panduantentangb3danapd-140416211611-phpapp01

9
Panduan tentang B3 dan APD RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH METRO

Transcript of panduantentangb3danapd-140416211611-phpapp01

Panduan tentang B3 dan APD

RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH METRO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di berbagai akan memberikan menfaat bagi kesejahteraan rakyat, namun pada sisi lain akan menimbulkan efek samping yang salah satunya adalah limbah yang teridentifikasi sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3). Disamping itu meningkatnya jumlah penduduk beserta aktifitasnya yang akan membawa kearah semakin meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan yang berarti meningkatkan pencemaran lingkungan di berbagai daerah.

Limbah B3 yang di buang langsung ke lingkingan menimbulkan berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya, sebagaimana halnya di negara maju, limbah B3 ini juga merupakan persoalan bagi negara-negara berkembang seperti indonesia, sehingga limbah tersebut harus dikelola, berdasarkan standar, baik berupa regulasi teknis dari Departemen Kesehatan dan Kementrian Lingkungan Hidup, maupun Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Dalam rangka mencegah timbulnya pencemaran lingkungan dan bahaya yang diakibatkannya dan yang akan menyebabkan kerugian sosial ekonomi, kesehatan dan lingkungan, maka limbah B3 tersebut harus dikelola secara khusus agar dapat dihilangkan atau dikurangi sifat bahayanya dana perlu diupayakan cara pengelolaannya yang berwawasan lingkungan serta pengawasan yang sungguh-sungguh oleh berbagai pihak termasuk institusi lain terkait.

Rumah sakit sebagai institusi yang bersifat sosio-ekonomis mempunyai funggsi dan tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Kegiatan rumah sakit tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi kemungkinan besar juga menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran akibat pembuangan limbahnya tanpa melalui pengelolaan lingkungan secara menyeluruh.

Seiring dengan meningkatkan pelayanan kesehatan dan jumlah rumah sakit yang beroperasi maka potensi pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan rumah sakit patut diduga akan kian hari kian meningkat, baik oleh aktifitas pembangun limbah infeksius maupun oleh kegiatan pembuangan limbah domestik yang pada gilirannya akan memberikan konstribusi terhadap penurunan derajat kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu upaya pengendalian pencemaran lingkungan oleh institusi rumah sakit akan sangat bermanfaat bagi terciptanya lingkungan yang sehat dan lestari.

Selain masyarakat, Tenaga kesehatan dan seluruh pegawai rumah sakit beresiko tinggi terinfeksi kuman ataupun tertular berbagai macam penyakit dari limbah hasil kegiatan di suatu rumah sakit. Melihat tingginya angka kejadian infeksi pada tenaga kesehatan, maka perlu dilakukan pencegahan. WHO (2004) telah menetapkan tentang pentingnya

menerapkan standart precaution pada tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi (Udin, 2012, p. 1).

Standart precaution adalah praktek kerja yang diperlukan untuk mencapai tingkat minimal pengendalian infeksi pada pasien dan juga melindungi petugas kesehatan. Penerapan standart precautions terdiri dari beberapa prosedur salah satunya yaitu Alat Perlindungan Diri (APD) (Boyce , 2002, p. 1; WHO, 2008, p. 1). APD atau Personal Protective Equipment (PPE) mencakup alat perlindungan kepala, wajah (mata, hidung dan mulut), alat perlindungan pendengaran, alat perlindungan tangan, gaun pelindung dan perlindungan kaki (Switzerlan, 2008, p. 2). Beberapa faktor pegawai bertindak tidak aman karena pegawai tidak tahu bahaya ditempat kerja, tidak tahu protap kerja aman, tidak tahu peraturan K3, dan seringkali pegawai mengabaikan aturan K3, merokok didaerah larangan, dan melakukan tindakan timbulkan percikan api disekitar B3 sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja (APK).

B. Tujuan 1. Tujuan umum

Sebagai acuan bagi RSB Asih dalam pengelolaan limbah B3 sesuai dengan ketentuan Departemen Kesehatan sehingga tidak mencemari lingkungan yang dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi petugas dan pasien serta dapat meningkatkan mutu pelayanan RSB Asih

2. Tujuan khususa. Sistem pengelolaan limbah padat B3 RSB ASIH melalui kerjasama dengan pihak

ketiga yaitu PT Bioteknika Bina Prima dalam hal pengangkutan limbah medis yang untuk kemudian diolah menggunakan Incenerator.

b. Sistem pengelolaan limbah cair hasil kegiatan RSB ASIH disalurkan ke instalasi pengolahan limbah cair (IPAL).

BAB II

DEFINISI

A. Pengertian Limbah Medis B3

Pengertian limbah medis sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18 jo 85 Tahun 1999, limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun dengan kode limbah D227. Sedangkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung B3 yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan menurut PP No. 74 Tahun 2001, B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang PengelolaanSampah, sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi: 

1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. 2. Sampah yang mengandung limbah B3. 3. Sampah yang timbul akibat bencana. 4. Bongkaran puing bangunan. 5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah. 6. Sampah yang timbul secara periodik.

B. Karakteristik Limbah B3Berikut ini adalah karakteristik limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999 Limbah B3 antara lain: 

1. Mudah meledak; adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. 

2. Mudah terbakar; Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut: • Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat Celcius akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. • Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus. • Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar. • Merupakan limbah pengoksidasi. 

3. Bersifat reaktif; yang dimaksud dengan reaktif adalah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut: • Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. • Dapat bereaksi hebat dengan air. • Apabila bercampur air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. • Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12.5 dapat

menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. 

1. Beracun; Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut. 

2. Infeksius; Limbah laboratorium medis, atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi pembuangan limbah. 

3. Bersifat korosif; Limbah yang memiliki dari salah satu sifat sebagai berikut: • Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit. • Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 min/tahun dengan temperature 550 C. • Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi : 

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; yaitu B3 yang berasal bukan dari proses utamanya tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll.

2. Limbah B3 dari sumber spesifik; yaitu B3 bahan awal, produk atau sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu.

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Definisi pengelolaan limbah padat B3 (medis) Adalah penanganan limbah padat B3 (medis) yang dimulai sejak dari pewadahan dan pengumpulan hingga pengolahan dan penimbunan/pemusnahan

Adalah penanganan limbah padat B3 (medis) yang dimulai sejak dari pewadahan dan pengumpulan hingga pengolahan dan penimbunan/pemusnahan

Macam-macam limbah B3

Macam limbah padat B3 (medis) yang diolah adalah : 1. Limbah padat yang sudah diketahui infeksius atau mengandung bakteri yang

berbahaya. 2. Limbah padat atau benda yang telah kontak dengan cairan tubuh pasien atau

pengobatan pasien. 3. Jaringan tubuh dan specimen laboratorium. 4. Limbah padat B3 yang bersifat toksik.

Standart.

Mengacu pada standar yang berlaku yaitu : 1.Untuk limbah padat B3 (medis) infeksius dan potensial mejadi berbahaya dimasukkan kontainer anti bocor, anti tusuk dengan lapisan kantong plastik warna kuning dan diikat dengan tali. 2.Untuk limbah padat B3 (medis) logam tajam, benda tajam dimasukkan dalam kontainer khusus (safety box) dan dilapisi plastik warna merah. 3.Wadah yang digunakan diberi simbol, label dan lapisan kantong plastik didalam wadah sesuai dengan tabel berikut ini: Kategori Warna Kontainer/ Kantong Plastik Lambang Keterangan 1 Limbah infeksius jenis benda tajam dan limbah infeksius jenis logam tajam. kuning Wadah plastik kuat, anti bocor, atau safety box2 Limbah infeksius bukan benda tajam Kuning wadah plastik kuat dan anti bocor atau kontainer 3 Limbah farmasi bersifat toksik Merah Wadah plastik atau kontainer 4.Trolly pengangkutan memakai trolly khusus yang telah terdapat wadah limbah yang sesuai komposisi limbah padat dan tertutup. 5.Limbah padat B3 yang berupa sisa produk farmasi yang meliputi obat-obatan kadaluarsa bila memungkinkan dikirim kembali ke agen penyedia.