PalTerapan_2014_04

21
KONSEP BIOSTRATIGRAFI Oleh : Dr. HITA PANDITA, ST., MT Program Studi: Teknik Geologi (S-1) Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

description

paleontologi terapan, fossil, foraminifera, geologi

Transcript of PalTerapan_2014_04

Page 1: PalTerapan_2014_04

KONSEP BIOSTRATIGRAFI

Oleh :

Dr. HITA PANDITA, ST., MT

Program Studi: Teknik Geologi (S-1)

Sekolah Tinggi Teknologi NasionalYogyakarta

Page 2: PalTerapan_2014_04

PENGERTIAN

Menyusun suatu satuan batuan berdasarkan kesamaan kandungan fosilnya. Dalam perkembangannya satuan biostratigrafi sering identik dengan umur dari batuan itu sendiri.

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

Page 3: PalTerapan_2014_04

ZONA-ZONA BIOSTRATIGRAFI

Secara tradisi istilah untuk satuan biostratigrafi adalah zona. Meskipun demikian dalam perkembangannya zona merupakan istilah umum bagi satuan-satuan stratigrafi lainnya.

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

Zonasi Ammonit

Zonasi Brachiopoda

Zonasi Trilobit

Page 4: PalTerapan_2014_04

ZONA-ZONA BIOSTRATIGRAFI

Terdapat beberapa macam zona dalam penyusunan biostratigrafi

1. BIOZONE

Suatu endapan yang terbentuk selama jangka waktu hidup sesuatu takson. Dengan kalimat lain: Suatu zonasi yang dibatasi oleh jangka waktu hidup suatu takson.Contoh: Biozonasi Ammonit yaitu pada Mesozoikum.

Page 5: PalTerapan_2014_04

2. BARREN ZONE

Tidak meratanya kemunculan fosil, maka ada suatu saat lapisan batuan tidak mengandung fosil.Lapisan batuan yang tidak mengandung fosil dan berfungsi sebagai pembatas antar zonasi kita sebut dengan barren zone.Jika lapisan pemisah tersebut tipis dan terdapat dalam suatu zona, maka lapisan itu disebut Intra zone.Jika menjadi batas antara dua zone disebut dengan Inter zone.

Page 6: PalTerapan_2014_04

3. BATAS-BATAS STRATIGRAFI

Dalam konsep stratigrafi suatu hal yang penting ialah adanya batas-batas perubahan stratigrafi atau perubahan sifat stratigrafi yang jelas antara dua lapisan.

Batas tersebut dapat disebut dengan horison, level, limit, marker, indeks, datum, datum plane, datum level, key horison, key bed, dan sebagainya.

Batas tersebut dapat teratur, dapat juga sebagai batas satuan stratigrafi, atau dalam suatu satuan stratigrafi, bisa bersifat isochron (kesamaan waktu) atau tidak, dan dapat juga berfungsi sebagai bidang korelasi.

 Jika batas tersebut merupakan batasan biostratigrafi, maka disebut dengan bio-horison.

Page 7: PalTerapan_2014_04

Barren (Inter Zone)

Zone B

Zone A

Zone A

Barren (Intra Zone)

Page 8: PalTerapan_2014_04

METODE PENENTUAN ZONASI

1. ASSEMBLAGE ZONE (Zona Kumpulan)

Suatu zona dimana lapisan-lapisan (strata) dapat dikelompokkan menjadi satu karena tercirikan oleh suatu kumpulan alamiah yang jelas (distinct).

Batas dari zona kumpulan adalah batas dari penyebaran dari kumpulan fosil yang dianggap sebagai penciri untuk zona tersebut. Penentuan batas cenderung subyektif, bergantung pada penilaian si pembuat.

Batas yang tajam yang ditandai oleh kemunculan awal dan akhir dari beberapa takson-takson penciri dapat menunjukkan fasies, perubahan paleogeografi atau adanya hiatus.

Page 9: PalTerapan_2014_04

1. ASSEMBLAGE ZONE (Zona Kumpulan)

Page 10: PalTerapan_2014_04

2. RANGE ZONE (Zona Kisaran)

Zona yang mengelompokkan strata menjadi satu, karena mewakili suatu kisaran stratigrafi dari beberapa unsur yang terpilih dari seluruh kumpulan fosil.Penarikan batas biasanya menggunakan kemunculan awal dan akhir dari satu atau lebih takson yang ada.

Page 11: PalTerapan_2014_04

3. INTERVAL ZONE (Zona Interval)

Digunakan diantara dua horison biostratigrafi yang jelas akan tetapi yang tidak perlu mewakili suatu kisaran biostratigrafi yang tertentu.Batas dapat digunakan dari pemunculan akhir dari takson a pada bagian bawah, sedangkan batas atas dapat digunakan pemunculan awal dari takson b. Biasanya lebih dikenal dengan Interbiohorison-zone.

Interbiohorison-zone

Page 12: PalTerapan_2014_04

4. ACME ZONE (Zona Puncak)

Zona yang dalam pengelompokkannya menggunakan perkembangan maksimum dari dari suatu spesies, genus atau takson tertentu.

Page 13: PalTerapan_2014_04

Penyusunan biostratigrafi berdasarkan metode-metode numerik dengan mengkuantifikasi data fosil pada batuan (Gradstein, dkk, 1985). Metode ini dipergunakan untuk korelasi dari beberapa penampang stratigrafi.

Metode Analisis yang sering dipergunakan adalah Analisis Multivariat. Terdapat beberapa metode

1. Q-Mode

2. R-Mode

3. RBV (Relative Biostratigraphy Value)

BIOSTRATIGRAFI KUANTITATIF

Page 14: PalTerapan_2014_04

1. Q-Mode

Metode multivarian Q-mode menggunakan data similaritas dari sejumlah sampel. Penggunaan Q-mode sangat baik untuk jumlah penampang yang banyak. Hasil yang dicapai adalah zona kumpulan (Assemblage zone) dari berbagai taksa fosil. Rumus yang digunakan adalah

2 Cij

Ni + Nj

Sij =

Cij = jumlah taksa yang hadir dikedua sampelNi = jumlah taksa yang muncul pada sampel iNj = jumlah taksa yang muncul pada sampel jSij = Similaritas antara sampel i dan j

Page 15: PalTerapan_2014_04

2. R-Mode

Metode multivarian R-mode menggunakan basis data matriks spesies ke spesies. Hasil akan terlihat berupa kemunculan awal dan akhir dari suatu taksa, dan bagus untuk korelasi yang rapat. Namun R-mode kurang effisien digunakan pada jumlah penampang yang banyak, namun baik untuk jumlah penampang yang sedikit. Hal ini disebabkan masing-masing taksa harus dihitung. Rumus yang dipergunakan adalah:

2 Cij

Ni + Nj

Sij =

Cij = jumlah sampel yang mengandung taksa i dan jNi = jumlah sampel yang mengandung taksa iNj = jumlah sampel yang mengandung taksa jSij = Similaritas antara taksa i dan j

Page 16: PalTerapan_2014_04

3. RBV (Relative Biostratigraphy Value)

Dalam analisa multivariat, penggunaan fosil indeks sangat besar manfaatnya. Dalam penggunaan fosil indeks harus diketahui dahulu nilai biostratigrafi relatifnya atau RBV. Penggunaan fosil indeks ini dapat mengurangi jumlah data yang bias dibandingkan jika dipergunakan keseluruhan fosil yang dijumpai. Data biostratigrafi yang dibutuhkan untuk menganalisa suatu taksa adalah kisaran vertikal (V), penyebaran geografi (G) dan kemandirian fasies (F).

Page 17: PalTerapan_2014_04

1. Kisaran vertikal merupakan atribut yang kritis. Kisaran vertikal dari suatu spesies i (Vi) didapatkan dari (ketebalan maksimun dari kehadiran spesies i pada penampang m) / (total ketebalan penampang m), dihitung satu persatu dari masing-masing penampang.

2. Kemandirian fasies (F) dihitung dari (jumlah fasies yang mengandung spesies i) / (jumlah total fasies yang ada). Penghitungan sudah mencakup seluruh penampang.

3. Penyebaran geografi (G) didapatkan dari (jumlah penampang yang mengandung spesies i) / (jumlah penampang).

3. RBV (Relative Biostratigraphy Value)

Apabila data-data diatas sudah didapatkan, barulah dilakukan penghitungan RBV dari berbagai taksa tersebut. Adapun rumus RBV yang dapat digunakan.

RBV1 = F (1 – V) + (1 – F) G..................... McCammon (1970)

Page 18: PalTerapan_2014_04

Penggunaan RBV sangat membantu dalam analisa multivariat sehingga rumus pada Q-mode maupun R-mode berubah menjadi:

2 RBVij

RBVi + RBVj

Sij =

RBVij = Total RBV dari taksa yang hadir dikedua sampelRBVi = Total RBV dari taksa yang hadir pada sampel iRBVj = Total RBV dari taksa yang hadir pada sampel jSij = Similaritas antara sampel i dan j

Page 19: PalTerapan_2014_04

No FORAMINIFERA PLANGTONIK Rsdy Rsrg Rgjw Vi f Fi Si Gi RBV1 RBV2Biostratigrafi

Range

1 Globigerina venezuelana 1.80 0.70 0.0498 3.00 1.0000 2.00 0.6667 0.9502 0.7918 N3 - N192 Globigerinoides sacculiferus 2.20 3.90 1.50 0.1514 2.00 0.6667 3.00 1.0000 0.8991 0.7072 N7 - R3 Hastigerina aequilateralis 4.50 2.80 0.90 0.1633 2.00 0.6667 3.00 1.0000 0.8911 0.6972 N14 - R4 Globorotalia obesa 0.15 0.40 0.0110 2.00 0.6667 2.00 0.6667 0.8816 0.65945 Orbulina bilobata 2.20 0.70 0.0578 2.00 0.6667 2.00 0.6667 0.8504 0.6282 N9 - R6 Neogloboquadrina acostaensis 0.90 3.90 0.0956 2.00 0.6667 2.00 0.6667 0.8251 0.6029 N16 - 227 Sphaeroidinella subdehiscens 0.90 4.60 0.1096 2.00 0.6667 2.00 0.6667 0.8158 0.5936 N13 - N198 Globorotalia acostaensis 12.90 0.40 0.2649 2.00 0.6667 2.00 0.6667 0.7123 0.4900 N16 - N229 Globigerina bulloides 0.90 0.30 0.0239 1.00 0.3333 2.00 0.6667 0.7698 0.4880 N16 - R

10 Globigerinella aequilateralis 1.30 0.0259 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.7605 0.4871 N12 - R11 Globorotalia mayeri (Reworked) 1.30 0.0259 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.7605 0.4871 N9 - N1312 Globorotalia menardii 12.90 0.90 0.2749 2.00 0.6667 2.00 0.6667 0.7056 0.4834 N13 - R13 Globigerina nepenthes 0.90 0.90 0.0359 1.00 0.3333 2.00 0.6667 0.7658 0.4821 N14 - N2114 Globorotalia miocenica 4.30 0.0857 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.7207 0.4572 N17 - N2115 Globorotalia plesiotumida 4.50 0.0896 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.7180 0.4552 N17 - N1816 Globorotalia multicamerata 6.00 0.1195 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.6981 0.4402 N17 - N2117 Pulleniatina obliquiloculata 6.00 0.1195 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.6981 0.4402 N19 - R18 Globoquadrina altispira 2.20 3.90 25.00 0.6195 3.00 1.0000 3.00 1.0000 0.3805 0.3805 N9 - N2119 Pulleniatina primalis 12.90 0.2570 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.6065 0.3715 N17 - N2020 Globoquadrina dehiscens 0.30 0.0060 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5536 0.3313 N4 - N1721 Neogloboquadrina dutertrei humerosa 0.30 0.0060 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5536 0.3313 N18 - N2222 Sphaeroidinella dehiscens 0.30 0.0060 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5536 0.3313 N19 - R23 Globigerinoides quadrilobatus 0.60 0.0120 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5516 0.3293 N4 - R24 Globorotalia crassaformis 0.60 0.0120 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5516 0.3293 N16 - R25 Globorotalia pseudomiocenica 0.60 0.0120 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5516 0.3293 N14 - R26 Globigerina praebulloides 0.70 0.0139 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5509 0.3287 N4 - N1627 Globigerinita naparimaensis 0.90 0.0179 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5496 0.3274 N13 - N1528 Globigerinoides obliquus 0.90 0.0179 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5496 0.3274 N6 - N2129 Globigerinoides primordius (Reworked) 0.90 0.0179 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5496 0.3274 N4 - N530 Candeina nitida 1.50 0.0299 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5456 0.3234 N17 - R31 Globigerinoides conglobatus 1.50 0.0299 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5456 0.3234 N17 - R32 Globorotalia praemenardii 1.50 0.0299 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5456 0.3234 N9 - N1333 Globorotalia tumida 2.20 0.0438 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5409 0.3187 N18 - R34 Praeorbulina glomerosa (Reworked) 2.20 0.0438 1.00 0.3333 1.00 0.3333 0.5409 0.3187 N8 - N935 Globorotalia siakensis 25.00 0.4980 2.00 0.6667 1.00 0.3333 0.4458 0.2510 N5 - N1336 Orbulina universa 12.90 4.60 25.00 0.8466 3.00 1.0000 3.00 1.0000 0.1534 0.1534 N9 - R37 Globigerinoides immaturus 12.90 6.00 25.00 0.8745 3.00 1.0000 3.00 1.0000 0.1255 0.1255 N4 - R

Page 20: PalTerapan_2014_04

Similaritas GJW013 – SDY01 : didasarkan pada 3 spesies Orbulina universa, Globorotalia acostaensis, dan Globigerinoides immaturus. Nilai similaritas yang didapat 0,2899.

Similaritas SDY03 – SRG02: didasarkan pada 2 spesies Hastigerina aequilateralis dan Globigerinoides immaturus. Nilai similaritas adalah 0,19973.

Page 21: PalTerapan_2014_04

Gejawan SectionSedayu Section

Kali Serang Section

N14

N17

N19

N18

N13

N16