PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new...

18

Click here to load reader

Transcript of PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new...

Page 1: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

Kajian Awal

LAPORAN

KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN NON FORMAL

KAJIAN DOKUMEN, KONSEP DAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN NONFORMAL

DISKUSI HASIL KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN NONFORMAL

PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2008

Page 2: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

1

Abstrak

Pendidikan nonformal banyak diminati masyarakat kita karena bayaknya bidang yang

digarap pada pendidikan nonformal mulai dari pendidikan anak usia dini, program

keaksaraan, pendidikan kesetaraan dan beragam bidang kekursusan baik yang bersifat

akademis dan keterampilan vokasional.

Salah satu yang menentukan keberhasilan pendidikan nonformal adalah tentang

kurikulum yang digunakan, pada program kekursusan hal ini disertivikasi oleh lembaga

standar provesi dan masyarakat. Lembaga kekursusan yang baik pasti akan berkembang

dan diterima masyarakat namun banyak lembaga yang mati dan ditinggal masyarakat

karena outputnya tidak baik. Kurikulum pada bidang-bidang tersebut perlu dikaji

sehingga dapatlah dihasilkan kurikulum yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat.

Kegiatan ini dilakukan baru dua langkah kegiatan namun tetap melibatkan banyak pihak

yaitu; Puskur, pakar dari universitas (PT), Dinas Pendidikan, guru , pamong belajar,dan

para praktisi pendidikan

Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini melalui Kajian dokumen, Kajian pelaksanaan

standar isi di lapangan,

Page 3: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi

dan otonomi pendidikan mendorong terjadinya perubahan dan pembaruan pada

beberapa aspek pendidikan. Kurikulum Pendidikan Non Formal pun menjadi

perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga mengalami perubahan kebijakan.

Menurut UU Sisdiknas 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat (1) ”jalur pendidikan terdiri

atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan

memperkaya”, kemudian menurut Pasal 26 ayat (2): ”Pendidikan nonformal

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada

penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap

dan kepribadian profesional” dan ayat (3) menyatakan bahwa “pendidikan

nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan keaksaraan,

serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta

didik”. Selain itu juga ada memperhatikan adanya Keputusan Menteri No. 30

Tahun 2005 Tentang Badan Akreditasi Pendidikan Non Formal, Undang-Undang

No. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun

2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi ( BNSP )

Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan

nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan jantungnya

pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan

disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan

meningkatkan mutu sumber saya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi

diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis,

dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga

negara Indonesia.

Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif

sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu

dirancang sedini mungkin. Hal ini harus dilakukan secara proaktif sebagai

perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan cara

seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program

pembelajarannya terhadap kepentingan peserta didik.

Isu yang berkembang saat ini di masyarakat terkait dengan kurikulum pendidikan

non formal adalah terkait dengan pendidikan keaksaraan, di mana pendidikan

Page 4: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

3

tersebut sebenarnya dirancang terutama untuk mengakomodasi keberagaman

potensi peserta didik.

Sehubungan dengan hal itu, Pusat Kurikulum perlu melakukan kajian yang

mendalam mengenai isu yang berkaitan dengan pendidikan non formal.

Untuk menjawab tantangan di atas, Pusat Kurikulum telah menyelenggarakan

kegiatan Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Non Formal yang mencakup

kajian terhadap dokumen, kajian konsep dan pelaksanaan kurikulum. Kegiatan ini

membahas konsep dan falsafah pengembangan kurikulum dan penerapannya di

lapangan. Kegiatan tersebut melibatkan berbagai pihak di antaranya nara sumber

dari Perguruan Tinggi, konsorsium, tutor/pamong belajar dari PKBM/SKB, BPKB,

Dinas pendidikan dan para praktisi pendidikan terkait. Dari hasil kajian kurikulum

tersebut masih perlu ditindaklanjuti.

Untuk memperoleh rumusan tentang konsep dan pelaksanaan kurikulum pendidikan

keaksaraan yang lebih tajam dan komprehensif, maka perlu diselenggarakan

pertemuan dalam bentuk workshop. Hal ini dimaksudkan untuk mendiskusikan

hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk menyusun rekomendasi

kebijakan kurikulum pendidikan keaksaraan.

B. Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini bertujuan untuk:

Memperoleh rumusan tentang konsep dan pelaksanaan kurikulum pendidikan

nonformal yang lebih tajam dan jelas sebagai bahan analisis untuk rekomendasi

kebijakan kurikulum nonformal

.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian kurikulum Pendidikan nonformal meliputi

1. Pendidikan keaksaraan tingkat dasar, tingkat lanjutan dan tingkat mandiri.

2. Pendidikan kekursusan

3. Pendidikan kesetaraan program Paket A, B, dan C

4. Program Pendidikan Anak Usia Dini

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah data dan informasi yang dapat

melihat profil pelaksanaan kurikulum pendidikan non forma l

Page 5: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

4

BAB II

KERANGKA BERFIKIR

Jalur pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan / atau pelengkap

pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (UU No 20

tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 26). Lembaga kursus dan lembaga pelatihan

sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal, menyelenggarakan pendidikan bagi

masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan

sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi serta untuk bekerja dan usaha

mandiri. Dalam penjelasan Pasal 17 dan Pasal 18 Undang-undang tersebut menyatakan

bahwa pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program seperti Paket A dan

yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program seperti Paket B, sedangkan pendidikan

yang sederajat dengan SMA/MA adalah program seperti Paket C. Oleh karena itu

penyusunan kurikulum disusun mengacu Permendiknas No. 14 tahun 2007 tentang

Standar Isi Programpaket A, B, dan C.

Kursus dan pelatihan memiliki peran dan tanggung jawab yang cukup besar dalam

mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang kompeten agar mampu bekerja dan

/ berusaha secara mandiri, pada akhirnya dapat mengurangi tingkat pengangguran dalam

upaya mengentaskan kemiskinan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan tabel di bawah ini:

Saat ini program pendidikan yang berada pada jalur pendidikan vokasi dan kecakapan

hidup yang memiliki fungsi utama dalam menyiapkan kebutuhan Sumber Daya Manusia

sedang terkena imbas, hal ini dikarenakan adanya tudingan bahwa berbagai elemen

pendidikan yang ada pada jalur tersebut tidak mampu melahirkan lulusan yang berdaya

saing. Hal ini dapat diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

No. Pendidikan L P Jumlah % K D Jumlah %

1 Tidak/ Belum pernah Sekolah 45.541 100.209 145.750 1,38 46.184 99.566 145.750 1,38

2 Tidak/Belum tamat SD 270.828 249.488 520.316 4,93 180.979 339.337 520.316 4,93

3 Tamat Sd 1.565.484 1.188.064 2.753.548 26,11 1.080.513 1.673.035 2.753.548 26,11

4 SMTP umum 1.395.340 1.057.590 2.452.930 23,26 1.263.650 1.189.280 2.452.930 23,26

5 SMTP Kejuruan 106.517 83.615 190.132 1,80 99.916 90.216 190.132 1,80

6 SMTA Umum 1.441.324 1.189.036 2.630.360 24,94 1.820.404 809.956 2.630.360 24,94

7 SMTA Kejuruan 667.440 447.235 1.114.675 10,57 797.814 316.861 1.114.675 10,57

8 Diploma I/II 47.803 103.282 151.085 1,43 94.208 56.877 151.085 1,43

9 Akademi /Diploma III 73.579 105.652 179.231 1,70 145.617 33.614 179.231 1,70

10 Universitas 179.557 230.333 409.890 3,89 343.418 66.472 409.890 3,89

5.793.413 4.754.504 10.547.917 100,00 5.872.703 4.675.214 10.547.917 100,00

Sumber : Sakernas, BPS 2007 (No 4 s.d 7 = 6.388.000 orang)

Page 6: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

5

Jika ditilik lagi lebih seksama gejala ini akan semakin mengkhawatirkan, karena era

pasar global sudah kian dekat, era perdagangan jasa semakin bebas di bawah naungan

WTO kelak akan menyebabkan mobilisasi tenaga kerja dan profesional antarnegara kian

intens. Pasar tenaga domestik harus mampu mengantisipasi pertarungan dan persaingan

tenaga kerja dengan negara lain sejak dini. Antisipasi yang harus dilakukan adalah

dengan meredefinisi dan mereposisi kembali peran dan fungsi pendidikan dan pelatihan

di Indonesia dengan melakukan adaptasi sepadan atas visi, misi dan strategi dari lembaga

pendidikan dan pelatihan terkait.

Pada bidang pendidikan kesetaraan harus memenuhi prinsip-prinsip berikut.

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi

sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta

didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik serta tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta

didik, kondisi daerah, dan jalur, jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan

agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan

pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan

kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum

mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

No. Pulau Pernah bekerja Tidak pernah bekerja Jumlah %

1 Sumatera 740.519 1.322.360 2.062.879 20

2 Jawa 3.521.804 3.214.802 6.736.606 64

3 Bali + NTT 146.126 195.460 341.586 3

4 Kalimantan 183.321 305.957 489.278 5

5 Sulawesi 208.376 512.787 721.163 7

6 Maluku & Papua 40.835 155.570 196.405 2

Jumlah 4.840.981 5.706.936 10.547.917 100

Sumber : Sakernas, BPS 2007

Page 7: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

6

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Menjamin relevansi program Paket A, Paket B, dan Paket C dengan kebutuhan

kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan

dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan

berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional

mutlak harus dilaksanakan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian

keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan

informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan

memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan kerangka teoretik ini dilakukan pengkajian baik dari segi dokumen

maupun dari pelaksanaannya. Kegiatan kajian ini hanya dapat dilakukan sebanyak 2

langkah kegiatan sehingga baru dilakukan pengkajian dokumen dan diskusi tentang

hasil kajian dokumen. Dari 2 kegiatan ini dapat diperoleh informasi bahwa

kurikulum kekursusan dan kurikulum PAUD non formal belum jelas kurikulum mana

yang digunakan sehingga dalam melakukan pengkajian kekursusan perlu ada

pembatasan jenis kekursusan yang akan dikaji dan PAUD masih menggunakan

kurikulum lama yang relatif sama dengan PAUD formal sehingga tampak tumpang

tindih.

Page 8: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

7

BAB III

PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan Langkah Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan data dilakukan di Provinsi DI Yogyakarta tanggal 21-25 Pebruari 2008

Data dan informasi yang didapat adalah hasil kajian dokumen, konsep, dan

pelaksanaan pendidikan non formal,. Mencakup Keaksaraan, kesetaraan, kekursusan

dan PAUD nonformal. Dalam kegiatan ini terjadi kerancuan karena kekursusan dan

PAUD nonformal tidak sesuai dengan harapa, hal ini karena begitu beragamnya

bidang pendidikan kekursusan dan ketidaktahuan peserta PAUD non formal karena

mereka berpendapat bahwa kurikulum PAUD, TK yang berkaitan dengan pendidikan

usia dini berbeda,

Strategi kegiatan dilakukan dengan penjelasan strategi kerja kemudian berkelompok

melakukan pengkajian dokumen, konsep dan pelaksanaannya. Dan pada kegiatan

akhir dilakukan prentasi untuk masing-masing kelompok

B. Pelaksanaan Langkah Diskusi

Kegiatan diskusi hasil kajiandilaksanakan di Jakarta pada tanggal 17 – 21 Maret

2008

Kegiatan dilaksanakan melalui workshop dan diskusi fokus mengenai hasil kajian

dokumen, kajian konsep dan pelaksanaan kurikulum untuk pendidikan keaksaraan.

Selanjutnya dari hasil diskusi kelompok kajian dirumuskan suatu kesimpulan dan

rekomendasi untuk jangka pendek dan jangka panjang sebagai masukan bagi para

pengambil kebijakan berkenaan dengan pendidikan keaksaraan.

Page 9: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

8

BAB IV

PEMBAHASAN

Kajian dokumen, konsep dan pelaksanaan kurikulum pendidikan nonformal hanya

dilakukan 2 tahap kegiatan padahal kegiatan ini seharusnya dilakukan sebanyak 6 tahap.

Kegiatan yang sebenarnya perlu dilakukan adalah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

Kegiatan ini dilaksanakan dalam serangkaian bentuk workshop yang melibatkan para

akademisi dan praktisi pendidikan yang memiliki kemampuan terutama dalam

pengembangan kurikulum pendidikan non formal. Kegiatan kajian kurikulum

pemndidikan non formal mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

1. Studi dokumentasi, Kajian Konsep dan Pelaksanaan

2. Diskusi Hasil Kajian

3. Analisis Hasil Kajian

4. Penyusunan Hasil Kajian

5. Presentasi dan Penyusunan Rekomendasi Kebijakan

6. Penyusunan Laporan

1. Studi dokumentasi, Kajian Konsep dan Pelaksanaan

Salah satu langkah penting dalam setiap kajian adalah melakukan studi dokumentasi

dan kajian konsep tentang pengembangan kurikulum dan penerapannya. Kajian ini

meliputi konsep dan falsafah dalam sistem pengembangan kurikulum, muatan dan

konten kurikulum, perencanaan pembelajaran, pengembangan bahan ajar, sistem

pengadministrasian dan pelaksanaan pembelajaran. Kajian ini melibatkan praktisi ahli

dan nara sumber berbagai perguruan tinggi. Sedangkan, dokumen tersebut meliputi

dokumen kurikulum, studi perbandingan antar dokumen kurikulum, dokumen

perencanaan pembelajaran, dokumen bahan ajar, dokumen pengadministrasian dan

pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis digunakan untuk mendapatkan informasi

tentang hambatan, peluang maupun tantangan dari setiap kurikulum yang diterapkan

oleh satuan pendidikan.

Efektifitas implementasi kurikulum sangat ditentukan oleh prktek pembelajarannya di

sekolah atau di tempat belajar. Untuk itu perlu dilakukan diskusi fokus pelaksanaan

kegiatan belajar, sumber belajar dan lingkungan pendukungnya di tempat belajar,

yang melibatkan berbagai karkateristik setiap satuan pendidikan. Beragamnya kondisi

satuan pendidikan sehingga diperlukan data dan informasi komprehensif untuk

menjaring data dan informasi perencanaan, praktek pembelajaran dan manajemen

pengelolaan pembelajaran oleh satuan pendidikan.

Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok kajian terdiri

dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 12 orang tim pengkaji

mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan, akademisi, praktisi dan unsur unit

utama terkait. + 50 orang peserta daerah yang mewakili unsur praktisi paket A, B, C,

kekursusan, Pengawas, Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan. Hasil kegiatan berupa

Page 10: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

9

sejumlah dokumen, hasil kajian konsep, kurikulum, silabus, hasil observasi dan

identifikasi permasalahan dan penerapan kurikulum

2. Diskusi Hasil Kajian

Data dan informasi hasil kajian konsep, kajiam dokumen dan pelaksanaan kurikulum

didiskusikan dalam bentuk workshop untuk mendapatkan rumusan tentang konsep

dan pelaksanaan kurikulum yang lebih tajam dan jelas, sebagai bahan analisis untuk

rekomendasi kebijakan kurikulum.

Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok diskusi. Setiap kelompok diskusi terdiri

dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 2 nara sumber/praktisi dari

daerah + 11 orang tim pengkaji mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan,

akademisi, praktisi, asosiasi profesi dan unsur unit utama terkait. Hasil kegiatan

merupakan masukan-masukan yang berupa dokumen sebagai bahan analisis tentang

kurikulum, silabus dan perencanaan pembelajaran mata pelajaran dalam rangka

merumuskan hasil kajian.

3. Analisis Hasil Kajian

Hasil diskusi kajian dokumen dan kajian pelaksanaan kurikulum dan hasil studi

dokumentasi dituangkan sebagai bahan untuk analisis dan merumuskan hasil kajian

secara lebih komprehensif dan lebih tajam. Bahan ini juga digunakan sebagai naskah

atau makalah untuk diseminarkan atau dalam bentuk workshop.

Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok diskusi terdiri

dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 1 nara sumber/praktisi dari

daerah + 12 orang tim pengkaji mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan,

akademisi, praktisi, asosiasi profesi dan unsur unit utama terkait + 50 orang peserta

daerah yang mewakili unsur praktisi paket A, B, C, kekursusan, Pengawas, Komite

Sekolah dan Dinas Pendidikan. Hasil kegiatan berupa 4 naskah dokumen hasil

analisis kritikal kajian mencakup invertarisasi permasalahan dan pelaksanaan

kurikulum, strategi pengembangan dan penerapan, serta temuan pendukung lainnya

dalam rangka merumuskan kebijakan.

4. Penyusunan Hasil Kajian

Hasil keseluruhan dari kegiatan ini dihimpun secara sistematis dan komprehensif

dalam bentuk hasil kajian atau naskah akademik kebijakan pengembangan kurikulum

sehingga dapat digunakan sebagai referensi atau acuan oleh pengambil kebijakan

dalam menyempurnakan Standar Nasional Pendidikan serta pengembangan

kurikulum oleh satuan pendidikan.

Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok diskusi terdiri

dari 4 nara sumber mewakili paket A, B, C, kekursusan + 2 nara sumber/praktisi dari

daerah + 11 orang tim pengkaji mewakili ahli kurikulum, ahli evaluasi pendidikan,

akademisi, praktisi, asosiasi profesi dan unsur unit utama terkait + 50 orang peserta

daerah yang mewakili unsur praktisi paket A, B, C, kekursusan, Pengawas, Komite

Sekolah dan Dinas Pendidikan.. Hasil kegiatan berupa 4 naskah akademik kajian.

5. Presentasi dan Penyusunan Rekomendasi Kebijakan

Kegiatan ini melibatkan para praktisi (guru, kepala sekolah dan pengawas), pembina

(dinas pendidikan), orangtua, akademisi (LPTK dan universitas), serta pihak lain

yang terkait. Bentuk kegiatan ini dapat berupa seminar atau workshop. Tujuan

kegiatan ini adalah mempertajam temuan hasil kajian dan merumuskan rekomendasi

Page 11: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

10

lebih komprehensif kebijakan pengembangan dan implementasi kurikulum.

Perumusan rekomendasi kebijakan kurikulum disusun berdasarkan hasil kajian dan

rumusan hasil seminar dan workshop.

Kegiatan diselenggarakan dalam 4 kelompok kajian. Setiap kelompok kajian terdiri

dari 2 nara sumber kekursusan dan kesetaraan dan 35 peserta yang mewakili tim

pengkaji, akademisi, praktisi, dinas pendidikan, komite, pengawas dan unit pusat

terkait, dari berbagai jenis satuan pendidikan. Hasil langkah kegiatan ini berupa 4

naskah rumusan kajian.

6. Penyusunan Laporan

Laporan kajian kurikulum mencakup deskripsi dari tahap penyusunan desain sampai

diperoleh rumusan rekomendasi kebijkaan kurikulum yang telah disempurnakan.

Dari dua langkah kegiatan tersebut diperoleh data-data lapangan tentang kekursusan

yang meliputi otomotif, pengolahan makanan dan kursus Bahasa Ingris, Program Paket

A, B, dan C yang meliputi kekuatan dan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan anatara

lain tentang pendidikan vokasional. Pada Pendidikan PAUD nonformal antara lain

pendidikan yang memperhatikan kondisi lokal, kalender pendidikan, Program keaksaraan

perlu ada bahan pelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik yang rata-rata umur

peserta didik di atas usia 44 tahun.

Page 12: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

11

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

DASAR PEMIKIRAN KAJIAN KEBIJAKAN

Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum secara

berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan

pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:: pendidikan agama;

pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu

pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olahraga;

keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal.

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya

oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah

koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota

untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi,

desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dalam bidang pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan

memberikan dampak yang mendasar pada kandungan, proses, dan manajemen sistem

pendidikan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru

dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut

menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, di antaranya pembaharuan kurikulum,

yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah yang

beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakukan secara profesional, penyusunan

standar kompetensi tamatan yang berlaku secara nasional dan daerah menyesuaikan

dengan kondisi setempat; penyusunan standar kualifikasi pendidik yang sesuai dengan

tuntutan pelaksanaan tugas secara profesional; penyusunan standar pendanaan pendidikan

untuk setiap satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan;

pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi; serta

penyelenggaraan pendidikan dengan sistem terbuka dan multimakna. Pembaharuan

sistem pendidikan juga meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang

dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, serta pembedaan antara

pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.

Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,

potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta

didik.

Page 13: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

12

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A, B, dan C

ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan

berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai dengan peraturan pemerintah ini dan

standar kompetensi lulusan

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang meliputi pendidikan kecakapan

hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan

perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok

belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan

yang sejenis.

Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan menggunakan

kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan

keterampilan

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan

formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh

Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan

pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup program

paket A, paket B, dan paket C.

Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan dalam bentuk tatap muka, praktek

keterampilan, dan kegiatan mandiri yang terstruktur sesuai dengan kebutuhan.

Standar nasional pendidikan untuk jalur pendidikan nonformal hanya mengatur hal-hal

pokok dengan maksud memberikan keleluasaan kepada masing-masing satuan

pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang memiliki karakteristik tidak terstruktur

untuk mengembangkan programnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan jalur informal yang sepenuhnya menjadi kewenangan

keluarga dan masyarakat didorong dan diberikan keleluasaan dalam mengembangkan

program pendidikannya sesuai dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Oleh karena

itu, standar nasional pendidikan pada jalur pendidikan informal hanya mengatur hal-hal

yang berkaitan dengan pengakuan kompetensi peserta didik saja

Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur

formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada

jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan

Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF

adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan

pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan

Page 14: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

13

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan

anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB),

taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini

pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkungan.

Pusat Kurikulum mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan bagi

pengembangan standar isi dan standar proses, pengembangan kurikulum, serta sarana dan

prasarana pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,

pendidikan nonformal, dan pendidikan khusus. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Pusat Kurikulum menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan kebijakan bagi pengembangan standar isi dan standar proses;

b. pengembangan model dan inovasi kurikulum;

c. pengembangan model sarana dan prasarana pembelajaran;

d. pelayanan profesional pengembangan kurikulum, silabus, dan pembelajaran;

e. pemantauan penerapan standar isi dan standar proses; dan

f. pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

Rincian tugas Pusat Kurikulum secara umum adalah:

a. melaksanakan kajian kebijakan kurikulum untuk bahan perumusan kebijakan

pengembangan standar isi dan standar proses serta sarana dan prasarana

b. melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan pengembangan standar isi

dan standar proses serta sarana dan prasarana

c. melaksanakan penyusunan pedoman pelaksanaan pengembangan kurikulum

d. melaksanakan pengembangan kurikulum dan sarana dan prasarana pembelajaran

e. melaksanakan pengembangan model kurikulum dan pembelajaran

f. melaksanakan pengembangan model sarana dan prasarana

g. melaksanakan pemberian bimbingan teknis pengembangan kurikulum, silabus,

dan pembelajaran

h. melaksanakan pemantauan penerapan standar isi dan standar proses serta sarana

dan prasarana

i. melaksanakan pengembangan model layanan bimbingan dan konseling serta

pengembangan model layanan pendidikan lainnya

j. melaksanakan penyusunan bahan kerja sama pengembangan kurikulum dan

sarana dan prasarana pendukung pembelajaran

Page 15: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

14

k. melaksanakan penyusunan bahan koordinasi jaringan pengembangan kurikulum

dan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran

l. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen

1. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEAKSARAAN

Kemampuan keaksaraan harus bersifat fungsional sehingga dapat menggali, memperoleh,

memilih, dan mengelola informasi secara cerdas. Kemampuannya mencakup menulis,

berhitung, dan berkomunikasi bhs Indonesia untuk terus mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap untuk dapat beradaptasi dalam situasi yang berubah, tidak pasti

dan kompetitif

Buta aksara menghambat untuk mengakses informasi dan mengembangkan pengetahuan,

dan keterampilan sehingga tidak memiliki daya saing hidup.

Keaksaraan fungsional mengandung makna bahwa penyelenggaraan pendidikan

keaksaraan harus: (1) relevan dengan isi, proses, dan konsep, serta makksud dan tujuan

diselenggarakannya pembel\ajaran keaksaraan fungsional (2) sesuai dengan minat dan

kebutuhan belajar warga belajar, dan (3) ada jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar

bermanfaat (fungsional) bagi peningkatan mum dan taraf hidup warga belajar.

2. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEKURSUSAN

Mutu kursus dan pelatihan saat ini sebagian telah mengacu telah mengacu pada ketentuan

standarisasi yang ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP),

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan selanjutnya dapat menjadi acuan dalam

pembuatan borang (instrumen penilaian) dalam rangka akreditasi program kursus dan

pelatihan

Telah disusun Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) berdasarkan onvensi

nasional pada tanggal 18 Desember 2003, yang telah disepakati oleh pemangku

kepentingan (stakeholder), sebagai acuan pengembangan konsep Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Saat ini kurikulum kursus sangat bervariasi, yaitu:

- Jumlah materi ajar untuk masing-masing jenjang tidak cukup untuk membentuk

kompetensi lulusan sesuai dengan standar yang telah ditentukan pada masing-

masing satuan pendidikan.

- Judul unit kompetensi dan kode unit tidak ada/ tidak jelas.

- Penyusunan program pelatihan belum mengacu kurikulum berbasis kompetensi.

- Belum ada profil lulusan pada masing-masing satuan pendidikan atau nama

jabatan tidak sesuai dengan SKKNI, misalnya Mekanik Junior, Mekanik Senior

dan Master Mekanik pada masing-masing satuan pendidikan.

- Pengelolaan program pembelajaran (dari perencanaan sampai evaluasi) belum

mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi.

Page 16: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

15

- Waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan unit kompetensi sangat kurang,

untuk kelompok atau group, sehingga tuntutan kompetensi lulusan tidak tercapai.

3. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KESETARAAN

Standar isi pendidikan kesetaraan sama dengan pendidikan formal. Dalam

penyelenggaraannya menggunakan waktu yang terbatas sehingga peserta memiliki

masalah dalam mencapai kompetensi yang dituntut.

Sulit untuk memenuhi/mencapai SK/KD dikarenakan keterbatasan SDM/tutor, sarana

prasarana belajar, waktu belajar, kesiapan peserta didik.

SK/KD terlalu sulit dilaksanakan di lapangan karena kompleksitas dan heterogenitas

permasalahan peserta didik. (Peserta didik yang ditangani merupakan orang yang penuh

masalah)

Belum ada kebijakan yang memperjelas perpindahan jalur dari berbagai fihak terkait,

Kurang sosialisasi yang terhadap steakholder, belum menerapkan sistem alih kredit,

terdapat kecenderungan dipersulit atau belum jelas aturannya

4. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(PAUD)

PAUD belum dijadikan sebagai pendidikan wajib sepertinya halnya pendidikan dasar

sehingga angka partisipasinya masih rrendah padahal PAUD merupakan program

pendidikan yang sangat penting dari segi usia peserta didik

Komitmen masyarakat akan PAUD masih rendah, fasilitas pendidikan apa adanya,

kompetensi pendidik yang masih rendah, berdampak pada mutu PAUD.

Kebijakan standar perkembangan dan pembelajaran PAUD yang ada sebagai berikut.

- Pembentukan budi pekerti yang kurang jelas dan rinci

- Model pelaksanaan PAUD yang sesuai kondisi belum jelas

- Belum memuat karakteristik yang jelas tentang PAUD

- Cakupan dan kajian isi standar perkembangan PAUD perlu diperluas lagi

REKOMENDASI

1. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEAKSARAAN

Perlu dilakukan kajian program keaksaraan fungsional (KF) untuk mempercepat program

pembebasan buta huruf melalui berbagai bentuk pembelajaran, seperti berikut:

- Program belajar membaca menulis dan berhitung yang membumi dan terintegrasi

dalam penggunaan sehari-hari

- Menyelesaikan masalah sehari-hari ke dalam tema membaca menulis dan

berhitung

- Membangun program peningkatan motivasi melalui konteks keaksaraan

Page 17: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

16

- Membangun jiwa wirausaha dan keterampilan fungsional

- Menumbuhkan program minat baca melalui penggunaan berbagai media

2. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KEKURSUSAN

Hendaknya pengembangan SNP bidang kekursusan mengacu pada Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (KKNI) berdasarkan konvensi nasional pada tanggal 18 Desember

2003, yang telah disepakati oleh pemangku kepentingan (stakeholder).

Muatan SNP tersebut dijadikan sebagai dasar penyusunan Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI) dengan mempertimbangkan: Kebutuhan “kualifikasi

pekerjaan” yang diharapkan oleh lapangan usaha skala kecil, menengah dan besar.

Kepentingan pekerja yang berkaitan dengan aspek beban kerja, potensi kemungkinan

pengembangan diri, serta Relevansi dengan jenjang jabatan/pekerjaan atau keahlian yang

sesuai dengan lapangan usaha dan dunia industri serta serasi dengan diskripsi KKNI.

Proses pengembangan SKKNI dapat dilakukan tahap: menggunakan program/pemaketan

unit kompetensi yang telah terstandar di dunia kerja dan penyesuaian dengan

KKNI/konversi KKNI terhadap SKKNI .

Pengembangan kurikulum kursus hendaknya mempertimbangkan:

- materi ajar untuk membentuk kompetensi lulusan sesuai dengan standar yang

telah ditentukan pada masing-masing satuan pendidikan dan kebutuhan DUDI

- Penyusunan program pelatihan dan pembelajaran mengacu pada prinsip

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.

- profil lulusan disesuaiakn dengan kualifikasi SKKNI, misalnya Mekanik Junior,

Mekanik Senior dan Master Mekanik pada masing-masing satuan pendidikan.

- Kecukupan waktu untuk menyelesaikan unit kompetensi untuk kelompok atau

group sehingga tuntutan kompetensi lulusan tercapai.

3. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM KESETARAAN

Perlu dikembangkan model kurikulum paket ABC yang mencakup substansi mata

pelajaran, keterampilan fungsional dan kepribadian profesional, dengan mengacu pada

SNP untuk pendidikan kesetaraan

Standar isi pendidikan kesetaraan perlu dikaji kembali untuk melihat kesesuaiannya

dengan kebutuhan peserta didik dan menjadi lebih sederhana serta memungkinkan untuk

dijadikan dasar proses penyetaraan dengan pendidikan formal.

Perlu sosialisasi dan workshop yang jelas tentang standar isi untuk pendidikan kesetaraan

mencakup penerapan kesetaraan tingkat dan derajat kompetensi

Perlu dilakukan program peningkatan pendidik kesetaraan baik melalui peningkatan

kualifikasi maupun proses workshop peningkatan kemampuan profesional, serta

peningkatan mutu dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan.

Perlu panduan teknis yang jelas dan kuat sistem dan mekanisme kebijakan perindahan

lintas jalur pendidikan formal, non formal dan informal agar kompetensi peserta didik

diakui eksistensinya.

Page 18: PANDUAN PELAKSANAAN WORKSHOP - new …new-indonesia.org/beranda/images/upload/dok/kurikulum/laporan... · hasil kajian kurikulum sebagai bahan analisis untuk ... pengembangan diri

17

Perlu diperjelas dan dikembangkan model penjabaran keterampilan fungsional dan

kepribadian profesional sebagai acuan dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif

dan pengembangan bahan ajar yang efisien.

4. KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(PAUD)

Program PAUD perlu diirumuskan atau dikaji kemungkinannya sebagai pendidikan wajib

mengingat pentingnya sebagai dasar pendidikan anak

Perlu sosialisasi dan program pentingnya PAUD yang diterapkan oleh pengambil

kebijakan berbagai lini, serta dilengkapi program kurikulum sehingga model dapat

diterapkan secara efisien, murah sesuai kebutuhan dan kondisi anak

Perlu ditingkatkan kompetensi dan kualifikasi pendidik PAUD sebagai agen

pembelajaran

Perlu dikaji lebih lanjut standar perkembangan dan pembelajaran PAUD yang telah

dihasilkan agar: pembentukan sikap dan perilaku yang dibentuk sesuai kebutuhan dan

anak, dapat diimplementasikan secara efektif dalam bentuk program belajar PAUD sesuai

kondisi masyarakat