Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

19
1 KAMPANYE DAN DISEMINASI KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI

Transcript of Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

Page 1: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

1

KAMPANYE DAN DISEMINASI

KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI

Page 2: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

2PERLAMBATAN EKONOMI

DEREGULASI

Pertumbuhan output riil melambat menjadi 4,7% yoy pada kuartal pertama 2015, laju

pertumbuhan paling lambat sejak 2009, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional

diperkirakan terkoreksi sebesar 4,7% untuk tahun 2015, lebih rendah dari proyeksi

sebelumnya sebesar 5,2%, bahkan jauh dari harapan untuk tumbuh 7%.

0,00

50.000,00

100.000,00

150.000,00

200.000,00

250.000,00

300.000,00

350.000,00

400.000,00

450.000,00

2011 2012 2013 2014

PENURUNAN KINERJA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

I EKSPOR

II IMPOR

TOTAL

Sejak tahun 2012 sampai 2014 terjadi perlambatan ekspor yang signifikan,

sehingga neraca perdagangan menjadi defisit, karena penurunan impor lebih

kecil dari penurunan ekspor.

Sumber: BPS

Sumber: BKPM

Sumber: BPS

(USD Juta)

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks dari

harga yang dibayar konsumenuntuk mendapatkan

barang dan jasa.

Pada Juni 2015 IHK 120,14 artinya sejak tahun

2012 sudah ada perubahan sebesar 20,14% -

Inflasi karena supply side.

IKK digunakan untuk mengidentifikasi

pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari

keyakinan konsumen terutama berupa

pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Selama Jan-Jun 2015 IKK turun sebesar 7%.

100,00

105,00

110,00

115,00

120,00

125,00

Ja

nF

eb

Ma

rA

pr

Ma

yJu

nJu

lA

ug

Se

pO

ct

No

vD

ec

Ja

nF

eb

Ma

rA

pr

Ma

yJu

n

Indeks Harga Konsumen

100

105

110

115

120

125

Ja

nF

eb

Ma

rA

pr

Ma

yJu

nJu

lA

ug

Se

pO

ct

No

vD

ec

Ja

nF

eb

Ma

rA

pr

Ma

yJu

n

Indeks Keyakinan Konsumen

2010 2011 2012 2013 2014 Q2-2015

PMDN 60,5 76,0 92,2 128,2 156,1 42,9

PMA 148,0 175,3 221,0 270,4 307,0 92,2

Total 208,5 251,3 313,2 398,6 463,1 135,1

-

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

400,0

450,0

500,0

Rp

Tri

liu

n

PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Investasi meningkat tapi: tidak

menyebar, tidak ada ekstensif marjin,

dan penurunan serapan tenaga kerja

Page 3: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

3

PELUANG INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL

Pertumbuhan ekonomi global masih melambat

meskipun ekonomi USA telah pulih, namun beberapa

maju tahun 2016 akan tumbuh mendekati rata-rata

pertumbuhannya dalam 10 tahun terakhir, sehingga

menjadi peluang bagi ekspansi ekonomi Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang utama

berada di bawah rata-rata angka pertumbuhan 10

tahun terakhir.

Meskipun tahun 2014, Indonesia di peringkat ke-14

FDI global (ke 2 setelah Singapura untuk negara-

negara ASEAN) dan meningkat dari peringkat ke-19

tahun sebelumnya, dengan porsi investasi mencapai

1,86% (USD 23 milliar) dari total FDI global (USD

1,23 trilliun), tetapi FDI global mengalami perlambatan

-16,3% dengan total nilai FDI menurun dari USD 1,47

trilliun pada tahun 2013 menjadi USD 1,23 trillun pada

tahun 2014, sehingga perlu kebijakan untuk

perebutan sumber investasi.

Page 4: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

4

URAIAN 1998 2008 2015PDB (%) (13,1) 4,2 4,7

Nilai Tukar (Rp/USD) 16.000,0 10.500,0 14.300,0

Inflasi (%) 78,0 11,1 7,2

Suku Bunga Simpanan Bank (%) 60 - 70 6 - 9 4 - 8

Rasio Utang Luar Negeri atas PDB (%) 127,0 40,0 33,0

IHSG 250,0 2.000,0 4.500,0

Cadangan Devisa (USD Milyar) 23,0 50,0 107,0

(13,1)

4,2 4,7

1998 2008 2015

78,0

11,1 7,2

1998 2008 2015

PDB (%) INFLASI (%)

16.000,0

10.500,0

14.300,0

1998 2008 2015

NILAI TUKAR Rp/USD

23,0 50,0

107,0

1998 2008 2015

CADANGAN DEVISA (USD MILYAR)

127,0

40,0 33,0

1998 2008 2015

RASIO UTANG LUAR NEGERI ATAS PDB (%)

250,0

2.000,0

4.500,0

1998 2008 2015

IHSG

Sumber: Artikel Elba Damhuri ”Menakar Kekuatan Ekonomi Indonesia”, Harian Republika 14 September 2015

*) untuk inflasi 2015 memakai data YoY Agustus 2014 ke Agustus 2015. Inflasi Januari - Agustus 2015 baru menyentuh 2%

KEWASPADAAN TERHADAP KRISIS EKONOMI: PERBANDINGAN KONDISI EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998, 2008, DAN 2015

Page 5: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

5RESPON NEGARA ASEAN LAIN MENDORONG INDUSTRI

DAN INVESTASI MENGHADAPI MEA DAN DINAMIKA GLOBALISASI EKONOMI

5

• Liberaslisasi Investasi Asing

• Mengadopsi Standar Kualitas Barang dan Jasa Serta Mengkonversi Standar

Malaysia ke standar Internasional

• Mendorong peningkatan industri melalui pengembangan economic development

zone dan fasilitas customs zone

• Pembentukan agen-agen promosi ekonomi

• Menghilangkan regulatory bottlenecks, entry barriers, dan discriminatory

provisions untuk pengembangan investasi sektor industri

• Mendorong pertumbuhan dan perkembangan UMKM

• Mendorong investasi industri yang fokus kepada cluster regional dan jaringan

produksi

• Liberalisasi investasi asing

• Pengmbangan teknologi economic development zone dan penghilangan hambatan

masuk untuk investasi industri

• Pengembangan industri jada pada semua siklus bisnis

Negara ASEAN lainnya melakukan promosi ekonomi, melalui unilateral liberalisasi perdagangan dan fasilitasi

perdagangan semata-mata untuk pengembangan investasi sektor industri dan ekspor.

Malaysia

Thailand

Philipina

Vietnam

Singapura

Sumber: ASEAN Sec

Page 6: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

6ANALISA FORENSIK: PENURUNAN KINERJA INDUSTRI

CABANG INDUSTRI 1994 2004 2010 2011 2012 2013 2014

INDUSTRI PENGOLAHAN 10.87 6.38 4.74 6.14 5.74 5.56 4.86

a. Industri M i g a s 7.84 -1.95 0.56 -0.94 -2.8 -1.76 -2.27

1). Pengilangan Minyak Bumi 3.39 -0.23 1.25 0.53 -1.93 1.14 1.32

2). Gas Alam Cair 10.99 -3.22 0.01 -2.15 -3.53 -4.26 -5.53

b. Industri tanpa Migas 11.4 7.51 5.12 6.74 6.42 6.1 5.34

1). Makanan, Minuman dan Tembakau 18.85 1.39 2.78 9.14 7.57 3.34 7.24

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 6.96 4.06 1.77 7.52 4.27 6.06 2.35

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 5.94 -2.07 -3.47 0.35 -3.14 6.18 7.33

4). Kertas dan Barang cetakan 13.95 7.61 1.67 1.4 -4.75 4.45 6.15

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 11.09 9.01 4.7 3.95 10.5 2.21 1.27

6). Semen & Brg. Galian bukan logam 19.72 9.53 2.18 7.19 7.8 3 1.52

7). Logam Dasar Besi & Baja 6.44 -2.61 2.38 13.06 5.86 6.93 4.21

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9.62 17.67 10.38 6.81 7.03 10.54 6.05

9). Barang lainnya 12.12 12.77 3 1.82 -1.13 -0.7 8.91

Pertumbuhan Industri Dalam 20 Tahun Terakhir: Terbaik pada tahun 1994

Sumber: BPS

• Dalam 20 tahun terakhir, kinerja industri sangat merosot. Pertumbuhan cabang-cabang industri terbaik terjadi pada tahun 1994 (sebelum

dimulainya WTO). Kinerja industri mulai menurun tajam pada tahun 2004 (dimulainya AFTA dan ASEAN China), kemudian semakin

menurun pada tahun 2010 (AFTA berlaku penuh), selanjutnya pertumbuhan industri terus menurun sampai pada tahun 2014 terutama

industri padat karya, seperti: tekstil, dan alas kaki, serta makanan dan minuman, kertas, dan alat angkut – karena lemahnya daya saing

supply side.

• Peranan penurunan industri sangat berdampak pada perlambatan ekonomi di smester pertama pada tahun 2015, terutama melemahnya

daya saing industri yang berpengaruh pada daya beli masyarakat dan ekspor.

Page 7: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

7ANALISA FORENSIK: PENURUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI

Perkembangan Ekspor Utama Produk Industri: Menurun

Sumber: BPS

NO HS URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015Perubahan (%)

2015/2014

1 27 BAHAN BAKAR MINERAL 27.444,00 26.407,00 24.780,00 21.058,00 16.021,00 -23,92

2 15LEMAK & MINYAK

HEWAN/NABATI21.655,00 21.299,00 19.224,00 21.059,00 18.658,00 -11,40

3 85 MESIN/PERLATAN LISTRIK 11.145,00 10.764,00 10.438,00 9.745,00 8.562,00 -12,14

4 40KARET DAN BARANG DARI

KARET14.352,00 10.475,00 9.394,00 7.100,00 5.913,00 -16,72

5 84MESIN-MESIN/PESAWAT

MEKANIK5.749,00 6.103,00 5.968,00 5.969,00 5.215,00 -12,63

6 87KENDARAAN DAN

BAGIANNYA3.328,00 4.856,00 4.567,00 5.213,00 5.418,00 3,93

7 62PAKAIAN JADI BUKAN

RAJUTAN4.149,00 3.749,00 3.906,00 3.932,00 3.979,00 1,20

8 64 ALAS KAKI 3.301,00 3.524,00 3.860,00 4.108,00 4.507,00 9,719 48 KERTAS/KARTON 4.169,00 3.937,00 3.756,00 3.743,00 3.565,00 -4,7610 71 PERHIAASAN/PERMATA 2.593,00 3.234,00 2.751,00 4.648,00 5.494,00 18,20

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Untuk Sektor Industri

Industri PMDN Industri PMA

• PMDN, terjadi penurunan

penyerapan TKI dari sebesar

279.099 tahun 2012 menjadi

hanya 124.135 tahun 2014 (turun

sebesar 56%).

• PMA, terjadi penurunan

penyerapan TKI dari sebesar

510.540 tahun 2012 menjadi

hanya 222.345 tahun 2014 (turun

sebesar 56%).

Berdasarkan data WTO, share ekspor manufaktur Indonesia terhadap total

ekspor Indonesia rata-rata 37%, sedangkan share ekspor manufaktur

Indonesia 1% terhadap total impor manufaktur dunia.

Sumber: BKPM

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pertumbuhan IndustriPengolahan

4,6 4,6 4,7 3,7 2,2 4,7 6,3 5,6 4,5 4,6

Peranan Terhadap PDB 28,1 27,8 27,4 26,8 26,2 25,8 21,8 21,5 21,0 21,0

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

Pe

rse

nta

se

Peranan Industri Terhadap PDB

Sumber: BPS

Page 8: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Ekspor Indonesia 71.582.46 85.659.94 100.798.6 114.100.8 137.020.4 116.509.9 157.779.1 203.496.6 190.031.8 182.551.7

Impor Indonesia 46.524.53 57.700.88 61.065.46 74.473.42 129.244.0 96.829.16 135.663.2 177.435.5 191.690.9 186.628.6

Neraca 25.057.93 27.959.06 39.733.15 39.627.44 7.776.374 19.680.82 22.115.82 26.061.06 (1.659.06 (4.076.87

TOTAL 118.106.9 143.360.8 161.864.0 188.574.3 266.264.4 213.339.1 293.442.3 380.932.1 381.722.7 369.180.3

(50.000.000)

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

400.000.000

450.000.000

US

D J

uta

ANALISA FORENSIK: PERMASALAHAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA (DATA BPS)

Pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia tidak seimbang dan tidak meningkatkan volume perdagangan Indonesia, sehingga terlihat kebijakan ekspor

dan impor tidak mendorong peningkatan volume perdagangan yang dapat membuat share volume perdagangan Indonesia tidak berkembang pada

posisi rata-rata 1% dari volume perdagangan dunia.

Tidak terjadi diversifikasi produk dan pasar ekspor Indonesia yang berarti. Sebaliknya nilai impor bahan baku dan barang modal yang meningkat

nilainya, namun tidak banyak terdapat extensive margin yang menunjukan adanya kegiatan investasi baru.

Sumber: BPS

Page 9: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

9

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Ekspor Dunia 9.097.78 10.366.2 11.985.0 13.823.1 15.971.8 12.388.0 15.129.9 18.189.2 18.101.4 17.994.5

Impor Dunia 9.377.67 10.610.5 12.239.3 14.090.0 16.327.8 12.652.4 15.364.8 18.372.2 18.424.0 18.779.6

Neraca (279.885 (244.332 (254.311 (266.965 (355.966 (264.338 (234.918 (182.991 (322.556 (785.126

TOTAL 18.475.4 20.976.7 24.224.4 27.913.2 32.299.7 25.040.5 30.494.7 36.561.4 36.525.5 36.774.2

(5.000.000.000)

-

5.000.000.000

10.000.000.000

15.000.000.000

20.000.000.000

25.000.000.000

30.000.000.000

35.000.000.000

40.000.000.000

US

D J

uta

ANALISA FORENSIK: PERMASALAHAN EKSPOR INDONESIA (WTO)

Share ekspor Indonesia terhadap ekspor dunia selama periode tahun 2004-2013 bertahan di angka 1% atau Indonesia selalu diurutan ke-24 dalam negara-

negara pengekspor, lebih rendah dari beberapa negara ASEAN, seperti Singapore, Malaysia, dan Thailand.

Pertumbuhan ekspor dunia rata-rata 9%, sedangkan pertumbuhan ekspor Indonesia rata-rata 12%, tetapi nilai absolut ekspor Indonesia relatif kecil.

Kurang berkembangnya ekspor produk bernilai tambah dan inovatif untuk mendorong peningkatan ekspor yang signifikan dan berkelanjutan

Sumber: WTO

Page 10: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

10

ANALISA FORENSIK: URUTAN KOMODITI UTAMA EKSPOR DAN IMPOR NONMIGAS INDONESIA

(PERIODE 2011-2015)(Nilai : Juta US$)

Sumber: BPS diolah Kemenko Bidang Perekonomian

Catatan: Ekspor komoditi utama Indonesia masih didominasi oleh komoditi, sedangkan impor Indonesia didominasi oleh produk berbasis teknologi dan inovasi

NO HS URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015RATA-RATA/

TAHUN

1 27 BAHAN BAKAR MINERAL 27.444,00 26.407,00 24.780,00 21.058,00 16.021,00 23.142,00

2 15 LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI 21.655,00 21.299,00 19.224,00 21.059,00 18.658,00 20.379,00

3 85 MESIN/PERLATAN LISTRIK 11.145,00 10.764,00 10.438,00 9.745,00 8.562,00 10.130,80

4 40 KARET DAN BARANG DARI KARET 14.352,00 10.475,00 9.394,00 7.100,00 5.913,00 9.446,80

5 84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 5.749,00 6.103,00 5.968,00 5.969,00 5.215,00 5.800,80

6 87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA 3.328,00 4.856,00 4.567,00 5.213,00 5.418,00 4.676,40

7 62 PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN 4.149,00 3.749,00 3.906,00 3.932,00 3.979,00 3.943,00

8 64 ALAS KAKI 3.301,00 3.524,00 3.860,00 4.108,00 4.507,00 3.860,00

9 48 KERTAS/KARTON 4.169,00 3.937,00 3.756,00 3.743,00 3.565,00 3.834,00

10 71 PERHIAASAN/PERMATA 2.593,00 3.234,00 2.751,00 4.648,00 5.494,00 3.744,00

NO HS URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015RATA-RATA/

TAHUN1 84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 24.728,00 28.428,00 27.290,00 25.834,00 22.376,00 25.731,20

2 85 MESIN/PERLATAN LISTRIK 18.245,00 18.904,00 18.201,00 17.226,00 15.518,00 17.618,80

3 72 BESI DAN BAJA 8.580,00 10.138,00 9.553,00 8.354,00 6.316,00 8.588,20

4 87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA 7.602,00 9.756,00 7.914,00 6.253,00 5.343,00 7.373,60

5 39 PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK 6.687,00 7.126,00 7.774,00 7.920,00 6.920,00 7.285,40

6 29 BAHAN KIMIA ORGANIK 6.634,00 6.896,00 7.041,00 7.096,00 5.727,00 6.678,80

7 73 BENDA-BENDA DARI BESI DAN BAJA 3.573,00 4.889,00 4.747,00 4.292,00 3.716,00 4.243,40

8 10 GANDUM-GANDUMAN 4.753,00 3.714,00 3.621,00 3.605,00 3.156,00 3.769,80

9 23 AMPAS/SISA INDUSTRI MAKANAN 2.219,00 2.798,00 3.042,00 3.273,00 2.734,00 2.813,20

10 52 KAPAS 3.169,00 2.513,00 2.554,00 2.499,00 2.124,00 2.571,80

EKSPOR

IMPOR (Nilai : Juta US$)

Page 11: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

11

OPSI TANGGAPAN TERHADAP PERLAMBATAN EKONOMI

Rasionalisasi Kebijakan Ekonomi Dalam

Wujud Deregulasi, Debirokratisasi, Dan

Penegakan Hukum Untuk Meningkatkan

Daya Saing Industri, Investasi, Dan

Ekspor, Serta Daya Beli Masyarakat,

Dengan Julukan Kebijakan Deregulasi

Ekonomi -- (Sebagai Obat, Vitamin, Dan

Suplemen Bagi Perekonomian Nasional).

1. Belanja Pemerintah

2. Bantuan Langsung Tunai

3. Pembiayaan

4. Pengamanan Devisa Hasil Ekspor

5. Peningkatan Kegiatan Wisata

6. Peningkatan Daya Saing Industri untuk Pengembangan Suplai Domestik dan Ekspor

7. Perluasan dan Keterbukaan Investasi

8. Percepatan Pengembangan Wirausaha Baru dan Ekspor Produk UMKM

9. Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing Logistik Nasional, termasuk Pengembangan Konektivitas Ekonomi Desa, Kota, dan Pasar Global

10. Pemberian Kekuatan atau Inisiatif Baru (Suplemen) bagi Industri, Investasi, dan Ekspor

Page 12: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

PAKET III, 7 Oct ’15PERLUASAN AKSES PEMBIAYAAN DAN

PENGURANGAN BIAYA PRODUKSI: Perluasan

cakupan KUR, Fasilitasi jasa keuangan,

pembiayaan ekspor, fasilitas pertanahan, dan

insentif listrik, BBM, Gas bagi industri

PAKET IV, 15 Oct ‘15JAMINAN SISTIM PENGUPAHAN DAN

PENGAMANAN PHK: sistem pengupahan yang

adil, sederhana dan terproyeksi serta Kredit

Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas.

PAKET V, 22 Oct ‘15REVALUASI ASET DAN AKSES PEMBIAYAAN

SYARIAH: insentif pajak bagi perusahaan yang

merevaluasi aset, dan insentif dana investasi

real estate, serta kemudahan pembiayaan

syariah

PAKET VI, 6 Nov ‘15MENGGERAKKAN EKONOMI DI WILAYAH

PINGGIRAN DAN KELANCARAN BAHAN

BAKU OBAT: insentif KEK, pengairan, dan sistim

eletronik (INSW) pengadaan bahan baku obat

PAKET VII, 7 Dec ‘15INSENTIF PAJAK INDUSTRI PADAT KARYA DAN

SERTIFIKASI TANAH: Mendorong daya saing industri

padat karya melalui insentif PPh Pasal 21 dan

kemudahan sertifikasi tanah

PAKET VIII, 21 Dec ‘15KEPASTIAN USAHA DAN INVESTASI JASA

PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG (MRO) DAN

MINYAK: one map policy yang mempermudah

penyelesaian konflik lahan, upaya meningkatkan

produksi minyak nasional, dan mendorong jasa MRO

PAKET IX, 27 Jan ‘16INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN LOGISTIK:

Pemenuhan listrik rakyat, stabilisasi pasokan daging,

dan agregator ekspor UKM untuk pengembangan

logistik desa ke pasar global

PAKET X, 11 Feb ‘16KETERBUKAAN INVESTASI: perubahan kebijakan

daftar negatif investasi yang menjamin efektivitas

pelaksanaan investasi, meningkatkan perlindungan dan

pengembangan UMKM dan koperasi, serta mendorong

investasi teknologi tinggi, padat modal, dan wisata

PAKET I, 9 Sept ‘15MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI:

mengurangi dan menyederhanakan regulasi

serta mempermudah birokrasi

PAKET II, 29 Sept ‘15PROMOSI INVESTASI DAN DEVISA:

Kemudahan perizinan investasi (izin 3 jam), dan

insentif devisa hasil ekspor

PAKET XI, 29 Mar ‘16AKSES PEMBIAYAAN, DWELLING TIME, DAN

INDUSTRI FARMASI/ALKES: Kredit Usaha Rakyat

Berorientasi Ekspor, insentif BPHTB bagi DIRE,

manajemen resiko untuk kelancaran arus barang

(INSW), dan pengembangan industri farmasi/alkes

HIGHLIGHT PAKET KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI I - XII“Meningkatkan daya saing industri, daya beli masyarakat, investasi, ekspor, wisata, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan”

Presidensial 29 28 97%

K/L 95 92 97%

Total 124 120 97%

Presidensial 4 4 100%

K/L 11 11 100%

Total 15 15 100%

Presidensial 1 1 100%

K/L 7 7 100%

Total 8 8 100%

Presidensial - - -

K/L 10 8 80%

Total 10 8 80%

Presidensial - - -

K/L 3 3 100%

Total 3 3 100%

Presidensial 3 3 100%

K/L 2 2 100%

Total 5 5 100%

Presidensial 2 1 50%

K/L 3 3 100%

Total 5 4 80%

Presidensial 2 2 100%

K/L 1 1 100%

Total 3 3 100%

Presidensial 2 2 100%

K/L 5 3 60%

Total 7 5 71%

Presidensial 1 1 100%

K/L - - -

Total 1 1 100%

Presidensial 3 2 67%

K/L 2 1 50%

Total 5 3 60%

Total

KETERANGAN TABEL:

192SELESAI

95%

213TOTAL

REGULASISEMULA I–XII

11 DALAM

PEMBAHASAN 5%

10 203DIKELUARKAN

154 146SELESAI

KEMENTERIAN/LEMBAGA

95%TOTAL

TOTAL

REGULASI

47TOTAL

42SELESAI

PRESIDENTIAL49TOTAL

46SELESAI

PRESIDENSIAL

94%

UPDATE: 16 MEI 2016

Selesai

Kementerian/Lembaga (K/L) PAKET XII, 28 Apr ‘16

PENINGKATAN PERINGKAT EASE of DOING

BUSINESS (EoDB): Memangkas Izin, Prosedur, ,

Waktu, dan Biaya untuk Kemudahan Berusaha di

Indonesia

Presidensial 2 2 100%

K/L 15 15 100%

Total 17 17 100%

Page 13: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

13

Insentif fiskal untuk sektor

angkutan/transportasi: industri galangan

kapal.

Percepatan pelayanan perizinan 3 jam di

Kawasan Industri melalui PTSP.

Menghilangkan hambatan regulasi dan

birokrasi melalui simplifikasi perizinan,

antara lain: (i) menghilangan rekomendasi,

IP, LS, Wajib SNI barang tertentu; (ii) API

sebagai identitas importir; (iii) penegasan

penghilangan IUOP bagi kegiatan cut and fill.

Kemudahan dan kelancaran mendapatkan

bahan baku melalui fasilitas PLB

Reformasi Kawasan Industri dalam rangka

pengembangan dan penyebaran industri

khususnya di luar Pulau Jawa.

Fasilitas Inland FTA untuk meningkatkan

daya saing industri.

Pengembangan industri farmasi

dan kesehatan dalam rangka

meningkatkan daya saing industri

kesehatan.

Insentif fiskal untuk industri padat

karya.

Upaya menggerakkan perekonomian di wilayah

pinggiran melalui pengembangan Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK), pemberian fasilitas

kemudahan (insentif khusus) dalam KEK.

Pengupahan yang adil, sederhana dan

terproyeksi.

Penurunan bunga KUR dan perluasan

penerima KUR untuk sektor usaha

produktif (seperti industri kecil menengah)

Penetapan harga gas bumi untuk industri

pupuk dan industri tertentu oleh Pemerintah.PAKET III

Insentif fiskal untuk industri

pesawat terbang nasional.

TEMATIK TERKAIT INDUSTRI

Page 14: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

14

Layanan cepat perizinan melalui Izin Investasi 3 jam, untuk 8+1 produk perizinan yaitu Izin investasi, NPWP, Akta

Pendirian Perusahaan & SK pengesahan dari Kemenkumham, TDP, IMTA, RPTKA, API-P, NIK, plus 1 surat booking

tanah, dengan kriteria: rencana investasi paling sedikit Rp 100 milyar dan/atau menggunakan tenaga kerja lokal 1000

orang.

Percepatan pengurusan, tax allowance menjadi 25 hari dan tax holiday menjadi 45 hari

Kemudahan berusaha di sektor Kehutanan, dengan perampingan izin dari 14 menjadi 6 izin.PA

KE

T II

Kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah, antara lain:

memperjelas waktu dan perlindungan peralihan, standar pelayanan

pendaftaran dan transaksi, hak pemanfaatan oleh WNA, serta

pengadaan tanah untuk infrastruktur.

Kemudahan berusaha di sektor kehutanan, yaitu:

penyederhanaan prosedur pengunaan kawasan hutan untuk

pembangunan di luar kehutanan

Kemudahan berusaha di sektor ESDM, antara lain: stimulus

percepatan pembangunan kilang minyak nasional, kepastian hukum

krisis energi, kepastian hukum pelaksanaan kegiatan gas bumi

(agregator), dan kemudahan perizinan sektor kelistrikan.

Kepastian usaha hortikultura, dengan memberikan asas

grandfather clause.

Pengembangan UMKM dan penguatan fungsi ekonomi

koperasi, dengan memperkuat dasar hukum bagi: pembentukan,

peleburan, penggabungan, pengaturan modal penyertaan, serta

meningkatkan pedoman standar operasional koperasi simpan

pinjam.

Penguatan fungsi PTSP dalam pelayanan perizinan dan non

perizinan, dengan menyesuaikan nomenklatur jenis usaha dengan

UU sektor, memperkuat pengawasan, dan memperkuat pelayanan

fasilitas penanaman modal.

PA

KE

T I

PAKET X

Insentif PPh bagi Karyawan Industri Padat Karya, berupa

keringanan pajak 50% dari tarif PPh Pasal 21 yang dikenakan.

Insentif dan kemudahan investasi di Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK), sebagai kawasan yang menarik bagi investasi dan

penggerak perekonomian wilayah yang belum berkembang, meliputi

diskon PPh, PPn dan PPnBM tidak diungut, tarif bea masuk

memakai ketentuan SKA, properti untuk WNA, pengurangan pajak

untuk kegiatan pariwisata, dewan pengupahan dan LKS Tripartit

khusus, perpanjangan fasilitas visa kunjungan, kemudahan

perizinan pertanahan, dan kemudahan penerbitan izin oleh

administrator KEK.

Kepastian berusaha bagi pengusahaan dan/atau penyediaan

air, dengan tetap meningkatkan pengendalian melalui penguatan

tata kelola perizinan sesuai amanat Mahkamah Konstitusi.

Penetapan upah minimum yang lebih sederhana, adil, dan

terproyeksi, dengan formula: UMn = UMt + {UMt x (% Inflasit + % ∆

PDBt)}

Penyederhanaan Izin Pertanahan dalam Kegiatan Penanaman

Modal, dengan mempercepat kesediaan informasi ketersediaan lahan

serta mempercepat jangka waktu pengurusan HGU, HGB/Hak Pakai,

perpanjangan/pembaruan HGB/Hak Pakai, Hak Atas Tanah, dan

penyelesaian pengaduan.

Kemudahan dalam Berusaha (Ease of

Doing Business/ EODB), dengan

memperbaiki: memulai usaha,

pendaftaran properti, perizinan pendirian,

pembayaran pajak, akses perkreditan,

penegakan kontrak, penyambungan

listrik, perdagangan lintas negara,

penyelesaian perkara kepailitan,

perlindungan terhadap investor

minoritas.Revisi Perpres Daftar Negatif Investasi (DNI):

menegaskan ketentuan dalam batang tubuh (grand father

clause, kepatuhan K/L, penyelesaian cepat, kemitraan, tidak

berlaku di KEK)

melakukan rasionalisasi dan simplifikasi pengaturan yang

terdapat pada lampiran (menghilangkan duplikasi,

perlindungan lingkungan, perlindungan UMKMK, mendorong

investasi teknologi tinggi dan padat modal, memenuhi komitmen

ASEAN, kemudahan persyaratan, memudahkan pembacaan)

TEMATIK TERKAIT INVESTASI

Total EoDB: Prosedur dari 94 49; Izin dari

9 6; Jumlah Hari dari 1.566 132 hari;

Jumlah biaya dari Rp 92,8 juta + 10,8% dari

Nilai Properti + Rp 17,5/VA + Rp 969/VA +

30% dari Nilai Perkara Rp 72,7 juta + 8,3%

dari Nilai Properti + Rp 15/VA + Rp 775/VA

Page 15: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

15

Stabilisasi Harga Komoditi Pangan,

khusus daging sapi melalui

ketentuan basis zona pemasukan

ternak dan pemasukan daging impor

ke pasar tradisional di wilayah

Jabodetabek dan Bandung

PAKET I

PA

KE

T IX

Program Perluasan Penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR) bagi keluarga

berpenghasilan tetap untuk sektor usaha

produktif

Program Penurunan Tingkat Bunga KUR

(22% menjadi 9%)

Kebijakan meningkatkan kesejahteraan

buruh dan pekerja (upah minimum) melalui

sistem formula yang menjamin kepastian

dan perlindungan terhadap sistem

pengupahan yang menyeluruh.

Pekerja/buruh tidak jatuh dalam upah

murah dan pengusaha memberikan

kepastian dalam berusaha

Formula kenaikan upah berlaku sampai

tahun 2019 di seluruh Indonesia kecuali di

8 Provinsi yaitu: NTB, NTT, Papua Barat,

Gorontalo, Kalimantan Tengah, Sulawesi

Barat, Maluku dan Maluku Utara yang upah

minimumnya dianggap belum layak.

PA

KE

T IV

Kebijakan tentang pasokan ternak dan/atau produk hewan dalam kondisi tertentu

dengan memperluas akses dari negara maupun zona tertentu yang memenuhi syarat

kesehatan hewan

Untuk Memastikan Pasokan dan Harga Daging Sapi

Kebutuhan daging sapi terus meningkat. Tahun 2016 butuh 674,69 Ton daging (3,9

juta ekor sapi). Pemerintah melakukan peningkatan populasi sapi, perbaikan tata niaga

sapi dan daging sapi, penguatan kelembagaan melalui Sentra Peternakan Sapi

MURAH

MUDAH

HALAL

TEMATIK TERKAIT PENINGKATAN DAYA BELI MASYARAKAT

Page 16: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

16TEMATIK TERKAIT SEKTOR LOGISTIK

MEMBANGUN

KONEKTIVITAS

EKONOMI

DESA-KOTA

PAKET I

Pengendalian Risiko untuk Memperlancar Arus Barang di

Pelabuhan (Indonesian Single Risk Management)

Penerapan identitas tunggal dan penyatuan informasi pelaku usaha

dalam kegiatan ekspor impor, sebagai base profile risiko dan single

treatment dalam pelayanan perizinan masing-masing K/L

Peningkatan Daya Saing Industri

Penerbangan Nasional melalui insentif bea

masuk 0% untuk 21pos tarif suku cadang

dan komponen pesawat terbang.

Fasilitas PLB Memudahkan Mendapatkan Supply

Bahan Baku Industri

Mendekatkan Gudang Kapas dari Malaysia dan

Singapore ke Indonesia.

Penggunaan Single Identity Importir

Penghapusan ketentuan pembatasan bagi perusahaan

pemilik API-U yang hanya dapat mengimpor

kelompok/jenis barang yang tercakup dalam satu bagian

(section) kepada perusahaan yang melakukan impor

barang tertentu untuk tujuan diperdagangkan.

Penurunan Biaya Transportasi Umum

angkutan di ar, di bawah air, di udara, kereta api,

berbagai jenis kapal, pesawat udara dan alat suku

cadangnya, kereta api dan suku cadangnya diberikan

fasilitas tidak dipungut PPN atas impornya.

Penurunan Biaya Kepelabuhanan

Pembebasan dari pengenaan PPN untuk angkutan laut

nasional yang melakukan kegiatan angkutan luar negeri.

Pengembangan Usaha Jasa

Penyelenggaraan Pos Komersial

Penetapan besaran tarif jasa pos komersial harus lebih

tinggi dari tarif layanan pos universal yang ditetapkan

pemerintah

Penyatuan Pembayaran Jasa-jasa Kepelabuhanan

Secara Elektronik (Single Billing)

Penegasan pelaksanaan Peraturan Menteri BUMN Nomor

2 Tahun 2013 tentang Panduan Penyusunan Pengelolaan

Teknologi Informasi BUMN.

Sinergi BUMN Membangun Agregator/Konsolidator

Ekspor Produk UKM, Geographical Inidications, dan

Ekonomi Kreatif

Sinergi BUMN Trading-Logistics dalam hal inovasi bisnis

yang strategis untuk mendorong produk UMKM yang

dipasarkan dalam negeri dan ekspor.

Sistem Pelayanan Terbadu Kepelabuhan Secara

Elektronik

Pengembangan port system menjadi inaportnet yang

terintegrasi ke dalam INSW.

Penggunaan Mata Uang Rupiah untuk Transaksi

Kegiatan Transportasi

Kepastian tarif dalam bentuk mata uang rupiah

PAKET IX

PAKET XI

PAKET VIII

Page 17: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

17TEMATIK TERKAIT PENINGKATAN EKSPOR

1. Penguatan pembiayaan ekspor

melalui penugasan khusus kepada

Lembaga Ekspor Indonesia untuk

pelaksanaan National Interest

Account (NIA) atas transaksi atau

proyek yang secara komersial sulit

dilaksanakan, tetapi dianggap

perlu oleh Pemerintah untuk

menunjang kebijakan atau

program ekspor.

2. Perlakuan prioritas untuk ekspor

produk hortikultura

3. Simplifikasi perizinan

perdagangan dengan

menghilangkan persyaratan

rekomendasi dan kewajiban

verifikasi surveyor

Pembentukan konsorsium industri

pembiayaan yang tergabung dalam

Asosiasi Perusahaan Pembiayaan

Indonesia bersama dengan

Lembaga Pembiayaan Ekspor

Indonesia untuk memberikan dan

mengakselerasi pembiayaan di

sektor industri kreatif, beorientasi

ekspor dan UMKMK

Sinergi BUMN membentuk

agregator/konsolidator ekspor produk

UKM

1. Fasilitasi Kredit Usaha Rakyat

Berorientasi Ekspor (KURBE)

2. Pelaksanaan Indonesia Single

Risk Management (ISRM)

Page 18: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

18TEMATIK TERKAIT DENGAN PENINGKATAN PARIWISATA NASIONAL

Pembebasan Visa Kunjungan(dari 75 negara menjadi 169 negara)

Simplifikasi aturan pengurusandokumen kunjungan kapal wisataasing di 18 pelabuhan yang terkait dengan kepabeanan, keimigrasian, karantina, dankepelabuhanan

Dukungan fasilitas untuk kapalwisata berupa :

a. Penyiapan alur pelayaran

b. Pembangunan dermaga

c. Kemudahan fasilitasperbaikan dan perawatankapal wisata

PA

KE

T I

PA

KE

T X

Pemberian insentif fasilitas dan kemudahan diwilayah KEK Pariwisata berupa:

a. Pengembalian PPN bagi pemilik toko

b. Pembebasan Pajak penjualan atas barangmewah dan PPh atas Penjualan atasbarang yang tergolong sangat mewah untukpembelian properti

c. Pengurangan pajak daerah hingga 100%

d. Pemberian fasilitas multiple visa kepadaWN asing yang berkunjung dalam rangkatugas pemerintahan, bisnis, dan keluarga

e. Pemberian Visa Tinggal Terbatas kepadaWN asing lanjut usia untuk berkunjung keKEK

f. Pemberian Izin Tinggal Sementara dan IzinTinggal Tetap bagi WN asing pemilikproperti

g. Pemberian Hak Pakai hingga 25 tahun danHak Milik Satuan Rumah Susun di atas HakPakai bagi WN asing pemilik properti

PA

KE

T IV

Perluasan kesempatan investasi melalui revisi DNI dengan rincian:

a. PMA 100% untuk restoran, bar, cafe, gelanggang olah raga, dan industri perfilman (semulaPMA maksimal 49%/51% apabila bermitra dengan UMKMK dengan syarat tidakbertentangan dengan Perda)

b. PMA maksimal 67% untuk pengelolaan museum, biro perjalanan wisata, jasaboga/catering, hotel, motel, rumah biliar, gelanggang bowling, lapangan golf, jasaimpersariat, karaoke, ketangkasan, spa (semula PMA maksimal 51% dengan syarat tidakbertentangan dengan Perda)

Page 19: Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia

19

TERIMA KASIH