Panor a Mik 470826342
Click here to load reader
-
Upload
achilles-ok-ok -
Category
Documents
-
view
70 -
download
2
Transcript of Panor a Mik 470826342
PANORAMIK
A. Dasar-Dasar Pesawat Panoramik
1. Pengertian Istilah Panoramik (Langland, 1989)
Pengertian panoramik biasanya disebut juga Orthopantomografi atau
Rotografi. Secara etimologis orthopantomografi berasal dari kata :
Ortho berasal dari bahasa Yunani yang berarti normal atau lurus.
Pan berasal dari bahasa Inggris yang berarti menyeluruh.
Tomos berasal dari bahasa Yunani berarti potongan atau irisan.
Graphic berasal dari bahasa Yunani berarti gambaran atau catatan.
Jadi dari asal kata tersebut dapat disimpulkan bahwa orthopantomografi
(OPG) berarti pemeriksaan radiologis dari gigi beserta rahangnya yang
berbentuk melengkung sehingga terlihat gambaran yang lurus dari film
dengan menggunakan prinsip tomografi.
2. Komponen Pesawat Panoramik (Whaites, 1997)
Jenis rancangan pesawat panoramik berbeda satu dengan yang lain tetapi
semua pada dasarnya terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu :
Tube head sinar-X
Tube head menghasilkan berkas sinar-X yang sempit dengan
penyudutan ke arah atas kira-kira 80 dari bidang horizontal.
Kaset film dan kaset carriage (tempat kaset)
Tempat kaset terbuat perisai tembaga, dihubungkan dengan tube head
sehingga dapat bergerak saling berlawanan arah selama eksposi. Hal
ini menghasilkan pergerakan tomografi yang singkron pada bidang
vertikal.
Kaset yang digunakan adalah kaset tipis yang fleksibel atau kaset yang
kaku dengan dilengkapi screen, biasanya ukuran kaset 5 x 12 inchi
atau 6 x 12 inchi (Langland, 1989).
Gambar : Kaset fleksibel panoramik berisi intensifying screen
Peralatan untuk memposisikan pasien termasuk light beam marker
Hand grips digunakan untuk pegangan tangan pasien dan untuk
mengurangi pergerakan pasien pada pesawat panoramik posisi berdiri
(stand up unit). Wheel chair digunakan untuk tempat duduk pasien
yang dapat diputar untuk memudahkan penataan posisi pada pesawat
panoramik posisi duduk (sit down unit). Light beam marker (sinar
penanda) digunakan untuk membantu memposisikan pasien jika
pasien menghadap ke dinding. Bite block digunakan untuk mengganjal
gigi agar insisivus sentral atas dan bawah pada posisi “ujung dengan
ujung” sehingga dapat menghindari superposisi. Penopang dagu
digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak bergerak
(Langland, 1989).
Gambar : Pesawat panoramik XTROPAN
2000
Keterangan : A. Tube head sinar-X; B. Penyangga dan fiksasi kepala;
C. Tempat kaset; D. Kontrol panel.
Gambar : Kaset fleksibel panoramik berisi intensifying screen
Peralatan untuk memposisikan pasien termasuk light beam marker
Hand grips digunakan untuk pegangan tangan pasien dan untuk
mengurangi pergerakan pasien pada pesawat panoramik posisi berdiri
(stand up unit). Wheel chair digunakan untuk tempat duduk pasien
yang dapat diputar untuk memudahkan penataan posisi pada pesawat
panoramik posisi duduk (sit down unit). Light beam marker (sinar
penanda) digunakan untuk membantu memposisikan pasien jika
pasien menghadap ke dinding. Bite block digunakan untuk mengganjal
gigi agar insisivus sentral atas dan bawah pada posisi “ujung dengan
ujung” sehingga dapat menghindari superposisi. Penopang dagu
digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak bergerak
(Langland, 1989).
Gambar : Pesawat panoramik XTROPAN
2000
Keterangan : A. Tube head sinar-X; B. Penyangga dan fiksasi kepala;
C. Tempat kaset; D. Kontrol panel.
Gambar : Kaset fleksibel panoramik berisi intensifying screen
Peralatan untuk memposisikan pasien termasuk light beam marker
Hand grips digunakan untuk pegangan tangan pasien dan untuk
mengurangi pergerakan pasien pada pesawat panoramik posisi berdiri
(stand up unit). Wheel chair digunakan untuk tempat duduk pasien
yang dapat diputar untuk memudahkan penataan posisi pada pesawat
panoramik posisi duduk (sit down unit). Light beam marker (sinar
penanda) digunakan untuk membantu memposisikan pasien jika
pasien menghadap ke dinding. Bite block digunakan untuk mengganjal
gigi agar insisivus sentral atas dan bawah pada posisi “ujung dengan
ujung” sehingga dapat menghindari superposisi. Penopang dagu
digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak bergerak
(Langland, 1989).
Gambar : Pesawat panoramik XTROPAN
2000
Keterangan : A. Tube head sinar-X; B. Penyangga dan fiksasi kepala;
C. Tempat kaset; D. Kontrol panel.
3. Prinsip Kerja
Prinsip kerja pesawat panoramik menggunakan tiga pusat putaran.
Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah
yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian
posterior. Pada pesawat ini pasien dalam keadaan diam, sumber sinar-X
dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan kurva film kaset berputar
pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber sinar-X dan
tempat kaset bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah
sempit pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien
mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu
sumbu konsentris untuk region anterior pada rahang (tepatnya di sebelah
incisivus pada region premolar). Dan dua sumbu rotasi eksentris untuk
bagian samping rahang (tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan
(Langland, 1989).
Gambar : Prinsip kerja pesawat panoramik (Langland, 1989)
3. Prinsip Kerja
Prinsip kerja pesawat panoramik menggunakan tiga pusat putaran.
Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah
yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian
posterior. Pada pesawat ini pasien dalam keadaan diam, sumber sinar-X
dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan kurva film kaset berputar
pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber sinar-X dan
tempat kaset bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah
sempit pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien
mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu
sumbu konsentris untuk region anterior pada rahang (tepatnya di sebelah
incisivus pada region premolar). Dan dua sumbu rotasi eksentris untuk
bagian samping rahang (tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan
(Langland, 1989).
Gambar : Prinsip kerja pesawat panoramik (Langland, 1989)
3. Prinsip Kerja
Prinsip kerja pesawat panoramik menggunakan tiga pusat putaran.
Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah
yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian
posterior. Pada pesawat ini pasien dalam keadaan diam, sumber sinar-X
dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan kurva film kaset berputar
pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber sinar-X dan
tempat kaset bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah
sempit pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien
mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu
sumbu konsentris untuk region anterior pada rahang (tepatnya di sebelah
incisivus pada region premolar). Dan dua sumbu rotasi eksentris untuk
bagian samping rahang (tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan
(Langland, 1989).
Gambar : Prinsip kerja pesawat panoramik (Langland, 1989)
B. Prosedur Pemeriksaan Panoramik
1. Persiapan Alat (Langland, 1989)
Pesawat panoramik siap pakai
Kaset panoramik beserta screen
Film ukuran 5 x 12 inchi atau 6 x 12 inchi
Bite block (untuk pengganjal gigi)
Pengolah film otomatis
Apron (perisai timbal)
2. Indikasi Pemeriksaan (Whaites, 1997)
Penilaian gigi keseluruhan, untuk mencatat pertumbuhan dan posisi
dari perkembangan gigi permanen.
Lesi seperti kusta, tumor dan anomali pada badan dan ramus
mandibula, untuk menentukan letak dan ukurannya.
Fraktur pada semua bagian mandibula, kecuali pada bagian depan.
Antral disease, khususnya untuk melihat permukaan gigi, dinding
depan dan belakang antra.
Memeriksa kualitas permukaan kepala kondilus pada cedera TMJ,
khususnya digunakan jika pasien tidak dapat membuka mulut.
Penyakit gigi, untuk mengetahui keseluruhan level tulang alveolar.
Penilaian terhadap pertumbuhan dan posisi gigi liar.
Penilaian terhadap beberapa penyakit yang mendasari sebelum
pemasangan gigi palsu.
Mengevaluasi tinggi tulang alveolar sebelum pemasukan osseo-
integrated implants.
3. Persiapan Pasien
Pasien diminta menanggalkan benda-benda logam, plastik dan benda-
benda lain yang dapat mengganggu gambaran dari kepala dan leher.
Terangkan kepada pasien tentang pemeriksaan, termasuk bagaimana
tabung dan kaset berputar dan waktu eksposi yang dibutuhkan. Pandu
pasien ke pesawat panoramik, istirahatkan pasien pada bite blog
(Bontrager, 2001).
4. Teknik Radiografi Panoramik
a. Posisi Pasien
Pasian duduk tegak pada kursi pesawat yang telah terpasang dengan
punggung lurus atau penderita berdiri dan kedua tangan pasien
berpegang pada hand grips (Langland, 1989). Posisi tubuh, kepala
dan leher tegak, jangan sampai kepala dan leher melengkung ke
depan (Bontrager, 2001).
b. Posisi Objek
Ketinggian chin rest diatur sampai IOML sejajar dengan lantai.
Bidang oklusal turun 100 dari belakang ke depan. MSP diatur segaris
dengan garis tengah vertikal dari chin rest. Tempatkan bite block di
antara gigi depan pasien. Pasien diminta menempelkan kedua bibir
dan menempatkan lidah pada langi-langit mulut (Bontrager, 2001).
Gambar : Posisi pemeriksaan
c. Arah Sinar
Arah sinar horizontal, berputar dari rahang sebelah kiri sampai
rahang sebelah kanan (Langland, 1989).
d. Pengambilan Gambar
Setelah posisi pasien tepat dan kaset dimasukkan pada tempat kaset
kemudian mengatur faktor eksposi. Eksposi dilakukan pada saat
mulut pasien tertutup dan setelah menelan ludah dengan tujuan agar
tidak terjadi pergerakan objek. Waktu penyinaran berkisar antara 12-
pasien ke pesawat panoramik, istirahatkan pasien pada bite blog
(Bontrager, 2001).
4. Teknik Radiografi Panoramik
a. Posisi Pasien
Pasian duduk tegak pada kursi pesawat yang telah terpasang dengan
punggung lurus atau penderita berdiri dan kedua tangan pasien
berpegang pada hand grips (Langland, 1989). Posisi tubuh, kepala
dan leher tegak, jangan sampai kepala dan leher melengkung ke
depan (Bontrager, 2001).
b. Posisi Objek
Ketinggian chin rest diatur sampai IOML sejajar dengan lantai.
Bidang oklusal turun 100 dari belakang ke depan. MSP diatur segaris
dengan garis tengah vertikal dari chin rest. Tempatkan bite block di
antara gigi depan pasien. Pasien diminta menempelkan kedua bibir
dan menempatkan lidah pada langi-langit mulut (Bontrager, 2001).
Gambar : Posisi pemeriksaan
c. Arah Sinar
Arah sinar horizontal, berputar dari rahang sebelah kiri sampai
rahang sebelah kanan (Langland, 1989).
d. Pengambilan Gambar
Setelah posisi pasien tepat dan kaset dimasukkan pada tempat kaset
kemudian mengatur faktor eksposi. Eksposi dilakukan pada saat
mulut pasien tertutup dan setelah menelan ludah dengan tujuan agar
tidak terjadi pergerakan objek. Waktu penyinaran berkisar antara 12-
pasien ke pesawat panoramik, istirahatkan pasien pada bite blog
(Bontrager, 2001).
4. Teknik Radiografi Panoramik
a. Posisi Pasien
Pasian duduk tegak pada kursi pesawat yang telah terpasang dengan
punggung lurus atau penderita berdiri dan kedua tangan pasien
berpegang pada hand grips (Langland, 1989). Posisi tubuh, kepala
dan leher tegak, jangan sampai kepala dan leher melengkung ke
depan (Bontrager, 2001).
b. Posisi Objek
Ketinggian chin rest diatur sampai IOML sejajar dengan lantai.
Bidang oklusal turun 100 dari belakang ke depan. MSP diatur segaris
dengan garis tengah vertikal dari chin rest. Tempatkan bite block di
antara gigi depan pasien. Pasien diminta menempelkan kedua bibir
dan menempatkan lidah pada langi-langit mulut (Bontrager, 2001).
Gambar : Posisi pemeriksaan
c. Arah Sinar
Arah sinar horizontal, berputar dari rahang sebelah kiri sampai
rahang sebelah kanan (Langland, 1989).
d. Pengambilan Gambar
Setelah posisi pasien tepat dan kaset dimasukkan pada tempat kaset
kemudian mengatur faktor eksposi. Eksposi dilakukan pada saat
mulut pasien tertutup dan setelah menelan ludah dengan tujuan agar
tidak terjadi pergerakan objek. Waktu penyinaran berkisar antara 12-
20 detik dengan kVp 62-90 kV dan mA minimal sampai 12 mA
ataudisesuaikan dengan kondisi pasien. Selama melakukan eksposi
tombol penyinaran ditekan terus sampai eksposi selesai. Jika
menekan tombol tidak penuh berarti eksposinya tidak sempurna dan
akan berpengaruh pada radiograf yaitu berupa artefak. Pada waktu
penyinaran tersebut tabung sinar-X berputar berlawanan dengan
tempat kaset dan film berputar pada sumbunya. Setelah penyinaran
tabung sinar-X dan tempat kaset dikembalikan pada posisi semula.
Alat pengukur posisi kepala dilepaskan dan penderita dipersilakan
meninggalkan ruangan pemeriksaan kemudian kaset diambil dari
tempat kaset dan dibawa ke kamar gelap untuk diproses (Achmad,
1989).
Gambar : Contoh radiograf panoramik
20 detik dengan kVp 62-90 kV dan mA minimal sampai 12 mA
ataudisesuaikan dengan kondisi pasien. Selama melakukan eksposi
tombol penyinaran ditekan terus sampai eksposi selesai. Jika
menekan tombol tidak penuh berarti eksposinya tidak sempurna dan
akan berpengaruh pada radiograf yaitu berupa artefak. Pada waktu
penyinaran tersebut tabung sinar-X berputar berlawanan dengan
tempat kaset dan film berputar pada sumbunya. Setelah penyinaran
tabung sinar-X dan tempat kaset dikembalikan pada posisi semula.
Alat pengukur posisi kepala dilepaskan dan penderita dipersilakan
meninggalkan ruangan pemeriksaan kemudian kaset diambil dari
tempat kaset dan dibawa ke kamar gelap untuk diproses (Achmad,
1989).
Gambar : Contoh radiograf panoramik
20 detik dengan kVp 62-90 kV dan mA minimal sampai 12 mA
ataudisesuaikan dengan kondisi pasien. Selama melakukan eksposi
tombol penyinaran ditekan terus sampai eksposi selesai. Jika
menekan tombol tidak penuh berarti eksposinya tidak sempurna dan
akan berpengaruh pada radiograf yaitu berupa artefak. Pada waktu
penyinaran tersebut tabung sinar-X berputar berlawanan dengan
tempat kaset dan film berputar pada sumbunya. Setelah penyinaran
tabung sinar-X dan tempat kaset dikembalikan pada posisi semula.
Alat pengukur posisi kepala dilepaskan dan penderita dipersilakan
meninggalkan ruangan pemeriksaan kemudian kaset diambil dari
tempat kaset dan dibawa ke kamar gelap untuk diproses (Achmad,
1989).
Gambar : Contoh radiograf panoramik
C. Kriteria Radiografi Panoramik
Menurut Bontrager (2001), struktur anatomi yang harus tampak pada
radiografi panoramik antara lain gigi geligi, mandibula, temporomandibular
joints (TMJs), nasal fossae, sinus maksila, arkus zygomatikum, maksila, dan
bagian vertebra servikal.
Mandibula tampak tanpa rotasi atau penyudutan yang diindikasikan dengan
TMJ pada bidang horisontal yang sama pada gambaran, ramus dan gigi
belakang magnifikasinya sama pada setiap sisi gambar, gigi depan dan
belakang tampak secara tajam dengan magnifikasi yang sama. Selain itu,
posisi pasien yang tepat yang diindikasikan dengan simpisis mandibula
terproyeksi secara lurus di bawah mandibular angles, mandibula berbentuk
lengkung, bidang oklusal sejajar dengan sumbu panjang pada gambaran, gigi
atas dan bawah terletak rapi dan terpisah tanpa superposisi, vertebra servikal
tampak tanpa superposisi pada TMJ (Bontrager, 2001).
Densitas mandibula dan gigi geligi sama dalam gambaran. Tidak ada densitas
hilang yang jelas tergambar di tengah. Tidak ada artefak yang bertumpukan
pada gambaran (Bontrager, 2001).
Gambar : Struktur anatomi radiografi panoramik (Bontrager, 2001)
Keterangan : A. Fossa nasal; B. Sinus maksila; C. Arkus zygomatik; D.
Kondil; E. Mandibular notch; F. Prosesus koronoid; G. Angle (gonion); H.
Ramus; I. Bidang oklusal; J. Body; K. Simpisis.
C. Kriteria Radiografi Panoramik
Menurut Bontrager (2001), struktur anatomi yang harus tampak pada
radiografi panoramik antara lain gigi geligi, mandibula, temporomandibular
joints (TMJs), nasal fossae, sinus maksila, arkus zygomatikum, maksila, dan
bagian vertebra servikal.
Mandibula tampak tanpa rotasi atau penyudutan yang diindikasikan dengan
TMJ pada bidang horisontal yang sama pada gambaran, ramus dan gigi
belakang magnifikasinya sama pada setiap sisi gambar, gigi depan dan
belakang tampak secara tajam dengan magnifikasi yang sama. Selain itu,
posisi pasien yang tepat yang diindikasikan dengan simpisis mandibula
terproyeksi secara lurus di bawah mandibular angles, mandibula berbentuk
lengkung, bidang oklusal sejajar dengan sumbu panjang pada gambaran, gigi
atas dan bawah terletak rapi dan terpisah tanpa superposisi, vertebra servikal
tampak tanpa superposisi pada TMJ (Bontrager, 2001).
Densitas mandibula dan gigi geligi sama dalam gambaran. Tidak ada densitas
hilang yang jelas tergambar di tengah. Tidak ada artefak yang bertumpukan
pada gambaran (Bontrager, 2001).
Gambar : Struktur anatomi radiografi panoramik (Bontrager, 2001)
Keterangan : A. Fossa nasal; B. Sinus maksila; C. Arkus zygomatik; D.
Kondil; E. Mandibular notch; F. Prosesus koronoid; G. Angle (gonion); H.
Ramus; I. Bidang oklusal; J. Body; K. Simpisis.
C. Kriteria Radiografi Panoramik
Menurut Bontrager (2001), struktur anatomi yang harus tampak pada
radiografi panoramik antara lain gigi geligi, mandibula, temporomandibular
joints (TMJs), nasal fossae, sinus maksila, arkus zygomatikum, maksila, dan
bagian vertebra servikal.
Mandibula tampak tanpa rotasi atau penyudutan yang diindikasikan dengan
TMJ pada bidang horisontal yang sama pada gambaran, ramus dan gigi
belakang magnifikasinya sama pada setiap sisi gambar, gigi depan dan
belakang tampak secara tajam dengan magnifikasi yang sama. Selain itu,
posisi pasien yang tepat yang diindikasikan dengan simpisis mandibula
terproyeksi secara lurus di bawah mandibular angles, mandibula berbentuk
lengkung, bidang oklusal sejajar dengan sumbu panjang pada gambaran, gigi
atas dan bawah terletak rapi dan terpisah tanpa superposisi, vertebra servikal
tampak tanpa superposisi pada TMJ (Bontrager, 2001).
Densitas mandibula dan gigi geligi sama dalam gambaran. Tidak ada densitas
hilang yang jelas tergambar di tengah. Tidak ada artefak yang bertumpukan
pada gambaran (Bontrager, 2001).
Gambar : Struktur anatomi radiografi panoramik (Bontrager, 2001)
Keterangan : A. Fossa nasal; B. Sinus maksila; C. Arkus zygomatik; D.
Kondil; E. Mandibular notch; F. Prosesus koronoid; G. Angle (gonion); H.
Ramus; I. Bidang oklusal; J. Body; K. Simpisis.
Bayangan anatomi normal yang tampak pada radiografi panoramik bervariasi
antara pesawat panoramik yang satu dengan yang lain, tetapi secara umum
dibagi menjadi 2 yaitu bayangan asli atau nyata dan bayangan artefak
(Whaites, 1997).
1. Bayangan asli atau nyata
a) Bayangan jaringan keras (hard tissue)
Yaitu gigi geligi, mandibula, maksila, hard palate, prosesus styloid,
tulang hyoid, septum nasal dan konka, lingkaran orbita, dan dasar
kepala.
Gambar : Bayangan hard tissues pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Septum nasal; B. Tengah dan bawah turninates; C. Garis
orbita; D. Hard palate; E. Permukaan antrum; F. Permukaan antrum; G. MAE;
H. Prosesus styloid; I. Hyoid; J. Plastik kepala pendukung.
b) Bayangan jaringan lunak
Yaitu lobus telinga, kartilago nasal, soft palate, punggung lidah,
bibir, pipi, dan lipatan nasolabial.
Gambar 12. Bayangan soft tissues pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Kartilago nasal; B. Lobus telinga; C. Soft palate; D. Punggung
lidah; E. Orofaring; F. Lipatan nasolabial; G. Mulut.
Bayangan anatomi normal yang tampak pada radiografi panoramik bervariasi
antara pesawat panoramik yang satu dengan yang lain, tetapi secara umum
dibagi menjadi 2 yaitu bayangan asli atau nyata dan bayangan artefak
(Whaites, 1997).
1. Bayangan asli atau nyata
a) Bayangan jaringan keras (hard tissue)
Yaitu gigi geligi, mandibula, maksila, hard palate, prosesus styloid,
tulang hyoid, septum nasal dan konka, lingkaran orbita, dan dasar
kepala.
Gambar : Bayangan hard tissues pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Septum nasal; B. Tengah dan bawah turninates; C. Garis
orbita; D. Hard palate; E. Permukaan antrum; F. Permukaan antrum; G. MAE;
H. Prosesus styloid; I. Hyoid; J. Plastik kepala pendukung.
b) Bayangan jaringan lunak
Yaitu lobus telinga, kartilago nasal, soft palate, punggung lidah,
bibir, pipi, dan lipatan nasolabial.
Gambar 12. Bayangan soft tissues pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Kartilago nasal; B. Lobus telinga; C. Soft palate; D. Punggung
lidah; E. Orofaring; F. Lipatan nasolabial; G. Mulut.
Bayangan anatomi normal yang tampak pada radiografi panoramik bervariasi
antara pesawat panoramik yang satu dengan yang lain, tetapi secara umum
dibagi menjadi 2 yaitu bayangan asli atau nyata dan bayangan artefak
(Whaites, 1997).
1. Bayangan asli atau nyata
a) Bayangan jaringan keras (hard tissue)
Yaitu gigi geligi, mandibula, maksila, hard palate, prosesus styloid,
tulang hyoid, septum nasal dan konka, lingkaran orbita, dan dasar
kepala.
Gambar : Bayangan hard tissues pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Septum nasal; B. Tengah dan bawah turninates; C. Garis
orbita; D. Hard palate; E. Permukaan antrum; F. Permukaan antrum; G. MAE;
H. Prosesus styloid; I. Hyoid; J. Plastik kepala pendukung.
b) Bayangan jaringan lunak
Yaitu lobus telinga, kartilago nasal, soft palate, punggung lidah,
bibir, pipi, dan lipatan nasolabial.
Gambar 12. Bayangan soft tissues pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Kartilago nasal; B. Lobus telinga; C. Soft palate; D. Punggung
lidah; E. Orofaring; F. Lipatan nasolabial; G. Mulut.
c) Bayangan udara (mulut dan orofaring).
2. Bayangan artefak
Yaitu vertebra servikal, body, angle dan ramus sisi samping mandibula,
serta palate.
Gambar : Bayangan artefak pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Palate; B. Mandibula; C. Vertebra Servikal.
Menurut Carver (2006), kriteria untuk penilaian kualitas gambar suatu
radiograf panoramik antara lain :
a. Semua mandibula termasuk simpisis mental bawah dan kondilus atas
tampak. Hard palate dan bagian bawah sinus maksila tampak.
b. Susunan gigi tampak pada garis horison.
c. Bite rod tampak di pusat antara insisivus atas dan bawah yang dipisahkan
oleh bidang oklusal gigi.
d. Semua gigi tampak tajam.
e. Struktur servikal tampak kabur di bagian depan yang superposisi dengan
bayangan insisivus. Bayangan vertebra servikal terlihat tajam di kedua sisi
samping dari gambaran, terbebas dari daerah yang akan diperiksa.
f. Garis tepi mandibula tampak berlanjut dan tidak terputus.
c) Bayangan udara (mulut dan orofaring).
2. Bayangan artefak
Yaitu vertebra servikal, body, angle dan ramus sisi samping mandibula,
serta palate.
Gambar : Bayangan artefak pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Palate; B. Mandibula; C. Vertebra Servikal.
Menurut Carver (2006), kriteria untuk penilaian kualitas gambar suatu
radiograf panoramik antara lain :
a. Semua mandibula termasuk simpisis mental bawah dan kondilus atas
tampak. Hard palate dan bagian bawah sinus maksila tampak.
b. Susunan gigi tampak pada garis horison.
c. Bite rod tampak di pusat antara insisivus atas dan bawah yang dipisahkan
oleh bidang oklusal gigi.
d. Semua gigi tampak tajam.
e. Struktur servikal tampak kabur di bagian depan yang superposisi dengan
bayangan insisivus. Bayangan vertebra servikal terlihat tajam di kedua sisi
samping dari gambaran, terbebas dari daerah yang akan diperiksa.
f. Garis tepi mandibula tampak berlanjut dan tidak terputus.
c) Bayangan udara (mulut dan orofaring).
2. Bayangan artefak
Yaitu vertebra servikal, body, angle dan ramus sisi samping mandibula,
serta palate.
Gambar : Bayangan artefak pada radiografi panoramik (Whaites, 1997)
Keterangan : A. Palate; B. Mandibula; C. Vertebra Servikal.
Menurut Carver (2006), kriteria untuk penilaian kualitas gambar suatu
radiograf panoramik antara lain :
a. Semua mandibula termasuk simpisis mental bawah dan kondilus atas
tampak. Hard palate dan bagian bawah sinus maksila tampak.
b. Susunan gigi tampak pada garis horison.
c. Bite rod tampak di pusat antara insisivus atas dan bawah yang dipisahkan
oleh bidang oklusal gigi.
d. Semua gigi tampak tajam.
e. Struktur servikal tampak kabur di bagian depan yang superposisi dengan
bayangan insisivus. Bayangan vertebra servikal terlihat tajam di kedua sisi
samping dari gambaran, terbebas dari daerah yang akan diperiksa.
f. Garis tepi mandibula tampak berlanjut dan tidak terputus.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pemeriksaan Panoramik
a. Kelebihan
Semua jaringan pada area yang luas dapat tergambarkan pada film,
termasuk gigi depan meskipun pasien tidak dapat membuka mulut.
Gambar mudah dipahami pasien dan media pembelajaran.
Pergerakan pasien pada bidang vertikal hanya akan menghasilkan
distorsi pada bagian yang sedang tergambarkan saat itu.
Mudah dalam memposisikan pasien dan hanya dibutuhkan pembacaan
yang sedikit.
Dapat dilakukan penilaian cepat terhadap rahang.
Kedua sisi mandibula dapat ditampakkan pada satu film, sehingga
mudah untuk menilai adanya fraktur.
Gambaran yang luas dapat digunakan untuk evaluasi periodontal dan
penilaian orthodontik.
Permukaan antral, dinding depan dan belakang tampak dengan baik.
Kedua kondilar kepala tampak pada satu film, sehingga mudah
dibandingkan.
Dosis radiasinya (dosis efektif) sepertiga dari dosis pada survei seluruh
mulut dengan film intra oral.
Pada perkembangan, pembatasan kolimasi dapat mengurangi dosis.
b. Kekurangan
Gambaran tomografi hanya menampilkan irisan tubuh, struktur atau
abnormalitas yang bukan di bidang tumpu tidak bisa jelas.
Bayangan jaringan lunak dan udara dapat mengkaburkan struktur
jaringan keras.
Bayangan artefak bisa mengkaburkan struktur di bidang tumpu.
Pergerakan tomografi bersama dengan jarak antara bidang tumpu dan
film menghasilkan distorsi dan magnifikasi pada gambaran.
Penggunaan film dan intensifying screen secara tidak langsung dapat
menurunkan kualitas gambar.
Teknik pemeriksaan tidak cocok untuk anak-anak di bawah lima tahun
atau pasien non kooperatif karena lamanya waktu eksposi.
Beberapa pasien tidak nyaman dengan bentuk bidang tumpu dan
beberapa struktur akan keluar dari fokus.
DAFTAR PUSTAKA
Langland, Olaf E. 1989. Panoramic Radiology, Second Edition. Philadelphia :Lea and Febiger.
Whaites, Eric. 1997. Essentials of Dental Radiography and Radiology, ReprintedSecond Edition. New York : Churchill Livingstone.