PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI … › wp-content › uploads › 2020 › 05 › ...BAB I...

29
PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAP PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) PERSATUAN AHLI BEDAH UMUM INDONESIA PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA Penyusun: Bidang Ilmiah PP PABI DR. Dr. Sahudi,SpB(K)KL, FINACS DR. Dr. I Wayan Sudarsa, SpB(K)Onk, FINACS PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

Transcript of PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI … › wp-content › uploads › 2020 › 05 › ...BAB I...

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA

    PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    PERSATUAN AHLI BEDAH UMUM INDONESIA

    PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI

    COVID – 19 DI INDONESIA

    Penyusun: Bidang Ilmiah PP PABI

    DR. Dr. Sahudi,SpB(K)KL, FINACS DR. Dr. I Wayan Sudarsa, SpB(K)Onk, FINACS

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ ala atas limpahan berkat dan karunia-

    Nya sehingga rekomendasi kesiapsiagaan untuk Dokter Spesialis Bedah Umum dalam

    menghadapi COVID-19 ini berhasil diselesaikan.

    Rekomendasi ini sangat penting dibuat pada saat kasus COVID-19 telah dinyatakan

    sebagai pandemik dunia oleh WHO. Rekomendasi dibuat dengan tujuan meminimalisir

    terjangkitnya teman sejawat Dokter Spesialis Bedah Umum serta kesiapannya dalam

    menghadapi COVID-19. Kami harapkan teman sejawat Dokter Spesialis Bedah Umum dapat

    meningkatkan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan

    tetap menjaga kesehatan dan keamanan diri sendiri.

    Rekomendasi ini meliputi bagaimana seorang Dokter Spesialis Bedah Umum

    melakukan pemeriksaan sehari-hari di poliklinik, pemeriksaan pasien Bedah Umum di ruang

    rawat inap, pelaksanaan tindakan operasi emergensi, protokol Dokter Spesialis Bedah Umum.

    bila mendapatkan kecurigaan COVID-19, dan protokol pengambilan swab nasofaring dan

    orofaring pada pasien dengan kecurigaan COVID-19. Rekomendasi ini merupakan pedoman

    internal yang dapat berubah sewaktu-waktu karena perkembangan dan bukti-bukti keilmuan

    yang terus bertambah mengenai COVID-19 yang ditujukan khusus untuk anggota PABI.

    Sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan dalam upaya menghadapi hal tersebut.

    Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam rekomendasi ini sehingga saran dan

    masukkan dari seluruh anggota PABI kami harapkan untuk menyempurnakannya. Semoga

    dengan diterbitkannya rekomendasi ini dapat bermanfaat bagi seluruh Dokter Spesialis Bedah

    Umum di seluruh tingkat pelayanan.

    Jakarta, 16 April 2020

    Ketua Umum PP-PABI

    Dr. Djoni Darmadjaja, SpB, MARS, FINACS

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~1~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Coronavirus Disease-19 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Acute

    Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) Virus ini termasuk famili coronaviridae

    dengan struktur mencakup materi genetik, mantel pelindung (capsid) yang terbuat dari protein, dan

    mantel tambahan yang mengelilingi capsid yang disebut envelope yang tersusun dari lemak.

    Struktur virus SARS-CoV-2 mirip virus lain dalam hal tidak punya mesin replikasi, sehingga untuk

    memperbanyak dirinya harus menempel dan menembus sel inang, untuk selanjutnya memanfaatkan

    mesin sel inang untuk mereplikasi materi genetiknya sendiri. Konteks ini yang kemudian dipahami

    sebagai kaskade virus SARS-CoV-2 dalam menginfeksi struktur sel manusia, dimulai dari

    lengkapnya mutasi evolusi yang memungkinkan virus mampu menempel ke reseptor tertentu pada

    sel manusia sebagai inangnya.1-3

    Di Dunia, kasus pertama Covid-19 terjadi pada Desember 2019 di Wuhan, provinsi Hubei,

    China. Pada tanggal 12 Maret 2020 WHO telah mengumumkan bahwa COVID-19 sebagai

    kasus pandemik, dan sampai tanggal 13 April 2020, penyakit ini telah tersebar ke lebih dari

    200 negara/wilayah/daerah dengan total jumlah kasus 1.922.195 dan total kematian 119.560

    (Case Fatality Rate–CFR 6,22 %).

    Di Indonesia, kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah

    dua kasus yang kemudian terus berkembang hingga data 13 April 2020 menunjukkan kasus

    terkonfirmasi berjumlah 4.557 dengan total kasus kematian 399 (CFR 8.7%). Dan Indonesia

    sendiri telah menetapkan penyakit COVID-19 sebagai Bencana Nasional sejak 14 maret 2020.3

    Fakta diatas cukup untuk menggambarkan tingkat keparahan dan kompleksitas wabah.

    Prediksi awal penyebaran virus COVID-19 adalah dari hewan ke manusia, tetapi saat ini

    diyakini terjadi penyebaran partikel virus dari orang ke orang, terutama melalui percikan atau

    tetesan [droplet] penderita yang batuk atau bersin pada jarak 1-2 meter. Sangat mungkin juga

    seseorang tertular virus COVID-19 setelah menyentuh permukaan suatu objek yang

    terkontaminasi partikel virus.1-3

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~2~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    Saat seseorang terinfeksi virus COVID-19 terdapat beberapa kemungkinan yang bisa

    terjadi, mulai dari tidak bergejala (situasi ini cukup riskan mengingat tanpa disadari seseorang

    dapat menjadi sumber penularan bagi orang di dekatnya), atau muncul gejala mirip flu seperti

    pilek, batuk, dan demam, atau beberapa hari kemudian gejala memberat yang ditandai dengan

    sesak napas akibat infeksi pada paru (pneumonia). Biasanya, seseorang dianggap paling

    menular saat mereka paling bergejala (paling sakit), namun telah ada laporan penyebaran virus

    COVID-19 dari pasien yang terinfeksi tanpa gejala.

    Pasien dengan penyakit COVID-19 dengan atau tanpa gejala, bisa jadi datang ke tempat

    pelayanan Ahli Bedah, baik di IGD dalam kasus gawat darurat, poliklinik rawat jalan, ruang

    perawatan, atau di Kamar Operasi. Banyak prosedur pemeriksaan untuk diagnostik, maupun

    tindakan yang dilakukan seorang Ahli Bedah, yang bersifat kontak langsung atau berhubungan

    dengan jarak dekat dengan pasien. Hal ini menyebabkan seorang Dokter Spesialis Bedah

    menjadi tenaga medis yang mempunyai risiko tinggi tertular COVID-19.

    Mengingat sampai saat ini pengobatan untuk COVID-19 belum ditemukan, maka langkah

    pencegahan menjadi sangat penting, baik untuk tujuan agar tidak tertular ataupun mencegah

    transmisi virus lebih lanjut dari satu orang ke orang lain.

    Mengingat semua hal diatas, maka dirasa sangat perlu untuk membuat Panduan Pelayanan

    untuk para Ahli Bedah dalam menghadapi Pandemi Covid-19.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~3~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA. PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    BAB II

    ALAT PERLINDUNGAN DIRI

    Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang

    terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari

    cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Apabila digunakan dengan benar, APD

    bertindak sebagai penghalang antara bahan infeksius (misalnya virus dan bakteri) dan kulit,

    mulut, hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan dan pasien. Penghalang memiliki

    potensi untuk memblokir penularan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi

    pernapasan. Selain itu praktik pengendalian infeksi lainnya seperti mencuci tangan,

    menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol, dan menutupi hidung dan mulut saat batuk

    dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, dapat meminimalkan penyebaran infeksi

    dari satu orang ke orang lain. Penggunaan APD yang efektif mencakup pemindahan dan atau

    pembuangan APD yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah terpaparnya pemakai

    dan orang lain terhadap bahan infeksius.

    Pada pemilihan APD yang tepat, perlu mengidentifikasi potensial paparan penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan digunakan di tempat kerja dimana potensial bahaya tersebut mengancam pada petugas kesehatan di Rumah Sakit, dan semua APD yang digunakan harus mengikuti standar konsensus yang berlaku.

    2.1 TOPI BEDAH

    Gambar 2.1 Topi Bedah

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~13~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    2.2 PELINDUNG WAJAH

    Tabel 2.1 Jenis dan Kegunaan Pelindung Wajah Dikutip dari: Merced11

    Jenis Pelindung

    Wajah

    Safety Glasses/spectacles Full face shield Full face shield respirator googles

    Full face shield ini • Face shield ini memberikan memberikan perlindungan dari perlindungan yang lebih baik daripada aerosol maupun cairan tubuh full face maupun short face shield dan Melindungi mata, rongga mata dan dan biasanya di gunakan memberikan perlindungan pada mata. sebagai alternatif kacamata • Dalam kondisi panas area wajah yang mengelilingi mata karena mem- berikan menyebabkan beberapa Deskripsi dari bahaya seperti benda-benda perlindungan pada area wajah kesulitan. Ketidaknyamanan dan atau partikel yang berterbangan

    yang lebih luas pengunaan face shield ini dikaitkan dengan peningkatan suhu wajah.

    Bahan kimia kering * berbahaya Pengunaan alat respiratoir dan sejumlah kecil bahan kimia sangat di butuhkan cair berbahaya (misal,N95) saat menggu-

    Indikasi

    Digunakan saat membutuhkan nakan full face shield ini.

    perlindungan dari percikan- percikan darah, sekret yang biasa digunakan di laboratorium

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~14~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    2.3 MASKER

    Tabel 2.2 Jenis dan Kegunaan Masker Dikutip dari: 3M12

    N95 Respirator 3M Model Surgical N95 Respirator Surgical N95 Respirator Surgical Mask 8210 3M Model 1860 3M Model 1870+

    Designed to help protect the wearer from exposure to airborne particles (e.g. Dust, mist, fumes, fibers, and bioaerosols, such viruses and bacteria)

    Designed to fit tightly to the face and create a seal between the user’s face and the respirator

    Meets NIOSH 42 CFR 84 N95 requirements for a minimum 95% filtration efficiency against solid and liquid aerosols that do not contain oil

    Cleared for sale by the U.S. FDA as a surgical mask

    Fluid Resistant - Meets ASTM Test Method F1862 “Resistance of Medical Face Masks to Penetration by Synthetic Blood” which 120 mm Hg 160 mm Hg determines the mask’s resistance to synthetic blood directed at it under varying high pressures.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~15~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    2.4 GAUN

    Tabel 3.3 Jenis dan Kegunaan Gaun Dikutip dari: Medpurest13

    Gaun yang dapat Gaun non Gaun bedah disposable Gaun isolasi Gaun proteksi Hazmat digunakan bedah disposable kembali (Kain) disposable

    Gaun bedah memainkan peran

    pakaian

    Gaun non-bedah pelindung yang dekontaminasi,

    perlindungan dua arah selama operasi. pelindung pribadi

    adalah perangkat Pertama, gaun bedah membentuk digunakan oleh tenaga

    yang terdiri dari Gaun steril yang

    medis untuk peralatan pelindung Kelas I (dikecualikan penghalang antara pasien dan staf pakaian sel tidak

    menghindari paparan digunakan untuk dari tinjauan pasar medis untuk mengurangi kemungkinan

    sekali pakai yang tembus pandang darah, cairan tubuh,

    menutupi pakaian dikenakan oleh staf klinis awal) untuk personil medis terpapar darah pasien dan bahan infeksi lain,

    yang dikenakan kerja bersih (baju

    melindungi pemakai atau cairan tubuh lainnya selama ketika terpapar dengan

    sebag dan celana) saat atau untuk melindungi pasien penyakit menular

    dari transfer prosedur bedah. Kedua, gaun bedah terhadap bahan melakukan kegiatan

    pasien dari infeksi. Kelas A. Pakaian mikroorganisme dan dapat menghalangi kolonisasi / adhesi berbahaya. Pakaian Gaun itu merupakan

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~16~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    medis atau bedah cairan tubuh dalam kulit atau pakaian staf medis. Berbagai isolasi dua arah yang pelindung untuk seper aseptik situasi isolasi pasien bakteri di permukaan ditransmisikan mencegah kedua mencegah personil medis dikombinasikan risiko rendah atau ke pasien bedah, secara efektif personel medis dari dari infeksi dan isolasi dengan alat bantu minimal1 menghindari infeksi silang bakteri infeksi atau tunggal. 1 pernapasa seperti Staphylococcus aureus (MRSA) kontaminasi dan memastikan pasokan yang resistan terhadap multi-obat mencegah pasien dari udara sehingga bisa methicillin dan enterococci yang infeksi. 1 bern digunakan oleh resisten terhadap vankomisin. Oleh petugas pemadam karena itu, fungsi penghalang gaun kebakaran, instalasi bedah dianggap sebagai kunci untuk gawat darurat, mengurangi risiko infeksi selama paramedis, peneliti, operasi. 1 menanggapi tumpahan racun, spesialis membe yang terkontaminasi, dan pekerja di lingku [4]

    The United States

    1. Pasien yang

    Department of

    Gaun non-bedah tidak terpapar penyakit 1. Saat terpapar ke kelas Homela

    Mencegah digunakan dalam sterilisasi steril yang menular melalui A atau pasien yang mendefinisikan

    dikenakan selama ketat dan perawatan

    kontak seperti terkena oleh penyakit pakaian hazmat

    penetrasi cairan prosedur bedah, bakteri yang resistan menular Kelas A. 2. Ikuti sebagai " yan invasif pasien di ruang prosedur invasif, atau terhadap pedoman pengendalian melindungi orang operasi khusus. 1 ketika ada risiko beberapa obat. 2. infeksi terbaru ketika dari bahan atau zat

    kontaminasi sedang ketika pasien menghubungi pasien berbahay kimia, hingga tinggi. dilindungi di tempat yang diduga atau agen biologi, atau isolasi, seperti pasien dikonfirmasi SARS, bahan radi luka bakar luas, pasien Ebola, MERS, H7N9 flu cangkok tulang burung.

    dengan diagnosis dan

    1

    perawatan. 3.Terpapar

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

  • ~17~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    oleh darah pasien, cairan tubuh, sekresi, debit percikan. 4. Jika ingin memasuki departemen utama seperti ICU, NICU, bangsal pelindung, dll.1

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~18~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~19~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 2.5 SARUNG TANGAN

    Sarung tangan lateks Sarung tangan nitrile (bagi yang alergi lateks)

    Gambar 2.2 Sarung Tangan

    2.6 SHOE COVER

    Gambar 2.3 Jenis Shoe Cover

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~20~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    Keterangan:13

    Beberapa Kelas Penyakit Infeksi:

    Kelas A: wabah penyakit menular.

    Kelas B: Dikenal sebagai penyakit menular yang dikelola secara ketat, 26 penyakit menular diklasifikasikan sebagai penyakit menular Kelas B, termasuk Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), virus hepatitis, polio, poliomielitis, flu burung yang sangat patogenik, campak, demam berdarah epidemi, rabies, ensefalitis epidemi B, antraks, disentri basiler dan amuba.

    Kelas C: Penyakit menular Kelas C merujuk pada penyakit menular yang sedang diawasi. 11 penyakit infeksi Kelas C termasuk influenza, epidemi parotitis, rubella, konjungtivitis hemoragik akut, kusta, epidemi dan tipus endemik, kala-azar, echinococcosis, filariasis, diare infeksi lain (tidak termasuk kolera, basiler dan disentri amuba, dan typhoid dan paratyphoid), dan penyakit tangan, kaki, dan mulut. Selain itu, penyakit menular lain yang tidak terdaftar dalam penyakit menular yang sah dapat ditambahkan ke dalam penyakit menular Kelas B atau C berdasarkan wabah, prevalensi, dan kerugiannya. Namun, keputusan akhir tentang akses mereka ke dalam daftar hukum harus dibuat dan diumumkan oleh departemen administrasi kesehatan dewan negara.

    Kategori Level:

    Level 1: Risiko minimal, untuk digunakan, misalnya, selama perawatan dasar, isolasi standar,

    gaun pelindung untuk pengunjung, atau di unit medis standar.

    Level 2: Risiko rendah, untuk digunakan, misalnya, selama pengambilan darah, penjahitan, di Unit

    Perawatan Intensif (ICU), atau laboratorium patologi.

    Level 3: Risiko sedang, untuk digunakan, misalnya, selama pengambilan darah arteri,

    memasukkan garis Intravena (IV), di Ruang Gawat Darurat, atau untuk kasus trauma.

    Level 4: Risiko tinggi, untuk digunakan, misalnya, selama prosedur yang intensif cairan, operasi,

    ketika resistensi patogen diperlukan atau diduga penyakit menular (tidak menular melalui udara).

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~21~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    BAB III PEMERIKSAAN PASIEN

    Pedoman pemeriksaan pasien atas rekomendasi PP PABI Indonesia:

    a. Dalam rangka upaya mengurangi penyebaran penyakit COVID-19 pada masyarakat serta

    mencegah penularan penyakit pada tenaga medis, maka perlu dilakukan pembatasan

    kegiatan di bidang Bedah Umum untuk mengurangi kontak.

    b. Fokus pelayanan Bedah Umum hendaknya diarahkan pada pelayanan darurat dengan mengurangi atau bahkan menghentikan pelayanan elektif, untuk menyediakan tenaga

    medis yang cukup bagi pelayanan pasien COVID-19.

    c. Mengenai jenis pelayanan elektif yang dapat ditunda baik pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan operasi, hendaknya dibahas bersama dengan Komite Medis dan Manajemen

    Rumah Sakit dengan mengacu pada status Siaga Bencana COVID-19 yang ditetapkan di

    rumah sakit masing-masing.

    d. Melakukan pembagian shift di poliklinik dengan staf lain.

    e. Pembatasan kegiatan ini sampai dengan permasalahan COVID-19 mereda.

    3.1 PEMERIKSAN PASIEN DI POLIKLINIK 3.1.a. Pasien :

    1. Kasus kegawatdaruratan Bedah Umum dapat langsung datang ke Instalasi Gawat

    Darurat (IGD) dan tetap mendapatkan pelayanan sebagai kasus emergensi.

    2. Seluruh pasien memakai masker bedah karena kita tidak tahu apakah seseorang sudah terinfeksi atau dalam masa inkubasi atau sudah terjangkit COVID-19.

    Dengan memakai masker, maka droplet akan tertahan dan diserap oleh masker

    sehingga petugas kesehatan yang berada di sekitarnya relatif aman.

    3. Menjaga jarak aman antar pasien kurang lebih 1 (satu) meter pada saat menunggu.

    4. Pasien yang berusia lebih dari 65 tahun atau mempunyai penyakit penyerta seperti penyakit jantung, kencing manis, hipertensi, imunodefisiensi, dan lain-lain

    dipisahkan dengan pasien lainnya.

    5. Pasien Poliklinik Bedah Umum dengan penggunaan obat rutin seperti kemoterapi,

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~22~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    kontrol sesuai jadwal yang telah ditentukan.

    6. Pasien Poliklinik Bedah Umum dengan gejala: demam, batuk, pilek, sesak napas harap menyampaikan keluhan/gejalanya ke petugas saat masuk ke rumah sakit.

    7. Mencuci tangan sesuai prosedur WHO dengan sabun dan air mengalir atau

    menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol sebelum dan setelah dilakukan

    pemeriksaan.

    8. Pendamping pasien hanya 1 (satu) orang di dalam ruang konsultasi atau poliklinik.

    9. Selesai pemeriksaan dan konsultasi, pasien menunggu resep di luar ruangan.

    10. Tunda/hindari kunjungan ke Poliklinik Bedah Umum, kecuali terdapat kondisi di bawah ini:

    a. Nyeri perut yang sangat berat

    b. Benjolan pada area perut atau selangkangan yang disertai nyeri, tidak bisa buang

    air besar/ kentut dan muntah

    c. Tidak bisa buang air besar dan kentut

    d. Tidak bisa buang air kecil

    e. Buang air besar berdarah

    f. Benda asing di dalam tubuh

    g. Luka yang mengalami perdarahan yang hebat

    h. Benjolan yang disertai nyeri dan kemerahan

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~23~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    Gambar 3.1 Penundaan Berobat ke Dokter Spesialis Bedah Umum

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~24~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    3.1.b Perawat

    a. Dilengkapi dengan APD: masker bedah, sarung tangan, pelindung mata, dan gaun level 1.

    b. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah melayani pasien.

    c. Mengukur suhu tubuh pasien dengan menggunakan termometer tembak

    (infra merah), yang dilakukan di pintu masuk Gedung.

    d. Jarak dengan pasien lebih dari 1-2 meter.

    e. Mengisi formulir anamnesis mengenai gejala-gejala COVID-19.

    f. Bila didapatkan ODP ataupun PDP, rujuk ke tim COVID-19.

    g. Membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah.

    3.1.c Dokter Spesialis Bedah Umum

    a. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah melayani pasien.

    b. Memakai pakaian dengan lengan di atas siku (lengan pendek), bila memakai pakaian lengan panjang harap dilipat ke atas.

    c. Tidak menggunakan jas sneli/jas dokter.

    d. Memakai sarung tangan non steril, yang dicuci dengan menggunakan alkohol

    bila akan memeriksa pasien selanjutnya.

    e. Bila didapatkan pasien suspek COVID-19; masker dan sarung tangan diganti kemudian melakukan cuci tangan kembali.

    f. Tidak memakai perhiasan ataupun jam tangan.

    g. Mengikat rambut bagi yang berambut panjang.

    h. Identitas nama (Name tag) tidak memakai tali yang panjang.

    i. Tidak melakukan kontak fisik dengan pasien seperti bersalaman.

    j. Pada saat anamnesis dokter dan pasien berjarak 1-2 meter.

    k. Peralatan medis harus dibersihkan setiap selesai digunakan dari satu pasien ke pasien

    lain (seperti stetoskop, otoskop, spekulum hidung, dan lain-lain) dengan menggunakan

    alkohol 70% atau direndam dalam cairan yang mengandung klorin).

    l. Peralatan non medis (seperti pulpen, meja, komputer, dan lain-lain) harus dibersihkan setiap selesai visit dengan menggunakan alkohol 70% ataupun

    disinfektan lain.

    m. Memakai masker bedah, pelindung mata (kacamata atau google), penutup kepala

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~25~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    (nurse cap), gaun level 1 atau 2, dan sarung tangan yang tidak dilepas sampai

    pemeriksaan pasien terakhir.

    n. Tidak melakukan pemeriksaan di daerah hidung, mulut, dan orofaring (bila tidak diperlukan). Memakai masker N95, pelindung wajah, dan shoe cover apabila akan

    melakukan pemeriksaan di daerah tersebut.

    o. Tidak melakukan pemeriksaan endoskopi, apabila harus dilakukan pemeriksaan:

    • Untuk meminimalisir terjadinya batuk, spray anestesi lokal diganti dengan anestesi berbentuk gel.

    • Disarankan memakai endoskopi dengan diameter yang lebih kecil.

    • Memakai APD lengkap: o Penutup kepala/nurse cap.

    o Google atau pelindung wajah. o Masker N95.

    o Gaun level 2 atau 3. o Sarung tangan. o Shoe Cover.

    p. Membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah.

    Gambar 3.2 Alat Perlindungan diri di Poliklinik Bedah Umum Dikutip dari: Komite PPI RSUP Persahabatan14

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~26~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    3.2 PEMERIKSAAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) a. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah melayani pasien. b. Memakai masker bedah, pelindung mata (kacamata atau google), penutup kepala (nurse

    cap), dan sarung tangan. c. Memakai pakaian dengan lengan di atas siku (lengan pendek), bila memakai pakaian

    lengan panjang harap dilipat ke atas. Direkomendasikan memakai gaun level 1 atau 2. d. Tidak menggunakan jas sneli/jas dokter. e. Bila didapatkan pasien suspek COVID-19; masker dan sarung tangan diganti kemudian

    melakukan cuci tangan kembali. f. Tidak memakai perhiasan ataupun jam tangan. g. Mengikat rambut bagi yang berambut panjang. h. Identitas nama (Name tag) tidak memakai tali yang panjang. i. Tidak melakukan kontak fisik dengan pasien seperti bersalaman. j. Pada saat anamnesis dokter dan pasien berjarak 1-2 meter. k. Tidak melakukan pemeriksaan di daerah hidung, mulut, dan orofaring (bila tidak

    diperlukan). Memakai masker N95, pelindung wajah, dan shoe cover apabila diperlukan pemeriksaan daerah tersebut.

    l. Peralatan medis harus dibersihkan setiap selesai digunakan dari satu pasien ke pasien lain (seperti stetoskop, otoskop, spekulum hidung, dan lain-lain) dengan menggunakan alkohol 70% atau direndam dalam cairan yang mengandung klorin).

    m. Peralatan non medis harus dibersihkan setiap selesai pemeriksaan dengan menggunakan alkohol 70% seperti pulpen dan lain-lain.

    n. Membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah.

    3.3 PEMERIKSAAN DI RUANG RAWAT INAP

    a. Lakukan edukasi etika batuk dan cara mencuci tangan pada seluruh pasien. b. Antisipasi keluhan ke arah COVID-19 setiap kali visit kepada pasien dan penunggu

    pasien. c. Menangguhkan perawatan pasien yang tidak bersifat emergensi. d. Seluruh pasien dan penunggunya diberikan masker bedah saat dokter visit atau perawat

    melakukan pemeriksaan tanda vital. e. Penunggu pasien hanya dibolehkan berjumlah 1 (satu) orang. f. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah memeriksa pasien. g. Seluruh pasien dilakukan pengukuran suhu badan dengan menggunakan

    termometer tembak (infra merah) sebanyak 2 (dua) kali sehari. h. Tanda- tanda vital dimonitor setiap 4 (empat) jam. i. Buku status rawat/rekam medik tidak dibawa ke dalam ruang perawatan. j. Tidak menggunakan jas sneli/jas dokter.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~27~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    k. Memakai APD: masker bedah, kacamata, nurse cap, gaun level 1, dan sarung tangan. l. Peralatan medis harus dibersihkan setiap selesai digunakan dari satu pasien ke pasien

    lain (seperti stetoskop, otoskop, spekulum hidung, dan lain-lain) dengan menggunakan alkohol 70% atau direndam dalam cairan yang mengandung klorin).

    m. Peralatan non medis harus dibersihkan setiap selesai visit dengan menggunakan alkohol 70% seperti pulpen dan lain-lain.

    n. Diharapkan membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah.

    3.4. PROSEDUR MELAKUKAN TINDAKAN

    a. Menunda tindakan elektif, kecuali tindakan yang tidak dapat ditunda.

    b. Daftar tindakan Bedah Umum yang tidak dapat ditunda untuk dijadikan acuan, misalnya :

    • Abses di Bidang Bedah Umum

    • Obstruksi Saluran Cerna dan Saluran Nafas

    • Fraktur Maksilofasial

    • Perdarahan Yang Sangat Hebat

    • Trauma Abdomen dan Thorax

    • Peradangan Organ Abdomen

    • Nyeri Perut Hebat

    • Kebocoran Organ Abdomen

    c. Dalam melaksanakan tindakan yang tidak dapat ditunda, baik di dalam maupun di luar kamar operasi, WAJIB memakai APD.

    d. Alat Perlindungan Diri:

    • Penutup kepala/nurse cap.

    • Masker N95.

    • Google.

    • Pelindung wajah.

    • Gaun level 2 atau level 3

    • Sarung tangan ganda.

    • Shoe cover.

    e. Dalam hal ketiadaan APD, maka dokter spesialis Bedah Umum dapat

    membatalkan tindakan yang akan dilakukan.

    f. Tindakan hanya dikerjakan oleh 1 (satu) orang dokter dan 1 (satu) tenaga medis.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~28~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    g. Sebelum melakukan tindakan, harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    • Alur satu pintu (pintu yang sama antara petugas medis dengan pasien).

    • Pasien masuk OK dengan memakai masker N95.

    • Tindakan dilakukan di ruangan isolasi atau ruangan khusus pada suspek dan

    konfirmasi COVID-19.

    • Pada pasien biasa, ruangan berventilasi cukup yaitu sarana yang dilengkapi ventilasi mekanik, minimal terjadi 6 sampai 12 kali pertukaran udara setiap jam dan

    setidaknya 160 liter/detik/pasien di sarana dengan ventilasi alamiah.

    • Lakukan anamnesis skrining COVID-19 bila positif lakukan sesuai prosedur yang berlaku.

    h. Gunakan closed suction.

    i. Membatasi jumlah orang yang berada di ruang operasi sesuai jumlah minimum

    yang diperlukan untuk memberikan perawatan pasien.

    j. Sebelum masuk ke ruang operasi, pastikan instrumen operasi telah tersedia dan lengkap.

    k. Gunakan penutup sekali pakai untuk melindungi peralatan lain yang ada di ruang operasi untuk mencegah kontaminasi droplet.

    l. Semua peralatan operasi yang telah digunakan harus menjalani prosedur

    dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur yang berlaku

    m. Setelah tindakan selesai, lepaskan lapisan terluar sarung tangan untuk mencegah kontaminasi ke tempat lain.

    n. Lakukan pelepasan APD sesuai prosedur (hingga mandi) dengan sangat teliti dan hati-

    hati.

    o. Setelah melepas APD, cuci tangan kembali sebelum menyentuh bagian tubuh lainnya.

    p. Terdapat satu ruangan khusus untuk ganti baju dan mandi sebelum keluar area operasi.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~29~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    Gambar 3.3 Alat Perlindungan Diri Bila Melakukan Tindakan

    Dikutip dari: Komite PPI RSUP Persahabatan14

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~30~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    Panduan CDC untuk penggunaan Masker pada personel yang memelihara kumis & janggut

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~31~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    BAB IV

    PROTOKOL SPESIALIS BEDAH UMUM

    MENGHADAPI KECURIGAAN COVID-19

    4.1 Anamnesis

    Dilakukan skrining sesuai dengan formulir skrining COVID-19.

    4.2 Pemeriksaan

    a. Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan rontgen toraks PA.

    b. Bila kedua hasilnya pemeriksaan normal, pasien diberikan simtomatik dan beristirahat

    di rumah.

    c. Bila hasil positif limfositopenia atau leukopenia tetapi rontgen toraks normal, dapat dicurigai viral dan dimasukkan dalam kategori ODP:

    • Prosedur sesuai dengan tata kelola kasus ODP (gambar 2).

    • Edukasi pasien untuk melakukan isolasi mandiri dan physical distancing selama 14 hari

    di rumah (wajib).

    • Konsul ke Dokter Spesialis Paru/Anak.

    • Lapor kepada tim COVID-19 yang ada di Rumah Sakit untuk pencatatan data.

    • Dipantau secara berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala

    selama 14 hari.

    d. Bila hasil laboratorium menunjukkan limfositopenia atau leukopenia dan rontgen positif pneumonia, masuk dalam kategori PDP:

    i. Prosedur sesuai dengan tata kelola kasus (gambar 3).

    ii. Pasien dipindahkan ke ruang isolasi.

    iii. Segera lapor kepada tim COVID-19 di Rumah Sakit untuk dilakukan

    pencatatan data.

    iv. Dilakukan pengambilan spesimen dan CT Scan paru.

    v. Terapi sesuai tim COVID-19.

    vi. Rujuk ke Rumah Sakit rujukan nasional untuk tatalaksana lebih lanjut dengan menggunakan ambulans yang berisi 2 orang petugas (sopir dan

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~32~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    perawat) dengan menggunakan APD l engkap.

    e. Bila laboratorium menunjukkan leukositosis:

    i. Lakukan pemberian terapi dengan antibiotika selama 5 (lima) hari.

    ii. Bila setelah terapi gejala tidak membaik atau menjadi bertambah berat dengan disertai sesak napas berat, dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan rontgen toraks PA ulang.

    iii. Bila hasil leukosit menunjukkan penurunan tetapi didapatkan hasil pemeriksaan

    rontgen pneumonia, maka dilakukan pengambilan spesimen dan CT Scan paru.

    iv. Segera lapor kepada tim COVID-19 di Rumah Sakit untuk dilakukan pencatatan data.

    v. Terapi sesuai dengan tim COVID-19.

    vi. Rujuk ke Rumah Sakit rujukan nasional untuk tatalaksana lebih lanjut dengan

    menggunakan ambulans yang berisi 2 orang petugas (sopir dan perawat) dengan menggunakan APD lengkap.

    Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan positif COVID-19 selain positif pada

    pemeriksaan spesimen:

    a. Limfositopenia, berhubungan dengan derajat keparahan penyakit (< 1500),

    b. Trombositopenia,

    c. Leukopenia.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~33~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    Gambar 4.1 Alur Penanganan COVID-19 untuk Tenaga Medis Dikutip dari: GTPP5

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~34~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    4.3 RAPID TEST ANTIBODY METODE IMUNOKROMATOGRAFI

    Rapid test antibody direkomendasikan untuk:17

    1. OTG, terutama mempunyai riwayat setelah kontak minimal 7 hari, yaitu orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif COVID-19 atau memiliki risiko tertular

    dari orang positif COVID-19.

    2. ODP

    3. PDP

    Definisi sesuai dengan Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat

    COVID-19 di Indonesia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Maret 2020.

    Pengerjaan rapid test antibody harus disupervisi dan diinterpretasi oleh Dokter

    Spesialis Patologi Klinik. Pengambilan darah menggunakan tabung vakum dengan prinsip

    closed system, bila tidak memungkinkan menggunakan jarum suntik dengan kewaspadaan

    dan kehati-hatian. 17

    Spesimen yang digunakan: 17

    1. Disarankan menggunakan spesimen whole blood. Dapat digunakan anti koagulan EDTA, heparin, atau sitrat. Spesimen langsung diperiksa.

    2. Spesimen serum atau plasma.

    3. Spesimen darah kapiler, dapat menggunakan lancet.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~35~

  • PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI

    PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI

    (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA)

    REFERENSI

    1. Wrapp D, Wang N, Corbett KS, Goldsmith JA, Hsieh C-L, Abiona O, et al. Cryo-EM structure of the 2019-nCoV spike in the prefusion conformation. Science. 2020;367(6483):1260-3.

    2. Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, de Groot RJ, Drosten C, Gulyaeva AA, et al. The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nature Microbiology. 2020;5(4):536-44.

    3. Wu D, Wu T, Liu Q, Yang Z. The SARS-CoV-2 outbreak: what we know. International Journal of Infectious Diseases.

    4. Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. New England Journal of Medicine. 2020.

    5. COVID-19 GTPP. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia. 1 ed. Setiawan AH, Rachmayanti S, Kiasatina T, Laksmi IAKRP, Santoso B, Huda N, et al., editors. Jakarta: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID- 19; 2020 23 Maret 2020.

    6. Hopkins C, Kumar N. Loss of Sense of Smell as Marker of COVID-19 Infection. 2020. 7. Novel Coronavirus (COVID-19) Situation [Internet]. 2020 [cited March, 22 2020]. Available

    from: https://experience.arcgis.com/experience/685d0ace521648f8a5beeeee1b9125cd.

    8. Kasus COVID-19 per Provinsi [Internet]. Kemenkes. 2020 [cited 24 Maret 2020]. Available from: http://covid-monitoring.kemkes.go.id/.

    9. RI KK. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). 3 ed. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Infeksi; 2020.

    10. RI MK. Protokol Isolasi Diri Sendiri Dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID- 19). In: Kesehatan M, editor. Jakarta2020.

    11. California Uo. Types of PPE2020 [cited 2020 25 Maret]. Available from: https://ehs.ucmerced.edu/researchers-labs/ppe/selection.

    12. 3M. Infection Prevention Solution, Fave Mask adn Respirators. In: Care MH, editor. USA. 13. Medpurest. What Is The Difference Between Isolation Gown, Protective Gown And Surgical

    Gown?2019[cited202025Maret].Availablefrom: https://www.medpurest.com/industrial-news/difference-between-isolation-gown- protective-gown-surgical-gown.html.

    14. Persahabatan KPR. APD RSUP Persahabatan Tanggap COVID-19. In: Persahabatan KPR, editor. Jakarta: RSUP Persahabatan; 2020.

    15. Standar Operasional Prosedur Teknik Pemeriksaan Swab Nasofaring, (2020). 16. NEJM. NEJM Procedure: Collection of Nasopharyngeal Specimens with the Swab

    Technique2009. 17. Indonesia PP. Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Rapid Test Antibody SARS-CoV-2 Metode

    Imunokromatografi. In: Indonesia PP, editor. Jakarta: PDS PatKLIn Indonesia; 2020.

    PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA

    ~36~