PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new...
Click here to load reader
Transcript of PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new...
Kajian Awal
LAPORAN
KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN NON FORMAL
KAJIAN DOKUMEN, KONSEP DAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN NONFORMAL
DISKUSI HASIL KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN NONFORMAL
PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2008
1
Abstrak
Pendidikan nonformal banyak diminati masyarakat kita karena bayaknya bidang yang
digarap pada pendidikan nonformal mulai dari pendidikan anak usia dini, program
keaksaraan, pendidikan kesetaraan dan beragam bidang kekursusan baik yang bersifat
akademis dan keterampilan vokasional.
Salah satu yang menentukan keberhasilan pendidikan nonformal adalah tentang
kurikulum yang digunakan, pada program kekursusan hal ini disertivikasi oleh lembaga
standar provesi dan masyarakat. Lembaga kekursusan yang baik pasti akan berkembang
dan diterima masyarakat namun banyak lembaga yang mati dan ditinggal masyarakat
karena outputnya tidak baik. Kurikulum pada bidang-bidang tersebut perlu dikaji
sehingga dapatlah dihasilkan kurikulum yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan baru dua langkah kegiatan namun tetap melibatkan banyak pihak
yaitu; Puskur, pakar dari universitas (PT), Dinas Pendidikan, guru , pamong belajar,dan
para praktisi pendidikan
Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini melalui Kajian dokumen, Kajian pelaksanaan
standar isi di lapangan,
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi
dan otonomi pendidikan mendorong terjadinya perubahan dan pembaruan pada
beberapa aspek pendidikan. Kurikulum Pendidikan Non Formal pun menjadi
perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga mengalami perubahan kebijakan.
Menurut UU Sisdiknas 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat (1) ”jalur pendidikan terdiri
atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya”, kemudian menurut Pasal 26 ayat (2): ”Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional” dan ayat (3) menyatakan bahwa “pendidikan
nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan keaksaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik”. Selain itu juga ada memperhatikan adanya Keputusan Menteri No. 30
Tahun 2005 Tentang Badan Akreditasi Pendidikan Non Formal, Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi ( BNSP )
Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan
nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan jantungnya
pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan
meningkatkan mutu sumber saya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi
diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis,
dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga
negara Indonesia.
Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif
sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu
dirancang sedini mungkin. Hal ini harus dilakukan secara proaktif sebagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan cara
seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program
pembelajarannya terhadap kepentingan peserta didik.
Isu yang berkembang saat ini di masyarakat terkait dengan kurikulum pendidikan
non formal adalah terkait dengan pendidikan keaksaraan, di mana pendidikan
3
tersebut sebenarnya dirancang terutama untuk mengakomodasi keberagaman
potensi peserta didik.
Sehubungan dengan hal itu, Pusat Kurikulum perlu melakukan kajian yang
mendalam mengenai isu yang berkaitan dengan pendidikan non formal.
Untuk menjawab tantangan di atas, Pusat Kurikulum telah menyelenggarakan
kegiatan Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Non Formal yang mencakup
kajian terhadap dokumen, kajian konsep dan pelaksanaan kurikulum. Kegiatan ini
membahas konsep dan falsafah pengembangan kurikulum dan penerapannya di
lapangan. Kegiatan tersebut melibatkan berbagai pihak di antaranya nara sumber
dari Perguruan Tinggi, konsorsium, tutor/pamong belajar dari PKBM/SKB, BPKB,
Dinas pendidikan dan para praktisi pendidikan terkait. Dari hasil kajian kurikulum
tersebut masih perlu ditindaklanjuti.
Untuk memperoleh rumusan tentang konsep dan pelaksanaan kurikulum pendidikan
keaksaraan yang lebih tajam dan komprehensif, maka perlu diselenggarakan
pertemuan dalam bentuk workshop. Hal ini dimaksudkan untuk mendiskusikan
hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk menyusun rekomendasi
kebijakan kurikulum pendidikan keaksaraan.
B. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk:
Memperoleh rumusan tentang konsep dan pelaksanaan kurikulum pendidikan
nonformal yang lebih tajam dan jelas sebagai bahan analisis untuk rekomendasi
kebijakan kurikulum nonformal
.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian kurikulum Pendidikan nonformal meliputi
1. Pendidikan keaksaraan tingkat dasar, tingkat lanjutan dan tingkat mandiri.
2. Pendidikan kekursusan
3. Pendidikan kesetaraan program Paket A, B, dan C
4. Program Pendidikan Anak Usia Dini
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah data dan informasi yang dapat
melihat profil pelaksanaan kurikulum pendidikan non forma l
4
BAB II
KERANGKA BERFIKIR
Jalur pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan / atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (UU No 20
tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 26). Lembaga kursus dan lembaga pelatihan
sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal, menyelenggarakan pendidikan bagi
masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi serta untuk bekerja dan usaha
mandiri. Dalam penjelasan Pasal 17 dan Pasal 18 Undang-undang tersebut menyatakan
bahwa pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program seperti Paket A dan
yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program seperti Paket B, sedangkan pendidikan
yang sederajat dengan SMA/MA adalah program seperti Paket C. Oleh karena itu
penyusunan kurikulum disusun mengacu Permendiknas No. 14 tahun 2007 tentang
Standar Isi Programpaket A, B, dan C.
Kursus dan pelatihan memiliki peran dan tanggung jawab yang cukup besar dalam
mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang kompeten agar mampu bekerja dan
/ berusaha secara mandiri, pada akhirnya dapat mengurangi tingkat pengangguran dalam
upaya mengentaskan kemiskinan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan tabel di bawah ini:
Saat ini program pendidikan yang berada pada jalur pendidikan vokasi dan kecakapan
hidup yang memiliki fungsi utama dalam menyiapkan kebutuhan Sumber Daya Manusia
sedang terkena imbas, hal ini dikarenakan adanya tudingan bahwa berbagai elemen
pendidikan yang ada pada jalur tersebut tidak mampu melahirkan lulusan yang berdaya
saing. Hal ini dapat diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
No. Pendidikan L P Jumlah % K D Jumlah %
1 Tidak/ Belum pernah Sekolah 45.541 100.209 145.750 1,38 46.184 99.566 145.750 1,38
2 Tidak/Belum tamat SD 270.828 249.488 520.316 4,93 180.979 339.337 520.316 4,93
3 Tamat Sd 1.565.484 1.188.064 2.753.548 26,11 1.080.513 1.673.035 2.753.548 26,11
4 SMTP umum 1.395.340 1.057.590 2.452.930 23,26 1.263.650 1.189.280 2.452.930 23,26
5 SMTP Kejuruan 106.517 83.615 190.132 1,80 99.916 90.216 190.132 1,80
6 SMTA Umum 1.441.324 1.189.036 2.630.360 24,94 1.820.404 809.956 2.630.360 24,94
7 SMTA Kejuruan 667.440 447.235 1.114.675 10,57 797.814 316.861 1.114.675 10,57
8 Diploma I/II 47.803 103.282 151.085 1,43 94.208 56.877 151.085 1,43
9 Akademi /Diploma III 73.579 105.652 179.231 1,70 145.617 33.614 179.231 1,70
10 Universitas 179.557 230.333 409.890 3,89 343.418 66.472 409.890 3,89
5.793.413 4.754.504 10.547.917 100,00 5.872.703 4.675.214 10.547.917 100,00
Sumber : Sakernas, BPS 2007 (No 4 s.d 7 = 6.388.000 orang)
5
Jika ditilik lagi lebih seksama gejala ini akan semakin mengkhawatirkan, karena era
pasar global sudah kian dekat, era perdagangan jasa semakin bebas di bawah naungan
WTO kelak akan menyebabkan mobilisasi tenaga kerja dan profesional antarnegara kian
intens. Pasar tenaga domestik harus mampu mengantisipasi pertarungan dan persaingan
tenaga kerja dengan negara lain sejak dini. Antisipasi yang harus dilakukan adalah
dengan meredefinisi dan mereposisi kembali peran dan fungsi pendidikan dan pelatihan
di Indonesia dengan melakukan adaptasi sepadan atas visi, misi dan strategi dari lembaga
pendidikan dan pelatihan terkait.
Pada bidang pendidikan kesetaraan harus memenuhi prinsip-prinsip berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jalur, jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan
agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
No. Pulau Pernah bekerja Tidak pernah bekerja Jumlah %
1 Sumatera 740.519 1.322.360 2.062.879 20
2 Jawa 3.521.804 3.214.802 6.736.606 64
3 Bali + NTT 146.126 195.460 341.586 3
4 Kalimantan 183.321 305.957 489.278 5
5 Sulawesi 208.376 512.787 721.163 7
6 Maluku & Papua 40.835 155.570 196.405 2
Jumlah 4.840.981 5.706.936 10.547.917 100
Sumber : Sakernas, BPS 2007
6
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Menjamin relevansi program Paket A, Paket B, dan Paket C dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan
dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan
berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
mutlak harus dilaksanakan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan kerangka teoretik ini dilakukan pengkajian baik dari segi dokumen
maupun dari pelaksanaannya. Kegiatan kajian ini hanya dapat dilakukan sebanyak 2
langkah kegiatan sehingga baru dilakukan pengkajian dokumen dan diskusi tentang
hasil kajian dokumen. Dari 2 kegiatan ini dapat diperoleh informasi bahwa
kurikulum kekursusan dan kurikulum PAUD non formal belum jelas kurikulum mana
yang digunakan sehingga dalam melakukan pengkajian kekursusan perlu ada
pembatasan jenis kekursusan yang akan dikaji dan PAUD masih menggunakan
kurikulum lama yang relatif sama dengan PAUD formal sehingga tampak tumpang
tindih.
7
BAB III
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Langkah Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan data dilakukan di Provinsi DI Yogyakarta tanggal 21-25 Pebruari 2008
Data dan informasi yang didapat adalah hasil kajian dokumen, konsep, dan
pelaksanaan pendidikan non formal,. Mencakup Keaksaraan, kesetaraan, kekursusan
dan PAUD nonformal. Dalam kegiatan ini terjadi kerancuan karena kekursusan dan
PAUD nonformal tidak sesuai dengan harapa, hal ini karena begitu beragamnya
bidang pendidikan kekursusan dan ketidaktahuan peserta PAUD non formal karena
mereka berpendapat bahwa kurikulum PAUD, TK yang berkaitan dengan pendidikan
usia dini berbeda,
Strategi kegiatan dilakukan dengan penjelasan strategi kerja kemudian berkelompok
melakukan pengkajian dokumen, konsep dan pelaksanaannya. Dan pada kegiatan
akhir dilakukan prentasi untuk masing-masing kelompok
B. Pelaksanaan Langkah Diskusi
Kegiatan diskusi hasil kajiandilaksanakan di Jakarta pada tanggal 17 – 21 Maret
2008
Kegiatan dilaksanakan melalui workshop dan diskusi fokus mengenai hasil kajian
dokumen, kajian konsep dan pelaksanaan kurikulum untuk pendidikan keaksaraan.
Selanjutnya dari hasil diskusi kelompok kajian dirumuskan suatu kesimpulan dan
rekomendasi untuk jangka pendek dan jangka panjang sebagai masukan bagi para
pengambil kebijakan berkenaan dengan pendidikan keaksaraan.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Kajian dokumen, konsep dan pelaksanaan kurikulum pendidikan nonformal hanya
dilakukan 2 tahap kegiatan padahal kegiatan ini seharusnya dilakukan sebanyak 6 tahap.
Kegiatan yang sebenarnya perlu dilakukan adalah dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Kegiatan ini dilaksanakan dalam serangkaian bentuk workshop yang melibatkan para
akademisi dan praktisi pendidikan yang memiliki kemampuan terutama dalam
pengembangan kurikulum pendidikan non formal. Kegiatan kajian kurikulum
pemndidikan non formal mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1. Studi dokumentasi, Kajian Konsep dan Pelaksanaan
2. Diskusi Hasil Kajian
3. Analisis Hasil Kajian
4. Penyusunan Hasil Kajian
5. Presentasi dan Penyusunan Rekomendasi Kebijakan
6. Penyusunan Laporan
1. Studi dokumentasi, Kajian Konsep dan Pelaksanaan
Salah satu langkah penting dalam setiap kajian adalah melakukan studi dokumentasi
dan kajian konsep tentang pengembangan kurikulum dan penerapannya. Kajian ini
meliputi konsep dan falsafah dalam sistem pengembangan kurikulum, muatan dan
konten kurikulum, perencanaan pembelajaran, pengembangan bahan ajar, sistem
pengadministrasian dan pelaksanaan pembelajaran. Kajian ini melibatkan praktisi ahli
dan nara sumber berbagai perguruan tinggi. Sedangkan, dokumen tersebut meliputi
dokumen kurikulum, studi perbandingan antar dokumen kurikulum, dokumen
perencanaan pembelajaran, dokumen bahan ajar, dokumen pengadministrasian dan
pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang hambatan, peluang maupun tantangan dari setiap kurikulum yang diterapkan
oleh satuan pendidikan.
Efektifitas implementasi kurikulum sangat ditentukan oleh prktek pembelajarannya di
sekolah atau di tempat belajar. Untuk itu perlu dilakukan diskusi fokus pelaksanaan
kegiatan belajar, sumber belajar dan lingkungan pendukungnya di tempat belajar,
yang melibatkan berbagai karkateristik setiap satuan pendidikan. Beragamnya kondisi
satuan pendidikan sehingga diperlukan data dan informasi komprehensif untuk
menjaring data dan informasi perencanaan, praktek pembelajaran dan manajemen
pengelolaan pembelajaran oleh satuan pendidikan.
Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok kajian terdiri
dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 12 orang tim pengkaji
mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan, akademisi, praktisi dan unsur unit
utama terkait. + 50 orang peserta daerah yang mewakili unsur praktisi paket A, B, C,
kekursusan, Pengawas, Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan. Hasil kegiatan berupa
9
sejumlah dokumen, hasil kajian konsep, kurikulum, silabus, hasil observasi dan
identifikasi permasalahan dan penerapan kurikulum
2. Diskusi Hasil Kajian
Data dan informasi hasil kajian konsep, kajiam dokumen dan pelaksanaan kurikulum
didiskusikan dalam bentuk workshop untuk mendapatkan rumusan tentang konsep
dan pelaksanaan kurikulum yang lebih tajam dan jelas, sebagai bahan analisis untuk
rekomendasi kebijakan kurikulum.
Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok diskusi. Setiap kelompok diskusi terdiri
dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 2 nara sumber/praktisi dari
daerah + 11 orang tim pengkaji mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan,
akademisi, praktisi, asosiasi profesi dan unsur unit utama terkait. Hasil kegiatan
merupakan masukan-masukan yang berupa dokumen sebagai bahan analisis tentang
kurikulum, silabus dan perencanaan pembelajaran mata pelajaran dalam rangka
merumuskan hasil kajian.
3. Analisis Hasil Kajian
Hasil diskusi kajian dokumen dan kajian pelaksanaan kurikulum dan hasil studi
dokumentasi dituangkan sebagai bahan untuk analisis dan merumuskan hasil kajian
secara lebih komprehensif dan lebih tajam. Bahan ini juga digunakan sebagai naskah
atau makalah untuk diseminarkan atau dalam bentuk workshop.
Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok diskusi terdiri
dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 1 nara sumber/praktisi dari
daerah + 12 orang tim pengkaji mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan,
akademisi, praktisi, asosiasi profesi dan unsur unit utama terkait + 50 orang peserta
daerah yang mewakili unsur praktisi paket A, B, C, kekursusan, Pengawas, Komite
Sekolah dan Dinas Pendidikan. Hasil kegiatan berupa 4 naskah dokumen hasil
analisis kritikal kajian mencakup invertarisasi permasalahan dan pelaksanaan
kurikulum, strategi pengembangan dan penerapan, serta temuan pendukung lainnya
dalam rangka merumuskan kebijakan.
4. Penyusunan Hasil Kajian
Hasil keseluruhan dari kegiatan ini dihimpun secara sistematis dan komprehensif
dalam bentuk hasil kajian atau naskah akademik kebijakan pengembangan kurikulum
sehingga dapat digunakan sebagai referensi atau acuan oleh pengambil kebijakan
dalam menyempurnakan Standar Nasional Pendidikan serta pengembangan
kurikulum oleh satuan pendidikan.
Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok diskusi terdiri
dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 2 nara sumber/praktisi dari
daerah + 11 orang tim pengkaji mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan,
akademisi, praktisi, asosiasi profesi dan unsur unit utama terkait + 50 orang peserta
daerah yang mewakili unsur praktisi paket A, B, C, kekursusan, Pengawas, Komite
Sekolah dan Dinas Pendidikan.. Hasil kegiatan berupa 4 naskah akademik kajian.
5. Presentasi dan Penyusunan Rekomendasi Kebijakan
Kegiatan ini melibatkan para praktisi (guru, kepala sekolah dan pengawas), pembina
(dinas pendidikan), orangtua, akademisi (LPTK dan universitas), serta pihak lain
yang terkait. Bentuk kegiatan ini dapat berupa seminar atau workshop. Tujuan
kegiatan ini adalah mempertajam temuan hasil kajian dan merumuskan rekomendasi
10
lebih komprehensif kebijakan pengembangan dan implementasi kurikulum.
Perumusan rekomendasi kebijakan kurikulum disusun berdasarkan hasil kajian dan
rumusan hasil seminar dan workshop.
Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok kajian terdiri
dari 2 nara sumber kekursusan dan kesetaraan dan 35 peserta yang mewakili tim
pengkaji, akademisi, praktisi, dinas pendidikan, komite, pengawas dan unit pusat
terkait, dari berbagai jenis satuan pendidikan. Hasil langkah kegiatan ini berupa 4
naskah rumusan kajian.
6. Penyusunan Laporan
Laporan kajian kurikulum mencakup deskripsi dari tahap penyusunan desain sampai
diperoleh rumusan rekomendasi kebijkaan kurikulum yang telah disempurnakan.
Dari dua langkah kegiatan tersebut diperoleh data-data lapangan tentang kekursusan
yang meliputi otomotif, pengolahan makanan dan kursus Bahasa Ingris, Program Paket
A, B, dan C yang meliputi kekuatan dan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan anatara
lain tentang pendidikan vokasional. Pada Pendidikan PAUD nonformal antara lain
pendidikan yang memperhatikan kondisi lokal, kalender pendidikan, Program keaksaraan
perlu ada bahan pelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik yang rata-rata umur
peserta didik di atas usia 44 tahun.
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DASAR PEMIKIRAN KAJIAN KEBIJAKAN
Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum secara
berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:: pendidikan agama;
pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu
pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olahraga;
keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal.
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya
oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi,
desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dalam bidang pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan
memberikan dampak yang mendasar pada kandungan, proses, dan manajemen sistem
pendidikan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut
menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, di antaranya pembaharuan kurikulum,
yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah yang
beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakukan secara profesional, penyusunan
standar kompetensi tamatan yang berlaku secara nasional dan daerah menyesuaikan
dengan kondisi setempat; penyusunan standar kualifikasi pendidik yang sesuai dengan
tuntutan pelaksanaan tugas secara profesional; penyusunan standar pendanaan pendidikan
untuk setiap satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan;
pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi; serta
penyelenggaraan pendidikan dengan sistem terbuka dan multimakna. Pembaharuan
sistem pendidikan juga meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang
dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, serta pembedaan antara
pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.
Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta
didik.
12
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A, B, dan C
ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan
berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai dengan peraturan pemerintah ini dan
standar kompetensi lulusan
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan
yang sejenis.
Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan menggunakan
kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan
keterampilan
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup program
paket A, paket B, dan paket C.
Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan dalam bentuk tatap muka, praktek
keterampilan, dan kegiatan mandiri yang terstruktur sesuai dengan kebutuhan.
Standar nasional pendidikan untuk jalur pendidikan nonformal hanya mengatur hal-hal
pokok dengan maksud memberikan keleluasaan kepada masing-masing satuan
pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang memiliki karakteristik tidak terstruktur
untuk mengembangkan programnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan jalur informal yang sepenuhnya menjadi kewenangan
keluarga dan masyarakat didorong dan diberikan keleluasaan dalam mengembangkan
program pendidikannya sesuai dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Oleh karena
itu, standar nasional pendidikan pada jalur pendidikan informal hanya mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan pengakuan kompetensi peserta didik saja
Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada
jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan
Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF
adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan
13
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB),
taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
Pusat Kurikulum mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan bagi
pengembangan standar isi dan standar proses, pengembangan kurikulum, serta sarana dan
prasarana pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan nonformal, dan pendidikan khusus. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Pusat Kurikulum menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan kebijakan bagi pengembangan standar isi dan standar proses;
b. pengembangan model dan inovasi kurikulum;
c. pengembangan model sarana dan prasarana pembelajaran;
d. pelayanan profesional pengembangan kurikulum, silabus, dan pembelajaran;
e. pemantauan penerapan standar isi dan standar proses; dan
f. pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.
Rincian tugas Pusat Kurikulum secara umum adalah:
a. melaksanakan kajian kebijakan kurikulum untuk bahan perumusan kebijakan
pengembangan standar isi dan standar proses serta sarana dan prasarana
b. melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan pengembangan standar isi
dan standar proses serta sarana dan prasarana
c. melaksanakan penyusunan pedoman pelaksanaan pengembangan kurikulum
d. melaksanakan pengembangan kurikulum dan sarana dan prasarana pembelajaran
e. melaksanakan pengembangan model kurikulum dan pembelajaran
f. melaksanakan pengembangan model sarana dan prasarana
g. melaksanakan pemberian bimbingan teknis pengembangan kurikulum, silabus,
dan pembelajaran
h. melaksanakan pemantauan penerapan standar isi dan standar proses serta sarana
dan prasarana
i. melaksanakan pengembangan model layanan bimbingan dan konseling serta
pengembangan model layanan pendidikan lainnya
j. melaksanakan penyusunan bahan kerja sama pengembangan kurikulum dan
sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
14
k. melaksanakan penyusunan bahan koordinasi jaringan pengembangan kurikulum
dan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
l. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
1. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEAKSARAAN
Kemampuan keaksaraan harus bersifat fungsional sehingga dapat menggali, memperoleh,
memilih, dan mengelola informasi secara cerdas. Kemampuannya mencakup menulis,
berhitung, dan berkomunikasi bhs Indonesia untuk terus mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk dapat beradaptasi dalam situasi yang berubah, tidak pasti
dan kompetitif
Buta aksara menghambat untuk mengakses informasi dan mengembangkan pengetahuan,
dan keterampilan sehingga tidak memiliki daya saing hidup.
Keaksaraan fungsional mengandung makna bahwa penyelenggaraan pendidikan
keaksaraan harus: (1) relevan dengan isi, proses, dan konsep, serta makksud dan tujuan
diselenggarakannya pembel\ajaran keaksaraan fungsional (2) sesuai dengan minat dan
kebutuhan belajar warga belajar, dan (3) ada jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar
bermanfaat (fungsional) bagi peningkatan mum dan taraf hidup warga belajar.
2. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEKURSUSAN
Mutu kursus dan pelatihan saat ini sebagian telah mengacu telah mengacu pada ketentuan
standarisasi yang ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP),
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan selanjutnya dapat menjadi acuan dalam
pembuatan borang (instrumen penilaian) dalam rangka akreditasi program kursus dan
pelatihan
Telah disusun Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) berdasarkan onvensi
nasional pada tanggal 18 Desember 2003, yang telah disepakati oleh pemangku
kepentingan (stakeholder), sebagai acuan pengembangan konsep Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Saat ini kurikulum kursus sangat bervariasi, yaitu:
- Jumlah materi ajar untuk masing-masing jenjang tidak cukup untuk membentuk
kompetensi lulusan sesuai dengan standar yang telah ditentukan pada masing-
masing satuan pendidikan.
- Judul unit kompetensi dan kode unit tidak ada/ tidak jelas.
- Penyusunan program pelatihan belum mengacu kurikulum berbasis kompetensi.
- Belum ada profil lulusan pada masing-masing satuan pendidikan atau nama
jabatan tidak sesuai dengan SKKNI, misalnya Mekanik Junior, Mekanik Senior
dan Master Mekanik pada masing-masing satuan pendidikan.
- Pengelolaan program pembelajaran (dari perencanaan sampai evaluasi) belum
mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi.
15
- Waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan unit kompetensi sangat kurang,
untuk kelompok atau group, sehingga tuntutan kompetensi lulusan tidak tercapai.
3. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KESETARAAN
Standar isi pendidikan kesetaraan sama dengan pendidikan formal. Dalam
penyelenggaraannya menggunakan waktu yang terbatas sehingga peserta memiliki
masalah dalam mencapai kompetensi yang dituntut.
Sulit untuk memenuhi/mencapai SK/KD dikarenakan keterbatasan SDM/tutor, sarana
prasarana belajar, waktu belajar, kesiapan peserta didik.
SK/KD terlalu sulit dilaksanakan di lapangan karena kompleksitas dan heterogenitas
permasalahan peserta didik. (Peserta didik yang ditangani merupakan orang yang penuh
masalah)
Belum ada kebijakan yang memperjelas perpindahan jalur dari berbagai fihak terkait,
Kurang sosialisasi yang terhadap steakholder, belum menerapkan sistem alih kredit,
terdapat kecenderungan dipersulit atau belum jelas aturannya
4. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(PAUD)
PAUD belum dijadikan sebagai pendidikan wajib sepertinya halnya pendidikan dasar
sehingga angka partisipasinya masih rrendah padahal PAUD merupakan program
pendidikan yang sangat penting dari segi usia peserta didik
Komitmen masyarakat akan PAUD masih rendah, fasilitas pendidikan apa adanya,
kompetensi pendidik yang masih rendah, berdampak pada mutu PAUD.
Kebijakan standar perkembangan dan pembelajaran PAUD yang ada sebagai berikut.
- Pembentukan budi pekerti yang kurang jelas dan rinci
- Model pelaksanaan PAUD yang sesuai kondisi belum jelas
- Belum memuat karakteristik yang jelas tentang PAUD
- Cakupan dan kajian isi standar perkembangan PAUD perlu diperluas lagi
REKOMENDASI
1. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEAKSARAAN
Perlu dilakukan kajian program keaksaraan fungsional (KF) untuk mempercepat program
pembebasan buta huruf melalui berbagai bentuk pembelajaran, seperti berikut:
- Program belajar membaca menulis dan berhitung yang membumi dan terintegrasi
dalam penggunaan sehari-hari
- Menyelesaikan masalah sehari-hari ke dalam tema membaca menulis dan
berhitung
- Membangun program peningkatan motivasi melalui konteks keaksaraan
16
- Membangun jiwa wirausaha dan keterampilan fungsional
- Menumbuhkan program minat baca melalui penggunaan berbagai media
2. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEKURSUSAN
Hendaknya pengembangan SNP bidang kekursusan mengacu pada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) berdasarkan konvensi nasional pada tanggal 18 Desember
2003, yang telah disepakati oleh pemangku kepentingan (stakeholder).
Muatan SNP tersebut dijadikan sebagai dasar penyusunan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) dengan mempertimbangkan: Kebutuhan “kualifikasi
pekerjaan” yang diharapkan oleh lapangan usaha skala kecil, menengah dan besar.
Kepentingan pekerja yang berkaitan dengan aspek beban kerja, potensi kemungkinan
pengembangan diri, serta Relevansi dengan jenjang jabatan/pekerjaan atau keahlian yang
sesuai dengan lapangan usaha dan dunia industri serta serasi dengan diskripsi KKNI.
Proses pengembangan SKKNI dapat dilakukan tahap: menggunakan program/pemaketan
unit kompetensi yang telah terstandar di dunia kerja dan penyesuaian dengan
KKNI/konversi KKNI terhadap SKKNI .
Pengembangan kurikulum kursus hendaknya mempertimbangkan:
- materi ajar untuk membentuk kompetensi lulusan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan pada masing-masing satuan pendidikan dan kebutuhan DUDI
- Penyusunan program pelatihan dan pembelajaran mengacu pada prinsip
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
- profil lulusan disesuaiakn dengan kualifikasi SKKNI, misalnya Mekanik Junior,
Mekanik Senior dan Master Mekanik pada masing-masing satuan pendidikan.
- Kecukupan waktu untuk menyelesaikan unit kompetensi untuk kelompok atau
group sehingga tuntutan kompetensi lulusan tercapai.
3. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KESETARAAN
Perlu dikembangkan model kurikulum paket ABC yang mencakup substansi mata
pelajaran, keterampilan fungsional dan kepribadian profesional, dengan mengacu pada
SNP untuk pendidikan kesetaraan
Standar isi pendidikan kesetaraan perlu dikaji kembali untuk melihat kesesuaiannya
dengan kebutuhan peserta didik dan menjadi lebih sederhana serta memungkinkan untuk
dijadikan dasar proses penyetaraan dengan pendidikan formal.
Perlu sosialisasi dan workshop yang jelas tentang standar isi untuk pendidikan kesetaraan
mencakup penerapan kesetaraan tingkat dan derajat kompetensi
Perlu dilakukan program peningkatan pendidik kesetaraan baik melalui peningkatan
kualifikasi maupun proses workshop peningkatan kemampuan profesional, serta
peningkatan mutu dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan.
Perlu panduan teknis yang jelas dan kuat sistem dan mekanisme kebijakan perindahan
lintas jalur pendidikan formal, non formal dan informal agar kompetensi peserta didik
diakui eksistensinya.
17
Perlu diperjelas dan dikembangkan model penjabaran keterampilan fungsional dan
kepribadian profesional sebagai acuan dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif
dan pengembangan bahan ajar yang efisien.
4. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(PAUD)
Program PAUD perlu diirumuskan atau dikaji kemungkinannya sebagai pendidikan wajib
mengingat pentingnya sebagai dasar pendidikan anak
Perlu sosialisasi dan program pentingnya PAUD yang diterapkan oleh pengambil
kebijakan berbagai lini, serta dilengkapi program kurikulum sehingga model dapat
diterapkan secara efisien, murah sesuai kebutuhan dan kondisi anak
Perlu ditingkatkan kompetensi dan kualifikasi pendidik PAUD sebagai agen
pembelajaran
Perlu dikaji lebih lanjut standar perkembangan dan pembelajaran PAUD yang telah
dihasilkan agar: pembentukan sikap dan perilaku yang dibentuk sesuai kebutuhan dan
anak, dapat diimplementasikan secara efektif dalam bentuk program belajar PAUD sesuai
kondisi masyarakat