Pahlawan

6
"Pahlawan" adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sanskerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia. Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut "hero" yang diberi arti satu sosok legendaris dalam mitologi yang dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian dan kemampuan, serta diakui sebagai keturunan dewa. Pahlawan adalah sosok yang selalu membela kebenaran dan membela yang lemah. Dalam cerita perwayangan dikenal tokoh Arjuna dari Pandawa dinilai sebagai pahlawan yang membela kebenaran dari kebatilan. Pahlawan juga dipandang sebagai orang yang dikagumi atas hasil tindakannya, serta sifat mulianya, sehingga diakui sebagai contoh dan tauladan. Pahlawan sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam prestasi gemilang dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi. Seorang pahlawan bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa negaranya disebut juga sebagai patriot. Kategori pahlawan pun ada banyak, tergantung dengan prestasi yang disumbangkannya, seperti pahlawan kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlawan perintis kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan

Transcript of Pahlawan

Page 1: Pahlawan

"Pahlawan" adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sanskerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.

Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.

Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut "hero" yang diberi arti satu sosok legendaris dalam mitologi yang dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian dan kemampuan, serta diakui sebagai keturunan dewa. Pahlawan adalah sosok yang selalu membela kebenaran dan membela yang lemah.

Dalam cerita perwayangan dikenal tokoh Arjuna dari Pandawa dinilai sebagai pahlawan yang membela kebenaran dari kebatilan. Pahlawan juga dipandang sebagai orang yang dikagumi atas hasil tindakannya, serta sifat mulianya, sehingga diakui sebagai contoh dan tauladan.

Pahlawan sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam prestasi gemilang dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi.

Seorang pahlawan bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa negaranya disebut juga sebagai patriot.

Kategori pahlawan pun ada banyak, tergantung dengan prestasi yang disumbangkannya, seperti pahlawan kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlawan perintis kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan proklamasi, pahlawan iman, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan kesiangan, dan sebagainya.

Tahukah anda, bahwa Indonesia sekarang mempunyai 184 jumlah pahlawan nasional, yang merupakan jumlah terbanyak di seluruh dunia. Amerika serikat hanya mempunyai sekitar 50-an pahlawan nasional, sementara negara lain juga hanya mencatat jumlah puluhan.

Namun, ironisnya, meskipun pemerintah Indonesia sangat “royal” memberi gelar pahlawan, namun masih banyak sekali pejuang atau orang yang sangat berbakti dalam perjuangan pembebasan nasional tidak mendapatkan gelar pahlawan. Karena alasan-alasan politik, seperti komunisto-phobia dan de-sukarnoisme, sebagian besar pahlawan itu dilempar keluar dari panggung sejarah perjuangan bangsanya.

Page 2: Pahlawan

Setiap tanggal 10 November kita peringati sebagai hari Pahlawan.

menurut Peraturan Presiden No 33 tahun 1964, seseorang untuk disebut pahlawan harus memenuhi kriteria tertentu, antara lain yang bersangkutan telah wafat dan bekas seorang pejuang.Kedua kriteria dalam peraturan di atas, terutama kriteria yang kedua, telah secara tegas membatasi siapa saja yang dapat disebut sebagai pahlawan.

Tetapi baiklah, itu kalau kita mengejar sebutan pahlawan. Apalagi dengan mekanisme penganugerahannya yang diatur oleh pemerintah (baca: penguasa). Artinya aturan tentang siapa saja yang berhak menjadi pahlawan tentulah sesuai selera siapapun yang sedang berkuasa. Maka mungkin sekali dapat terjadi seseorang yang layak disebut pahlawan tidak akan mendapat gelar itu karena memiliki “kekurangan” dimata penguasa. Pada kenyataannya kriteria yang dipakai sampai saat ini merujuk pada Peraturan Presiden di atas dengan kriteria lama yang sepertinya telah kadaluwarsa.

Sekarang, mari kita simak apa yang disampaikan oleh Budayawan Taufik Abdullah (2002) tentang pahlawan. Taufik Abdullah mengungkapkan bahwa jika perbuatan seseorang merupakan pantulan dari nilai ideal dominan, maka proses kelahiran pahlawan sedang dimulai. Atau apabila kita merujuk pada beberapa filsuf yang menyatakan bahwa pahlawan adalah seseorang yang sanggup menggugah hati orang banyak. Pahlawan adalah orang besar.Sedangkan yang dimaksud sebagai orang besar adalah mereka yang meluhurkan diri mereka sendiri dengan bekerja demi semua orang tanpa mengharap keuntungan pribadi. Maka seharusnya banyak sekali tokoh masyarakat yang dapat disebut pahlawan. Bahkan orang tak bernama pun bisa menjadi pahlawan selama dia meluhurkan diri bekerja demi orang banyak.

Terlepas dari keterangan di atas mengenai pahlawan versi pejuang dan pahlawan versi orang besar, bagaimanakah makna pahlawan menurut kita sekarang. Kita yang nota bene adalah orang kebanyakan, anggota masyarakat, pegawai, mahasiswa atau anak sekolah? Apakah kata pahlawan masih cukup bermakna bagi kita?

Tentu akan banyak sekali interpretasi terhadap kata pahlawan. Tapi secara umum sebagian kita akan menunjuk pada pahlawan-pahlawan nasional yang telah ditetapkan pemerintah seperti yang diperoleh dalam pelajaran-pelajaran sekolah hingga saat ini.Sebagian lagi akan kebingungan dalam mengartikan kata pahlawan setelah mengetahui bahwa ternyata sejarah pun dapat diputarbalikkan untuk kepentingan penguasa atau kepentingan politik tertentu. Seseorang yang tadinya pahlawan, sontak kadar kepahlawanannya jadi

Page 3: Pahlawan

dipertanyakan, lalu muncul pahlawan-pahlawan baru yang mungkin sebelumnya justru dituduh sebagai pendosa.

Di sisi lain, banyak juga dari kita yang mampu melihat kebenaran dari makna kata pahlawan. Hal ini terlihat dari banyaknya tindakan-tindakan yang mencerminkan sifat-sifat kepahlawanan, keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, kesatriaan, panutan, maupun membahagiakan orang lain tanpa mengharapkan gelar seorang pahlawan.

Saat negara kita sedang dilanda krisis multidimensi yang hebat seperti sekarang ini, kita justru dapat dengan mudah menemui orang-orang yang telah melakukan sifat-sifat kepahlawanan, dan juga kebalikannya. Orang-orang yang seyogyanya melakukan sifat-sifat kepahlawanan malah meninggalkan sifat-sifat itu. Ironisnya mereka yang melakukan sifat kepahlawanan adalah rakyat biasa tak bernama, dan yang meninggalkan sifat kepahlawanan justru mereka yang duduk di piramida atas negeri ini. Sehingga krisis yang tadinya sudah hebat berubah semakin dahsyat.

Pertanyaan lainnya adalah apakah di zaman serba canggih seperti sekarang ini kita masih memerlukan pahlawan? Pahlawan seperti apakah yang cocok dengan konteks masa kini?Jawabannya adalah perlu. Kita masih memerlukan sosok pahlawan, sosok yang menjadi panutan. Dengan sifat-sifat kepahlawanan yang ditunjukkan seseorang, apalagi jika dia seorang tokoh yang dikenal masyarakat luas, tentunya sifat-sifatnya akan menyebar, dapat ditularkan pada orang banyak. Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk meniru. Meniru apapun yang dilakukan oleh seseorang atau sesuatu yang diidolakannya. Perbuatan meniru ini dapat dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Jika yang ditiru adalah orang-orang yang selalu melakukan kebaikan untuk kepentingan umum, tentu akan menghasilkan lingkungan yang tertib aman dan nyaman. Tetapi jika yang ditiru adalah para petinggi negara yang korup, maka semakin hancurlah negeri ini.

Itulah sebabnya mengapa penting sekali bagi para pemimpin terpilih untuk memiliki kualifikasi yang baik, karena begitu banyak orang yang dapat meniru tingkah laku mereka.Dari uraian di atas kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Yang perta;

ma, kita harus memaknai kembali arti kata pahlawan dan siapa saja yang berhak mendapat sebutan pahlawan. Untuk itu kita perlu jujur pada sejarah negeri ini agar tidak terjadi kebingungan dan mis-interpretasi. Kita harus berani mengakui kebaikan dan keburukan yang memang pernah terjadi di masa lalu. Sehingga sebutan pahlawan tidak lagi semata-mata ditentukan oleh “pahala” atau “dosa” menurut kacamata penguasa, tetapi menurut nilai-nilai ideal yang ada dalam masyarakat.

Page 4: Pahlawan

Kedua, kita perlu makna kata pahlawan dalam konteks yang lebih luas. Dalam arti siapa saja, dalam bidang apapun dan tidak harus sudah meninggal dapat menjadi pahlawan. Semua orang dapat menjadi pahlawan selama yang dilakukannya adalah hal-hal yang menunjukkan sifat-sifat kepahlawanan yang bernilai luhur demi kepentingan orang banyak.

Ketiga, kita masih perlu sosok pahlawan. Terutama untuk anak-anak yang akan meneruskan kelangsungan hidup negeri ini. Jangan sampai yang mereka lihat hanya pahlawan-pahlawan yang ada di TV semacam Superman, Spider-man, Fantastic Four, Kenshi Himura dan lain-lainnya. Sementara uraian-uraian tentang pahlawan, makna pahlawan, hanya menjadi bahan pelajaran di sekolah. Bersifat sangat tekstual dan seremonial tanpa aplikasi. Padahal yang paling penting mereka perlukan adalah contoh nyata, pahlawan-pahlawan yang dapat mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Para bijak zaman dulu berkata, “tidak semua zaman melahirkan pahlawan”. Tapi kita semua bisa ber-evolusi menjadi pahlawan. Dengan kadar kita masing-masing kita dapat saling menyebar benih-benih sifat kepahlawanan di lingkungan kita masing-masing. Mari kita jadikan momen hari Pahlawan tahun ini untuk melakukan introspeksi apakah kita masih mempunyai benih-benih sifat kepahlawanan. Kalau ya, mari kita sebarkan. Kalau tidak, mari kita gali kembali sifat-sifat kepahlawanan yang tadinya sudah kita miliki. Di zaman apapun kita hidup, kita dapat melahirkan pahlawan. Jangan sampai terjadi kita mengalami zaman tanpa pahlawan. (*)