Pakan Ter
-
Upload
agus-susanto -
Category
Documents
-
view
130 -
download
3
Transcript of Pakan Ter
KARYA TULIS ILMIAH
ASAM OKSALAT PADA PAKAN HIJAUAN
NENTIN SURTINI
DIREKTORAT PAKAN TERNAK
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
2012
DAFTAR ISI
Abstrak ......................................................................................................................... 2
Pendahuluan
Latar Belakang ........................................................................................................ 3
Permasalahan ........................................................................................................... 3
Tujuan ...................................................................................................................... 3
Manfaat .................................................................................................................... 4
Tinjauan Pustaka
Asam Oksalat ........................................................................................................... 5
Kelarutan Asam Oksalat ........................................................................................... 6
Bahan Makanan dan Pakan yang Mengandung Asam Oksalat ................................ 7
Materi dan Metode
Materi ........................................................................................................................ 8
Metode ...................................................................................................................... 8
Pembahasan
Metabolisme Asam Oksalat ....................................................................................... 9
Patogenesis ............................................................................................................... 10
Toksisitas .................................................................................................................. 11
Manajemen Asam Oksalat ........................................................................................ 12
Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
Saran-Saran .................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 14
1
ABSTRAK
Anti nutrisi merupakan senyawa pada pakan yang mengganggu penyerapan nutrisi bahkan dapat menimbulkan gangguan pada tubuh ternak. Asam oksalat merupakan anti nutrisi yang dapat ditemukan di dalam hijauan pakan ternak. Asam oksalat dalam lingkungan asam tinggi kurang lebih ber-pH 2 akan membentuk kalium oxalat (K2C2H2O4) tetapi dalam kondisi sedikit asam, kurang lebih ber-pH 6, maka asam oksalat akan membentuk natrium oxalat (Na2C2H2O4), calsium oxalat (CaC2H2O4) dan magnesium oxalat (MgC2H2O4). Garam- garam yang terbentuk dapat menggumpal pada saluran urinaria sehingga ternak akan mengalami kesakitan.
Di Amerika Serikat, problem peternakan domba yang berhubungan dengan oksalat adalah pada tanaman halogeton (Halogeton glomeratus) yang meracuni sebagian besar domba. Sejumlah besar domba mati akibat keracunan halogeton. Di Australia, soursob (Oxalis pes-caprae) yaitu tanaman yang diintroduksi dari Afrika Selatan menyebabkan problem yang meluas. Di Australia dan bagian daerah tropik lainnya, rumput-rumputan tropis tertentu seperti setaria (Setaria sphacelata) dan Panicum spp. (rumput gajah, rumput guinea) mungkin mengandung racun oksalat.
Diantara tanaman yang digunakan untuk nutrisi manusia dan hewan, atau tanaman yang ditemukan dalam makanan hewan; yang paling banyak mengandung oksalat adalah spesies Spinacia, Beta, Atriplex, Rheum, Rumex, Portulaca, Tetragonia, Amarantus, Musa parasisiaca. Daun teh, daun kelembak dan kakao juga mengandung oksalat cukup banyak.
Kata Kunci: anti nutrisi, asam oksalat, pakan hijauan.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan faktor penting dalam budidaya peternakan, karena merupakan
faktor in put yang akan diproses oleh ternak untuk menghasilkan out put dalam wujud
hasil ternak seperti telur, daging, wool dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
dari ternak, maka ternak harus memperoleh pakan karena dalam pakan terkandung nutrisi.
Sebagai bahan alam baik yang bersifat nabati maupun hewani, pakan disamping
mengandung nutrisi juga mengandung bahan non-nutrisi. Beberapa bahan non-nutrisi ini
ada yang mengandung toksin (racun), sehingga mengganggu metabolisme dari tubuh
ternak. Salah satu toksin dalam pakan adalah asam oksalat yang terdapat pada tumbuhan.
Untuk memberikan jaminan pakan yang diberikan bersifat aman bagi ternak (feed
Dengan mengetahui toksikologi pakan, maka kita akan lebih tepat dalam menyusun
ransum sehingga ternak akan hidup aman dan meningkatkan produktivitas dari ternak.
Pengetahuan tentang kandungan toksin pada bahan baku pakan dapat mencegah dari
kerugian yang disebabkan oleh kematian ternak. Usaha untuk identifikasi toksin pada
pakan merupakan salah satu usaha dalam analisa resiko pada pakan. Resiko harus dikenali,
karena dengan mengenal resiko kita dapat mengambil keputusan secara tepat untuk
menekan efek dari resiko.
Untuk mendukung swasembada daging sapi dan kerbau maka perlu didukung
pemberian pakan yang cukup untuk maintenance dan produksi dari ternak serta aman bagi
hidupnya ternak. Pemberian pakan yang cukup dan aman akan memberikan ketersediaan
ternak yang sehat dan mampu berkembang biak menghasilkan bibit yang bagus pula.
Permasalahan
1. Belum diketahui sifat fisika kimiawi asam oksalat pada pakan hijauan.
2. Belum diketahui kadar asam oksalat pada pakan hijauan.
3. Perlu diketahui pengaruh asam oksalat di dalam tubuh ternak.
Tujuan
1. Mengetahui sifat-sifat fisika dan kimiawi dari asam oksalat pada pakan hijauan.
2. Mengetahui kadar asam oksalat pada berbagai hijauan pakan ternak.
3
3. Mengetahui metabolisme dan interaksi asam oksalat pada tubuh ternak dan efek
yang ditinggalkan.
Manfaat
1. Menyusun ransum pakan ke ternak ruminansia yang aman terhadap ternak,
khususnya terbebas dari pengaruh negatif dari asam oksalat.
2. Lebih mengenal dan mensosialisasi antinutrisi asam oksalat pada pakan hijauan.
3. Memberikan analisa resiko antinutrisi pada pemberian pakan hijauan pada ternak
ruminansia.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Asam Oksalat
Nama lain asam oksalat adalah Ethanedioic acid yang memiliki rumus kimia
C2H2O4, dengan rumus bangun sebagaimana pada Gambar 1. Sifat dari asam oksalat adalah
dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8% pada 10oc) alkohol dan
eter dan bersifat asam organik yang kuat, setara 10.000 kali asam asetat. Asam oksalat
membentuk garam netral yang larut dalam air (5 - 25%), apabila berikatan dengan logam
alkali baik dengan Natrium maupun Kalium, sementara itu dengan logam dari alkali tanah,
termasuk Mg atau dengan logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air.
Secara molekuler asam oksalat merupakan asam dikarboksilat yang hanya terdiri
dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat berada
berdampingan. Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam oksalat mempunyai
konstanta dissosiasi yang lebih besar daripada asam-asam organik lain. Besarnya
konstanta disosiasi (K1) = 6,24.10-2 dan K2 = 6,1.10-5). Dengan keadaan yang demikian
dapat dikatakan asam oksalat lebih kuat daripada senyawa homolognya dengan rantai
atom karbon yang lebih panjang. Namun demikian dalam medium asam kuat (pH<2)
proporsi asam oksalat yang terionisasi menurun.
Asam oksalat memiliki kemampuan mengikat atau mengchelat mineral seperti
Calsium, Magnesium, Natrium dan Kalium. Kemampuan mengikat mineral ini akan
membentuk senyawa baru (mineral binding compound) yakni berupa garam oxalat.
Senyawa tersebut dapat mengganggu system organ dalam tubuh ternak, seperti system
ekskresi, koordinasi, pencernaan dan sebagainya. Di dalam saluran pencernaan garam
oksalat tersebut dapat melukai saluran pencernaan, sehingga terjadi pendarahan baik di
saluran pencernaan depan maupun belakang. Apabila garam oksalat (calsium oksalat)
yang terbentuk di dalam saluran ekskresi ginjal membentuk batu ginjal yang akan
menimbulkan luka dalam ginjal, maupun saluran renalis baik ureter, vesika urinaria dan
uretra.
5
Gambar 1. Rumus bangun asam oksalat
Kelarutan Asam Oksalat
Asam oksalat terdapat pada tumbuhan, ada yang bersifat larut dalam air (soluble
oxalat) dan tidak larut dalam air (not-solubel), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Asam oksalat yang bersifat soluble mudah diserap dalam saluran pencernaan, sehingga
efek dari terbentuknya garam oksalat ada dalam system dalam tubuh, seperti sitem
ekskresi dari ginjal. Hal ini berbeda dengan asam oksalat yang bersifat not soluble yang
tidak mudah terserap dalam saluran pencernaan, sehingga tidak merusak system organ
lebih jauh tetapi dapat membentuk garam oksalat yang berbentuk kristal tajam, sehingga
dapat melukai saluran pencernaan seperti lidah, pharing maupun oesophagus. Asam
oksalat yang bersifat solubel lebih berbahaya dibandingkan yang bersifat insoluble.
Tabel 1 Beberapa tumbuhan yang mengandung asam oksalat
Asam Oksalat
Solubel oxalat Not-solubel
1 Amaranthus retroflexus 1 Alocasia
2 Centhrus ciliaris 2 Philodendron cordatum
3 Chenopodium album 3 Caladium arboreum
4 Digitaria decumbens 4 Calocasia esculenta
5 Oxalis cernua 5 Dieffenbachia picta
6 Halogeton glomeratus 6 Monstera deliciosa
7 Panicum maximum 7 Dieffenbachia sequine
Sifat kelarutan dari asam oksalat juga dipengaruhi oleh jenis mineral yang terikat
dengan asam oksalat. Ikatan dengan mineral dari kelompok logam alkali bervalensi I
6
(golongan IA) seperti Kalium (K) dan Natrium (Na) maka garam oksalat yang terbentuk
bersifat larut air. Apabila asam oksalat berikatan dengan mineral dari logam golongan
alkali tanah bervalensi II (golongan IIA) seperti Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg), maka
akan terbentuk garam oksalat yang berbentuk kristal dan bersifat tidak larut (not soluble).
Tingkat keasaman dari lingkungan juga mempengaruhi jenis dari garam oksalat yang
terbentuk. Asam oksalat dalam lingkungan asam tinggi kurang lebih ber-pH 2 akan
membentuk kalium oxalat (K2C2H2O4) tetapi dalam kondisi sedikit asam, kurang lebih ber-
pH 6, maka asam oksalat akan membentuk natrium oxalat (Na2C2H2O4), calsium oxalat
(CaC2H2O4) dan magnesium oxalat (MgC2H2O4).
Bahan Makanan dan Pakan yang Mengandung Asam Oksalat
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam.
Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam oksalat
tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam oksalat dalam
tanaman lebih besar daripada hewan. Diantara tanaman yang digunakan untuk nutrisi
manusia dan hewan, atau tanaman yang ditemukan dalam makanan hewan; yang paling
banyak mengandung oksalat adalah spesies Spinacia, Beta, Atriplex, Rheum, Rumex,
Portulaca, Tetragonia, Amarantus, Musa parasisiaca. Daun teh, daun kelembak dan kakao
juga mengandung oksalat cukup banyak. Demikian juga beberapa spesies mushrooms dan
jamur (Asperegillus niger, Baletus sulfurous, Mucor Sp, Sclerotinia Sp dan sebagainya.)
menghasilkan asam oksalat dalam jumlah banyak (lebih dari 4-5 gram untuk setiap 100
gram berat kering), baik dalam bentuk penanaman terisolasi dan dalam bahan makanan
atau makanan ternak dimana jamur tersebut tumbuh.
Distribusi asam oksalat pada bagian-bagian tanaman tidak merata. Bagian daun
umumnya lebih banyak mengandung asam oksalat dibandingkan dengan tangkai,
sedangkan dalam Poligonaceae, kandungan asam oksalat pada petiole hampir dua kali
lebih besar daripada tangkai. Umumnya daun muda mengandung asam oksalat lebih
sedikit dibandingkan dengan daun tua. Misalnya pada daun Chenopodiaceae, proporsi
asam oksalat dapat bertambah dua kali lipat selama proses penuaan.
7
MATERI DAN METODE
Materi
Karya tulis ini disusun berdasarkan studi literatur yang berdasarkan literatur yang
terdapat di Perpustakaan Universitas Nusa Bangsa dan Institut Pertanian Bogor. Literatur
berupa text book maupun journal penelitian.
Metode
Study literatur merupakan metode dalam karya tulis ini. Pembacaan buku maupun
journal dilanjutkan analisa dan sintesa kemudian ditulis dalam karya tulis ini. Pengerjaan
karya tulis ini dilakukan sejak 10 Oktober 2012 sampai 22 November 2012 di Universitas
Nusa Bangsa dan Institut Pertanian Bogor.
8
PEMBAHASAN
Metabolisme Asam Oksalat
Di beberapa pakan hijauan unggul yang mengandung asam oksalat adalah Setaria
sphacelata, Digitaria decumbens, Centrus ciliaris dan Panicum maximum, oleh karena itu
dalam pemberian pakan dengan hijauan unggul tersebut harus dikombinasi dengan hijaun
yang tidak mengandung asam oksalat. Selain itu asam oksalat juga dapat ditemukan pada
biji-bijian dan rumput yang terserang oleh jamur Aspergillus niger.
Ternak yang mengkonsumsi pakan yang mengandung asam oksalat akan
mengekskresi anti nutrisi tersebut melewati feses dan urin. Penelitian dengan
menggunakan domba lokal yang diberi perlakuan dengan pemberian pakan T0: rumput
lapangan 100% (ad libitum), T1: rumput lapangan 85% ditambah silase Setaria sphacelata
15% dan T2: rumput lapangan 70% ditambah silase S. sphacelata 30%. Dari hasil
pengujian dan perhitungan konsumsi bahan kering, perlakuan tersebut ternak sebanding
mengkonsumsi asam oksalat secara berturutan dari perlakuan tersebut sebesar 10,36;
10,51; dan 12,16 g/ekor/hari. Perlakuan tersebut akan mengakibatkan pembuangan asam
oksalat lewat feses (%) secara berturut-turut 7,28; 7,45; dan 7,83, dan dalam urin
ditemukan secara berturut-turut (%) adalah 0,57; 0,52; dan 0,55, sedangkan dalam serum
darah (%) secara berturut-turut 2,13; 2,18 dan 2,16. Dari data tersebut diperoleh bahwa
pembuangan asam oksalat melewati feses disbanding melewati urin. Pemberian pakan
Setaria spacelata mencapai 30% belum menimbulkan level toksik pada serum darah
(Christiyanto, et. Al, 1992).
Klasifikasi Bahan Makanan
Bahan makanan yang mengandung oksalat dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Produk-produk dimana miliequivalen asam oksalat yang terkandung jumlahnya
2-7 kali lebih besar daripada kalsium, seperti bayam, orach, daun beet dan akar
beet, sorrel, sorrel kebun, kelembak dan bubuk kakao. Bahan makanan ini tidak
hanya menyebabkan kalsium yang terkandung di dalamnya tak dapat
dimanfaatkan tetapi dengan besarnya asam oksalat yang terkandung dapat
mengendapkan kalsium yang ditambahkan dari produk-produk lain, atau jika
tidak ada kalsium yang ditambahkan, dapat berpengaruh toksis.
9
b. Pada produk-produk seperti kentang, amaranth, gooseberries, dan currants, asam
oksalat dan kalsium terdapat dalam jumlah yang hampir setara (1±0,2), dengan
demikian diantara keduanya saling menetralkan/menghapuskan, olah karena itu
tidak memberikan kalsium yang tersedia bagi tubuh. Tetapi mereka tidak
merngganggu penggunaan kalsium yang diberikan oleh produk lain dan oleh
karena itu tidak menimbulkan pengaruh anti mineralisasi seperti pada produk
kelompok pertama.
c. Bahan makanan yang meskipun mengandung asam oksalat dalam jumlah yang
cukup banyak, tapi karena pada bahan tersebut kaya akan kalsium, maka bahan
makanan tersebut merupakan sumber kalsium. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah selada, dandelion, cress, kobis, bunga kol (terutama brokoli), kacang
hijau, dan terutam green peas, koherabbi, block raddish, green turnip, dan dalam
jumlah sedikit pada semua sayuran dan buah-buahan.
Patogenesis
Ternak yang mengkonsumsi pakan yang mengandung asam oksalat terutama yang
bersifat soluble, maka akan terbentuk calsium oksalat (Ca2C2O4), yang berbentuk kristal
yang tajam dalam ginjal, sehingga akan merusak ginjal, seperti pada bagian glomerulus
maupun duktus kontortus proksimal maupun duktus kontortus distal. Fungsi filtrasi,
reabsorbsi dan augmentasi akan terganggu, sehingga kerja ginjal akan terganggu, apabila
kondisi ini berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan gagal ginjal (renal
failure).Keberadaan asam oksalat pada saluran ekskresi ginjal menyebabkan anuria,
uremia dan acute renal failure (gagal ginjal akut).
Kirstal calcium oksalat selain terletak di ginjal dapat juga masuk dalam aliran
darah, sehingga bisa melukai pembuluh darah terjadi pendarahan vascular hemoragi dan
dapat terjadi kerusakan pembuluh darah atau yang disebut vascular necrosis. Apabila
kerusakan pembuluh darah terjadi pada pembuluh darah kapiler otak dapat menimbulkan
kelumpuhan alat gerak.
Selain kerusakan karena terbentuknya calcium oksalat disisi lain ternak akan
mengalami defisiensi calsium dikarenakan mineral tersebut bukannya dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan ternak tetapi justru terikat oleh asam oksalat. Defisiensi Ca
(hipocalsemia) dapat disebabkan karena racun asam oksalat, sehingga pertumbuhan tulang
akan terganggu atau kerabang telur akan rapuh. Kekurangan Calsium yang terus menerus
10
dapat menimbulkan kejang tetani dan kematian. Kekurangan Calsium pada ternak unggas
dapat mengakibatkan rapuhnya kerabang telur karena kandungan calcium pada kerabang
rendah, sehingga telur mudah pecah. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian secara
ekonomis dalam produksi produk peternakan.
Toksisitas
Gejala klinis yang dapat diamati dari ternak yang keracunan asam oksalat antara
lain: nafsu makan ternak turun, ternak tampak gelisah, sulit bernapas, depresi, kadang-
kadang mengalami kolik, anuria, uremia dan apabila kencing berwarna merah. Ternak
khususnya sapi yang menderita keracunan asam oksalat sangat lesu dan kurus karena
asupan makannya berkurang, kekejangan kemudian diiringi oleh kematian, kondisi ini
didukung karena keracunan asam oksalat bersifat kronis.
Di Amerika Serikat, problem peternakan domba yang berhubungan dengan oksalat
adalah pada tanaman halogeton (Halogeton glomeratus) yang meracuni sebagian besar domba.
Sejumlah besar domba mati akibat keracunan halogeton. Di Australia, soursob (Oxalis pes-
caprae) yaitu tanaman yang diintroduksi dari Afrika Selatan menyebabkan problem yang
meluas. Di Australia dan bagian daerah tropik lainnya, rumput-rumputan tropis tertentu seperti
setaria (Setaria sphacelata) dan Panicum spp. (rumput gajah, rumput guinea) mungkin
mengandung racun oksalat.
Asam oksalat dan garamnya yang larut air dapat membahayakan, karena senyawa
tersebut bersifat toksik. Pada dosis 4-5 gram asam oksalat atau kalium oksalat dapat
menyebabkan kematian pada orang dewasa, tetapi biasanya jumlah yang menyebabkan
pengaruh fatal adalah antara 10 dan 15 gram. Gejala pada pencernaan (pyrosis, abdominal
kram, dan muntah-muntah) dengan cepat diikuti kegagalan peredaran darah dan pecahnya
pembuluh darah inilah yang dapat menyebabkan kematian. Letal dosis (LD 50) asam
oksalat pada manusia adalah 600 mg/Kg per oral. Untuk ternak ayam LD50 untuk ayam
umur satu minggu adalah 984mg/Kg berat badan, sebagaimana dilaporkan oleh Williams
dan Olsen (1992).
11
Manajemen Asam Oksalat
Untuk menekan efek negatif asam oksalat dapat dilakukan beberapa tindakan yang
dapat menekan pengaruh buruk dari asam oksalat. Tindakan tersebut antara lain adalah:
1. Secara laboratorium perlu dilakukan identifikasi terhadap kandungan asam oksalat
pada sumber pangan dan pakan, agar dapat dilakukan manajemen pemberian pakan
yang tidak boleh melebihi amabng batas asam oksalat.
2. Menghilangkan oksalat dengan membatasi konsumsi bahan makanan yang banyak
mengandung oksalat yang larut, yaitu dengan menghindari makan dalam jumlah
besar atau juga menghindari makan dalam jumlah kecil tetapi berulang-ulang.
Pemberian pakan hijauan yang mengandung asam oksalat secara tunggal perlu
dihindari, walaupun hijauan tersebut termasuk unggul. Perlu kombinasi dan variasi
pakan hijauan yang diberikan pada ternak.
3. Menambah supply kalsium yang akan dapat menetralkan pengaruh dari oksalat.
Perlu penambahan calcium yang lebih banyak apabila pemberian pakan
mengandung asam oksalat, supaya ketersediaan calcium dapat memenuhi
kebutuhan tubuh ternak. Calsium yang diberikan perlu memperhitungkan calcium
yang terikat oleh asam oksalat di saluran pencernaan.
12
KESIMPULAN
1. Perlu pembatasan pemberian pakan yang mengandung asam oksalat terutama asam
oksalat yang mudah larut.
2. Pemberian pakan yang mengandung asam oksalat perlu diimbangi pemberian
mineral khususnya Calsium dengan memperhitungkan kandungan Calsium yang
terikat asam oksalat.
3. Perlu pengendalian pemberian pakan yang mengandung asam oksalat pada ternak
yang mengalami gangguan pada saluran kencingnya dengan identifikasi air
kencingnya mengeluarkan darah.
SARAN-SARAN
Di Indonesia perlu dilakukan identifikasi kandungan asam oksalat pada pakan hijauan
ternak yang sering digunakan oleh peternak. Selain itu perlu dilakukan pemberian pakan
yang dikombinasi dari berbagai jenis pakan hijauan dalam pemberian ransum ke ternak
serta pemberian mineral yang cukup untuk ternak.
13
Daftar Pustaka
Leeson S dan Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th. Ed. University books.
Vickery M. 1981. Secondary Plant Metabolism. 1 st. Ed. Baltimore pr.
Williams MC dan Olsen JD. 1992. Toxicity to chicks of combinations of miserotoxin, nitrat, selenium and soluble oxalate, in: James LF, Keller RF, Bailey JR, Cheeke PR and Hegarty, Poisonous plants, Proceedings of the Third International Symposium, IOWA State University Press. Ames, pp 143-147.
Christiyanto M, Yunianto VD, Ismadi B, Murningsih W. 1992. Status Asan oksalat serum darah, feses dan urin domba lokal jantan yang mendapat perlakuan silase rumput setaria sphacelata dalam ransumnya.UNDIP. Semarang.
14