padi 2

36
LAPORAN PRAKTIKUM PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN PADI Oleh : Golongan / Kelompok : C / 8 Brian Agata Bagaskara (131510501229) Handika Dwi Anggara (131510501226) Moh. Ali Wafa (131510501230) Tyas Pangastuti (131510501234) Iffatul Azizah R (131510501235)

description

gh

Transcript of padi 2

Page 1: padi 2

LAPORAN PRAKTIKUM

PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN PADI

Oleh :

Golongan / Kelompok : C / 8

Brian Agata Bagaskara (131510501229)

Handika Dwi Anggara (131510501226)

Moh. Ali Wafa (131510501230)

Tyas Pangastuti (131510501234)

Iffatul Azizah R (131510501235)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: padi 2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia. Dengan kekayaan

keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia, tentu amat berpengaruh

dalam mencukupi kebutuhan pangan baik dalam skala nasional maupun

internasional yang terus meningkat. Pengelolaan hasil pertanian yang maksimal

tentu akan memberikan kontrisbusi dalam peningkatan pemenuhan kebutuhan

seluruh masyarakat.

Padi adalah salah satu tanaman terpenting dalam pemenuhan kebutuhan

masyaraka dunia, bahkan Indonesia. Padi tumbuh di daerah tropis karena

membutuhkan sinar matahari dalam jumlah banyak dan pengairan yang sangat

cukup. Hampir seluruh wilayah Indonesia menanam padi, kecuali sebagian dari

pulau Papua, dan sebagian dari pulau Nusa Tenggara. Usaha yang dilakukan demi

meningkatkan produksi padi terus dilakukan supaya mampu meningkatkan

ketahanan pangan masyarakat Indonesia. Petani bahkan berusaha untuk

memperbaiki teknik budidaya hingga pengolahan padi dengan didukung oleh alat-

alat yang super canggih.

Secara umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang sudah

menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk.

Tangkai padi menunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih

memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila

butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen. 

Pemanenan padi pada zaman dahulu masih menggunakan alat yang sangat

tradisional, seperti penggunaan ani-ani. Ani-ani digunakan untuk memotong padi

yang memiliki postur tinggi dengan waktu dan pekerja yang relatif banyak

sehingga tidak efisien. Namun berkat perkembangan zaman semakin canggih,

sehingga pemanenan padi lebih mengarah kepada penggunan sabit. Kelebihan dari

sabit terdapat pada penggunaannya yang lebih cepat dari pada ani-ani. Namun

sabit masih dianggap sebagai cara panen dengan teknik manual oleh sebagian

masyarakat Indonesia. Pemanenan dengan cara teknik canggih sudah diterapkan

Page 3: padi 2

di berbagai negara seluruh dunia. Reaper adalah salah satu bukti perkembangan

alat pemanenan padi yang sangat populer di zaman yang serba modern ini.

Dengan menggunakan alat itu, pemanenan padi akan berjalan sangat cepat

dibandingkan dengan menggunakan ani-ani dan sabit.

Pengeringan adalah salah satu usaha dalam penanganan pasca panen padi

bertujuan untuk menurunkan kadar air gabah menjadi maksimum 14%. Kegiatan

ini merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam memperbaiki

/mempertinggi mutu gabah, sehingga gabah tidak akan mudah rusak pada waktu

disimpan. Harga jualnya tinggi, dan akan diperoleh rendemen serta mutu beras

yang baik waktu digiling. Untuk mengurangi butir kuning, harus melakukan

pengeringan segera setelah perontokan dan pembersihan. Pengeringan gabah

dapat dilakukan secara alami maupun mekanik.

Didasarkan pada fakta-fakta di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana

cara memanen padi yang baik agar kualitas dan kuantitas tetap terjaga. Di

samping itu, penulis juga ingin mengetahui kinerja dari alat-alat pemanenan padi

mulai dari tradisional hingga ke zaman modern. Selain itu, penulis juga ingin

mengetahui tentang pasca panen pada tanaman padi.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengenal kepada mahasiswa tentang kretria panen, cara dan peralatan

panen penanganan pasca panen serta dapat menghitung potensi produksi padi.

Page 4: padi 2

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tempat pelaksanaan kegiatan praktikum panen dan pasca panen tanaman

padi dilaksanakan di Jubung pada tanggal 21 Maret 2014 jam 07:00 WIB sampai

selesai.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Alat Tulis

2. Penggaris/meteran/roll meter

3. Alat panen padi

4. kalkulator

3.2.2 Bahan

1. Tanaman padi yang siap panen

3.3 Cara Kerja

1. Kunjungi areal tanaman padi yang siap panen.

2. Pilih beberapa contoh tanaman dan amati secara teliti ciri-ciri dan buat gambar

(foto tanaman) dan tuliskan beberapa kriteria yang bisa dijadikan pedoman

bahwa tanaman padi sudah siap panen.

3. Laksanakan pemanenan padi dengan alat yang disediakan. Tuliskan nama alat

panen dan dcara pemanenan yang dilaksanakan.

4. Lakukan perontokan padi dengan alat yang disediakan.

5. Ukur luas petak dan timbang hasil bersih padi perluas petak yang dipanen.

6. Hitung potensi produksi padi per hektar.

Page 5: padi 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kriteria Padi yang Siap Dipanen

Klasifikasi tanaman kopi adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monotyledonae

Keluarga : Gramineae (Poaceae)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua

subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi

cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di

dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.

Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih diminati oleh

petani karena daya adaptifnya yang baik antara lain : varietas Buyung, Cantik,

Katumping, Sabai dan Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera varietas lokal

seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam, dll.

Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah

sekitar 2 ton GKG/ha. Namun kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak

yang sesuai dengan etnis daerah setempat. Selain itu varietas lokal toleran

terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap beberapa jenis hama dan

penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta

pemeliharaan mudah dan sederhana (Perdana, 2011).

Padi (Oryza sativa L.) termasuk bahan pangan yang dibutuhkan lebih

separuh dari penduduk dunia. Menurut Yoshida (1981) padi merupakan salah satu

bahan pangan stabil yang paling penting di dunia dan ditanam pada kedua daerah

yang beriklim sedang dan tropis. Tanaman padi mempunyai adaptasi lingkungan

yang luas, dapat tumbuh baik antara 53°LU dan 35°LS, meliputi daerah kering

sampai genangan dengan kedalaman 1-5 m serta daerah dari dataran rendah

sampai dengan ketinggian sampai 2000 m di atas permukaan laut.

Page 6: padi 2

Panen sebaiknya dilakukan pada fase masak panen yang dicirikan dengan

kenampakkan dan 90% gabah sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga),

bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26

%. Panen yang dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada saat jerami

mulai mengering, pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah yang

rontok saat dipanen. Sebelum pemanenan, dilakukan pengeringan sawah 7-10 hari

sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan

hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan

mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder panen dapat dilakukan

selama 15 jam untuk setiap hektar, sedangkan dengan Reaper harvester panen

hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. Perontokan hasil panen

menggunakan pedal thresher. Perontokan dengan pengebotan (memukul-mukul

batang padi pada papan) sebaiknya dihindari karena kehilangan hasilnya cukup

besar, bisa mencapai 3,4% (Norsalis, 2011).

2.2 Perkembangan Teknologi Panen Padi di Indonesia

2.2.1 Periode Sebelum Tahun 1969 (Pra-Revolusi Hijau)Sebelum tahun 1969, hampir semua petani menanam padi lokal dengan

postur tanaman tinggi dan gabah sukar rontok. Untuk itu, padi dipanen

menggunakan aniani dengan cara memotong malai dan padi dibendel dengan tali

bambu. Gabah dijemur di halaman rumah dengan alas dari anyaman bambu. Hasil

panen disimpan dalam bentuk gabah kering dengan cara ditumpuk. Proses

pemberasan gabah dilakukan dengan cara ditumbuk dalam lesung menggunakan

alu. Pada saat itu belum diketahui istilah pascapanen.

2.2.2 Periode 1970-1985 (Revolusi Hijau)

Pada periode ini, International Rice Research Institute (IRRI)

mengintroduksi varietas unggul PB5 dan PB8 pertama kali di Indonesia. Selain

berdaya hasil tinggi dan reponsif terhadap pemupukan, varietas unggul tersebut

memiliki postur pendek dan gabahnya mudah rontok, sehingga terjadi perubahan

Page 7: padi 2

cara panen dari menggunakan ani-ani menjadi sabit. Demikian pula perontokan

gabah, dari cara diiles menjadi dibanting atau digebot.

2.2.3 Periode 1986-1999 (Pascaswasembada Beras)Pada periode ini, penanganan pascapanen padi mendapat perhatian yang

lebih besar dari pemerintah, tercermin dari dikeluarkannya Keputusan Presiden

No. 47/1986, tentang Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian. Hal

ini membuahkan hasil sebagaimana terbukti dari peningkatan jumlah mesin

perontok (thresher) yang pada tahun 1973 hanya 1.347 unit menjadi 15.149 unit

pada tahun 1981. Pada tahun 1988, jumlah thresher meningkat tajam menjadi

103.019 unit dan pada tahun 1998 mencapai 367.250 unit (Ananto et al. 2004).

Walaupun perkembangan mesin perontok cukup meyakinkan, total kehilangan

hasil gabah masih tinggi, yaitu 21,0% pada tahun 1986/1987 (BPS 1988) dan

20,5% pada tahun 1995 (BPS 1996). Unit penggilingan padi juga berkembang

pesat, yaitu dari 21.627 unit pada tahun 1973 dan 26.936 unit pada tahun 1988

menjadi 42.551 unit pada tahun 1998 dengan jumlah mesin penggilingan 37.071

unit.

2.2.4 Periode 2000 Sampai Sekarang (Reformasi dan Desentralisasi)Pada periode ini, pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian berupaya

mengembangkan inovasi teknologi pascapanen padi melalui pelatihan dan

demonstrasi bagi para penyuluh. Upaya ini ternyata membuahkan hasil di

beberapa provinsi. Di Lampung, misalnya, tingkat kehilangan hasil padi turun

menjadi 13,2% (Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2006), di Jawa Tengah 10,6%

(Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah 2006), di Bali 11,1% (Dinas Pertanian

Provinsi Bali 2006), dan di Kalimantan Selatan bahkan hanya 7,38% (Dinas

Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan 2006) (Setyono, 2010).

2.3 Hama pada Tanaman Padi

2.3.1 Walang Sangit (Leptocorixa acuta)

Imago bertubuh ramping dengan tungkai dan antena relatif panjang.

Walang sangit akan bau khas bila diganggu, apalagi bila badannya ditekan. Imago

Page 8: padi 2

aktif berterbangan pada malam hari dan mudah tertarik dengan cahaya lampu atau

obor. Stadium imago berlangsung selama 2-3 bulan. Imago bertina dapat bertelur

sebanyak 200-300 butir. Telur diletakkan secara kelompok (10-20 butir

perkelompok), atau satu persatu di permukaan atas daun dekat tulang daun utama

saat tanaman padi mulai berbunga. Warna telur merah kecolatan dengan bentuk

mirip cakram. Stadium telur berlangsung sekitar 5-8 hari. Nimfa berwarna hijau

kekuningan dengan panjang tubuh 2-14 mm melalui 5 instar. Nimfa hidup

bergerombol dan lebih aktif dibanding imago. Lama stadium nimfa sekitar 17-27

hari.

Walang sangit cenderung menyerang tanaman padi yang mulai berbunga.

Imago dan Nimfa walang sangit menghisap cairan batang dan bulir padi pada fase

masak susu atau yang mulai mengeras, tanpa melubanginya. Bulir padi yang telah

menguning tidak diganggunya. Selanjutnya pada bulir padi terdapat bercak putih

yang lalu berubah menjadi coklat. Bulir padi mengecil, tapi tidak hampa.

Kerusakan akibat imago lebih hebat dibandingkan nimfa. Pengendaliannya

dengan cara :

a. Tanam serempak pada areal yang luas.

b. Rotasi tanam dengan tanaman selain padi.

c. Bila serangan belum begitu hebat, telur dikumpulkan lalu dibakar.

d. Membuat perangkap dari cahaya obor, tumbuhan rawa dan hewan yang telah

membusuk (kodok, ular, kepiting, udang, dll). Perangkap diletakkan

menjulang di atas pertanaman padi. Walang sangit yang tertangkap kemudian

dibakar.

e. Menyiangi gulma jenis rumput-rumputan yang dapat menjadi inang walang

sangit, seperti Digitaria sanguinalis, Panicum colonum dan paspalum sp.

f. Menggunakan musuh alami berupa parasitoid telur, predator imago

(burung, belalang dan laba-laba), dan jamur patogen nimfa/imago.

g. Menyemprotkan insektisida, misalnya Dharmacin 50 WP, Mipcin 50 WP

atau Indobas 500 EC (Soemadi, 1997)

Page 9: padi 2

2.3.2 Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)

Nilaparvata lugens merupakan salah satu hama yang paling penting di

benua India. Wereng Coklat telah diasumsikan status OPT utama di beberapa

bagian India akibat praktek budidaya gegabah yang mencakup masukan pupuk

tinggi dan bibit jarak sempit Nimfa dan dewasa Wereng coklat bergerak dengan

berjalan dan melompat, terkadang imago juga bergerak dengan terbang, berjalan ,

dan melompat. Aktivitas penerbangan wereng coklat tampaknya terus dalam

kondisi suhu rendah, kelembaban tinggi, dan angin yang lemah. Di daerah

beriklim populasi wereng coklat ditandai dengan periode musiman, kepadatan

awal yang rendah, pertumbuhan curam dan stabil, distribusi spasial mengelompok

,dan fluktuasi kekerasan dari tahun ke tahun. Wereng Coklat merupakan penghuni

sementara yang datang dari jarak jauh hampir di musim tanam padi. Wereng

coklat mempunyai daya adaptasi tinggi untuk menjadi tuan rumah dalam berbagai

tahap pertumbuhan padi, dan toleransi yang tinggi untuk berkerumun sehingga

penyebaran di sawah tidak merata. Ciri-ciri ini juga menyebabkan pertumbuhan

curam dan stabil dalam populasi yang memungkinkan serangga untuk

meningkatkan ke tingkat yang merusak meskipun kepadatan awal rendah. Baik

nimfa dan dewasa dari wereng coklat ( Nilaparvata lugens ) dapat menghapus

getah tanaman dari sel-sel floem. Penghapusan getah tersebut dikombinasikan

dengan penyumbatan pembuluh floem oleh heaths makan serangga dan

menyebabkan anakan mengering dan berubah menjadi cokelat (Satpathi dkk,

2012).

Cara pengendalian dari wereng coklat adalah :

a. Tanam serempak pada areal yang luas dengan selisih waktu tanam maksimal 2

minggu.

b. Rotasi tanam dengan tanaman bukan padi, misalnya jagung dan kacang-

kacangan.

c. Penggunaan pola tanam yang baik, misalnya : padi rendengan-padi gadu-

palawija umur pendek, atau padi rendengan-palawija umur pendek, padi gadu.

d. Pengaturan jarak tanam, jangan terlampau rapat sebab hama ini menyukai

kondisi yang lembab.

Page 10: padi 2

e. Pengeringan lahan sawah selama beberapa hari, sehingga diharapkan

kelembabannya menurun.

f. Tanam varietas tahan wereng secara bergiliran.

g. Setelah panen, jerami dan tunggul padi dibakar.

h. Menyiagi gulma, terutama jenis rumput-rumputan (Soemadi, 1997).

2.4 Penyakit pada Tanaman Padi

2.4.1 Busuk Batang

Infeksi penyakit ini terjadi pada batang yang dekat dengan permukaan air,

masuk melalui pembengkakan dan kerusakan. Gejala awal berupa bercak

berwarna kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun

dan secara bertahap membersar. Akhirnya cendawan menembus batang padi yang

kemudian menjadi lemah, anakan mati dan akibatnya tanaman rebah. Stadia

tanaman yang paling rentan adalah pada fase anakan sampai stadia matang susu.

Kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 80%. Cara pengendaliannya

adalah :

1. Tunggul-tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi.

2. Keringkan petakan dan biarkan tanah sampai retak sebelum diari lagi.

3. Gunakan pemupukan berimbang; pupuk nitrogen sesuai anjuran dari

pemupukan K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit.

4. Gunakan fungisida bila diperlukan yang berbahan aktif belerang atau

difenokonazol.

2.4.2 Kerdil Rumput

Tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan anakan yang

berlebihan, sehingga tampak seperti rumput. Daun tanaman padi menjadi sempit,

pendek, kaku, berwarna hijau pucat sampai hijau, dan kadang-kadang terdapat

bercak karat. Tanaman yang terinfeksi biasanya dapat hidup sampai fase

pemasakan tetapi tidak memproduksi malai. Stadia pertumbuhan tanaman yang

paling rentan adalah pada saat tanam pindah samapi bunting. Penyakit ini

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng coklat, dan tanaman inangnya

Page 11: padi 2

hanya padi. Cara pengendaliannya adalah pengendalian dilakukan terhadap

vektornya yaitu wereng coklat (Syam, Wurjandari, 2003).

2.5 Alat Pemanenan Padi

Ada tiga macam cara panen padi di Indonesia yaitu : (a) secara Tradisional

(ani-ani), (b) secara Manual, tanaman padi dipotong panjang menggunakan sabit

untuk selanjutnya dirontok menggunakan cara gebot, dan (c) secara mekanis yaitu

padi dipotong pendek atau dipotong panjang menggunakan sabit; mesin Mower

atau mesin Reaper.

2.5.1 Ani-ani

Hingga saat ini panen padi Tradisional cara ani-ani masih eksis dan terus

berlangsung terutama terjadi di daerah pedalaman (Banten, Sumatera, Kalimantan,

Papua) yaitu di daerah yang menanam padi varietas lokal berumur panjang (6

bulan), kapasitas kerja cara ani-ani berkisar antara 10 sampai 15 kg malai/jam

dengan susut hasil (losses) berkisar antara 3,2 %. Cara panen Tradisional ani-ani

merupakan suatu “System” panen yang akrab dengan kelestarian lingkungan dan

terbukti mampu mengatasi ketahanan pangan rumah tangga petani (lokal), dimana

seluruh proses sejak padi di tanam (pra panen) hingga proses gabah menjadi beras

(pasca panen), secara keseluruhan ditangani oleh petani dan nilai tambah padi

menjadi beras adalah milik petani, tanpa menimbulkan kerusakan alam dan

pencemaran lingkungan, seluruh tubuh tanaman padi termanfaatkan mulai dari

berasnya hingga jeraminya. Tahapan proses panen padi cara Tradisional ani-ani

berbeda dengan proses pada cara Modern. Pada cara ani-ani padi dipanen dalam

bentuk malai kemudian diangkut untuk dijemur (proses pengeringan) kemudian

disimpan di lumbung (proses penyimpanan). Pelaksanaan proses perontokan dan

pemberasan dilakukan sewaktu-waktu petani membutuhkan beras,

mempergunakan alat tradisional (lesung) ataupun menggunakan mesin perotok

Thresher untuk proses perontokannya dan Rice Milling Unit (RMU) untuk

pemberasan.

Page 12: padi 2

2.5.2 Sabit

Penggunaan alat sabit bergerigi mempunyai keunggulan dibanding dengan

penggunaan sabit biasa. Petani yang sudah terbiasa menggunakan sabit bergerigi

akan merasakan perbedaan yang signifikan dibanding menggunakan sabit non

bergerigi. Sabit bergerigi semakin sering dipakai akan semakin tajam pisau

geriginya. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pada saat proses panen

terdapat pengaruh signifikan penggunaan sabit bergerigi dengan sabit non

bergerigi terhadap detak jantung petani, sabit bergerigi lebih berpihak kepada

kesehatan.

2.5.3 Mesin Sabit Mower

Mesin sabit mower atau disebut sebagai mower, merupakan modifikasi

dari mesin sejenis yang diproduksi di China. Mesin tersebut merupakan hasil

modifikasi kerjasama antara BBP Mektan dengan PT Shang Hyang Sri, bekerja

mirip pemotong rumput untuk memotong tegakan tanaman padi di lahan saat

panen tiba dengan kapasitas kerja 18 s/d 20 jam per hektar. Mesin mower sangat

cocok pengganti alat sabit. Mesin ini tidak hanya mampu dipakai untuk

memotong tanaman padi, akan tetapi juga mampu untuk panen tanaman jenis lain

seperti jagung, kedelai dan gandum. Mesin mower telah diintroduksikan di

beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah (Kebumen, Sragen, Pekalongan),

Propinsi Banten (Serang), dan Propinsi Kalimantan Tengah (Dadahup, C3, PLG)

oleh Institusi BBP Mektan, Badan Libang Pertanian, Deptan.

2.5.4 Mesin Reaper

Teknologi Panen padi menggunakan mesin pemanen reaper belum begitu

populer di tingkat petani. Mesin ini dapat dipakai untuk memanen tanaman biji-

bijian seperti padi, gandum, sorgum dan sebagainya. Untuk digunakan panen padi,

prinsip kerjanya mirip dengan cara panen menggunakan sabit, bekerja hanya

memotong dan merebahkan tegakan tanaman padi di sawah. Mesin ini sewaktu

bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan

atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping (disebut mesin Reaper), dan

Page 13: padi 2

ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu

lidi ukuran besar (disebut mesin Reaper Binder). Hasil panen yang direbahkan

menggunakan mesin Reaper ini selanjutnya akan dirontok menggunakan perkakas

atau mesin tertentu misalnya Thresher. Karena ada banyak jenis dan tipe mesin

Reaper yang beredar di pasaran dan masing-masing mempunyai keunggulan dan

kelebihan, maka setiap produsen atau pabrikan mesin Reaper selalu menyertakan

buku tentang : (1) Petunjuk Operasional; (2) Leaflet atau Booklet; (3) Daftar suku

cadang dan atau alamat agen purna jual; serta informasi-informasi lain yang

berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan terhadap mesin tersebut

(Sulistiadji, 2007).

2.6 Alat dan Mesin Perontok Padi

2.6.1 Gebot

Merontok padi dengan cara digebot (manual) merupakan cara sederhana

yang populer dilakukan oleh mayoritas petani di Indonesia. Kapasitas panen

dengan cara digebot berkisar antara 0,10 sampai dengan 0,16 ha/jam (28 - 34

kg/orang/jam), dan untuk padi varietas ulet berkisar antara 0,05 sampai dengan

0,06 ha/jam (10 - 12 kg/orang/jam), dengan syarat padi dipanen dengan malai

panjang agar dapat dipegang tangan saat digebot tergantung kepada kekuatan

orang. Perontokan padi dengan cara gebot banyak gabah yang tidak terontok

berkisar antara 6 % - 9 % . Susut hasil panen padi ini akan lebih besar lagi apabila

para pemanen menunda perontokan padinya selama satu sampai tiga hari yang

menyebabkan susut antara 2 % - 3 % .

2.6.2 Pedal Tresher

Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, terbuat dari

kayu dan dapat dibuat sendiri oleh petani. Pada umumnya hanya dipakai untuk

merontok padi. Thresher jenis pedal ini dikatagorikan sebagai “Perkakas” karena

tidak menggunakan sumber tenaga penggerak enjin ataupun motor. Di Jawa

Tengah umumnya disebut “dos” dengan penggerak pedal bertransmisi engkol

(crank), untuk mengangkatnya ke tempat padi yang akan dirontokkan diperlukan

Page 14: padi 2

paling tidak dua orang. Spesifikasi Pedal Thresher: (a) Mampu meghemat tenaga

dan waktu, (b) Kebutuhan operator 1 (satu) orang, (c) Mudah dioperasikan dan

akan mengurangi susut tercecer, dan (d) Kapasitas kerja : 75 kg hingga 100 kg per

jam (Sulistiadji, 2007).

2.7 Pasca Panen Tanaman PadiHasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak, sehingga

membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Penanganan yang tidak tepat

menimbulkan tingginya tingkat kehilangan hasil (kualitas maupun kuantitas) yang

tentunya merugikan petani. Penyebab utamanya tidak hanya masalah sosial dan

ekonomi, tetapi juga masalah teknis.

Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan,

pengolahan, sampai dengan hasil siap dikonsumsi. Penanganan pascapanen

bertujuan untuk menekan kehilangan hasil, meningkatkan kualitas, daya simpan,

daya guna komoditas pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan

nilai tambah. Berkaitan dengan hal tersebut maka kegiatan pascapanen padi

meliputi : (1) pemanenan, (2) perontokan, (3) perawatan atau pengeringan, (4)

pengangkutan, (5) penggilingan, (6) penyimpanan,(7) standardisasi mutu, (8)

pengolahan, dan (9) penanganan limbah (Hasbi, 2012).

Sistem panen harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a) Pemanenan dilakukan dengan sistem beregu/kelompok.

b) Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok pemanen.

c) Jumlah pemanen antara 5–7 orang yang dilengkapi dengan 1 unit pedal

thresher atau 15–20 orang yang dilengkapi 1 unit power thresher.

Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah

padi dipanen. Ketidaktepatan dalam penumpukan dan pengumpulan padi dapat

mengakibatkankehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau

mengurangi terjadinyakehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan

pengangkutan padi menggunakanalas. Penggunaan alas dan wadah pada saat

penumpukan dan pengangkutan dapat menekankehilangan hasil antara 0,94–2,36

%. Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan,

Page 15: padi 2

penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat

ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5%. Cara

perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi

menggunakan pedal thresher dan power thresher. Pengeringan merupakan proses

penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk

diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan

hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai

2,13%. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara

penjemuran menjadi pengering buatan. Penyimpanan merupakan tindakan untuk

mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu

tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras dapat

mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga,

binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras. Cara

penyimpanan gabah/beras dapat dilakukan dengan :(1) sistem curah, yaitu gabah

yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari

gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan

kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni dan lain-lain. Penggilingan

merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan

gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan

dan penyimpanan (Sinar Tani, 2013).

Page 16: padi 2

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pelaksanaan Praktikum dan Pengamatan Panen Padi

PEKERJAAN PANEN PADI

1 Penentuan Kriteria Panen Padi

1. 1. Tahap Pekerjaan:

- Gabah pada malai padi sudah berwarna kuning yang memiliki

persentase mencapai 90% sampai 95%.

- Malai padi menunduk karena menopang bulir-bulir beras.

- Butir gabah terasa keras bila ditekan. Apabila dikupas, tampak isi

butir gabah berwarna putih dan keras bila digigit.

2. Hasil Pekerjaan :

- Padi yang sesui dengan kriteria di atas, siap untuk dipanen.

3. Keterangan:

- Padi dapat dipanen pada umur antara 110-115 hari setelah tanam.

- Kadar air gabah 22-26% yang diukur dengan moisture tester.

- Padi berkualitas unggul umumnya berusia sekitar 90 hari.

2. Pelaksanaan Panen Padi

1. Tahapan Pekerjaan :

- Memotong padi satu rumpun dengan menggunakan sabit

- Mengumpulkan hasil panen di dekat mesin perontok padi yang

bernama power tresher.

2. Hasil Pekerjaan :

Padi yang sudah dipanen dikumpulkan dengan cara ditumpuk dan

nantinya akan dirontokan dengan mesin perontok yang bernama

power tresher.

3. Keterangan :

- Alat yang diperlukan adalah sabit yang sangat tajam.

3. Perontokan Padi Dengan Tangan

1. Tahapan Pekerjaan :

Page 17: padi 2

- Padi hasil panen yang telah dikumpulkan, setelah itu digenggam

dengan kedua tangan.

- padi terebut kemudian dibanting pada alat yang disebut gebotan,

sehingga bulir padi kemudian rontok dan terkumpul pada alas

yang sudah diletakkan di bawah gebotan.

2. Hasil Pekerjaan :

Padi akan terpisah dari jeraminya dan terkumpul di alas yang sudah

disediakan.

3. Penghitungan hasil padi per ukuran luas petak sampel :

Luas Lahan 10.000 m2 = 1 ha

Luas Lahan Sample = 4 m2 = 4.10-4 ha

Berat Sample = 0,914 kg = 914.10-6 ton

Hasil 1

4.10−4x 914.10−6=2,285 ton /ha

4. Keterangan :

Alat perontok tradisional yang bernama gebotan memiliki keunggulan

ialah ramah lingkungan dan sangat sedikit dalam hal kehilangan

hasil.

4. Perontokan Padi Dengan Mesin

1. Tahapan Pekerjaan :

- Menyalakan mesin perontok padi.

- Memasukkan padi ke mesin perontok.

- Setelah itu, mengumpulkan rontokan padi untuk dijadikan

sebagai sample.

2. Hasil Pekerjaan

Bulir padi akan keluar dari mesin perontokan dan sudah terpisah

dengan jerami.

3. Penghitungan hasil padi per ukuran luas petak sampel :

Luas Lahan 10.000 m2 = 1 ha

Luas Lahan Sample = 4 m2 = 4.10-4 ha

Berat Sample = 0,914 kg = 914.10-6 ton

Page 18: padi 2

Hasil 1

4.10−4x 914.10−6=2,285 ton /ha

4. Keterangan :

Penggunaan mesin perontok yang bernama "Power Tresher" dapat

mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi.

4.2 Pembahasan

Umumnya, padi dapat dipanen ketika umur padi telah mencapai antara

110-115 hari setelah tanam, gabah pada malai padi sudah berwarna kuning yang

memiliki persentase mencapai 90% sampai 95%,malai padi menunduk karena

menopang bulir-bulir beras. Selain itu, kadar air gabah 22-26% yang diukur

dengan moisture tester. padi yang dipanen ketika butir gabah terasa keras bila

ditekan dan apabila dikupas, tampak isi butir gabah berwarna putih dan keras bila

digigit.

Jika kita memanen padi terlalu awal akan menyebabkan mutu gabah

rendah, banyak beras yang akan pecah ketika digiling, berbutir hijau, serta

nampak berbutir kapur. Sedangkan jika kita memanen padi terlambat, maka akan

menyebabkan produksi menurun karena gabah banyak yang rontok. Penanganan

pascapanen bertujuan untuk menekan kehilangan hasil, meningkatkan kualitas,

daya simpan, daya guna komoditas pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan

meningkatkan nilai tambah. Berkaitan dengan hal tersebut maka kegiatan

pascapanen padi meliputi :

a. Penumpukan dan Pengumpulan, merupakan tahap penanganan pasca panen

setelah padi dipanen. Ketidaktepatan dalam penumpukan dan pengumpulan

akan berakibat kehilangan hasil yang cukup tinggi, oleh sebab itu pada waktu

penumpukan dan pengumpulan padi harus menggunakan alas.

b. Perontokan, merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan,

penumpukan dan pengumpulan padi. Cara perontokan padi telah mengalami

perkembangan dari cara digebot menjadi penggunaan pedal tresher dan power

tresher.

Page 19: padi 2

c. Pengeringan, merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai

nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan

dalam waktu yang cukup lama.

d. Penyimpanan, merupakan suatu tindakan untuk mempertahankan gabah/beras

agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Cara penyimpanan

gabah/beras dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Sistem curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat

yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca.

2. Cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik,

karung goni, dan lain-lain.

Alat-alat panen padi sangat bervariasi, mulai dari tradisional hingga

modern. Ani-ani adalah alat pemanenan padi secara tradisional. Ani-ani memiliki

kelebihan yaitu mampu memotong padi varietas lokal berpostur tinggi, sedangkan

kekurangan dari ani-ani adalah tidak mampu memanen padi pada lahan yang

sangat luas, karena membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu. Kedua, sabit

adalah alat pemanenan yang berkembang setelah ani-ani. Kelebihan dari sabit

adalah alat panen manual untuk memotong padi dengan cepat, dan dapat menekan

kehilangan hasil panen sebesar 3%. Kekurangan dari sabit adalah penggunaan

sabit dapat berjalan dengan cepat, namun tidak mampu memanen padi pada lahan

yang sangat luas, karena membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu. Reaper

Binder adalah alat modern yang banyak digunakan pada zaman yang serba

modern in. Reaper Binder memiliki kelebihan yaitu mampu memotong padi

dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti

berbentuk sapu lidi ukuran besar. Sehingga memudahkan petani dalam hal

memanen hasil padi, sedangkan kekurangannya adalah dapat menimbulkan polusi

yang dihasilkan dari asap mesin reaper binder. Hal ini akan mengakibatkan

penurunan kondisi dari lingkungan sekitar penanaman, seperti tercemarnya tanah.

Cara panen padi juga bermacam-macam mulai dari pengunaan gebotan,

pedal tresher dan Power Tresher. Digebot adalah cara tradisional yang masih

banyak digunakan oleh petani Indoneia. Kelebihan dari digebot adalah ramah

lingkungan dan sangat sedikit dalam hal kehilangan hasil. Namun kekurangannya

Page 20: padi 2

terletak pada penggunaan tenaga manusia yang mengakibatkan penggunaan

metode ini tidak dapat merontokkan padi dalam jumlah banyak karena kurang

efisien dalam pemakaiannya. Pedal Tresher adalah alat perontok padi yang cukup

canggih karena memiliki kelebihan mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah

dioperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, cukup diperasikan oleh satu orang

dengan kapasitas kerja 75-100 kg per hari. Namun kekurangan dari alat ini adalah

tidak semua padi yang dirontokan menghasilkan hasil yang baik, terkadang padi

yang dirontokkan dengan alat ini tidak terkelupas semua. Power Tresher adalah

alat erontok yang paling canggih pada abad ke 20 ini, dengan kelebihan yang

dimilikinya adalah sangat menghemat tenaga karena sumber tenaga penggeraknya

adalah mesin, kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi, dapat

merontokkan padi dalam jumlah banyak. Namun power tresher juga memiliki

kekurangan yaitu menghasilkan gas yang berbahaya bagi lingkungan sekitar,

tingginya kehilangan hasil panen.

Berdasarkan data yang telah ditulis diatas menyatakan bahwa padi dapat

dipanen dengan umur 110-115 hari. Panen padi dapat menggunakan alat-alat

tradisional hingga modern dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh

setiap alat tersebut. Alat tersebut antara lain : ani-ani, sabit dan mesin reaper.

Perontokan padi adalah cara untuk memisahkan padi dengan jeraminya sehingga

dihasilkan bulir padi. Alat perontok yang paling umum digunakan oleh petani

Indonesia adalah gebotan. Namun penggunaan pedal tresher dan power tresher

adalah alat perontok padi yang dapat merontokkan padi dalam jumlah yang

banyak dan menghemat waktu. Kedua alat tersebut menjadi alat pembantu para

petani untuk merontokkan padinya dengan cepat.

Produksi padi ciherang memiliki hasil panen yang selalu diatas rata-rata,

yaitu antara 5,5-8,5 ton/ha, dengan rata-rata produksi sebesar 6 ton/ha. Bahkan di

salah satu wilayah Indonesia produksi padi Ciherang mencapai 10 ton/ha. Angka

tersebut jauh di atas rata-rata produksi panen padi dengan menggunakan bibit

seperti IR 64 yang hanya mencapai 5 ton/ha. Produksi padi Ciherang diatas rata-

rata karena mampu menahan serangan dari wereng coklat yang dapat menurunkan

Page 21: padi 2

jumlah produksi padi, dan dapat menahan serangan dari penyakit hawar daun.

Oleh karena itu, padi Ciherang sangat berbeda dengan varietas padi yang lainnya.

Page 22: padi 2

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kriteria panen padi ditandai dengan gabah pada malai padi sudah berwarna

kuning yang memiliki persentase mencapai 90% sampai 95%, malai padi

menunduk karena menopang bulir-bulir beras, butir gabah terasa keras bila

ditekan. Apabila dikupas, tampak isi butir gabah berwarna putih dan keras bila

digigit, Padi dapat dipanen pada umur antara 110-115 hari setelah tanam, kadar

air gabah 22-26% yang diukur dengan moisture tester dan umumnya padi

berkualitas unggul umumnya berusia sekitar 90 hari.

2. Pemanenan padi dapat menggunakan alat seperti : ani-ani, sabit dan Reaper

Binder.

3. Perontokan padi dapat menggunakan alat dari tradisional hingga modern,

seperti penggunaan : gebotan, pedal tresher dan power tresher.

5.2 Saran

1. Seharusnya keadaan praktikum harus lebih kondusif.

2. Kurang jelasnya informasi yang diberikan oleh narasumber, karena di setiap

golongan hanya disediakan 1 narasumber.

Page 23: padi 2

DAFTAR PUSTAKA

Perdana, Adhi Surya. 2011. Budidaya Padi Gogo. [Sumber Online]. Terdapat httpsawitwatch.or.iddownloadmanual%20dan%20modul148_Budi%20daya%20Padi%20Gogo%201.pdf diakses pada 24 Maret 2014.

Norsalis, Eko. 2011. Padi Gogo dan Sawah. [Sumber Online] 14 Halaman. Terdapat pada httpskp.unair.ac.idrepositoryGuruIndonesiaPadigogodansawah_ekonorsalis_17170.pdf diakses pada 24 Maret 2014.

Setyono, Agus. 2010. Perbaikan Teknologi Pasca Panen Dalam Upaya Menekan Kehilangan Hasil Padi. [Sumber Online]. Vol 3 (3), 15 Halaman. Terdapat pada httpstaff.unila.ac.idbungdarwinfiles201111A-pascapanen-padi.pdf diakses pada 24 Maret 2014.

Soemadi, Widyaningsih. 1997. Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Solo : CV Aneka

Satphati, dkk. 2012. Impact of Seedling Spacing and Fertilizer on Brown Plant Hopper, Nilaparvata lugens Stal. Incidence in Rice Field. [Sumber Online]. Vol. 29, No. 1: 11 Halaman. Terdapat pada httpjbcr.inwp-contentuploads201207impact-on-seedling-ref.pdf diakses pada 24 Maret 2014.

Syam dan Wurjandari. 2003. Masalah Lapang Hama Penyakit Hara Pada Padi. Bogor : Rice Knowledge Bank Version.

Sulistiaji, Koes. 2007. Alat dan Mesin (Alsin) Mesin Panen dan Perontokkan Padi di Indonesia. Serpong : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.

Hasbi. 2012. Perbaikan Teknologi Pascapanen Padi di Lahan Suboptimal. [Sumber Online]. Vol. 1 (2), 11 Halaman. Terdapat pada

httpwww.pur-plso-unsri.orgupload_file25-80-1-PB.pdf diakses pada 24 Maret 2014

Sinar Tani. 2013. Panen dan Pasca Panen Padi. [Sumber Online]. Terdapat pada httpwww.litbang.deptan.go.iddownloadone377filePANEN-DAN-PASCA-PANEN-PADI.pdf diakses pada 24 Maret 2014.

Page 24: padi 2

DOKUMENTASI

Gambar 1. Alat perontok padi (Power Tresher)

Gambar 2. Alat Mesin Pemanen Padi (Reaper Binder)

Page 25: padi 2