PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

21

Click here to load reader

Transcript of PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Page 1: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pengertian

Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan

pemerintah baik pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan

lembaga-Lembaga Negara lainnya, berkaitan dengan pembayaran atas penyerahan

barang dan badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta,

berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:

1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah

dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas

penyerahan barang;

2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan

dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong

sangat mewah.

Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atas impor

barang;

2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Bendahara Pemerintah

Pusat/Daerah yang melakukan pembayaran, atas pembelian barang;

3. BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang

bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD),

kecuali badan-badan tersebut pada angka 4;

4. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Badan Urusan

Logistik (BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT.

Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT. Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT.

Krakatau Steel, Pertamina dan bank-bank BUMN yang melakukan

pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun dari

non APBN;

Page 2: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok,

industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh

Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam

negeri;

6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas

penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.

7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,

pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas

pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari

pedagang pengumpul.

8. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong

sangat mewah.

Tarif PPh Pasal 22

1. Atas impor :

a. yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), 2,5% (dua

setengah persen) dari nilai impor;

b. yang tidak menggunakan API, 7,5% (tujuh setengah persen) dari

nilai impor;

c. yang tidak dikuasai, 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual

lelang.

2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,

BUMN/BUMD (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3, dan

4) sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak

termasuk PPN dan tidak final.

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

butir 5) ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:

a. Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)

b. Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)

c. Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)

d. Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

Page 3: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau

importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:

Catatan:

Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain

penyalur/agen bersifat tidak final

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari

pedagang pengumpul (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7)

ditetapkan sebesar 2,5 % dari harga pembelian tidak termasuk PPN.

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang

menggunakan API sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a sebesar

0,5% (setengah persen) dari nilai impor.

7. Atas Penjualan

a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari

Rp20.000.000.000,00

b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari

Rp10.000.000.000,00

c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga

pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan luas bangunan

lebih dari 500 m2.

d. Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau

pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan/atau luas

bangunan lebih dari 400 m2.

e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari

10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi

purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual

lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan

kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual

tidak termasuk PPN dan PPnBM.

8. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh

Pasal 22

Page 4: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh, dinyatakan dengan

Surat Keterangan Bebas (SKB).

2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak

Pertambahan Nilai; dilaksanakan oleh DJBC.

3. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk

diekspor kembali, dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.

4. Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya

yang jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak

merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air

minum/PDAM, benda-benda pos.

6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan

dari emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.

7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor

Perbendaharaan dan Kas Negara.

8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang

yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian

yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai.

9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22

1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat

pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau

dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat

penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB);

2. Atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir

2,3, dan 4 ) terutang dan dipungut pada saat pembayaran;

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

butir 5) terutang dan dipungut pada saat penjualan;

Page 5: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

4. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

butir 6) dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang

(Delivery Order);

5. Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

butir 7) terutang dan dipungut pada saat pembelian.

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22

1. PPh Pasal 22 atas impor barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

butir 1) disetor oleh importir dengan menggunakan formulir Surat Setoran

Pajak, Cukai dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal 22 atas impor barang yang

dipungut oleh DJBC harus disetor ke bank devisa, atau bank persepsi, atau

bendahara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dalam jangka waktu 1 (satu)

hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP secara mingguan

paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.

2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat

pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau

dibebaskan, PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi saat penyelesaian

dokumen pemberitahuan pabean impor. Dilaporkan ke KPP paling lambat

tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.

3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh

Pasal 22 butir 2) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib

Pajak rekanan ke bank persepsi atau Kantor Pos pada hari yang sama

dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang. Pemungut

menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu :

a. lembar pertama untuk pembeli;

b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor

Pelayanan Pajak;

c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan

dilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah

masa pajak berakhir.

Page 6: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh

Pasal 22 butir 3) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib

Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10

sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dilaporkan ke

KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.

5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh

Pasal 22 butir 4 ) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib

Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10

(sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP

dan menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari

setelah masa pajak berakhir.

6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek

PPh Pasal 22 butir 5, dan 7 ) dan hasil penjualan barang sangat mewah

(Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 8) disetor oleh pemungut

atas nama wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat

tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan

formulir SSP. Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat

20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.

7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek

PPh Pasal 22 butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau Kantor

Pos paling lama tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak

berakhir. Pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22

rangkap 3 yaitu:

a. lembar pertama untuk pembeli;

b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor

Pelayanan Pajak;

c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.

Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP

setempat paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22

Page 7: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,

penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Tarif PPh Pasal 22

Berikut ini, dijabarkan tarif PPh Pasal 22 sejak tahun 2009 sampai dengan

yang baru diberlakukan pada bulan februari tahun 2013.

Uraian TransaksiTh 2013

(Mulai : 23/2/2013)

Th 2010 – 2013(Periode 31/08/2010 s/d

22/2/13)

Th 2009 – 2010(Periode  : 1/1/2009 s/d

30/08/2010)1. Impor selain Kedelai,

Gandum & Tepung Terigu yang menggunnakan API

2,5% x Nilai Impor 2,5% x Nilai Impor 2,5% x Nilai Impor

2. Impor Kedelai, Gandum dan Tepung Terigu, yang menggunakan API

0,5% x Nilai Impor 0,5% x Nilai Impor2,5% x Nilai Impor  (sama dg tariff PPh 22 impor lainnya)

3. Impor yang tidak menggunakan API

7,5% x Nilai Impor 7,5% x Nilai Impor 7,5% x Nilai Impor

4. Impor yang tidak dikuasai

7,5% x harga jual lelang 7,5% x harga jual lelang 7,5% x harga jual lelang

5. Pembelian Barang oleh Bendahara Pemerintah & KPA

1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN

Kecuali untuk pembayaran maks Rp

2.000.000 Kecuali untuk

pembayaran atas pembelian BBM, BBG &

Pelumas, Benda-benda pos serta  pemakaian air &

listrik

1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN Kecuali untuk pembayaran maks Rp

2.000.000 Kecuali Pembayaran

untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik,

gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.

1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN(atas

Pembelian Barang oleh Bendahara Pemerintah)

Kecuali untuk pembayaran maks Rp

1.000.000 Kecuali Pembayaran

untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik,

gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.

6. Pembelian Barang BUMN yg ditunjuk sebagai Pemungut PPh Pasal 22

1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN

Kecuali untuk pembayaran maks Rp

10.000.000 Kecuali untuk

pembayaran atas pembelian BBM, BBG &

Pelumas, Benda-benda pos serta  pemakaian air &

listrik

N/A1,5% x Harga Pembelian

tidak termasuk PPN

7. Penjualan Produk BBM oleh Produsen atau Importir BBM, BBG, Pelumas

0,25% x Penjualan (tidak termasuk PPN) è untuk

penjualan kpd SPBU Pertamina

0,3% x Penjualan (tidak

0,25% x Penjualan (tidak termasuk PPN) è untuk penjualan kpd

SPBU Pertamina 0,3% x Penjualan

0,25% x Penjualan (tidak termasuk PPN) è

untuk penjualan kpd SPBU Pertamina

0,3% x Penjualan (tidak

Page 8: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

termasuk PPN) è untuk penjualan kpd SPBU non

Pertamina 0,3% x Penjualan (tidak

termasuk PPN) è untuk Penjualan kepada non

SPBU(Note : PPh22 u/SPBU bersifat

final)

(tidak termasuk PPN) è untuk penjualan kpd SPBU non Pertamina

0,3% x Penjualan (tidak termasuk PPN)

è untuk Penjualan kepada non SPBU

(Note : PPh22 u/SPBU bersifat final)

termasuk PPN) è untuk penjualan kpd SPBU

non Pertamina 0,3% x Penjualan (tidak

termasuk PPN) è untuk Penjualan kepada non

SPBU(Note : PPh22 u/SPBU

bersifat final)

8. Penjualan Produk BBG & Pelumas oleh Produsen atau importir BBM, BBG, Pelumas

0,3% x Penjualan (tidak termasuk PPN

0,3% x Penjualan (tidak termasuk PPN

0,3% x Penjualan (tidak termasuk PPN

9. Penjualan Semen oleh Industri Semen kepada Distributor Dalam Negeri

0,25% x DPP PPN 0,25% x DPP PPN 0,25% x DPP PPN

10. Penjualan Kertas oleh Industri Kertas kepada distributor dalam negeri

0,1% x DPP PPN 0,1% x DPP PPN 0,1% x DPP PPN

11. Penjualan baja oleh Industri baja kepada distributor di dalam negeri

0,3% x DPP PPN 0,3% x DPP PPN 0,3% x DPP PPN

12. Penjualan kendaraan bermotor beroda dua atau lebih oleh Industri Otomotif kepada distributor di dalam negeri

0,45% x DPP PPN 0,45% x DPP PPN 0,45% x DPP PPN

13. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, APM dan Importir Umum

0,45% x DPP PPN N/A N/A

14. Penjualan semua jenis oleh Industri Farmasi kepada distributor dalam negeri

0,3% x DPP PPN N/A N/A

15. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan

0,25% x harga Pembelian tidak termasuk PPN

0,25% x harga Pembelian tidak termasuk PPN

Periode 2/1/2003 s/d 12/3/2009 :0,5% x harga Pembelian tidak termasuk

PPNMulai 12/3/2009:0,25% x harga Pembelian tidak termasuk

PPN

Page 9: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Contoh Perhitungan Pajak PPh Pasal 22

1. CV.Motor Makmur, pada Tanggal 10 Oktober  2012 menjual  Sepeda

Motor  kepada Bendahara Dinas Pendapatan Daerah Kab.Banyumas

dengan nilai pengadaan  Rp.110.000.000,- termasuk PPN.

Penghitungan Pajak PPh Pasal 22 atas penjualan sepeda motor

Tanggal 22 Oktober  Tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Nilai Pengadaan 110.000.000

Objek PPh Pasal 22

(100/110 x 110.000.0000)100.000.000

PPh Pasal 22

(1,5 % x 100.000.000) 1.500.000

Atas penjualan sepeda motor tersebut bendahara Dinas Pendapatan

Daerah Kab.Banyumas mempunyai kewajiban memungut, menyetor dan

melaporkan pemotongan PPh Pasal 22 sebesar 1,5 % dari objek PPh Pasal

22 serta harus memberikan SSP  PPh Pasal 22 lembar ke-1 dan ke-3

tersebut kepada CV.Motor Makmur

SSP disetor atas nama CV.Motor Makmur dan ditandatangani bendahara

Dinas Pendapatan Daerah Kab.Banyumas

Contoh impor barang

2. PT. Angkringan Agus adalah sebuah perusahaan yang mempunyai API

(Angka Pengenal Impor) yang berlokasi di Jogjakarta.Pada tahun 2008 PT.

Angkringan Agus melakukan kegiatan mengimpor barang dari Jepang,

untuk detailnya sebagai berikut:

Harga Faktur     US $ 850.000

Biaya Asuransi  US $   12.250

Kuli Angkut       US $  13.700

Page 10: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Untuk biaya masuk dan juga biaya tambahan yaitu sebesar 10% dan 15%

dari SIP biaya. Untuk kurs yang berlaku pada tahun 2008 adalah sebesar

US $ 1 = Rp. 9.900,-

Pertanyaan: Hitunglah PPh Pasal 22 untuk impor tersebut!

Jawab:

Cost             US $ 850.000

Iinsurance     US $   12.250

Facture         US $     13.700

CIF              US $ 875.950

Biaya Masuk 10%

10% x US $ 875.950

= US $ 87.595

Biaya Tambahan 15%

15% x US $ 875.950

= US $ 131.392,5

CIF                                     US $     875.950

Biaya Masuk                      US $       87.595

Biaya Masuk Tambahan    US $         131.392,5

Jumlah                              US $ 1.094.937,5

US $ 1.094.937,5 x Rp. 9.900

= Rp. 10.839.881.250

PPh dipungut (API)Rp. 10.839.881.250 x 2,5%= Rp. 27.997.031,3

3. Kontrak pemborong/pengadaan barang dengan nilai kontrak Rp

10.000.000 (tidak termasuk PPN). Pengadaan barang tersebut dibiayai

dengan pinjaman luar negri sebesar 40% dan rupiah murni sebesar 60%.

Page 11: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Nilai kontrak = Rp 10.000.000

Terdiri dari:

Porsi pinjam LN:

40% x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000

Porsi Rp murni:

60% x Rp 10.000.000 = Rp 6.000.000

Perhitungan PPh Pasal 22:

Ditanggung pemerintah :

1,5% x Rp 4.000.000 = Rp 60.000.000

Dipungut

1,5% x Rp 6.000.000 = Rp 90.000

4. Seorang importir pada awal tahun 2009memasukkan barang ke wilayah

pabean Indonesia dengan Cost sebesar US$ 80,000. Biaya angkut dari luar

negeri ke pelabuhan tujuan sebesar US$ 5,000 dan premi asuransi

perjalanan yang dibayar dari luar negeri ke pelabuhan tujuan sebesar US$

1,000. Bea Masuk yang dibebankan sebesar Rp 34.200.000 dan pungutan

pabean lain yang rsemi sebesar Rp 16.000.000, kurs yang berlaku saat

terjadinya import adalah US$ 1.00 = Rp 10.000. Hitunglah Pajak

penghasilan Pasal 22 Bea Cukai, dalam kondisi baik importir memiliki

API/APIS/APIT dan jika importir belum memiliki API/APIS/APIT ?

Perhitungan PPh Pasal 22 Bea Cukai

Kurs yang berlaku =Rp 10.000

Harga import US$ 80,000 x Rp 10.000 = Rp 800.000.000

Biaya Angkut US$ 5,000 x Rp 10.000 = Rp 50.000.000

Biaya Asuransi US$ 1,000 x Rp 10.000 = Rp 10.000.000

Bea Masuk = Rp 34.200.000

Pungutan Pabean dan lain-lain = Rp 16.000.000 +

Nilai Import = Rp 910.200.000

Pajak Penghasilan Pasal 22 Bea Cukai bila importir memiliki

API/APIS/APIT :

Page 12: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

2.5 % x 910.200.000 = Rp 22.755.000

Pajak Penghasilan Pasal 22 Bea Cukai bila importir tidak memiliki

API/APIS/APIT :

7.5 % x 910.200.000 = Rp 68.265.000

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendaharawan

5. PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS PEMBELIAN OLEH INSTANSI

PEMERINTAH, BUMN/BUMD, DAN INSTANSI TERTENTU

Dinas Pendidikan Nasional Kota Yogyakarta membeli mebel dan

peralatan kantor lain dari PT Furniture senilai Rp 220.000.000 (termasuk

PPN 10%). PPh 22 yang harus dipungut oleh bendaharawan Dinas

Pendidikan Nasional kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:

DPP PPN = (100/110) x Rp 220.000.000 = Rp 220.000.000

PPh pasal 22 = Rp 220.000.000 x 1,5% = Rp  3.000.000,-

6. PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS IMPOR BARANG

PT KIA Motors mengimpor barang dari Korea. PT KIA adalah importir

mobil yang telah memiliki Angka Pengenal Impor. PT KIA mengimpor unit

50 mobil, dengan harga faktur $ 10.000 per unit. Biaya asuransi dan biaya

angkut yang berkaitan dengan impor mobil tersebut masing-masing

adalah $3.000 dan $7.000. Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA Motors

sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs

pada saat itu ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp 9.000.

Berapa PPh pasal 22 yang harus dibayar?

Harga faktur : 50 unit x $10.000                          $500.000

Biaya asuransi                                                           $    3.000

Biaya angkut                                                              $   7.000

                                                                                 --------------

CIF                                                                             $510.000

Bea masuk: 5% x $510.000                                  $  25.500

Page 13: PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Bea masuk tambahan:20% x $510.000            $102.000

                                                                                 -------------

Nilai Impor                                                                $ 637.500

Nilai Impor dalam rupiah:

$637.500 x Rp 9.000 =  Rp   5.737.500.000

PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)

2,5% x Rp 5.737.500.000 = Rp  143.437.500