paku 1
-
Upload
annisa-dwi-septiani -
Category
Documents
-
view
28 -
download
17
description
Transcript of paku 1
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
155
Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam
Mandor Kabupaten Landak
Utin Purnawati1, Masnur Turnip
1, Irwan Lovadi
1
1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
Pontianak, email korespondensi: [email protected]
Abstract
Ferns (Pteridophyta) have an important role in forest ecosystems, but the destruction of the forest decreased
the amount of ferns. The existences of ferns in the forest are in danger due to gold mining, logging and
forest fires. This study was conducted to investigate ferns diversity in Mandor Nature Reserve in Landak
Regency. The study was done for 4 months from July to November 2012. Cruise Method was used to
explore ferns within the nature reserve. The study found that there were 21 species consisting of 1 class and
14 families. Polypodiaceae family is the most commonly found, while Aspleniaceae, Blechnaceae,
Davalliaceae, Dennstaedtiaceae, Dryopteridaceae, Gleicheniacea, Lindsaeaceae, Lycopodiaceae,
Lygodiaceae, Nephrolepidaceae, Pteridaceae, Selaginellaceae and Woodsiaceae were not common in the
nature reserve.
Keywords : exploration, ferns, Mandor Nature Reserves, cruise method.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang
sangat beranekaragam dan mempunyai potensi
untuk dikembangkan menjadi sumber daya
ekonomi. Hutan merupakan sumber daya alam
yang harus dikelola, dimanfaatkan dan dijaga
kelestariannya agar tetap berfungsi secara baik
dan berkelanjutan. Diantara kelompok tumbuh-
tumbuhan di hutan yang mempunyai
keanekaragaman cukup tinggi adalah tumbuhan
paku-pakuan (Pteridophyta) (LBN-LIPI,1980
dalam Ekoyani, 2007).
Tumbuhan paku-pakuan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam ekosistem hutan dan
manusia. Ekosistem hutan, tumbuhan paku-
pakuan berperan dalam pembentukan humus dan
melindungi tanah dari erosi, sedangkan dalam
kehidupan manusia, tumbuhan paku-pakuan
berpotensi sebagai sayur-sayuran, kerajinan
tangan, tanaman hias maupun sebagai bahan obat-
obatan tradisional (Rismunandar dan Ekowati,
1991).
Pembukaan hutan di suatu wilayah menyebabkan
tumbuhan paku semakin berkurang. Aktivitas ini
dapat menyebabkan tumbuhan paku akan
mengalami kepunahan jika pengaruh tersebut terus
dibiarkan dan tidak ada pencegahan. Berdasarkan
hasil observasi kawasan hutan Cagar Alam
Mandor telah mengalami pembukaan lahan.
Kawasan Cagar Alam Mandor dengan luas 3.080
Ha sudah ditetapkan sebagai kawasan yang
dilindungi sejak zaman pemerintahan kolonial
Belanda. Berdasarkan Surat Keputusan Het
Zelfbestuur Van Het Landschap Pontianak No 8
pada tanggal 16 Maret 1936, yang disahkan oleh
De Resident Der Westerafdeeling Van Borneo
pada tanggal 30 Maret 1936 (BKSDA Kalbar,
2008). Pembukaan lahan di kawasan hutan Cagar
Alam Mandor semakin meningkat dengan
berkembangnya kebutuhan hidup masyarakat.
Kondisi ini disebabkan dengan adanya
penambangan emas, penebangan dan kebakaran
hutan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis
tumbuhan paku-pakuan yang terdapat di kawasan
Cagar Alam Mandor Kecamatan Mandor
Kabupaten Landak. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
bagi pihak dan pengelola kawasan Cagar Alam
Mandor maupun pihak lain yang berkepentingan
terhadap kelestarian kawasan Cagar Alam.
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
156
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan pada
bulan Juli hingga November 2012 di kawasan
Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,
Kabupaten Landak (Gambar 1). Identifikasi
dilakukan di Laboratorium Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kawasan Cagar Alam Mandor berada di
antara 00o15 - 00o20 Lintang Utara dan
109o18 - 109o23 Bujur Timur.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah alat tulis, kamera, pisau, koran bekas
atau kardus, isolasi, benang, jarum, plastik bening,
tally sheet, termometer udara, hygrometer, lux
meter, alkohol 70% dan buku identifikasi yaitu
buku Flora of Malaya (Holtum, 1967), Taksonomi
Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003), Flora (Steenis,
2005) dan klasifikasi menggunakan buku Biology
and Evolution of Ferns and Lycophytes (Ranker
dan Haufler, 2008)
Cara Kerja
Pengambilan sampel dilakukan di kawasan Cagar
Alam Mandor Kecamatan Mandor. Metode
penelitian yang digunakan melalui observasi
lapangan secara langsung atau metode jelajah
(Cruise Method), yaitu dengan menjelajahi setiap
sudut lokasi yang dapat mewakili tipe-tipe
ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang
diteliti (Hartini, 2011).
Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan melihat
karakter morfologi tumbuhan paku yang meliputi
bagian akar, batang, daun dan spora. Apabila pada
suatu jenis tumbuhan paku tidak ditemukan spora,
maka identifikasinya hanya dilakukan pada
karakter morfologi vegetatifnya.
Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan terhadap jenis
tumbuhan paku yang belum diketahui jenisnya
sedangkan jenis tumbuhan paku yang sudah
umum atau yang sudah diketahui jenisnya diambil
fotonya, dicatat nama ilmiahnya dan nama
daerahnya. Tahapan - tahapan pembuatan
herbarium mengikuti Steenis dkk, (2005).
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
157
Pertama spesimen yang terdiri atas akar, batang,
daun dan spora dikoleksi dari lapangan. Kedua,
spesimen dimasukkan didalam kantong plastik
bening kemudian disemprot alkohol 70% dan
label. Label berisi keterangan tentang nomor
spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan
nama pengumpul / kolektor. Ketiga, setelah itu
spesimen dimasukkan kedalam kertas koran dan
disemprot dengan alkohol 70%, kemudian
memberikan label. Label berisi keterangan tentang
nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan
dan nama pengumpul / kolektor. Kempat,
herbarium dikering anginkan dan disemprot
kembali dengan alkohol 70%. Kelima, herbarium
yang sudah kering dipindahkan ke atas karton
tebal, kemudian diisolasi dan di jahit, serta diberi
keterangan-keterangan yang diperlukan kemudian
diidentifikasi.
Pembuatan Kunci Identifikasi
Kunci identifikasi dibuat secara dikotom, dengan
cara menyusun ciri-ciri tumbuhan sedemikian
rupa, yang terdiri dari sederet kalimat yang
memuat karakteristik tumbuhan dari yang bersifat
umum hingga karakteristik yang bersifat khusus,
seperti akar, batang, daun dan spora
(Tjitrosoepomo, 1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jenis Tumbuhan Paku di Kawasan Cagar Alam
Mandor
Hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan
Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,
Kabupaten Landak, ditemukan 21 jenis tumbuhan
paku, yang terdiri atas 1 kelas
(Polypodiopsida) dan 14 famili. Jenis-jenis
tumbuhan paku yang terdapat di kawasan Cagar
Alam Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten
Landak, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tumbuhan Paku di Kawasan Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak.
Takson Spesies Nama lokal Cara hidup
Polypodiopsida
Gleicheniales, Gleicheniaceae Gleichenia linearis (Burm. f.) Clarke Resam Terestrial
Polypodiales, Aspleniaceae Asplenium nidus Linn Sarang burung Epifit
Polypodiales, Blechnaceae Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd Lumiding Terestrial
Polypodiales, Davalliaceae Davallia denticulata (Brum) Mett Paku tertutup Epifit
Polypodiales, Dennstaedtiaceae Histiopteris incisa (Thunb.) J. Sm Paku tulang Terestrial
Polypodiales, Dryopteridaceae Elaphoglossum callifolium (BI.) Moore Paku babaro Terestrial
Polypodiales, Lindsaeaceae Lindsaea scandens Hook var terrestris Holtt Paku bening Terestrial
Polypodiales, Lomariopsidaceae Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott Paku uban Terestrial
Polypodiales, Lycopodiaceae Lycopodium cernuum L Paku kawat Terestrial
Polypodiales, Polypodiaceae Drymoglossum piloselloides (L.) Presl Sisik naga Epifit
Polypodiales, Polypodiaceae Drynaria quercifolia (Linnaeus) Smith Paku kepala tupai Epifit
Polypodiales, Polypodiaceae Drynaria sparsisora Moore Langlayang Epifit
Polypodiales, Polypodiaceae Pyrrosia nummularifolia Sw Paku duditan Epifit
Polypodiales, Pteridaceae Adiantum latifolium Lam Paku tali Terestrial
Polypodiales, Pteridaceae Taenitis blechnoides (Willd.) Sw Paku ringin Terestrial
Polypodiales, Pteridaceae Vittaria elongata Sw Paku panjang Epifit
Polypodiales, Woodsiaceae Diplazium esculentum Swartz Paku sayur Terestrial
Selaginellales, Selaginellaceae Selaginella intermedia (Bl.) Spring Paku rane halus Terestrial
Selaginellales, Selaginellaceae Selaginella willdenowii (Desv.) Backer Paku rane Terestrial
Schizaeales, Lygodiaceae Lygodium scandens (L.) Sw Ribu-ribu garege Terestrial
Schizaeales, Lygodiaceae Lygodium circinatum (L.) Sw Ribu-ribu Terestrial
Habitat Tumbuhan Paku
Hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan
Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,
Kabupaten Landak, tumbuhan paku terdapat di
tiga habitat, yaitu hutan kerangas, rawa dan
gambut.
Habitat tumbuhan paku yang terdapat di kawasan
Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,
Kabupaten Landak, dapat dilihat pada Tabel 2.
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
158
Tabel 2. Habitat Tumbuhan Paku Yang Ditemukan di Kawasan Cagar Alam Mandor, Kecamatan Mandor,
Kabupaten Landak.
No Spesies Habitat
1 Adiantum latifolium Hutan kerangas
2 Asplenium nidus Hutan kerangas, rawa, gambut
3 Davallia denticulata Hutan kerangas, rawa
4 Diplazium esculentum Hutan kerangas, rawa
5 Drymoglossum piloselloides Hutan kerangas, rawa, gambut
6 Drynaria quercifolia Hutan kerangas, rawa
7 Drynaria sparsisora Hutan kerangas, rawa
8 Elaphoglossum callifolium Rawa
9 Gleichenia linearis Hutan kerangas, rawa, gambut
10 Histiopteris incisa Hutan kerangas, gambut
11 Lindsaea scandens Hutan kerangas, rawa
12 Lycopodium cernuum Hutan kerangas, rawa, gambut
13 Lygodium scandens Hutan kerangas
14 Lygodium circinatum Hutan kerangas
15 Nephrolepis biserrata Hutan kerangas, rawa, gambut
16 Pyrrosia nummularifolia Hutan kerangas, rawa
17 Selaginella intermidia Hutan kerangas
18 Selaginella willdenowii Hutan kerangas, gambut
19 Stenochlaena palustris Hutan kerangas, rawa, gambut
20 Taenitis blechnoides Hutan kerangas, rawa
21 Vittaria elongata Hutan kerangas, rawa
Kunci Identifikasi Tumbuhan Paku
Berdasarkan karakter morfologi dari tumbuhan
paku yang ada di kawasan Cagar Alam
Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten
Landak dibuat kunci identifikasi yang
mengarah ke spesies seperti yang tertera di
bawah ini.
Kunci Identifikasi 1. a. Tumbuhan paku berdaun kecil. Spora berbentuk strobilus yang terletak pada ujung batang ................ 2
b. Tumbuhan paku berdaun kecil. Spora berbentuk strobilus atau tidak .................................................... 4
2. a. Batang tegak, daun tersusun dalam bentuk spiral ................................................. Lycopodium cernuum
b. Batang merayap dan sebagian tegak. Daun pada batang tersusun berhadapan.................. 3 (Selaginella)
3. a. Batang merayap, daun tersusun berhadapan ........................................................ Selaginella intermedia
b. Batang tegak, daun tersusun berhadapan ............................................................ Selaginella willdenowii
4. a. Daun memanjat. Sporangium tersusun dalam dua baris pada tepi daun ............................ 5 (Lygodium)
b. Daun tidak memanjat. Sporangium tidak tersusun dalam dua baris pada tepi daun................................ 7
5. a. Cabang ranting pertama mengalami perpanjangan .................................................. Lygodium scandens
b. Cabang ranting pertama tidak mengalami perpanjangan ........................................................................ 6
6. a. Daun tersusun menyirip.......................................................................................... Lygodium circinatum
b. Daun tersusun tunggal atau menyirip....................................................................................................... 8
7. a. Batang bercabang dua atau tiga ................................................................................. Gleichenia linearis
b. Batang dikotom ....................................................................................................................................... 9
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
159
8. a. Rimpang tidak memanjat....................................................................................................................... 10
b. Rimpang memanjat................................................................................................................................ 11
9. a. Tumbuhan paku berdaun tunggal .......................................................................................................... 12
b. Tumbuhan paku berdaun majemuk ....................................................................................................... 13
10. a. Daun majemuk, tepi bergerigi dan kaku. Daun mudanya berwarna merah ........ Stenochlaena palustris
b. Daun menyirip tunggal atau ganda, tepi bergerigi dan kaku. Daun mudanya berwarna hijau
........................................................................................................... .................... Diplazium esculentum 11. a. Daun tunggal, berdaging dan mempunyai rimpang pendek dan tumbuhnya menjalar
........................................................................................................................................ Vittaria elongata b. Daun tunggal dan mempunyai ukuran yang bervariasi. Batang pendek dan melingkar (roset)
........................................................................................................................................ Asplenium nidus 12. a. Daun tunggal berukuran kecil. Permukaan daun licin dan tipis ................... Elaphoglossum callifolium
b. Daun majemuk berukuran besar. Permukaan daun licin dan mengkilat .................. Davallia denticulata
13. a. Sporangium tebal dan membentuk garis memanjang ........................................................................... 14
b. Sporangium tidak tebal dan tidak membentuk garis panjang ............................................................... 15
14. a. Sporangium memanjang membentuk 2 baris yang terdapat di kanan kiri costa. Sorus terletak di
pertengahan antara costa dan tepi daun ................................................................... Taenitis blechnoides b. Sporangium memanjang menutupi sepanjang costa atau terletak di kanan kiri costa .......................... 16
15. a. Perawakan kecil. Batang berwarna hitam................................................................... Lindsaea scandens
b. Perawakan besar. Batang berwarna hitam.............................................................................................. 17
16. a. Ental tegak dengan pina yang kecil ....................................................................... Nephrolepis bisserata
b. Ental menjuntai dengan pina yang pendek .......................................................................................... 18
17. a. Epifit. Berdaun kecil ............................................................................................................................. 19
b. Epifit. Berdaun besar .......................................................................................................... 20 (Drynaria)
18. a. Perawakan berupa semak yang besar. Batangnya tegak, berwarna kuning kecoklatan. Daun umumnya
menyirip ganda tiga (tripnnatus) ................................................................................. Histiopteris incisa b. Perawakan berupa herba. Batang bulat, berwarna coklat ........................................ Adiantum latifolium
19. a. Hidupnya epifit. Tangkai daun pendek, permukaan licin dan berdaging
...................................................................................................................... Drymoglossum piloselloides b. Hidupnya epifit. Tangkai daun pendek, berdaging dan ditutupi bulu-bulu yang tebal
........................................................................................................................... Pyrrosia nummularifolia 20. a. Epifit. Daun penyanggah lebar, berlekuk-lekuk dan kertas .................................... Drynaria quercifolia
b. Epifit. Daun penyanggah pendek, lebar dibagian tengah dan tipis .......................... Drynaria sparsisora
Pembahasan Jenis Tumbuhan Paku
Berdasarkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
tumbuhan paku yang banyak ditemukan di
kawasan Cagar Alam Mandor, Kecamatan
Mandor, Kabupaten Landak berasal dari famili
Polypodiaceae sedangkan famili yang sedikit
ditemukan di kawasan Cagar Alam Mandor,
Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak berasal
dari famili Aspleniaceae, Gleicheniacea,
Blechnaceae, Davalliaceae, Dennstaedtiaceae,
Dryopteridaceae, Lindsaeaceae, Lycopodiaceae,
Nephrolepidaceae dan Woodsiaceae.
Tumbuhan paku yang ditemukan adalah 21 jenis
tumbuhan paku, 14 jenis tumbuhan paku terestrial
dan 7 jenis tumbuhan paku epifit. Adanya
perbedaan jumlah tumbuhan paku terestrial dan
paku epifit tersebut karena kondisi tempat tumbuh
yang berbeda. Soerianegara dan Indrawan (1980)
menyatakan bahwa banyak jenis dan jumlah
individu pada suatu lokasi tergantung pada
keadaan tempat tumbuhnya. Lebih lanjut Odum
(1993) menyatakan bahwa adanya jenis tumbuhan
berbeda dapat bersama dalam suatu komunitas
adalah karena kisaran toleransinya terletak dalam
cakupan atau meluas sampai ke batas lingkungan
suatu tempat.
Habitat Tumbuhan Paku
Habitat tumbuhan paku yang ditemukan di Cagar
Alam Mandor yaitu hutan kerangas, rawa dan
gambut. Berdasarkan Tabel 2 ada beberapa jenis
tumbuhan paku yang di jumpai di tiga habitat
yaitu Asplenium nidus, Drymoglossum
heterophyllum, Gleichenia linearis, Lycopodium
cernuum, Nephrolepis bisserata, dan
Stenochlaena palustris. Menurut Sutrisna (1981)
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
160
berbagai faktor lingkungan dan perilaku terutama
kemampuan beradaptasi suatu vegetasi akan
mempengaruhi
jumlah suatu jenis yang ditemukan pada suatu
kawasan.
Deskripsi Tumbuhan Paku
Adiantum latifolium Lam.
A. latifolium termasuk famili Pteridaceae dan
dikenal dengan nama daerah paku tali. Tumbuhan
paku ini ditemukan dihutan kerangas dan tumbuh
di tempat-tempat terbuka yang mendapat sinar
matahari langsung. A. latifolium mempunyai akar
serabut yang berwarna coklat. Paku ini
mempunyai batang yang bulat dengan permukaan
licin dan berwarna coklat. Berdaun majemuk
dengan pina (anak daun) kecil. Daun berwarna
hijau muda dengan tekstur daun tipis dan keras.
LBN-LIPI (1980), menyatakan bahwa A.
latifolium mempunyai akar serabut tumbuh dari
rizoma yang berwarna coklat.
Batangnya bulat panjang dengan permukaan
halus. Daun berwarna hijau kecoklatan. Tepi daun
pada bagian bawah rata, dibagian atasnya
berlekuk-lekuk dengan tekstur daun tipis dan
keras.
Asplenium nidus L. A. nidus termasuk famili Aspleniaceae dan
dikenal dengan nama daerah sarang burung.
Tumbuhan ini mempunyai sinonim Neopttopteris
nidus (L) J. Smith, Thamnopteris nidus (L) Presl.,
dan A. musifolium J. Smith ex Mett (Hartini,
2006). Dalam penelitian ini A. nidus ditemukan di
kawasan hutan kerangas, rawa dan gambut. Hidup
menempel atau menumpang pada batang-batang
pohon yang tinggi. Tumbuhan ini memiliki akar
rimpang tegak, bagian ujung mendukung daun-
daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya
terdapat kumpulan akar yang berwarna coklat.
Jenis ini mempunyai daun yang tunggal dan
mempunyai ukuran yang bervariasi. Ujung
daunnya meruncing, tepinya rata dengan
permukaan yang licin mengkilat dengan tekstur
daun seperti kertas. Daun berwarna hijau,
dibagian bawah lebih pucat. Sporangium berada
dibagian bawah daun yang berbentuk garis-garis
coklat yang terletak di sepanjang tulang daun.
Menurut Darma dan Peneng (2007) A. nidus
memiliki daun tunggal yang tersusun pada batang
sangat pendek melingkar membentuk keranjang.
Daun yang kecil berukuran panjang 7 - 150 cm,
lebar 3 - 30 cm. Ujung meruncing atau membulat,
tepi rata dengan permukaan yang berombak dan
mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih
pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak
tulang daun.
Davallia denticulata (Brum) Mett.
D. denticulata termasuk famili Davalliaceae dan
dikenal dengan nama daerah paku tertutup.
Tumbuhan paku ini ditemukan di hutan kerangas
dan rawa, menempel atau menumpang pada
batang-batang pohon di tempat yang lembab dan
teduh dengan pencahayaan matahari yang kurang.
Tumbuhan ini mempunyai rimpang kuat,
berdaging dan menjalar yang berwarna coklat, di
bagian bawah rimpang terdapat akar-akar halus
yang menempel. Batangnya bulat dengan
permukaan licin dan berkayu berwarna coklat
kehijauan. Daun tumbuhan ini berwarna hijau
terang dengan permukaan daun licin mengkilat
dan mempunyai tekstur daun seperti kertas.
Tumbuhan ini mempunyai tepi daun yang
bergerigi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sunarmi dan Sarwono (2004), D. denticulate
memiliki rimpang kuat dan batang yang berwarna
coklat. Daun kaku dan kuat dengan permukaan
daun licin dan mengkilat sehingga mudah terlihat.
Diplazium esculentum Swartz.
D. esculentum dikenal dengan nama daerah paku
sayur karena jenis tumbuhan paku ini dapat
dikonsumsi. Tumbuhan ini mempunyai sinonim
Anisogonium esculentum Presl, D. malabaricum
Spreng dan Athyrium esculentum Copel. Dalam
penelitian ini D. esculentum ditemukan di hutan
kerangas dan rawa. Umumnya hidup di tempat
terbuka yang mendapat sinar matahari langsung
dan teduh dengan pencahayaan matahari yang
kurang. Tumbuhan ini mempunyai akar berwarna
hitam dan berserabut banyak. Batangnya
berbentuk bulat, bagian depannya beralur dalam,
semakin ke atas alur semakin dangkal. Batangnya
berwarna kuning. Tepi daun bergerigi dan
berwarna hijau tua. Pina (anak daun) yang paling
atas mempunyai ujung yang runcing. Kedua
permukaan daun licin. Sporangium tersusun di
bagian abaksial daun. Tumbuhan ini mempunyai
daun muda yang berwarna hijau. LBN-LIPI
(1980) D. esculentum mempunyai akar yang
berwarna hitam dengan batang yang beralur. Daun
berwarna hijau tua dan bertekstur tipis.
Sporangium berwarna coklat terletak dibagian
abaksial daun.
Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.
D. piloselloides termasuk famili Polypodiaceae
dan dikenal dengan nama daerah sisik naga
karena bentuk daunnya seperti sisik. D.
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
161
piloselloides mempunyai sinonim D.
heterophyllum C. Chr. Tumbuhan Paku ini
ditemukan di hutan kerangas, rawa dan gambut,
menempel pada batang pohon atau hidupnya
efipit. Akarnya menjulur dan melekat kuat pada
inangnya. Daun tumbuhan paku ini bulat dan kecil
yang menyerupai sisik naga. Daunnya ada dua
yaitu; tropofil dan sporofil. Tropofilnya kecil dan
berbentuk bulat, sedangkan sporofil lebih panjang
dari tropofil. Sporofil ini memiliki sporangium.
Hetti (2008) mengatakan bahwa D. piloselloides
merupakan tumbuhan epifit kecil dengan akar
rimpang tipis, daun kecil dan berdaging dengan
permukaan licin. Sporangium terdapat pada daun
fertil.
Drynaria quercifolia (Linnaeus) Smith.
D. quercifolia dikenal dengan nama daerah daun
kepala tupai. Tumbuhan ini mempunyai sinonim
Polypodium quercifolium L. dan Phymatodes
quercifolia C. Presl (Hartini, 2006). Dalam
penelitian tumbuhan ini ditemukan di hutan
kerangas dan rawa, hidup tempat yang lembab dan
teduh dengan pencahayaan matahari yang kurang.
Jenis ini mempunyai rimpang yang besar dan
menjalar. Rimpang ini ditutupi oleh serabut yang
halus yang berwarna coklat. Daun yang besar
dengan tepi daun bercangap Bagian adaksial
berwarna hijau dengan permukaan yang licin dan
tekstur daun seperti kertas. Paku ini mempunyai
daun penyanggah lebih atau dikenal daun steril
dengan bentuk melebar dan tepi daun yang
berlekuk-lekuk. Sporangium terdapat pada bagian
abaksial daun fertil dan tersebar tidak teratur.
Hartini (2006) mengatakan bahwa D. quercifolia
merupakan tumbuhan epifit yang terdapat dipohon
dan menyukai tempat yang lembab. Rimpang
besar dan menjalar. Memiliki daun yang panjang
mencapai 1 m dengan tepi mencangap. Daun
penyanggah lebar dengan tepi berlekuk dan
sporangium terletak tak beraturan.
Drynaria sparsisora Moore. D. sparsisora termasuk dalam famili
Polypodiaceae dan dikenal dengan nama daerah
paku langlayang. Tumbuhan ini ditemukan di
hutan kerangas dan rawa. Mempunyai rimpang
keras yang kecil dan ditutupi oleh serabut yang
pendek berwarna hitam. Bagian adaksial daun
tumbuhan paku ini berwarna hijau tua, sedangkan
bagian abaksialnya berwarna hijau muda. Daun
penyanggah atau daun sterilnya pendek dan
melebar dibagian tengah dan lebih tipis dari daun
kepala tupai. Tepi daun fertilnya berbagi.
Sporangiumnya kecil-kecil terletak diantara anak
tulang daun fertil dan tersebar tak beraturan.
Sastrapradja dkk (1980) menyatakan bahwa D.
sparsisora hidup epifit didaerah yang terbuka.
Rimpang pendek dan keras. Daun panjang
dengan tepi berbagi. Sporangium diantara tulang
daun dan tersebar tak beraturan.
Elaphoglossum callifalium (BI.) Moore.
E. callifalium termasuk famili Dryopteridaceae
dan dikenal dengan nama daerah paku babaro.
Dalam penelitian ini E. callifalium ditenukan di
rawa. Tumbuhan ini hidupnya berumpun dan
tumbuh pada tanah-tanah berlumpur atau berair,
baik di tempat terlindung maupun di tempat
terbuka yamg mendapat sinar matahari langsung.
Akar yang berwarna coklat. Daun tunggal, bagian
adaksial daun berwarna hijau tua, dengan
permukaan daun licin dan bertekstur tipis,
sedangkan bagian abaksial berwarna lebih muda.
Ujung daun runcing dan tepinya rata.
LBN-LIPI (1980) E. callifalium hidup berumput
dan memiliki akar berwarna coklat. Daun tunggal
berwarna hijau dan bertekstur tipis.
Gleichenia linearis (Burm.) Clarke.
Paku ini merupakan tumbuhan semak yang sering
mendominasi suatu daerah. Paku ini memiliki
percabangan yang khusus sehingga jenis ini
mudah dikenal. Masing-masing cabang akan
bercabang lagi begitu seterusnya sehingga seluruh
tumbuhan menutupi tanah tempat hidupnya.
Berkembang biak dengan menggunakan akar.
Tunas yang tumbuh dari akar berwarna hijau
pucat yang ditutupi oleh bulu-bulu berwarna
hitam. Batangnya keras, berkayu dan berwarna
kuning kecoklatan. Cabang terakhir mempunyai
banyak daun yang tersusun berpasangan. Pina
(anak daun) yang paling bawah biasanya terletak
pada percabangan batang dan berukuran lebih
kecil dari pasangan pina sebelumnya. Sporagium
terletak dibagian abaksial daun dan tersebar tidak
beraturan. Steenis, dkk (2005) mengatakan bahwa
Gleichenia linearis mempunyai percabangan
khusus yaitu tiap-tiap cabang bercabang dua dan
masing-masing cabang akan bercabang dua lagi.
Akar berwarna hijau dan sporangium terdapat
pada setiap Pina (anak daun) dan penyebarannya
terbatas disepanjang daun.
Histiopteris incisa (Thunb.) J.Sm.
H. incisa dikenal dengan nama daerah paku
tulang. Tumbuh ini ditemukan di hutan kerangas
dan gambut di tempat terbuka yang mendapat
sinar matahari langsung. Paku ini mempunyai
rimpang yang besar, berwarna hitam dan serabut
akar yang tersebar di sepanjang rimpang.
Batangnya tegak, berwarna kuningan kecoklatan,
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
162
berbentuk bulat, mengkilap dan ditutupi rambut
halus disepanjang batang. Daun mempunyai
bentuk, ukuran dan susunan yang berbeda-beda.
Umumnya daun tersusun majemuk menyirip
ganda tiga (tripinnatus). Daun berwarna hijau tua,
bertekstur kasar dan kaku. Pina berhadapan dan
mempunyai jarak yang sama. Sporangium terletak
pada bagian abaksial daun. Tumbuhan muda yang
menggulung dapat keluar dari akar atau berada
pada ujung batang dari tumbuhan dewasa. Daun
muda yang menggulung berwarna hijau muda
keputihan dan ditutupi oleh rambut-rambut halus
berwarna putih. LBN-LIPI (1980) menyatakan
bahwa H. Incisa mempunyai rimpang yang besar
dan melekat kuat dalam tanah. Batang tegak
berwarna kuning. Daun tripinnatus dengan
sporangium yang terletak tak beraturan.
Lindsaea scandens Hook var terrestris Holtt
L. scandens dikenal dengan nama daerah paku
bening. Dalam penelitian ini L. scandens
ditemukan di hutan kerangas dan rawa.
Mempunyai rimpang yang pendek dengan serabut
akar. Batangnya berwarna hitam dan ditutupi oleh
rambut-rambut halus berwarna coklat yang
tersebar jarang. Pada bagian atas batang, rambut
tersebar lebih banyak dan lebih merata. Daun
bertangkai pendek, dengan tekstur tipis dan
letaknya yang berselang seling, bagian adaksial
berwarna hijau tua sedangkan di bagian abaksial
berwarna hijau muda. Tepi daun menggulung ke
bawah membentuk gulungan yang terputus-putus.
Sporangium terdapat di bagian abaksial daun,
terletak di dalam gulungan di sepanjang marginal
daun sehingga bentuknya mengikuti bentuk
gulungan daun tersebut. Sastrapradja, dkk (1980)
menyatakan L. scandens berupa herba yang
mempunyai rimpang dengan serabut akar yang
tidak terlalu banyak. Daun menggulung
kebelakang membentuk garis putus-putus dan
sebagai tempat melekatnya sporangium.
Lycopodium cernuum L.
L. cernuum dikenal dengan nama daerah paku
kawat. Tumbuhan ini ditemukan di hutan
kerangas, rawa dan gambut. Mempunyai akar
berwarna putih ke abu-abuan. Batang kecil dan
kaku seperti kawat. Batang tersebut bercabang-
cabang tidak beraturan, daunnya kecil dan tumbuh
rapat menutupi batang. Batang bercabang dikotom
dan tubuh tegak. Bagian pangkal batang lurus
tidak bercabang, sedangkan bagian atas batang
bercabang banyak. Daun tidak bertangkai,
tersusun mengelilingi batang dalam bentuk spiral
atau tersusun rapat tak beraturan. Daunnya kecil
seperti jarum, tumbuh tegak dan tersebar merata
disepanjang batang dan cabang. Daun tersusun
rapat, sedangkan daun yang terdapat pada batang
biasanya berukuran lebih panjang, tersusun lebih
jarang. Daun-daun subur tersusun dalam bulir
yang disebut strobilus. Strobilus tumbuh pada
akhir percabangan. Strobilus yang masih muda
berwarna putih dan ujungnya berwarna hujau
muda, sedangkan strobilus yang sudah tua
berwarna putih kekuningan. Menurut Suryana
(2009) L. cernuum dikenal dengan sebutan paku
kawat karena batangnya kecil menjalar, kaku
seperti kawat berwarna hijau kekuningan. Bagian
ujung cabangnya sering mengeluarkan akar dan
membentuk tumbuhan. Daunnya halus seperti
jarum, tumbuh tegak dan tersebar merata
disepanjang batang dan cabang.
Lygodium scandens (L.) Sw.
L. scandens dikenal dengan nama daerah ribu-
ribu garege. Dalam penelitian ini L. scandens
ditemukan di hutan kerangas yang hidup di
tempat-tempat terbuka yang mendapat sinar
matahari langsung. Berakar di tanah namun
daunnya membelit tumbuhan lain yang berada
didekatnya. Mempunyai batang bulat, kecil dan
licin namun kuat. Cabang berwarna coklat
kehijauan. Daun majemuk tersusun menyirip
berseling dengan 4-6 anak daun pada setiap
sisinya. Daun berwarna hijau muda, tipis dan
kedua permukaannya licin. Daun berbentuk
segitiga seperti jantung. Ujung daun tumpul
dengan tepi daun bergerigi. Daun fertil berukuran
lebih kecil dari daun steril, namun lebih lebar
sehingga bentuknya hampir membulat. Daun fertil
memiliki gerigi yang lebih dalam. Sporangium
berwarna hijau muda tersusun dalam dua baris
pada tepi daun fertil. Sastrapradja, dkk (1980)
mengatakan bahwa L. scandens tumbuh
merambat pada tanaman lain. Mempunyai daun
kecil, bergerigi, berwarna hijau pucat dengan
basalnya yang melebar sehingga mempunyai
bentuk segitiga. Sporangium terletak di ujung-
ujung gerigi daun fertil.
Lygodium circinatum (L.) Sw.
L. circinatum termasuk dalam famili Lygodiaceae
dan dikenal dengan nama daerah paku ribu-ribu.
Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas yang
hidup di tempat-tempat terbuka yang mendapat
sinar matahari langsung. Paku ini berakar di
dalam tanah berwarna coklat. L. circinatum
tumbuh menjalar atau merambat pada tumbuhan
lain yang berada di dekatnya. Batangnya berwarna
coklat muda, berbentuk bulat, berukuran kecil dan
sangat kuat. Tumbuhan ini mempunyai daun yang
berwarna hijau. Daunnya bertekstur tipis dan kuat,
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
163
ujungnya runcing dan tepinya bergerigi,
sedangkan bagian abaksialnya berwarna lebih
muda. Menurut Suryana (2009) bahwa L.
circinatum berbeda dengan paku lainnya karena
mempunyai akar rimpang yang menjalar di tanah.
Daun yang membelit tumbuhan lain yang ada
didekatnya.
Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott.
N. bisserata dikenal dengan nama daerah paku uban. Dalam penelitian ini Paku uban (N.
biserrata) ditemukan di hutan kerangas, rawa dan
gambut. Tumbuh merumpun, akarnya berwarna
coklat tua. Batang berwarna hijau kecoklatan dan
tumbuh tegak. Batang ditutupi oleh sejumlah
rambut halus berwarna coklat muda yang tersebar
jarang di sepanjang batang, namun semakin dekat
akar, rambut pada batang semakin banyak,
warnanya lebih gelap dan ukurannya lebih
panjang. Daun berwarna hijau terang. Kedua
permukaan daun mempunyai warna dan tekstur
yang sama, keduanya ditutupi oleh rambut halus
berwarna terang yang tersebar merata diseluruh
permukaan daun. Mempunyai daun majemuk
dengan pina yang kecil. Pina tersusun rapat dan
tersebar di sepanjang batang. Pina mempunyai
ujung yang runcing. Tumbuhan muda yang masih
muda menggulung berwarna hijau muda dan
seluruh permukaannya ditutupi oleh rambut-
rambut halus berwarna putih. Sporangium
terdapat dibagian abaksial daun yang terletak di
tepi daun. LBN-LIPI (1980) menyatakan bahwa N. bisserata memiliki akar
rimpang yang menyerupai akar tunjang. Daun
tersusun rapat dengan tepi berombak. Daun yang
letaknya diatas lebih kecil. Sporangium terdapat
pada bagian bawah daun.
Pyrrosia nummularifolia Sw.
P. nummularifolia dikenal dengan nama daerah
paku duditan. Dalam penelitian ini P.
nummularifolia ditemukan di hutan kerangas dan
rawa, menempel pada batang-batang pohon dan
batu-batu. Hidup di tempat-tempat terbuka yang
mendapat sinar matahari langsung dan teduh
dengan pencahayaan matahari yang kurang.
Akarnya menjalar panjang berwarna kecoklatan.
Bentuk daunnya bulat dan berdaging dengan
warna hijau pada bagian adaksialnya, sedangkan
bagian abaksialnya berwarna hujau muda. Tepi
daunnya rata. Permukaan bagian atas daun dan
bagian bawahnya berbulu. Sporangium terletak di
permukaan bagian bawah dan biasanya ditutupi
oleh bulu-bulu yang tebal. Menurut Suryana
(2009) bahwa P. nummularifolia menempel pada
dahan atau ranting-ranting pohon yang sudah tua.
Rimpangnya menjalar berwarna merah
kecoklatan. Daun berbentuk bundar sampai
bundar telur dengan permukaan bagian atas agak
berbulu dan bagian bawah berbulu tebal.
Selaginella intermedia (BI.) Spring.
S. intermedia dikenal dengan nama daerah paku
rane halus. Tumbuhan ini ditemukan di hutan
kerangas. Hidup merayap di lereng-lereng bukit di
tanah yang lembab dan teduh serta tidak mendapat
sinar matahari secara langsung. Akar berwarna
coklat kehitaman. Batangnya merayap berwarna
coklat tua. Batang ditutupi oleh daun-daun kecil
yang tersusun dalam 4 baris dan berhadapan. Dua
baris terletak di bagian depan batang, berbentuk
seperti sisik berwarna hijau. Pada bagian basal
batang, daun berwarna coklat muda, ukurannya
lebih kecil dan tersusun lebih rapat. Batang yang
mempunyai cabang yang banyak dan tak
beraturan. Daun tak bertangkai, berwarna hijau
tua, tersebar merata di seluruh bagian batang dan
tersusun menyirip. Ujung daun berwarna hijau
keputihan. Bagian abaksial daun berwarna hijau
muda. Sporangium terkumpul dalam bentuk
strobilus yang terletak diujung batang atau
cabang, berwarna hijau dengan ujung yang lancip.
Menurut LBN-LIPI (1980) bahwa
S. intermedia mempunyai akar berwarna coklat
kehitaman. Batang merayap berbentuk bulat kecil
berwana coklat, dengan cabang yang tak
beraturan. Daun berukuran kecil berwana hijau
dengan sporangium berbentuk strobilus yang
terletak diujung cabang.
Selaginella willdenowii (Desv.) Backer.
S. willdenowii termasuk dalam famili
Selaginellaceae dan dikenal dengan nama daerah
paku rane. Dalam penelitian ini S. willdenowii
ditemukan di hutan kerangas dan gambut. Paku ini
hidupnya berumpun dengan akar berwarna putih
ke abu-abuan. Batangnya tegak dan berwarna
coklat. Jenis ini mempunyai daun berukuran kecil.
Daunnya warna kuning kehijauan. Sporangium
terkumpul dalam bentuk strobilus yang terletak
diujung daun berwarna hijau muda. Hartini (2011)
bahwa S. willdenowii mempunyai akar berwarna
abu-abu. Daun kecil berwarna kuning kehijauan.
Stobilus diujung percabangan.
Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd.
S. palustris dikenal dengan nama daerah lumiding.
Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas, rawa
dan gambut. Hidup di tanah dan memanjat pada
pohon yang berada didekatnya. Berakar dalam
tanah, rimpang berwarna hitam dan kuat ditutupi
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
164
oleh serabut berwarna coklat. Batang licin, keras
dan kuat. Bagian depan batang berwarna hijau
kehitaman dan beralur dalam, sedangkan bagian
belakangnya tidak beralur dan berwarna hijau
kecoklatan. Daun steril majemuk tersusun
menyirip tunggal genap. Daun bertangkai sangat
pendek. Daun yang masih muda berwarna merah,
bertekstur lembut dan tipis, semakin dewasa daun
mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan
dan pada akhirnya menjadi hijau tua, tekstur yang
tebal, keras dan kaku. Bagian abaksial daun
berwarna lebih muda. Pina berbentuk lanset,
ujungnya meruncing, basalnya membulat dan
tepinya bergerigi tajam. Daun fertil berbentuk
seperti garis dan seluruh permukaannya dipenuhi
oleh sporangium. Daun fertil tersusun menyirip
seperti daun steril dengan spora serbuk berbentuk
bubuk halus berwarna coklat muda dan mudah
lepas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartini
(2011) bahwa S. palustris merupakan jenis
tumbuhan memanjat atau merayap. Daun
menyirip tunggal. Daun steril berbentuk jorong.
Daun fertil berbentuk garis dan daun yang sangat
muda berwarna merah.
Taenitis blechnoides (Willd.) Sw.
T. blechnoides dikenal dengan nama daerah paku
ringin dan mempunyai sinonim Pteris blechnodes
Willd., T. pteroides Skhkuhr dan T. chinensis
Desv ( Rosenburgh, 1908 dalam Hartini, 2006).
Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas dan
rawa. Jenis ini mempunyai rimpang yang tumbuh
menjalar pendek, berwarna coklat dengan ujung
ditutupi oleh serabut akar berwarna coklat gelap
mengkilap. Batang berbentuk bulat dan berkayu.
Bagian depan batang beralur dan semakin ke atas
alur semakin dalam. Bagian depan batang
berwarna coklat kehijauan sedangkan bagian
belakangnya berwarna coklat. Batang ditutupi
oleh rambut-rambut halus berwarna coklat muda
yang tersebar jarang atau ada dalam jumlah yang
sangat sedikit. Daunnya tersusun berhadapan
dengan tekstur daun kaku dan agak tebal,
berwarna hijau tua. Ujung pina meruncing,
basalnya runcing dan tepinya rata. Sporangium
berwarna coklat muda, terletak dibagian abaksial
daun. Sporangium memanjang membentuk 2 baris
yang terdapat di kanan kiri costa yang tidak
terputus. Hartini (2006) menyatakan bahwa T.
Blechnoides mempunyai akar rimpang yang
bagian ujungnya ditutupi oleh serabut yang
berwarna hitam. Bentuk helaian anak daun lanset
bagian ujung runcing. Tekstur daun kaku dan
tebal. Sporangium terdapat di kanan kiri ibu
tulang daun.
Vittaria elongata Sw.
V. elongata termasuk dalam famili Pteridaceae
dan dikenal dengan nama daerah paku panjang.
Dalam penelitian ini V. elongata ditemukan di
hutan kerangas dan rawa. Paku inimenumpang
pada pohon-pohon yang tinggi dan menyukai
tempat yang lembab dan teduh dengan
pencahayaan matahari yang kurang. paku ini
mempunyai akar dan tumbuh menjalar. Akarnya
tumbuh daun-daun yang jaraknya saling
berdekatan sehingga membentuk sesuatu
kelompok atau bergerombol. Serabut pada
akarnya tumbuh rapat dan ujung serabut tersebut
seperti rambut yang warnanya coklat kehitaman.
Jenis ini mempunyai daun panjang, tunggal dan
berdaging berwarna hijau tua. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sunarmi dan Sarwono (2004)
bahwa V. elongata mempunyai rimpang panjang
menjalar. Daun memanjang tunggal dan
berdaging. Hidup sebagai epifit.
DAFTAR PUSTAKA
Darma, IDP & Peneng, I,N., 2007, Inventarisasi
Tumbuhan Paku di Kawasan Taman Nasional
Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur,
Waingapu, Nusa Tenggara Timur,
Biodiversitas, vol 8, no 3, hal. 242-248.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2008,
Informasi Kawasan Konservasi Kalimantan
Barat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Kalimantan Barat.
Ekoyani, N., 2007, Keanekaragaman Jenis Paku-
Pakuan (Pteridophyta) dalam Kawasan Hutan
Lindung Gunung Bawang Kabupaten
Bengkayang, Skripsi, Universitas Tanjungpura,
Pontianak.
Hartini, S., 2006, Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago
Malintang, Sumatra Barat dan Aklimatisasinya
Di kebun Raya Bogor, Biodiversitas, vol 7, no
3, hal. 230-236.
Hartini, S., 2011, Tumbuhan Paku di Beberapa
Kawasan Hutan di Taman Nasional Kepulauan
Togean dan Upaya Konservasinya di Kebun
Raya Bogor, Berk. Penelitian. Hayati Edisi
Khusus: vol. 7A, hal. 3540.
Hetti, D., 2008, Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70%
Herba Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides
Presl.) Terhadap Sel T47D, Skripsi, Universitas
Muhamadiyah, Surakarta.
Holtum, R.E., 1967, Flora of Malaya Vol II (Fern of
Malaya), Authority Government Printing
Office, Singapore.
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2): 155 - 165
165
Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980, Jenis Paku
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Odum, E, P., 1993, Dasar-Dasar Ekologi, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Ranker, T, A., dan Haufler, C, H., 2008, Biology and
Evolution of Ferns and Lycophytes, Cambridge
University Press, New York.
Rismunandar dan Ekowati, M., 1991, Tanaman Hias
Paku-Pakuan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sastrapradja, D.S, Adisoemarsono, S, Kartawinata, S.,
dan Rifai, MA, 1980, Jenis Paku Indonesia,
Bogor, Lembaga Biologi Nasioanal, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Sunarmi dan Sarwono., 2004, Inventarisasi Tumbuhan
Paku di Daerah Malang, Berk, Penelitian.
Hayati, vol 10, hal. 71-74.
Soerianegara, I., dan Indrawan, 1980, Ekologi Hutan
Indonesia, IPB, Bogor.
Steenis, C.G.G.J., Hoed, G., dan Eyma, P.J., 2005,
Flora : Untuk Sekolah Indonesia, Cetakan
Kesepuluh, Pradnya Paramita, Jakarta.
Suryana, 2009, Keanekaragaman Tumbuhan Jenis Paku
Terestrial dan Epifit di Kawasan PLTP
Kamojang Kab. Garut Jawa Barat, Jurnal
Biotika, vol 7, no 1, hal. 20-26.
Sutrisna., 1981, Analisis Vegetasi Hutan Hujan
Tropika, Gadjah Mada University Press,
Yoygakarta.
Tjitrosoepomo, G., 1998, Taksonomi Umum, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G., 2003, Taksonomi Tumbuhan, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.