dari identifikasi permasalahan musrenbang, dan berilah kesempatan

kepada peserta lain utuk menambahkan, apabila masih ada yang kurang

Musrenbang merupakan suatu upaya pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam merencanakan kegiatan pembangunan yang akan dilakukan, hal ini membuktikan bahwa pemerintah memberikan keleluasaan kepada masyarakat untuk menentukan dan mengatur kehidupannya berdasarkan persoalan dan kebutuhannya. Produk musrenbang desa/kelurahan adalah RKP Desa/Renja kelurahan yang disusun pada saat persiapan (para Musrenbang) bila desa telah memiliki dokumen RPJM Desa / Renstra Kelurahan. Bila Belum ada RPJM desa/Renstra kelurahan, RKP desa disusun pada pasca pelaksanaan musrenbang berdasarkan usulan kegiatan prioritas yang disepakati dalam musyawarah. Pada kenyataannya, pelaksanaan musrenbang tidak semuanya berjalan dengan optimal, karena berbagai persoalan, terutama belum dapat terintegrasikannya PJM pronangkis di dalam RPJM desa/Renstra kelurahan sehingga tidak menjadi acuan di dalam musrenbang.

Page 34: Modul Musrenbang

34

7) Kemudian bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, ajaklah setiap kelompok untuk

mendiskusikan beberapa hal : a. Siapa actor-aktor (stakeholder) kunci yang dapat dijadikan titik masuk agar PJM pronangkis

menjadi bagian dari RPJM desa/Renstra kelurahan sehingga menjadi acuan dalam Musrenbang?

b. Apa saja yang harus dipersiapkan oleh BKM/LKM ? c. Langkah apa saja yang harus dilakukan oleh BKM/LKM ? d. Apa dukungan yang dibutuhkan dari pemerintah desa/kelurahan?

8) Berilah kesempatan beberapa saat, amatilah seluruh proses diskusi setiap kelompok, buatlah pelaksanaan diskusi lebih santai dan informal sehingga peserta dapat merumuskan strategi dengan baik dan realistis, dan berilah penjelasan apabila ada peserta yang masih belum paham.

9) Kemudian berilah kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,

serta dorong peserta lainnya untuk memberikan tanggapan atau tambahan terhadap pendapat kelompok yang sedang mempresentasikan.

10) Sepakati bersama, serta berilah penguatan 11) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya. 12) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.

Permasalahan yang sering muncul dalam Musrenbang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masalah yang berkaitan dengan input, proses dan output.

Pertama, masalah yang berkaitan dengan input terutama menyangkut keterlibatan masyarakat yang rendah sebagai dampak dari ketidaktahuan akan peran masyarakat dalam pembuatan keputusan, dan kurangnya informasi yang dimiliki serta masih kuatnya budaya yang didominasi oleh yang di”tua”kan (ketokohan).

Kedua, masalah yang berkaitan dengan proses, yaitu masih besarnya pengaruh top down, sehingga tidak dilakukan secara partisipatif, namun hanya untuk memenuhi kepentingan pihak tertentu dan formalitas saja.

Ketiga, masalah dalam output berkaitan dengan masih kuatnya paradigma lama yang berlomba untuk menyusun “shoping list” dan “daftar belanja” yang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kebutuhan.

Page 35: Modul Musrenbang

35

PJM Pronangkis desa/kelurahan merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dari dokumen RPJM Desa/ Renstra Kelurahan sehingga dapat menjadi acuan dalam musrenbang, desa/kelurahan dan dilanjutkan ke musrenbang di tingkat lebih lanjut. Adapun langkah yang bisa dilakukan BKM/LKM dalam memperjuangkan PJM Pronangkis dalam musrenbang, diantaranya : • Melakukan sosialisasi secara menyuluruh kepada masyarakat terutama warga miskin

dan perempuan mengenai pentingnya keterlibatan mereka di dalam musrenbang. • Melakukan pendekatan kepada aktor-aktor (stakeholders kunci). • Melakukan koordinasi intensif dengan forum BKM/LKM mengenai pentingnya

keterlibatan LKM/BKM serta forum LKM/BKM di dalam pelaksanaan musrenbang. • melakukan koordinasi yang intensif dengan aparat desa/kelurahan dalam rangka

persiapan dan pelaksanaan musrenbang. • Menyiapkan dokumen PJM Pronangkis yang sesuai dengan persoalan dan kebutuhan riil

masyarakat. • Memastikan agar musrenbang dihadiri oleh masyarakat khususnya kelompok marjinal

(warga miskin dan perempuan), serta LKM/BKM menjadi salah satu bagian dari peserta musrenbang.

• Memperjuangkan PJM Pronangkis menjadi bagian dari RPJM Desa/Renstra Kelurahan. • Membangun kesadaran kepada masyarakat terutama peserta musrenbang bahwa PJM

Pronangkis harus menjadi bagian yang harus masuk di dalam RPJM Desa/ Renstra Kelurahan dan RKP Desa/Renja Kelurahan, sehingga menjadi acuan di dalam musrenbang desa/kelurahan.

• Membangun kesadaran agar yang menjadi delegasi ke tingkat kecamatan adalah orang-orang yang bisa meyakinkan para pengambil kebijakan di musrenbang kecamatan bahwa usulan desa/kelurahannya adalah harus menjadi prioritas.