paku 1

11
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 155 - 165 155 Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak Utin Purnawati 1 , Masnur Turnip 1 , Irwan Lovadi 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email korespondensi: [email protected] Abstract Ferns (Pteridophyta) have an important role in forest ecosystems, but the destruction of the forest decreased the amount of ferns. The existences of ferns in the forest are in danger due to gold mining, logging and forest fires. This study was conducted to investigate ferns diversity in Mandor Nature Reserve in Landak Regency. The study was done for 4 months from July to November 2012. Cruise Method was used to explore ferns within the nature reserve. The study found that there were 21 species consisting of 1 class and 14 families. Polypodiaceae family is the most commonly found, while Aspleniaceae, Blechnaceae, Davalliaceae, Dennstaedtiaceae, Dryopteridaceae, Gleicheniacea, Lindsaeaceae, Lycopodiaceae, Lygodiaceae, Nephrolepidaceae, Pteridaceae, Selaginellaceae and Woodsiaceae were not common in the nature reserve. Keywords : exploration, ferns, Mandor Nature Reserves, cruise method. PENDAHULUAN Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang sangat beranekaragam dan mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sumber daya ekonomi. Hutan merupakan sumber daya alam yang harus dikelola, dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya agar tetap berfungsi secara baik dan berkelanjutan. Diantara kelompok tumbuh- tumbuhan di hutan yang mempunyai keanekaragaman cukup tinggi adalah tumbuhan paku-pakuan (Pteridophyta) (LBN-LIPI,1980 dalam Ekoyani, 2007). Tumbuhan paku-pakuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekosistem hutan dan manusia. Ekosistem hutan, tumbuhan paku- pakuan berperan dalam pembentukan humus dan melindungi tanah dari erosi, sedangkan dalam kehidupan manusia, tumbuhan paku-pakuan berpotensi sebagai sayur-sayuran, kerajinan tangan, tanaman hias maupun sebagai bahan obat- obatan tradisional (Rismunandar dan Ekowati, 1991). Pembukaan hutan di suatu wilayah menyebabkan tumbuhan paku semakin berkurang. Aktivitas ini dapat menyebabkan tumbuhan paku akan mengalami kepunahan jika pengaruh tersebut terus dibiarkan dan tidak ada pencegahan. Berdasarkan hasil observasi kawasan hutan Cagar Alam Mandor telah mengalami pembukaan lahan. Kawasan Cagar Alam Mandor dengan luas 3.080 Ha sudah ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Berdasarkan Surat Keputusan Het Zelfbestuur Van Het Landschap Pontianak No 8 pada tanggal 16 Maret 1936, yang disahkan oleh De Resident Der Westerafdeeling Van Borneo pada tanggal 30 Maret 1936 (BKSDA Kalbar, 2008). Pembukaan lahan di kawasan hutan Cagar Alam Mandor semakin meningkat dengan berkembangnya kebutuhan hidup masyarakat. Kondisi ini disebabkan dengan adanya penambangan emas, penebangan dan kebakaran hutan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis tumbuhan paku-pakuan yang terdapat di kawasan Cagar Alam Mandor Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi pihak dan pengelola kawasan Cagar Alam Mandor maupun pihak lain yang berkepentingan terhadap kelestarian kawasan Cagar Alam.

description

paku 1

Transcript of paku 1

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    155

    Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam

    Mandor Kabupaten Landak

    Utin Purnawati1, Masnur Turnip

    1, Irwan Lovadi

    1

    1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,

    Pontianak, email korespondensi: [email protected]

    Abstract

    Ferns (Pteridophyta) have an important role in forest ecosystems, but the destruction of the forest decreased

    the amount of ferns. The existences of ferns in the forest are in danger due to gold mining, logging and

    forest fires. This study was conducted to investigate ferns diversity in Mandor Nature Reserve in Landak

    Regency. The study was done for 4 months from July to November 2012. Cruise Method was used to

    explore ferns within the nature reserve. The study found that there were 21 species consisting of 1 class and

    14 families. Polypodiaceae family is the most commonly found, while Aspleniaceae, Blechnaceae,

    Davalliaceae, Dennstaedtiaceae, Dryopteridaceae, Gleicheniacea, Lindsaeaceae, Lycopodiaceae,

    Lygodiaceae, Nephrolepidaceae, Pteridaceae, Selaginellaceae and Woodsiaceae were not common in the

    nature reserve.

    Keywords : exploration, ferns, Mandor Nature Reserves, cruise method.

    PENDAHULUAN

    Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang

    sangat beranekaragam dan mempunyai potensi

    untuk dikembangkan menjadi sumber daya

    ekonomi. Hutan merupakan sumber daya alam

    yang harus dikelola, dimanfaatkan dan dijaga

    kelestariannya agar tetap berfungsi secara baik

    dan berkelanjutan. Diantara kelompok tumbuh-

    tumbuhan di hutan yang mempunyai

    keanekaragaman cukup tinggi adalah tumbuhan

    paku-pakuan (Pteridophyta) (LBN-LIPI,1980

    dalam Ekoyani, 2007).

    Tumbuhan paku-pakuan mempunyai peranan yang

    sangat penting dalam ekosistem hutan dan

    manusia. Ekosistem hutan, tumbuhan paku-

    pakuan berperan dalam pembentukan humus dan

    melindungi tanah dari erosi, sedangkan dalam

    kehidupan manusia, tumbuhan paku-pakuan

    berpotensi sebagai sayur-sayuran, kerajinan

    tangan, tanaman hias maupun sebagai bahan obat-

    obatan tradisional (Rismunandar dan Ekowati,

    1991).

    Pembukaan hutan di suatu wilayah menyebabkan

    tumbuhan paku semakin berkurang. Aktivitas ini

    dapat menyebabkan tumbuhan paku akan

    mengalami kepunahan jika pengaruh tersebut terus

    dibiarkan dan tidak ada pencegahan. Berdasarkan

    hasil observasi kawasan hutan Cagar Alam

    Mandor telah mengalami pembukaan lahan.

    Kawasan Cagar Alam Mandor dengan luas 3.080

    Ha sudah ditetapkan sebagai kawasan yang

    dilindungi sejak zaman pemerintahan kolonial

    Belanda. Berdasarkan Surat Keputusan Het

    Zelfbestuur Van Het Landschap Pontianak No 8

    pada tanggal 16 Maret 1936, yang disahkan oleh

    De Resident Der Westerafdeeling Van Borneo

    pada tanggal 30 Maret 1936 (BKSDA Kalbar,

    2008). Pembukaan lahan di kawasan hutan Cagar

    Alam Mandor semakin meningkat dengan

    berkembangnya kebutuhan hidup masyarakat.

    Kondisi ini disebabkan dengan adanya

    penambangan emas, penebangan dan kebakaran

    hutan.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis

    tumbuhan paku-pakuan yang terdapat di kawasan

    Cagar Alam Mandor Kecamatan Mandor

    Kabupaten Landak. Hasil penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

    bagi pihak dan pengelola kawasan Cagar Alam

    Mandor maupun pihak lain yang berkepentingan

    terhadap kelestarian kawasan Cagar Alam.

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    156

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat

    Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan pada

    bulan Juli hingga November 2012 di kawasan

    Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,

    Kabupaten Landak (Gambar 1). Identifikasi

    dilakukan di Laboratorium Program Studi Biologi

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Tanjungpura Pontianak.

    Keadaan Umum Lokasi Penelitian

    Kawasan Cagar Alam Mandor berada di

    antara 00o15 - 00o20 Lintang Utara dan

    109o18 - 109o23 Bujur Timur.

    Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

    Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah alat tulis, kamera, pisau, koran bekas

    atau kardus, isolasi, benang, jarum, plastik bening,

    tally sheet, termometer udara, hygrometer, lux

    meter, alkohol 70% dan buku identifikasi yaitu

    buku Flora of Malaya (Holtum, 1967), Taksonomi

    Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003), Flora (Steenis,

    2005) dan klasifikasi menggunakan buku Biology

    and Evolution of Ferns and Lycophytes (Ranker

    dan Haufler, 2008)

    Cara Kerja

    Pengambilan sampel dilakukan di kawasan Cagar

    Alam Mandor Kecamatan Mandor. Metode

    penelitian yang digunakan melalui observasi

    lapangan secara langsung atau metode jelajah

    (Cruise Method), yaitu dengan menjelajahi setiap

    sudut lokasi yang dapat mewakili tipe-tipe

    ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang

    diteliti (Hartini, 2011).

    Identifikasi Tumbuhan

    Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan melihat

    karakter morfologi tumbuhan paku yang meliputi

    bagian akar, batang, daun dan spora. Apabila pada

    suatu jenis tumbuhan paku tidak ditemukan spora,

    maka identifikasinya hanya dilakukan pada

    karakter morfologi vegetatifnya.

    Pembuatan Herbarium

    Pembuatan herbarium dilakukan terhadap jenis

    tumbuhan paku yang belum diketahui jenisnya

    sedangkan jenis tumbuhan paku yang sudah

    umum atau yang sudah diketahui jenisnya diambil

    fotonya, dicatat nama ilmiahnya dan nama

    daerahnya. Tahapan - tahapan pembuatan

    herbarium mengikuti Steenis dkk, (2005).

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    157

    Pertama spesimen yang terdiri atas akar, batang,

    daun dan spora dikoleksi dari lapangan. Kedua,

    spesimen dimasukkan didalam kantong plastik

    bening kemudian disemprot alkohol 70% dan

    label. Label berisi keterangan tentang nomor

    spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan

    nama pengumpul / kolektor. Ketiga, setelah itu

    spesimen dimasukkan kedalam kertas koran dan

    disemprot dengan alkohol 70%, kemudian

    memberikan label. Label berisi keterangan tentang

    nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan

    dan nama pengumpul / kolektor. Kempat,

    herbarium dikering anginkan dan disemprot

    kembali dengan alkohol 70%. Kelima, herbarium

    yang sudah kering dipindahkan ke atas karton

    tebal, kemudian diisolasi dan di jahit, serta diberi

    keterangan-keterangan yang diperlukan kemudian

    diidentifikasi.

    Pembuatan Kunci Identifikasi

    Kunci identifikasi dibuat secara dikotom, dengan

    cara menyusun ciri-ciri tumbuhan sedemikian

    rupa, yang terdiri dari sederet kalimat yang

    memuat karakteristik tumbuhan dari yang bersifat

    umum hingga karakteristik yang bersifat khusus,

    seperti akar, batang, daun dan spora

    (Tjitrosoepomo, 1998).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Jenis Tumbuhan Paku di Kawasan Cagar Alam

    Mandor

    Hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan

    Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,

    Kabupaten Landak, ditemukan 21 jenis tumbuhan

    paku, yang terdiri atas 1 kelas

    (Polypodiopsida) dan 14 famili. Jenis-jenis

    tumbuhan paku yang terdapat di kawasan Cagar

    Alam Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten

    Landak, dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Tumbuhan Paku di Kawasan Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak.

    Takson Spesies Nama lokal Cara hidup

    Polypodiopsida

    Gleicheniales, Gleicheniaceae Gleichenia linearis (Burm. f.) Clarke Resam Terestrial

    Polypodiales, Aspleniaceae Asplenium nidus Linn Sarang burung Epifit

    Polypodiales, Blechnaceae Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd Lumiding Terestrial

    Polypodiales, Davalliaceae Davallia denticulata (Brum) Mett Paku tertutup Epifit

    Polypodiales, Dennstaedtiaceae Histiopteris incisa (Thunb.) J. Sm Paku tulang Terestrial

    Polypodiales, Dryopteridaceae Elaphoglossum callifolium (BI.) Moore Paku babaro Terestrial

    Polypodiales, Lindsaeaceae Lindsaea scandens Hook var terrestris Holtt Paku bening Terestrial

    Polypodiales, Lomariopsidaceae Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott Paku uban Terestrial

    Polypodiales, Lycopodiaceae Lycopodium cernuum L Paku kawat Terestrial

    Polypodiales, Polypodiaceae Drymoglossum piloselloides (L.) Presl Sisik naga Epifit

    Polypodiales, Polypodiaceae Drynaria quercifolia (Linnaeus) Smith Paku kepala tupai Epifit

    Polypodiales, Polypodiaceae Drynaria sparsisora Moore Langlayang Epifit

    Polypodiales, Polypodiaceae Pyrrosia nummularifolia Sw Paku duditan Epifit

    Polypodiales, Pteridaceae Adiantum latifolium Lam Paku tali Terestrial

    Polypodiales, Pteridaceae Taenitis blechnoides (Willd.) Sw Paku ringin Terestrial

    Polypodiales, Pteridaceae Vittaria elongata Sw Paku panjang Epifit

    Polypodiales, Woodsiaceae Diplazium esculentum Swartz Paku sayur Terestrial

    Selaginellales, Selaginellaceae Selaginella intermedia (Bl.) Spring Paku rane halus Terestrial

    Selaginellales, Selaginellaceae Selaginella willdenowii (Desv.) Backer Paku rane Terestrial

    Schizaeales, Lygodiaceae Lygodium scandens (L.) Sw Ribu-ribu garege Terestrial

    Schizaeales, Lygodiaceae Lygodium circinatum (L.) Sw Ribu-ribu Terestrial

    Habitat Tumbuhan Paku

    Hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan

    Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,

    Kabupaten Landak, tumbuhan paku terdapat di

    tiga habitat, yaitu hutan kerangas, rawa dan

    gambut.

    Habitat tumbuhan paku yang terdapat di kawasan

    Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,

    Kabupaten Landak, dapat dilihat pada Tabel 2.

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    158

    Tabel 2. Habitat Tumbuhan Paku Yang Ditemukan di Kawasan Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,

    Kabupaten Landak.

    No Spesies Habitat

    1 Adiantum latifolium Hutan kerangas

    2 Asplenium nidus Hutan kerangas, rawa, gambut

    3 Davallia denticulata Hutan kerangas, rawa

    4 Diplazium esculentum Hutan kerangas, rawa

    5 Drymoglossum piloselloides Hutan kerangas, rawa, gambut

    6 Drynaria quercifolia Hutan kerangas, rawa

    7 Drynaria sparsisora Hutan kerangas, rawa

    8 Elaphoglossum callifolium Rawa

    9 Gleichenia linearis Hutan kerangas, rawa, gambut

    10 Histiopteris incisa Hutan kerangas, gambut

    11 Lindsaea scandens Hutan kerangas, rawa

    12 Lycopodium cernuum Hutan kerangas, rawa, gambut

    13 Lygodium scandens Hutan kerangas

    14 Lygodium circinatum Hutan kerangas

    15 Nephrolepis biserrata Hutan kerangas, rawa, gambut

    16 Pyrrosia nummularifolia Hutan kerangas, rawa

    17 Selaginella intermidia Hutan kerangas

    18 Selaginella willdenowii Hutan kerangas, gambut

    19 Stenochlaena palustris Hutan kerangas, rawa, gambut

    20 Taenitis blechnoides Hutan kerangas, rawa

    21 Vittaria elongata Hutan kerangas, rawa

    Kunci Identifikasi Tumbuhan Paku

    Berdasarkan karakter morfologi dari tumbuhan

    paku yang ada di kawasan Cagar Alam

    Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten

    Landak dibuat kunci identifikasi yang

    mengarah ke spesies seperti yang tertera di

    bawah ini.

    Kunci Identifikasi 1. a. Tumbuhan paku berdaun kecil. Spora berbentuk strobilus yang terletak pada ujung batang ................ 2

    b. Tumbuhan paku berdaun kecil. Spora berbentuk strobilus atau tidak .................................................... 4

    2. a. Batang tegak, daun tersusun dalam bentuk spiral ................................................. Lycopodium cernuum

    b. Batang merayap dan sebagian tegak. Daun pada batang tersusun berhadapan.................. 3 (Selaginella)

    3. a. Batang merayap, daun tersusun berhadapan ........................................................ Selaginella intermedia

    b. Batang tegak, daun tersusun berhadapan ............................................................ Selaginella willdenowii

    4. a. Daun memanjat. Sporangium tersusun dalam dua baris pada tepi daun ............................ 5 (Lygodium)

    b. Daun tidak memanjat. Sporangium tidak tersusun dalam dua baris pada tepi daun................................ 7

    5. a. Cabang ranting pertama mengalami perpanjangan .................................................. Lygodium scandens

    b. Cabang ranting pertama tidak mengalami perpanjangan ........................................................................ 6

    6. a. Daun tersusun menyirip.......................................................................................... Lygodium circinatum

    b. Daun tersusun tunggal atau menyirip....................................................................................................... 8

    7. a. Batang bercabang dua atau tiga ................................................................................. Gleichenia linearis

    b. Batang dikotom ....................................................................................................................................... 9

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    159

    8. a. Rimpang tidak memanjat....................................................................................................................... 10

    b. Rimpang memanjat................................................................................................................................ 11

    9. a. Tumbuhan paku berdaun tunggal .......................................................................................................... 12

    b. Tumbuhan paku berdaun majemuk ....................................................................................................... 13

    10. a. Daun majemuk, tepi bergerigi dan kaku. Daun mudanya berwarna merah ........ Stenochlaena palustris

    b. Daun menyirip tunggal atau ganda, tepi bergerigi dan kaku. Daun mudanya berwarna hijau

    ........................................................................................................... .................... Diplazium esculentum 11. a. Daun tunggal, berdaging dan mempunyai rimpang pendek dan tumbuhnya menjalar

    ........................................................................................................................................ Vittaria elongata b. Daun tunggal dan mempunyai ukuran yang bervariasi. Batang pendek dan melingkar (roset)

    ........................................................................................................................................ Asplenium nidus 12. a. Daun tunggal berukuran kecil. Permukaan daun licin dan tipis ................... Elaphoglossum callifolium

    b. Daun majemuk berukuran besar. Permukaan daun licin dan mengkilat .................. Davallia denticulata

    13. a. Sporangium tebal dan membentuk garis memanjang ........................................................................... 14

    b. Sporangium tidak tebal dan tidak membentuk garis panjang ............................................................... 15

    14. a. Sporangium memanjang membentuk 2 baris yang terdapat di kanan kiri costa. Sorus terletak di

    pertengahan antara costa dan tepi daun ................................................................... Taenitis blechnoides b. Sporangium memanjang menutupi sepanjang costa atau terletak di kanan kiri costa .......................... 16

    15. a. Perawakan kecil. Batang berwarna hitam................................................................... Lindsaea scandens

    b. Perawakan besar. Batang berwarna hitam.............................................................................................. 17

    16. a. Ental tegak dengan pina yang kecil ....................................................................... Nephrolepis bisserata

    b. Ental menjuntai dengan pina yang pendek .......................................................................................... 18

    17. a. Epifit. Berdaun kecil ............................................................................................................................. 19

    b. Epifit. Berdaun besar .......................................................................................................... 20 (Drynaria)

    18. a. Perawakan berupa semak yang besar. Batangnya tegak, berwarna kuning kecoklatan. Daun umumnya

    menyirip ganda tiga (tripnnatus) ................................................................................. Histiopteris incisa b. Perawakan berupa herba. Batang bulat, berwarna coklat ........................................ Adiantum latifolium

    19. a. Hidupnya epifit. Tangkai daun pendek, permukaan licin dan berdaging

    ...................................................................................................................... Drymoglossum piloselloides b. Hidupnya epifit. Tangkai daun pendek, berdaging dan ditutupi bulu-bulu yang tebal

    ........................................................................................................................... Pyrrosia nummularifolia 20. a. Epifit. Daun penyanggah lebar, berlekuk-lekuk dan kertas .................................... Drynaria quercifolia

    b. Epifit. Daun penyanggah pendek, lebar dibagian tengah dan tipis .......................... Drynaria sparsisora

    Pembahasan Jenis Tumbuhan Paku

    Berdasarkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

    tumbuhan paku yang banyak ditemukan di

    kawasan Cagar Alam Mandor, Kecamatan

    Mandor, Kabupaten Landak berasal dari famili

    Polypodiaceae sedangkan famili yang sedikit

    ditemukan di kawasan Cagar Alam Mandor,

    Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak berasal

    dari famili Aspleniaceae, Gleicheniacea,

    Blechnaceae, Davalliaceae, Dennstaedtiaceae,

    Dryopteridaceae, Lindsaeaceae, Lycopodiaceae,

    Nephrolepidaceae dan Woodsiaceae.

    Tumbuhan paku yang ditemukan adalah 21 jenis

    tumbuhan paku, 14 jenis tumbuhan paku terestrial

    dan 7 jenis tumbuhan paku epifit. Adanya

    perbedaan jumlah tumbuhan paku terestrial dan

    paku epifit tersebut karena kondisi tempat tumbuh

    yang berbeda. Soerianegara dan Indrawan (1980)

    menyatakan bahwa banyak jenis dan jumlah

    individu pada suatu lokasi tergantung pada

    keadaan tempat tumbuhnya. Lebih lanjut Odum

    (1993) menyatakan bahwa adanya jenis tumbuhan

    berbeda dapat bersama dalam suatu komunitas

    adalah karena kisaran toleransinya terletak dalam

    cakupan atau meluas sampai ke batas lingkungan

    suatu tempat.

    Habitat Tumbuhan Paku

    Habitat tumbuhan paku yang ditemukan di Cagar

    Alam Mandor yaitu hutan kerangas, rawa dan

    gambut. Berdasarkan Tabel 2 ada beberapa jenis

    tumbuhan paku yang di jumpai di tiga habitat

    yaitu Asplenium nidus, Drymoglossum

    heterophyllum, Gleichenia linearis, Lycopodium

    cernuum, Nephrolepis bisserata, dan

    Stenochlaena palustris. Menurut Sutrisna (1981)

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    160

    berbagai faktor lingkungan dan perilaku terutama

    kemampuan beradaptasi suatu vegetasi akan

    mempengaruhi

    jumlah suatu jenis yang ditemukan pada suatu

    kawasan.

    Deskripsi Tumbuhan Paku

    Adiantum latifolium Lam.

    A. latifolium termasuk famili Pteridaceae dan

    dikenal dengan nama daerah paku tali. Tumbuhan

    paku ini ditemukan dihutan kerangas dan tumbuh

    di tempat-tempat terbuka yang mendapat sinar

    matahari langsung. A. latifolium mempunyai akar

    serabut yang berwarna coklat. Paku ini

    mempunyai batang yang bulat dengan permukaan

    licin dan berwarna coklat. Berdaun majemuk

    dengan pina (anak daun) kecil. Daun berwarna

    hijau muda dengan tekstur daun tipis dan keras.

    LBN-LIPI (1980), menyatakan bahwa A.

    latifolium mempunyai akar serabut tumbuh dari

    rizoma yang berwarna coklat.

    Batangnya bulat panjang dengan permukaan

    halus. Daun berwarna hijau kecoklatan. Tepi daun

    pada bagian bawah rata, dibagian atasnya

    berlekuk-lekuk dengan tekstur daun tipis dan

    keras.

    Asplenium nidus L. A. nidus termasuk famili Aspleniaceae dan

    dikenal dengan nama daerah sarang burung.

    Tumbuhan ini mempunyai sinonim Neopttopteris

    nidus (L) J. Smith, Thamnopteris nidus (L) Presl.,

    dan A. musifolium J. Smith ex Mett (Hartini,

    2006). Dalam penelitian ini A. nidus ditemukan di

    kawasan hutan kerangas, rawa dan gambut. Hidup

    menempel atau menumpang pada batang-batang

    pohon yang tinggi. Tumbuhan ini memiliki akar

    rimpang tegak, bagian ujung mendukung daun-

    daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya

    terdapat kumpulan akar yang berwarna coklat.

    Jenis ini mempunyai daun yang tunggal dan

    mempunyai ukuran yang bervariasi. Ujung

    daunnya meruncing, tepinya rata dengan

    permukaan yang licin mengkilat dengan tekstur

    daun seperti kertas. Daun berwarna hijau,

    dibagian bawah lebih pucat. Sporangium berada

    dibagian bawah daun yang berbentuk garis-garis

    coklat yang terletak di sepanjang tulang daun.

    Menurut Darma dan Peneng (2007) A. nidus

    memiliki daun tunggal yang tersusun pada batang

    sangat pendek melingkar membentuk keranjang.

    Daun yang kecil berukuran panjang 7 - 150 cm,

    lebar 3 - 30 cm. Ujung meruncing atau membulat,

    tepi rata dengan permukaan yang berombak dan

    mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih

    pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak

    tulang daun.

    Davallia denticulata (Brum) Mett.

    D. denticulata termasuk famili Davalliaceae dan

    dikenal dengan nama daerah paku tertutup.

    Tumbuhan paku ini ditemukan di hutan kerangas

    dan rawa, menempel atau menumpang pada

    batang-batang pohon di tempat yang lembab dan

    teduh dengan pencahayaan matahari yang kurang.

    Tumbuhan ini mempunyai rimpang kuat,

    berdaging dan menjalar yang berwarna coklat, di

    bagian bawah rimpang terdapat akar-akar halus

    yang menempel. Batangnya bulat dengan

    permukaan licin dan berkayu berwarna coklat

    kehijauan. Daun tumbuhan ini berwarna hijau

    terang dengan permukaan daun licin mengkilat

    dan mempunyai tekstur daun seperti kertas.

    Tumbuhan ini mempunyai tepi daun yang

    bergerigi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

    Sunarmi dan Sarwono (2004), D. denticulate

    memiliki rimpang kuat dan batang yang berwarna

    coklat. Daun kaku dan kuat dengan permukaan

    daun licin dan mengkilat sehingga mudah terlihat.

    Diplazium esculentum Swartz.

    D. esculentum dikenal dengan nama daerah paku

    sayur karena jenis tumbuhan paku ini dapat

    dikonsumsi. Tumbuhan ini mempunyai sinonim

    Anisogonium esculentum Presl, D. malabaricum

    Spreng dan Athyrium esculentum Copel. Dalam

    penelitian ini D. esculentum ditemukan di hutan

    kerangas dan rawa. Umumnya hidup di tempat

    terbuka yang mendapat sinar matahari langsung

    dan teduh dengan pencahayaan matahari yang

    kurang. Tumbuhan ini mempunyai akar berwarna

    hitam dan berserabut banyak. Batangnya

    berbentuk bulat, bagian depannya beralur dalam,

    semakin ke atas alur semakin dangkal. Batangnya

    berwarna kuning. Tepi daun bergerigi dan

    berwarna hijau tua. Pina (anak daun) yang paling

    atas mempunyai ujung yang runcing. Kedua

    permukaan daun licin. Sporangium tersusun di

    bagian abaksial daun. Tumbuhan ini mempunyai

    daun muda yang berwarna hijau. LBN-LIPI

    (1980) D. esculentum mempunyai akar yang

    berwarna hitam dengan batang yang beralur. Daun

    berwarna hijau tua dan bertekstur tipis.

    Sporangium berwarna coklat terletak dibagian

    abaksial daun.

    Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.

    D. piloselloides termasuk famili Polypodiaceae

    dan dikenal dengan nama daerah sisik naga

    karena bentuk daunnya seperti sisik. D.

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    161

    piloselloides mempunyai sinonim D.

    heterophyllum C. Chr. Tumbuhan Paku ini

    ditemukan di hutan kerangas, rawa dan gambut,

    menempel pada batang pohon atau hidupnya

    efipit. Akarnya menjulur dan melekat kuat pada

    inangnya. Daun tumbuhan paku ini bulat dan kecil

    yang menyerupai sisik naga. Daunnya ada dua

    yaitu; tropofil dan sporofil. Tropofilnya kecil dan

    berbentuk bulat, sedangkan sporofil lebih panjang

    dari tropofil. Sporofil ini memiliki sporangium.

    Hetti (2008) mengatakan bahwa D. piloselloides

    merupakan tumbuhan epifit kecil dengan akar

    rimpang tipis, daun kecil dan berdaging dengan

    permukaan licin. Sporangium terdapat pada daun

    fertil.

    Drynaria quercifolia (Linnaeus) Smith.

    D. quercifolia dikenal dengan nama daerah daun

    kepala tupai. Tumbuhan ini mempunyai sinonim

    Polypodium quercifolium L. dan Phymatodes

    quercifolia C. Presl (Hartini, 2006). Dalam

    penelitian tumbuhan ini ditemukan di hutan

    kerangas dan rawa, hidup tempat yang lembab dan

    teduh dengan pencahayaan matahari yang kurang.

    Jenis ini mempunyai rimpang yang besar dan

    menjalar. Rimpang ini ditutupi oleh serabut yang

    halus yang berwarna coklat. Daun yang besar

    dengan tepi daun bercangap Bagian adaksial

    berwarna hijau dengan permukaan yang licin dan

    tekstur daun seperti kertas. Paku ini mempunyai

    daun penyanggah lebih atau dikenal daun steril

    dengan bentuk melebar dan tepi daun yang

    berlekuk-lekuk. Sporangium terdapat pada bagian

    abaksial daun fertil dan tersebar tidak teratur.

    Hartini (2006) mengatakan bahwa D. quercifolia

    merupakan tumbuhan epifit yang terdapat dipohon

    dan menyukai tempat yang lembab. Rimpang

    besar dan menjalar. Memiliki daun yang panjang

    mencapai 1 m dengan tepi mencangap. Daun

    penyanggah lebar dengan tepi berlekuk dan

    sporangium terletak tak beraturan.

    Drynaria sparsisora Moore. D. sparsisora termasuk dalam famili

    Polypodiaceae dan dikenal dengan nama daerah

    paku langlayang. Tumbuhan ini ditemukan di

    hutan kerangas dan rawa. Mempunyai rimpang

    keras yang kecil dan ditutupi oleh serabut yang

    pendek berwarna hitam. Bagian adaksial daun

    tumbuhan paku ini berwarna hijau tua, sedangkan

    bagian abaksialnya berwarna hijau muda. Daun

    penyanggah atau daun sterilnya pendek dan

    melebar dibagian tengah dan lebih tipis dari daun

    kepala tupai. Tepi daun fertilnya berbagi.

    Sporangiumnya kecil-kecil terletak diantara anak

    tulang daun fertil dan tersebar tak beraturan.

    Sastrapradja dkk (1980) menyatakan bahwa D.

    sparsisora hidup epifit didaerah yang terbuka.

    Rimpang pendek dan keras. Daun panjang

    dengan tepi berbagi. Sporangium diantara tulang

    daun dan tersebar tak beraturan.

    Elaphoglossum callifalium (BI.) Moore.

    E. callifalium termasuk famili Dryopteridaceae

    dan dikenal dengan nama daerah paku babaro.

    Dalam penelitian ini E. callifalium ditenukan di

    rawa. Tumbuhan ini hidupnya berumpun dan

    tumbuh pada tanah-tanah berlumpur atau berair,

    baik di tempat terlindung maupun di tempat

    terbuka yamg mendapat sinar matahari langsung.

    Akar yang berwarna coklat. Daun tunggal, bagian

    adaksial daun berwarna hijau tua, dengan

    permukaan daun licin dan bertekstur tipis,

    sedangkan bagian abaksial berwarna lebih muda.

    Ujung daun runcing dan tepinya rata.

    LBN-LIPI (1980) E. callifalium hidup berumput

    dan memiliki akar berwarna coklat. Daun tunggal

    berwarna hijau dan bertekstur tipis.

    Gleichenia linearis (Burm.) Clarke.

    Paku ini merupakan tumbuhan semak yang sering

    mendominasi suatu daerah. Paku ini memiliki

    percabangan yang khusus sehingga jenis ini

    mudah dikenal. Masing-masing cabang akan

    bercabang lagi begitu seterusnya sehingga seluruh

    tumbuhan menutupi tanah tempat hidupnya.

    Berkembang biak dengan menggunakan akar.

    Tunas yang tumbuh dari akar berwarna hijau

    pucat yang ditutupi oleh bulu-bulu berwarna

    hitam. Batangnya keras, berkayu dan berwarna

    kuning kecoklatan. Cabang terakhir mempunyai

    banyak daun yang tersusun berpasangan. Pina

    (anak daun) yang paling bawah biasanya terletak

    pada percabangan batang dan berukuran lebih

    kecil dari pasangan pina sebelumnya. Sporagium

    terletak dibagian abaksial daun dan tersebar tidak

    beraturan. Steenis, dkk (2005) mengatakan bahwa

    Gleichenia linearis mempunyai percabangan

    khusus yaitu tiap-tiap cabang bercabang dua dan

    masing-masing cabang akan bercabang dua lagi.

    Akar berwarna hijau dan sporangium terdapat

    pada setiap Pina (anak daun) dan penyebarannya

    terbatas disepanjang daun.

    Histiopteris incisa (Thunb.) J.Sm.

    H. incisa dikenal dengan nama daerah paku

    tulang. Tumbuh ini ditemukan di hutan kerangas

    dan gambut di tempat terbuka yang mendapat

    sinar matahari langsung. Paku ini mempunyai

    rimpang yang besar, berwarna hitam dan serabut

    akar yang tersebar di sepanjang rimpang.

    Batangnya tegak, berwarna kuningan kecoklatan,

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    162

    berbentuk bulat, mengkilap dan ditutupi rambut

    halus disepanjang batang. Daun mempunyai

    bentuk, ukuran dan susunan yang berbeda-beda.

    Umumnya daun tersusun majemuk menyirip

    ganda tiga (tripinnatus). Daun berwarna hijau tua,

    bertekstur kasar dan kaku. Pina berhadapan dan

    mempunyai jarak yang sama. Sporangium terletak

    pada bagian abaksial daun. Tumbuhan muda yang

    menggulung dapat keluar dari akar atau berada

    pada ujung batang dari tumbuhan dewasa. Daun

    muda yang menggulung berwarna hijau muda

    keputihan dan ditutupi oleh rambut-rambut halus

    berwarna putih. LBN-LIPI (1980) menyatakan

    bahwa H. Incisa mempunyai rimpang yang besar

    dan melekat kuat dalam tanah. Batang tegak

    berwarna kuning. Daun tripinnatus dengan

    sporangium yang terletak tak beraturan.

    Lindsaea scandens Hook var terrestris Holtt

    L. scandens dikenal dengan nama daerah paku

    bening. Dalam penelitian ini L. scandens

    ditemukan di hutan kerangas dan rawa.

    Mempunyai rimpang yang pendek dengan serabut

    akar. Batangnya berwarna hitam dan ditutupi oleh

    rambut-rambut halus berwarna coklat yang

    tersebar jarang. Pada bagian atas batang, rambut

    tersebar lebih banyak dan lebih merata. Daun

    bertangkai pendek, dengan tekstur tipis dan

    letaknya yang berselang seling, bagian adaksial

    berwarna hijau tua sedangkan di bagian abaksial

    berwarna hijau muda. Tepi daun menggulung ke

    bawah membentuk gulungan yang terputus-putus.

    Sporangium terdapat di bagian abaksial daun,

    terletak di dalam gulungan di sepanjang marginal

    daun sehingga bentuknya mengikuti bentuk

    gulungan daun tersebut. Sastrapradja, dkk (1980)

    menyatakan L. scandens berupa herba yang

    mempunyai rimpang dengan serabut akar yang

    tidak terlalu banyak. Daun menggulung

    kebelakang membentuk garis putus-putus dan

    sebagai tempat melekatnya sporangium.

    Lycopodium cernuum L.

    L. cernuum dikenal dengan nama daerah paku

    kawat. Tumbuhan ini ditemukan di hutan

    kerangas, rawa dan gambut. Mempunyai akar

    berwarna putih ke abu-abuan. Batang kecil dan

    kaku seperti kawat. Batang tersebut bercabang-

    cabang tidak beraturan, daunnya kecil dan tumbuh

    rapat menutupi batang. Batang bercabang dikotom

    dan tubuh tegak. Bagian pangkal batang lurus

    tidak bercabang, sedangkan bagian atas batang

    bercabang banyak. Daun tidak bertangkai,

    tersusun mengelilingi batang dalam bentuk spiral

    atau tersusun rapat tak beraturan. Daunnya kecil

    seperti jarum, tumbuh tegak dan tersebar merata

    disepanjang batang dan cabang. Daun tersusun

    rapat, sedangkan daun yang terdapat pada batang

    biasanya berukuran lebih panjang, tersusun lebih

    jarang. Daun-daun subur tersusun dalam bulir

    yang disebut strobilus. Strobilus tumbuh pada

    akhir percabangan. Strobilus yang masih muda

    berwarna putih dan ujungnya berwarna hujau

    muda, sedangkan strobilus yang sudah tua

    berwarna putih kekuningan. Menurut Suryana

    (2009) L. cernuum dikenal dengan sebutan paku

    kawat karena batangnya kecil menjalar, kaku

    seperti kawat berwarna hijau kekuningan. Bagian

    ujung cabangnya sering mengeluarkan akar dan

    membentuk tumbuhan. Daunnya halus seperti

    jarum, tumbuh tegak dan tersebar merata

    disepanjang batang dan cabang.

    Lygodium scandens (L.) Sw.

    L. scandens dikenal dengan nama daerah ribu-

    ribu garege. Dalam penelitian ini L. scandens

    ditemukan di hutan kerangas yang hidup di

    tempat-tempat terbuka yang mendapat sinar

    matahari langsung. Berakar di tanah namun

    daunnya membelit tumbuhan lain yang berada

    didekatnya. Mempunyai batang bulat, kecil dan

    licin namun kuat. Cabang berwarna coklat

    kehijauan. Daun majemuk tersusun menyirip

    berseling dengan 4-6 anak daun pada setiap

    sisinya. Daun berwarna hijau muda, tipis dan

    kedua permukaannya licin. Daun berbentuk

    segitiga seperti jantung. Ujung daun tumpul

    dengan tepi daun bergerigi. Daun fertil berukuran

    lebih kecil dari daun steril, namun lebih lebar

    sehingga bentuknya hampir membulat. Daun fertil

    memiliki gerigi yang lebih dalam. Sporangium

    berwarna hijau muda tersusun dalam dua baris

    pada tepi daun fertil. Sastrapradja, dkk (1980)

    mengatakan bahwa L. scandens tumbuh

    merambat pada tanaman lain. Mempunyai daun

    kecil, bergerigi, berwarna hijau pucat dengan

    basalnya yang melebar sehingga mempunyai

    bentuk segitiga. Sporangium terletak di ujung-

    ujung gerigi daun fertil.

    Lygodium circinatum (L.) Sw.

    L. circinatum termasuk dalam famili Lygodiaceae

    dan dikenal dengan nama daerah paku ribu-ribu.

    Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas yang

    hidup di tempat-tempat terbuka yang mendapat

    sinar matahari langsung. Paku ini berakar di

    dalam tanah berwarna coklat. L. circinatum

    tumbuh menjalar atau merambat pada tumbuhan

    lain yang berada di dekatnya. Batangnya berwarna

    coklat muda, berbentuk bulat, berukuran kecil dan

    sangat kuat. Tumbuhan ini mempunyai daun yang

    berwarna hijau. Daunnya bertekstur tipis dan kuat,

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    163

    ujungnya runcing dan tepinya bergerigi,

    sedangkan bagian abaksialnya berwarna lebih

    muda. Menurut Suryana (2009) bahwa L.

    circinatum berbeda dengan paku lainnya karena

    mempunyai akar rimpang yang menjalar di tanah.

    Daun yang membelit tumbuhan lain yang ada

    didekatnya.

    Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott.

    N. bisserata dikenal dengan nama daerah paku uban. Dalam penelitian ini Paku uban (N.

    biserrata) ditemukan di hutan kerangas, rawa dan

    gambut. Tumbuh merumpun, akarnya berwarna

    coklat tua. Batang berwarna hijau kecoklatan dan

    tumbuh tegak. Batang ditutupi oleh sejumlah

    rambut halus berwarna coklat muda yang tersebar

    jarang di sepanjang batang, namun semakin dekat

    akar, rambut pada batang semakin banyak,

    warnanya lebih gelap dan ukurannya lebih

    panjang. Daun berwarna hijau terang. Kedua

    permukaan daun mempunyai warna dan tekstur

    yang sama, keduanya ditutupi oleh rambut halus

    berwarna terang yang tersebar merata diseluruh

    permukaan daun. Mempunyai daun majemuk

    dengan pina yang kecil. Pina tersusun rapat dan

    tersebar di sepanjang batang. Pina mempunyai

    ujung yang runcing. Tumbuhan muda yang masih

    muda menggulung berwarna hijau muda dan

    seluruh permukaannya ditutupi oleh rambut-

    rambut halus berwarna putih. Sporangium

    terdapat dibagian abaksial daun yang terletak di

    tepi daun. LBN-LIPI (1980) menyatakan bahwa N. bisserata memiliki akar

    rimpang yang menyerupai akar tunjang. Daun

    tersusun rapat dengan tepi berombak. Daun yang

    letaknya diatas lebih kecil. Sporangium terdapat

    pada bagian bawah daun.

    Pyrrosia nummularifolia Sw.

    P. nummularifolia dikenal dengan nama daerah

    paku duditan. Dalam penelitian ini P.

    nummularifolia ditemukan di hutan kerangas dan

    rawa, menempel pada batang-batang pohon dan

    batu-batu. Hidup di tempat-tempat terbuka yang

    mendapat sinar matahari langsung dan teduh

    dengan pencahayaan matahari yang kurang.

    Akarnya menjalar panjang berwarna kecoklatan.

    Bentuk daunnya bulat dan berdaging dengan

    warna hijau pada bagian adaksialnya, sedangkan

    bagian abaksialnya berwarna hujau muda. Tepi

    daunnya rata. Permukaan bagian atas daun dan

    bagian bawahnya berbulu. Sporangium terletak di

    permukaan bagian bawah dan biasanya ditutupi

    oleh bulu-bulu yang tebal. Menurut Suryana

    (2009) bahwa P. nummularifolia menempel pada

    dahan atau ranting-ranting pohon yang sudah tua.

    Rimpangnya menjalar berwarna merah

    kecoklatan. Daun berbentuk bundar sampai

    bundar telur dengan permukaan bagian atas agak

    berbulu dan bagian bawah berbulu tebal.

    Selaginella intermedia (BI.) Spring.

    S. intermedia dikenal dengan nama daerah paku

    rane halus. Tumbuhan ini ditemukan di hutan

    kerangas. Hidup merayap di lereng-lereng bukit di

    tanah yang lembab dan teduh serta tidak mendapat

    sinar matahari secara langsung. Akar berwarna

    coklat kehitaman. Batangnya merayap berwarna

    coklat tua. Batang ditutupi oleh daun-daun kecil

    yang tersusun dalam 4 baris dan berhadapan. Dua

    baris terletak di bagian depan batang, berbentuk

    seperti sisik berwarna hijau. Pada bagian basal

    batang, daun berwarna coklat muda, ukurannya

    lebih kecil dan tersusun lebih rapat. Batang yang

    mempunyai cabang yang banyak dan tak

    beraturan. Daun tak bertangkai, berwarna hijau

    tua, tersebar merata di seluruh bagian batang dan

    tersusun menyirip. Ujung daun berwarna hijau

    keputihan. Bagian abaksial daun berwarna hijau

    muda. Sporangium terkumpul dalam bentuk

    strobilus yang terletak diujung batang atau

    cabang, berwarna hijau dengan ujung yang lancip.

    Menurut LBN-LIPI (1980) bahwa

    S. intermedia mempunyai akar berwarna coklat

    kehitaman. Batang merayap berbentuk bulat kecil

    berwana coklat, dengan cabang yang tak

    beraturan. Daun berukuran kecil berwana hijau

    dengan sporangium berbentuk strobilus yang

    terletak diujung cabang.

    Selaginella willdenowii (Desv.) Backer.

    S. willdenowii termasuk dalam famili

    Selaginellaceae dan dikenal dengan nama daerah

    paku rane. Dalam penelitian ini S. willdenowii

    ditemukan di hutan kerangas dan gambut. Paku ini

    hidupnya berumpun dengan akar berwarna putih

    ke abu-abuan. Batangnya tegak dan berwarna

    coklat. Jenis ini mempunyai daun berukuran kecil.

    Daunnya warna kuning kehijauan. Sporangium

    terkumpul dalam bentuk strobilus yang terletak

    diujung daun berwarna hijau muda. Hartini (2011)

    bahwa S. willdenowii mempunyai akar berwarna

    abu-abu. Daun kecil berwarna kuning kehijauan.

    Stobilus diujung percabangan.

    Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd.

    S. palustris dikenal dengan nama daerah lumiding.

    Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas, rawa

    dan gambut. Hidup di tanah dan memanjat pada

    pohon yang berada didekatnya. Berakar dalam

    tanah, rimpang berwarna hitam dan kuat ditutupi

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    164

    oleh serabut berwarna coklat. Batang licin, keras

    dan kuat. Bagian depan batang berwarna hijau

    kehitaman dan beralur dalam, sedangkan bagian

    belakangnya tidak beralur dan berwarna hijau

    kecoklatan. Daun steril majemuk tersusun

    menyirip tunggal genap. Daun bertangkai sangat

    pendek. Daun yang masih muda berwarna merah,

    bertekstur lembut dan tipis, semakin dewasa daun

    mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan

    dan pada akhirnya menjadi hijau tua, tekstur yang

    tebal, keras dan kaku. Bagian abaksial daun

    berwarna lebih muda. Pina berbentuk lanset,

    ujungnya meruncing, basalnya membulat dan

    tepinya bergerigi tajam. Daun fertil berbentuk

    seperti garis dan seluruh permukaannya dipenuhi

    oleh sporangium. Daun fertil tersusun menyirip

    seperti daun steril dengan spora serbuk berbentuk

    bubuk halus berwarna coklat muda dan mudah

    lepas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartini

    (2011) bahwa S. palustris merupakan jenis

    tumbuhan memanjat atau merayap. Daun

    menyirip tunggal. Daun steril berbentuk jorong.

    Daun fertil berbentuk garis dan daun yang sangat

    muda berwarna merah.

    Taenitis blechnoides (Willd.) Sw.

    T. blechnoides dikenal dengan nama daerah paku

    ringin dan mempunyai sinonim Pteris blechnodes

    Willd., T. pteroides Skhkuhr dan T. chinensis

    Desv ( Rosenburgh, 1908 dalam Hartini, 2006).

    Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas dan

    rawa. Jenis ini mempunyai rimpang yang tumbuh

    menjalar pendek, berwarna coklat dengan ujung

    ditutupi oleh serabut akar berwarna coklat gelap

    mengkilap. Batang berbentuk bulat dan berkayu.

    Bagian depan batang beralur dan semakin ke atas

    alur semakin dalam. Bagian depan batang

    berwarna coklat kehijauan sedangkan bagian

    belakangnya berwarna coklat. Batang ditutupi

    oleh rambut-rambut halus berwarna coklat muda

    yang tersebar jarang atau ada dalam jumlah yang

    sangat sedikit. Daunnya tersusun berhadapan

    dengan tekstur daun kaku dan agak tebal,

    berwarna hijau tua. Ujung pina meruncing,

    basalnya runcing dan tepinya rata. Sporangium

    berwarna coklat muda, terletak dibagian abaksial

    daun. Sporangium memanjang membentuk 2 baris

    yang terdapat di kanan kiri costa yang tidak

    terputus. Hartini (2006) menyatakan bahwa T.

    Blechnoides mempunyai akar rimpang yang

    bagian ujungnya ditutupi oleh serabut yang

    berwarna hitam. Bentuk helaian anak daun lanset

    bagian ujung runcing. Tekstur daun kaku dan

    tebal. Sporangium terdapat di kanan kiri ibu

    tulang daun.

    Vittaria elongata Sw.

    V. elongata termasuk dalam famili Pteridaceae

    dan dikenal dengan nama daerah paku panjang.

    Dalam penelitian ini V. elongata ditemukan di

    hutan kerangas dan rawa. Paku inimenumpang

    pada pohon-pohon yang tinggi dan menyukai

    tempat yang lembab dan teduh dengan

    pencahayaan matahari yang kurang. paku ini

    mempunyai akar dan tumbuh menjalar. Akarnya

    tumbuh daun-daun yang jaraknya saling

    berdekatan sehingga membentuk sesuatu

    kelompok atau bergerombol. Serabut pada

    akarnya tumbuh rapat dan ujung serabut tersebut

    seperti rambut yang warnanya coklat kehitaman.

    Jenis ini mempunyai daun panjang, tunggal dan

    berdaging berwarna hijau tua. Hal ini sesuai

    dengan pernyataan Sunarmi dan Sarwono (2004)

    bahwa V. elongata mempunyai rimpang panjang

    menjalar. Daun memanjang tunggal dan

    berdaging. Hidup sebagai epifit.

    DAFTAR PUSTAKA

    Darma, IDP & Peneng, I,N., 2007, Inventarisasi

    Tumbuhan Paku di Kawasan Taman Nasional

    Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur,

    Waingapu, Nusa Tenggara Timur,

    Biodiversitas, vol 8, no 3, hal. 242-248.

    Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2008,

    Informasi Kawasan Konservasi Kalimantan

    Barat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam

    Kalimantan Barat.

    Ekoyani, N., 2007, Keanekaragaman Jenis Paku-

    Pakuan (Pteridophyta) dalam Kawasan Hutan

    Lindung Gunung Bawang Kabupaten

    Bengkayang, Skripsi, Universitas Tanjungpura,

    Pontianak.

    Hartini, S., 2006, Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago

    Malintang, Sumatra Barat dan Aklimatisasinya

    Di kebun Raya Bogor, Biodiversitas, vol 7, no

    3, hal. 230-236.

    Hartini, S., 2011, Tumbuhan Paku di Beberapa

    Kawasan Hutan di Taman Nasional Kepulauan

    Togean dan Upaya Konservasinya di Kebun

    Raya Bogor, Berk. Penelitian. Hayati Edisi

    Khusus: vol. 7A, hal. 3540.

    Hetti, D., 2008, Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70%

    Herba Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides

    Presl.) Terhadap Sel T47D, Skripsi, Universitas

    Muhamadiyah, Surakarta.

    Holtum, R.E., 1967, Flora of Malaya Vol II (Fern of

    Malaya), Authority Government Printing

    Office, Singapore.

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2): 155 - 165

    165

    Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980, Jenis Paku

    Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

    Odum, E, P., 1993, Dasar-Dasar Ekologi, Gadjah

    Mada University Press, Yogyakarta.

    Ranker, T, A., dan Haufler, C, H., 2008, Biology and

    Evolution of Ferns and Lycophytes, Cambridge

    University Press, New York.

    Rismunandar dan Ekowati, M., 1991, Tanaman Hias

    Paku-Pakuan, Penebar Swadaya, Jakarta.

    Sastrapradja, D.S, Adisoemarsono, S, Kartawinata, S.,

    dan Rifai, MA, 1980, Jenis Paku Indonesia,

    Bogor, Lembaga Biologi Nasioanal, Lembaga

    Ilmu Pengetahuan Indonesia.

    Sunarmi dan Sarwono., 2004, Inventarisasi Tumbuhan

    Paku di Daerah Malang, Berk, Penelitian.

    Hayati, vol 10, hal. 71-74.

    Soerianegara, I., dan Indrawan, 1980, Ekologi Hutan

    Indonesia, IPB, Bogor.

    Steenis, C.G.G.J., Hoed, G., dan Eyma, P.J., 2005,

    Flora : Untuk Sekolah Indonesia, Cetakan

    Kesepuluh, Pradnya Paramita, Jakarta.

    Suryana, 2009, Keanekaragaman Tumbuhan Jenis Paku

    Terestrial dan Epifit di Kawasan PLTP

    Kamojang Kab. Garut Jawa Barat, Jurnal

    Biotika, vol 7, no 1, hal. 20-26.

    Sutrisna., 1981, Analisis Vegetasi Hutan Hujan

    Tropika, Gadjah Mada University Press,

    Yoygakarta.

    Tjitrosoepomo, G., 1998, Taksonomi Umum, Gajah

    Mada University Press, Yogyakarta.

    Tjitrosoepomo, G., 2003, Taksonomi Tumbuhan, Gajah

    Mada University Press, Yogyakarta.