Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung ...

5
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 6, Nomor 1 Januari 2005 Halaman: 45-49 Alamat korespondensi: Widyasatwaloka. Jl. Raya Cibinong KM 46, Cibinong 16911 Tel.: +62-21-8765056. Fax.: +62-21-8765068. e-mail: [email protected] Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung Perkampungan Baduy, Rangkasbitung-Banten Selatan Feeding and habitat of slow Loris (Nycticebus coucang) in Badui Tribe conservation forest, Rangkasbitung-south Banten WIRDATETI , LILIK ENDANG SETYORINI, SUPARNO, TRI HADI HANDAYANI Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong-Bogor 16911 Diterima: 15 Juli 2004. Disetujui: 9 Desember 2004. ABSTRACT Feeding and habitat of slow Loris (Nycticebus coucang) in conservation forest located in Rangkasbitung-South Banten has been studied. This study was conducted in protected forest of the Paniga and Kiaralawang Baduy tribe in Cibeo for the inner Baduy and in Tinjoleat forest for the outer Baduy. The Study site was located about 250-610 m above sea level. The collected data consist of the type of feeding, nest sites and health. During the observation there were 61 plant species from 24 families which were dominated by Moraceae and Euphorbiaceae were consumed by slow Loris. Six other kinds of feed consist of small animals: reptile, mammals, aves, and insects. Nest was building on host plant from growing trees and made of litters. © 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Keywords: Nycticebus coucang, slow loris, Rangkasbitung conservation forest. PENDAHULUAN Kukang (Nycticebus coucang) adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang penyebarannya di Indonesia meliputi pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Kukang dikenal juga dengan sebutan pukang, malu-malu atau lori, bersifat aktif di malam hari (nokturnal). Di pulau Jawa terdapat subspesies Nycticebus coucang javanicus, yang penyebarannya meliputi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ciri bulu tubuhnya berwarna coklat muda sampai coklat tua, bermata besar menonjol keluar, panjang kepala dan badannya 33 cm dengan bobot badan berkisar antara 300- 1500 g. Pada bagian kepala hingga punggungnya terdapat garis coklat tua yang menjadi salah satu cirinya. Tangannya berfungsi sebagai pemegang yang telah berkembang baik (Uitgeverij 1988). Populasi kukang di alam saat ini diperkirakan cenderung menurun yang disebabkan oleh perusakan habitat dan penangkapan yang terus berlangsung tanpa memper-dulikan umur dan jenis kelamin. Penangkapan kukang yang tidak terkendali terutama untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan (pet animal). Akibatnya kukang sekarang termasuk kategori spesies terancam punah dan dilindungi Undang-undang dalam Konvensi CITES Appendix II (Anonymous, 1996). Kukang tergolong satwa pemakan segala (omnivora), seperti halnya dengan primata lainnya pakan utama adalah buah-buahan dan dedaunan. Namun demikian kukang di habitat aslinya, juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal dan mamalia kecil (Napier and Napier, 1967). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati keadaan habitat dan jenis-jenis tumbuhan hutan yang dipilih kukang sebagai sumber pakan. Penelitian dilakukan di kawasan hutan lindung Baduy, Kecamatan Lewidamar, Kabupaten Lebak, Banten Selatan. BAHAN DAN METODE Observasi lapangan untuk mengetahui keberadaan kukang atau sarang kukang dilakukan dengan penjelajahan areal hutan dibantu oleh penduduk yang mengetahui sebaran kukang di sekitar hutan. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui kemungkinan keberadaan kukang, frekuensi kemunculan kukang serta bentuk atau jenis kukang yang pernah mereka lihat. Untuk melakukan pengamatan tidak semua hutan dapat di survei, karena adanya pembagian kawasan hutan sesuai dengan kegunaannya bagi masyarakat Baduy yaitu hutan garapan, hutan lindung, dan hutan larangan. Observasi dilakukan pada hutan lindung dan hutan garapan yaitu satu lokasi di kampung Baduy Luar yaitu perkampungan Kadugketar meliputi hutan Tinjoleat, hutan Gunung Baduy dan tiga lokasi di kampung Cibeo-Baduy Dalam meliputi hutan Pagelaran (Cikakok), Paniga, dan Kiaralawang dengan ketinggian berkisar 200-635 m di dp). Kedua kawasan penelitian termasuk dalam wilayah Desa Kanekes, Kecamatan Lewidamar. Posisi lokasi penelitian diperlihatkan pada Tabel 1. Observasi lapangan pada malam hari dan siang hari dilakukan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang dimakan kukang. Pengamatan lebih banyak dilakukan pada malam hari karena kukang adalah hewan nokturnal. Selain pengamatan langsung, informasi diperoleh juga dari penduduk yang mengetahui jenis tumbuhan hutan yang biasa dimakan oleh kukang. Tumbuhan yang diketahui

Transcript of Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung ...

Page 1: Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung ...

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033XVolume 6, Nomor 1 Januari 2005Halaman: 45-49

♥ Alamat korespondensi:Widyasatwaloka. Jl. Raya Cibinong KM 46, Cibinong 16911Tel.: +62-21-8765056. Fax.: +62-21-8765068.e-mail: [email protected]

Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di HutanLindung Perkampungan Baduy, Rangkasbitung-Banten Selatan

Feeding and habitat of slow Loris (Nycticebus coucang) in Badui Tribe conservationforest, Rangkasbitung-south Banten

WIRDATETI♥, LILIK ENDANG SETYORINI, SUPARNO, TRI HADI HANDAYANIBidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong-Bogor 16911

Diterima: 15 Juli 2004. Disetujui: 9 Desember 2004.

ABSTRACT

Feeding and habitat of slow Loris (Nycticebus coucang) in conservation forest located in Rangkasbitung-South Banten has been studied.This study was conducted in protected forest of the Paniga and Kiaralawang Baduy tribe in Cibeo for the inner Baduy and in Tinjoleat forestfor the outer Baduy. The Study site was located about 250-610 m above sea level. The collected data consist of the type of feeding, nestsites and health. During the observation there were 61 plant species from 24 families which were dominated by Moraceae andEuphorbiaceae were consumed by slow Loris. Six other kinds of feed consist of small animals: reptile, mammals, aves, and insects. Nestwas building on host plant from growing trees and made of litters.

© 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Keywords: Nycticebus coucang, slow loris, Rangkasbitung conservation forest.

PENDAHULUAN

Kukang (Nycticebus coucang) adalah salah satuspesies primata dari genus Nycticebus yangpenyebarannya di Indonesia meliputi pulau Jawa, Sumateradan Kalimantan. Kukang dikenal juga dengan sebutanpukang, malu-malu atau lori, bersifat aktif di malam hari(nokturnal). Di pulau Jawa terdapat subspesies Nycticebuscoucang javanicus, yang penyebarannya meliputi JawaBarat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ciribulu tubuhnya berwarna coklat muda sampai coklat tua,bermata besar menonjol keluar, panjang kepala danbadannya 33 cm dengan bobot badan berkisar antara 300-1500 g. Pada bagian kepala hingga punggungnya terdapatgaris coklat tua yang menjadi salah satu cirinya. Tangannyaberfungsi sebagai pemegang yang telah berkembang baik(Uitgeverij 1988). Populasi kukang di alam saat inidiperkirakan cenderung menurun yang disebabkan olehperusakan habitat dan penangkapan yang terusberlangsung tanpa memper-dulikan umur dan jenis kelamin.Penangkapan kukang yang tidak terkendali terutama untukdiperdagangkan sebagai hewan peliharaan (pet animal).Akibatnya kukang sekarang termasuk kategori spesiesterancam punah dan dilindungi Undang-undang dalamKonvensi CITES Appendix II (Anonymous, 1996). Kukangtergolong satwa pemakan segala (omnivora), seperti halnyadengan primata lainnya pakan utama adalah buah-buahandan dedaunan. Namun demikian kukang di habitat aslinya,juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal danmamalia kecil (Napier and Napier, 1967).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati keadaanhabitat dan jenis-jenis tumbuhan hutan yang dipilih kukangsebagai sumber pakan. Penelitian dilakukan di kawasanhutan lindung Baduy, Kecamatan Lewidamar, KabupatenLebak, Banten Selatan.

BAHAN DAN METODE

Observasi lapangan untuk mengetahui keberadaankukang atau sarang kukang dilakukan dengan penjelajahanareal hutan dibantu oleh penduduk yang mengetahuisebaran kukang di sekitar hutan. Metode wawancaradigunakan untuk mengetahui kemungkinan keberadaankukang, frekuensi kemunculan kukang serta bentuk ataujenis kukang yang pernah mereka lihat. Untuk melakukanpengamatan tidak semua hutan dapat di survei, karenaadanya pembagian kawasan hutan sesuai dengankegunaannya bagi masyarakat Baduy yaitu hutan garapan,hutan lindung, dan hutan larangan. Observasi dilakukanpada hutan lindung dan hutan garapan yaitu satu lokasi dikampung Baduy Luar yaitu perkampungan Kadugketarmeliputi hutan Tinjoleat, hutan Gunung Baduy dan tigalokasi di kampung Cibeo-Baduy Dalam meliputi hutanPagelaran (Cikakok), Paniga, dan Kiaralawang denganketinggian berkisar 200-635 m di dp). Kedua kawasanpenelitian termasuk dalam wilayah Desa Kanekes,Kecamatan Lewidamar. Posisi lokasi penelitiandiperlihatkan pada Tabel 1.

Observasi lapangan pada malam hari dan siang haridilakukan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang dimakankukang. Pengamatan lebih banyak dilakukan pada malamhari karena kukang adalah hewan nokturnal. Selainpengamatan langsung, informasi diperoleh juga daripenduduk yang mengetahui jenis tumbuhan hutan yangbiasa dimakan oleh kukang. Tumbuhan yang diketahui

My PC
Typewritten text
DOI: 10.13057/biodiv/d060109
Page 2: Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung ...

BIODIVERSITAS Vol. 6, No. 1, Januari 2005, hal. 45-4946

bagian daun atau buahnya sebagai sisa pakan kukangdicatat nama lokal, ketinggian pohon, dan bagian tumbuhanyang dimakan. Selain itu sampel tanaman yang dimakanjuga diambil untuk herbarium guna pengidentifikasian namailmiah dan analisis nutrisi. Analisis pakan dilakukan secaraproksimat (bahan kering, abu, lemak, protein dan seratkasar) serta gross energi. Tingkat palatabilitas kukangterhadap suatu jenis tumbuhan juga diketahui dari perilakumakan di penangkaran.

Pengamatan habitat dilakukan pada sore sampai malamhari, saat kukang meninggalkan sarang untuk mencaripakan. Sarang yang diketahui sebagai tempat kukangberlindung dan beristirahat, dicatat nama lokal tumbuhan,diukur ketinggian sarang pada pohon tersebut dan bagiantempat bersarang.

Tabel 1. Posisi lokasi penelitian di kawasan hutan lindung Baduy-Banten.

LintangSelatan (S)

Bujur timur(T)

Ketinggian(m dpl) Lokasi

6o 36’ 003” 106o 13’ 490” 250 Gunung Tinjoleat6o 36’ 114” 106o 13’ 520” 250 Gunung Baduy6o 37’117” 106o 14’ 248” 400 Hutan Kiaralawang6o 37’ 777” 106o 14’ 238” 425 Hutan Pagelaran (Cikakok)6o 37’ 513” 106o 14’ 494” 610 Hutan Paniga6o 36’ 812” 106o 14’ 163” 410 Kadugketar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi observasiDesa Kanekes-Ciboleger, Kecamatan Lewidamar,

Kabupaten Lebak adalah salah satu perkampungan sukuBaduy di Propinsi Banten, Jawa Barat (Gambar 1). Luasnya± 510 Ha dengan jumlah penduduk 7181 jiwa terdiri dari1997 kepala keluarga (KK) yang tersebar di 54 kampungBaduy. Tiga kampung di antaranya termasuk Baduy Dalamdengan peradaban asli suku Baduy sedangkan 51kampung lainnya termasuk Baduy Luar. Kampung BaduyDalam meliputi Cibeo, Cikesik, dan Cikertawana. Umumnyaperkampungan terletak di tengah-tengah hutan garapandan hutan lindung. Luas hutan garapan sekitar 2/3 bagiandan 1/3 bagian lainnya merupakan hutan lindung. Padahutan lindung terdapat kawasan hutan larangan. Hutanlarangan ini bagi suku Baduy Dalam, merupakan tempatyang dikeramatkan, sehingga di kawasan hutan tersebuttidak dilakukan observasi. Observasi hanya dilakukan didalam hutan lindung diluar kawasan hutan larangan, danhutan garapan. Pembagian hutan oleh masyarakat Baduyadalah sebagai berikut:

Hutan garapan. Di hutan ini penduduk dapat mengolahlahan untuk kegiatan pertanian, seperti tanaman padihuma, pisang, cabe dan tidak diperbolehkan menanamtanaman keras seperti cengkeh.

Gambar 1. Peta lokasi pengamatan kukang di desa Kanekes, kawasan Baduy. Keterangan: 1 = Desa Kanekes, lokasi penelitian, 2 =Kecamatan Lewidamar.

1

2

Page 3: Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung ...

WIRDATETI dkk. – Pakan dan habitat Nycticebus coucang 47

Hutan lindung. Di hutan yang dilindungi ini, pendudukdapat memanfaatkan hasil tanaman yang tumbuh secaraalami, akan tetapi tidak diperbolehkan untuk menebangnya.Seperti pada tumbuhan, demikian pula satwa tidakdiperkenankan untuk diburu, kecuali jenis-jenis tertentuseperti kancil, burung, dan ikan. Penangkapan dilakukandengan cara tradisional dan tidak diperbolehkanmenggunakan bahan selain dari tumbuhan. Misalnya untukmenangkap kancil dengan menggali lubang dan tidak bolehmenggunakan jerat atau senapan, burung denganmenggunakan getah dari nangka atau tanaman lain.

Hutan larangan. Hutan ini dikeramatkan olehmasyarakat Baduy, sehingga hutan ini hanya diperbolehkanbagi orang-orang tertentu. Hutan ini hanya terdapat diBaduy Dalam.

Lokasi Kampung Kadugketug, Baduy LuarLokasi ini terletak ± 1 km dari pintu masuk Desa

Kanekes-Ciboleger dengan ketinggian 200 m dpl. Kampungini berpenduduk 40 KK dikelilingi oleh dua gunung(perbukitan) yaitu Gunung Tinjoleat merupakan hutanlindung dan Gunung Baduy sebagai hutan garapan. Dihutan lindung Gunung Tinjoleat yang merupakan hutansekunder, sedikit sekali jenis satwa yang ditemukan, diantaranya jenis primata (monyet ekor panjang dan lutung),ular, kadal, tupai, dan beberapa jenis burung. Menurutpenduduk setempat hutan ini dulunya sering digunakansebagai kawasan berburu tupai, kancil, dan burung untukdimakan, akan tetapi 10 tahun terakhir hewan buruantersebut sudah jarang terlihat.

Pada lokasi di atas tidak ditemukan kukang selamaobservasi, akan tetapi menurut informasi penduduksetempat, kukang pada saat-saat tertentu terlihat dipinggiran hutan. Hewan tersebut tidak diburu karenadianggap keramat dan mereka takut untuk menangkapnya.Di daerah tersebut kukang yang biasa dilihat masyarakatberwarna kecoklatan dengan strip hitam dari kepala hinggapunggungnya, ukuran tubuh diperkirakan sebesar kucingmuda. Ciri-ciri yang demikian sesuai dengan jenis kukang(Nycticebus coucang javanicus) yang terdapat di pulauJawa, khususnya daerah Jawa Barat.

Lokasi Kampung Cibeo, Baduy DalamLokasi ini terletak ± 14 km dari kampung Kadugketug

dengan ketinggian 400 m dpl dan dibatasi oleh hutanlindung dan hutan garapan, berpenduduk ± 500 jiwa terdiridari 90 KK. Hutan lindung di sekitar kampung Cibeo dankawasan yang di observasi adalah hutan Cikakok, Paniga,dan Kiaralawang. Hutan lindung tersebut merupakan hutansekunder yang mempunyai keanekaragaman cukup tinggibaik satwa maupun tumbuhan, hal ini dapat dilihat darivegetasi hutan dan jenis satwa yang dijumpai.

Menurut penduduk setempat, pada lokasi ini seringditemukan kukang, sama halnya dengan hutan Tinjoleat, dilokasi ini kukang juga tidak diburu dan ditangkap. Menurutketerangan penduduk yang dituakan, bahwa kukang yangada di hutan lindung tersebut terdapat empat jenis ataubentuk, yaitu kukang yang berwarna coklat yang umumditemukan di daerah Jawa Barat; kukang dengan buluwarna putih; kukang dengan bulu dan mata merahkecoklatan yang mereka sebut dengan kukang muka geni,dan kukang warna totol yang mereka sebut kukang mukabrahma. Tiga jenis kukang selain warna coklat di atasadalah jenis baru yang diketahui, akan tetapi dalamobservasi ini tidak diperoleh sampel dalam bentuk hidup.

Inventarisasi jenis pakanSeperti pada tempat-tempat lainnya, kukang sering

terlihat pada pohon aren, dan pada pohon yang sedangberbuah. Hasil wawancara dengan penduduk setempat,kukang juga sering terlihat memakan daun-daun muda ataupucuk, pangkal bunga, beberapa jenis hewan kecil sepertianak burung, kadal, cecak pohon, ular kecil, telur burung,dan serangga kecil. Hasil pengamatan, menunjukkankukang menyukai buah-buahan rasa manis seperti buahpohon ceri, leusir dan lain-lain; buah rasa asam manis dandaun-daunan rasa asam. Di samping itu kukang jugamenyukai tumbuhan yang mempunyai cairan rasa manispada pangkal bunga atau buah seperti pada tanaman tepushutan, air nira dari pohon aren, dan kaliandra, dengan caramengisap cairan yang ada pada pangkal bunga atau bakalbunga. Bransilver (1999) menyatakan bahwa makanankukang terutama adalah buah-buahan, kadang-kadangserangga dan telur burung. Jenis tumbuhan yang dimakankukang dicantumkan pada Tabel 2. Pada tabel ini terlihatbahwa di alam kukang lebih menyukai buah-buahan daripada daun-daunan. Di samping itu, pada pengamatan inijuga diketahui kukang mengkonsumsi pakan asal hewan,hal ini yang membedakan pakan kukang dari jenis primatalain. Terdapat enam jenis pakan asal hewan, yaituserangga, burung, telur burung, kadal pohon, ular kecil, dancecak pohon.

Tabel 2. menunjukkan terdapat 61 jenis tumbuhan yangtergolong dalam 24 suku. Jenis tumbuh-tumbuhan tersebutumumnya dari kelompok pohon dan perdu. Jenis terbanyakadalah suku Moraceae (11 jenis) dan Euphorbiaceae (limajenis). Jenis buah-buahan yang tidak disukai adalah yangberasa pahit, kecut, asam, dan gatal. Pucuk daun yangtidak disukai adalah dari jenis tumbuhan berdaun yangberbau menusuk atau langu, berdaun kasar, berdaun pahit,dan berdaun tebal. Jenis pakan yang tidak disukai kukangdiketahui dari pengamatan penduduk dan dari uji cobapemberian beberapa jenis buah-buahan dan pucuk daun dipenangkaran yang sebagian diperoleh dari alam.Kandungan nutrisi beberapa jenis pakan kukang yangdiperoleh dari habitat aslinya diperlihatkan pada Tabel 3.Zat makanan berupa substansi kimia yang terkandungdalam pakan dan digunakan untuk hidup pokok, produksidan kesehatan hewan. Kandungan zat makanan tersebutadalah karbohidrat, lemak, protein, mineral, serat kasar,vitamin dan air serta energi. Jumlah zat makanan yangdibutuhkan tergantung pada jenis hewan, umur dan tujuandari pemberian pakan (Ensminger, 1991). Hasil analisismenunjukkan bahwa kandungan protein buah yangdikonsumsi kukang di alam sekitar 3,84-16,85% dankebutuhan energi sekitar 4.000 kal/g. Ballenger (1995)menyatakan kukang adalah predator nokturnal danmakanan utamanya adalah serangga, telur burung, anakburung atau bangkai burung dan mamalia, akan tetapi jugamemakan buah-buahan dan bagian lain dari tanaman. Dialam atau di habitat asli kukang mengkonsumsi 50% buah-buahan, 40% pakan asal hewan, dan 10% getah ataucairan tanaman (Supriatna dan Wahyono, 2000). Dipenangkaran kukang mengkonsumsi buah-buahan sepertipepaya, pisang, markisa, jambu manis, di samping itu jugamemakan roti dan jangkrik (Wirdateti dkk., 2000).

Habitat kukangPengamatan habitat kukang dilakukan pada malam hari,

karena sifat hewan ini aktif di malam hari (nokturnal). Datahabitat yang diambil adalah tempat bersarang, ketinggiansarang, tipe sarang, dan jenis pohon yang ditumpangi. Hasil

Page 4: Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung ...

BIODIVERSITAS Vol. 6, No. 1, Januari 2005, hal. 45-4948

pengamatan dan wawancara dengan penduduk, diperolehinformasi bahwa pada malam hari kukang sering ditemukandi pohon aren, pohon kasungka, dan tepus hutan. Tempatbersarangnya hewan ini yaitu pada pohon yang besar dantinggi seperti kondang (Ficus variegata Bl.), beunying (Ficusseptica Burm.f), kiara koneng (Ficus annulata Bl.), dan

hamberang (Ficus sp.), dan puspa (Schima wallichii (DC.)Korth.). Kukang membuat sarang pada tanaman inang yangada pada pohon tersebut, seperti kadaka, atau jenis paku-pakuan di hutan sekunder. Tumbuhan kadaka yang ditempatidengan susunan akar yang rapat dan besar-besar,sehingga kukang terlindungi dari pemangsa. Ketinggian

Tabel 2. Daftar jenis tumbuhan pakan kukang di kawasan hutan Baduy, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung.

Nama lokal Nama ilmiah Suku Ket. Lokasi1. Jatake Bouea maerophylla Griff Anacardiaceae B Paniga2. Kedondong hutan Spondias dulcis Soland ex Park. Anacardiaceae B Tinjoleat3. Ceel Calamus sp. Arecaceae U Tinjoleat4. Lahang Arenga pinnata Arecaceae N Paniga5. Sangkala badak Voacanga grandifolia Roffe. Apocynaceae B Cikotok6 Bingbiringan Begonia isoptera Dryand Begoniaceae D Kiaralawang7. Paku mencak Blechnum orientale L Blechnaceae P Cikotok8. Mangguk Garcinia dulcis Kurt Clusiaceae B,P Gn. Baduy9. Ceri Garcinia parvifolia Miq Clusiaceae B,P H. Cikotok10. Araireten Ipomoea sp. Convolvulaceae D Tinjoleat11. Aroiasaham Tetracera indica Houtt ex Christm & Panz. Dilleniaceae B Gn.Tinjoleat12. Sempur Dillenia abovata (Bl.) Hooge Dilleniaceae B,P Cikotok13. Korambi Omalanthus populneus (Geiseler) Pax Euphorbiaceae D Cikotok14. Tepus Elaterio spermum tapos Bl. Euphorbiaceae P Panegak15. Ramfere Bridelia tomentosa Blume Euphorbiaceae B Cibeo16. Cenia Antidesma tetrandum Bl Euphorbiaceae B Cikotok17. Gintung Bischofia javanica Bl. Euphorbiaceae B Tinjoleat18. Ranji Dialium molum L. Fabaceae B Cikotok19. Kaliandra Calliandra callothyrsus Meisn. Fabaceae Bg Baduy20. Saninten Castanopsis argentea Fagaceae B Cikotok21. Kasungka Gnetum cuspidatum Bl Gnetaceae B Kiaralawang22. Sentul Cryptocarya sp. Lauraceae B Paniga23. Harendong lampung Bellucia axinanthera Triana Melastomatoceae B Cikotok24. Pisitan Lansium dimesticum Carrea Meliaceae B Cikotok25. Kondang Ficus variegata Bl Moraceae B Tinjoleat26. Benying Ficus septica Burm.f Moraceae B -27. Nangka berit Artocarpus integer (Thunb.) Merrill Moraceae B Cikotok28. Terap Artocarpus elasticus Bl Moraceae B Ciketok29. Hamberang Ficus padana Burm.f Moraceae B Kadugketar30. Kiara koneng Ficus annulata Bl. Moraceae B Cikotok31. Kiara Ficus benyamina L. Moraceae B Tinjoleat33 Sehang Ficus grossularioides Burm.f Moraceae B Cikotok34. Drandang Ficus sinuata Thumb Moraceae B Paniga35.. Kiara banyer Ficus vasculosa Wall Moraceae B Paniga36.. Leles Ficus sp. Moraceae B Cikotok37.. Pisang kole Musa zebrina van Houtte ex Planek Musaceae B.Bi Tinjoleat38.. Kotek Musa acuminata Coea Musaceae P,Bi,B Paniga39. Kelapa ciung Hoersfieldia glabra (Bl.) Warb Myristicaceae B Cikotok40. Kupa Syzygium polycephalum (Miq.) Merr&Perry Myrtaceae B Paniga41. Kaso Saccharum spontaneum L. Poaceae Bi Cikotok42. Awi apus Gigantochloa sp. Poaceae P Cikotok43. Cinaungan Mussaenda frondosa L. Rubiaceae P Cikotok44. Calagor Nephelium juglandifolium Bl. Sapindaceae B Cikotok45. Leusir Pometia painata Forst Sapindaceae B Cikotok46. Paku daun Pleocnemia irregularis (Presl.) Holtt. Tectaria gr D Cikotok47. Harenok Grewia tomentosa Juss Tiliaceae B Cikotok48. Puspa Schima wallichii (DC) Korth. Theaceae P,B Paniga49. Nangsi Villebrunea rubescens Bl. Urticaceae P Tinjoleat50. Barahulu Alpinia sp. Zingiberaceae B Tinjoleat51. Barahulu Amomum sp. Zingiberaceae B Paniga52. Purut - - B Baduy53. Tandot - - P Tinjoleat54. Kiheur - - B Paniga55. Pasang - - B Cikotok56. Uspi - - B Kiaralawang57. Bingha - - D,B Tinjoleat58. Jenjiung - - P Tinjoleat59. Peusar - - B Tinjoleat60. Ganggiringan - - P Tinjoleat61. Kitando - - P Paniga

Keterangan: bagian tumbuhan yang dimakan: D = daun, B = buah, Bg = bunga, Bi = bilus, P = pucuk, U = umbut muda (pucuk), N = Niraaren. Lokasi = nama lokasi area pengambilan sample.

Page 5: Pakan dan Habitat Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung ...

WIRDATETI dkk. – Pakan dan habitat Nycticebus coucang 49

Tabel 3. Kandungan zat-zat makanan dalam beberapa jenis bahan pakan kukang.

Jenis Pakan BK (%) Abu (%) Lemak (%) Protein (%) SK (%) Energi Kal/g)1. Daun ceuri 91,83 3,89 1,20 11,13 15,90 38512. Daun Puspa 93,08 2,97 1,09 9,27 38,76 39583. Buah Kasungka 83,27 0,80 2,60 12,60 37,19 39574. Buah kiseueur 90,23 3,80 4,63 5,20 40,07 n.a5. Buah harendong lampung 90,09 4,06 2,72 7,39 22,06 38306. Buah benying 92,35 9,66 2,77 7,02 29,87 40607. Buah kondang 93,32 12,33 4,89 8,72 24,89 46668. Buah pesar 88,20 4,57 - 12,49 45,70 -9. Buah darangdan 92,72 7,32 - 12,50 27,81 n.a

10. Buah kedondong hutan 88,26 7,11 - 3,84 7,46 n.a11. Buah sentul 87,77 3,71 5,26 8,74 n.a 413012. Buah baruhulu 87,56 11,96 - 9,49 n.a n.a13. Umbut muda ceel 91,48 7,23 0,91 10,59 n.a n.a14. Buah kolek 87,82 26,38 - 12,79 n.a n.a15. Araireten 89,73 9,85 0,84 16,85 n.a n.a

Keterangan: BK = bahan kering, SK = serat kasar, n.a = tidak dianalisis karena sampel tidak cukup.

sarang berkisar 12-30 m, kadang-kadang kukang jugabersarang hanya pada tumpukan daun lebat dari pohontersebut. Pada dataran rendah kukang sering ditemukanpada tanaman bambu di perkebunan, bersarang di antaratumpukan daun yang lebat. Pengamatan dilakukan padaketinggian 250-610 m dpl. Kukang tersebar cukup luasdapat ditemui hingga ketinggian 1300 m dpl. Bransilver(1999) menyatakan habitat kukang adalah hutan hujantropis, sementara penyebarannya di India ditemui di hutanhijau tropis, hutan semi hijau dan hutan gugur tropiscampuran (Choudhury, 1992).

Kukang yang bersifat arboreal kadang-kadang turun kedasar hutan apabila pakan yang diinginkan berupa perduseperti tanaman kasungka (Gnetum cuspidatum Bl.) dantepus (suku Euphorbiaceae). Kawasan hutan Baduy Dalamyaitu di hutan lindung sekitar Cibeo, mempunyai vegetasiyang lebih beragam dibandingkan dengan hutan Tinjoleat(Baduy Luar) untuk kategori pohon. Jenis pakan lebihbanyak ditemukan pada lokasi Baduy Dalam, sehinggasarang kukang lebih banyak ditemukan pada lokasi hutanlindung Baduy Dalam.

KESIMPULAN

Hasil survai menemukan 61 jenis tumbuhan hutan yangtergolong dalam 24 suku yang dipilih kukang sebagaisumber pakan. Jenis tumbuhan pakan yang terbanyakadalah dari suku Moraceae (11 jenis) dan Euphorbiaceae(lima jenis), serta enam jenis pakan asal hewan. Pakanyang disukai kukang adalah buah-buahan yang berasamanis, pucuk daun yang tidak berbau menusuk dan pahit,

serta cairan dari bunga atau bakal buah dan pakan asalhewan. Di habitat aslinya kukang bersarang pada pohonbesar dan pada tumpukan daun yang lebat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ProyekPengkajian dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati, DIPPusat Penelitian Biologi Tahun 2002/2003, yang membiayaipenelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1996 List of CITES Species. Jakarta: Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan danPerkebunan.

Ballenger, L. 1995. Toxins and toothcombs. Potential allospecific chemicaldefences in Nycticebus and Perodicticus in Cretures of the Dark:Nocturnal Prosimians. In Slow loris (Nycticebus coucang). ttp//www.Members.tripod.com/uakari/Nycticebus coucang.html (19 Juli 2001).

Bransilver, C. 1999. Slow loris (Nycticebus coucang).http/www.duke.edu/web/primate/slowlor.html. (28 Juli 1999).

Choudhury, A.U. 1992. The Slow loris (Nycticebus coucang) in North-eastIndia. Primate Report. 34: 77-83.

Ensminger, M.E. 1991. Animal Science. 9th edition. Illinois: InterstatePublisher, Inc. Danville..

Napier, J.R. and P.H. Napier. 1967. A Handbook of Living Primates. London:Academic Press..

Supriatna, J. dan E.H. Wahyono. 2000. Panduan Lapangan PrimataIndonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Uitgeverij, W. 1988. Ensiklopedia Indonesia Mamalia I. Jakarta: PT DaiNippon Printing Indonesia.

Wirdateti, W.R Farida dan H. Dahrudin. 2001. Uji Palatabilitas pakan padakukang (Nycticebus coucang) di penangkaran. Jurnal Fauna Tropika.28: 1-7.