Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

17
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT A. Pengertian Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat Pancasila terdiri atas lima sila yang pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing masing merupakan suatu asas peradabab. Namun demikian sila-sila Pancasila itu bersama-sama merupakan suatu kesatuan dan keuTuhan. Maka dasar filsafat negara Pancasila adalah merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal (majemuk artinya jamak) (tunggal artinya satu). Konsekuensinya setiiap sila tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari sila lainnya. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa Indonesia. Kenyatan pacasila yang demikian disebut kenyataan obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri lepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan objektif yang ada dan terlekat pada pancasil, sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem sistem filsafat lainnya. B. Kesatuan Sila-sila Pancasila

Transcript of Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Page 1: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Pancasila terdiri atas lima sila yang pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing masing merupakan suatu asas peradabab. Namun demikian sila-sila Pancasila itu bersama-sama merupakan suatu kesatuan dan keuTuhan. Maka dasar filsafat negara Pancasila adalah merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal (majemuk artinya jamak) (tunggal artinya satu). Konsekuensinya setiiap sila tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari sila lainnya.

Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa Indonesia. Kenyatan pacasila yang demikian disebut kenyataan obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri lepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan objektif yang ada dan terlekat pada pancasil, sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem sistem filsafat lainnya.

B. Kesatuan Sila-sila Pancasila a. Susunan Pancasila yang bersifat hierarkis dan Berbentuk

PiramidalSusunan Pancasila adalah hierakis dan mempunyai bentuk piramidal.

Pengertian piramidal digunaka untuk menggambarka hirarki sila – sila dari Pancasila dalam urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas). Dalam susuna hierarkhis dan piramidal ini, maka KeTuhanan Yang Maha Esa menjadi Basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan sosial. Sebaliknya KeTuhanan Yang Maha Esa adalah KeTuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial demikian selanjutnya, sehingga tiap-tiap sila didalamnya mengandung sila-sila lainnya.

Page 2: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

b. Rumusan Pancasila yang bersifat hierarkis dan Berbentuk Piramidal

1. Sila pertama : KeTuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dan permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sila Kedua : Kemanusian yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwai sila KeTuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai sila sila persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat hikmat kebijaksanan dan permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila KeTuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai sila sila Kemanusian yang adil dan beradab, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat hikmat kebijaksanan dan permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat hikmat kebijaksanan dan permusyawaratan perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila KeTuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai sila sila Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila KeTuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai sila sila Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat hikmat kebijaksanan dan permusyawaratan perwakilan.

Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal adalah sebagai berikut : bahwa hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa Prima. Ole karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan Tuhan (sila 1). Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok negara, karena negara adalah lembaga kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan hidup bersama yang aggotanya adalah manusia (sila 2). Maka negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3). Sehingga terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Maka rakyat pada hakikatnya merupakan unsur negara disamping wilayah dan pemerintah. Rakyat adalah sebagai totalitas individu-individu dalam negara yang bersatu (sila 4). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan lain perkataan

Page 3: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

keadilan sosial (sila 5) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidupbersama yang disebut negara (lihat Notonegoro, 1984:61 dan 1975:52,57).

c. Rumusan Hubungan sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi

Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya untuk saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkis tadi. Tiap-tiap sila seperti telah disebutkan di atas mengandung 4 sila lainnya, dikualifikasikan oleh ke empat sila lainnya. Untuk kelengkapan dari hubungan kesatuan keseluruhan dari sila-sila Pancasila dipersatukan dengan rumus hirarkis tersebut di atas.

C. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem FilsafatKesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan

kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila Pancasila. Kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hirakhis dn mempunyai bentuk piramidal, digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkis dan mempunyai bentuk piramidal, digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarkis sila-sila dalam pacasila dalam urut-urutan luas (kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila Pancasila itu dalam arti formal logis. Selain kesatuan sila-sila Pancasila itu hirarkis dalam hal kuantitas juga dalam hal sifatnya yaitu menyangkut makna serta hakikat sila-sila Pancasila. Kesatuan yang demikian ini meliputi kesatuan dalam hal dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila (Notonegoro, 1984:61 dan 1975:52,57). Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat lainnya.

D. Dasar Ontologis Sila-sila PancasilaPancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang

menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau secara filosofis merupakan dasar ontologis sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis.

Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga, dan jiwa

Page 4: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

jasmani, dan rohani, sifat kodrat manusia adalah sebgai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai, makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

a. Hakikat Sila-Sila Pancasila

Dalam fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia maka sangat perlu untuk diketahui tentang hubungan antara negara Indonesia dengan landasan dari sila-sila Pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Hubungan tersebut merupakan suatu hubungan kesesuaian maka arti inti setiap sila dari Pancasila adalah sebagai berikut :

1. KeTuhanan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan ( yaitu kesesuaian dalam arti sebab dan akibat) (merupakan suatu nilai-nilai agama).

2. Kemanusiaan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai dengan hakikat manusia.

3. Persatuan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang ssuai dengan hakikat satu, yaitu berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah, dan keadaan negara Indonesia sehingga terwujud suatu kesatuan.

4. Kerakyatan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai dengan hakikat rakyat.

5. Keadilan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai dengan hakikat adil.

b. Pengertian Kesesuaian Sifat Sifat Dan Keadaan Negara Dengan Landasan Sila-Sila Pancasila

1. Pengertian sifat-sifat dan keadaan negara

Telah dijelaskan dimuka bahwa inti landasan sila-sila Pancasilaadalah Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Konsekuensinya segala sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Bilamana dirinci pengertian sifat-sifat ini pada hakikatnya meliputi empat hal yaitu :

a. Sifat-sifat (sifat luar), yaitu hal baru yang ditambahkan pada sesuatu sehingga merupakan ciri baru, atau segala sesuatu itu memiliki ciri baru (kualitas) baru.

b. Sifat-sifat batin (sifat dalam) yaitu golongan sifat yang datang dari luar dan mempengaruhi sifat yang menjadi bawaan sesuatu.

Page 5: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

c. Sifat yang berupa wujud, bentuk dan susunan, yaitu wujud bentuk maupun susunan sesuatu.

d. Sifat yang berupa potensi atau daya, yaitu tenaga atau daya yang ada pada segala sesuatu.

2. Kesesuaian negara Indonesia dengan hakikat landasan sila-sila Pancasila.

Pancasila adalah dasar filsafat negara Indonesia, maka konsekuensinya segala aspek penyelanggaraan negara harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dalam realisasinya negara Indonesia harus sesuai dengan landasan sila-sila Pancasila yang merupakan inti pokoknya. Maka negra Indonesia haru sesuai dengan hakikat Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil.

Hal ini berarti terdapat dua hal yang saling berhubungan. Dalam kaitannya dengan segala hal yang diperbandingkan dan memiliki hubungan, maka senantiasa memiliki 3 asas hubungan, yaitu :

a. Asas hubungan yang berupa sifatb. Asas hubungan yang berupa bentuk, luas dan beratc. Asa hubungan yang berupa sebab dan akibat

Hubungan negara Indonesia dengan landasan sila-sila Pancasila adalah merupakan hubungan sebab dan akibat. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakya dan adil adalah merupakan sila-sila Pancasila. Maka konsekuensinya Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah merupakan sebab dan negara Indonesia adalah merupakan akibatnya.

3. Hakikat landasan sila sila Pancasila

Hakikat adalah suatu inti yang terdalam dari segala sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan sesuatu itu, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan sifatnya mutlak (Notonegoro, 1975:58). Hakikat landasan sila-sila Pancasila, maka sangat berkaitan errat dengan hakikat, kodrat manusia. Dalam masalah ini terdapat 3 pengertian hakikat yaitu :

Page 6: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

a. Hakikat abstrak

Hakikat abstrak ini juga disebut hakikat jenis atau hakikat umum. Hakikat abstrak yang ada pada segala sesuatu yang memiliki unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak beruah. Sehingga unsur-unsur ini memiliki oleh sesuatu yang tunggal jenis.

b. Hakikat pribadi

Yaitu unsur-unsur yang tetap yang menyebabkan segala sesuatu yang bersangkuta tetap merupakan diri pribadi.

c. Hakikat kongkrit

Yatu sesuatu hal tertentu yang secara nyata (kongkrit) (maujud), setiap manusia tertentu dalam kenyataannya.

c. Dasar ontologis kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat “moodualis”

Persatuan dan kesatuan Pancasila sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia tidak hanya pada sila-silanya saja, melainkan juga pada dasarnya. Pandangan hidup hakikatnya yang menjadi dasar kesatuan Pancasila adalah manusia.

d. Hubungan Dasar Ontologis Kesatuan Sila-Sila Pancasila Dengan Bentuk Negara

Nilai nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan dan memiliki sifat dasar monodualis, yaitu sifat kodrat manusia sebagai perseorangan dan makhuk sosial yang masing-masing mengandung unsur-unsur keutuhan dan kerohanian akan senantiasa menjamah dalam segala aspek kehidupan dan penyelengaraan negara.

E. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila (Soeryanto, 1991:50).

Page 7: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Terdapat 3 persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu : pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori tentang kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia (Titus, 1984:20).

a. Struktur Logis Makna Sila-Sila Pancasila

Sebagai suatu sistem pengetahuan, maka isi arti sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem yang bersifat rasional. Hal ini mengandung arti secara epistemologis isi arti sila-sila Pancasila tersusun atas dasar prinsip-prinsip logika.

Arti sila-sila Pancasila yang umum universal menyangkut tentang esensi, atau intisari sila-sila Pancasila. Untuk memahami ini dalam ilmu bahasa bahwa suatu pernyataan adalah sederetan kata-kata yang mengandung makna. Maka dalam Pancasila terdiri atas sedertan kata yang secara struktural merupakan suatu frase ( sederetan kata-kata) yang mengandung makna tertentu.

Berdasarkan suatu analisis morfologi pada kata-kata Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan serta semantis berhubungan dengan makna ‘hal’ yang berkaitan dengan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Selain itu semua kata-kata tersebut mengandung makna abstrak. Jadi inti kata-kata yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu : keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan kesemuanya mengandung makna abstrak.

b. Pancasila Sebgai Pedoman Praktis dalam Penyelenggaraan Negara

Pancasila sebagai dasar filsafat dan dasar kerohanian negara bukan hanya suatu rumusan yang kosong saja, melainkan isi arti Pancasila secara material perlu dilaksanakan dan diamalkan dalam suatu kehidupan yang nyata pada segala aspek kehidupan penyelenggaraan negara. Konsekuensinya perlu ada suatu perumusan yang jelas bagaimana realisasi pelaksanannya terutama dalam kaitannya dengan realisasi isi arti sila-sila Pancasila.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara isi, arti Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman praktis. Dalam masalah ini isi, arti Pancasila diamalkan dan dilaksanakan dlaam wujud pelaksanaanya yaitu sebagai pedoman praktis bagi penyelenggaraan negara secara nyata, maka dalam istilah logika disebut umum kolektif. Disebut umum kolektif karena terbatas pada suatu kelompok penjumlahan (yaitu bangsa dan negara Indonesia).

Pancasila sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV, yang juga berkedudukan sebagai staatfundamentalnorm (pokok kaidah negara fundamental ) mempunyai isi, arti yang abstrak umum universal. Namun sebagai pedoman pelaksanaan negara, maka Pancasila adalah bersifat umu kolektif (artinya untuk kelompok negara

Page 8: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Indonesia). Jadi pembukaan UUD 1945 memuat nilai-nilai tersebut kemudian dipakai sebagai pedoman praktis dalam pelaksanaan daan penyelenggaraan negara Indonesia, dalam bentuk UUD 1945, tap MPR dan seterusnya, dalam pelaksanaannya mempunya isi yang umum kolektif.

c. Realisasi Isi, arti Pancasila dalam Tertib Hukum IndonesiaPengertian Pancasila sebagai dasarnegara republik Indonesia juga disebut

Philosofishe Gronslag dari negara Indonesia. Dalam pengertian ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar kerohanian dalam mengatur pemerintahan negara Indonesia.

Fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara republik indonesi sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 2945, dan realisasi Pancasila sebagai dasar negara adakahsebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia sebagaimana tertuang dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1966.

d. Hubungan Makna Pancasila yag Abstrak Umum Universal, Umum Kolektif dan Khusus Kongkrit

Bilamana kita ringkas hubungan isi arti Pancasila yang abstrak, umum, universal, umum kolektif dan khusus kongkrit adalah sebagai berikut :

1. Isi Arti Pancasila yang Abstrak Umum UniversalIsi arti Pancasila yang abstrak, umum universal merupakan hakikat

dari Pancasila merupakan esensi yaitu merupakan intinya yang terdalam dari sila-sila Pancasila.

Isi arti ini merupakan nilai yang fundamental, merupakan dampak filsafat, sehingga merupakan sumber nilai seluruh aspek penyelenggaraan negara.

2. Isi Arti Pancasila yang Umum KolektifIsi Pancasila yang umum universal ini perlu dijabarkan lebih

lanjut dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara yaitu berupa pedoman dalam penyelenggaraan negara maupun GBHN. Dalam pengertian inilah maka isi arti Pancasila bersifat umum kolektif.

3. Isi Arti Pancasila Yang Khusus, Singuler, Dan Kongkrit

Isi arti Pancasila yang khusus kongkrit ini merupakan pelakasanaan Pancasila dasar filsafat negara yang diterapkan dalam

Page 9: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

kehidupan nyata, antara lain pada bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan, organisasi, administrasi, partai politik maupun golongan yang ada dalam masyarakat, pertahanan dan semua aspek yang berkaitan dengan pembangunan nasional termasuk kebijaksanaan dalam maupun luar negeri. Pelaksanaan Pancasila yang kongkrit ini sangat bersifat dinamis, yaitu sesuai dengan dinamika perkembangan peradaban manusia. Karena sifatnya yang khusus dan kongkrit serta dinamis maka setiap pelaksanaan dan kebijaksanaan bisa berbeda, namun tetap dalam batas norma isi, arti Pancasila yang umum universal dan umum kolektif.

F. Dasar Aksiologis Sila-sila PancasilaSila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu

kesatuan dasar aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat bergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan hirarkinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan pada dua macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek pemberi nilai yaitu manusia, hal ini bersifat subjektif namun juga terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya sesuatu itu memang pada dirinya sendiri memang bernilai, hal ini merupakan pandangan dari paham objektivisme.

Menurut Notonegoro, nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai kebaikan maupun nilai kesucian yang secara kesuluruhan bersifat sistematik hirarki, dimana sila pertama yaitu KeTuhan Yang Maha Esa sebagai basisnya sampai dengan sila Keadilan Sosial sebagai tujuannya (Darmodihardjo, 1978).

a. Pengertian NilaiDi dalam Dictionary of Sociology an Related Sciences dikemukan bahwa

nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu misalnya bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah dan susila adalah sifat atau kualita yang

Page 10: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

terkandung pada bunga dan manusia. Dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai (Wertrager).

b. Hierarkhi NilaiMax Scheler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama

luhurmya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara senyatanya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut :

1) Nilai-nilai kenikmatan dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan.

2) Nilai-nilai kehidupan : dalam tingkat ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan.

3) Nilai-nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.

4) Nilai-nilai kerohanian : dalam tingkat ni terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tak suci.

c. Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu SistemHakikat sila-sila Pancasila (substansi Pancasila) adalah merupakan nilai-

nilai, sebagai pedoman negara adalah merupakan norma, adapun aktualisasinya merupaka realisai kongkrit Pancasila.

Substansi Pancasila dengan kelima silanya yang terdapat pada KeTuhan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Prinsip dasar yang mengandung kualitas tertentu itu merupakan cita-cita dan harapan atau hal yang ditujukan oleh bangsa Indonesia untuk diwujudkan menjadi kenyataan real dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Namun disamping itu, prinsip-prinsip dasar tersebut sebenarnya juga diangkat dari kenyataan real.

Bangsa Indonesia dalam hal ini merupakan pendukung nilai-nilai (subscriber of values) Pancasila. Bangsa Indonesia yang berkeTuhananan, yang berkemanusiaan, yang persatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.

Suatu hal yang diberikan penekanan lebih dahulu yakni meskipun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu mempunyai tingkatan dan bobot nilai

Page 11: Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

yang berbeda, yang berarti ada ‘keharusan’ untuk menghormati nilai yang lebih tinggi, nilai-nilai yang berbeda tingkatan dan bobot nilainya itu tidak saling berlawanan atau bertentangan, melainkan saling melengkapi.

d. Fungsi Teoritis dan Praktis Pancasila sebagai sutu Sistem FilsafatFungsi teoritis Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, bahwa suatu sistem

filsafat adalah merupaka suatu sistem pengetahuan dan pengertian yang terdalam serta menyeluruh sehingga bersifat universal. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa suatu sistem filsafat membahas segala sesuatu sampai pada hakikatnya atau dengan perkataan lain sampai pada tingkatan pengetahuan yang esensial. Sebagaimana diketahui bahwa sistem filsafat Pancasila yang merupakan sistem pengetahuan esensial memberikan pengetahuan tentang kebijaksanaan dalam hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan negara, serta dengan segala sesuatu yang berada di sekelililngnya. Dalam pengertian ini maka sistem telah menjelma menjadi suatu pandangan hidup dan pandangan dunia. Pandangan hidup dan pandangan dunia adalah bertingkat dalam hal kekuasaan yang sejalan dengan lingkungan pendukungnya.

Fungsi praktis Pancasila sebagai suatu sistem filsafat yaitu seluruh aspek dalam pelaksanaan dan penyelanggaraan negara merupakan hasil derivasi nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang telah memiliki dasar tentang hakikat manusia sebagai pendukung pokok negara serta hakikat masyarakat, bangsa dan negara secara praktis merupakan sumber, asas kerohanian dalam setiap aspek pelaksanaan dan penyelanggaraan negara, antara lain tertib hukum Indonesia, kekuasaan negara, pertahanan negara, setiap alat perlengakapan negara serta terutama GBHN yang realisasinya merupaka pembangunan negara yang bersifat dinamis.