Panduan Bencana Rs

12
BAB I PANDUAN PENYIAGAAN BENCANA RUMAH SAKIT A. Latar Belakang Rangkaian bencana menempatkan Indonesia sebagai bangsa rentan bencana, bahkan dimasa yang akan datang diperkirakan bencana akan makin kompleks, baik akibat alam maupun ulah manusia, yang harus ditangani dengan baik dan disertai usaha pencegahan. Perubahan panas bumi berakibat berbagai jenis bencana, penyebaran berbagai vektor, produksi berbagai alergen, dampak pada persediaan makanan serta masalah kesehatan lain. Bencana alam juga menyebabkan bencana teknologi akibat kerusakan berbagai sistem. Hal serupa juga berlaku diwilayah Sumatera Barat. Hal diatas menuntut peran Rumah Sakit yang harus aktif sebagai ujung tombak pelayanan medik disaat bencana, yang juga merupakan mata rantai dari SPGDT, yang harus lebih cepat dan tepat, mulai pra RS (PPGD), RS hingga Antar RS (rujukan spesialistik dll.). Pendapat yang mengatakan bahwa RS yang sudah terampil melaksanakan kegawatan sehari-hari, tinggal menambah kapasitas (tempat tidur, peralatan, petugas, ruang rawat, logistik medik dan non medik) tidaklah tepat, karena dalam suatu bencana, yang selalu unik, bukan hanya terjadi penambahan kuantitatif, tetapi terjadi perubahan kualitatif (komunikasi, kerusakan jalur transportasi dan tidak berfungsinya fasilitas lain). Disaat bencana juga akan bekerja banyak orang dengan latar belakang berbeda, hingga pengambilan keputusan akan berbeda dari kegawatan sehari-hari. Untuk kepentingan akreditasi diperlukan P3B (Hosdip) tertulis, namun tidak berarti RS sudah siap menghadapi bencana. Perlu berbagai pelatihan. Kesiapan RS baru tercapai bila ditindak-lanjuti dengan terbentuknya Organisasi Penanggulangan Bencana RS, bekerja-sama dengan luar RS (ambulans, bank darah, Dinkes, PMI, media, RS lain, dll.) disertai pelatihan staf RS hingga terbiasa dengan rencana yang dibuat hingga perencanaan tsb. dapat diterapkan B. Tujuan Pencegahan Jatuh 1. Tujuan Umum: Tujuan utama penyusunan Panduan Penyiagaan Bencana Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Andi Abdurahman Noor adalah untuk meningkatkan kesiap-siagaan RS dalam menghadapi bencana internal dan eksternal RS. 2. Tujuan Khusus : 56

description

spo

Transcript of Panduan Bencana Rs

Page 1: Panduan Bencana Rs

BAB I

PANDUAN PENYIAGAAN BENCANA RUMAH SAKIT

A. Latar Belakang

Rangkaian bencana menempatkan Indonesia sebagai bangsa rentan bencana, bahkan dimasa yang akan datang diperkirakan bencana akan makin kompleks, baik akibat alam maupun ulah manusia, yang harus ditangani dengan baik dan disertai usaha pencegahan. Perubahan panas bumi berakibat berbagai jenis bencana, penyebaran berbagai vektor, produksi berbagai alergen, dampak pada persediaan makanan serta masalah kesehatan lain. Bencana alam juga menyebabkan bencana teknologi akibat kerusakan berbagai sistem. Hal serupa juga berlaku diwilayah Sumatera Barat.

Hal diatas menuntut peran Rumah Sakit yang harus aktif sebagai ujung tombak pelayanan medik disaat bencana, yang juga merupakan mata rantai dari SPGDT, yang harus lebih cepat dan tepat, mulai pra RS (PPGD), RS hingga Antar RS (rujukan spesialistik dll.). Pendapat yang mengatakan bahwa RS yang sudah terampil melaksanakan kegawatan sehari-hari, tinggal menambah kapasitas (tempat tidur, peralatan, petugas, ruang rawat, logistik medik dan non medik) tidaklah tepat, karena dalam suatu bencana, yang selalu unik, bukan hanya terjadi penambahan kuantitatif, tetapi terjadi perubahan kualitatif (komunikasi, kerusakan jalur transportasi dan tidak berfungsinya fasilitas lain). Disaat bencana juga akan bekerja banyak orang dengan latar belakang berbeda, hingga pengambilan keputusan akan berbeda dari kegawatan sehari-hari. Untuk kepentingan akreditasi diperlukan P3B (Hosdip) tertulis, namun tidak berarti RS sudah siap menghadapi bencana. Perlu berbagai pelatihan. Kesiapan RS baru tercapai bila ditindak-lanjuti dengan terbentuknya Organisasi Penanggulangan Bencana RS, bekerja-sama dengan luar RS (ambulans, bank darah, Dinkes, PMI, media, RS lain, dll.) disertai pelatihan staf RS hingga terbiasa dengan rencana yang dibuat hingga perencanaan tsb. dapat diterapkan

B. Tujuan Pencegahan Jatuh

1. Tujuan Umum:

Tujuan utama penyusunan Panduan Penyiagaan Bencana Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Andi Abdurahman Noor adalah untuk meningkatkan kesiap-siagaan RS dalam menghadapi bencana internal dan eksternal RS.

2. Tujuan Khusus :Untuk mencapai tujuan umum tsb, RS harus mempunyai protokol, (yang mencakup : Pengorganisasian, Sistem Komunikasi, Sistem Evakuasi dan Transportasi, Penyiapan Logistik, Mobilisasi dan Aktifasi SDM, serta Tata kerja Operasional) dalam :1. Menghadapi Bencana Internal2. Mengantisipasi korban massal serta menyiapkan manajemen yang tanggap dan efektif3. Pengiriman Tim Bencana4. Disaat RS lumpuh total (baik struktur, fungsi, managemen dan medikal)

C. Ruang Lingkup

Panduan ditujukan bagi manager, staf dan seluruh golongan masarakat di RS, sebagai

Panduan Penyiagaan Bencana Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Andi Abdurahman

Noor.

56

Page 2: Panduan Bencana Rs

BAB II

TATALAKSANA PENYIAGAAN BENCANA RUMAH SAKIT

A. Kebakaran

Prosedur :1. Evakuasi korban ketempat aman.2. Hubungi Satpam atau Operator telepon untuk menghubungi Dinas Kebakaran dan SAR bahwa :     a. Ada kebakaran.     b. Lokasi kebakaran.     c. Nama pelapor.3. Bila mungkin gunakan APAR, jangan mengambil risiko.

Ingat :1. Setiap kebakaran harus dilaporkan.2. Gunakan tangga, jangan lift, kecuali lift dengan kualifikasi kebakaran.3. Matikan listrik area ybs, gunakan lampu emergensi.4. Matikan mesin anestesi, suction, alat elektronik dll.5. Tidak panik. 6. Tempat lebih rendah memiliki udara lebih bersih.

Ketahui :1. Tempat APAR dan cara pakai.2. Nomor telepon PMK, Satpam, Operator.3. Jalur evakuasi dan pintu darurat.4. Satu orang yang bisa mengambil keputusan dan mengetahui penanganan ben cana pada tiap shift jaga.5. Karu shift pagi / hari kerja dan Katim sore / malam mengkoordinasi saat bencana.

B. Gempa Bumi

Prosedur :

1. Dalam Ruangan (terutama bertingkat) : Merunduk, lindungi kepala dan bertahan ditempat aman. Beranjak menuju tempat aman terdekat. Tetap dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar. Menjauh dari jendela. Pasien tidak mampu mobilisasi, lindungi kepalanya dengan bantal.

2. Luar gedung : Jauhi bangunan, pohon / tiang, kabel. Rapatkan badan ketanah. Jangan menyebabkan atau korban dari kepanikan. Ikuti petunjuk petugas / satpam.

3. Dalam lift : Tekan semua tombol. Saat lift berhenti, keluarlah dan perhatikan situasi dan carilah tempat aman.Bila terjebak, gunakan interphone bila ada. Jangan gunakan lift saat gempa.

C. Ancaman bom

Page 3: Panduan Bencana Rs

Prosedur :1. Tetap tenang dan dengarkan ancaman dengan baik (informasi akan membantu penjinak bom).2. Jangan tutup telepon hingga diputus oleh pengancam.3. Panggil / atau beri kode teman terdekat bahwa ada ancaman bom atau gunakan ponsel anda untuk menghubungi orang lain bila mungkin. Bila mungkin teman anda ikut mendengar.4. Hubungi satpam bahwa :     a. Ada ancaman bom.     b. Tempat / ruangan yang menerima ancaman.     c. Petugas yang melapor.

Bila ancaman tertulis :1. Amankan kertas ancaman.2. Lapor pada Karu / Katim.

Benda yang dicurigai sebagai bom :1. Jangan sentuh.2. Lapor pada Karu / Katim.3. Evakuasi ruang tsb. dan sekitarnya segera.4. Buka pintu dan jendela segera.5. Evakuasi sesuai prosedur.

Jenis ancaman :1. Tidak spesifik : Ancaman tidak detail.2. Spesifik : Disebutkan tempat, jenis, kapan akan diledakkan dll.

Zat Berbahaya

Prosedur :

1. Utamakan keamanan.

2. Isolasi area yang mengalami tumpahan atau bocoran.

3. Evakuasi kearah yang berlawanan dengan arah angin.

4. Hubungi operator untuk menyiagakan tim P3B-RS.

5. Tanggulangi tumpahan atau bocoran jika anda sudah dilatih untuk hal tsb.

6. Dekontaminasi korban sebelum ditangani.

C. E. Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit

D. Prosedur :1. Catat dan laporkan jumlah kejadian diruangan pada Direktur Medik dan Keperawatan (atau Pengawas Keperawatan bila diluar jam kerja).2. Tingkatkan Kewaspadaan Standar untuk menekan penularan.3. Pandalin melakukan penyelidikan epidemiologi dan membuat rekomendasi untuk tindakan.

E. Keterangan, KLB adalah bila :1. Timbulnya penyakit yang sebelumnya tidak ada disuatu daerah.2. Peningkatan kesakitan dua kali atau lebih dari yang biasa terjadi dalam kurun yang sama tahun sebelumnya.

F. PEMULIHAN KEFUNGSI NORMAL.G.

Page 4: Panduan Bencana Rs

Setelah semua korban hidup tertangani dalam fase tanggap darurat dan korban mati teridentifikasi serta sisa korban hidup dan mati telah dapat ditanggulangi dengan kapasitas normal, lakukan :1. Kembalikan semua fungsi organisasi ketugas pokoknya.2. Kembalikan SDM ketugas pokoknya.3. Rehabilitasi fisik dan mental SDM.4. Evaluasi dan laporan kegiatan.

H. Prosedur :1. SDM :a. Kembalikan ketugas pokoknya.b. Kembalikan relawan keorganisasinya diserta ucapan terima-kasih dan piagam.c. Konseling bagi yang membutuhkan.d. Rehabilitasi mental dengan pendekatan agama-sosio-kultural.

2. Sarana / prasarana :a. Bersihkan dan kembalikan kefungsi normal semua ruangan yang dipakai untuk bencana.b. Alat medis dan non medis dikembalikan ketempat semula dengan mengikuti prosedur.

3. Debriefing :a. Pertemuan dengan semua pelaksana internal maupun eksternal untuk membahas kegiatan yang sudah dilakukan.b. Ucapan terima-kasih dan telaah manfaat apa yang didapat disertai upaya menyempurnakan organisasi dan prosedur.

4. Penyusunan Laporan :a. Pendahuluan.b. Kegiatanc. Hasil.d. Kendala.e. Kesimpulan dan saran.

A. 5. Laporan donasi dilaporkan pada Gubernur dan Menkes, baik donasi uang, barang maupun kegiatan. Kesimpulan laporan ditampilkan dipapan pengumuman RS. 

B. Pengertian

1. BencanaSetiap kedaruratan yang merusak fungsi masyarakat normal yang membangkitkan tanggapan atas keamanan masyarakat termasuk nyawa dan kepemilikan.

2. Kejadian Bencana MassalSemua kejadian yang berakibat terjadinya korban dalam jumlah besar.

3. Kedokteran BencanaIlmu bagaimana manusia menyesuaikan diri dengan kejadian (alam maupun ulah manusia) yang secara serius merusak fungsi masyarakat normal DAN membangkitkan tanggapan untuk memelihara keamanan (termasuk kesehatan) masyarakat.

a. Petugas penanggung jawab:

- Perawat Primer

b. Perangkat kerja

- Status Rekam Medis Pasien

- Tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning)

- Formulir pengkajian risiko pasien jatuh

Page 5: Panduan Bencana Rs

- Formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh

- Formulir catatan kegiatan perawat tentang asesmen dan intervensi risiko jatuh

c. Tatalaksana

1. Asesmen awal / skrining

Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale

dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen dan langsung

dilakukakan ttalaksana risiko jatuh

2. Asesmen ulang

a. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: saat transfer keunit

lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh pada pasien.

b. Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scaledan Rencana

Keperawatan Interdisiplin akan diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan hasil

asesmen.

3. Perawat Primeryang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur

Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada:

a. Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi)

b. Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien

c. Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices)

d. Asesmen Klinis Harian

4. “Prosedur Pencegahan Jatuh” pada pasien yang berisiko rendah, sedang, atau tinggi harus

diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus optimal.

5. Intervensi pencegahan jatuh

a. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):

1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien

2) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan tempat

tidur tepasang dengan baik

3) Ruangan rapi

4) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol panggilan,

air minum, kacamata)

5) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)

6) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)

7) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan

berfungsi)

8) Pantau efek obat-obatan

9) Anjuran ke kamar mandi secara rutin

10) Sediakan dukungan emosional dan psikologis

11) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga

b. Kategori risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini.

Page 6: Panduan Bencana Rs

1) Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di pergelangan tangan

pasien

2) Sandal anti-licin

3) Tawarkan bantuan ke kamar mandi

4) Nilai kebutuhan akan:

- Fisioterapi dan terapi okupasi

- Alarm tempat tidur

- Tempat tidur rendah (khusus)

- Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse station)

6. Strategi Rencana Keperawatan

a. Strategi umum untuk pasien risiko jatuh, yaitu:

1) Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam (saat pasien bangun)

2) Gunakan 2-3 sisi pegangan tempat tidur

3) Lampu panggilan berada dalam jangkauan, perintahkan pasien untuk

mendemonstrasikan penggunaan lampu panggilan

4) Jangan ragu untuk meminta bantuan

5) Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan

6) Adakan konferensi multidisiplin mingguan dengan partisipasi tim keperawatan

7) Rujuk ke departemen yang sesuai untuk asesmen yang lebih spesifik, misalnya

fisioterapi

8) Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak turun dari

tempat tidur

b. Strategi untuk mengurangi / mengantisipasi kejadian jatuh fisiologis, yaitu:

1) Berikan orientasi kamar tidur kepada pasien

2) Libatkan pasien dalam pemilihan aktivitas sehari-harinya

3) Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika (lihat daftar)

4) Kurangi suara berisik

5) Lakukan asesmen ulang

6) Sediakan dukungan emosional dan psikologis

c. Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, yaitu:

1) Lampu panggilan berada dalam jangkauan

2) Posisi tempat tidur rendah

3) Lantai tidak silau/memantul dan tidak licin

4) Pencahayaan yang adekuat

5) Ruangan rapi

6) Sarana toilet dekat dengan pasien

Page 7: Panduan Bencana Rs

Asesmen Risiko jatuh Morse dilakukan saat pasien masuk

RS bersamaan dengan asesmen awal

Skrining farmasi dan atau fisioterapi pada pasien dengan faktor risiko

faktor risiko

Tindakan pencegahan umum(semua pasien)

Orientasi kamar rawat inap kepada pasienTempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di kedua sisi tempat tidur terpasang baikRuangan rapiBarang pribadi dalam jangkauan (telepon, lampu panggilan, air minum, kacamata, pispot)Pencahayaan adekuatAlat bantu dalam jangkauan (walker, cane, crutch)Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar Pantau efek obat-obatanSediakan dukungan emosional dan psikologisEdukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh

Asesmen Ulang Risiko Jatuh Morse

Saat transfer ke unit lainSaat terdapat perubahan

kondisi pasienAdanya kejadian jatuh

Pasien masuk rumah sakit

d. Manajemen Setelah Kejadian Jatuh

1) Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi, fraktur, cedera

kepala)

2) Nilai tanda vital

3) Nilai adanya keterbatasan gerak

4) Pantau pasien dengan ketat

5) Catat dalam status pasien (rekam medik)

6) Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi laporan insidens

7) Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien

e. Edukasi pasien/keluarga

1) Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan setuju

untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan. Pasien dan keluarga

harus diberikan edukasi mengenai faktor risiko jatuh di lingkungan rumah sakit dan

melanjutkan keikutsertaannya sepanjang keperawatan pasien.

- Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum memulai

penggunaan alat bantu

- Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding

- Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-obatan, efek

samping, serta interaksinya dengan makanan/ obat-obatan lain.

7. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko jatuh pada catatan keperawatan

f. Bukti Dokumen

1. Dokumenassesmen risiko pasien jatuh

2. Dokumen pemberian informasi risiko pasien jatuh

3. Dokumen catatan keperawatan

ALGORITMA PASIEN SAAT MASUK RUMAH SAKIT

Page 8: Panduan Bencana Rs

PETUNJUK PENGGUNAAN

ASESMEN RISIKO JATUH (MORSE FALL SCALE)

Riwayat jatuh:

Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat kejadian

jatuh fisiologis dalam 12 bulan terakhir ini, seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan, berikan

skor 1. Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.

Page 9: Panduan Bencana Rs

Diagnosis sekunder:

Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 1; jika tidak, berikan skor 0.

Alat bantu:

Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 2. Jika pasien menggunakan

tongkat / alat penopang, berikan skor 1. Jik pasien dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor

0.

Gaya berjalan:

Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan untuk bangun dari

kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala

menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan sedang – total

untuk menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu

berjalan, dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 2.

Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien membungkuk; tidak dapat

mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau memerlukan bantuan ringan

untuk berjalan; dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 1.

Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0

Status mental:

Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk berjalan.

Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 1. Jika

asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.