PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN...

139
PANDANGA MALANG T PEMBA A PROGRAM STU U MA AN PAKAR HUKUM DAN ULAM TERHADAP ASAS LEGALITAS D AGIAN HARTA WARIS GONO G TESIS Oleh ABDUL KADIR JAILANI PULUNGAN 11780014 UDI MAGISTER AL-AHWAL AL-SYAKH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AULANA MALIK IBARHIM MALANG 2013 i MA KOTA DALAM GINI HSHIYYAH

Transcript of PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN...

Page 1: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA

MALANG TERHADAP ASAS LEGALITAS DALAM

PEMBAGIAN HARTA

ABDUL KADIR JAILANI PULUNGAN

PROGRAM STUDI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBARHIM MALANG

PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA

MALANG TERHADAP ASAS LEGALITAS DALAM

PEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI

TESIS

Oleh

ABDUL KADIR JAILANI PULUNGAN

11780014

PROGRAM STUDI MAGISTER AL-AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBARHIM MALANG

2013

i

PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA

MALANG TERHADAP ASAS LEGALITAS DALAM

GONO GINI

SYAKHSHIYYAH

Page 2: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

ii

PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA

MALANG TERHADAP ASAS LEGALITAS DALAM

PEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Beban Studi Pada

Program Magister Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Oleh

ABDUL KADIR JAILANI PULUNGAN

11780014

PROGRAM STUDI MAGISTER AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBARHIM MALANG

2013

Page 3: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

iii

PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA

MALANG TERHADAP ASAS LEGALITAS DALAM

PEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Beban Studi Pada

Program Magister Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Oleh

ABDUL KADIR JAILANI PULUNGAN

11780014

Pembimbing

Dr. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag Dr. H. Saifullah, SH, M.Hum NIP. 19590423198603 2 003 NIP. 1965120520003 1 001

PROGRAM STUDI MAGISTER AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBARHIM MALANG

2013

Page 4: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

iv

PENGESAHAN TESIS

Tesis saudara Abdul Kadir Jailani Pulungan, NIM 11780014, Mahasiswa

Pascasarjana Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang ini telah diuji & dipertahankan di depan sidang

dewan penguji pada tanggal 21 September 2013 dengan judul:

Pandangan Pakar Hukum Dan Ulama Kota Malang Terhadap Asas Legalitas

Dalam Pembagian Harta Waris Gono Gini

Dinyatakan LULUS.

Dewan Penguji

Ketua, Penguji Utama,

Dr. H. Fadil Sj, M.Ag Dr. Zaenul Mahmudi, M.A NIP. 19651219 9203 1 046 NIP. 19730603 199903 1 001

Sekretaris/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dr. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag Dr. H. Saifullah, SH, M.Hum NIP. 1959042 3198603 2 003 NIP. 19651205 20003 1 001

Mengetahui Direktur PPs,

Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A NIP 19561211 1983031 1 005

Page 5: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

v

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan tugas akhir ini untuk orang tercinta dan tersayang

atas kasihnya yang berlimpah.

Teristimewa Ayahanda, Ibunda dan keluarga tercinta, tersayang

dan yang terhormat. Kupersembahkan sebuah tulisan dari didikan

kalian yang ku aplikasikan dengan ketikan hingga menjadi barisan

tulisan dengan beribu kesatuan, berjuta makna kehidupan, tidak

bermaksud yang lain hanya ucapan TERIMA KASIH yang setulusnya

tersirat dihati yang ingin ku sampaikan atas segala usaha dan jerih

payah pengorbanan untuk anakmu selama ini. Hanya sebuah kado kecil

yang dapat ku berikan dari bangku kuliahku yang memiliki sejuta makna,

sejuta cerita, sejuta kenangan, pengorbanan, dan perjalanan untuk

dapatkan masa depan yang ku inginkan atas restu dan dukungan yang

kalian berikan. Sekali lagi ananda ucapkan......TERIMA KASIH.

Page 6: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

vi

PERSEMBAHAN

Dua tahun sudah kita menjalani perkuliahan di kampus Pascasarjana UIN

Malang tercinta, tentu banyak pula kenangan suka maupun duka yg kita lalui

bersama. Tiada yang dapatku balas atas kasih sayang serta bantuan teman-

teman yang telah kalian berikan kepadaku baik dalam bentuk motivasi dan

semangat untuk menjalani hidup hingga tugas akhir ini pun terselesaikan.

Rindu dan salamku kepada teman-temanku angkatan 2011 dan angkatan 2012,

kalian telah memberikan sesuatu yg melebihi dari yang kuharapkan di kota ini,

yakni kasih sayang kalian.............semoga Allah membalas kebaikan kalian dan

kita dijadikan orang yang sukses di dunia & akhirat.

Page 7: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

vii

MOTTO

ب ا� �ت � � � � ا� � � �

� � � ا� و � � � ا� � � � ا� � � � و “ Sungguh sedih anak yatim yang mati ibu bapaknya

Akan tetapi, lebih sedih lagi yatim ilmu & yatim amal”

Page 8: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

viii

SURAT KETERANGAN

ORIGINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Kadir Jailani Pulungan

NIM : 11780014

Program Studi : Magister Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Alamat : Jl. Pemudi Gg. Masjid No. 2 Kel. Tampan

Kec. Payung Sekaki Kota Pekanbaru Provinsi

Riau

Judul Penelitian : Pandangan Pakar Hukum Dan Ulama Kota

Malang Terhadap Asas Legalitas Dalam

Pembagian Harta Waris Gono Gini

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa dalam hasil penelitian saya ini tidak

terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang

pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar

pustaka

Bahwa jika dikemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat

unsur-unsur penjiplakan dan ada klaim dari pihak lain. Maka saya bersedia

untuk diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa

paksaan dari siapapun.

Malang, 11 September 2013

Hormat Saya,

Abdul Kadir Jailani Pulungan NIM: 11780014

Page 9: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

ix

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas limpahan rahmat, hidayah dan

bimbingan Allah SWT, tesis yang berjudul “Pandangan Pakar Hukum Dan

Ulama Kota Malang Terhadap Azaz Legalitas Dalam Pembagian Waris Harta

Gono Gini” dapat terselesaikan dengan baik semoga ada guna dan manfaatnya.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjugan kita Nabi

Muhammad SAW yang telah membimbing manusia kearah jalan kebenaran dan

kebaikan.

Banyak pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Untuk itu,

penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dengan

ucapan jazakumullah ahsanul jaza’ khususnya kepada:

1. Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Bapak Prof. Dr. H. Mudjia

Rahardjo dan para pembantu Rektor atas segalan layanan dan fasilitas yang

telah diberikan selama penulis menempuh studi.

2. Direktur Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Bapak Prof.

Dr. H. Muhaimin, M.A dan para asisten direktur atas segala layanan dan

fasilitas yang telah diberikan selama penulis menempuh studi.

3. Ketua Program studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah, Bapak Dr. H. Fadil Sj,

M.Ag dan Dr. H. Dahlan Tamrin atas motivasi, koreksi dan kemudahan

pelayanan selama studi

4. Dosen Pembimbing 1, Dr. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag atas bimbingan, kritik

dan koreksinya dalam penulisan tesis

5. Dosen Pembimbing II, Dr. H. Saifullah, M.Hum atas bimbingan, kritik dan

koreksinya dalam penulisan tesis

Page 10: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

x

6. Semua staf pengajar atau dosen dan semua staf TU Pascasarjana UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang yang tidak mungkin disebutkan satu persatu

yang telah banyak memberikan wawasan keilmuan dan kemudahan selama

menyelesaikan program studi

7. Semua Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang khususnya yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi dalam penelitian.

8. Kedua orang tua, ayahanda Bapak H. Sahudlan Pulungan dan Ibunda Hj.

Tumini yang tiada henti-hentinya memberikan motivasi, bantuan materiil

dan doa sehingga menjadi dorongan dalam menyelesaikan studi, semoga

menjadi amal yang diterima di sisi Allah.

9. Semua teman-teman dan adik-adik mahasiswa/i Riau yang ada di malang

yang terkabung dalam organisasi Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa

Riau Malang (IKPMR) yang selalu mendukung dan menyemangati penulis

sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

10. Semua keluarga dan teman-teman yang ada di Kota Pekanbaru maupun

yang ada di Kota Malang yang selalu menjadi inspirasi dalam menjalani

hidup khususnya selama studi.

Malang, 11 September 2013

Penulis,

Abdul Kadir Jailani Pulungan

Page 11: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i JUDUL ............................................................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii PENGESAHAN TESIS .................................................................................. iv PERSEMBAHAN ........................................................................................... v MOTTO .......................................................................................................... vii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ....................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TRANSLITERASI ....................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv ABSTRAK ...................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Kontek Penelitian ................................................................... 1 B. Batasan Masalah..................................................................... 6 C. Fokus Penelitian ..................................................................... 6 D. Tujuan Penelitian ................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian ................................................................. 7 F. Originalitas Penelitian ............................................................ 7 G. Defenisi Operasional .............................................................. 11 H. Sistematika Pembahasan ........................................................ 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 14 A. Konsep Asas Legalitas ........................................................... 14 B. Konsep Waris Dalam Litaratur Islam .................................... 17

1. Pengertian Waris ............................................................. 17 2. Dasar Hukum Waris ........................................................ 19 3. Asas-Asas Hukum Waris ................................................ 23

C. Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam .......................... 26 D. Hak-Hak Yang Wajib Ditunaikan Sebelum Pembagian

Waris ...................................................................................... 30 E. Harta Gono Gini/ Harta Bersama Suami Istri Di Indonesia ... 39

1. Harta Gono Gini/ Harta Bersama menurut UU No.1 tahun 1974 ....................................................................... 39

2. Harta Gono Gini/ Harta Bersama Menurut KUHPerdata 40 3. Harta Gono Gini/ Harta Bersama Menurut Hukum Adat 41

F. Pemilikan Bersama Dalam Harta Warisan Menurut Hukum Islam ....................................................................................... 43 1. Konsep Kepemilikan Harta Bersama/Perkongsian ......... 43 2. Pemilikan Harta Bersama/Perkongsian Menurut Ulama

Hanafiah .......................................................................... 50 3. Pemilikan Harta Bersama.Perkongsian Menurut Ulama

Malikiyah ........................................................................ 52 4. Pemilikan Harta Bersama.Perkongsian Menurut Ulama

Syafi’iyah ........................................................................ 54 5. Pemilikan Harta Bersama.Perkongsian Menurut Ulama

Hanabilah ........................................................................ 55

Page 12: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xii

G. Pencatatan Harta Peninggalan Menurut Teori Kemaslahatan Dan Dzari’ah .......................................................................... 58

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 69 A. Paradigma Penelitian .............................................................. 69 B. Jenis Penelitian ....................................................................... 69 C. Pendekatan Penelitian ............................................................ 70 D. Lokasi Penelitian .................................................................... 71 E. Kehadiran Peneliti .................................................................. 71 F. Data dan Sumber Data ........................................................... 72 G. Pengumpulan Data ................................................................. 75 H. Tehnik Pengolahan Data ........................................................ 76 I. Pengecekan Keabsahan Data.................................................. 78 J. Analisis Data .......................................................................... 79

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA DATA .............................. 81 A. PAPARAN DATA ................................................................. 81

1. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap Asas Legalitas Dalam Pembagian Waris Harta Gono Gini .............................................................. 82

2. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap Surat Keterangan Pembagian Waris Sebagai Syarat Perkawinan Bagi Duda/Janda Mati ...................... 89

B. ANALISA DATA .................................................................. 95 1. Asas Legalitas Dalam Pelaksanaan Pembagian Waris

Harta Gono Gini Menurut Pakar Hukum Dan Ulama Kota Malang .................................................................... 95

2. Surat Keterangan Pembagian Waris Sebagai Syarat Perkawinan Bagi Duda/Janda Mati Menurut Pakar Hukum Dan Ulama Kota Malang ................................... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN` .................................................. 114 A. Kesimpulan ............................................................................ 114 B. Saran ....................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... BIOGRAFI .....................................................................................................

Page 13: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xiii

TRANSLITERASI

A. Umum

Transliterasi yang dimaksud di sini adalah pemindahalihan dari bahasa arab ke

dalam tulisan indonesia (latin), bukan terjemahan bahasa arab ke dalam bahasa

indonesia

B. Konsonan

dl ض tidak ditambahkan ا

th ط b ب

zh ظ t ت

(koma menghadap ke atas) ع th ث

gh غ j ج

f ف h ح

q ق kh خ

k ك d د

l ل dz ذ

m م r ر

n ن z ز

w و s س

h ه sy ش

y ي sh ص

C. Vokal, panjang dan diftong

Pada dasaranya, dalam setiap penulisan bahasa arab dalam bentuk tulisan latin

vocal fathah ditulis dengan “a”, kasroh dengan “i”, dhommah dengan “u”,

sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:

Page 14: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xiv

Vokal (a) panjang = a misalnya: ل�� menjadi : qala

Vokal (i) panjang = 1 misalnya: � � menjadi : qila

Vokal (u) panjang = u misalnya: دون menjadi : duna

Khusus bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “I”, melainkan

tetap ditulis dengan “iy” supaya mampu menggambarkan ya’ nisbat diakhirnya.

Sama halnya dengan suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis dengan

“aw” dan “ay” sebagaimana contoh berikut:

Diftong (aw) = و misalnya: ل!� menjadi : qawlun

Diftong (ay) = ي misalnya: " # menjadi : khayrun

D. Ta’ marbuthah

Ta’ marbuthah ditransliterasikan dengan “t”, jika berada ditengah-tengah

kalimat, namun jika seandainya ta’ marbuthah tersebut berada diakhir kalimat,

maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h”, misalnya $%ا("%)$ ()'&ر

menjadi al-risalatu lil mudarrisah.

Page 15: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Model Alir Miles Dan Huberman ........................................................ 79

Page 16: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xvi

ABSTRAK

Pulungan, Abdul Kadir Jailani. 2013. Pandangan Pakar Hukum Dan Ulama Kota Malang Terhadap Asas Legalitas Dalam Pembagian Harta Waris Gono Gini. Tesis, Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Pembimbing: (1). Dr. Tutik Hamidah, M.Ag. (2). Dr. Saifullah, M.Hum.

Kata Kunci: Asas Legalitas, Harta Waris, Gono Gini.

Islam telah mengatur umatnya untuk menjalankan aturan yang telah ditegakkan seperti halnya pelaksanaan waris. Di Indonesia pelaksanaan tersebut tidak teralisasi dengan baik. Dari segi antropologis, dimana Indonesia memiliki adat dan budaya yang juga menghambat pelaksanaan tersebut. Daru segi sosiologisnya, ini juga disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri. Dari segi yuridis, aturan yang ada tidak memiliki kekuatan yang memaksa warganya untuk melaksanakan aturan tersebut bahkan ketika seseorang janda/duda cerai matipun yang hendak menikah hanya mempersyaratkan surat kematian saja dari Kepala Desa atau Lurah setempat. Faktor-faktor di atas tadilah, baik dari segi sosiologis, antropologis atau dari segi lemahnya aturan yang ada menyebabkan kemudharatan terhadap hak dari ahli waris.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan pakar hukum dan ulama Kota Malang terhadap asas legalitas dalam pelaksanaan pembagian harta waris gono gini. Sehingga diharapkan nantinya dari penelitian ini dapat memperluas khazanah keilmuan kita serta memunculkan pemikiran baru dalam menjawab permasalahan hukum.

Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik, pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara. Lokasi penelitian ini berada di Kota Malang dengan objek penelitiannya adalah pakar hukum dan ulama Kota Malang dengan standarisasi bagi pakar hukum sebagai akademisi yang berprofesi sebagai dosen dan praktisi hukum yang menjabat sebagai Hakim Pengadilan Agama. Sedangkan standarisasi ulama dengan pendidikan minimal S1 dan berbasis organisasi Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan MUI Kota Malang.

Hasil penelitian ini adalah (1). Dimana pendapat Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang mengenai asas legalisasi dalam pembagian harta waris gono gini adalah bahwa legalitas sangat penting terhadap pembagian harta waris gono gini dalam bentuk tertulis dimana hal itu dapat dibuatkan surat keterangan dari pejabat notaris atau dapat pula dibuat melalui permohonan kepada Pengadilan Agama untuk menetapkan ahli waris sehingga nantinya akan memudahkan pembagian harta waris, jika ahli warisnya memiliki pendapatan yang rendah maka mereka dapat mengajukan permohonan penetapan ahli waris di Pengadilan Agama dengan mengajukan proses persidangan dengan biaya perkara secara cuma-cuma. (2).Terkait dijadikan surat keterangan pembagian harta waris gono gini ini sebagai syarat perkawinan bagi duda/janda cerai mati terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan ini dilandasi cara berpikir yang berbeda dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, baik dari segi antropologis, sosiologis maupun yuridis.

Page 17: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xvii

ABSTRACT

Pulungan, Abdul Kadir Jailani. 2013. Legal Experts and Scholars Malang View Against Treasure Principle of Legality in Inheritance Community property division. Thesis, Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Postgraduate Program of State Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang, Supervisor : (1) Dr. Tutik Hamidah, M.Ag. (2) Dr. Saifullah, M. Hum.

Keywords : Legality Principle , Inheritance, Community property .

Islam has set his people to run the rules that have been established as well as implementation inheritance. In Indonesia, the implementation is not implemented well . Anthropological terms , which Indonesia has a tradition and culture that also hinder the implementation . From sociological terms, this is also caused by the human factor itself. Juridical terms, the existing rules don’t have the power to force citizens to implement these rules even when one widow / widower divorcee death who want to marry only require death certificate course from the local village chief or headman . The factors above these have happened , both in terms of sociological , anthropological or in terms of the weakness of the existing rules cause harm to the rights of heirs .

This study aims to determine how the views of legal experts and scholars Malang against the principle of legality in the implementation of the division of the estate community property. So expect future of this research can expand our realm of knowledge and bring new thinking in answering legal problems.

This study uses a naturalistic paradigm with qualitative approach using qualitative descriptive analysis of the data, while the data collection is done through interview techniques . The study site is located in Malang, with the object of research is the legal experts and scholars Malang with standards for law as an academic expert who is a legal practitioner and lecturer , who served as Justice of Religious Court . While the scholars with minimal education S1 and based on Nahdhatul Ulama organization ( NU ) , Muhammadiyah organization and the Indonesian Scholars Council ( MUI ) Malang .

This result showed that : ( 1 ) The opinion of Legal Experts and Scholars Malang on the principle of the division of the estate legalization Community property is very important that the legality of the division of the estate Community property in written form where it can be made official letter from the notary or can also be made through an application to the Religious to establish an heir so that will facilitate the distribution of the estate , if the beneficiary has a low income then they can apply for a determination of the heirs to the courts for legal proceedings filed with the court fee free of charge . ( 2 ) Related serve letter Community property estate division as a condition of marriage to a widower / divorcee death occurred dissent . This distinction is based on a different way of thinking by looking at the circumstances that exist, both in terms of anthropological, sociological and juridical .

Page 18: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

xviii

البحث ملخص

مشروعيةفقهاء وعلماء مدينة ماالنج على أساس آراء، ۲۰۱۳، فولوجنانعبد القادر جيالين

كلية الدراسات العليا ،شخصيةالقسم أحوال ، رسالة لنيل درجة ماجستري ،تقسيم الوراثة

كتور احلاجهد ال) ۱: املشرف، ماالنج، مالك إبراهيم للجامعة اإلسالمية احلكومية موالنا

.املاجستري، سيف اهللا كتور احلاجد ال) ۲ . املاجستري،توتيك محيدة

. الوارثة، اساس مسروعية : الكلمة الرئيسية

تنفيذ شريعة الوراثة يف مسري ا وأم ، قد شرع اإلسالم ألمته على تنفيذ الشريعة كشريعة الوراثة

إلندونيسيا عادات وثقافة مانعة على تنفيذ األنثروبولوجيةهة اجل نظرا من .جيدا مل يكنإندونيسيا

أن ، وأما من اجلهة القانونية. ومن جهة علم اإلجتماع السبب يأيت من شخص نفسه. هذه الشريعة

حىت شروط زواج األرمل أو مطلقة ، النظام القائم مل يقدر على إجبار السكان على هذا التنفيذ

إما من علم ، وهذه العوامل. لى وفاة الزوجامليت بتقدمي الرسالة من الزعيم فحسب داللة ع

. أو من ضعف النظام ضرارة حلقوق الوريث، األنثروبولوجية ،اإلجتماع

والغرض من هذا البحث معرفة آراء فقهاء وعلماء مدينة ماالنج على أساس مشروعية

اجلديدة لتحليل زيادة لنا يف الكنوز العلمية حىت تظهر اآلراء ويرجى من هذا البحث ، تقسيم الوراثة

.املسائل القانونية

منوذج طبيعي هلذا البحث و يستخدم الباحث املنهج البحث الكيفي استخدم هذا البحث

مكان . ومجع احلقائق باحلوار و يف حتليل البيانات يستخدم الباحث حتليل البيانات الوصفي الكيفي

وتقييسا للفقهاء . البحث يف مدينة ماالنج مع موضوع البحث فقهاء و علماء مدينة ماالنج

، وأما من العلماء كالطالب يف مرحلة باكالو ريوس. كاحملاضر يف اجلامعة واحلاكم يف احملاكم الدينية

. علماء إندونيسيا مدينة ماالنجمنظمة حممدية وجملس ، املستند إىل منظمة حنضة العلماء

رأى فقهاء وعلماء مدينة ماالنج أن املشروعية املكتوبة مهمة ) ۱، والنتيجة من هذ البحث

أو تعيني الوريث من احملاكم الدينية لتيسري يف تقسيم ، يف تقسيم الوراثة كالشهادة من كاتب العدل

ضة لتعيني الوريث يف احملاكم الدينية بتقدمي وإذا كان الوريث من الفقري ميكن تقدمي العري، الوراثة

كون شهادة تقسيم الوراثة شروط الزواج لألرمل أو مطلقة ) ۲. راءات مع احلر يف رسوم احملاكماإلج

إما من اجلهة ، وسبب هذا اإلختالف يف طريقة التفكري نظرا ألحوال خمتلفة. امليت يف إختالف

.ة القانونيةأو اجله، علم اإلجتماع، األنثروبولوجية

Page 19: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Hukum kewarisan Islam telah diatur sedemikian rupa di dalam Al-Quran

dan Hadits Nabi, hal ini bertujuan agar ahli waris mengetahui dengan

sebenar-benarnya tentang bagian pusaka yang berhak diterimanya, agar

seseorang tidak terjadi pengambilan hak orang lain dengan jalan tidak halal.1

Sehingga dengan begitu, rasa keadilan dan keamanan diantara ahli waris

dapat terjaga tanpa ada yang harus memonopoli harta waris. Selain itu, bila

hukum ini dijalankan dengan jujur dan benar, maka kekhawatiran adanya

dampak negatif dari pengaruh harta yang ditinggal si mati bisa dihindari atau

bisa diminimalisir. Artinya, dengan terlaksananya hukum faraid disamping

hak warisan dapat dikembalikan secara benar kepada yang punya hak, juga

yang sangat mendasar adalah mampu membuat keluarga yang bersangkutan

hidup dengan damai.

Di Indonesia prinsip harta waris dapat diambil dari harta bawaan dan

harta selama perkawinan atau yang lebih sering kita kenal dengan harta gono

gini.2 Dengan demikian, ada 3 kedudukan harta selama berumah tangga,

yakni harta bawaan suami, harta bawaan istri dan harta milik bersama suami

dan istri.3 Sehingga apabila salah satu pasangan dari suami istri meninggal

dunia, maka pasangan yang hidup lebih lama akan mendapatkan separoh dari

harta bersama, begitupula dengan separoh hartanya lagi dari pasangan yang

1 Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana Pranada

Media Group, 2011), Hlm. 80 2 Suhrawadi, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika. 2004), Hlm 50 3 Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil (Surabaya: Airlangga, 2003), Hlm. 92

Page 20: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

2

meninggal dunia akan manjadi harta waris ditambah dengan harta

bawaannya. Hal ini dituangkan dalam pasal 96 ayat 1 KHI, “apabila terjadi

cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup

lebih lama”.4

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti terhadap

prakteknya, masih saja ditemukan penyimpangan terhadap pelaksanaan waris.

Seperti tidak adanya pembagian harta waris ketika salah satu dari pasangan

suami istri meninggal. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh adat dan kebudayaan

yang bermuara kepada etika seorang anak kepada orang tuanya yang berat

hati untuk menuntut haknya atau kurangnya pengetahuan oleh pasangan yang

masih hidup, dimana harta yang seharusnya dibagi dianggap sebagai milik

pribadinya. Akan tetapi hal ini semakin parah, ketika duda/janda tersebut

hendak melakukan pernikahan tanpa didahului adanya pembagian waris atau

diisyaratkan adanya surat keterangan hak waris terhadap harta waris yang

ditinggalkan. Sehingga menimbulkan asumsi akan terjadinya percampuran

harta ahli waris yang didapat dari harta waris berupa harta pribadi/bawaan

serta harta bersama dari salah seorang dari orang tua meraka yang telah

meninggal dengan calon ayah/ibu tiri meraka, sehingga nantinya akan

menyebabkan ketidakjelasan berapa bagian hak mereka terhadap harta waris.

Selain itu, hal ini juga menyebabkan harta ahli waris tersebut juga

dipertanyakan akan keamanan dari kemungkinan dipindahtangankan,

dibebani sesuatu sebagai jaminan, dirusak atau dimusnahkan oleh ayah dan

4 Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam, Hlm. 94

Page 21: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

3

istri ayahnya sebagai pemegang atau pihak yang menguasai barang-barang

tersebut.

Dilihat dari segi hukum terhadap pelaksanaannya, hal ini sudah

diaplikasikan dalam bentuk pengkodifikasian, yakni dalam kompilasi hukum

Islam yang terdapat pada pasal 187 ayat 1 yang berbunyi:5

“Bilamana pewaris meninggalkan harta peninggalan, maka oleh pewaris

selama hidupnya atau oleh para ahli waris dapat ditunjukkan beberapa

orang sebagai pelaksana pembagian harta waris dengan tugas.

a. Mencatat dalam suatu daftar harta peninggalan, baik berupa benda

bergerak maupun tidak bergerak yang kemudian disahkan oleh para ahli

waris yang bersangkutan, bila perlu dinilai harganya dengan mata

uang.”

Bila diamati dengan seksama, pada pasal di atas tersebut terdapat kata

dapat, hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembagian waris hanya

bersifat anjuran, dalam arti tidak adanya unsur paksaan. Selain itu, Harta

waris dapat dibagi bila terjadi pengajuan dari ahli waris kepada pihak yang

menguasai harta waris atau dapat pula mengajukan permohonan terhadap

pengadilan untuk membagi harta waris kepada pihak yang berhak menerima.6

Tindakan tidak dibaginya harta waris ini bisa saja diasumsikan sebagai

penundaan pembagian harta berdasarkan pada kearifan lokal atau dalam

istilah fiqh “adat al-Muhakkamah”. Di Indonesia kebiasaan penundaan itu

sampai pada hari ke 100 dalam rangka peringatan hari kematiannya. Atau

masih terdapat salah seorang dari orang tuanya yang masih hidup. Akan tetapi

5 Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam, Hlm. 317 6 Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam (KHI Pasal 188), Hlm. 318

Page 22: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

4

terhadap persoalan ini hanya sampai pada batas sejauh mana hak kepemilikan

harta warisan itu tidak melibatkan orang lain.7

Fenomena yang terjadi bahwa ditemukan adanya pernikahan duda/janda

mati yang menikah tanpa terlebih dahulu melaksanakan pembagian harta

waris. Seperti keluarga Pak Pairi, keluarga Pak Syairan yang beralamatkan di

Desa Mulyoagung dan keluarga Buk Mukid di Tlogomas,8 serta Buk Gatot di

Kedung Kandang,9 dimana keharmonisan rumah tangga yang diinginkan

kurang dapat dirasakan, hal ini disebabkan selama berumah tangga selalu

dihiasi dengan sikap saling curiga dan kurang hormat yang didasari pada

prasangka negatif terhadap harta waris yang belum dibagikan. Selain itu, di

Pengadilan Agama pun pada tahun 2012 hanya 12 perkara yang diajukan ke

PA, dimana 10 merupakan kasus permohonan dan 2 yang bersifat gugatan.10

Berdasarkan fakta yang terjadi, ketika seseorang duda/janda mati hendak

melakukan perkawinan tanpa membagi harta waris, yang dimungkinkan

adanya pengaruh adat dan budaya. Apalagi perkawinan ini hanya didasari

surat kematian dari desa sebagai syarat untuk menikah, sebagaimana yang

tertuang dalam pasal 6 ayat 2 huruf f PP. Nomor 9 Tahun 1975 huruf ( f )

yang berbunyi:

“Surat keterangan kematian isteri atau suami yang terdahulu atau dalam

hal perceraian surat keterangan perceraian bagi perkawinan untuk kedua

kalinya atau lebih”.

7 Syakroni, Konflik Harta Warisan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Hlm. 68 8 Pak Selamat, Wawancara, 16 Maret 2013 9 Fadh Ahmad, Wawancara, 16 Maret 2013 10 Munasik, Hakim Pa Kota Malang, Wawancara, Malang, 12 September 2013

Page 23: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

5

Atau lebih lengkapnya aturan ini dapat dilihat dari syarat administrasi di

Kantor Urusan Agama (KUA)11, yang mempersyaratkan nikah bagi warga

negara Indonesia pada poin no. 7 yang berbunyi:

“Surat keterangan kematian suami/isteri bagi janda/duda mati dari

desa”

Dengan demikian, hal ini akan membuka kemungkinan-kemungkinan

yang telah dijelaskan di atas. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu jaminan

terhadap harta tersebut dengan menjadikan surat keterangan pembagian harta

waris sebagai syarat bagi duda/janda mati yang hendak melakukan

perkawinan. Selain itu, fungsi hukum yang essensial adalah untuk menjamin

stabilitas dan kepastian. Dua hal ini merupakan tujuan utama daripada

hukum. Sebagimana diketahui umum, fungsi hukum sebagai mekanisme

pengendalian sosial. Mekanisme pengendalian sosial yang bersifat

preventif,12 dan pengendalian sosial yang bersifat represif,13 bahkan pada

pengendalian sosial yang bersifat preventif represif. Sehingga dengan

menjadikan surat keterangan pembagian harta waris gono gini sebagai upaya

untuk melegalitaskan perkawinan bagi duda/janda mati menurut undang-

undang dapat berfungsi sebagai pengayoman dan pengawasan agar tidak

terjadi pembagian waris yang nantinya merugikan salah satu pihak yang akan

melangsungkan pernikahan ataupun pihak-pihak yang berkaitan dengannya.

Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti ungkapkan diatas, maka

peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam karena

11Data Dari Kua Kota Batu, Http://Www.Kuabatukcm.0fees.Net/Layanan.Php 12 Pencegahan Terhadap Gangguan Pada Keseimbangan, Stabilitas Dan Fleksibilitas Masyarakat. 13 Pengembalian Keseimbangan Yang Mengalami Gangguan

Page 24: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

6

melihat akan kemaslahatannya dengan meminta pandangan para pakar hukum

dan ulama sebagai pihak yang lebih memahami persoalan agama dan hukum.

B. Batasan Masalah

Untuk menghindari melebarnya pembahasan yang berakibat kurang

fokusnya pokok permasalahan penelitian sehingga membuat kesulitan dalam

mendapatkan kesimpulan yang jelas. Maka perlu adanya batasan terhadap

penelitian ini. Dimana penelitian ini membatasi pada pokok persoalan asas

legalitas terhadap pembagian harta waris gono gini dengan meminta

pandangan pakar hukum serta ulama Kota Malang yang kemudian nantinya

akan dianalisa berdasarkan teori yang digunakan oleh penulis.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitan di atas dan untuk memperjelas arah

penelitian ini, maka peneliti memberikan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan pakar hukum dan ulama Kota Malang terhadap

asas legalitas dalam pembagian harta waris gono gini?

2. Bagaimana Pandangan pakar hukum dan ulama Kota Malang terhadap

Surat pembagian harta waris sebagai persyaratan Perkawinan Bagi

Duda/Janda Cerai Mati ditinjau dari kemaslahatan dan saad dzari’ah ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitan ini adalah peneliti mencoba mendiskripsikan

serta menganalisis fokus penelitian yakni:

1. Untuk mengetahui dan memperoleh jawaban yang berkaitan, melalui

pandangan pakar hukum dan ulama Kota Malang terhadap asas legalitas

dalam pembagian harta waris gono gini

Page 25: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

7

2. Untuk mengetahui dan memperoleh jawaban dari pandangan pakar

hukum dan ulama Kota Malang terhadap Surat pembagian harta waris

gono gini sebagai persyaratan Perkawinan Bagi Duda/Janda Mati dari

segi kemaslahatan dan saad dzari’ah

E. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat

mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam rangka

memperluas pengetahuan pendidikan di masyarakat. Adapun manfaatnya

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Memberikan perluasan wawasan terhadap kesempurnaan pelaksanaan

pembagian harta waris gono gini tanpa meninggalkan akibat hukum yang

lain yang dapat juga berpengaruh dan dapat pula merugikan orang lain.

serta dengan penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai ide baru terhadap

kesempurnaan syarat dalam kewarisan islam.

2. Secara Praktis

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan sumbangan

pemikiran tentang asas legalitas dalam pembagian harta waris gono gini

sebagai upaya pencegahan tercampurnya harta waris terhadap

Perkawinan Bagi Duda/Janda Mati yang bertujuan untuk menuju rumah

tangga yang lebih baik dan harmonis

F. Original Penelitian

Pentingnya originalitas penelitan adalah untuk mengetahui permasalahan

yang sudah dilakukan oleh penelitian terkait dengan permasalahan asas

Page 26: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

8

legalitas pembagian harta waris gono gini sebagai upaya pencegahan

tercampurnya harta waris terhadap Perkawinan Bagi Duda/Janda Mati.

Adapun mengenai originalitas penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Nur Chotimah Aziz,14 nim 02409109 Jurusan

Hukum Islam Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dengan judul Pandangan

Masyarakat Kelurahan Bancaran Terhadap Penyelesaian Perkara Waris Di

Pengadilan Agama Dalam Tinjauan Fikih Dan Kompilasi Hukum Islam

yang diuji tahun 2012.

Tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam bentuk

penelitian lapangan (Field Research). Dengan pendekatan metode case

study model (studi kasus), dan teknik pengumpulan data berupa angket,

wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Dari penelitian tesis ini, ditemukan bahwa secara umum terdapat dua

jenis pandangan masyarakat Kelurahan Bancaran terhadap penyelesaian

perkara waris di Pengadilan agama, yaitu: masyarakat yang mau

menyelesaikan pembagian harta waris di Pengadilan Agama sebanyak 14

%, dan masyarakat yang tidak mau menyelesaikan pembagian harta waris

di Pengadilan Agama sebanyak 86 %. Sedangkan pandangan masyarakat

Kelurahan Bancaran jika seandainya mengalami sengketa dalam

pembagian harta waris ada tiga jenis pandangan, yaitu: Masyarakat yang

mau menyelesaikan sengketa ke Pengadilan Agama sebanyak 33 %,

masyarakat yang lebih memilih menyelesaikan sengketa ke tokoh

14 Nur Chotimah Aziz, Pandangan Masyarakat Keluraga Bancaran Terhadap Penyelesaian

Perkara Waris Di Pengadilan Agama Dalam Tinjauan Fikih Dan Kompilasi Hukum Islam, (Surabaya: Iain Sunan Ampel, 2012), Tesis, Tidak Diterbitkan

Page 27: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

9

masyarakat sebanyak 44 %, dan masyarakat yang lebih memilih

membiarkan saja sengketa yang terjadi sebanyak 23 %.

Sedangkan tinjauan fikih dan KHI Terhadap Pandangan Masyarakat

Kelurahan Bancaran dalam Penyelesaian Perkara Waris di Pengadilan

Agama Bangkalan, adalah sebagai berikut: Bagi masyarakat yang mau

menyelesaikan pembagian harta waris di Pengadilan Agama dapat

dibenarkan. Bagi masyarakat yang tidak mau menyelesaikan pembagian

harta waris di Pengadilan Agama, namun mereka tetap menyelesaikannya

di luar Pengadilan Agama sesuai dengan fikih waris dan KHI juga dapat

dibenarkan. Bagi masyarakat yang tidak mau menyelesaikan pembagian

harta waris di Pengadilan Agama, namun mereka tidak menyelesaikan

pembagian tersebut di luar Pengadilan Agama sesuai dengan fikih waris

dan KHI, tidak dapat dibenarkan

Adapun persamaan dengan tesis ini adalah dimana yang dibahas

adalah tentang pelaksanaan pembagian waris. akan tetapi tampak sekali

perbedaannya dimana pembahasan tesis ini bermuara pada prihal

penyelesaian sengketa yang terjadi di masyarakat sementara pembahasan

tesis yang akan dilakukan membahas pandangan tokoh terhadap upaya

pencegahan terjadinya sengketa kewarisan.

2. Penelitian ini dilakukan oleh Fitriani,15 mahasiswa pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang 2004, dengan judul Problematika

Pembagian Harta Suami Menikah Lebih Dari Satu Kali (Studi

Perbandingan Antara Hukum Islam Dengan Hukum Perdata BW ). 15Fitriani, Problematika Pembagaina Harta Suami Menikah Lebih Dari Satu Kali (Studi

Perbandingan Antara Hukum Islam Dengan Hukum Perdata Bw), ( Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), Tesis, Tidak Diterbitkan

Page 28: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

10

Adapun pendekatan yang dipakai dalam penulisan ini adalah yuridis

normatif dengan sumbar data dan analisis data yang berbentuk penelitian

pustaka ( library reseach ) yaitu al-Quran dan Hadist, KUHPerdata, KHI

dan peraturan hukum lainnya

Dalam penelitian ini, membedakan antara penerimaan harta warisan

antara hukum Islam yang membagi rata atau sama bagi para istri, hal ini

berbeda dengan pembagian waris terhadap pewaris yang berpoligami

dimana BW menentukan bahwa istri kedua tidak boleh lebih besar

daripada isteri pertama begitu juga berikutnya.

Saran yang diberikan adalah hendaknya pembagian waris ini diberikan

kepada institusi yang berwenang dimana dalam hal ini bila menyangkut

keluarga, maka hendaklah pengadilan agama bagi orang Islam sebagai

institusi yang berhak mengadili perkara seperti ini agar menjamin hak-hak

dari para istri pewaris. Adapun persamaannya adalah mengkaji pembagian

waris yang diberikan kepada pewaris dan melindungi haknya. Sementara

perbedaannya adalah dimana mereka hanya mengkaji bagi mereka yang

berpoligami serta menjamin harta istri yang telah diceraikan. Melihat hal

ini, peneliti tidak menemukan penelitian terdahulu yang memeiliki

persamaan judul ataupun rumusan masalah, sehingga dengan demikian

tesis ini merupakan penelitian terbaru dalam studi hukum keluarga Islam.

3. Tesis ini dibuat oleh Rahadyan Setiawan, mahasiswa Program Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro dengan judul Penelitian Pelaksanaan

Pembagian Kewarisan Menurut Hukum Islam (Study Pada Pengadilan

Agama Sleman).

Page 29: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

11

Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan yaitu yuridis

normatif yang ditunjang dengan sosiologi yaitu didasarkan pada peraturan-

peraturan serta hukum yang berkaitan erat dengan permasalahan serta

berdasarkan dengan kenyataan di dalam masyarakat.

Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa: (1). Tatacara

pelaksanaan pembagian waris di pengadilan agama bermula dari suatu

penetapan dan putusan perkara yang sebelumnya telah melalui hukum

acara yang berlaku di pengadilan agama. (2). Hambatan yang terjadi dalam

pelaksanaan warisan datang dari pihak terhukum yang tidak segera

melaksanakan putusan hakim serta hambatan-hambatan dalam

mengeksekusiannya serta jenis dan sifat objek yang disengketakan yanga

akan dibagikan. (3). Timbunlnya permasalahan dalam penerapan undang-

undang nomor 7 tahun 1989 berkaitan dalam maslaah warisan adalah

adanya hak opsi dan sengketa hak milik yang dapat menimbulkan sengketa

kewenangan mengadili antar lingkungan peradilan.

G. Defenisi Operasional

Harta Waris: Harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama

sesudah digunakan keperluan pewaris selama

sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan

jenazah, dan pembayaran utang serta wasiat

pewaris.16

Harta Gono Gini Harta yang diperoleh suami isteri secara bersama

selama perkawinan.17

16 Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), Hlm. 46 17 Sudarsono , Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Hlm. 160

Page 30: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

12

Asas Hukum dasar/dasar sesuatu yang menjadi

tumpuan berpikir atau berpendapat.18

Legalitas Landasan yang menjadi dasar untuk pelegalan

atau pengesahan menurut undang-undang.19

H. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan ini terstruktur dengan baik serta untuk lebih

memudahkan pemahaman pembaca dan memenuhi persyaratan ilmiah yang

sistematis, maka penulis memaparkan sistematika pembahasan sebagai

berikut:

Pada BAB I, tentang pendahuluan yang berisikan penjelasan

problematika “asas legalitas pembagian harta waris gono gini”. Dalam Bab

ini juga mencakup terkait dengan konteks penelitian, dimana hal ini juga

menjelaskan tentang does sollen dan does sain bahkan kesenjangan diantara

keduanya. kemudian identifikasi masalah, batasan masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, defenisi operasional, originalitas

penelitian dan sistematika pembahasan

Pada BAB II ini, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan untuk

menemukan yang baru, maka peneliti memasukkan kajian teori sebagai salah

satu perbandingan dari penelitian ini. Dari kajian teori ini diharapkan

memberikan gambaran umum dalam pembahasan yang ditemukan dalam

objek penelitian. Adapun kajian pustaka ini yang meliputi tentang landasan

teoritis dari asas legalitas dalam Islam, harta warisan dan harta bersama

dalam perkawinan beserta hal yang terkait dengannya

18 Sudarsono , Kamus Hukum, Hlm. 37 19 Sudarsono , Kamus Hukum, Hlm. 244

Page 31: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

13

Pada BAB III, adapun komposisi yang diambil dalam penilitian ini

sebagai berikut: jenis penelitian yang disesuaikan dengan penelitian,

paradigma penelitian ini digunakan sebagai alat untuk memandu pendekatan

dan menganalisis data teoritik, sedangkan pendekatan penelitian merupakan

alat untuk memandu metode pengumpulan data dan menganalisis material

data. Di bab ini juga dikemukakan lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data

dan sumber data, pengumpulan data, tehnik pengolahan data, pengecekan

keabsahan data dan analisa data

Pada BAB IV ini, setelah data diperoleh dan diolah pada bab-bab

sebelumnya, pada bab ini akan disajikan dalam bentuk mendiskripsikan

tentang Pandangan Pakar Hukum Dan Ulama Kota Malang Asas Legalitas

Pembagian Harta Waris Gono Gini.sehingga hasil yang diperoleh benar-benar

akurat dan tidak diragukan lagi.

Sedangkan BAB V, akan memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan

memberikan gambaran konkrit tentang Pandangan Pakar Hukum dan Ulama

Kota Malang Terhadap Asas Legalitas Pembagian Harta Waris Gono Gini

melalui data-data yang diperoleh. Sedangkan saran adalah merupakan

rekomendasi terhadap berbagai pihak yang berhubungan dengan penegakkan

hukum di Indonesia.

Page 32: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Asas Legalitas

Salah satu asas pokok dalam negara hukum demokrasi adalah adanya

wewenang atau kekuasaan istimewa administrasi negara yang diperoleh atas

dasar undang-undang. Asas ini dinamakan asas wetmatigheid atau asas

legalitas. Di Prancis asas ini disebut le principle de la legalite de

I’administrasition. Di Jerman disebut dengan Gesetzmassioheit der

verwaltung, dan di Inggris disebut rule of low.1

Pada mulanya asas legalitas ini dikenal dalam penarikan pajak oleh

negara, di Inggris dikenal dengan no taxation without representation yang

artinya tidak ada pajak tanpa persetujuan parlemen atau di Amerka ada

ungkapan taxation without representation is robberyi yang artinya pajak

tanpa persetujuan parlemen adalah perampokan. Asas ini dinamakan juga

dengan kekuasaan undang-undang (de heerschappij van de wet). Istilah

legalitas juga dikenal dalam hukum pidana yakni nullum delictum sine

pravia lege poenali yang artinya tidak ada hukuman tanpa undang-undang

Atau dalam hukum Islam pada surat al-Isra’ ayat 15

3 $ tΒ uρ $Ζä. t Î/Éj‹yè ãΒ 4®L ym y]yè ö6 tΡ Zωθß™u‘ ∩⊇∈∪

“Kami tidak menjatuhkan siksa sebelum kami mengutus seroang rasul”.

Selanjutnya ayat ini menghasilkan kaidah hukum yang berbunyi “tidak

ada hukum bagi orang berakal sebelum ada ketentuan nash”. Kemudian

1 Sf. Marbun, Deno Kamelus. Dkk, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara,

(Yogyakarta: UII Press, 2001), Hlm. 211

Page 33: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

15

asas ini digunakan dalam bidang administrasi negara yang memiliki makna

“dat heet bestuur ann de wet is onderworpen” yang artinya bahwa

pemerintah tunduk pada undang-undang, atau het leglaiietsbeginsel houdt in

dat alle (algemene) de burges bindende bepalingen op de wet moeten

berusten yang artinya bahwa semua ketentuan yang mengikat warga negara

harus didasarkan pada undang-undang.2

Dengan demikian, asas legalitas dihubungkan dengan aktivitas dan

tindak-tindak administrasi mengajarkan bahwa setiap aktivitas dan tindak-

tindak administrasi harus didasarkan pada ketentuan undang-undang

(hukum) baik secara langsung maupun tidak langsung. Maksudnya adalah

untuk mencegah tindakan-tindakan sewenang-wenang dari pejabat

administrasi sehingga mereka hanya boleh bertindak berdasarkan

hukum/instruksi saja dan tindakan mereka selebihnya adalah menjadi

tanggung jawab sendiri.3

Secara historis, asas ini berasal dari pemikiran hukum abad ke-19 yang

berjalan seiring dengan keberadaan hukum klasik atau negara liberal dimana

pemikiran hukum legalistik-positivistik berkembang. Secara normatif,

bahwa setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan

perundang-undangan dianut oleh setiap negara hukum namun praktik

penerapannya berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain. Artinya

untuk tindakan-tindakan pemerintah yang tidak begitu fundamental,

penerapan tersebut dapat diabaikan.

2 Ridwan, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), Hlm. 94-95 3 Kansil, Christine, Modul Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT. Kresna Prima Persada,

2005), Hlm. 186

Page 34: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

16

Asas legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dimana

menuntut setiap bentuk undang-undang dan berbagai keputusan

mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin

memerhatikan kepentingan rakyat sebagai mana yang dikatakan oleh

Rousseau, “ undang-undang merupakan personifikasi dari akal sehat

manusia, aspirasi masyarakat” yang pengejawantahannya harus dapat dalam

prosedur pembentukan undang-undang yang melibatkan atau memperoleh

persetujuan rakyat melalui wakilnya di parlemen.4

Penerapan asas legalitas, menurut Indroharto, akan menunjang

berlakunya kepastian hukum dan kesamaan perlakuan. Kesamaan perlakuan

terjadi karena setiap orang yang berada dalam situasi seperti yang

ditentukan dalam ketentuan undang-undang tersebut sementara kepastian

hukum akan terjadi karena suatu peraturan dapat membuat semua tindakan

yang akan dilakukan pemerintah itu dapat diramalkan atau diperkirakan

lebih dahulu dengan melihat kepada peraturan-peraturan yanag berlaku,

maka pada asasnya lalu dapat dilihat atau diharapkan apa yang akan

dilakukan oleh aparat pemerintah yang bersangkutan. Dengan demikan

warga masyarakat dapat menyesuaikan dengan keadaan tersebut.5

Sebaliknya, asas legalitas ini dalam praktiknya tidak memadai apalagi

di tengah masyarakat yang memiliki tingkat dinamika yang tinggi. Hal ini

karena hukum tertulis senantiasa mengandung kelemahan-kelemahan.

Menurut Bagir Manan, kesulitan yang dihadapi oleh hukum tertulis adalah

(1). Hukum sebagai bagian dari kehidupan masyarakat mencakup semua

4 Ridwan, Hukum Administrasi, Hlm. 96-97 5 Ridwan, Hukum Administrasi, Hlm. 97

Page 35: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

17

aspek kehidupan yang sangat luas dan kompleks sehingga tidak mungkin

seluruhnya dijelmakan dalam peraturan perundang-undangan. (2). Peraturan

perundang-undangan sebagai hukum tertulis sifatnya statis (pada

umumnya), tidak dapat dengan cepat mengikuti gerak pertumbuhan,

perkembangan dan perubahan masyarakat yang harus diembannya. Adanya

kelemahan dalam hukum tertulis berarti adanya kelemahan dalam penerapan

asas legalitas. Oleh karena itu diperlukan persyaratan lain agar kehidupan

negara, pemerintah dan masyarakat dapat berjalan dengan baik dan

bertumpu pada keadilan. Dimana persyaratan itu menurut Prajudi

Atmusodirdjo adalah efektifitas, legimitas, yuridikitas, legalitas, moralitas,

efisensi dan teknik dan teknologi.6

Bentuk asas legalitas ini dapat dibedakan pada sumbernya yakni sumber

hukum materiil dan sumber hukum formil, dimana materiilnya dipengaruhi

isi dari aturan itu misalnya sejarah, sosiologi atau antropologi. Sedangkan

sumber hukum formal adalah berbagai bentuk aturan yang ada dalam hal ini

hirarki perundang-undangan di Indonesia yakni UUD 1945, Ketetapan

MPR, Undang-undang, perpu atau peraturan permerintah, kepres dan

peraturan perlaksana lainnya.7

B. Konsep Waris Dalam Literatur Islam

1. Pengertian Waris

Waris adalah bentuk isim fa’il dari kata warits, yaritsu, irtsan,

fahuwa waritsun yang bermakna orang yang menerima waris. kata-kata

itu berasal dari kata waritsa yang bermakna perpindahan harta milik atau

6 Ridwan, Hukum Administrasi, Hlm. 97-98 7 Sf. Marbun, Deno Kamelus. Dkk, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum, Hlm. 212

Page 36: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

18

perpindahan pusaka.8 Dengan begitu ada beberapa kata yang dapat

diambil dari kata waris yakni warits adalah orang yang mewarisi,

muwarrits adalah orang yang memberikan waris (mayit). Al-Irts adalah

harta warisan yang siap dibagi. Lebih lengkapnya harta waris adalah

sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang setelah ia meninggal, berupa

harta benda, hak-haknya, atau yang bukan bersifat kebendaan.9 Waratsah

adalah harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris. Tirkah adalah

semua harta peninggalan orang yang meninggal baik berupa harta benda,

tanah maupun suatu hak dari hak-hak syara’.10

Dalam referensi hukum Islam, ilmu waris sinonim dengan faraid.

Kata faraid merupakan bentuk jamak dari kata faridhah yang menurut

bahasa berarti ketentuan yang telah ditetapkan kadarnya. Sedangkan

menurut pengertian istilah faraid merupakan satu disiplin ilmu dalam

hukum Islam yang berarti pengetahuan yang berkaitan dengan pewaris,

ahli waris, harta waris, bagian dari masing-masing ahli waris serta cara

menghitung bagian-bagian tersebut.11

Sehingga ilmu faraid atau ilmu waris didefenisikan oleh para ulama

sebagai berikut:

ا��� ا����� ���رث و ����� ا���ب ا� �� ����� ذ� و �����

�� ذ ��ى $�#"ر ا ا! �� ا��

“Ilmu fiqh yang berkaitan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan tentang cara perhitungan yang dapat menyampaikan

8 HasbiyAllah, Belajar Mudah Ilmu Waris ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Hlm. 1 9 Muhammad Ali Ash Shabuni, Hukum Waris Menurut Al-Quran Dan Hadits, Ahli Bahasa Dra.

Zaini Dahlan ( Bandung: Trigenda Karya, 1995), Hlm. 40 10 HasbiyAllah, Belajar Mudah 11 Kasuwi Saiban, Hukum Waris Islam ( Malang: Universitas Negeri Malang, 2007), Hlm. 1

Page 37: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

19

kepada pembagian harta pusaka dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik harta pusaka”.12

Al-Syarbiny dalam kitab Mughni al-Muhtaj juz 3 mengatakan bahwa

fiqh mawaris adalah fiqh yang berkaitan dengan pembagian harta

warisan, mengetahui perhitungan agar sampai kepada mengetahui bagian

harta warisan dan bagian-bagian yang wajib diterima dari harta

peninggalan untuk setiap yang berhak menerimanya.13 Prof. Hasby ash-

Shiddieqy mendefenisikan fiqh mawaris sebagai ilmu yang mempelajari

tentang orang-orang yang mewarisi dan tidak mewarisi, kadar yang

diterima oleh setiap ahli waris dan cara-cara pembagiannya.14

Beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditegaskan

bahwa pengertian fiqh mawaris adalah fiqh yang mempelajari tentang

siapa-siapa orang yang termasuk ahli waris, bagian-bagian yang diterima

mereka, siapa-siapa yang tidak termasuk ahli waris dan bagaimana cara

penghitungannya.

2. Dasar Hukum Waris

a. Al-Quran

Dasar hukum waris Islam adalah ayat-ayat al-Quran dan Hadits.

ayat al-Quran yang terkait dengan hukum waris antara lain surat an-

Nisa’ ayat 11, 12 dan 176. Sebagai berikut:

ÞΟä3ŠÏ¹θ ムª!$# þ’ Îû öΝà2ω≈ s9 ÷ρr& ( Ì� x.©%#Ï9 ã≅ ÷VÏΒ Åeáym È ÷ u‹sVΡW{ $# 4 βÎ* sù £ä.

[ !$ |¡ÎΣ s− öθsù È÷ tGt⊥ øO$# £ ßγ n=sù $ sVè=èO $ tΒ x8t� s? ( βÎ)uρ ôM tΡ% x. Zοy‰Ïm≡ uρ $ yγ n=sù ß# óÁÏiΖ9 $# 4 12 HasbiyAllah, Belajar Mudah, Hlm. 2 13 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris ( Jakarta: Rajagrafindo Persasda, 2001), Hlm. 3 14 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hlm.3

Page 38: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

20

ϵ÷ƒ uθ t/L{ uρ Èe≅ä3Ï9 7‰Ïn≡uρ $ yϑåκ÷]ÏiΒ â ߉�¡9 $# $£ϑÏΒ x8t� s? βÎ) tβ% x. … çµs9 Ó$s!uρ 4 βÎ* sù

óΟ©9 ä3tƒ … ã& ©! Ó$ s!uρ ÿ…çµ rOÍ‘uρuρ çν#uθ t/r& ϵ ÏiΒT|sù ß]è=›W9 $# 4 βÎ* sù tβ% x. ÿ…ã& s! ×οuθ ÷zÎ) ϵ ÏiΒT|sù

â ߉�¡9 $# 4 . ÏΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹uρ Å»θム!$ pκÍ5 ÷ρr& Aø yŠ 3 öΝä.äτ !$t/# u öΝä.äτ !$ oΨö/r&uρ Ÿω

tβρâ‘ ô‰s? öΝß㕃 r& Ü>t� ø%r& ö/ ä3s9 $ Yè ø&tΡ 4 ZπŸÒƒ Ì� sù š∅ÏiΒ «!$# 3 ¨βÎ) ©!$# tβ% x. $ ¸ϑŠÎ=tã

$ VϑŠÅ3ym ∩⊇⊇∪ Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separoh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.15

* öΝà6 s9 uρ ß# óÁ ÏΡ $ tΒ x8t� s? öΝà6ã_≡ uρø— r& βÎ) óΟ ©9 ä3tƒ £ ßγ©9 Ó$s!uρ 4 βÎ* sù

tβ$ Ÿ2  ∅ßγ s9 Ó$s!uρ ãΝà6 n=sù ßìç/”�9 $# $£ϑÏΒ zò2t� s? 4 . ÏΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹uρ

šÏ¹θ ム!$yγ Î/ ÷ρr& &ø yŠ 4  ∅ßγ s9 uρ ßìç/”�9$# $£ϑÏΒ óΟçF ø.t� s? βÎ) öΝ©9 à6tƒ

öΝä3©9 Ó‰s9 uρ 4 βÎ* sù tβ$ Ÿ2 öΝà6 s9 Ó$s!uρ £ßγ n=sù ß ßϑ›V9 $# $ £ϑÏΒ Λä ò2t� s? 4 . ÏiΒ Ï‰÷èt/

7π§‹ Ï¹uρ šχθ ß¹θè? !$yγ Î/ ÷ρr& & ø yŠ 3 βÎ)uρ šχ%x. ×≅ã_ u‘ ß u‘θ ム»' s#≈ n=Ÿ2 Íρr&

×οr& t�øΒ $# ÿ…ã& s!uρ îˆ r& ÷ρr& ×M÷zé& Èe≅ä3Î=sù 7‰Ïn≡ uρ $yϑßγ ÷ΨÏiΒ â ߉�¡9 $# 4 βÎ* sù (# þθçΡ%Ÿ2

15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), Hlm. 342

Page 39: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

21

u�sYò2r& ÏΒ y7 Ï9≡sŒ ôΜßγ sù â !% Ÿ2u�à° ’ Îû Ï]è=›W9 $# 4 .ÏΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹uρ 4 |»θム!$pκÍ5

÷ρr& A øyŠ u�ö� xî 9h‘ !$ ŸÒ ãΒ 4 Zπ §‹Ï¹uρ z ÏiΒ «! $# 3 ª!$#uρ íΟŠÎ=tæ ÒΟŠÎ=ym ∩⊇⊄∪ Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu) sebagai syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.16

y7 tΡθ çF ø&tGó¡o„ È≅ è% ª!$# öΝà6‹ÏF ø&ム’ Îû Ï' s#≈ n=s3ø9 $# 4 ÈβÎ) (# îτ â÷ö∆$# y7 n=yδ }§øŠs9 …çµs9

Ó$s!uρ ÿ… ã& s!uρ ×M÷zé& $ yγ n=sù ß# óÁ ÏΡ $tΒ x8t� s? 4 uθ èδ uρ !$ yγ èOÌ�tƒ βÎ) öΝ©9 ä3tƒ $ oλ °; Ó$s!uρ 4 βÎ* sù $ tF tΡ% x. È÷ tF uΖøO$# $ yϑßγ n=sù Èβ$ sVè=›V9 $# $ ®ÿÊΕ x8t� s? 4 βÎ)uρ (# þθ çΡ% x. Zοuθ ÷zÎ) Zω% y Íh‘

[ !$ |¡ÎΣ uρ Ì�x.©%#Î=sù ã≅÷W ÏΒ Åeáym È ÷ u‹s[ΡW{ $# 3 ß Îi t6ムª!$# öΝà6 s9 βr& (#θ>=ÅÒ s? 3 ª!$#uρ

Èe≅ä3Î/ > óx« 7ΟŠÎ=tæ ∩⊇∠∉∪ Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): Jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara

16 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Hlm. 347

Page 40: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

22

perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) Saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.17

b. Hadits

1) Riwayat Imam Muslim

ل ج ر ىل و ال ف ي ق ا ب م ا ف ه ل ه ا ب ض ائ ر ف وا ال ق حل ا م ل س و ه ي ل ع ى اهللا ل ص يب الن ال ق )مسلم ( ر ك ذ

“Nabi SAW bersabda: Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak. Sesudah itu sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama (dekat kekerabatannya)”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).18

2) Riwayat Imam Muslim

)رواه مسلم ( م ل س م ال ر اف ك ال ال و ر اف ك ال م ل س م ال ث ر ي ال

Orang muslim tidak berhak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak berhak mewarisi orang muslim”. (HR. Muslim).19

c. Ijma’

Yaitu kesepakatan kaum muslimin menerima ketentuan hukum

warisan yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah, sebagai

ketentuan hukum yang harus dilaksanakan dalam upaya mewujudkan

keadilan dalam masyarakat. Karena ketentuan tersebut telah diterima

secara sepakat, maka tidak ada alasan untuk menolaknya.20 Para

ulama mendefenisikan ijma’ adalah kesepakatan seluruh ulama

17 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Hlm. 654 18 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Hadis Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka Aman, 2003), Hlm. 545 19 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Hadis, Hlm. 545 20 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hlm.27

Page 41: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

23

mujtahid tentang suatu ketentuan hukum syara’ mengenai suatu hal

pada suatu masa setelah wafatnya rasulullah.21

d. Ijtihad

Yaitu pemikiran sahabat atau ulama yang memiliki cukup syarat

dan kriteria sebagai mujtahid, untuk menjawab persoalan-persoalan

yang muncul, termasuk di dalamnya tentang persoalan pembagian

warisan. Yang dimaksud di sini adalah ijtihad dalam menerapkan

hukum (tathbiq al-ahkam), bukan untuk mengubah pemahaman atau

ketentuan yang ada seperti aul dan radd.22

3. Asas-Asas Hukum Waris

Beberapa asas dalam hukum kewarisan Islam sebagai berikut:

a. Ijbari

Ijbari adalah peralihan harta seseorang yang telah meninggal dunia

kepada yang masih hidup berlaku dengan sendirinya.23 Dalam hukum

kewarisan Islam, dijalankannya asas ijbari ini berarti bahwa peralihan

harta dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya,

berlaku dengan sendirinya sesuai dengan kehendak Allah, tanpa

bergantung kepada kehendak pewaris atau ahli waris. ditegaskannya

asas ijbari dalam hukum kewarisan Islam tidak dalam arti yang

memberatkan ahli waris. Jika pewaris mempunyai hutang lebih besar

daripada warisan yang ditinggalkannya, ahli waris tidak dibebani

membayar semua hutang pewaris itu. Berapapun besarnya hutang

21 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hlm.27 22 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hlm.27-28 23 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minangkabau

( Jakarta: Gunung Agung, 1984), Hlm 18

Page 42: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

24

pewaris, hutang itu hanya akan dibayar sebesar warisan yang

ditinggalkan oleh pewaris teresbut. Kalau seluruh warisan sudah

dibayarkan hutang kemudian masih ada sisa hutang maka ahli waris

tak diwajibkan membayar sisa hutang tersebut. Kalaupun ahli waris

hendak membayar sisa hutang itu maka pembayaran itu bukan

merupakan suatu kewajiban yang diletakkan oleh hukum, melainkan

karena akhlak Islam ahli waris yang baik.24

b. Individual

Asas individual adalah warisan dapat dibagi-bagikan kepada ahli

waris untuk dimiliki secara perorangan. Ini berarti setiap ahli waris

berhak atas bagian warisan yang didapatkan tanpa terikat oleh ahli

waris yang lain. Ketentuan mengenai asas induvidual ini dalam hukum

kewarisan Islam terdapat dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 7.

Pengertian berhak atas warisan tidak berarti warisan itu harus dibagi-

bagikan, asal hal ini dikehendaki oleh ahli waris yang bersangkutan

atau keadaan menghendakinya.25

Menghilangkan bentuk individual dengan jalan

mencampuradukkannya dengan sifat kolektif, menyalahi ketentuan

yang ditegaskan oleh al-Quran surat an-Nisa’ ayat 2.

(#θ è?#u uρ #’ yϑ≈ tF u‹ø9 $# öΝæηs9≡ uθ øΒ r& ( Ÿωuρ (#θä9 £‰t7 oKs? y]ŠÎ7 sƒø: $# É=Íh‹ ©Ü9$$ Î/ ( Ÿωuρ (# þθ è=ä.ù' s?

öΝçλ m;≡uθ øΒ r& #’n<Î) öΝä3Ï9≡ uθ øΒr& 4 …çµ ¯ΡÎ) tβ% x. $ \/θãm #Z�� Î6 x. ∩⊄∪

24 Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia ( Bandung: Pt Citra

Aditya Bakti, 1999), Hlm. 2-3 25 Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan, Hlm. 3

Page 43: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

25

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar”.26

Oleh karena itu, bentuk kewarisan kolektif tidak sesuai dengan

hukum kewarisan Islam. Sebab dengan bentuk kolektif tersebut

dikhawatirkan akan terjadi tercampurnya antara harta seseorang

dengan harta anak yatim. Percampuran itu, tentu akan menyebabkan

tertukarnya dan termakannya harta anak yatim tersebut. Jika ini

terjadi, maka hal ini merupakan suatu dosa besar.27

c. Asas Bilateral

Ini dimaksudkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan dapat

mewaris dari kedua belah pihak garis kekerabatan, yakni pihak

kerabat laki-laki dan pihak kerabat perempuan. Dalam arti, bahwa

jenis kelamin bukan merupakan penghalang untuk mewaris atau

diwarisi. Asas ini dinyatakan dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 7,

11, 12 dan 176.28

d. Kematian

Hukum kewarisan Islam menetapkan bahwa peralihan harta

seseorang kepada orang lain dalam sebutan kewarisan, berlaku setelah

yang mempunyai harta tersebut meninggal dunia. Dengan demikian ,

tidak ada pembagian warisan sepanjang pewaris masih hidup. Segala

bentuk peralihan harta seseorang yang masih hidup, baik secara

26 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Hadis, Hlm. 320 27 Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan, Hlm. 4 28 Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan, Hlm. 5

Page 44: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

26

langsung maupun tidak langsung tidak termasuk ke dalam persoalan

kewarisan menurut hukum kewarisan Islam. Hukum kewarisan Islam

hanya mengenal satu bentuk kewarisan yaitu kewarisan akibat

kematian yang dalam KUH Perdata disebut ab intestato.29

e. Asas Keadilan Berimbang

Asas keadilan berimbang maksudnya adalah keseimbangan antara

hak dan kewajiban dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan

keperluan dan kegunaan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan

bahwa faktor jenis kelamin tidaklah menentukan dalam hak kewarisan

(kebalikan dari asas keseimbangan ini dijumpai dalam masyarakat

yang menganut sistem garis keturunan patrilinial, yang ahli waris

tersebut hanyalah keturunan laki-laki saja (garis kebapakan). Dasar

hukum asas ini dapat dijumpai antara lain dalam ketentuan surat an-

Nisa’ ayat 7, 11, 12 dan 176.30

C. Kewarisan Dalam KHI

Kompilasi Hukum Islam ini meskipun oleh banyak pihak tidak diakui

sebagai hukum perundang-undangan, namun pelaksananya di peradilan-

peradilan agama telah bersepakat untuk menjadikannya sebagai pedoman

dalam berpekara di pengadilan.31 Dengan demikian Kompilasi Hukum Islam

bidang kewarisan telah menjadi buku hukum di lembaga peradilan agama.

Maka saat ini, kompilasi telah tertuang dalam format perundang-undangan.

29 Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan, Hlm. 6 30 Suhrawadi K Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam ( Jakarta: Sinar Grafika, 2007 ),

Hlm. 41 31 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisn Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Hlm. 327

Page 45: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

27

Hal ini dilakukan untuk mempermudah hakim di Pengadilan Agama dalam

merujuknya.

Kompilasi Hukum Islam mengatur kewarisan terdiri dari 23 pasal, dari

pasal 171 sampai dengan pasal 193 sedangkan dari pasal 194 sampai 214

menjelaskan tentang wasiat dan hibah yang juga dimasukkan ke dalam buku

kewarisan. Dari 23 pasal tersebut dibentuk dan dijelaskan per bab, dimana

pada Bab I menjelaskan ketentuan umum terdiri dari pasal 171, kemudian

dilanjutkan pada Bab II yang menjelaskan bahwa ahli waris terdiri dari

pasal-pasal (172 sampai 175) tentang keislaman ahli waris, sebab-sebab

yang menghalangi seseorang menjadi ahli waris, kelompok-kelompok ahli

waris, kewajiban ahli waris terhadap pewaris.32

Pada Bab III, menjelaskan besarnya bagian, terdiri dari pasal-pasal (176

sampai 191) tentang bagian anak perempuan, bagian ayah, bagian ibu,

bagian duda, bagian janda, bagian saudara laki-laki dan saudara perempuan

seibu, bagian saudara perempuan kandung atau seayah, kesepakatan

perdamaian dalam pembagian harta warisan, status ahli waris yang belum

dewasa, penggantian ahli waris apabila meninggal lebih dulu dari sipewaris

oleh anaknya dengan beberapa pengecualian, status anak yang lahir di luar

perkawinan, kebolehan menunjuk pelaksana pembagian harta waris kepada

ahli waris yang lain, ketentuan pembagian harta warisan berupa lahan

pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar, pembagian harta waris yang

beristeri lebih dari seorang dan status harta pewaris yang tidak

32 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012),

Hlm. 198

Page 46: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

28

meninggalkan ahli waris sama sekali atau ahli warisnya tidak diketahui ada

atau tidaknya.33

Pada pasal 190 dari Bab ini mengandung unsur pembaharuan hukum

Islam. Pasal ini mempekenalkan harta bersama atau gono gini yang

berdampak kepada pembagian warisan. Istilah gono gini di Jawa Timur

dikenal dengan istilah harta campur kaya, di Jawa Barat dikenal dengan

guna kaya. Harta gono gini adalah harta kekayaan yang diperoleh oleh

suami istri selama berlangsungnya perkawinan dari hasil mereka bekerja

untuk kepentingan hidup bersama dalam sebuah rumah tangga.

Sebelum berlakunya Kompilasi Hukum Islam, istilah harta gono gini

atau harta bersama kurang dikenal dalam sistem kewarisan Islam. Kompilasi

Hukum Islam memberi perhatian kepada harta gono gini ini karena

dilandasi fakta yang berkembang dewasa ini, bahwa perempuan (istri) sudah

banyak membantu laki-laki (suami) dalam mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa

penghasilan si istri seimbang, atau bahkan kemungkinan lebih besar

daripada penghasilan suami. Dapatlah dipahami bahwa sistem kewarisan

Kompilasi Hukum Islam menganut sistem legiteme portie (bagian mutlak),

yakni memperhitungkan terlebih dahulu harta gono gini (bagian dari harta

bersama), lalu kemudian sisanya itulah yang dibagi secara bersama kepada

masing-masing ahli waris sesuai dengan ketentuan, termasuk istri berhak

kembali menerima bagian warisan dari suaminya sebagai ahli waris

bersama-sama ahli waris lainnya.34

33 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum. 34 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum, Hlm. 207

Page 47: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

29

Pengaturan harta gono gini atau harta bersama ini dalam sistem

kewarisan Islam merupakan hasil modifikasi dari sistem hukum adat,

hukum barat dan realitas sosial kehidupan kaum perempuan Indonesia

dewasa ini. Sekiranya lembaga harta gono gini atau harta bersama ini

dicampakkan dengan alasan tidak ditemukannya nash dalam al-Quran dan

al-Sunnah, maka diperkirakan akan dapat merusak tatanan keseimbangan,

atau persamaan hak dan kedudukan suami istri. bahkan akan menimbulkan

madharat berupa tindakan diskriminatif terhadap istri dalam berbagai

bentuknya. Atas dasar untuk mewujudkan rasa keadilan dalam sistem

kewarisan, maka pasal 190 Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa

bagi pewaris yang beristri lebih dari seorang maka masing-masing istri

berhak mendapat bagian atas harta gono gini dari rumah tangga dengan

suaminya, sedangkan keseluruhan bagian pewaris adalah menjadi hak para

ahli warisnya.35

Sedangkan pada Bab IV menjelaskan ‘aul dan rad, yang terdiri dari

pasal-pasal dari 192 dan 193 tentang pembagian harta warisan secara ‘aul

dan rad.36

Adapun pada Bab V menjelaskan wasiat, terdiri dari pasal-pasal 194

sampai dengan 204 tentang syarat-syarat orang dapat mewasiatkan harta

bendanya, tata cara pelaksanaan wasiat, batas maksimal harta wasiat, wasiat

kepada ahli waris, hal-hal yang mengakibatkan batalnya wasiat, pembatasan

jangka waktu wasiat atas hasil atau pemanfaatan suatu benda, pencabutan

wasiat, wasiat atas barang tak bergerak yang mengalami penyusutan atau

35 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum. 36 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum.

Page 48: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

30

kerusakan, wasiat yang melebihi sepertiga dari harta warisan, wasiat untuk

kegiatan kebaikan dan harta wasiatnya tidak mencukupi, penyimpanan surat

wasiat yang tertutup dan dalam hal si pewasiat meninggal dunia, wasiat

dalam waktu perang dan perjalanan jauh, larangan wasiat kepada orang-

orang tertentu, pembagian harta peninggalan anak angkat dari washiat

wajibah bagi anak dan orang tua angkat yang tidak menerima wasiat.37

Dan pada Bab VI menjelaskan hibah, terdiri dari pasal-pasal (210

sampai dengan 214) tentang syarat orang dapat menghibahkan harta

bendanya, hibah yang dapat diperhitungkan sebagai warisan, penarikan

kembali hibah, hibah yang diberikan pada saat pemberi hibah dalam

keadaan sakit yang mendekati kematian, hibah yang dilakukan di negara

asing.

D. Hak-hak Yang Wajib Ditunaikan Sebelum Pembagian Waris

Apabila dianalisa ketentuan-ketentuan hukum yang ada, terdapat 4 hal

yang harus diperhatikan (dikeluarkan dari harta peninggalan tersebut)

sebelum dibagikan atau pembagian waris boleh ditunda, yaitu:

1. Biaya-Biaya Perawatan Pewaris

Perawatan yang dimaksud disini adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan si mayit mulai dari saat meninggalnya

sampai dikuburkan (biaya pelaksanaan fardhu kifayah). Para ahli hukum

Islam sependapat bahwa biaya yang diperlukan untuk hal tersebut

dikeluarkan dari harta peninggalannya menurut ukuran yang wajar

karena hal itu termasuk kategori mubadzir yang dilarang agama.38

37 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum. 38 Suhrawadi K Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris, Hlm. 42

Page 49: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

31

Menurut Imam Ahmad, biaya perawatan harus didahulukan dari

pada membayar hutang. Sementara Imam Abu Hanifah, Malik dan

Syafi’i mengatakan, bahwa pelunasan hutang harus didahulukan.

Alasannya, jika hutang tidak dilunasi terlebih dahulu, jenazah itu ibarat

tergadai.39

Adapun dasar hukum biaya perawatan jenazah hendaknya dilakukan

secara wajar adalah firman Allah surat al-Furqon ayat 67:

tÏ% ©!$#uρ !#sŒ Î) (#θà)x&Ρr& öΝs9 (#θ èùÌ� ó¡ç„ öΝs9 uρ (#ρç�äIø)tƒ tβ% Ÿ2uρ š÷t/ š�Ï9≡ sŒ $ YΒ#uθ s% ∩∉∠∪

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.40

Termasuk dalam pengertian biaya perawatan ini adalah semua biaya

yang dikeluarkan semasa muwarris sakit menjelang kematiannya. Tentu

saja apabila harta yang ditinggalkannya mencukupi untuk membiayai

perawatan ketika sakit. Persoalannya adalah, bagaimana jika harta

peninggalannya tidak mencukupi atau bahkan tidak ada sama sekali dan

dari mana biaya tersebut harus diambi!

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Apabila harta yang

ditinggalkan si mati tidak mencukupi, maka harta yang ada itu

dimanfaatkan, kekurangannya menjadi tanggungan keluarga. Ulama

Hanifiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah membatasi pada keluarga yang

menjadi tanggungannya ketika mewarris masih hidup. Alasannya, karena

semasa si muwarris hidup, merekalah yang memperoleh kenikmatan

39 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hlm. 47 40 Departeman Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2002),

Hlm. 511

Page 50: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

32

dibiayai hidupnya oleh muwarris, mereka pula yang akan menerima harta

warisan jika ada kelebihan. Karena itulah, wajar jika mereka juga harus

bertanggung jawab untuk memikul biaya perawatan. Sementara pendapat

Malikiyah, bahwa biaya perawatan tersebut diambilkan dari Bait al-Mal,

tanpa harus membebani keluarga atau kaum muslimin. Pendapat ini

mempunyai celah kelemahan. Karena boleh jadi, keluarga akan lebih

leluasa untuk tidak bertanggung jawab terhadap perawatan keluarganya

yang meninggal dunia.41

2. Hibah Pewaris

Hibah berarti melewatkan atau menyalurkan, dengan demikian

berarti telah disalurkan dari tangan orang yang memberi kepada tangan

orang yang diberi. Makna hibah ini hampir sama dengan makna wasiat,

namun yang membedakannya adalah bahwa wasiat dipandang sebagai

hibah yang digantungkan pada kejadian terentu, yakni matinya seseorang

(pewasiat).42 Dalam hal ini apabila penghibahan telah dilakukan semasa

hidupnya (si muwarris) dan pada ketika itu belum sempat dilakukan

penyerahan barang, maka sebelum harta dibagikan kepada ahli waris,

terlebih dahulu harus dikeluarkan hibah tersebut.

Di Indonesia dikenal juga apa yang disebut dengan hibah wasiat,

yakni penetapan pembagian harta benda milik seseorang semasa

hidupnya dan pembahagian itu baru berlaku sejak saat matinya si

pemberi hibah. Hibah wasiat ini oleh si pemberi hibah sampai saat ini

mengembuskan napasnya yang penghabisan setiap waktu dapat ditarik

41 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hlm. 48 42 Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan, Hlm. 183

Page 51: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

33

kembali. Lazimnya hibah wasiat ini diistilahkan dengan surat hibah

wasiat dan biasanya dibuat atas persetujuan ahli waris dan sebagai bukti

persetujuan, mereka ikut mencantumkan tanda tangannya dalam surat

hibah wasiat tersebut.43

3. Kewajiban Membayar Zakat

Setelah menyelenggarakan jenazah selesai, maka ahli waris harus

menghitung besaran zakat yang harus dikeluarkan dari harta peninggalan

yang ada jika memang sudah memenuhi syarat dan belum dibayarkan

zakatnya. Jumlah pembayaran zakat ini harus disesuaikan dengan

persentase yang telah ditentukan oleh syariat, misalnya untuk zakat padi

yang diairi sebesar 5 %, padi tadah hujan 10% dan zakat perdagangan

sebesar 2,5%. Zakat harta peninggalan ini wajib ditunaikan karena pada

hakikatnya merupakan hutang kepada Allah yang harus dibayar.44

Menurut Mazhab Hanafi, hutang kepada Allah yang tidak ada

tagihannya dari sesama manusia seperti zakat, kifarat atau nazar tidak

dibayarkan dengan harta warisan, sedangkan menurut jumhur harus

dibayar dan dikeluarkan dari harta warisan sebelum warisan itu dibagikan

kepada ahli waris. alasan yang dikemukakan oleh pengikut Imam Hanafi

adalah melunasi hutang kepada Allah merupakan ibadah, sedangkan

kewajiban ibadah gugur setelah kematian. Selain itu, melakukan ibadah

tentunya harus dengan niat dan usaha, sedangkan orang yang sudah

meninggal tidak bisa melakukannya. Akan tetapi, sekalipun kewajiban

itu gugur dengan kematian, seseorang tetap berdoa dan nanti di akhirat

43 Suhrawadi K Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris, Hlm. 44 44 Kasuwi Saiban, Hukum Waris, Hlm. 12

Page 52: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

34

akan dihukum karena dia belum memenuhi kewajiban pada masa

hidupnya dan masalahnya diserahkan kepada Allah.45

Jumhur ulama menyatakan bahwa hutang-hutang kepada Allah wajib

dibayar seperti halnya hutang-hutang kepada sesama manusia dan hal ini

tidak memerlukan perbuatan dan niat karena ini bukan ibadah murni

melainkan kewajiban-kewajiban yang sama dengan harta. Dengan

demikian hutang-hutang si muwarris tersebut harus dibayar, sekalipun

sebelumnya tidak berwasiat. Bahkan, menurut Syafi’i, hutang kepada

Allah harus dilunasi sebelum melunasi hutang kepada manusia.

Sebaliknya menurut pendapat Maliki, hutang kepada Allah dilunasi

sesudah melunasi hutang-hutang kepada sesama manusia. Sedangkan

menurut pendapat Ahmad Bin Hambal, tidak ada ketentuan mengenai

perkara yang wajib didahulukan.46

4. Wasiat Pewaris

Wasiat adalah pemberian hak kepada seseorang atau badan tertentu

untuk memiliki atau memanfaatkan sesuatu yang realsisasinya menunggu

wafatnya si pewasiat. Pemberian hak tersebut tanpa disertai dengan

imbalan ataupun penggantian dalam bentuk apa pun dari pihak penerima

pemberian itu. Karena wasiat itu merupakan kehendak dari pewaris maka

pelaksanaannya harus didahulukan sebelum harta tersebut dibagi-bagikan

kepada ahli waris. hanya saja yang perlu diingat bahwa jumlah maksimal

wasiat adalah sepertiga dari harta yang ada.47

45 Muhammad Ali Ash Shabuni, Hukum Waris, Hlm 41 46 Muhammad Ali Ash Shabuni, Hukum Waris, Hlm. 42 47 Kasuwi Saiban, Hukum Waris, Hlm. 12

Page 53: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

35

Adanya sistem wasiat ini merupakan salah satu indikator bahwa

perekonomian Islam berbeda dengan sistem kapitalis dan sosialis. Islam

bukan kapitalis karena pemilik harta dibebaskan untuk memindahkan

hartanya kepada orang lain melalui wasiat sesuai dengan kehendaknya

atas dasar sosial. Namun demikian, Islam juga bukan sosialis karena

sekalipun seseorang dibebaskan untuk memberikan wasiat kepada

siapapun namun jumlahnya dibatasi maksimal sepertiga dari hartanya.

Merealisasikan wasiat yang tidak lebih dari sepertiga harta merupakan

kewajiban para ahli waris tanpa harus minta izin kepada siapa pun.

Sedangkan kalau wasiatnya melebihi sepertiga harta maka realisasinya

tidak dibenarkan kecuali ada izin dari semua ahli waris.48

5. Menentukan Besaran Harta Pewaris

Di Indonesia, sebelum ahli waris membagikan harta waris yang juga

perlu diperhatikan adalah adanya harta gono gini, yaitu harta yang

diperoleh secara bersama-sama selama perkawinan. Status harta gono

gini ini sebagai milik bersama antara suami istri, sebagaimana yang

tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 1 huruf f sebagai

berikut49:

“Harta kekayaan dalam perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami istri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa pun”.

48 Kasuwi Saiban, Hukum Waris, Hlm. 13 49 Kasuwi Saiban, Hukum Waris, Hlm. 13

Page 54: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

36

Selanjutnya dalam pasal 96 ayat 1 disebutkan mengenai yang berhak

atas harta bersama, sebagai berikut:

“Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama milik suami atau istri harus disisihkan terlebih dahulu”.

Dari dua ayat tersebut jelaslah bahwa harta yang diperoleh selama

perkawinan merupakan harta bersama atau harta gono gini yang menjadi

hak suami istri, sehingga apabila salah sau dari mereka meninggal maka

separoh dari harta tersebut menjadi hak dari salah satu dari mereka

meninggal maka separoh dari harta tersebut menjadi hak dari salah satu

yang masih hidup. Oleh karena itu, sebelum waris dibagikan, bagian

separuh dari harta bersama milik suami atau istri harus disisihkan terlebih

dahulu.

Selain harta gono gini, yang harus juga diperhatikan sebelum

pembagian waris adalah harta bawaan, hadiah atau harta lain yang

dikuasai penuh oleh suami atau istri. status harta tersebut tetap milik

suami atau istri selama tidak ada perjanjian khusus dalam

perkawinan,sebagaimana yang diatur dalam KHI pasal 87 ayat 150.

“Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan”.

6. Hutang Pewaris

Melunasi semua hutang si mayat yang berkaitan dengan sesama

manusia karena merupakan tanggungan si mayat. Dengan demikian harta

50 Kasuwi Saiban, Hukum Waris, Hlm. 13

Page 55: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

37

warisan tidak boleh langsung dibagi-bagikan kepada ahli waris sebelum

hutang si mayat dilunasi.51 Sabda Nabi:

ه ن ى ع ض ق يـ ىت ح ه ن ي د ب ة ق ل ع م ن م ؤ م ال س ف نـ “ Jiwa seorang mukmin (yang meninggal) tergantung pada hutangnya sampai hutang tersebut dilunasi”. (HR. Ahmad)

Hutang dari seseorang yang telah meninggal tidak menjadi beban

ahli waris, karena hutang itu dalam pandangan Islam tidak diwarisi.

Hutang tetap menjadi tanggung jawab yang meninggal yang dibebankan

kepada harta yang ditinggalkannya. Kewajiban ahli waris atau orang

yang ditinggal hanya sekedar menolong membayarkan hutang tersebut

dari harta yang ditinggalkan itu. Tidak dibebankannya hutang kepada ahli

warisnya itu dapat dipahami dari firman Allah dalam al-Quran surat al-

An’am ayat 164, al-Isra’ ayat 15 yang menjelaskan bahwa beban

seseorang tidaklah dipikul di pundak orang lain.52 Karena hutang pewaris

itu harus dibebankan kepada harta yang ditinggalkannya, untuk tidak

membebani yang meninggal dengan hutangnya itu, maka tindakan

pembayaran hutang itu harus dilaksanakan sebelum pembagian harta

warisan. Oleh karena itu, Allah berkali-kali menekankan pembayaran

hutang itu sebelum dibagikan harta untuk ahli warisnya. Ayat-ayat

tersebut juga mengisyaratkan pembayaran hutang itu dihubungkan

kepada harta yang ditinggalkannya.53

Bila hutang cukup besar sehingga menghabiskan semua harta

peninggalan, maka semua harta dikeluarkan untuk melunasinya. Bila

51 Muhammad Ali Ash Shabuni, Hukum Waris, Hlm. 41 52 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan, Hlm. 280 53 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan, Hlm. 281

Page 56: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

38

harta peninggalannya tidak cukup untuk membayar hutang, karena

sekedar peninggalan yang ada dibagikan kepada pemberi hutang sesuai

dengan kadar piutangnya tanpa memberatkan kekurangan itu kepada ahli

warisnya.

Bila diperhatikan riwayat al-Bukhari dan Muslim yang mengatakan

bahwa beliau akan membayarkan hutang orang yang tidak sanggup

membayarnya, maka dapat dipahami bahwa kekurangan harta pembayar

hutang itu dibebankan kepada Baitul Mal, ini adalah ajaran paling baik

yang diberikan nabi untuk tidak merugikan para pemberi hutang dan juga

tidak memberatkan kepada ahli waris sedangkan yang meninggal telah

bebas dari tanggung jawab hutangnya, akan tetapi ahli waris juga tidak

bebas begitu saja karena hal itu akan merugikan pemberi hutang. Dalam

keadaan yang demikian maka tindakan yang paling bijaksana untuk tidak

memberati orang yang mati dan tidak merugikan orang yang berpihutang

ialah adanya kerelaan dari pihak ahli waris untuk melunasi hutang

pewaris, atau adanya kerelaan pihak pemberi hutang untuk merelakan

kekurangan pembayaran hutang tersebut.54

E. Harta Gono Gini/Harta Bersama Suami Istri Di Indonesia

1. Harta Gono Gini/Harta Bersama Menurut Undang-Undang No. 1

Tahun 1974

Diantara ketentuan –ketentuan yang telah diatur oleh undang-undang

no. 1 tahun 1974 ialah mengenai harta benda dalam perkawinan. Ini

termuat dalam Bab VII yang terdiri dari tiga pasal, yaitu pasal 35, 36 dan

54 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan, Hlm. 282-283

Page 57: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

39

pasal 37. Pasal 35 ayat 1 menyatakan bahwa harta benda yang diperoleh

selama perkawinan manjadi harta bersama/gono gini. Ayat 2 menjelaskan

bahwa harta bersama/gono gini dari masing-masing suami dan istri dan

harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan

di bawah pengawasan masing-masing sepanjang para pihak tidak

menentukan lain.55

Pasal 36 ayat 1 menetapkan bahwa mengenai harta bersama/ gono

gini, suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.

Ayat 2 menjelaskan bahwa mengenai harta bersama/ gono gini masing-

masing, suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan

perbuatan hukum mengenai harta bendanya. Sedangkan pasal 37

menetapkan bahwa apabila perkawinan putus karena perceraian, maka

harta benda diatur menurut hukumnya masing-masing.56

Jadi pasal 35 dan 36 mengatur masalah harta benda suami istri

selama dalam perkawinan, sedang pasal 37 mengatur khusus mengenai

harta bersama suami isteri bila terjadi perceraian antara keduanya.

Mengenai harta benda suami isteri selama perkawinan diberi patokan

yang pasti oleh pasal 35 dan 37. Tetapi, mengenai harta bersama pada

waktu terjadi perceraian antara suami isteri, pasal 37 tidak memberi

patokan penyelesaian yang pasti.

55 Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Istri Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Hlm.

37 56 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hal. 37

Page 58: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

40

2. Harta Gono Gini/Harta Bersama Menurut Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

Menurut pasal 119 KUHP, mulai saat perkawinan dilangsungkan,

demi hukum berlakulah persatuan bulat antara harta kekayaan suami dan

isteri, sekedar mengenai itu dengan perjanjian kawin tidak diadakan

perjanjian perkawinan dan tidak boleh diubah dengan persetujuan kedua

suami isteri. Jika orang ingin menyimpang dari ketentuan umum itu, ia

harus menempuh jalan perjanjian kawin yang diatur dalam pasal 139

sampai dengan pasal 154 KUHP. Perjanjian yang demikian harus

diadakan sebelum berlangsungnya pernikahan, dan harus dicantumkan

dalam suatu akta notaris. Pembuat undang-undang menghendaki supaya

keadaan kekayaan di dalam suatu perkawinan itu tetap, untuk melindungi

kepentingan-kepentingan pihak ketiga.57

Undang-undang hanya mengecualikan dalam satu hal, yaitu dalam

hal melindungi si isteri terhadap kekuasaan si suami yang telah diberikan

sangat luas atas kekayaan bersama yang di dalamnya termasuk kekayaan

si isteri pribadi tadinya. Dalam hal ini undang-undang memberikan hak

kepada si isteri untuk meminta kepada hakim supaya diadakan pemisahan

kekayaan dengan tetap melangsungkan perkawinan. Tiap keputusan

hakim yang mengabulkan permintaan isteri untuk pemisahan harta

kekayaan bersama suami isteri, harus diumumkan lebih dahulu sebelum

dilaksanakan (pasal 189).58

57 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm 40 58 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 40

Page 59: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

41

Selain dari pemisahan kekayaan, keputusan hakim mengakibatkan

pula isteri memperoleh kembali haknya untuk mengurus kekayaannya

sendiri selanjutnya dan berhak mempergunakan segala penghasilannya

sendiri sebagaimana yang dikehendakinya. Akan tetapi oleh karena

perkawinan belum diputuskan, maka isteri masih tetap tidak cakap

menurut undang-undang untuk bertindak sendiri dalam hukum.

Pemisahan kekayaan dapat diakhiri atas persetujuan kedua belah pihak

dengan mencantumkan persetujuan itu dalam suatu akte notaris yang

harus ditentukan untuk pengumuman keputusan hakim yang mengadakan

perjanjian itu. 59

Bila terjadi perceraian, maka dalam pasal 128 dan 129 B.W, yang

menyatakan bahwa harta bersama ini dibagi dua antara suami isteri tanpa

perlu memperhatikan dari pihak mana barang-barang itu dahulu

diperoleh. Hanya pakaian, perhiasan dan perkakas yang sangat rapat

hubungannya dengan salah satu pihak dari suami isteri, dapat diberikan

kepadanya dengan memperhitungkan harganya dalam pembagian.

Demikian pula dengan hak pungut hasil dari sesuatu barang.60

3. Harta Gono Gini/Harta Bersama Menurut hukum adat.

Sebenarnya materi yang termuat dalam pasal 35 dan 36 UU no. 1

tahun 1974 adalah berasal dari hukum adat yang pada pokoknya sama di

seluruh wilayah indonesia yaitu adanya prinsip bahwa masing-masing

suami dan isteri masih berhak menguasai harta bendanya sendiri sebagai

halnya sebelum mereka menjadi suami isteri kecuali harta bersama yang

59 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 41 60 Subekti, Pokok-Pokok Dari Hukum Perdata, (Jakarta: PT Intermasa, 1975), Hlm. 29

Page 60: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

42

tentunya dikuasai bersama. Oleh karena itu harta keluarga dapat

dibedakan dalam empat macam: (1). Harta yang diperoleh dari warisan,

baik sebelum mereka menjadi suami isteri maupun sesudahnya. (2).

Harta yang diperoleh dengan keringat sendiri sebelum mereka menjadi

suami isteri. (3). Harta yang diperoleh bersama oleh suami isteri selama

perkawinan. (4). Harta yang ketika menikah diberikan kepada kedua

penganten.

Mengenai harta yang dikuasai masing-masing dari suami isteri,

persoalannya sudah jelas, baik dalam waktu perceraian maupun dari

salah seorang dari suami isteri meninggal. Tetapi mengenai harta

bersama apabila terjadi perceraian antara suami isteri, cara

penyelesainnya berbeda satu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia.

Oleh karena itu adanya perbedaan ini maka di dalam UU No. 1 tahun

1974 diadakan pasal 37 yang berbunyi “bila perkawinan putus karena

perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing”.

Dengan adanya pasal 35, 36 dan 37 UU No. 1 tahun 1974 meningkatkan

hukum adat mengenai pencaharian harta bersama suami isteri menjadi

hukum tertulis.61

F. Pemilikan Harta Bersama/Perkonsian Menurut Menurut Hukum Islam

1. Konsep Pemilikan Harta Bersama/ Perkonsian

Dalam kitab fiqh, pemilikan bersama disebut syirkah, atau syarikah.

Kata syirkah berasal dari bahasa arab secara etimologi diambil dari

masdar رك�' yaitu: رك�() - ���'– ���' yang berarti penyatuan '�رك -

61 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 41-45

Page 61: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

43

dua dimensi atau lebih menjadi satu kesatuan. Kata ini juga berarti

bagian bersyarikat.62

Syirkah dalam pengertian istilah fuqaha terbagi kepada tiga macam.

Pertama, syirkat al-Ibadah. Ialah suatu perkongsian yang membolehkan

manusia untuk mengambil manfaat secara bersama-sama terhadap suatu

objek yang belum diusahakan oleh orang lain. Seperti padang rumput, air

dan api yang telah diusahakan oleh seseorang, objek itu milik orang yang

mengusahakannya.

Hal ini didasarkan pada rasulullah saw:

ىب الن ع م ت و ز غ ال ق م ل س و ه ي ل ع ى اهللا ل ص ىب الن ا ب ح ص ا ن م ل ج ر ن ع اش ر خ يب ا ن ع اء م ال و ء ال ك ال يف ث ال ث يف اء ك ر ش ن و م ل س م ال ل و ق يـ ه ع مس ا ا ث ل اث م ل س و ه ي ل ع ى اهللا ل ص )رواه امحد و ابو داود . ( ار الن و

“Dari Khara’sy sahabat Rasulullah saw, bahwa manusia itu berkongsi pada tiga hal yaitu, padang rumput, air dan api.” (HR, Ahamad dan abu daud)

Kedua, syirkat al-Milk, ialah perkongsian yang terjadi antara dua

orang atau lebih atas sesuatu sebab dari beberapa sebab pemillikan harta

seperti pembelian, penerimaan, hibah, wasiat, shadaqah atau penerimaan

warisan di antara beberapa orang ahli waris. Pada syirkah al-Milk ini

tidak dibolehkan salah seorang yang berkongsi mengalihkan dan

bermanfaatkan suatu hak perkongsian saudaranya tanpa seizinnya.63

Ketiga, syirkat al-Uqud, ialah perkongsian yang dibentuk

berdasarkan ‘aqad antara dua orang atau lebih terhadap modal dan

62 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 66 63 Gufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), Hlm.

193

Page 62: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

44

keuntungan, atau hanya berdasarkan keuntungan saja, dan tidak

berdasarkan modal. Pada syirkat al-Ibahah dan syirkat al-Milk tanpa

adanya persyaratan atau perjanjian terlebih dahulu.64

Syirkat al-Milk, disebut juga syirkat al-Mal atau syirkat al-Irth.

Syirkah pada harta warisan masuk pada syirkat al-Jabari. Syirkah al-

Jabari merupakan suatu bentuk perkongsian terhadap dua orang atau

lebih atas benda yang tersedia tanpa adanya usaha. Syirkat al-Milk terjadi

tanpa keinginan masing-masing orang yang bersangkutan tetapi terjadi

dengan kekuatan hukum. syirkat al-Milk seperti ini disebut syirkat al-

Milk al-Jabari, misalnya pemilikan bersama para ahli waris pada harta

warisan yang belum dibagi.65

Syirkat al-Milk dapat terjadi juga atas keinginan masing-masing

orang yang bersangkutan dengan suka rela, syirkat al-Milk seperti ini

disebut syirkat al-Milk al-Ikhtiariyah; misalnya beberapa orang memiliki

bersama-sama sebidang tanah untuk ditanami dan sebagainya. Dapat pula

terjadi seseorang membeli bagian dari suatu benda yang tidak mungkin

dipisah-pisahkan bagiannya yang satu dari yang lainnya, sehingga

dengan demikian akan terjdadi syirkat al-Milk atara pembeli dan penjual.

Misalnya, dua orang atau lebih bersama-sama menangkap ikan dengan

satu macam alat yang hasilnya menjadi milik bersama.66

Dasar hukum kepemilikan bersama pada harta warisan yang belum

dibagi dapat dikaji dari keumuman beberapa ayat al-Quran dan al-Hadits.

hal ini dapat dilakukan antara lain terhadap: 64 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), Hlm. 129 65 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Hlm. 130 66 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah

Page 63: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

45

a) Surat Al-Maidah Ayat 2

¢ (#θçΡuρ$ yès?uρ ’n? tã Îh�É9 ø9 $# 3“uθ ø)−G9 $#uρ ( “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan..”.67

Kata al-Bir adalah lafaz ‘am, karena ia adalah isim mufrad yang

dimakrifahkan dengan alif lam jinsiyah, maka ia mencakup semua

yang baik. Menurut al-Raghib, al-Bir meliputi semua perbuatan yang

baik secara luas. Dengan demikian prinsip tolong-menolong dalam

ayat di atas dapat menjadi dasar umum hukum syirkah. Sebab syirkah

merupakan salah satu bentuk pelaksanaan perintah tolong-menolong

dalam kebaikan di bidang penghidupan. Ayat ini dapat pula

menunjukkan kebolehan atas persekutuan milik antara para ahli waris

terhadap harta waris yang belum dibagi.68

b) Surat An-Nisa’ Ayat 5

Ÿωuρ (#θè?÷σè? u !$ yγ x&�¡9$# ãΝä3s9≡ uθ øΒ r& “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta mereka (yang ada dalam kekuasaanmu)...:69

Ayat ini menyatakan tidak boleh menyerahkan harta kepada orang

yang belum dewasa. Jika ayat ini dihubungkan kepada ahli waris yang

masih anak-anak maka dapat dipahami, kita boleh menunda

pembagian harta warisan sampai para ahli waris sempurna akalnya

atau sampai mereka mencapai dewasa.

67 Departeman Agama Ri, Al-Quran Dan Terjemahannya, Hlm. 142 68 M. Syakroni, Konflik Harta Warisan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Hlm. 65 69 Departeman Agama Ri, Al-Quran Dan Terjemahannya, Hlm. 99

Page 64: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

46

c) Surat An-Nisa’ Ayat 12

βÎ* sù (# þθçΡ% Ÿ2 u�sYò2r& ÏΒ y7 Ï9≡sŒ ôΜßγ sù â !% Ÿ2u�à° ’Îû Ï]è=›W9 $# 4 “Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam sepertiga itu.”.70

Ayat di atas dapat juga menunjukkan kepada adanya persekutuan

milik antara para ahli waris terhadap harta warisan yang belum

dibagi.71

d) Hadits Qudsi

)راوه ابو داود ( ه ب اح ا ص مه د ح ا ن خي امل م ني ك ي ر الش ث ل اا ث ن ا اىل ع تـ اهللا ل و ق يـ

“Allah swt berfirman: Aku adalah kongsi ketiga dari dua orang yang berkongsi selama salah seorang tidak mengkhianati kongsinya. Apabila ia mengkhianatinya, maka aku keluar dari perkongsian itu.”

Hadits di atas mengajarkan kepada kita bahwa persekutuan yang

dilakukan dengan penuh kejujuran akan diberkahi Allah, dan yang

dilakukan tanpa kejujuran akan mendapat murka-Nya.72

Dengan demikian, dapat disimpulkan di dalam syirkah al-Milk ada

beberapa prinsip umum, yaitu: menolong dalam kebaikan, kejujuran, dan

adanya kerelaan. Pada dasarnya, hukum asal setiap muamalah dalam

masalah keduniaan adalah mubah, dan dipandang haram setelah ada nash

al-Quran atau Hadits yang mengharamkannya. Dengan demikian,

pemilikan atas harta warisan yang belum dibagi hukumnya adalah mubah

sepanjang sesuai dengan prinsip umum dari ayat-ayat dan hadits di atas.

70 Departeman Agama Ri, Al-Quran Dan Terjemahannya, Hlm. 102 71 M. Syakroni, Konflik Harta, Hlm. 66 72 M. Syakroni, Konflik Harta

Page 65: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

47

Namun, sejauh mana harta warisan itu dapat dipertahankan. Hal itu

tampaknya masih tergantung pada sejauh mana hak kepemilikan harta

warisan itu tidak melibatkan orang lain. Usaha penyelesaian pembagian

harta waris sebagai pemilik harta. Kesepakatan bersama inilah yang

menentukan, apakah harta itu akan dibagi, kalau dibagi, kapan

dilaksanakan pembagian itu. dibolehkan semua ahli waris sepakat untuk

tidak membagi selama mereka menghendakinya, karena membagi itu

adalah hak mereka. Maka mereka dapat mempergunakan hak tersebut

atau tidak mempergunakannya.

Berkaitan dengan hal ini, ayat 1 pasal 189 Kompilasi Hukum Islam

di Indonesia, yaitu: bila harta warisan yang akan dibagi berupa lahan

pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar, supaya dipertahankan

kesatuannya, sebagaimana semula, dan dimanfaatkan untuk kepentingan

bersama para ahli waris yang bersangkutan.

Dalam sifatnya sebagai harta syirkah, setiap anggota dapat bertindak

atas harta itu bila telah disetujui oleh pihak lain atau atas kuasa dari

anggota syirkah yang lain, setiap anggota tidak dapat bertindak sendiri-

sendiri karena dalam harta itu ada hak orang lain. Salah satu dari

argumen yang lebih leluasa bahwa kesenjangan besar atas kekayaan dan

pendapatan diperlukan untuk akumulasi modal yang memadai dalam

masyarakat modern dewasa ini. Pada umumnya tidak diragukan lagi

bahwa pelembagaan pemilikan sah ini dalam perusahaan yang saham

atau modalnya dimiliki oleh bermacam-macam individu sebagai bentuk

pemilikan harta benda yang lebih memudahkan pembagian harta warisan

Page 66: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

48

ketika si pemilik meninggal, dan tidak pula menimbulkan keberatan

ekonomi.73

Takhrujj ialah suatu perjanjian yang diadakan oleh para ahli waris

untuk mengundurkan diri salah seorang ahli waris untuk menerima harta

warisan, dengan cara memberikan imbalan, baik imbalan itu berasal dari

harta orang yang mengundurkannya, maupun harta itu berasal dari harta

warisan yang akan dibagikan. Takhrujj itu merupakan suatu perjanjian

dua pihak. Salah satu pihak menyerahkan sesuatu sebagai imbalan

kepada pihak lain, dan pihak lain menyerahkan bagian harta

warisannya.74

Imbalan yang diserahkan pihak pertama seolah-olah merupakan

harga pembelian dan imbalan yang diserahkan pihak kedua merupakan

barang yang dibeli. Dengan demikian takhrujj ini merupakan perjanjian

jual beli. Jika imbalan yang diserahkan itu sebagai alat tukar terhadap

imbalan yang akan diterimanya, maka takhrujj tersebut merupakan

perjanjian tukar menukar. Di samping itu, jika imbalan yang akan

diserahkan kepada pihak yang diundurkan itu diambil dari harta warisan,

maka perjanjian takhrujj itu dinamakan pembagian harta warisan.

Perjanjian takhrujj itu mempunyai tiga bentuk, yaitu:

a) Seorang ahli waris yang mengundurkan seorang ahli waris yang lain

dengan cara memberikan uang pengganti atau harta yang dikeluarkan

dari miliknya. Oleh karena ia telah memberikan suatu imbalan kepada

ahli waris yang diundurkan, maka ia berhak menerima imbalan yang

73 M. Syakroni, Konflik Harta, Hlm. 68 74 M. Syakroni, Konflik Harta, Hlm. 69

Page 67: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

49

diberikan oleh orang yang diundurkan. Imbalan itu dapat berupa

bagian dari harta warisan yang bakal diterimanya. Pihak pertama telah

membeli bagian harta warisan pihak kedua dengan sejumlah uang.

Dengan demikian pihak pertama di samping mendapatkan saham

sendiri, ia juga memperoleh saham dari orang yang telah

diundurkannya.75

b) Beberapa ahli waris mengundurkan seorang ahli waris dengan

memberikan imbalan yang diambil dari harta warisan. Bentuk takhrujj

yang kedua ini merupakan bentuk yang sangat umum dan sering

terjadi dalam pembagian harta warisan. Setelah sempurna perjanjian

takhrujj dipenuhi, maka pihak yang diundurkan segera memperoleh

imbalan yang diberikan oleh para hali waris yang mengundurkannya.

Dan selanjutnya mereka menerima sisa harta warisan. Jumlah sisa

harta warisan tersebtu mereka bagi bersama sesuai dengan

perbandingan saham mereka masing-masing.76

c) Beberapa ahli waris mengundurkan seorang ahli waris dengan

memberikan imbalan yang diambil dari harta milik mereka masing-

masing secara urunan. Dalam hal ini orang yang mengundurkan diri,

seolah-olah ia telah menjual haknya yang berupa harta warisan,

dengan imbalan yang telah diterimanya dari para ahli waris yang

mengundurkannya. Selanjutnya ia tidak memperoleh apa-apa lagi dari

bagian harta warisannya. Besar kecilnya urunan yang harus dibayar

75 M. Syakroni, Konflik Harta, Hlm. 70 76 M. Syakroni, Konflik Harta, Hlm. 70

Page 68: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

50

oleh masing-masing ahli waris yang mengundurkannya adalah sesuai

dengan yang telah mereka sepakati bersama.77

2. Pemilikan Harta Bersama/ Perkonsian Menurut Ulama Hanafiah

Ulama hanafiah membagi syarikah lebih dahulu kepada dua bahagian.

Pertama syarikah milk (perkongsian mengenai milik). Kedua syarikah

‘uquud (perkonsian dengan aqad atau kontrak).78

a) Syarikah milk

Syarikah milk ialah perkongsian antara dua orang atau lebih

terhadap sesuatu tanpa adanya sesuatu aqad atau perjanjian. Kemudian

mereka membagi lagi syarikah milk kepada dua macam: 1). Syarikah

dengan terpaksa. 2). Syarikah dengan pilihan.

b) Syarikah uquud

Syarikah ‘uquud menurut mereka ada 3 macam yakni syirkah bil

amwal (perkongsian modal), syirkah bil abdan (perkongsian tenaga),

syirkah bil wujuh (perkongsian dengan kepercayaan). Kemudian

masing-masing dari tiga macam syirkah uquud dapat dibagi dua lagi

yaitu syirkah mufawadlah dan syirkah ‘inan. Sehingga dengan

demikian syirkah uquud itu berjumlah enam macam, yaitu:79

1) Syirkah mufawadlah bil amwal ialah perkongsian antara dua orang

atau lebih tentang sesuatu macam perniagaan dengan syarat (I).

Modal, wewenang dan agama mereka sama.(II). Masing-masing

para kongsi menjadi penanggung terhadap tindakan kongsinya

yang lain. 77 M. Syakroni, Konflik Harta, Hlm. 71 78 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 56 79 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 59

Page 69: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

51

2) Syirkah ‘inan bil amwal ialah perkongsian antara dua orang atau

lebih tentang sesuatu macam perniagaan atau dalam segala macam

perniagaan.

3) Syirkatul abdan muwafadlah ialah perkongsian yang bermodalkan

tenaga dan dalam aqadnya disebutkan lafal muwafadlah atau lafal

lain yang pengertiannya sama.

4) Syirkatul abdan ‘inan ialah perkongsian tenaga tadi diisyaratkan

perbedaan tenaga kerja dan perbedaan tentang upah. Demikian pula

apabila dalam aqad disebut perkataan ‘inan atau perkataan lain

yang artinya sama.

5) Syirkatul wujuh muwafadlah ialah perkongsian yang bermodalkan

kepercayaan orang saja dengan syarat: (I). Masing-masing anggota

perkongsian harus berwenang untuk menjadi penanggung. (2).

Barang-barang yang dibeli itu dianggap dibagi sama antara para

kongsi dan masing-masing menanggung harganya. (3). Keuntungan

dibagi sama antara para peserta perkongsian. (6). Masing-masing

anggota perkongsian mengucapkan perkataan muwafadlah atau

perkataan lain yang sama maksudnya, sehingga dengan demikian

masing-masing anggota itu menjadi wakil dari yang lainnya.

6) Syirkatul ujuh ‘inan ialah perongsian kepercayaan tanpa syarat-

syarat tersebut di atas.

3. Pemilikan Harta Bersama/ Perkonsian Menurut Ulama Malikiyah

Menurut ulama malikiyah syarikah ada bebarapa macam:80

80 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 63

Page 70: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

52

a) Syarikatul irtsi (perkongsian warisan). Yaitu berkongsinya para ahli

waris memiliki sesuatu barang dengan jalan menerima warisan

b) Syarikatul ghanimah (perkongsian pada harta rampasan). Yaitu

perkongsian anggota tentara dalam peperangan terhadap barang

rampasan perang

c) Perkongsian bebarapa orang yang membeli sesuatu barang.

Ketiga macam syarikah inilah yang oleh ulama hanifiyah disebut

syarikah milk (perkongsian milik). Selain itu macam-macam syarikah

yang masyhur selain dari tiga macam di atas ada enam macam:81

a) Syarikah mufawadlah

Syarikah mufawadlah ialah persekutuan dua orang atau lebih

tentang berniaga dengan modal dari para peserta dengan ketentuan

bahwa masing-masing peserta akan mendapat keuntungan sesuai

dengan banyak tanpa ada perbedaan dan masing-masing peserta bebas

bertindak atas nama perkongsian mengenai jual beli, sewa menyewa

baik di waktu hadirnya kongsi yang lain maupun waktu ia tidak di

tempat.

b) Syarikah inaan

Yaitu perkongsian antara dua orang dengan ketentuan bahwa

masing-masing hanya boleh bertindak dengan seizin yang lain.

c) Syarikah amal

Syarikah ini dinamakan juga syarikah abdaan menurut istilah

mazhab-mazhab lain dan dapat juga diterjemahkan dengan

81 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 64

Page 71: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

53

perkongsian tenaga, yaitu perkongsian antara dua orang tukang atau

lebih untuk bekerja bersama-msama dan masing-masing mendapat

hasil sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakannya.82

d) Syarikah dzimam

Yaitu perkongsian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih tanpa

menggunakan modal, melainkan membeli barang-barang apa saja

dengan cara kredit, kemudian barang-barang itu dijual kembali dan

keuntungannya dibagai antara para kongsi. Perkongsian ini tidak syah

menurut mazhab maliki kecuali jika mengenai jual beli satu macam

barang saja.83

e) Syarikah Jabar

Seseorang pedangang membeli sesuatu barang dagangan di

hadapan pedagang lain yang juga berdagang barang itu dan ia tidak

berbicara apa-apa maka kalau ia mau, ia berhak turut serta dalam

pembelian barang itu. Tetapi dengan 6 syarat. Tiga syarat mengenai

barang dan tiga syarat mengenai orang. Tiga syarat mengenai barang

ialah (1). Barang itu dibeli di pasar yang biasanya diperdagangkan

barang itu. (2). Pembelian itu untuk dijual lagi, bukan untuk dipakai

sendiri. (3). Penjualan lagi akan dilakukan di dalam negeri tempat

barang itu dibeli. Sedangkan syarat mengenai orang yang berhak turut

serta adalah: (1). Ia hadir pada waktu pembelian barang itu. (2). Ia

82 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 65 83 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 65

Page 72: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

54

memang pedagang barang itu. (3). Ia tidak bicara apa-apa mengenai

barang itu pada waktu barang itu dibeli oleh saudagar lain.84

f) Syarikah mudhaarabah

Ini disebut juga qiraadl ialah suatu perkongsian yang diadakan

antara orang yang mempunyai modal dan orang yang tidak

mempunyai modal untuk berdagang, dengan cara orang yang

mempunyai modal menyerahkan modalnya kepada yang tidak

mempunyai modal untuk berdagang.

4. Pemilikan Harta Bersama/ Perkonsian Menurut Ulama Syafi’iyah

Ulama syafi’iyah membagi syirkah itu kepada empat macam, yaitu:85

a) Syirkah ‘inan (perkongsian berbatas)

b) Syirkah abdan (perkongsian tenaga)

c) Syirkah mufawadlah (perkongsian tidak terbatas)

d) Syirkah al-wujuh (perkongsian kepercayaan)

Diantara empat macam syirkah ini, hanya syirkah ‘inan saja yang

boleh menurut ulama syafi’iyah. Selain itu tidak syah. Menurut imam

syafi’iy modal itu harus dicampurkan sebelum aqad, sedangkan mazhab

lain membolehkan percampuran modal setelah aqad.

5. Pemilikan Harta Bersama/ Perkonsian Menurut Ulama Hanabilah

Ulama hanabilah mula-mula membagi syarikah kepada dua macam,

yaitu syarikath fil maal (perkongsian kekayaan) dan syarikah fil uquud

(perkongsian dengan kontrak).86 Syirkah fil mall adalah perkongsian dua

orang atau lebih dalam memiliki sesuatu benda dengan jalan warisan, 84 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 66 85 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), Hlm. 346 86 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 67

Page 73: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

55

pemberian, pembelian dan sebagainya. Syirkah fil uquud ialah

perkongsian antara dua orang atau lebih untuk mengadakan suatu usaha

di mana mereka masing-masing akan mendapat keuntungan. Kemudian

syirkah uquud itu dibagi menjadi lima macam yaitu:87

a) Syirkah inan, ialah perkongsian antara dua orang atau lebih yang

masing-masing mempunyai modal dan sama-sama bekerja

menjalankan usaha perkongsian itu, kemudian keuntungan antara

mereka menurut perjanjian yang mereka adakan pada waktu aqad.

b) Syirkatu mufawadlah, ialah perkongsian dalam menjalankan modal,

dengan ketentuan bahwa masing-masing anggota perkongsian

memberikan hak penuh kepada anggota lain untuk bertindak membeli

barang-barang, menjualnya, memberi kuasa, berdua laba, menjual

dengan kredit, menggadaikan, menerima gadai dan sebagainya.88

c) Syirkatul wujuh, ialah perkongsian dua orang atau lebih dengan

bermodalkan kepercayaan orang saja, sehingga mereka dapat membeli

barang-barang dengan cara kredit, kemudian menjaul lagi dengan

mendapat keuntungan dan keuntungan itu dibagi antara mereka

menurut perjanjian pada waktu aqad.89

d) Syirkatul abdan, ialah perkongsian dua orang tukang atau lebih untuk

sama-sama bekerja, dan upah yang mereka peroleh dari perkerjaan itu

akan dibagi di antara mereka menurut perjanjian semula.

87 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Hlm. 345 88 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah.Jilid 13, (Bandung: Al Ma’arif, 1987), Hlm. 176 89 Sayyid sabiq, fiqih sunnah, Hlm. 178

Page 74: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

56

Dari uraian tersebut di atas, dapatlah kita ambil kesimpulan pendapat-

pendapat para ulama mengenai bermacam-macam syirkah sebagai berikut:

1) Syirkah ‘inan atau perkongsian terbatas disepakati para ulama tentang

bolehnya, asal memenuhi syarat-syarat menurut ulama mereka masing-

masing.

2) Syirkah mufawadlah atau perkongsian tak terbatas, hukumnya boleh

menurut mazha hanafi, maliki dan hambali. Tetapi tidak boleh menurut

mazhab syafi’i. Hanya beda antara hanifah dan maliki ialah abu hanifah

mensyaratkan sama banyak modal masing-masing para peserta,

sedangkan imam malik berpendapat bahwa itu tidak menjadi syarat.

3) Syirkah abdan atau perkongsian tenaga, boleh menurut mazhab hanafi,

maliki dan hambali dan tidak boleh menurut mazhab syafi’i. Hanya

bedanya antara abu hanifah dan imam malik ialah imam malik

mempersyaratkan pekerjaan yang mereka berkongsi itu, harus sejenis dan

setempat sedangkan abu hanifah tidak mempersyaratkan itu.

4) Syirkah wujuh atau perkongsian kepercayaan, boleh menurut ulama

hanafiyah dan ulama hanabilah dan tidak boleh menurut ulama malikiyah

dan ulama syafi’iyah.

Alasan imam syafi’i tidak membolehkan syirkah mufawadlah ialah

karena nama perkongsian itu percampuran modal dan keuntungan itu adalah

cabang. Cabang tidak dapat diperkongsikan kecuali sesudah pokoknya

diperkongsikan lebih dahulu. Pokok dalam hal ini adalah modal.90

90 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 75

Page 75: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

57

Imam malik berpendapat, bahwa dalam syirkah mufawadlah dimana

masing-masing kongsi telah menjualkan sebahagian dari hartanya kepada

kongsinya kemudian masing-masing mewakilkan kepada kongsinya untuk

menjaga bahagian yang berada dalam tangan kongsi itu. Tetapi imam syafi’i

menolak pendapat ini dengan alasan bahwa perkongsian itu bukan jual beli

dan bukan pula pemberi kuasa (wakalah).91

Alasan imam syafi’i tidak membolehkan perkongsian tenaga ialah karena

perkongsian hanya berlaku pada harta. Tidak pada tenaga. Karena tenaga

tidak dapat diketahui dengan pasti sebagaimana halnya pada modal harta

dan oleh karena itu perkongsian tenaga berarti penipuan.92

Alasan imam malik membolehkan perkongsian tenaga karena orang yang

berperang sabil juga berkongsi tentang ghanimah. Mereka berkongsi itu

hanya semata-mata karena tenaga. Demikian pula imam malik

mengqiyaskan perkongsian tenaga kepada mudlarabah (perkongsian berdua

laba). Sebagaimana diketahui bahwa perkongsian berdua laba atau qiradl itu

disepakati para ulama tentang bolehnya, asal saja memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan. Sedangkan pada perkongsian berdua laba (mudlarabah) itu

pun salah seorang peserta hanya mempunyai tenaga saja.93

Tetapi imam syafi’i berpendapat bahwa persekutuan orang yang

berperang sabil terhadap ghanimah tidak termasuk perkongsian atau syirkah.

Alasan imam malik dan imam syafi’i tidak membolehkan perkongsian yang

hanya bermodalkan kepercayaan orang saja (syirkah wujuh) ialah karena

perkongsian hanya dapat dengan modal atau dengan tenaga menurut mazhab 91 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 75 92 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 75 93 Ismuha, Pencaharian Bersama, Hlm. 75

Page 76: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

58

maliki. Sedang pada perkongsian kepercayaan itu kedua-dua hal ini tidak

ada. Sebaliknya abu hanifah berpendapat, bahwa pada perkongsian

kepercayaan pun ada tenaga yang diberikan oleh para peserta dan oleh

karenanya juga boleh.

G. Pencatatan Harta Peninggalan Menurut Teori Kemaslahatan dan

Dzari’ah

Menurut Satria, dalam hukum Islam ada istilah yang disebut kewajiban

untuk hiyazah al-Amal. Kata hiyazah berasal dari kata hawzun yang berarti

terkumpul atau sebidang tanah yang memakai sempadan yang jelas.94 Kata

hiyazah bila dihubungkan dengan al-Mal (harta) berarti mengumpulkan dan

menyisihkan harta serta memberikan batas-batas yang jelas. Dengan hiyazah

berarti harta seseorang tersisih dari harta orang lain dan tidak bercampur,

sehingga akan dapat diketahui batas dan jumlah harta miliknya.

Dengan mengetahui sempadan tanah miliknya dan milik orang lain,

akan dapat diketahui jika adanya pelanggaran hak dari pihak lain terhadap

haknya, dan sebaliknya ia sendiri dapat membatasi diri supaya tidak

mengambil hak bagian orang lain. Selain itu, hiyazat al-Mal juga akan

memudahkan untuk menyelesaikan harta warisan di saat pewaris meninggal.

tidak jelasnya batas dan jumlah harta yang ditinggalkan seseorang akan

mengakibatkan persengketaan di kalangan ahli waris.95

Dengan demikian, harta warisan yang tadinya diharapkan sebagai

rahmat bagi ahli waris dan sebagai suatu yang bisa mengingatkan seseorang

kepada orang yang meninggalkan harta itu. Dengan terjadinya sengketa, 94 Satria Effendi M. Zein,” Analisa Fiqh Terhadap Yurisprudensi Tentang Kewarisan”Dalam

Mimbar Hukum, No. 20 Tahun 1995, Hlm. 131 95 M. Syakroni, Konflik Harta, Hlm. 72

Page 77: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

59

akan merusak silaturrahim. Hal seperti ini sudah jelas bertentangan dengan

tujuan hukum kewarisan Islam. Hiyazat al-Mal bukan saja bermanfaat untuk

memudahkan penyelesaian harta warisan, soal jual beli, bertetangga, hibah,

sewa menyewa, wakaf dan lain sebagainya.

Dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, pada pasal 187 ayat 1

disebutkan: {1} bilamana pewaris meninggalkan harta peninggalan, maka

oleh pewaris dapat ditunjuk bebarapa orang sebagai pelaksana pembagian

harta warisan dengan tugas (a). Mencatat dalam suatu daftar harta

peninggalan, baik berupa harta bergerak maupun tidak bergerak yang

kemudian disahkan oleh para ahli waris yang bersangkutan, bila perlu

dinilai dengan harganya uang, (b). Menghitung jumlah pengeluaran untuk

kepentingan pewaris sesuai dengan pasala 175 ayat (1) sub a dan b dan c.96

Konsep hiyazat al-Mal dan pasal 187 ayat 1 sub a dan b Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia, dapat kita pahami bahwa perlu adanya

pencatatan harta peninggalan, guna menghindari pertikaian ketika akan

diadakan pembagian harta warisan. Namun bila diperhatikan dari aturan

yang mengatur ini, tidaklah bersifat memaksa dan mengikat sehingga

memberi peluang adanya kemudaratan yang akan ditimbulkan. Oleh karena

itu penulis merasa perlu untuk memandang pencatatan pembagian waris ini

ditelaah melalui ijtihad, salah satunya adalah dengan menggunakan teori

mashlahah. Secara etimologi, al-Mashlahah diartikan kebaikan,

kebermanfaatan, kepantasan, kelayakan, keselarasan, kepatuhan.97 Kata al-

96 Depag. Ri, Kompilasi Hukum Islam, Hlm. 95 97 Rasyad Hasaan Khalil, Tarikhu Al-Islami, Sejarah Legislasi Hukum Islam (Tt, T, Th) Cet Ii,

Terj,, Nadirsyah Hawari, Tarikhu Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam (Jakarta: Amza, 2010), Hlm 165

Page 78: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

60

mashlahah adakalanya dibenturkan kata al-Mufsadah dan ada juga kata al-

Madarrah, yang mengandung arti kerusakan. Secara terminologi,

memelihara dan mewujudkan tujuan hukum Islam (syariah) yang berupa

memelihara agama, jiwa, akal budi, keturunan dan harta kekayaan.98

Diantara tokoh-tokoh ulama pemikir muslim yang telah memperkenalkan

teori maslahah adalah Imam al-Syathibi dan Imam al-Ghazali.

Imam al-Syathibi menjelaskan teori mashlahah dengan karyanya,

al-Muwafaqat. Pemahaman Maqasid al-Syariah porsi yang cukup besar

dalam karya al-Syathibi. Sebab tidak satupun hukum Allah swt tidak

mempunyai tujuan membebankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan.

Perumusan tujuan syariat Islam bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan

umum, dengan cara menjadikan aturan hukum syariah yang paling utama

dan sekaligus menjadi shalihah li kulli al-Zaman wa al-Makan, untuk

kehidupan manusia yang adil, martabat dan maslahah. Berdasarkan teori ini,

pencatatan pembagian waris harta gono gini dapat diterima sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip, asas-asas dan tujuan dari hukum

syara’.

Memang dalam kitab-kitab fiqh klasik tidak ditemukan pembahasan

tentang pencatatan pembagian harta waris. hal ini boleh jadi karena pada

waktu kitab-kitab itu ditulis ditingkat amanah orang Islam relatif tinggi,

sehingga kemungkinan akan terjadinya penyimpangan terhadap pembagian

harta waris kepada ahli waris relatif kecil. sungguh demikian, sejak periode

98 Asmawi, Diskursus Teori Mashlahah , Makalaah Disampaikan Pada Forum Seminar Karya

Ilmiah Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 13 September 2009

Page 79: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

61

awal Islam, umat Islam sebenarnya sudah mengenal pencatatan dalam

transaksi (muamalah) berdasarkan al-Quran surat al-Baqarah ayat 282:99

$ yγ •ƒ r'≈ tƒ šÏ%©!$# (# þθ ãΖtΒ#u #sŒÎ) ΛäΖtƒ#y‰s? A øy‰Î/ #’n<Î) 9≅y_ r& ‘wΚ |¡•Β çνθç7 çF ò2$$sù 4 =çGõ3u‹ ø9 uρ öΝä3uΖ÷�−/ 7=Ï?$ Ÿ2 ÉΑô‰yè ø9 $$ Î/ 4

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu mencatatnya, dan hendaklah seorang pencatat itu di antara kamu mencatatkannya dengan benar...”.100

Pencatatan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi

pihak-pihak terkait agar tidak terjadi suatu yang dapat merugikan masing-

masing pihak. Selain itu, untuk memberikan jaminan terhadap pelaksanaan

pembagian waris, dapat juga digunakan pendekatan qaidah fiqhiyyah yakni

“sesuatu yang menentukan sempurna tidaknya suatu kewajiban maka

hukumnya wajib”. Penggunaan kaidah ini dalam pencatatan pembagian

waris bertitik tolak dari anggapan bahwa pencatatan pembagian waris

merupakan suatu aturan yang sengaja dibuat dalam rangka

menyempurnakan pelaksanaan pembagian waris. penyempurnaan ini

berkaitan erat dengan pelaksanaan pembagian waris sebagai bagian dari

syariat Islam yang sangat penting dalam rangka beribadah kepada Allah.

Karena tujuannya yang luhur itu, maka segala aturan yang dapat

menyempurnakan pelaksanaan pembagian waris wajib diadakan.101

99 Depag Ri, Al-Quran Dan Terjemahan, Hlm 23 100 Departeman Agama Ri, Al-Quran Dan Terjemahannya, Hlm. 59 101Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia Telaah Kompilasi Hukum Islam

(Yogyakarata: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2012), Hlm. 188

Page 80: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

62

Selain itu, pencatatan pembagian waris ini merupakan suatu langkah

pencegahan terhadap sesuatu yang akan menimbulkan kemufsadatan, hal ini

sesuai dengan salah satu metode hukum Islam yakni saad al-dzariaah.

Dzari’ah dari segi bahasa berarti jalan menuju sesuatu. Lebih khususnya

adalah sesuatu yang membawa pada perbuatan yang dilarang dan

mengandung kemadharatan. Akan tetapi pendapat ditentang oleh sebagian

ulama seperti Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang menyatakan bahwa dzari’ah

itu tidak hanya menyangkut sesuatu yang dilarang, tetapi ada juga yang

dianjurkan.102 Kata dzari’ah itu biasanya didahului dengan saddu yang

artinya menutup, maksudnya adalah menutup jalan terjadinya kerusakan.103

Dengan demikian dzari’ah terbagi kepada dua: Pertama, Saad adz-

Dzari’ah. Menurut Imam asy-Syatibi bahwa saad dzari’ah adalah

melaksanakan suatu suatu pekerjaan yang semula mengandung

kemaslahatan menuju pada suatu kerusakan (kemafsadatan). menurutnya

ada 3 kriteria yang menjadikan perbuatan itu dilarang,1). Perbuatan yang

tadinya boleh dilakukan itu mengandung kerusakan. 2). Kemafsadatan lebih

kuat dari pada kemaslahatan. 3). Perbutan yang dibolehkan oleh syara’ lebih

banyak mengandung usur kemafsadatannya.104 Kedua, fath adz dzari;ah.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan Imam al-Qarafi, mengatakan bahwa

dzariah itu ada dianjurkan dan bahkan diwajibkan seperti meninggalkan

segala aktifitas untuk melaksanakan shalat jum’at yang hukumnya wajib.

Akan tetapi Wahbah Zuhaili membantah pendapat ini dan mengatakan

102Rahcmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Hlm. 132 103 Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaruan Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),

Hlm. 220 104 Rahmat Syafe’i, Ilmu Ushul, Hlm. 132-133

Page 81: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

63

bahwa itu dikategorikan sebagai Muqaddimah (pendahuluan) dari sebuah

pekerjaan.

Dzariah dapat dibagi berdasarkan dua segi, yakni segi kualitas

kemafsadatan dan dari segei jenis kemafsadatan. dari segi kualitas

kemafsadatan, asy Syatibi membagi kepada empat macam: Pertama.

Perbuatan yang dilakukan tersebut membawa kemafsadatan yang pasti.

Kedua, perbuatan yang boleh dilakukan karena jarang mengandung

kemafsadatan. Ketiga, perbuatan yang dilakukan kemungkinan besar akan

membawa kemafsadatan. Keempat, perbuatan yang pada dasarnya boleh

dilakukan karena mengandung kemaslahatan, tetapi memungkinkan

kemafasadatan.105

Bila ditinjau dari segi kemafsadatan yang ditimbulkan, Ibnu Qayyim al-

Jauziyah membagi kepada dua, yakni perbuatan yang membawa kepada

suatu kemafsadatan dan perbuatan yang pada dasarnya dibolehkan atau

dianjurkan tetapi dijadikan sebagai jalan untuk melakukan suatu perbuatan

yang haram baik disengaja ataupun tidak. Dari kedua ini lebih dirincikan

lagi pembagiannya menjadi empat bentuk. Yakni. 1). Sengaja melakukan

perbuatan yang mafsadat. 2). Perbuatan yang pada dasarnya dibolehkan atau

dianjurkan tetapi dijalankan jalan untuk melakukan suatu perbuatan yang

haram baik sengaja atupun tidak. 3). Perbuatan yang hukumnya boleh dan

pelakunya tidak bertujuan untuk melakukan suatu kemafasadatan, tetapi

berakibat timbulnya suatu kemafasadatan. 4). Suatu pekerjaan yang pada

dasarnya dibolehkan tetapi adakalanya menimbulkan kemafsadatan.106

105 Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaruan, Hlm. 229 106 Rahcmat Syafe’i, Ilmu Ushul, Hlm. 133-135

Page 82: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

64

Seperti halnya pelaksanaan pembagian hartawaris gono gini ini, maka

untuk memberikan kepastian hukum untuk menjamin hak dari para ahli

waris serta memberikan keadilan kepada mereka, maka penulis mengira

perlu dilegalitaskannya aturan pencatatan pembagian waris sebagai saad

dzariah, mengingat bahwa tingginya pengaruh adat dan istiadat yang dianut

oleh masyarakat Indonesia yang menyebabkan pelaksanaan pembagian

waris ini tertunda, maka perbuatan yang menunda-nunda ini justru

memberikan peluang untuk tidak berkeadilan terhadap hak-hak manusia.

Maka pelegalitasan pencatatan harta waris gono gini merupakan langkah

untuk menghambat terjadinya kerusakan di kemudian hari. Teori saad

dzariah yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim mengindikasikan bahwa

selama perbuatan tersebut mengandung unsur kemafsadatan maka perbuatan

tersebut harus dihambat, salah satu yang dapat menghambat

ketidakterlaksanaanya pembagian waris ini adalah dengan adanya legalitas,

bentuk legalitas yang dimaksud disini berupa hukum tertulis.

Bentuk legalitas yang dimaksud disini bisa berupa surat otentik yang

dibuat atau dihadapan pejabat notaris ataupun bisa langsung melakukan

permohonan kepada pengadilan agama untuk melakukan penetapan ahli

waris sehingga bila nantinya pelaksanaan tersebut tidak berjalan, maka

pengadilan agama dapat melakukan eksekusi terhadap amar putusan yang

telah dikeluarkan. Bagi para ahli waris yang tidak memeliki kemampuan

ekonomi yang rendah, mengingat pembuatan surat otentik dari pejabat

notaris memerlukan biaya yang cukup besar, mereka dapat mengajukan

Page 83: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

65

surat permohonan kepada pengadilan agama agar dilaksanakan penetapan

tersebut dengan biaya yang bersifat Cuma-Cuma.

Legalitas yang ada saat ini masih bersifat hibauan atau pasif. Oleh

karena itu, perlu untuk segera dilegalitaskannya aturan pencatatan

pembagian waris ini. Selain itu, dengan adanya legalitas hukum ini akan

memberi dampak bahwa seseorang harus taat terhadap hukum yang telah

dibuat.

Prinsip ini menerangkan bahwa seseorang tidak akan boleh menghukum

seseorang hanya atas dasar kehendak hatinya, lebih jauh lagi, teks hukum

yang diterapkan sudah harus ada pada saat pelanggaran tersebut dilakukan.

Dengan kata lain, hukum tidak boleh diterapkan secara retroaktif. Hal ini

juga berarti bahwa hanya pelaku dan bukan orang lain yang boleh dikenakan

tanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan.107

Teori konstitusional Islam menyatakan dengan jelas prinsip pembatasan

kekuasaan negara di bawah kekuasaan hukum, maka dari itu, pemerintah

Islam harus menerapkan dan menegakkan syariah sehingga dengan

demikian bahwa tugas pemerintah adalah mengimplementasikan syariah.

Hal ini menjadi indikasi bagaimana Islam memberikan prioritas tinggi pada

kekuasaan hukum sehingga dengan demikian pembagian waris benar-benar

dapat terlaksana di masyarakat, sebab salah satu terjadinya penyimpangan

adalah ketidakadanya sanksi atau hukuman terhadap mereka yang

menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan. Prinsip ini

mengindikasikan bahwa hukum yang menimbulkan suatu kewajiban atau

107 Muhammad Hashim Kamali, Membumikan Syariah, Pergulatan Mengaktualkan Islam,

(Jakarta: Mizan Publika, 2008), Hlm. 236

Page 84: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

66

pelanggaran hanya bisa ditujukan kepada orang kompeten yang mampu

untuk memahaminya dan secara fisik memungkinkan baginya untuk taat

dengan hukum ketika ia mengetahuinya. Untuk memungkinkan warga tahu

akan suatu hukum maka teks hukum tersebut harus dipublikasikan dan

aksesnya dibuka kepada semua.108

Menurut Bambang Poernomo, bahwa terdapat empat macam sifat

ajaran yang dikandung oleh asas legalistas. Pertama, asas legalitas hukum

pidana yang bertitik berat pada perlindungan induvidu untuk memperoleh

kepastian dan persamaan hukum. Perlindungan induvidu diwujudkan

dengan adanya keharusan lebih dahulu untuk menentukan perbuatan pidana

dan pemindanaan dalam undang-undang. Kedua, asas legalitas hukum

pidana bertitik berat pada dasar dan tujuan pemidanaan agar dengan sanksi

pidana itu hukum pidana bermanfaat bagi masyarakat sehingga tidak ada

lagi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Ketiga, asas

legalitas hukum pidana bertitik berat tidak hanya pada ketentuan tentang

perbuatan pidana saja agar orang menghindari perbuatan tersebut, tetapi

juga pada ancaman pidananya, agar penguasa tidak sewenang-wenang

dalam manjatuhkan pidana. Keempat, asas legalitas hukum pidana bertitik

berat pada perlindungan hukum kepada negara dan masyarakat.109

Asas legalitas adalah istilah dalam hukum modern yang dipinjam oleh

hukum Islam karena prinsip yang mirip dengan itu ditemukan pula dalam

hukum Islam. Dalam hukum Islam pengertian asas legalitas adalah suatu

prinsip di mana suatu perbuatan baru dapat dianggap melanggar hukum jika

108 Muhammad Hashim Kamali, Membumikan Syariah, Hlm. 237 109 Eddy, O.S. Hiariej, Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum, Hlm. 18

Page 85: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

67

waktu peristiwa itu terjadi sudah ada peraturan yang melarang.110 Perlunya

legalitas dalam pembagian waris ini mengingat bahwa persoalan waris

merupakan salah satu dari lima kategori yang perlu dijaga dalam Islam

yakni harta selain dari agama, jiwa, keturunan dan akal. Menurut M. Shokry

El-Dakkak, asas legalitas dalam hukum Islam secara implisit terdapat dalam

al-Quran surat al-Isra’ ayat 15:

ÇΒ 3“ y‰tF ÷δ $# $ yϑΡÎ* sù “ωtGöκu‰ ϵš ø&uΖÏ9 ( tΒuρ ¨≅|Ê $ yϑΡÎ* sù ‘≅ÅÒ tƒ $ pκö� n=tæ 4 Ÿωuρ â‘ Ì“s?

×οu‘ Η# uρ u‘ ø— Íρ 3“ t� ÷zé& 3 $ tΒuρ $ ¨Ζä. t Î/Éj‹yè ãΒ 4 ®Lym y]yè ö6 tΡ Zωθ ß™u‘ ∩⊇∈∪

Siapa yang mengikuti petunjuk, maka perbuatan itu adalah untuk dirinya sendiri. Siapa yang berbuat salah, dirinya sendirilah yang akan menderita. Seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain. Kemi tidak menghukum sebelum kami mengutus seseorang rasul.111

Berdasarkan ayat tersebut, hukum Islam tidak hanya mengakui asas

legalitas, tetapi juga memberi dasar bagi asas pertanggungjawaban pribadi

dalam hukum pidana. Asas legalitas dalam al-Quran menyatakan bahwa

Allah tidak akan menghukum hambanya kecuali apabila telah sampai risalah

kepadanya melalui hambanya, kecuali apabila telah sampai risalah

kepadanya melalui para rasulnya yang memberikan peringatan tentang

adanya siksa apabila peraturannya tidak ditaati dan akan mendatangkan

nikmat apabila aturannya dipatuhi.112 Tuhan tidak menjatuhkan hukuman

kepada manusia sebelum memberitahukan kepada mereka melalui rasulnya,

maka mengikuti nash-nash di atas jelaslah bahwa dalam Islam tidak ada

kejahatan tanpa pemberitahuan jelas, dan tiada pidana tanpa

110 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kotemporer, (Jakarta: Kencana, 2004),

Hlm. 266-267 111 Departeman Agama Ri, Al-Quran Dan Terjemahannya, Hlm. 386 112 Eddy, O.S. Hiariej, Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum, Hlm. 12-13

Page 86: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

68

pemberitahuan.113 Dalam kaidah fiqh ditegaskan pula bahwa “tidak ada

hukum bagi perbuatan sebelum adanya aturan”, serta “hukum asal

sesuatu itu adalah boleh sampai datang petunjuk yang melarangnya”

113 Topo Santoso, Mengagas Hukum Pidana Islam, (Bandung: Asy Syaamil Press & Grafika,

2001), Hlm. 114

Page 87: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

69

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma menentukan pandangan dunia peneliti.1 Sehingga paradigma yang

digunakan dalam penelitian ini adalah naturalistik paradigm atau paradigma

alamiah. Penelitian ini memang terjadi secara alamiah, dalam situasi normal yang

tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya.2 Menurut Cik Hasan Bisri, paradigma

naturalistik juga tepat sebagai model penelitian fiqih.3

Paradigma alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis. Fenomenologis

berusaha memahami prilaku manusia dari segi kerangka berfikir maupun bertindak,

atau senantiasa masuk ke dalam dunia konseptual para manusia pelaku yang

menjadi subjek peneliti.4 Sebab apa yang tampak di permukaan (tingkah laku)

sesungguhnya pantulan dari dunia ide atau makna yang tersembunyi di bagian

dalam, maka untuk memahaminya diperlukan penghayatan.5

B. Jenis penelitian

Dilihat dari jenisnya penelitian ini adalah penelitian pengembangan dari

penelitian sebelumnya yakni skripsi peneliti dengan judul akibat penundaan

pembagian waris. Oleh karena itu, dalam hal ini penelitian ini menggunakan

penelitian field research (penelitian lapangan), yang mana penelitian ini menitik

1 K, Denzin Dan Yunonns S.Linconln, Handbook Of Qualitative Research (Terj) Darianato (Jakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), Hlm. 123 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Hlm. 12 3 Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Fiqih, Cet 1 (Bogor: Kencana, 2003), Hlm 24 4 Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Dan Aplikasi, (Malang: YA3 Malang, 1990), Hlm.

13 5 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001),Hlm. 59

Page 88: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

70

beratkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang ditentukan.6 Penelitian

lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai metode untuk

mengumpulkan data kualitatif, yang dimaksudkan untuk mempelajari secara

mendalam mengenai suatu cara unit sosial tersebut.

Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan secara

langsung di mana objek yang diteliti yaitu Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang,

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pembahasan yakni “Asas

Legalitas Dalam Pembagian Harta Waris Gono Gini Sebagai upaya pencegahan

tercampurnya harta waris terhadap perkawinan bagi duda/janda mati.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Penggunaan metode kualitatif dilakukan karena metode ini lebih mudah untuk

menyesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, selain itu, metode ini

juga menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan

informan, dan metode ini juga lebih peka dan dapat cepat menyesuaikan diri

dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi.

Penelitian yang menggunakan perspektif kualitatif lebih memusatkan diri untuk

memahami persepsi individu mengenai dunia, dan berupaya mencari wawasan.7

Alasan peneliti memilih pendekatan kualitatif ini dikarenakan data-data yang

dibutuhkan berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu dikuantifikasikan.

Dalam hal ini, mendapatkan data yang akurat dan otentik, dikarenakan peneliti

langsung mewancarai dan berdialog dengan informan. Kemudian peneliti

6Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian, Hlm. 50 7Judith Belib, Melakukan Proyek Penelitian Secara Mandiri, Cet. IV (Jakarta: PT Indeks, 2006), Hlm. 4

Page 89: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

71

mendeskripsikan tentang objek yang diteliti secara sistematis dan mencatat semua

hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti yaitu asas legalitas dalam pembagian

harta waris gono gini sebagai upaya pencegahan tercampurnya harta waris terhadap

perkawinan bagi duda/janda mati.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pandangan pakar hukum dan ulama terhadap asas legalitas

dalam pembagian harta waris gono gini sebagai upaya pencegahan tercampurnya

harta waris terhadap perkawinan duda/janda mati dilakukan di Kota Malang. Hal ini

dikarenakan Kota Malang merupakan Kota yang mempunyai masyarakat yang

heterogen dan agamis yang ditampakkan dengan tumbuhnya pondok pesantren

ditengah masyarakat. Selain itu, kota ini merupakan basis pendidikan yang cukup

tinggi dengan adanya berbagai macam perguruan tinggi yang dapat memberikan

warna pemikiran terhadap para ilmuan dan masyarakatnya serta ada sebagian dari

masyarakat muslim yang ada di Kota Malang yang berstatus duda/janda mati,

melakukan perkawinan tanpa disyaratkan adanya surat keterangan pembagian

waris.

E. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif lebih banyak ditunjukkan pada pembentukan toeri subtantif berdasarkan

konsep-konsep yang timbul dari data empiris.8 Dalam penilitian kualitatif, biasanya

menggunakan diri mereka sebagai instrument, mengikuti asumsi-asumsi kultural

sekaligus mengikuti data. Konsekuensi dari pendekatan ini adalah metode kualitatif

8Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan (Jakrata: Bumi Aksara, 2006), Hlm. 91-92

Page 90: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

72

par excellence merupakan observasi parispatoris (pengamatan terlibat).9 Dalam

melakukan penelitian ini, peneliti turun sendiri kelapangan untuk mewawancarai

informan sehingga diharapkan data yang dihasilkan nantinya benar-benar sesuai

dengan harapan peneliti.

F. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, yaitu

perilaku masyarakat melalui penelitian.10 Data yang diperoleh , berupa hasil

wawancara dengan orang-orang yang berhubungan dengan penelitian ini yakni

Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang. Pakar Hukum disini adalah Para

Akademisi Perguruan Tinggi yang ada kaitan keilmuannya terhadap

permasalahan yang diteliti yakni Ustad Kasuwi Suaiban, Ustad Zaenul Mahmudi

dan juga praktisi hukum dalam hal ini menjabat sebagai hakim di Pengadilan

Agama, mereka adalah bapak Drs. Munasik, M.H dan bapak Dr. M. Faisal

Hasanuddin, S.H, M.H. Sedangkan ulama disini adalah pemuka agama atau

pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing

umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari

yang diperlukan baik dari sisi keagamaan, pendidikan maupun sosial

kemasyarakatan.11 Yakni, KH Chamzawi, KH Abdullah Hasyim, Dr. Isroqun

najah dan Dr. Saad ibrahim

9Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian: Kualitatif Dan Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), Hlm. 11 10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian, Hlm. 112 11 Http://Www.Artikel.Majlisasmanabawi.Net/Kamus-Spiritual/Arti-Ulama-Pengertian-Ulama

Page 91: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

73

Adapun kualifikasi keilmuan mereka sebagai informan adalah:

1) KH. Chamzawi, dalam struktur kepengurusan PCNU Malang, menduduki

jabatan Rois Syuriah NU. Selain itu, beliau juga menjadi Ketua Komisi

Fatwa MUI Kota Malang. Pendidikan terakhir KH. Chamzawi adalah

Pascasarjana Program Magister Hukum Islam di UNISMA Malang, dan

merupakan dewan kyai di Pondok Pesantren Ma’had Ali UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang.

2) Dr. Isroqun Najah, beliau merupakan ulama nahdatul ulama, beliau

merupakan pengurus ma’had ali kampus UIN malang, selain itu beliau juga

pengajar di UIN malang dan beliau adalah ketua HIPPSI kota malang.

Beliau juga pengajar di pondok pesantren nurul huda mergosono yang

diasuh oleh ayah beliau sendiri.

3) Ustad Saad Ibrahim, beliau merupakan pengajar di fakultas syariah dan

pascasarjana uin malang, selain itu beliau merupakan anggota dari tarjih

muhammadiyah kota malang. Selain itu beliau juga aktif memberikan

pengajian umum di kota malang.

4) KH. Abdullah Hasyim adalah penasehat sekaligus tim ahli majelis Tarjih

dan Tajdid Muhammadiyah. Pendidikan tinggi yang ditempuhnya adalah

Fakultas Tarbiyah STAIN Malang. Kini, beliau menjabat sebagai pengasuh

Pondok Pesantren Program Pendidikan Ulama Tarjih

5) Ustad Kasuwi Suaiban, beliau merupakan pengajar di berbagai universitas

seperti Pascasarjanah UIN Malang dan Universitas Merdeka Malang. dan

juga merupakan anggota MUI Kota Malang. Beliau mempunyai beberapa

Page 92: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

74

buah karya ilmiah berbentuk buku, diantaranya membahas tentang hukum

waris dan metodologi hukum Islam.

6) Ustad Zaenul Mahmudi, beliau merupakan staf dan pengajar di UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang sejak tahun 1999, beliau lulusan

Pascasarjana/ S2 di UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2009 dan lulusan

S3 di IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2012. Saat ini beliau mengajarkan

hukum faraid atau hukum waris di Fakultas Syariah UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

7) Drs. Munasik, M.H, beliau merupakan praktisi hukum yang saat ini

menjabat sebagai hakim di Pengadilan Agama Kota Malang. Beliau

diangkat manjadi hakim pada tahun 1994 sampai saat ini, artinya beliau

telah menjabat sebagai hakim pengadilan agama selama 19 tahun.

8) Dr. H. Muhammad Faisal Hasanuddin, S.H, M.H, beliau juga seorang

praktisi hukum yang saat ini menjabat sebagai hakim di Pengadilan Agama

Kota Malang. Beliau menjabat sebagai hakim selama 19 tahun dimana

beliau diangkat menjadi hakim pada tahun 1994.

Berdasarkan keterangan diatas, peneliti mengganggap bahwa mereka pantas

untuk menjadi nara sumber terhadap penelitian yang akan dilakukan.

b) Data Sekunder

Sumber sekunder ialah data-data yang diperoleh dari sumber kedua dan

merupakan pelengkap dari data utama atau primer.12 Dalam hal ini yang menjadi

12Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya:

Airlangga Universitypress, 2001), Hlm 129

Page 93: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

75

data sekunder adalah berupa undang-undang, buku, karya ilmiah dan literatur

lain serta informasi-informasi yang berkaitan dengan topik penelitian

G. Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti sebagai berikut:

a) Wawancara

Yaitu suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh

informasi.13 Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

menyebabkan defenisi interview mengalami perubahan dan penyempurnaan,

dimana proses tanya-jawab dapat dilakukan dalam jarak jauh.14 Dalam hal ini,

ada kontak hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data.

Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,

secara tidak langsung biasanya peneliti memberi pertanyaan kepada responden

melalui telephone dan lain-lainnya. sedangkan secara langsung dilakukan

dengan cara “face to face” (bertemu langsung).

Metode ini dipergunakan untuk mendata hal-hal yang berkenaan dengan

penelitian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam

suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Jenis wawancara

yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur.15 Dimana peneliti

akan mewawancarai Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang, dalam proses

wawancara ini peneliti menfokuskan untuk memperoleh data berupa pandangan

mereka tentang Asas Legalitas Dalam Pembagian Harta Waris gono gini Sebagai

13S. Nasution, Metode Research, Hlm. 113 14Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis, Hlm. 88 15 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghimia Indonesia, 2003), Hlm. 193-194

Page 94: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

76

upaya pencegahan tercampurnya harta waris terhadap Perkawinan Bagi

Duda/Janda Mati.

b) Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk membaca atau

mempelajari catatan atau dokumen, buku dan semacamnya yang berkaitan

dengan pendangan para Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang terhadap Asas

Legalitas Dalam Pembagian Harta Waris Sebagai upaya pencegahan

tercampurnya harta waris gono gini terhadap Perkawinan Bagi Duda/Janda Mati.

Sedangkan obyeknya sebagian besar adalah benda mati.16 Dalam proses ini

peneliti menggunakan foto-foto, rekaman wawancara, tulisan-tulisan wawancara

dan buku-buku yang digunakan untuk mencari data.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan melalui

dokumentasi dan wawancara selanjutnya diolah dan disusun melalui beberapa tahap

untuk menyimpulkan ke dalam sebuah analisis yang tepat. Tahapan-tahapan

pengolahan dan analisis data yang peneliti lakukan yaitu:

a) Pengeditan

Pengeditan merupakan tahapan pertama yang peneliti lakukan dalam proses

pengolahan data ini. Dalam tahapan ini, peneliti melihat kembali data hasil

wawancara dengan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui lengkap dan tidaknya data yang sebelumnya telah peneliti

16Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarata: Rineka Cipta, 2006), Hlm. 231

Page 95: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

77

peroleh untuk mengetahui apakah masih ada hal-hal yang belum dimengerti dari

data tersebut.

b) Klasifikasi

Peneliti melakukan pengelompokkan seluruh data-data penelitian, baik data

yang diperoleh dari hasil observasi maupun data hasil wawancara dengan Pakar

Hukum dan Ulama Kota Malang berdasarkan kategori tertentu, sehingga data

yang diperoleh benar-benar memuat permasalahan yang ada. Selanjutnya

peneliti mengelompokkan data tersebut berdasarkan rumusan masalah.

c) Analisis

Peneliti melakukan analisis data-data penelitian dengan tujuan agar data

yang telah diperoleh bisa lebih mudah untuk dipahami. Adapun analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu

analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata

atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh

kesimpulan, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh gambaran yang jelas

mengenai pendangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang terhadap Asas

Legalitas Dalam Pembagian Harta Waris Gono Gini Sebagai upaya pencegahan

tercampurnya harta waris terhadap Perkawinan Bagi Duda/Janda Mati.

d) Kesimpulan

Tahapan terakhir adalah kesimpulan. Pada tahapan ini peneliti menemukan

jawaban dari hasil penelitian. Selanjutnya peneliti membuat kesimpulan yang

kemudian menghasilkan gambaran secara ringkas, jelas dan tepat tentang

analisis terhadap pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang mengenai

Page 96: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

78

Asas Legalitas Dalam Pembagian Harta Waris Gono Gini sebagai upaya

pencegahan tercampurnya harta waris terhadap Perkawinan Bagi Duda/Janda

Mati.

I. Pengecekan Pengesahan Data

Dalam pengecekan keabsahan data, penelitian ini menggunakan tehnik

triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagian data dan pembadingan

terhadap data dari sumber lain.17 Jadi triangulasi dilakukan dengan cara

membandingkan dan mengecek suatu informasi yang diperoleh dari informan yang

satu ke informan lainnya.

Dalam memperoleh kevaliditasan data dengan tehnik triangulasi, Peneliti

melakukan dengan cara:

a) Mengajukan berbagai pertanyaan kepada nara sumber terkait data yang telah

diperoleh berupa fenomena-fenomena yang terjadi dimasyarakat serta

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan substansi yang akan diteliti.

b) Mengeceknya dengan berbagai sumber data

c) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan keabsahan data dilakukan.

Pada intinya, terkait dengan hal ini peneliti berusaha mengecek ulang hasil

penelitian dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau

teori.

17M.B Miles & A.M Hubermen, An Ekpended Source Book Qualitatif Data Analisys, Analisis Data

Kualitatif, Tej. Tjejep R. Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), Hlm. 330

Page 97: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

79

J. Analisis Data

Analisa data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.18 Dalam hal ini peneliti memakai analisis data kualitatif miles dan huberman.

Sebagaimana gambar diagram di bawah ini, diagram ini merupakan bentuk analisis

data model alir dari Miles dan Huberman:19

Gambar 3.1 Model Analisis Alir Miles Dan Huberman

Masa Pengumpulan Data

----------------------------------------------------- REDUKSI DATA

Adaptasi Selama Pasca

PENYAJIAN DATA

Selama Pasca

PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI

Selama Pasca

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang

muncul di lapangan.20 Dengan kata lain reduksi data adalah proses penyederhanaan

data, memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data 18Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet VII, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Hlm. 248 19 Matthew B. Miles, A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, ( Jakarta: UI-Press, 1992), Hlm. 18 20Tjetep R.R, Analisis Data Kualitatif, Terjemah (Jakarta: UI Press, 1992), Hlm. 16

A

N

A

L

I

S

I

S

Page 98: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

80

dalam penelitian kualitatif berlangsung secara simultan selama proses pengumpulan

data berlangsung. Baik dalam bentuk ringkasan, mengkode, menelusuri tema dan

membuat gugus-gugus. Dalam penelitian kualitatif, reduksi data merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari analisis data. Pada dasarnya analisis data merupakan data

melalui tahapan: kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian

hubungan antar data yang secara sprsifik tentang hubungan antar peubah.21

Dalam hal ini, data tersebut berbentuk wawancara yakni pandangan Pakar

Hukum dari Perguruan Tinggi dan Instansi Hukum di Kota Malang dan pandangan

Ulama yang mengasuh pondok pesantren yang selalu mengayomi masyarakat serta

MUI Kota Malang. Dari setiap pandangan tersebut dipisahkan sesuai dengan

kategorisasi pemahaman tentang asas legalitas dalam pembagian harta waris gono

gini, kemudian dipilah lagi sesuai dengan pandangan yang sama.

Dalam penyajian data, penulis berusaha untuk memecahkan permasalahan

yang tertuang dalam rumusan masalah dengan menggunakan analisis data deskriptif

kualitatif, yaitu menggambarkan suatu keadaan atau status fenomena, dalam hal ini

berupa pandangan informan tentang asas legalitas dalam pembagian harta waris

gono gini di Kota Malang dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan

menurut kategori tertentu untuk memperoleh kesimpulan berupa pandangan

informan terhadap asas legalitas dalam pembagian harta waris gono gini dan

pandangan informan terhadap surat keterangan pembagian waris sebagai syarat

perkawinan bagi duda/janda cerai mati.22

21Cik Hasan Bisri, Penuntutan Penyusunan Rencana Penelitian (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003),

Hlm. 66 22Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Hlm. 23

Page 99: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

81

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

Dalam Islam, waktu pembagian harta waris berawal sejak wafatnya si pewaris,

petunjuk ini dapat dipahami dari maksud surat an-Nisa’ ayat 11, 12 dan 176.

Menurut adat kebiasaan di Indonesia sebagian masyarakat Islam menyelesaikan

pembagian harta waris setelah peringatan hari kematian yang ke tujuh, empat puluh

dan yang seratus hari. Dengan pertimbangan pada waktu itu diharapkan ahli waris

dapat berkumpul ditempat pewaris. Dalam Islam adat kebiasan dikenal dengan istilah

‘urf, ‘urf adalah kebiasaan mayoritas kaum baik dalam perkataan atau perbuatan.1

Dari segi keabsahannya dari pandangan syara’, ‘urf terbagi dua yaitu: al-‘Urf al-

Shahih (kebiasaan yang shahih) dimana kebiasaan yang berlaku ditengah-tengah

masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash, tidak menghilangkan kemaslahatan

mereka, dan tidak pula membawa madarat kepada mereka. dan al-‘Urf al-Fasid

(kebiasaan yang dianggap rusak) dimana kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-

dalil syara’.2

Kebiasaan seperti ini tidak terlalu menjadi persoalan selama harta tersebut tidak

tercampur dengan harta orang lain. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya,

terjadinya konflik antar ahli waris bahkan tercampurnya harta ahli waris yang dahulu

dengan harta ahli waris yang baru disebabkan adanya hubungan pernikahan yang

baru, menyebabkan ketidakjelasan bagian dari harta. Kebiasaan ini menjadi suatu

yang lumrah dan menjadi suatu momok atau aib jika permasalahan ini dikemukakan

1 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Hlm. 138 2 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Hlm. 141

Page 100: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

82

di tengah masyarakat. Anggapan rakus, durhaka atau anggapan negatif akan

menyelubungi ahli waris yang menuntut haknya dari salah seorang dari orang tua

mereka yang masih hidup. Padahal ini merupakan ketentuan allah yang sudah

seharusnya sebagai hamba yang beriman untuk melaksanakannya.

Negara yang menjadi pelindung bagi warga negaranya dari tindakan yang

merugikan warganya harus turut andil untuk mencegah perbuatan ini dengan

memberikan aturan yang penerapannya benar-benar dapat direalisasikan. Selama ini

peraturan yang ada hanya bersifat himbauan, maka apakah perlu untuk

melegislasikan aturan yang baru agar benar-benar penerapan pembagian waris ini

terlaksana dengan baik. Dalam hal ini menurut pakar hukum dan ulama Kota Malang

memiliki pendapat yang beragam.

Dibawah ini merupakan argumentasi dari para informan terkait persoalan yang

telah dikemukakan. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan yaitu: Pertama,

bagaimana Pandangan Pakar Hukum Dan Ulama Kota Malang Terhadap Asas

Legalitas Pada Pembagian Harta Waris Gono Gini. Kedua, bagaimana Pandangan

Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap Surat Keterangan Pembagian Harta

Waris Gono Gini Sebagai Syarat Perkawinan Bagi Duda/Janda Cerai Mati.

1. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap Asas Legalitas

Pada Pembagian Harta Gono Gini.

Harta merupakan salah satu ensesial dalam kehidupan, oleh karena itu ia

menjadi salah satu dari lima bentuk yang menjadi kebutuhan dharuriyah. Dalam

Islam harta merupakan amanah yang diberikan Allah kepada manusia, apakah itu

berbentuk makhluk hidup maupun benda mati. Oleh karena itu, harta merupakan

Page 101: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

83

hak milik yang dilindungi. Dalam kewarisan Islam, harta sangat menjadi prioritas

yang mesti dilindungi bahkan hal ini menjadi rawan ketika harta itu terdapat hak

yang juga dimiliki oleh sesama saudara atau keluarga seperti halnya harta waris

gono gini sehingga pelaksanaannya menjadi sebuah permasalahan sendiri.

Maka untuk menfokuskan penelitian ini, maka peneliti akan membagi kepada

beberapa sub bab yang akan dibahas agar memperoleh penjelasan yang lebih

konkrit terhadap tema besar dari bab ini

a. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap

Pelaksanaan Pembagian Harta Waris Gono Gini

Menurut kyai Chamzawi, dia mengatakan3:

Pembagian waris dari harta gono goni didasari pada tanggung jawab dan jasa yang telah diberikan oleh suami istri. Apabila harta sudah dibagi, maka otomatis hak dari ahli waris sudah bisa ditetapkan dan ini harus dilaksanakan, sebab apabila ditunda akan menimbulkan konflik dikemudian hari. Apa yang terjadi di masyarakat pelaksanaan ini tidak berjalan dengan baik, hanya sebagian kecil yang melaksanakannya. Hal ini mungkin disebabkan kepada ketidak tahuan mereka atau memang kebiasaan-kebiasaan yang mereka ketahui tidak menjalankan aturan tersebut seperti adat istiadat setempat

Begitu juga menurut Bapak Zainal Mahmudi, beliau mengatakan4:

Pada prinsipnya, harta waris yang akan dibagi itu harus terlebih dahulu dibersihkan dari hak-haknya. Mana harta waris dan mana pula harta milik dari haknya ahli waris. seperti itu juga terhadap harta gono gini, harus jelas mana harta suami dan mana harta istri. apabila harta gono gini ini telah jelas maka otomatis dapatlah diketahui mana harta yang akan diwarisi tersebut, kemudian pelaksanaannya harus disegerakan, sebab banyaknya terjadi konflik disebabkan tertundanya pelaksanaan pembagian waris ini, adakalanya harta itu habis dijual dan adakalanya ahli warisnya meninggal dunia sementara harta belum dibagi yang dikhawatirkan keluarga dari ahli waris yang meninggal tidak mendapatkan atau berkurang dari bagian haknya. Dan ini banyak terjadi ditengah masyarakat kita sendiri.

3 Chamzawi, Wawancara, Malang, 15 Mei 2013 4 Zainal Mahmudi, Wawacara, Malang, 25 April 2013

Page 102: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

84

KH Abdullah Hasyim yang juga tidak terlalu berbeda pendapat,

mengatakan5:

Dari beberapa pengalaman saya terhadap kasus kewarisan yang saya hadapi, maka sesungguhnya orang Islam itu harus konsekuen, maksudnya adalah apabila ada pewaris yang telah meninggal dunia, maka harta waris itu harus segera dilaksanakan pembagiannya, sebab bisa saja dalam waktu dua menit setelah pewaris meninggal ahli warisnya pun juga bisa meninggal, sedangkan pembagian harta waris belum dibagi maka ini akan menimbulkan konflik antar ahli waris, sehingga bila kita benar-benar konsekuen, seharusnya sebelum mayat itu dikuburkan harta itu telah dibagi kepada ahli warisnya. Apa yang terjadi saat ini, mayoritas umat Islam tidak konsekuen terhadap aturan yang telah diatur oleh hukum Islam.

Ketiga pendapat tersebut mewakili dari pendapat informan yang lain yang

tidak berbeda sama sekali. Intinya adalah bahwa pelaksanaan pembagian harta

waris gono gini yang terjadi saat ini tidak terealisasi dengan baik sehingga

menimbulkan dampak negatif seperti kerancuan bagian harta waris untuk ahli

waris, rusaknya tali silaturrahmi antar sesama ahli waris. Penyebab terjadinya

hal seperti ini difaktori antara lain dari segi budaya, emosi dalam bentuk etika

dan moral ataupun prilaku dari salah seorang ahli waris yang memang tidak

baik. Selain itu, mereka berpendapat bahwa harta dalam Islam terutama harta

waris merupakan sesuatu yang harus dijaga dan diberikan kepada hak

pemiliknya sekalipun memiliki hubungan darah atau keluarga, mereka tidak

berhak untuk merampas hak saudaranya. Seperti halnya harta gono gini dimana

saat salah seorang pasangan suami istri meninggal maka pada saat itu harta

gono gini tersebut harus dibagi agar tidak menimbulkan kemudharatan baik

bagi ahli waris pada saat itu dan waktu yang akan datang.

5 Abdullah Hasyim, Wawancara, Malang, 9 Juni 2013

Page 103: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

85

b. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Mengenai Asas

Legalitas Terhadap Pelaksanaan Pembagian Waris Harta Gono Gini

Sebagai mana penjelasan pada sub di atas dimana pelaksanaan pembagian

harta waris gono gini tidak terlaksana dengan baik, bahkan sudah banyak

terjadi konflik yang tentunya tidak hanya memperkeruh berapa bagian harta

melainkan juga akan berdampak pada rusaknya tali silaturrahmi antara sesama

keluarga. Untuk itu bagaimana solusi yang diharapkan agar pelaksanaan

pembagian waris benar-benar terlaksana, terutama dalam hal ini berkaitan

dengan harta yang merupakan salah satu dari lima esensi kehidupan. Sehingga

apakah perlu untuk melegalitaskan aturan terhadap pelaksanaan pembagian

waris mengingat aturan yang ada sekarang masih bersifat himbaun.

Dalam hal ini, menurut pak Zainal Mahmudi mengatakan6:

Saya setuju dengan adanya legalitas, ini merupakan kepastian hukum. Namun sebaiknya jika orang tersebut baik seperti orang dahulu yang tidak materealistis dapat dilakukan dengan musyawarah. Namun Adanya legalitas ini untuk melindungi mereka yang dirugikan sehingga mereka dapat menuntut jika mereka dirugikan. Ini lebih baik dan lebih maslahah. Tanpa adanya legalitas, maka pelaksanaan tidak berjalan. dengan adanya sanksi tentu akan memantapkan pelaksanaan pembagian ini. Seperti mahkamah syariah yang juga menangani pidana ringan.. Kalau tidak salah, Pasal 2 UU No 3 Tahun 2006 sudah memberikan peluang kedepan bahwa PA dapat mempidana perkara tertentu karena disebutkan pada pasal tersebut bahwa kehakiman mempunyai kewenangan untuk memberikan keadilan dalam penyelesaian perkara tertentu, padahal sebelumnya UU No. 7 tahun 1989 dimana kata tersebut hanya berbunyi “masalah perkara perdata tertentu”.ini berarti telah ada perubahan makna dan maksud sehingga ini dapat dijadikan pijakan bagi hakim PA kedepannya untuk dapat menyelesaikan perkara pidana.

6 Zinal Mahmudi, Wawancara, Malang, 25 April 2013

Page 104: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

86

Sedangkan menurut pendapat Bapak Kyai Abdullah Hasyim mengatakan,7

Pelaksanaan pembagian harta waris sebaiknya dibuatkan suatu aturan yang lebih mengikat sehingga jika ada ahli waris merasa dicurangi dengan sikap ahli waris yang lain maka aturan ini dapat dijadikan pijakan hukum. Aturan yang ada saa ini masih kurang dari yang diharapkan sebab hukum ini masih dari hukum belanda. Sedangkan kehidupan dan perkembangan masyarakat selalu berubah. Maka perlu diadakan suatu aturan yang mengikat bahkan sudah memasukkan ke tingkat perkara pidana. Sehingga pelaksanaan kewarisan dapat terlaksana dengan baik. Sebab selama ini, adat selalu menjadi faktor tidak terlaksananya ketentuan allah ini, dengan adanya legalitas maka masyarakat akan dipaksa untuk melaksanakannya karena memang dari awal ini merupakan perintah allah yang wajib dilaksanakan.

Pendapat yang juga semakna diutarakan oleh Bapak Kasuwi Saiban, beliau

mengatakanap8:

Saya kira perlu untuk melegalitaskan aturan tentang pelaksanaan pembagian waris, sebab aturan yang ada saat ini baru hanya kompilasi hukum Islam (KHI) yang masih ada yang merinci persoalan waris dan itupun harus diamandemenkan mengingat KHI itu merupakah produk hukum yang sudah lama. Mengingat bahwa masyarakat kita sekarang sudah cerdas, karena faktor yang terbesar menghambat pelaksanaan ini adalah disebabkan berbenturnya dengan adat istiadat daerah setempat, sehingga dengan adanya aturan yang telah dilegaltaskan ini nantinya akan memberi daya paksa kepada umat Islam untuk menjalankan pembagian waris ini, akan tetapi aturan yang dibuat nantinya hendaknya menggabungkan kearifan lokal dengan undang-undang formal sehingga benar-benar menyentuh aspek sosial dan hukumnya.

Selain itu, Bapak Saad Ibrahim juga memberikan tanggapan terhadap

persoalan ini, beliau mengatakan9:

Ya ini perlu, bahkan bagi mereka yang tidak melaksanakannya harus diberi aturan yang memaksa. Sebab ini perkara yang menyangkut hutang piutang, harta yang belum dibagi itu kan masih berada ditangan orang tua mereka sehingga secara tidak langsung orang tua mereka menggunakan harta tersebut berarti meraka mempunyai hutang terhadap ahli waris lainnya. Apabila harta tersebut habis atau hilang maka orang tua mereka harus bertanggung jawab, oleh sebab itu pelaksanaan pembagian waris harus dilegalitaskan secepat mungkin mengingat banyaknya persoalan seperti ini di tengah masyarakat.

7 Abdullah Hasyim, Wawancara, Malang, 9 Juni 2013 8 Kasuwi Saiban, Wawancara, Malang, 28 April 2013 9 Saad Ibrahim, Wawancara, Malang, 8 Juni 2013

Page 105: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

87

Hal yang senada juga diutarakan oleh Kyai Chamzawi, beliau

mengatakan10:

Negara kita adalah negara yang pelaksanaan aturannya yang masih lemah, menurut saya ini perlu, cuman aturan yang memaksanya belum ada. Seperti hal zina, tidak ada hukum yang mengaturnya. Maka perlu ini untuk dibentuk. Sebab dengan adanya kematian maka akan ada hak ahli waris. Hukum perdata ini yang diharapkan dapat dapat direalisasikan dan mereka yang melanggar akan mendapat efek jera. Namun apakah ada yang berani menuntutnya. Jika ada pihak yang dirugikan maka silahkan menuntut tapi adat yang kuat akan membuatnya dicerca oleh masyarakat yang memanag teguh adat istiadat yang ada. Oleh karena itu, aturan ini harus segera dilegalitaskan sehingga tidak perlu lagi untuk melakukan pengajuan atau tuntutan tapi sudah diatur oleh aturan yang memaksa seseorang untuk melaksanakan pembagian waris ini. Biasanya orang agama itu takut akan siksaan neraka sebab mereka akan ditanya tentang hartanya, sehingga mereka mau melaksanakannya. Ini sangat perlu, karena itu merupakan kepastian hukum bagi ahli waris. bahkan dengan menotariskannya akan lebih bagus lagi demi menghindari persoalan dibelakang hari.

Pendapat yang senada juga disampaikan juga oleh Gus Is, beliau

mengatakan11:

Memberikan legalitas dalam persoalan pelaksanaan waris ini memang perlu, akan tetapi tentu tidak semudah itu diterapkan maka perlu dilakukan secara bertahap yang dimulai dengan mensosialisasikan aturan ini sehingga nantinya masyarakat sudah mengetahui dan memahaminya, hal ini mengingat bahwa persoalan harta memang menjadi kendala sampai saat ini, aturan sendiri di KHI masih defenitif terhadap persoalan pelaksanaan waris ini, hanya menyebutkan di pasal 188 bahwa ahli waris dapat mengajukan permintaan pembagian waris ke pengadilan akan tetapi kebanyakan mereka menjaga nama keluarga, kesopanan pada orang tua padahal mereka sebenarnya ingin menggunakan harta tersebut. Kasus-kasus yang terjadi sekarang ini akibat harta waris yang ditunda pembagiannya menyebabkan antar saudara saling mendzolimi dan silaturrahmi diantara mereka menjadi buruk, maka menurut saya bahwa legalitas ini memang perlu tapi dengan cara bertahap dulu.

10 Chamzawi, Wawancara, Malang, 15 Mei 2013 11 Isroqun Najah, Wawancara, Malang, 14 Juni 2013

Page 106: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

88

Kemudian Bapak Munasik juga menanggapi persoalan ini, beliau

mengatakan:

Bagi kami para hakim tentu melihat dari segi aturan yang dipedomani oleh kami, dalam hal ini persoalan waris memang harus dilegalitaskan mengingat bahwa pelaksanaan pembagian waris dari harta gono gini terbentur oleh adat atau kebiasaan setempat yang juga dipengaruhi oleh emosi berupa sikap negatif bagi mereka yang menuntut pembagian harta waris tersebut. Padahal itu telah diatur dalam aturan bahwa pengadilan agama menerima permohonan untuk menetapkan bagian waris yang diterima oleh ahli waris bahkan jika dari segi ekonomi jika pemohon tersebut memiliki harta yang sedikit dapat mengajukan permohonan biaya perkara secara Cuma-Cuma.12

Pendapat di atas juga tidak berbeda dengan pendapat Bapak Faisal, beliau

mengatakan:

Legalitas disini bermakna adanya regulasi tentang pelaksanaan pembagian waris yang selama ini di masyarakat pelaksanaannya tidak berjalan dengan semestinya. Terjadinya fenomena dimana kurang teralisasinya pelaksanaan pembagian waris harta gono gini dimungkin masyarakat mengikuti tradisi ataupun kebiasaan lokal, saya kurang mengetahui dengan pasti apakah mereka telah memahami aturan yang telah ada. Seharusnya setelah terjadinya kematian maka sebaiknya harta itu dibagi kepada ahli waris, andaikata mereka tidak bisa membaginya maka mereka dapat melakukan permohonan kepada pengadilan sehingga apabila nantinya amar putusan yang dikeluarkan tidak dijalankan, maka pengadilan dapat melakukan eksekusi putusan yang telah dikeluarkan dengan demikian legalitas ini memang perlu agar pelaksanaan pembagian waris harta gono gini dapat berjalan sebagaimana mestinya.13

Dari kesemua informan menjawab persoalan ini dengan maksud yang sama,

artinya mereka sepakat untuk melegalitaskan aturan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembagian waris gono gini ditengah masyarakat melihat kondisi

dan konflik yang terjadi. Hal ini di dorong oleh keinginan untuk melaksanakan

12 Munasik, Wawancara, Malang, 12 Sepetember 2013 13 M. Fasial Hasanuddin, Wawancara, Malang, 12 Sepetember 2013

Page 107: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

89

perintah Allah yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan juga untuk memenuhi

keadilan diantara manusia itu sendiri.

2. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap Surat

Keterangan Pembagian Waris Sebagai Syarat Perkawinan Bagi Duda/Janda

Cerai Mati.

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh peneliti pada bab 1 tentang

persoalan yang dibahas dimana penundaan pembagian harta waris ini masih bisa

dipertahankan jika harta ini tidak dicampuri dengah hak orang lain, salah satu

fakor yang menyebabkan terjadinya percampuran itu adalah adanya perkawinan

yang dilakukan oleh duda atau janda dengan pasangan barunya. Persoalan yang

menarik adalah ketika mereka melakukan perkawinan di Balai Nikah setempat

tanpa terlebih dahulu melakukan pembagian harta waris sehingga konflik yang

terjadi dimasyarakat berawal dari pernikahan tersebut yang menyebabkan

tercampurnya harta waris sehingga tidak diketahui berapa besar bagian setiap ahli

waris yang akan terima. Selain itu harta tersebut mengalami penambahan atau

pengurangan, ada lagi yang menjadi persoalan adalah timbulnya ahli waris baru

dari hasil perkawinan baru.

Selama ini perkawinan duda atau janda hanya mempersyaratkan surat

kematian dari kepala desa setempat tanpa ada kejelasan harta masing-masing

pihak yang hendak menikah, kalaupun dibuat suatu cara untuk menetapkan berapa

besar bagian harta suami ataupun duda, maka kebanyakan yang terjadi adalah

bahwa suami atau duda menganggap bahwa harta yang ada setelah suami atau istri

yang telah meninggal merupakan hartanya sehingga hal itu membuat suatu

Page 108: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

90

keyakinan oleh pasangan yang akan dinikahi tersebut mengira bahwa harta itu

murni milik suaminya tanpa ada hak orang lain termasuk anak-anaknya dari

pasangan yang terdahulu. Oleh karena itu, apakah persyaratan yang berupa surat

kematian tersebut telah mencukupi atau perlu untuk merevisi PP. 9 Tahun 1975

pasal 6 huruf f tersebut dengan menambahkan surat keterangan pembagian waris

gono gini terhadap perkawinan duda atau janda cerai mati mengingat pentingnya

pelaksanaan pembagian waris.

Terhadap ini ada bebarapa argumen informan yang berbeda-beda. Menurut

pak Zainal Mahmudi bahwa persyaratan berupa surat keterangan pembagian waris

terhadap mereka duda atau janda yang akan menikah lagi belum saatnya

mengingat bahwa harta itu masih bisa dibagi. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan

beliau sebagai berikut14:

Memang ada hubungan antara perkawinan dan kewarisan, akan tetapi masih bisa dibagi. Dalam hal ini sebelum nikah hendaknya diperjelas harta seseorang yang hendak menikah. Saya yakin harta itu bisa dilacak. Sehingga belum saatnya diperlukan surat keterangan pembagian waris ini. Akan tetapi memang lebih baik jika melakukan hubungan perkawinan dengan adanya surat pembagian waris. Karena ini akan memamilisir terjadinya resiko atau menghilangkan konflik dikemudian hari.

Menurut saya ini hanya kondisional dalam hal ini belum mendesak. Karena ini berkaitan dengan budaya, apalagi budaya dari jawa. Karena kalau orang tua masih ada maka ini dianggap saru/jelak. Jadi sebaiknya para KUA untuk memberi tahu kepada yang akan menikah untuk membagi harta waris. jadi tidak sampai kepada syarat. Jika ini dijadikan sebagai syarat ini akan menjadi berat dan berbentrokan dengan budaya. Jadi harus disarankan saja kepada KUA agar mereka yang akan menikah untuk melakukan pembagian waris.

Selain itu, menanggapi persoalan tersebut Kyai Chamzawi berpendapat15:

Kalau persoalan perkawinan tidak perlu ditambahkan tentang pembagian waris gono gini sebagai syaratnya, saya pikir yang ada sekarang sudah

14 Zainal Mahmudi, Wawancara, Malang, 25 April 2013 15 Chamzawi, Wawancara, Malang, 15 Mei 2013

Page 109: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

91

cukuplah. Akan tetapi sebelum perkawinan harusnya menunjukkan terlebih dahulu stasus hartanya. Tindakan seperti ini tentu memerlukan usaha yakni perlu menjelaskan kepada masyarakat, yang penting membumikan al-Quran. Karena persoalan waris ini sudah tertera dalam al-Quran, oleh karena itu sudah sepantasnya orang beriman untuk melaksanakannya, cuman apakah mereka mau melaksanakannya, tentu itu kembali kepada faktor manusia itu sendiri.

Melihat kedua pendapat diatas yakni pendapat pak Zainal Mahmudi dan kyai

Chamzawi dapatlah diambil kesimpulan bahwa surat keterangan pembagian waris

sebagai syarat perkawinan bagi duda atau janda cerai belum perlu sama sekali,

mengingat bahwa harta yang akan diperselisihkan itu masih bisa dilacak.

Kemudian apabila surat keterangan pembagian waris ini dijadikan sebagai syarat

bolehnya seseorang untuk melangsungkan perkawinan di depan pejabat resmi

negara akan menambah atau mempersulit seseorang untuk berumah tangga.

Selain itu mereka memberikan saran bahwa sebaiknya persoalan ini adalah

dengan cara bahwa ketika seseorang itu meninggal dan pewaris mempunyai harta,

maka hendaklah ahli waris segera membuat pencatatan harta waris dan bila perlu

untuk menotariskan harta ini agar benar-benar harta itu terjamin dan terpelihara

dari orang-orang yang bukan haknya serta menjelaskan status harta mereka

sebelum melaksanakan perkawinan.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Kyai Chamzawi sebagai berikut16:

Hukum waris yang ada sekarang sudah cukup bagus, oleh karena itu hanya perlu disosialisasikan,. Sebab di Indonesia ini telah memberikan hukuman sosial, hukum Islam dan hukum yang telah dilegal formalkan bahkan ini sangat bagus, namun tetap akan mengarah kepada perbaikan tapi dengan cara bertahap. Selain itu perlu untuk membuat pencatatan kewarisan ini, karna itu merupakan kepastian hukum bagi ahli waris. bahkan dengan menotariskannya akan lebih bagus lagi demi menghindari persoalan dibelakang hari dan ini perlu dijelaskan kepada masyarakat, dan yang penting adalah membumikan

16 Chamzawi, Wawancara, Malang, 15 Mei 2013

Page 110: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

92

al-Quran sedangkan pembagian waris merupakan bagian dari hukum yang terdapat dalam al-Quran. Biasanya orang agama itu takut akan siksaan neraka sebab mereka akan ditanya tentang hartanya, sehingga mereka mau melaksanakannya.

Namun berbeda dengan pak Zainal Mahmudi, dimana beliau merasa bahwa

dalam pembagian waris tidak terlalu penting untuk menotariskan pembagian harta

waris, karena yang diinginkan oleh pengadilan itu adalah saksi dan saksi berupa

manusia sudah cukup. Sebagaimana yang ia utarakan sebagai berikut17:

Yang dibutuhkan oleh pengadilan itu adalah bahwa pelaksanaan pembagian waris ini telah terjadi, dan dan untuk membuktikannya dibutuhkan saksi dan saksi berupa orang yang hadir saat pembagian itu sudah cukup. Sehingga notaris tidak terlalu penting.

Namun informan yang lain berbeda pendapat dengan 2 informan yang ada di

atas, mereka memiliki alur pikiran yang berbeda. Menurut pak Kasuwi Saiban,

bahwa adanya surat keterangan pembagian waris terhadap berlangsungnya

perkawinan duda atau janda cerai mati akan mencegah terjadinya pelanggaran

terhadap pelaksanaan pembagian waris serta menjaga atau memelihara harta waris

dari tercampurnya harta dari hak orang lain. Dan ini juga sebagai langkah

pencegahan andaikata terdapat pasangan yang akan menikah belum melakukan

kewajibannya dalam hal pelaksanaan pembagian waris. Selain itu bahwa PP. No.

9 Tahun 1975 tentang syarat perkawinan itu sudah lama dan memang harus segera

direvisi karena banyak aturan yang didalamnya tidak lagi dapat mencerminkan

perubahan masyarakat yang sangat cepat.

Pendapat beliau di atas dapat dilihat dari pernyataan beliau sebagai berikut18:

17 Zainal Mahmudi, Wawancara, 25 April 2013 18 Kasuwi Saiban, Wawancara, 29 April 2013

Page 111: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

93

Menurut saya memang harus ditambah, sehingga dengan adanya ini maka seseorang akan dipaksa untuk melakukan pembagian waris bila hendak melakukan perkawinan yang baru, karena memang kewarisan di Indonesia ini sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya sehingga pelaksanaannya akan berbenturan dengan nash. Oleh karena itu, dengan adanya surat keterangan ini tentu akan memberikan kekuatan yang memaksa seseorang untuk melakukannya. Selain itu, untuk mengharapkan aturan kewarisan yang dapat dilegalisasikan akan memerlukan waktu yang sangat lama, nah, dengan ditambahnya surat keterangan pembagian waris ini sebagai syarat duda atau janda yang hendak menikah kembali merupakan langkah yang tepat dan ini merupakan tahapan menuju dilegalitasnya pelaksanaan pembagian waris.

Hal senada juga diutarakan oleh kyai Abdullah Hasyim, beliau berpendapat

bahwa perlunya surat keterangan pembagian waris ini sebagai syarat untuk

melangsungkan pernikahan bagi duda atau janda cerai mati, sebab dengan adanya

ini akan memberikan kejelasan harta. Dia berpendapat bahwa seharusnya sebelum

melaksanakan pernikahan pejabat pemerintah atau calon yang akan menikah harus

meminta untuk memberikan kejelasan harta mereka masing-masing, akan tetapi

adat dan kebiasaan yang terjadi menyebabkan kejujuran seseorang itu perlu

dipertanyakan. Permasalahan tidak hanya sampai pada apa itu urusan hamba

kepada tuhan tapi melainkan juga mempertimbangkan akibat yang

ditimbulkannya yakni hak ahli waris yang ditinggalkan. hal dapat dilihat dari

ungkapan beliau terhadap persoalan ini, beliau mengatakan19:

Terhadap persyaratan ini saya setuju, dengan adanya kejelasan harta. Hal ini disebabkan pembuktian yang memang sangat sulit melihat kepada adat dan kebiasaan yang terjadi, padahal seharusnya jika seorang meninggal dunia maka harta waris langsung dibagi. Karena melihat yang seharusnya dilakukan tetapi disebabkan kebiasaan yang bertentangan dengan nash sehingga perlu untuk meminta surat pembagian waris agar pelaksanaan waris betul-betul telah dilaksanakan. Sedangkan kehidupan dan perkembangan masyarakat selalu berubah. Maka perlu diadakan suatu aturan yang mengikat bahkan sudah memasukkan ke tingkat perkara pidana. Seharusnya seseorang yang

19 Abdullah Hasyim, Wawancara, 9 Juni 2013

Page 112: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

94

hendak menikah terlebih dahulu menjelaskan status hartanya, tapi faktor manusia menyebabkan persoalan menjadi rumit, harta yang seharusnya dibagi malah dikuasai dan menyebabkan konflik dikemudian hari dengan keluarga dari orang tua tiri mereka. Oleh karena itu saya pikir bahwa surat keterangan ini memang harus dijadikan sebagai syarat perkawinan. Begitu juga menurut gus is, beliau berpendapat bahwa surat keterangan pada

perkawinan duda atau janda cerai mati ini sangat diperlukan mengingat akan ada

hak ahli waris yang belum dibagikan. Sebagaimana beliau mengatakan20:

Terhadap perkawinan apabila diminta surat keterangan ketika hendak poligami itu memang diperlukan dan ini sudah tertera di putusan pengadilan dimana. Bahkan lebih jauh lagi, waris merupakan sebuah materi yang perlu disampaikan bagi mereka yang hendak menikah, sebab adanya unsur emosi akan merusak perkawinan sehingga dengan adanya aturan maka yang memaksa adalah aturan bukan lagi harus dibagi disebabkan oleh tuntutan ahli waris hal ini dilakukan utk menjadi hubungan kekeluargaan. Apalagi perkawinan tersebut dilakukan oleh janda atau duda cerai mati tentu lebih membutuhkan surat keterangan pembagian ini yang tidak cukup hanya melampirkan surat kematian saja, sebab ada hak ahli waris yang harus dibuatkan. Kalau untuk poligami saja mempersyaratkan surat keterangan harta gono gini apalagi perkawinan duda atau janda cerai mati tentu lebih diutamakan.

Selain itu adanya surat ini sebagai langkah pencegahan jika ada diantara calon

yang akan menikah itu belum melaksanakan pembagian waris. Sebagimana

pendapat yang diutarakan oleh Bapak munasik, beliau mengatakan:

Persoalan bahwa dijadikan surat keterangan ini sebagai syarat perkawinan bagi duda/janda disebabkan bahwa ketika seseorang itu meninggal tidak langsung dilakukan pembagian harta waris tersebut, sehingga menyebabkan kerancuan dalam menetapkan bagian-bagian yang akan diterima oleh ahli waris. Hal ini disebabkan budaya yang mempengaruhi masyarakat sehingga masyarakatpun tidak dapat merealisasikan aturan yang terdapat dalam al-Quran tentang pelaksanaan waris. Dengan begitu sebagai antisipasi agar permasalahan tersebut tidak semakin rumit, menurut saya boleh-boleh saja hal itu dilakukan dengan melihat kemaslahatannya.21

20 Israqun Najah, Wawancara, 14 Juni 2013 21 Munasik, Wawancara, Malang, 12 September 2013

Page 113: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

95

Bapak faisal hasanuddin juga mengutarakan pendapatnya sebagai berikut:

Persoalan ini memang menjadi rumit jika pelaksanaannya ditunda-tunda sejak awal yang mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan. Adanya surat ini dijadikan sebagai syarat perkawinan bagi duda/ janda adalah sebagai antisipasi jika calon yang akan menikah itu belum melaksanakan pembagian warisnya. Maka menurut saya, ini dibolehkan. Mengingat bahwa masyarakat itu sendiri yang memang tidak melakukan tindakan berupa pembagian waris dari harta gono gini.

B. Analisis Data

1. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap Asas Legalitas

Pada Pembagian Harta Gono Gini.

Hakikatnya, hukum kewarisan Islam diikuti dan dijalankan oleh umat Islam

seluruh dunia terlepas dari perbedaan bangsa, negara maupun latar belakang

budayanya. Namun realitanya, pelaksanaannya agak mengalami kendala

disebabkan kondisi budaya tertentu. Hal ini disebabkan, bahwa sebelum Islam

masuk, mereka biasanya telah memakai dan melaksanakan aturan tertentu

berkenaan dengan pembagian warisan berdasarkan adat istiadat yang menjadi

hukum tak tertulis diantara mereka. Hukum tak tertulis ini dirancang oleh nenek

moyang mereka berdasarkan apa yang baik dan adil menurut mereka dan disampai

kepada generasi berikutnya secara lisan dari mulut ke mulut.

Aturan –aturan yang ditetapkan allah atau yang disebut juga dengan hukum

syara’ termasuk kewarisan diturunkan allah sebagai rahmat bagi umat manusia.

Rahmat dalam bahasa hukum disebut juga dengan kemaslahatan umat baik dalam

bentuk memberikan kemanfaatan atas manusia atau menghindari manusia dari

Page 114: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

96

kemudharatan.22 Hal ini sering disebutkan Allah dalam al-Quran dimana dalam

pelaksanaannya umat dituntut untuk melaksanakan berbagai aturan tersebut

semampunya sebagaimana Allah terangkan dalam banyak ayat bahwa kemudahan

bukan kesulitan yang dianugerahkan-Nya bagi umat Islam.

Dalam asas kewarisan sebenarnya telah memberikan aturan yang jelas bahwa

pelaksanaan pembagian waris harus dilaksanakan, salah satu asas yang

memerintahkan hal itu adalah asas ijabari. Dalam asas ijbari bahwa peralihan

harta dari orang yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup berlaku

dengan sendirinya tanpa usaha dari yang akan meninggal atau kehendak yang

akan menerima. Dengan demikian peralihan harta seseorang yang telah meninggal

kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut kehendak allah tanpa

tergantung kepada kehendak dari pewaris atau permintaan dari ahli warisnya.23

Asas ijbari ini dapat dilihat dari firman Allah dalam surat al-Nisa’ ayat 7:

ÉΑ% y Ìh�=Ïj9 Ò=ŠÅÁ tΡ $£ϑÏiΒ x8t� s? Èβ#t$Î!≡ uθ ø9 $# tβθ ç/t�ø%F{ $#uρ Ï !$ |¡ ÏiΨ=Ï9 uρ Ò=ŠÅÁ tΡ $ £ϑÏiΒ x8t� s? Èβ#t$Î!≡ uθ ø9 $#

šχθç/t� ø%F{ $#uρ $£ϑÏΒ ¨≅ s% çµ÷ΖÏΒ ÷ρr& u�èYx. 4 $Y7ŠÅÁ tΡ $ZÊρã� ø�Β ∩∠∪

Ayat ini menjelaskan bahwa bagi seseorang laki-laki maupun perempuan ada

“nasib” dari harta peninggalan orang tua dan karib kerabat. Kata “nasib” berarti

bagian, saham atau jatah dalam bentuk sesuatu yang diterima dari pihak lain.

Aturan yang ditetapkan Allah pada umumnya mudah dipahami dan dijalankan

umat Islam yang berlatar belakang budaya dan bangsa yang berbeda. Maka dalam

22 Amin Farih, Kemaslahatan & Pembaharuan Hukum Islam, (Semarang: Walisongo Press, 2008), Hlm.

23 23 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Hlm. 17-18

Page 115: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

97

penerapan, penyesuaian dari aturan kewarisan menuntut adat lama kepada

ketentuan baru yang disebut faraid itu semestinya tidak mengalami kesulitan.

Namun, kenyataannya tetap mengalami kesulitan dalam melaksanakannya. Salah

satu bentuk kesulitan itu adalah pelaksanaan pembagian waris yang memang

seharusnya dibagi, tapi disebabkan pribadi manusia itu sendiri dan kebiasaan yang

ada di daerah tertentu yang memaksakan pelaksanaan tersebut ditunda atau malah

tidak ada pembagian sama sekali.

Di Indonesia, adat sangat kuat mempengaruhi ketentuan kewarisan bahkan

berdampak pada terhambatnya pelaksanaan kewarisan Islam. Oleh karena itu

perlu adanya kontrol sosial (sosial control). Salah satu alat kontrol sosial itu

adalah hukum. Kinerja hukum meliputi pembuatan norma-norma untuk mengatur

perbuatan dan interaksi sosial, penyelesaian sengketa-sengketa dan menjamin

kelangsungan hidup masyarakat ketika terjadi perubahan-perubahan. Maka

berdasarkan hal ini, hukum dapat dikatakan berfungsi sebagai alat kontrol sosial.

Soerjono Soekanto mengutip Roucek, menulis bahwa yang dimaksud dengan

kontrol sosial adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk sebuah proses yang

direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mendidik, mengajak bahkan

memaksa para warga masyarakat agar menyesuaikan diri dengan kebiasaan-

kebiasaan dan nilai kehidupan masyarakat yang bersangkutan.24 Fungsi ini

dilakukan oleh hukum dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan

kekuasaan negara sebagai sebuah institusi yang diorganisir secara politis melalui

lembaga-lembaga yang dibentuknya.

24 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum Islam, Hlm. 111

Page 116: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

98

Saat ini aturan yang mengatur tentang kewarisan umat Islam di Indonesia

hanya dalam bentuk Kompilasi Hukum Islam (KHI). Kompilasi Hukum Islam

yang mengatur tentang kewarisan ini terdiri dari 23 pasal dari pasal 171 sampai

dengan pasal 193. Akan tetapi sesungguhnya walaupun sudah diatur dalam KHI,

masih tetap saja terjadi penyelewengan dalam bentuk tidak terlaksananya

pelaksanaan pembagian waris ini. Hal ini disebabkan adanya faktor manusia itu

sendiri, ada juga faktor adat dan faktor aturan positif yang masih begitu lemah dan

tidak jelas.

Dari segi faktor manusia, menurut Kyai Abdullah Hasim dan Kyai Chamzawi

dapat dilihat bahwa adanya ketidaktahuan tentang adanya hukum ini dan

adakalanya dalam bentuk keengganan dalam melaksanakan pembagian waris.

namun menurut mereka bahwa faktor keengganan lebih dominan daripada

ketidaktahuan tentang adanya aturan pembagian waris di Indonesia terutama

dalam hukum Islam

Dari segi faktor adat, menurut pak Kasuwi Saiban dan Zainal Mahmudi serta

pak Saad Ibarahim, bahwa adat lebih mendominasi ketidaklaksanaan pembagian

warisan ini, hal ini bisa dilihat ketika harta itu dijadikan konflik kemudian hari

oleh mereka para ahli waris. bahkan ketidaktepatan pelaksanaan pembagian waris

ini disebabkan adanya image atau stigma bahwa ketidaksopanan dimata

masyarakat bila harta dibagi ketika salah seorang dari orang tua mereka masih

hidup.

Page 117: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

99

Sedangkan dari segi faktor aturan sendiri, dimana pelaksanaan pembagian

waris hanya berupa aturan yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam yakni

pada pasal 187 ayat 1 yang berbunyi:25

“Bilamana pewaris mengninggalkan harta peninggalan, maka oleh pewaris

selama hidupnya atau oleh para ahli waris dapat ditunjukkan beberapa orang

sebagai pelaksana pembagian harta waris dengan tugas.

a. Mencatat dalam suatu daftar harta peninggalan, baik berupa benda

bergerak maupun tidak bergerak yang kemudian disahkan oleh para ahli

waris yang bersangkutan, bila perlu dinilai harganya dengan mata uang.”

Bila diamati dengan seksama, pada pasal di atas tersebut terdapat kata dapat,

hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembagian waris hanya bersifat

anjuran atau permintaan, dalam arti tidak adanya unsur paksaan bahwa harta itu

dicatat atau ditentukan bagian para ahli waris.

Melihat dari segi faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pembagian

waris ini tentu menimbukan suatu sikap kedzoliman terhadap para ahli waris dan

sebagai pencegahan untuk menghindari terjadinya konflik dikemudian hari, maka

ini akan menimbulkan kemaslahatan umat, oleh karena itu dibutuhkan suatu solusi

yang dapat memperbaiki permasalahan ini mengingat bahwa persoalan harta

termasuk kemaslahatan dalam kategori dharuriyah.

Dari prinsip kemaslahatan, Al-Syathibi melihat kemaslahatan sebagai

maqashid al-Syari’ah dari dua perspektif, yaitu maqashid al-Syari’ (tujuan tuhan)

25 Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam, Hlm 317

Page 118: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

100

dan maqashid al-Mukallaf (tujuan mukallaf). Maqashid al-Syari’ah dalam

perpektif ini mengandung empat aspek yaitu26:

a) Tujuan awal dari syariat adalah mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia

dan akhirat. Aspek ini berkaitan dengan substansi dan essensi maqashid al-

Syari’ah.

b) Syari’ah sebagai sesuatu yang harus dipahami. Ini berkaitan dengan dimensi

bahasa agar syariat dapat dipahami sehingga dicapai kemaslahatan yang

terkandung didalamnya.

c) Syariat sebagai hukum taklif. Ini berkaitan dengan tujuan pemberian beban

hukum bagi manusia dalam rangka mewujudkan kemaslahatan.

d) Tujuan syariat untuk dilaksanakan. Aspek terakhir ini berkaitan dengan

kepatuhan manusia terhadap hukum allah.

Empat aspek ini merupakan susbtansi dan esensi maqashid al-Syariah yakni

mewujudkan kemaslahatan manusia. Al-Syathibi membagi maqashid ini kedalam

tiga tingkatan yakni maqashid al-Dlaruriyyat, maqashid al-Hajjiyyat dan

maqashid al-Tahsiniiyyat. Maka maqashid al-Dharuriyyat dimaksudkan untuk

menjaga eksistensi kehidupan manusia baik kehidupan jangka pendek di dunia

maupun jangka panjang di akhirat. Kemaslahatan kategori ini meliputi

pemeliharaan lima unsur pokok yaitu agama, jiwa, keturunan, akal dan harta.27

Dengan begitu, harta warisan termasuk kategori maqashid al-Dharuriyyat, maka

untuk mewujudkan kemaslahatan terkait harta, maka Islam mensyariatkan segala

bentuk transaksi. Selain itu, Islam melarang perusakan harta orang lain dan 26

Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Hlm. 59

27 Malthuf Siroj, Pembaharuan Hukum Islam, Hlm. 49

Page 119: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

101

menghukum pelakunya, serta mencegah orang lain berbuat pelanggaran melalui

tindakan hukum atas harta kekayaannya.

Bila ditinjau dari saad dzari’ah, maka perbuatan yang tadinya diperbolehkan

untuk menunda pelaksanaan disebabkan prilaku ahli waris yang patuh dan baik

sehingga tidak diperlukannya legalitas yang mengatur secara rinci, akan tetapi

seiringan dengan perkembangan zaman dan banyaknya tuntutan ekonomi

menyebabkan perbuatan penundaan tersebut memberikan dampak yang negatif

atau kemudaratan bagi para ahli waris, maka untuk menghambat lebih besarnya

kemudaratan yang lebih besar maka melegalitaskan pembagian harta waris gono

gini ini menjadi suatu yang wajib sebagai langkah preventif terhadap

penyimpangan yang akan terjadi.

Untuk itu perlu memberikan suatu aturan yang lebih kuat dari yang ada

sekarang dimana aturan ini berisikan sesuatu yang dapat memaksa orang untuk

melaksanakannya. Dalam hal ini menegakkan prinsip asas legalitas merupakan

solusi yang terbaik dan harus diterapkan melihat fenomena yang terjadi dan

kemaslahatan yang ditimbulkannya. Hal ini disebabkan harta merupakan sesuatu

yang esensial bagi kehidupan manusia begitu juga harta warisan yang menjadi

esensial dari kehidupan para ahli waris, sedangkan aturan yang ada sekarang tidak

memberikan kontribusi yang cukup terhadap perlindungan hak dari para ahli

waris. Maka adanya asas legalitas ini akan memberikan daya dorong seseorang

untuk melakukannya sebab hukum merupakan kontrak sosial dimana masyarakat

yang ada harus taat pada ketentuan yang telah diterapkan oleh institusi hukum dan

mereka terikat padanya.

Page 120: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

102

Dalam hal ini, bentuk legalitas yang ditawarkan dari informan ada dua:

Pertama, berupa surat otentik yang dibuat atau dihadapan pejabat notaris. Hal ini

akan memberikan kekuatan hukum pada pembagian waris dari harta gono gini

yang dapat dipertanggung jawabkan dikemudian hari. Kedua, permohonan kepada

Pengadilan Agama agar menetapkan ahli waris dari harta waris yang akan

diberikan. Bahkan jika pemohon tersebut hanya memiliki harta yang seadanya

atau kategori orang kurang mampu dapat melakukan permohonan agar biaya

perkara dilakukan secara cuma-cuma. Sehingga dengan demikian tidak ada lagi

alasan dari segi materi untuk tidak melaksanakan pembagian harta waris gono gini

bagi umat Islam. Namun yang menjadi persoalan lain adalah bagaimana agar

masyarakat itu mau malaksanakannya. Maka perlu untuk mengadakan aturan

tambahan yang bersifat memaksa kepada masyarakat agar melaksanakan

kewajibannya sebagai warga negara dan umat Islam yang tentunya aturan ini

disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada.

Asas legalitas adalah suatu perbuatan atau sikap tidak boleh dipandang sebagai

perbuatan yang salah kecuali karena adanya nash (ketentuan) yang jelas dan yang

melarang perbuatan dan sikap. Apabila tidak ada nash yang demikian sifatnya,

maka tidak ada tuntutan ataupun hukuman atas pelakunya.28 Adanya aturan yang

bersifat memaksa sebagai sarana agar aturan tersebut dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Remelink, bahwa adanya sanksi,

pada asasnya hanya akan dijatuhkan apabila mekanisme penegakan hukum

lainnya yang lebih ringan telah tidak berdaya guna atau sudah dipandang tidak

28 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam,{ Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Hlm. 53

Page 121: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

103

cocok.29 Begitupula sebaliknya bahwa hukum pidana tidak diperlukan jika

masyarakat telah mematuhi hukum perdata. Perlu adanya sanksi terhadap hukum

perdata tersebut karena hukum pidana tidak mengandung kaidah tersendiri,

misalnya kaidah yang mengatakan: Jangan engkau mencuri atau mengambil

barang orang lain, padahal itu merupakan kaidah hukum perdata yaitu

perlindungan terhadap hak milik. Pelanggaran atas perbuatan tersebut dianggap

sedemikian jahatnya dan pelanggaran atas norma tersebut dianggap kejahatan.

Dalam hal ini penyimpangan terhadap pelaksanaan kewarisan tidak ditentukan

jarimahnya dalam al-Quran, hanya ancaman yang bersifat ukhrowi padahal

perkara ini menyangkut persoalan harta dimana seharusnya ini bukan hanya

perkara yang bersifat ukhrowi namun juga duniawi karena ini menyangkut pada

perintah Allah swt dan eksistensi terhadap kehidupan manusia. Menurut aturan

pokok dalam syara’ Islam ialah bahwa hukum ta’zir hanya dikenakan terhadap

perbuatan maksiat, yaitu perbuatan yang dilarang karena perbuatan itu sendiri.

Akan tetapi sebagai penyimpangan dari aturan pokok tersebut syariat Islam

membolehkan menjatuhkan hukuman atas perbutan tersebut apabila dikehendaki

oleh kepentingan umum. Untuk memenuhinya bahwa ia telah melakukan

perbuatan yang mengganggu kepentingan dan ketertiban umum haruslah dapat

dibuktikan dan telah diundang-undangkan sehingga hakim tidak boleh

membebaskan si pembuatnya melainkan menjatuhkan hukuman.

Akan tetapi dalam hukum normatif, dimana ketentuan pembagian waris di

Indonesia merupakan perkara perdata yang tidak mungkin dapat dimasukkan ke

29 Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2011), Hlm. 2

Page 122: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

104

dalam perkara pidana. Oleh karena itu aturan yang ada mengatur agar setiap ahli

waris yang merasa dirugikan dapat meminta pengadilan untuk menetapkan

pembagian ahli waris bahkan dapat meminta untuk melakukan eksekusi terhadap

harta waris tersebut.

Proses kriminalisasi terhadap pelanggaran berupa tidak dilaksanakannya

pembagian waris ini tentu akan menimbulkan suatu keharusan bagi masyarakat

yakni pembuktian. Dalam hal ini, membutuhkan surat otentik atau surat

keterangan sebagai bentuk bahwa mereka telah membagi harta warisan tersebut

sehingga masyarakat mesti melaksanakannya karena negara telah mengikat

mereka dengan undang-undang demi kemaslahatan umum, demi keadilan bagi

para ahli waris dan demi kepastian hukum serta kemanfaatannya sebagai bentuk

perlindungan terhadap kebutuhan manusia tersebut dan menghindari kerusakan

terhadap manusia itu sendiri.

Proses pembuktian ini, menurut pak Saad Ibrahim dapat dilihat dalam bentuk

adanya surat keterangan ataupun surat otentik dari pihak yang berwenang dan ini

dapat diambil dari penqiyasan terhadap surat al-Baqarah ayat 282:

$ yγ •ƒ r'≈ tƒ š Ï%©!$# (# þθãΖtΒ#u #sŒ Î) ΛäΖtƒ#y‰s? A øy‰Î/ #’n<Î) 9≅ y_ r& ‘wΚ |¡•Β çνθ ç7 çFò2$$ sù 4 =çGõ3u‹ ø9 uρ

öΝä3uΖ÷�−/ 7=Ï?$ Ÿ2 ÉΑô‰yè ø9 $$ Î/ 4

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah secara tidak tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu mencatatnya, dan hendaklah seorang pencatat diantara kamu mencatatakannya dengan benar.30

30

Departeman Agama Ri, Al-Quran Dan Terjemahannya, Hlm. 59

Page 123: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

105

Dengan pencatatan ini akan mewujudkan kemaslahatan bagi pihak-pihak

terkait agar tidak terjadi suatu yang dapat merugikan masing-masing pihak.

Adanya upaya melegalitaskan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pembagian waris, maka kesemua informan dari penelitian ini menyetujui dan

mendukung adanya upaya untuk melegalitaskan pelaksanaan pembagian harta

waris gono gini dan tentunya pelegalitasan ini menuntut adanya pencatatan resmi

dalam pembagian waris dalam bentuk surat keterangan yang dibuat oleh para

pejabat pemerintah atau yang bersifat otentik atau yang lebih jauh lagi telah

dinotariskan sehingga mempunyai kekuatan hukum dan dapat dipergunakan

sewaktu-waktu sebagai bukti jika itu diperlukan dikemudian hari. Sementara itu,

terhadap bentuk aturan yang hendak diinginkan adalah adanya penggabungan

antara hukum Islam dan adat dimana adat dapat dipakai selama tidak bertentangan

dengan hukum Islam dan pelaksanaannya harus disegerakan untuk

meminimalkan kemungkinan-kemungkinan yang ditimbulkannya dibelakang hari.

Terkait persoalan surat keterangan ini yang hanya perlu dimateraikan atau

diketahui oleh kepala desa atau lurah, nampaknya terlalu sederhana bahkan juga

menimbulkan suatu persoalan lagi. Dalam hal ini adalah apakah harta yang tertera

didalam surat keterangan itu benar-benar harta yang diwariskan, dalam arti bahwa

bisa saja terjadi penipuan yang dilakukan oleh pihak tertentu tentang apa saja dan

berapa jumlah harta yang diwariskan. Penipuan ini bisa saja terjadi mengingat

bahwa pejabat negara atau kepala desa/lurah biasanya hanya mengajukan

pertanyaan terhadap ahli waris dalam hal ini duda atau janda yang merupakan

orang tua ahli waris yang masih hidup, sehingga dengan demikian tidaklah cukup

Page 124: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

106

hanya berupa surat keterangan pembagian waris yang diketahui oleh kepala desa

atau lurah tapi perlu mengotentikkan surat tersebut ke pejabat akta notaris agar

surat tersebut mempunyai kekuatan hukum yang kuat, sebab akta notaris yang

dibuat sama kekuatannya dengan keputusan hakim di pengadilan.31 Atau para

pemohon dapat melakukan penetapan ahli waris kepada Pengandilan Agama, bagi

yang tidak memiliki ekonomi yang memadai dengan mengajukan proses perkara

dengan biaya cuma-cuma dengan menunjukkan surat ketidak mampuannya

Pencatatan dalam bentuk surat keterangan pembagian waris ini adalah untuk

memelihara hak-hak dan kewajiban para pihak dalam perkawinan, yakni hak-hak

suami/isteri dan anak-anak atau keturunan, serta pemeliharaan harta warisan

berupa harta gono gini. Pencatatan ini juga sebagai usaha mengantisipasi semakin

menipisnya iman seorang muslim. Sebab menurut Shaltut, salah satu akibat

menipisnya iman orang muslim adalah semakin banyak terjadi pengingkaran-

pengingkaran janji yang mengakibatkan dalih untuk lari dari kewajiban. Karena

ukuran iman itu adalah sesuatu yang tersembunyi (abstrak) sebagai salah satu

jalan keluarnya sebagai usaha prefentif agar orang tidak lari dari tanggung jawab,

dan juga dengan membuat bukti tertulis.

2. Pandangan Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang Terhadap Surat

Keterangan Pembagian Waris Gono Gini Sebagai Syarat Perkawinan Bagi

Duda/Janda Cerai Mati.

Pembaharuan hukum dalam Islam merupakan sesuatu yang memang harus

dilakukan, mengingat perbedaan waktu dan kondisi antar daerah yang berbeda-

31 Syarifuddin Arief, Seminar: Dialog Dan Diskusi Notariat Syariah, Uin Maulana Malik Ibrahim

Malang, Tgl 5 Juli 2013

Page 125: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

107

beda. Perbedaan tersebut menjadi sunnahtullah dan rahmat bagi manusia.

Termasuk perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan kondisi dan waktu merubah

pola pikir manusia itu yang didasari pada latarbelakang pendidikan dan kondisi

sosialnya, sehingga dalam menganalisa terhadap bidang hukum serta memberikan

produk hukum pun akan berbeda pula bahkan dalam memberikan argumen

ataupun alasan-alasan hukum .

Bila diperhatikan dengan seksama, akan ditemukakan jawaban sementara atas

begitu sulitnya beberapa umat dalam lingkungan budaya tertentu untuk

menyesuaikan diri dan menerima faraid sebagai hukum warisan yang mengurus

penyeselaian warisan dan mengapa hukum tersebut sulit dibaca dan dipahami oleh

mayoritas umat. Diantara kesulitan dalam penerapan itu faktor yang

mempengaruhi perbuatan seseorang oleh lingkungan budaya. meskipun dasar

hukum kewarisan Islam adalah firman Allah dan Hadits Nabi, namun interpretasi

dalam kitab-kitab fiqh dilaksanakan oleh mujtahid dengan daya nalar yang tidak

bebas dari pengaruh budaya lokal dan lingkungan dimana ayat tersebut

diturunkan. Oleh karena itu, umat yang hidup dalam lingkuang budaya non arab

dan dalam kurung waktu yang berbeda mengalami kesulitan dalam

menjalankannya. Termasuk dalam kategori mempersoalkan terhadap pasal No. 9

Tahun 1975 pada pasal f yang menerangkan bahwa “seseorang yang telah

berstatus duda atau janda cerai mati dapat melakukan perkawinan dengan hanya

menunjukkan surat kematian dari pasangannya yang berlaku”. Syarat ini

merupakan syarat administrasi dan menjadi pegangan semua kepala Kantor

Urusan Agama apabila seseorang itu hendak menikah.

Page 126: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

108

Persoalannya adalah terhadap eksistensi harta yang ditinggalkan oleh

pasangannya yang terdahulu bagi para ahli waris mengingat fenomena yang telah

terjadi banyaknya konflik yang terjadi disebabkan pembagian waris yang belum

terjadi, terutama terhadap harta gono gini. Selain itu, dari kejadian yang terjadi

bahwa tidak diketahuinya berapa jumlah harta yang diterima oleh waris ketika

harta itupun habis dipakai atau harta itu tercampur dengan harta dari perkawinan

dari orang tua mereka yang berstatus duda atau janda cerai mati dengan orang

lain. Hal ini semakin sulit ketika orang tua mereka yang masih hidup meninggal

dunia sementara jumlah harta waris selama hidup berumah tangga dari orang tua

mereka terdahulu/telah meninggal belum diketahuni.

Dalam menanggapi persoalan ini, informan yang diteliti memiliki perbedaan

pendapat. Tipologi perbedaan dibedakan kepada dua yakni mereka yang menolak

dan mereka yang menerima adanya surat keterangan pembagian waris dijadikan

sebagai syarat perkawinan terhadap duda atau janda cerai mati.

1. Terhadap informan yang menolak ataupun masih ragu-ragu, maka peneliti

menganggap bahwa pemikiran mereka beralurkan konservatif. Dimana mereka

masih menginginkan atau mempertahankan aturan yang ada saat ini yakni

cukup menyediakan surat keterangan kematian pasangan mereka yang

terdahulu yang dapat dibuktikan dari lurah atau kepala desa setempat. Mereka

adalah bapak Zainal Mahmudi dan kyai Chamzawi.

Mereka berpendapat bahwa persoalan perkawinan tidak dapat dicampuri

oleh persoalan yang lain seperti halnya dengan kewarisan, sebab dengan

menjadikan syarat pembagian waris ini sebagai syarat perkawinan bagi duda

Page 127: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

109

atau janda cerai mati akan menimbulkan atau menambah kesulitan bahkan

dianggap memberikan kesukaran terhadap seseorang yang hendak menikah.

Padahal menikah merupakan salah satu anjuran bagi mereka yang dewasa agar

dapat menundukkan keinginan mereka.

Selain itu, harta tersebut pasti akan dapat ditemukan dan ditentukan

besarannya walaupun itu telah berpuluh tahun sehingga dengan demikian tidak

perlukan surat keterangan untuk pembagian waris terhadap syarat perkawinan

duda atau janda cerai mati. Seharusnya pembagian waris ini telah dibagi pada

waktu pewaris telah meninggal dunia, dan persoalan apakah pembagian itu

dieksekuis, itu semua dapat dibicarakan berdasarkan kesepakatan semua ahli

waris yang penting mereka dapat mengetahui bagian masing-masing yang akan

diterima oleh setiap ahli waris.

Mereka menambahkan, bahwa persoalan tidak dijadikan surat keterangan ini

sebagai syarat disebabkan bahwa ada cara lain yang lebih baik untuk

digunakan yakni dengan memberikan sebuah perjanjian perkawinan sebelum

mereka menikah sehingga nanti akan memudahkan bagi mereka membagi harta

peninggalan tersebut. Bahkan bila perlu perjanjian perkawinan ini nantinya

akan dinotariskan sehingga ketetapan bagian harta ahli waris tidak dapat lagi

digangu gugat oleh pihak lain dalam hal ini adalah istri dari ayah mereka

termasuk keturunan yang dihasilkan oleh mereka.

2. Kemudian terhadap informan yang menerima untuk menjadikan surat

keterangan pembagian waris sebagai syarat perkawinan bagi duda atau janda

cerai mati. Mereka adalah pak Kasuwi Saiban, kyai Abdullah Hasyim, Saad

Page 128: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

110

Ibrahim dan Isroqun Najah. Dalam hal ini penulis menganggap sebagai

pemikiran modernis dimana mereka menghendaki adanya perubahan dalam

pasal 6 tahun 1975 tentang syarat perkawinan bagi umat Islam di Indonesia.

Alasan mereka adalah bahwa persoalan kewarisan mempunyai hubungan

terhadap persoalan yang lain seperti halnya perkawinan sebab adanya

kewarisan disebabkan adanya kaitan hukum salah satunya adalah adanya

hubungan perkawinan. Dalam perkawinan yang dilakukan oleh duda atau janda

cerai mati tentu akan membawa kepada persoalan ahli waris, sebab ada

kemungkinan bahwa harta yang mereka peroleh atau yang mereka miliki saat

akan melaksanakan perkawinan, ada hak dari ahli waris dari pasangan mereka

terdahulu.

Selain itu, adanya surat keterangan ini dijadikan sebagai syarat perkawinan

bagi duda atau janda cerai mati menyebabkan adanya kejelasan harta yang ada

pada duda atau janda dimana harta yang mereka miliki terdapat harta ahli waris

yang belum dibagi sehingga perlu adanya tindakan apakah harta itu akan dibagi

atau hanya sebagai pemberitahuan tertulis kepada pasangan yang hendak

menikah. Mengingat bahwa kepala KUA selama ini hanya memandang surat

kematian sudah cukup untuk menjadikan duda atau janda cerai mati yang

hendak melakukan perkawinan sehingga tidak ada nasehat ataupun himbauan

terhadap pasangan yang hendak menikah untuk terlebih dahulu membagi atau

memberitahukan kepada ahli waris dari harta gono gini yang didapat dari istri

terdahulu atau ibu dari ahli warisnya karena biasanya bahwa kepala KUA

Page 129: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

111

hanya memperhatikan apa yang tertulis diaturan yang telah dibuat yakni PP.

No. 9 tahun 1975 pasal 6 huruf f.

Jika sewaktu pernikahan akan mengadakan perjanjian perkawinan maka itu

merupakan penjelasan mana harta pribadi calon suami dan istri, sehingga akan

memudahkan dikemudian hari terhadap berapa besar bagian harta suami atau

istri yang diperoleh selama perkawinan. Akan tetapi persoalannya tidak sampai

seperti itu, persoalannya adalah sewaktu hendak menikah calon suami atau istri

merasa bahwa harta yang ada pada suami juga merupakan harta milik istrinya

karena mereka menganggap bahwa perkawinan bukan hanya saling

menyatukan hati tapi juga menyatukan semua yang ada pada suami dan juga

pada istri. Artinya bahwa perjanjian perkawinan hanyalah sebuah permintaan

yang dilakukan oleh pasangan yang hendak menikah dalam arti jika tidak ada

permintaan maka otomatis harta mereka selama perkawinan adalah harta

bersama atau harta gono gini. Dengan demikian, perjanjian perkawinan tidak

diperlukan oleh mereka, padahal kebanyakan yang terjadi tidaklah demikian.

Oleh karena itu perlu melakukan pencegahan atau antisipasi terhadap hal

tersebut. Salah satunya adalah dengan menunjukkan bukti berupa pelaksanaan

pembagian waris oleh kepala KUA terhadap duda atau janda yang hendak

melakukan pernikahan. Selain itu sikap dari para ahli waris yang tidak berani

meminta haknya disebabkan pertimbangan moral yang telah dianut ataupun

merupakan streotip dari masyarakat yang menganggap bahwa hal itu bersifat

negatif sehingga memberikan rasa segan dan takut untuk melakukannya.

Page 130: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

112

Dalam hal ini teori sa’ad dzariah dapat dijadikan sumber hukum

menetapkan surat keterangan pembagian harta waris sebagai upaya untuk

menjamin hak ahli waris yang ditinggal mati oleh orang tua meraka yang telah

meninggal. Ibn ar-Rif’ah dan Imam asy-Syaukani memberikan bentuk saad

dzariah yakni menutup sesuatu apabila sesuatu itu mengandung kemungkinan

membawa kepada yang haram. Perbuatan itu ditetapkan sebagai wasilah bagi

suatu perbuatan yang dilarang secara jelas maka hal itu menjadi petunjuk atau

dalil bahwa hukum wasilah itu adalah sebagaimana hukum yang ditetapkan

syara’ terhadap perbuatan pokok.32

Selain itu Ibnu Qayyim mengatakan bahwa adanya saad dzariah ini

memberikan motivasi yang mendorong seseorang melakukan perbuatan, baik

itu bertujuan yang halal maupun yang haram.33 Dengan melihat kebiasaan-

kebiasaan yang terjadi di masyarakat dalam bentuk berbagai alasan sehingga

pelaksanaan pembagian waris tidak terjadi atau ditunda-tunda, merupakan

kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan perbuatan itu menjadi haram

sehingga dengan demikian diperlukan surat keterangan pembagian waris

sebagai syarat terhadap perkawinan duda atau janda cerai mati ini sebagai

langkah preventif atau menuntup kemungkinan-kemungkinan yang

menyebabkan keharamannya dalam bentuk adanya perampasan harta atau

kerugian bagi ahli waris. Selain itu teori kemaslahatan juga dapat dipakai

mengingat kemanfaatan yang diberikannya serta menutup perbuatan seseorang

yang akan melakukan kesalahan ataupun kelalaian dalam menjalankan perintah 32 Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Hlm,

225 33 Nasrun Haroen, Usul Fiqih I, Hlm. 169

Page 131: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

113

Allah yang nantinya akan mendatang kemudharatan baginya dan orang lain.

Sebagaimana yang diutarakan oleh asy-Syathibi, dimana dia memandang

bahwa maslahah itu sesuatu yang kembali kepada tegaknya kehidupan

manusia, sempurna hidupnya, tercapai apa yang dikehendaki oleh sifat

syahwati dan akli secara mutlak.34

Dengan demikian adanya surat keterangan ini akan memberikan kepastian

dari segi akli dan memberikan keamanan terhadap harta yang diwariskan

sebagai salah satu keinginan dari syahwatinya manusia.

Dengan melihat dari kedua alasan informan tersebut, peneliti melihat

adanya perbedaan tersebut disebabkan karena informan melihat kondisi dan

situasi yang ada baik dari segi antropologi, sosiologi maupun yuridisnya.

Dimana juga diperlukannya langkah sosialisasi sebelum melakukan hal

tersebut sebab pernyataan semua informan menyepakati akan adanya

pelegalitasan dalam bentuk tertulis terhadap pelaksanaan pembagian waris.

Tentu dalam persoalan menjadikan ini sebagai syarat perkawinan tidaklah

menjadi hal yang sulit bahkan ini merupakan langkah pencegahan terhadap

mereka yang belum melaksanakan pembagian waris. Dalam hal ini, bila

dijadikan surat keterangan ini menjadi syarat bagi perkawinan duda.janda cerai

mati, maka legalitas terhadap pelaksanaan pembagian waris tidak hanya

bersifat dibuat diatas kerta saja berdasarkan permohonan saja tetapi menjadi

Peraturan Pemerintah yang akan memaksa masyarakat untuk

melaksanakannya.

34

Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaharuan, Hlm. 190

Page 132: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa:

1. Pakar Hukum dan Ulama Kota Malang sepakat bahwa asas legalitas dalam

pembagian harta waris gono gini sangat penting untuk menjamin kepastian hukum.

Dalam hal ini ada 2 bentuk yakni membuat surat otentik yang dibuat atau dihadapan

pejabat notaris dan yang kedua dapat melakukan permohonan penetapan ahli waris

di Pengadilan Agama dan bagi mereka yang tidak memiliki pendapatan yang cukup

dapat melakukan biaya perkara secara cuma-cuma.

2. Salah satu aspek yang menjadi persoalan waris adalah permasalahan waris dari harta

gono gini. Ketika seorang duda atau janda yang hendak menikah kembali maka

sesuai pasal 6 huruf f PP. 9 tahun 1975 yang hanya mempersyaratkan surat

kematian kepada duda atau janda cerai mati apabila hendak menikah. Dalam hal ini

Pakar Hukum dan ulama yang dijadikan sebagai informan berbeda pendapat.

Informan yang menolak mengemukakan bahwa persoalan perkawinan dan waris

adalah hal yang berbeda dan surat keterangan ini akan mempersulit seseorang duda

atau janda hendak menikah kembali serta menyarankan untuk memberikan kejelasan

status harta sebelum menikah. Sementara informan yang menerima mengemukakan

bahwa surat keterangan diperlukan sebagai syarat duda/janda cerai mati yang hendak

menikah untuk mengantisipasi agar seseorang dapat melaksanakan perintah Allah

SWT berupa pelaksanaan pembagian waris.

Page 133: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

115

B. Saran

1. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap pelaksanan

kewarisan yang ada di Indonesia, sehingga diharapkan tidak hanya berupa surat

keterangan yang dilegalitaskan oleh pejabat notaris atau pengadilan tapi dapat juga

dimasukkan ke dalam tingkatan hukum yang lebih tinggi

2. Adanya penelitian ini hendaknya memberikan kontribusi pemikiran yang lebih

mengarah kepada penerapan hukum Islam yang selama ini hanya bersifat dorongan

tanpa memiliki daya paksa.

3. Dengan adanya penelitian ini akan menjadi pengetahuan bagi kita semua agar asas

legalitas dalam bentuk surat keterangan dipersyaratkan lebih awal dalam penetapan

ahli waris pada saat harta waris gono gini dibagikan.

4. diperlukan adanya regulasi atau aturan untuk menjalankannya dengan

mempertimbangkan kemaslahatan yang ditimbulkannya. Adanya aturan yang dibuat

hendaklah disesuaikan dengan adat yang telah ada tanpa harus meninggalkan semua

namun tetap kembali kepada penerapan hukum kewarisan Islam sehingga nantinya

konflik yang terjadi akan dapat teratasi.

C. Rekomendasi

1. Apabila terjadi kematian, maka hendaklah steakholder setempat melaporkan kepada

lurah/kepala desa ataupun pencatatan sipil tentang adanya kematian dilingkungan

tempat ia berwenang.

2. Lurah/kepala desa memberitahukan kepada ahli waris untuk melakukan penetapan

ahli waris sesegera mungkin

3. pelaksanaan pembagian harta waris gono gini tersebut dilakukan dengan segera

untuk menetapkan bagian ahli waris yang dituangkan melalui akta notaris ataupun

surat keputusan penetapan ahli waris dari pengadilan agama.

Page 134: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

116

4. Sebelum dilaksanakan perkawinan yang baru bagi duda/janda cerai mati, hendaklah

dipersyaratkan juga surat keterangan pembagian ahli waris atau surat keterangan

penetapan ahli waris dari pengadilan agama oleh KUA untuk menghindari kerugian

dari pihak ahli waris serta menjaga keharmonisan keluarga yang akan dibina.

Page 135: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

Daftar Pustaka

A. Buku

Satria Effendi. 2004. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer. Jakarta:

Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dan Kompilasi Hukum Islam. 2011. Bandung: Citra Umbara.

Abdul Rahman Ghazaly. 2006. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.

Ahmad Rofiq. 2002. Fiqh Mawaris. Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Http://Www.Kuabatukcm.Net/Layanan.Php

Zainuddin Ali. 2010. Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika.

Nasrun Haroen. 1997. Usul Fiqih 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Kutbuddin Aibak. 2008. Metodologi Pembaharuan Hukum Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Saifudin Zuhri. 2011. Ushul Fiqih. Akal Sebagai Sumber Hukum Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asmawi. 2011. Perbandingan Ushul Fiqih. Jakarta: Bumi Aksara.

Wil Kymlicka. 2004. Filsafat Politik Kontemporer Kajian Atas Teori-Teori

Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

John Rawls. 2006. A Theory Of Justice Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Darji Dharmodiharjo Dan Shindaria. 2006. Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa Dan

Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: Iramedia Pustaka Umum.

Dahlan Thamrin. 2007. Filsafat Hukum Islam. Malang: Uin Malang Press.

Lexi J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Judith Belib. 2006. Melakukan Proyek Penelitian Secara Mandiri. Cet. Iv. Jakarta:

PT Indeks.

Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif

Dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga Universitypress.

Page 136: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

M.B Miles & A.M Hubermen. 1992. An Ekpended Source Book Qualitatif Data

Analisys. Analisis Data Kualitatif. Tej. Tjejep R. Rohidi. Jakarta: UI Press.

S. Nasution. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah) . Jakarta: Bumi Aksara.

Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Penelitian

Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Eriyanto. 1999. Metodologi Polling Memberdayakan Suara Rakyat. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Suhrawadi, Komis Simanjuntak. 2004. Hukum Waris Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Suparman Usaman. Yusuf Somawinata. 2008. Fiqih Mawaris. Jakarta: Gaya Media

Pertama.

Abdul Manan. 2006. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta:

Kencana.

Wahbah Zuhailiy. 1980. Ushul Al-Fiqh Al-Islamiy. Beirut: Dar Al-Fikr.

Hasbiyallah. 2007. Belajar Mudah Ilmu Waris, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad Ali Ash Shabuni. 1995. Hukum Waris Menurut Al-Quran Dan Hadits,

Ahli Bahasa Dra. Zaini Dahlan, Bandung: Trigenda Karya.

Kasuwi Saiban. 2007. Hukum Waris Islam. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ahmad Rofiq. 2001. Fiqh Mawaris. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Amir Syarifuddin. 1984. Pelaksanaan Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat

Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.

Rachmad Budiono. 1999. Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia,

Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Suhrawadi K Lubis, Komis Simanjuntak. 2007. Hukum Waris Isla., Jakarta: Sinar

Grafika.

Amir Syarifuddin. 2004. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Kencana.

Rasyad Hasaan Khalil, 2010. Tarikhu Al-Islami, Sejarah Legislasi Hukum Islam

(Tt, T, Th) Cet Ii, Terj, Nadirsyah Hawari, Tarikhu Tasyri’ Sejarah

Legislasi Hukum Islam. Jakarta: Amza.

Malthuf Siroj. 2012. Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia Telaah Kompilasi

Hukum Islam. Yogyakarata: Pustaka Ilmu Yogyakarta.

Page 137: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

Muhammad Hashim Kamali. 2008. Membumikan Syariah, Pergulatan

Mengaktualkan Islam. Jakarta: Mizan Publika.

Eddy, O.S. Hiariej. 2009. Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum Dalam Hukum

Pidana. Jakarta: Erlangga.

Topo Santoso. 2001. Mengagas Hukum Pidana Islam. Bandung: Asy Syaamil Press

& Grafika.

Habiburrahman. 2011. Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia.

Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Afdol. 2003. Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil. Surabaya: Airlangga.

Syakroni. 2007. Konflik Harta Warisan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Data Dari Kua Kota Batu, Http://Www.Kuabatukcm.0fees.Net/Layanan.Php

Sudarsono . 2005. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Sf. Marbun, Deno Kamelus. Dkk. 2001. Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum

Administrasi Negara. Yogyakarta: Uii Press.

Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Kansil, Christine. 2005. Modul Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT. Kresna

Prima Persada.

Sf. Marbun, Deno Kamelus. Dkk, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum,

M. Quraish Shihab. 2000. Tafsir Al-Misbah. Ciputat: Lentera Hati.

Imam Al-Mundziri. 2003. Ringkasan Hadis Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka

Aman.

Departeman Agama Ri. 2002. Al-Quran Dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar

Surabaya.

Ismuha. 1978. Pencaharian Bersama Suami Istri Di Indonesia. Jakarta: Bulan

Bintang.

Subekti. 1975. Pokok-Pokok Dari Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa.

Gufron A. Mas’adi. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Rajagrafindo

Persada.

Hendi Suhendi. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

M. Syakroni. 2007. Konflik Harta Warisan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad Wardi Muslich. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Page 138: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

Sayyid Sabiq. 1987. Fiqih Sunnah.Jilid 13. Bandung: Al Ma’arif.

Satria Effendi M. Zein,” Analisa Fiqh Terhadap Yurisprudensi Tentang

Kewarisan”Dalam Mimbar Hukum, No. 20 Tahun 1995

Rahcmat Syafe’i. 1999. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.

K, Denzin Dan Yunonns S.Linconln. 2009. Handbook Of Qualitative Research

(Terj) Darianato. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Cik Hasan Bisri. 2003. Model Penelitian Fiqih, Cet 1. Bogor: Kencana.

Sanapiah Faisal. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Dan Aplikasi. Malang:

Ya3 Malang.

Nurul Zuriah. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakrata: Bumi

Aksara.

Julia Brannen. 2005. Memadu Metode Penelitian: Kualitatif Dan Kuantitatif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

M. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghimia Indonesia.

Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian, Cet Vii. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Tjetep R.R. 1992. Analisis Data Kualitatif, Terjemah. Jakarta: UI Press

Cik Hasan Bisri, 2003. Penuntutan Penyusunan Rencana Penelitian. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Amin Farih. 2008. Kemaslahatan & Pembaharuan Hukum Islam. Semarang:

Walisongo Press.

Ahmad Hanafi. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Erdianto Effendi. 2011. Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Syarifuddin Arief, Seminar: Dialog Dan Diskusi Notariat Syariah, Uin Maulana

Malik Ibrahim Malang, Tgl 5 Juli 2013

Page 139: PANDANGAN PAKAR HUKUM DAN ULAMA KOTA MALANG …etheses.uin-malang.ac.id/7798/1/11780014.pdfPEMBAGIAN HARTA WARIS GONO GINI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjan Universitas Islam

B. Internet

Http://Www.Artikel.Majlisasmanabawi.Net/Kamus-Spiritual/Arti-Ulama-

Pengertian -Ulama

C. Karya ilmiah

Asmawi, Diskursus Teori Mashlahah , Makalaah Disampaikan Pada Forum

Seminar Karya Ilmiah Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta, 13 September 2009