Diktat Padi

83
Padi (Oryza sativa L.) I. Pendahuluan A. Asal Usul Tanaman Padi Pertanian diawali dengan usaha padi-padian (cereals) pada suatu tempat di Timur dekat yang disebut Fertile Crescent. Pada zaman itu jenis padi-padian yang dominan adalah terigu dan barley liar. Di Asia selatan & tenggara padi telah diusahakan sejak zaman prasejarah. Pendapat para ahli tentang asal-usul tanaman padi adalah China dan India. China sebagai negara asal menurut para ahli didasarkan pada : a. Sastrawan-sastrawan China menyebutkan : tanaman padi telah dibudidayakan sejak 5000 tahun SM oleh Kaisar SHEN-MUNG. b. Di RRC banyak terdapat jenis-jenis padi liar, terutama di daerah China yang berbatasan dengan India. Jenis- jenis padi ini menjadi cikal bakal Oryza sativa L yang diusahakan sekarang. Ini sesuai dengan teori N.I.Vavilov , bahwa daerah asal usul suatu tanaman ditandai dengan banyaknya jenis-jenis liar (pemusatan jenis-jenis liar ) didaerah tersebut. India sebagai daerah asal tanaman padi didasarkan pada kenyataan, bahwa India adalah penyebar tanaman padi ke seluruh dunia. Dari India menyebar ke negara-negara Asia Bagian Timur, seperti Jepang, Philipina, dan kepulauan di 1

description

diktat kuliah tentang tanaman padi

Transcript of Diktat Padi

Perbandingan sifat morfologik, fisiologik 3 ras O

Padi (Oryza sativa L.)

I. PendahuluanA. Asal Usul Tanaman Padi

Pertanian diawali dengan usaha padi-padian (cereals) pada suatu tempat di Timur dekat yang disebut Fertile Crescent. Pada zaman itu jenis padi-padian yang dominan adalah terigu dan barley liar. Di Asia selatan & tenggara padi telah diusahakan sejak zaman prasejarah.

Pendapat para ahli tentang asal-usul tanaman padi adalah China dan India.China sebagai negara asal menurut para ahli didasarkan pada :

a. Sastrawan-sastrawan China menyebutkan : tanaman padi telah dibudidayakan sejak 5000 tahun SM oleh Kaisar SHEN-MUNG.

b. Di RRC banyak terdapat jenis-jenis padi liar, terutama di daerah China yang berbatasan dengan India. Jenis-jenis padi ini menjadi cikal bakal Oryza sativa L yang diusahakan sekarang. Ini sesuai dengan teori N.I.Vavilov , bahwa daerah asal usul suatu tanaman ditandai dengan banyaknya jenis-jenis liar (pemusatan jenis-jenis liar ) didaerah tersebut.

India sebagai daerah asal tanaman padi didasarkan pada kenyataan, bahwa India adalah penyebar tanaman padi ke seluruh dunia. Dari India menyebar ke negara-negara Asia Bagian Timur, seperti Jepang, Philipina, dan kepulauan di Lautan Pasifik, seterusnya ke negara-negara sebelah selatan Malaysia, dari Malaysia ke Madagaskar dan dari Madagaskar ke negara bagian South Caroline (USA). Dari Malaysia ke Indonesia dibawa orang-orang Malaysia sekitar 1500 SM.

Tanah asal tanaman padi China dan India saja tidak dapat dipertahankan lagi. Craddle (tanah tumpah darah) mungkin juga negara /wilayah lain , sebab banyak negara di belahan bumi ini yang kaya akan jenis liar tanaman padi. Phylogenie : pengertian bahwa semua macam tanaman yang dibudidayakan sekarang berasal dari tanaman sejenisnya di zaman purbakala yang liar dan sangat primitif. Jenis-jenis liar dan sangat primitif tersebut umpamanya : Oryza spontanea, O. officinalis, O. bzevigulata, O. porennis, O. punctata , dan lain sebagainya.

B. Klasifikasi Tanaman Padi

Menurut Hitchock, tanaman padi termasuk Famili : Gramineae (Poaceae), Subfamili : Festucoideae. Sedangkan klasifikasi baru menurut Gould : Subfamili Oryzoideae, suku (trible) Oryzeae. Genus Oryza ada 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan hanya dua, yaitu Oryza sativa L di Asia dan Oryza glaberrima steund di Afrika. Kedua spesies ini diploid ( 2n=24 )

Oryza sativa mempunyai ligula lebih panjang, gluma dan daunnya agak kasar dan dapat tumbuh secara musiman. Oryza glaberima tidak memiliki cabang-cabang sekunder pada malai. Dari pengamatan Lu dan Chang, diketahui bahwa Oryza sativa dan Oryza glaberrima berasal dari leluhur yang sama yaitu Oryza perenis Moench. Melalui proses evolusi keduanya berkembang menjadi 3 ras ecogeografic, yaitu : Sinica (dulu disebut japonica), Indica dan Javanica

Tumbuhan tahunan liar

Perbandingan sifat morfologik, fisiologik 3 ras Oryza sativa

KomponenIndicaSinicaJavanica

Daunlebar-sempit,

hijau mudasempit, hijau tualebar, kaku,

hijau muda

Gabahpanjang-pendek, bulat panjang & agak pipihpendek dan agak bulatpanjang, lebar dan tebal

Anakan BanyakSedangsedikit

BatangSedang - tinggipendek-sedangtinggi

Ekor gabah (awn)umumnya tidak adatidak ada, kalau ada panjangpanjang atau tidak ada

Bulu sekamjarang dan pendeklebat dan panjangpanjang

RontokmudahSedikitsedikit

JaringanLunakKeraskeras

peka terhadap panjang haribervariasitidak atau agak pekaagak peka

Amilosa 23 - 31% 10 - 24%20 - 25%

Golongan Indica di Indonesia disebut Cere atau Cempo ,banyak ditanam di seluruh Asia kecuali di Korea dan Jepang. Sinica (Japonica) banyak ditanam di Jepang, Korea, Eropa (Spanyol, Portugal, Perancis, Bulgaria, Hongaria, Yunani, Yugoslavia, Afrika (Mesir), Australia, Amerika Utara /Selatan dan lain-lain. Indonesia mempunyai varitas khas Indonesia yaitu sub japonica atau Indo japonica yang tidak dibudidayakan atau dijumpai di luar Indonesia. Sub japonica atau Indo japonica ini di Indonesia disebut varitas bulu atau varitas gundil.

Varitas-varitas Indica dan sub japonica yang ada di Indonesia banyak sekali. Penyebaran kedua kelompok tidak merata. Sub japonica dibudidayakan di Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Di luar pulau-pulau tersebut yang diusahakan kelompok Indica. Jika ada kelompok sub japonica berarti dibawa oleh para transmigran.

Perbedaan Indica dan Indo Japonica

SifatIndicaIndo Japonica

BatangKecil - sedang Sedang - besar

Ukuran daunCiut-sempitLebar

Warna daunHijau mudaHijau tua

Daun kelopakMendatar atau sedikit melengkungTegak/tegap/lurus menjulang

Pubescens pada daun kelopakSedikit Banyak

GabahKecil-sedangSedang-besar

Rontokmudahtidak

Daya merumpunTinggi (sekali)Rendah-sedang

Daya hasilTinggi (sekali)sedang

RebahMudah Tidak mudah

Kekurangan airTahan kurang

Ketahanan terha-dap hama sundeptinggikurang

Pengaruh photo-periodesitasBanyak dipengaruhiTidak dipengaruhi

Kadar AmyloseSedang-tinggiKurang-sedang

C. Pengembangan dan Kegunaan Tanaman Padi di Indonesia

Beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Zat gizi yang dikandung beras mudah dicerna dan mempunyai nilai gizi tinggi.

Perbandingan komposisi kimiawi dengan beberapa pangan lainnya.

Jenis PanganKadar

ProteinLemakK. HidratAir

Beras pecah kulit

Beras Jagung Kuning

Ubi kayu

Ubi jalar

Kentang8

10

1

-

20,6

5

0,9

0,5

0,276

68

37

27

2112

15

27

64

73

Beras juga merupakan makanan utama di beberapa negara Asia Timur. Lebih dari 50% areal pertanian padi terdapat di Asia. Masalah pangan, khusus beras menjadi pusat perhatian serta kebijaksanaan pemerintah sebab :

1. Beras besar peranannya dalam menentukan stabilitas ekonomi, politik dan sosial

2. Merupakan makanan pokok (sebagian besar bangsa Indonesia)

Pertambahanan jumlah penduduk dan pergeseran makanan pokok dari nonberas menjadi beras mengakibatkan permintaan akan beras selalu meningkat.

Usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi beras ada beberapa priode :

1. PraBimas (1952 1963)

Untuk melaksanakan intensifikasi dibentuk suatu badan yang disebut Padi Sentra (1958) yang didukung badan lain KOGM (Komando Operasi Gerakan Makmur). Masa ini merupakan cikal bakal BIMAS. Pada masa ini ditemukan Varietas unggul nasional Bengawan oleh Balai Penelitian Pertanian, kemudian disusul Varietas Jelita, Dara, Si Gadis dan lain-lain. Pada saat Pra-Bimas juga digunakan Varietas unggul lokal di tiap daerah. Kenaikan produksi pada saat ini lebih dari 20%. Padi sentra mengalami kegagalan karena lemahnya infrastruktur pada saat itu, penyuluhan tak ada. Semua tugas pelayanan dijalankan petugas padi Sentra, mulai dari pemberian kredit, bimbingan teknis hingga penarikan kredit.

2. Priode Demas dan Bimas (1963 1967)

Menghadapi kegagalan padi Sentra. Depdikbud mengadakan pilot proyek yang dibiayai LKPM (Lembaga Koordinasi Pengabdian Masyarakat). Pertama dilaksanakan di Karawang Jabar (1963/1964). Pelaksana IPB dengan menggerakkan Dosen dan Mahasiswa. Peningkatan hasil pada tiga desa yang dicobakan, 36 %, 168 %, 150 %. Karena berhasil Departemen Pertanian mengadakan program DEMAS hampir di seluruh Indonesia. Pada tahun berikutnya DEMAS berubah menjadi BIMAS. Tenaga penyuluhan adalah mahasiswa pertanian di berbagai daerah.

Semakin luas BIMAS, partisipasi mahasiswa menurun, secara bertahap diganti penyuluh pertanian. Program BIMAS bersamaan dengan musibah G 30 S/PKI, program BIMAS terus berjalan. Sejalan dengan itu dibentuk KOPERTA (Koperasi Pertanian). Dalam periode ini juga dijalankan INMAS yang dilakukan tanpa bantuan kredit pada petani. Tahun 1968 diperkenalkan varietas PB5 dan PB8 (IR5 dan IR8) dari IRRI.3. Periode Pelita I dan II, III dan IV

Bimas makin meluas dan untuk mendukung program intensifikasi :a. Perbaikan Irigasi dan prasarana lainnya

b. Perbaikan sistem dan organisasi penyuluhan

c. Perbaikan padiDidapat varietas unggul yang tahan hama dan penyakit utama, seperti hama wereng, varietas unggul Pelita sebagai hasil silang varietas IR oleh ahli Indonesia di LPP Bogor dan PB26 yang tahan wereng coklat oleh IRRI. Selanjutnya diperkenalkan pula varietas tahan wereng seperti PB28, PB30, PB32. Wereng cokelat mampu mengeluarkan generasi baru, varietas yang semula tahan dapat diserang. Pada tahun 1976 diedarkan PB36 dan PB38.

d. Berkembangnya Industri pupuk nasional

e. Didirikan Perum Sang Hyang Seri dalam rangka pengadaan benih unggul

f. Perbaikan kelembagaan koperasi dengan dibentuknya KUD.

Pada waktu pelaksanaan PELITA, beberapa daerah rawan pangan dapat diangkat menjadi daerah cukup pangan seperti NTT dan Gunung Kidul. Pada tahun 1985 tercapai swasembada beras.4. Periode Setelah Swasembada

Setelah swasembada, muncul masalah baru yaitu pemerintah melalui BULOG yang tidak siap menampung kenaikan produksi, akibatnya harga turun. Selain itu beras yang dihasil petani kualitasnya rendah tidak dapat disimpan lama, sehingga petani mengalami kerugian. Masalah lain yaitu masih terkonsentrasinya daerah utama padi di Pulau Jawa. Masalah lain lagi yang juga dihadapi adalah alih fungsi dari sawah subur dan produktif menjadi lahan perumahan, industri, jalan atau ditanam komoditi lainnya. Akibatnya Indonesia kembali kekurangan produksi sehingga perlu terobosan baru dalam peningkatan produksi.

Pada tahun 1987, diperkenalkan Supra Insus yaitu gerakan Insus dalam skala lebih luas. Paket Teknologi yang diterapkan ditambah dengan zat perangsang tumbuh. Hasilnya cukup memuaskan. Akan tetapi seperti teknologi lainnya suprainsus mengalami pelandaian peningkatan produksi, sehingga perlu dicari terobosan lain, terutama untuk daerah luar Jawa dengan irigasi skala besar.

II. Morfologi Tanaman Padi

Morfologi suatu tanaman menggambarkan produktivitasnya. Morfologi tanaman menyangkut bentuk dan struktur tanaman dan dasar utama untuk klasifikasi tanaman. Morfologi tanaman digunakan sebagai alat untuk mengenal adaptasi tanaman terhadap lingkungan. Bentuk luar tanaman merupakan hasil akhir proses morfogenesis proses pemisahan dan perkembangan selsel menjadi bentuk jaringan /organ tanaman. Proses morfogenesis terjadi dalam tingkat selluer yang menentukan asal muasal sifatsifat morfologi dan bentuk keseluruhan tanaman /organ. Beberapa ahli mengartikan morfogenesis sebagai suatu pengertian yang menyatu dengan perkembangan tanaman. Perkembangan tanaman mempunyai 3 proses yaitu : pertumbuhan, pemisahan selsel (cellular differentiati) dan morfogenesis

a. Akar

Akar tanaman padi digolongkan akar serabut. Akar primer (radikula) yang tumbuh sewaktu berkecambah bersama akarakar lain yang muncul dari janin dekat bagian buku skutellum disebut akar seminal, berjumlah 1 - 7. Akarakar seminal selanjutnya akan digantikan oleh akarakar sekunder yang tumbuh dari buku terbawah batang. Akar-akar ini disebut adventif atau akarakar buku karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio.

Perkembangan akar menunjukkan hubungan tertentu dengan perkembangan daun. Bila daun ke-n pada batang utama telah memanjang, maka muncul akar sekunder pada buku ke(n-3). Akar tanaman padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder. Dengan demikian diameter akar tidak banyak berubah sejak tumbuh. Biji yang dikecambahkan dalam keadaan gelap akan menghasilkan akar mesokotil. Akar ini juga akan tumbuh bila ditanam terlalu dalam atau bila ada perlakuan benih.

Padi sawah akan membentuk 6 orde perakaran dan diameter akar orde terakhir selalu lebih kecil dari orde sebelumnya. Perkembangan akar tanaman padi sangat dipengaruhi oleh tersediaanya unsur N. Pertumbuhan akar hanya akan terjadi secara aktif bila kadar N pada batang > 1 %.

b. Anakan

Anakan/tunas tanaman padi mulai tumbuh setelah tanaman memiliki 4 - 5 daun. Perkembangan anakan erat kaitanya dengan perkembangan daun. Apabila daun pada buku ke-n telah memanjang, muncul anakan diketiak daun pada buku ke (n-3). Aturan ini juga berlaku untuk anakan sekunder dan tersier. Dengan demikian tumbuhnya anakan dan akar terjadi pada saat yang bersamaan pada buku yang sama.

Koleoptil dan daun pertama umumnya tidak menghasilkan anakan. Tanaman padi memiliki pola anakan berganda (anak beranak). Dari batang utama tumbuh anakan primer dengan sifat heterotropic sampai anakan ini memiliki 6 daun dengan 4 - 5 akar. Dari anakan primer tumbuh anakan sekunder yang kemudian menghasilkan anakan tersier. Dengan demikian bila daun ke-13 telah muncul pada batang utama dan pertumbuhan berjalan normal, maka akan terdapat 40 anakan terdiri dari : 9 anakan primer, 21 anakan sekunder, 10 anakan tersier. Tetapi tidak semua mata tunas tumbuh jadi anakan, karena ditentukan oleh jarak tanam, radiasi, hara mineral dan budidaya.

Tanaman pindah (transplanting) dapat menghasilkan 10-30 anakan. Tanaman sebar langsung hanya menghasilkan 2-5 anakan. Anakan terseier tidak begitu dikendaki karena menghasilkan pertumbuhan malai terlambat masak dan kalah bersaing dengan yang lain. Kapasitas anakan menjadi salah satu sifat utama yang penting. Menurut Yushida, tanaman bertipe anakan banyak cocok untuk berbagai keragaman jarak tanam, mampu mengkompensasi rumpunrumpun yang mati dan mencapai luas daun dengan cepat. Menurut Murata dan Matsushima, kadar N tanaman > 3,5 % telah cukup untuk merangsang pembentukan anakan. Pada kadar N 200 mm/bulan) untuk penggenangan. Penggenangan akan mengubah tanah dari keadaan oksidatif menjadi reduktif. Padi dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi anaerob (reduktif) dengan menyalurkan O2 atau senyawa oksidatif dari daun ke akar dan Rhizosfer ( daerah perakaran). Sumber oksigen adalah dari assimilasi dan respirasi.Keuntungan penggenangan yaitu :

a. rendahnya potensi redox (redok potensial ) sehingga tidak akan terjadi kekurangan besi dan keracunan mangan.

b. terjadinya perubahan pH ke arah netral

c. Menumpuknya ammonium sehinga memudahkan terserapnya unsur N untuk tanaman.

d. Meningkatnya kelarutan besi, mangan, fosfor dan silikat.

e. Kondisi tanah menjadi lebih sesuai untuk perkembangan padi dan menghambat pertumbuhan gulma.

Masa penggenangan gogo rancah juga dapat ditentukan dengan melihat akar padi. Pada permulaan padi gogo rancah mempunyai banyak akarakar pendek dan rambut akar. Bila tanah sudah basah terdapat akarakar lurus panjang berwarna putih. Jika sudah banyak terdapat akarakar ini, gogo rancah sudah dapat dijadikan padi sawah biasa. Apabila curah hujan tidak cukup untuk menggenangi sawah, atau curah hujan tidak merata, maka padi dapat dibiarkan hidup terus dengan baik sebagai gogo biasa.

Pupuk N untuk gogo rancah lebih rendah dari pada padi sawah dan tergantung juga pada varietas yang dipakai. Secara umum dipupuk dengan 90 kg N, 60 kg P2O5 dan 50 kg K2O per ha. Pupuk dasar diberikan dalam barisan atau ditugal, sebab akan lebih efisien bila ditempatkan dalam tanah (ditutup dengan tanah). Pemupukan N susulan dilakukan dua atau tiga kali pada umur 49 hari setelah tanam, stadia primordia, stadia leading.

Keuntungan mengusahakan gogo rancah :

a. Sawah dapat dibuka sebelum hujan turun

b. untuk pengolahan tanah tidak perlu air

c. tidak perlu persemaian

d. dapat ditanam lebih awal

e. tidak mudah terkena penyakit mentekf. setelah gogo rancah dapat ditanam palawija

g. tidak tergantung banyaknya curah hujan, resiko mati karena kurang air sedikith. produksi lebih tinggi

i. dapat menghindari masa paceklik di daerah daerah tadah hujan

D. Bercocok Tanam Padi Pasang Surut

Enam sampai tujuh juta ha lahan pasang surut dan rawa di Indonesia digunakan untuk usaha pertanian, sebagian besar berada di Sumatera dan Kalimantan. Hasil daerah pasang surut yang baru dibuka 1,0 ton/ha dan yang suka lama dibuka, bisa mencapai 2,5 ton/ha.

Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa melalui pengelolaan tanah dan air, pemupukan, proteksi tanaman, teknik bercocok tanam serta pola tanam yang tepat serta bibit unggul, maka produktivitas lahan pasang surut dapat ditingkat.1.Persiapan Lahan

Tidak dilakukan pengolahan tanah dengan cangkul dan garu. Persiapan tanah hanya dengan membabat gulma pada pangkalnya dengan alat yang disebut tajak. Bahsa Banjarnya disebut Manabas / manabas ampar. Rumput/gulma yang sudah ditebas dibiarkan membusuk dalam air selama 12 14 hari. Pembusukan secara anaerobik ini berjalan lambat dan tidak sempurna. Untuk mempercepat pembusukan tanah ditumpuk jadi onggokan - onggokan berdiameter 4060 cm yang disebut puntalan. Setelah 12-15 hari puntalan dibalik agar pembusukan merata. Dua minggu kemudian puntalan sudah membusuk dan dapat digunakan sebagai kompos yang ditebar merata di atas tanah (maurai/mahambur puntalan). Tanah siap untuk ditanami.

Kompos bermanfaat untuk padi dan juga untuk mengendalikan gulma secara total. Menurut KUILMAN dan VANDER MEULEN, tanpa kompos padi pasang surut tidak berhasil dengan baik. 2.Persemaian

Bibit yang dipakai biasanya varietas lokal yang berumur 9 11 bulan, dengan tinggi tanaman 140 170 cm, toleran terhadap beberapa hama penyakit utama dan telah beradaptasi dengan keadaan lingkungan pasang surut. Kelebihan varietas lokal mudah diperoleh, memerlukan pemeliharaan yang sangat minim, beradaptasi dengan lingkungan pasang surut yang khas, seperti genangan, kandungan Al dan Fe yang tinggi serta pH rendah. Karena umur panjang, penanaman 1 kali setahun. Untuk penanaman dua kali setahun perlu bibit unggul yang cocok dan berumur pendek dan waktu tanam yang tepat serta digabung varietas lokal.

Pesemaian biasanya dilakukan 3 kali yaitu persemaian I (taradakan), persemaian II ( ampakan), dan persemaian III (lacakan).a. Persemaian I (Taradakan)

Menjelang musim hujan (oktober / november) dibuat pesemaian kering (manaradak). Bibit yang tumbuh disebut taradakan dan persemaiannya juga taradakan. Tanah yang tidak terendam air dibersihkan dari gulma, lalu digembur dan diratakan. Lubang tugal sedalam 4-5 cm dengan jarak 15 20 cm diisi 40 60 butir benih.

Untuk taradakan seluas 25 30 cm2 cukup 1 kg benih. Untuk 1 ha luas 125 150 m 2 dengan benih 5 kg umur taradakan 35 40 hari. Jika tanah terendam air dibuat persemaian basah yang disebut palaian karena keadaan darurat umur palaian 12 16 hari. Palaian ada 2 macam ; yaitu palaian biasa dan palaian terapung.Palaian Biasa

Pada tanah 2m x 5 m dibuat pagar keliling dari batang pisang. Petak tersebut diisi lumpur sehingga lebih tinggi beberapa cm dari permukaan air. Benih disebar rapat sekali, 1 kg benih untuk 1,5 2,0 m2 persemaian. Untuk 1 ha cukup 5 kg benih dengan luas persemaian 7,5 10 m2. Cara ini dilakukan kalau permukaan air tak terlalu tinggi.

Palaian Terapung

Jika permukaan air terlalu tinggi, dibuat palaian terapung. Batang pisang dipotong melintang sepanjang 1 2 m. Lalu diambil / dikupas kelopaknya. Kelopak-kelopak ini diapungkan di atas air dan diisi lumpur setebal 6 8 cm. Benih disebar rapat sekali sedemikian rupa sehingga 1 kg benih cukup untuk 1,5 2,0 m2 persemaian. Untuk 1 ha butuh benih 5 kg benih, luas persemaian 7,5 10m2.

Dipalembang cara biasa disebut semirik dan persemaian kering disebut nogal.

b. Persemaian II (Ampakan)

Bulan Desember / Januari air makin tinggi (pasang besar) bibit dipindahkan ke petak yang lebih besar yang disebut maampak yang di Sumatera Selatan disebut mecah. Luas ampakan 20% dari areal pertanaman. Tujuan maampak adalah untuk membesarkan dan menguatkan serta memperbanyak bibit.

Ampakan dipupuk dengan 100 kg ZA/ha dan 75 kg TSP/ha. Setelah berumur 35-45 hari bibit dipindah ke petakan yang lebih luas (30% dari areal pertanaman).

c. Persemaian III ( lacakan)

Bulan januari / Februari, curah hujan telah melampaui maksimum, dan keadaan air di lapangan sedang memuncak. Bibit dipindah lagi ke tempat yang lebih luas yang disebut lacakan. Bibit dilacak dengan barisan tertentu dengan jarak 10 15 cm. Bibit dari ampakan dicabut / digali dengan perang, dibagibagi/dipecah dan daunya dipotong sedikit, kemudian ditanam dengan jarak 50 cm, 3-4 bibit per lubang. Luas lacakan 30% dari luas areal pertanaman. Umur bibit dilacakan 50 70 hari dan siap ditanam jika keadaan air surut dan keadaan baik untuk penanaman.

3.Penanaman

Jarak tanam yang biasa dipakai petani 42,5 x 42,5 cm. Yang baik 35 x 35 cm atau 30 x 30 cm dan 40 x 40 cm. Kurang dari 30 cm atau diatas 40 cm, hasil gabah berkurang. Menanaman dengan tugal, membuat lobang tugal bersamaan dengan saat tanam yang dilakukan satu orang.

Jika menggunakan varitas unggul, cara bercocok tanam padi pasang surut dimodifikasi. Menjelang musim hujan oktober / november, benih disemai secara lansung / ditugal dan kirakira 4 bulan kemudian (Januari / Februari) sudah dapat dipanen.

4. Pemupukan

Secara tradisional padi pasang surut tidak dipupuk selain pupuk hijau / organik. Bagi petani yang rajin bisa memakai 10 kg garam dapur / ha. Setiap 3 tahun. Na+ pada garam mendesak K+ dalam tanah sehingga tersedia bagi tanaman dan Mg+ juga dapat diambil tanaman karena garam mengandung Mg+. Pemberian garam setiap tahun menyebabkan tanah jadi rusak / jelek karena mungkin konsentarsi Cl- yang berlebihan. Pertanaman dengan bibit unggul biasa telah dipupuk dengan pupuk anorganik.

Pada pasang surut tipe A, pemupukan N tidak efektif sebab air terlalu dalam. Untuk tipe B, dipupuk dengan Sulfur Coated Urea (SCU) sebanyak 27 kg N/ha. Untuk tipe C dengan tanah aluvial dengan P rendah, dipupuk NPK : 40-60 0 untuk varietas lokal dan 60 60 0 untuk unggul. Pemberian N dilakukan dua kali, yaitu 50 % saat tanam dan 50 % saat primordia bunga. P diberikan semua saat tanam.

Tipe Lahan pasang Surut.

Tipe A : Langsung dipengaruhi air pasang, baik pasang kecil atau besar.

Tipe B : langsung dipengaruhi air pasang tetapi hanya diluapi pasang besar saja

Tipe C : tidak diluapi air pasang besar / kecil, tapi dipengaruhi pasang melalui perembesan dalam tanah.

Tipe D : daerah pasang surut yang sudah terlepas dari pengaruh pasang baik langsung / tidak, disebut juga lahan tadah hujan pasang surut.Tipe A dan B disebut lahan pasang surut langsung dan tipe C, lahan pasang surut tidak langsung.

E. Padi, Rawa

Dibagi jadi 2, yaitu : Padi air dalam (di kalimantan disebut surung) dan Padi lebak ( dikalimantan disebut rintak). Padi air dalam diusahakan awal musim hujan. Sedangkan padi lebak pada akhir musim hujan. Padi air dalam berbunga musim, mampu memanjang, tahan perendaman dan dapat tegak kembali setelah rebah. Umur dalam ( 5- 6 bulan) daya hasil 2- 2,5 ton/ha gabah kering. Padi lebak tak berbunga musim, dan umurnya pendek ( 4 bulan ) dan berbatang tinggi. Padi air dalam juga terkenal tahan keracunan terutama gas H2S yang dihasilkan dari perombakan organik secara anaerobik. Selain H2S juga dihasilkan asam asam organik dan zatzat lain yang beracun. Air yang tercemar zatzat ini menjadi kotor dan berbau busuk. Tanaman padi yang kena air kotor ini langsung mati, oleh sebab itu perlu varietas yang tahan.

1. PersemaianBila curah hujan pada awal musim hujan (oktober / November) tidak begitu besar, tidak memerlukan persemaian, padi langsung ditugal di areal pertanaman, setelah dibersihkan. Cara ini disebut sistem gogo rancah. Hanya saja resikonya besar, bila hujan turun terus menerus, maka bibit mati terendam.

Bila butuh persemaian, dibuat pada tanah yang tidak terendam. Tanah dibersihkan lalu digemburkan dan diratakan. Benih ditugalkan dengan jarak 5-7 cm dan diisi 15 25 butir perlubang tugal. Setelah berumur 25-30 hari, bibit dipindah ke areal pertanaman. Persemaian II dibutuhkan jika yang dipakai varietas yang tidak mampu manjang.

Kebutuhan benih 30 35 kg/ ha dan untuk merangsang pertumbuhan persemaian dipupuk dengan urea 20 25 g/m2 ketika bibit berumur 1 minggu. Umur bibit pada persemaian II 25-30 hari. Untuk padi lebak, persemaian dibuat ditepi sawah pada guludan rumput yang sudah mulai membusuk dan diberi lapisan lumpur, benih yang digunakan 30 35 kg/ha. Setelah bibit berumur 15 20 hari dipindah ke persemaian II yang tempatnya agak tinggi di sawah. Umur bibit dipersemaian II 20-25 hari.

Tujuan persemaian II agar diperoleh bibit yang kuat dan cukup untuk pertanaman. Persemaian dilaksanakan pada bulan mei.

2. Persiapan Tanaha. Sawah air dalam

Dimulai pada akhir musim kemarau (Sept Oktober ) Rumput dan semaksemak ditebas, dikumpulkan, kemudian dibakar. Jika pembakaran tidak dilaksanakan, bekas tebasan diletakkan dipinggir sawah, dijadikan guludan memanjang mengelilingi sawah. Tanah yang telah dibersihkan siap ditanami dengan benih padi air dalam. Jika hujan turun lebih awal dan tanah mulai berair persiapn tanah dilakukan secara basah. Rumput dan semak ditebas, dikumpulkan dan kemudian dibalik dan akhirnya disebar merata sebagai pupuk hijau. Waktu antara tiap kegiatan 12 14 hari. Tanah siap ditanam dengan bibit dari persemaian I/II.

b. Sawah lebak (Rintak)

Tidak dikenal persiapan tanah secara kering, dan persiapan tanah hanya secara basah. Bulan April, air mulai kurang, dan waktu ini mulai dilakukan persiapan tanah. Rumput / jerami di tebas, dipotongpotong dan ditumpuk dengan luas 5-10 m2. Setelah 3 minggu biasanya sudah membusuk, kemudian digulung dan ditarik kepinggir sehingga membentuk guludanguludan kecil. Dengan demikian sawah jadi bersih dan siap ditanam.

3. Tanam

a. Sawah air dalam (surung)

Untuk sawah air dalam yang persiapan tanahnya secara kering penanaman dengan tugal, tiap lubang 3-4 benih. Jarak tanam 30 x 15 cm atau 20 x 25 cm. Keperluan benih 45 50 kg/ha. Setelah ditugal, benih tidak boleh terendam selama 3 minggu supaya tidak mati. Bibit yang berumur 3 minggu ini akan dapat memanjang mengikuti kenaikan air. Kenaikan air hendaknya jangan lebih dari 15 20 cm perhari, sebab kemampuan memanjang maksimum varitas padi air dalam 20 cm.

Di muangthai, dan Bangladesh keadaan tata airnya berbeda dengan di Indonesia. Dikedua negara itu kenaikan air umumnya berlansung secara berangsurangsur sampai mencapai 3 4 m. Padi air dalam masih dapat mengimbangi kenaikan air.

Masalahnya di Muangthai dan Bangladesh air dapat turun secara tiba tiba karena drainasenya cepat, sehingga padi jadi rebah dan memerlukan varietas padi yang mempunyai kemampuan bangkit cepat. Di Indonesia (seperti Kalimantan) kenaikan air terlalu cepat (dapat mencapai 100 cm per hari), walaupun kadangkadang saja. Tetapi penurunan air secara tibatiba jarang terjadi.b. Sawah Lebak (rintak)

Jarak tanam biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Jumlah bibit perlubang 2 3 batang. Karena elevasi lahan lebak berbedabeda (lebak dalam, tengah dan pinggiran) maka terdapat perbedaan tinggi air, sehingga waktu tanam juga berbeda beda. Tanam paling awal pada lebak yang lebih dangkal. Di daerah Sumatera selatan dikenal 4 macam lebak, yaitu lebak pematang, lebak tengahan, lebak dalam dan lebak lebung. Di Kalimantan Selatan lebak di bagi 3 yaitu watum I ( = lebak pematang), watun II ( = lebak tengahan ) dan Watun III ( = lebak dalam).

4.Pemupukan

a. Sawah surung

Pemupukan dilakukan segera setelah pengolahan tanah selesai, sebelum benih ditugalkan. Dosis pupuk urea 30 Kg N /ha dan TSP 60 kg P2O5/ha disebar merata dan diberikan sekaligus. Pada tanah yang dikerjakan secara basah, pupuk diberikan 2 kali untuk N dan 1 kali untuk P. Tiga hari setelah tanaman N diberikan nya dan P seluruhnya. pupuk N diberikan 30 hari setelah tanam. Pupuk kedua ini kadang-kadang tidak bisa lagi diberikan karena air sudah terlalu dalam. Oleh kartena itu biasanya diberikan sekali saja seluruhnya 3 hari sesudah tanam.

b. Sawah Lebak

Pemupukan sama dengan sawah surung yang dikerjakan secara basah. Urea 30 kg N/ha, setengahnya diberikan 23 setelah tanam dan setengahnya lagi diberikan 30 hari setelah tanam. TSP 60 kg P2O5 / ha diberikan seluruhnya pada waktu 2-3 hari sesudah tanam. Pemupukan kedua N tidak akan terhalang karena air makin surut.

c. PemeliharaanPenyiangan pada sawah rintak perlu dilakukan karena populasi gulma tinggi, pada sawah surung tidak begitu perlu dan kalau dilakukan cukup sekali. Selain itu perlu pemberantasan hama tikus.

VI. PemeliharaanA. Pemupukan

Penyusutan kesuburan tanah sebagian disebabkan hilangnya hara dari tanah sebagai akibat panen, aliran air permukaan (run off) dan pelindian (leaching) sehingga tanah perlu dipupuk. Banyaknya pupuk yang di butuhkan tanaman padi tergantung pada varietas , keadaan tanah , iklim serta jenis pupuk

Tanaman padi membutuhkan hara utama (esensial) N ,P,K, hara pelengkap Ca , mg, S , serta hara mikro seperti Fe, Cu, Zu, Mn, B dan Mo. Kebutuhan tanaman padi akan hara pelengkap dan mikro sedikit sekali dan dapat dipenuhi dari persediaan yang ada dalam tanah. Sedangkan N ,P K tidak demikian.

Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa zat tanaman ke dalam tanah atau tanaman untuk meningkatkan dan atau mempertahankan kesuburan tanah untuk mencapai sasaan hasil. Penggunaan pupuk harus efisien, dimana dengan pupuk yang lebih sedikit diperoleh hasil yang sama atau lebih tinggi. Efisiensi penggunaan pupuk dapat dicapai atau di tingkatkan dengan cara :

a. Pupuk harus tersebar rata, tercampar dengan tanah atau Lumpur, pemupukan dilakukan bersamaan dengan penggaruan dan penyiangan sehingga kehilangan pupuk tidak terjadi.

b. Waktu memupuk tanah harus macak-macak pada sawah sehingga pupuk tidak terbuang bersama air seperti pada air mengalir. Urea yang larut segera diikat oleh partikel- partikel halus tanah.

1. Pupuk N

Unsur N penting untuk pembentukan protein dan senyawa lainnya , menghijaukan daun , merangsang pertumbuhan dan pembentukan anakan. Tanaman padi yang kekurangan N , anakan sedikit, pertumbuhan kerdil daun berwarna hijau muda dan kekuning-kuningan dan malai mati dari ujung terus menjalar ketengah-tengah, serta terjadi kehampaan (sining). Kelebihan N menyebabkan pertumbuhan tanaman sedemikian rupa, sehingga tanaman mudah rebah succulent, dan mudah diserang cendawan (seperti Helmisthosporium oryzae dan Pyricularia oryzae ). Pupuk N dapat berupa Urea, Amonium sulphat atau Amonium Clorida.

Pada tanaman padi sawah yang masih muda pemberian pupuk Ammonium amida lebih bermanfaat di bandingkan yang mengandung nitrat. Dalam keadaan jenuh air amida beralih ke ammonium kemudian di absorbsi tanah dalam bentuk tersedia bagi tanaman / akar. Nitrat tidak di absorbsi tanah tetapi dapat digunakan tanaman dan ganggang yang ada di sawah. Dalam keadaan anaerob nitrat akan lenyap dalam beberapa hari melalui denitrifikasi bila tidak sempat digunakan tanaman.

Jumlah pupuk yang diberikan berkisar antara 90 120 kg N / ha. Pupuk N yang berlebihan akan terjadi suatu proses dalam pertumbuhan yang disebut etioleering (etiolasi), proses yang berarti percepatan dan perpanjangan ruas-ruas batang luar biasa, sehingga tanaman padi peka terhadap hama dan penyakit serta mudah rebah.

Umur tanaman mepengaruhi pengunaan N dan erat kaitannya dengan fase pertumbuhan. Fase Pertumbuhan dan fase pembentukan primordia bunga, tanaman padi sangat memerlukan N. Pemberian N pada awal fase generatif dapat menambah jumlah dan ukuran gabah permalai. Waktu pemberian N yang paling penting adalah sebelum masa anakan maksimum dan pembentukan primordia bunga. Untuk mengurangi resiko kehilangan N sebagai akibat penguapan, leaching dan sebagainya di anjurkan diberikan 3 kali, yaitu sebagai pupuk dasar, pada umur 21 25 hari setelah tanam dan pada fase primordia bunga.2. Pupuk P

Unsur P penting untuk merangsang pertumbuhan akar, pembentukan anakan, cepat berbunga dan tanaman lebih pendek dan kekar. Akar padi jadi banyak, kokoh, kuat dan dapat jauh masuk ke dalam tanah, sehingga mampu menyerap air dari lapisan dalam tanah, sehingga lebih tahan terhadap gejala kekeringan .

Unsur P juga penting untuk pembentukan protein dan buah, serta cepat masak. Tanaman padi yang kekurangan P jadi kerdil dan daun tanaman yang masih muda nampak keunguunguan, panen terlambat dan hasil merosot.

Fosfat di serap semasa pertumbuhan dan mencapai maksimum pada waktu berbunga. Fosfat tanah lambat tersedia terutama pada masa permulaan pertumbuhan, sehingga perlu diberikan pada waktu tanam atau segera setelah tanaman . Pemberian setelah tanam tidak boleh melewati masa pembentukan anakan. Dosis pemberian P2O5 berbeda-beda menurut macam pupuk P dan keadaan kesuburan tanah. Dosis 30 60 kg P2O5/ha telah menunjukkan kenaikan hasil yang nyata. Dosis menimal 24 kg P2O5 / Ha.

Pupuk fosfat ada dua macam yaitu fosfat alam dan pupuk fosfat buatan. Pupuk fosfat alam seperti pupuk fosfat alam Cirebon dangan kadar P2O5 25 28 %, Agrophos dengan kadar 25 %, IMP dengan kadar P2O5 dengan kadar P2O5 19 %. Foafat alam berasal dari batu-batuan yang mengandung PoO5 kemudian dibakar dan digiling halus. Derajat kehalusan tepung sangat menentukan khasiat pupuk fosfat alam makin halus makin baik. Pupuk fosfat alam bersifat bereaksi lemah alkalis, sehingga kurang cocok untuk tanah-tanah sawah yang alkalis.

Pupuk fosfat buatan seperti ES ( enkel super fosfat ) dengan kadar P2O5 14 20 %, DS ( double super fosfat ) kadar P2O5 36 38 %, TS ( triple super fosfat ) dengan kadar P2O5 46 48 % P2O5 . Pemupukan fosfat mempunyai pengaruh residu ( residu effect ) ,artinya pupuk yang diberikan pada suatu ketika tidak akan habis diserap tanaman, sisa pupuk ini berpengaruh baik untuk pertanaman berikutnya sampai dua tahun setelah tahun pemupukan. Tinggi rendahnya residu effect ini tergantung jumlah pemberian pupuk P tahun pertama. Pemberian pupuk fosfat ini disebar merata dan air sawah dalam keadaan macak-macak.3. Pupuk K

Unsur K penting untuk Fotosintesis, pertumbuhan sel, pembentukan protein, gula dan sellulosa. Unsur K mudah diangkut dari bagian tanaman sumber ( source ) ke bagian tanaman yang memerlukan ( sink ), karena K unsur yang mobil. K juga penting untuk memperkuat batang, mepertinggi ketahan tanaman terhadap serangan cendawan Pyricularia oryzae dan Helminthosporium oryzae. Tanaman padi yang kekurangan K jadi kerdil, anakan kadang-kadang bisa agak berkurang, daun pendek, lemah, sehingga cenderung melengkung ke bawah, berwarna hijau tua atau hijau kebiru-biruan, kadang timbul bercak-bercak coklat pada daun terutama pada ujung daun.

Kebutuhan akan K banyak diserap pada waktu berbunga, dimana 58 % dari seluruh kebutuhan diserap waktu ini. K sedikit terangkut ke dalam gabah dan banyak dalam jerami, sehingga K juga dapat memperkuat batang. Tanah sawah relatif banyak mengandung K melalui jerami dan air pengairan. Pemupukan N dan P dalam jumlah banyak pada jenis-jenis unggul menyebabkan penyerapan K lebih banyak.

4. Pupuk organik

Pupuk organik untuk padi sawah telah dikenal lama, seperti pemupukan dengan kompos, pupuk kandang, jerami sisa panen, pupuk hijau dan lain lain. Pupuk hijau yang biasa digunakan adalah crotalaria, yang dapat meningkatkan produksi 1,5 1,8 ton / ha lebih tinggi. Salain itu sekarang di kembangkan pula pupuk hijau azolla, sejenis paku air yang banyak tumbuh di sawah Indonesia. Untuk sawah yang terjamin pengairannya azolla dapat dibudidayakan bersama padi. Dalam pemakaian pupuk hijau yan perlu diperhatikan adalah waktu penanamannya. Penanaman pupuk hijau biasa juga dilakukan antara 2 tanaman padi dan pertumbuhannya tergantung keadan tanah. Pada tanah-tanah miskin fosfat pertumbuhannya tidak memuaskan (Grumosol dan tanah liat) tapi tumbuh baik pada tanah-tanah yang miskin N ( seperti latosol). Pertumbuhan yang sama juga pada azolla (Azolla pinata) , biasanya dibenamkan ke tanah setelah 1 bulan penanaman padi, pada bulan kedua juga demikian. Jumlah N yang didapat dengan cara seperti itu sekitar 150 kg N /Ha.

Pupuk hijau yang lain dibenamkan ke dalam tanah sebelum padi ditanam, sebab memerlukan waktu pelapukan ( 1 3 minggu sebelum tanam ). Pupuk hijau yang dibenamkan jangan terlalu tua, biasanya umur 4 bulan dengan jalan mencabut dan kemudian dibuat parit da diamsukkan pupuk hijaunya kemudian ditutup. Dosis sekitar 10 ton / ha pupuk organik kadang-kadang samapi 30 ton/ha. Jumlah ini jauh dari pada cukup sehingga perlu ditambah pupuk anorganik.B.Pengairan

Pengairan atau irigasi merupakan usaha untuk memberiakan air guna keperluan pertanian yang diberikan secara teratur dan dikeluarkan setelah digunakan secara teratur ke saluran pembuangan.

Tanaman padi mampu tumbuh pada tanah tergenang air karena kemampuannya mengoksidasi daerah perakarannya .Jaringan aerenkhym pada akar padi dapat mendifusikan oksigen ke daerah perakaran. Oksigen dari daun dialirkan ke batang dengan car difusi terus ke akar melalui jaringan korteks dan mencapai perakaran kejaringan aerenkhym.

Air memegang peranan penting pada pertumbuhan tanaman padi. Kekurangan dan kelebihan air menentukan pertumbuahan, perkemabangannya, ketersedian unsur hara dan pupuk, pertumbuhan gulma, hama dan penyakit serta zat-zat beracun dalam tanah. Keadan air yang tergenang menjamin kestabilan hasil sebab :1. Tersedianya air terjamin secara terus menerus2. Gulma mudah di kendalikan 3. Ketersediaan unsur hara bertambah baik pada waktu pH tanah mendekati netral larutan PPengairan pada padi sawah untuk :1. Air untuk tubuh tanaman2. tranpirasi3. evaporasi 4.perkolasiFungsi lain dari air adalah :a. untuk memelihara struktur tanah setelah pengolahan

b. untuk mengatur tinggi rendahnya suhu tanah, suhu optimum 28,5320 C, suhu lebih rendah / tinggi akan menggangu pertumbuhan.c. Apabila suhu lebih rendah / tinggi penyerapan unsur hara terutama K2O dan Si2 terhalang / berkurang, sehingga tanaman peka terhadap Helminthosporium oryzae dan Pyricularia oryzae. Suhu yang terlalu rendah juga memperlambat pelapukan dan dekomposisi bahan organik.Batas suhu dapat dicapai dengan mengatur tinggi permukaan air sawah yang juga tergantung pada keadan iklim suatu sawah. Di daerah dingin lebih rendah dari daerah panas. Tinggi permukaan air juga tidak tetap tergantung periode pertumbuhan. Pada awal pertanaman lebih tinggi dari pada fase selanjutnya sampai lebih kurang 2 minggu sebelum panen air di keringkan sekali agar padi cepat masak merat dan mutu beras baik.

Selain pengeringan pada akhir pertumbuhan juga ada pengeringan lain yaitu waktu penyiangan pertama yang diikuti dengan pemebrian pupuk N ( umur 1 bulan ), pengeringan kedua selama 45 hari bersamaan dengan penyiangan kedua waktu tanaman umur 2 bulan dan diikuti pemberian pupuk N kedua. Maksud pengeringan kedua untuk menghentikan pertumbuhan vegetatif ( membatasi pertumbuhan anakan ) dan merangsang pertumbuhan generatif sehingga tanaman serempak berbunga dan serempak masak. Tebalnya atau tingginya air antara 5 10 cm.

Menurut macam pengairannya sawah dibagi menjadi : a. Sawah irigasi, dimana sawah dapat air irigasi dari salauran irigasi yang dilaksanakan oleh Dinas Irigasi.

b. Sawah irigasi desa, kebutuhan air disaluran-saluarn / bandar-bandar / parit-parit yang d selenggarakan oleh masyarakat desa / petani.c. Sawah tadah hujan / sawah berbandar langit, pengairan tergantung pada curah hujan.Berdasarkan keadaan pengairan

a. Genangan terus menerus, ada yang airnya tidak mengalir dan ada yang mengalir. Pada sawah yang airnya tidak memungkinkan penggunaan pupuk , herbisida dan insektisida granular yang baik. Pada sawa yang airnya mengalir air dialirkan dari petak yang satu ke petak yang lain. Suhu air turun pada daerah panas dan pada daerah dingin sebaliknya.

b. Kondisi pengairan bergilir, penggunaan air dan jumlahnya dilakukan secara bergilir. Antara setiap pergiliran terdapat periode sawah yang tidak diairi. Cara ini dilakukan pada daerah iragasi yang teratur dengan pengaturan yang cermat. Pada cara ini gulma akan jadi masalah yang serius.c. Cara intermittent, pengairan dilakukan dengan interval yang tidak teratur yang ditentukan oleh keadaan tanaman dan keadaan kelembaban tanah. Pada perlakukan bergilir dan intermittent setelah tanaman mencapai tinggi tertentu, genangan air cukup 4 cm, kemudian berangsur-angsur ditinggikan sesuai tinggi tanaman. Sejak primordia bunga air ditinggikan lebih kurang 10 cm, sebab saat pembentukkan malai ( fase bunting ) dan berbunga padi membutuhkan banyak air. Pada stadia masak susu, air berangsur-angsur di turunkan dan sampai fase masak kuning pemberian air dihentikan dan di biarkan kering. Pengeringan untuk mepercepat masak dan mencegah rebah. Bila air cukup pada pengairan padi sawah, sebaiknya diairi terus menerus kecuali pada waktu-waktu pengeringan.

C. Pengendalian hama , penyakit , gulma

1. Hama

Menurut penyebabnya hama tanaman padi dibagi menjadi :

a. Hama serangga seperti penggerek padi putih (Tryporiza innotata), penggerek padi kuning (Tryporiza incertulans), penggerek padi bergaris ( Chilotrea supressalis) penggerek padi merah jambu ( Sesamia inferens) dan penggerek Chilotrea polychrysa. Selain penggerek istilah ini juga sering disebut hama sundep apabila yang di serang tanaman muda yang ditandai dengan mengeringnya daun muda dan mudah dicabut, dan disebut beluk apabila menyerang tanaman yang sedang berbunga / bunting yang mengakibatkan bulir jadi hampa.

b. Hama ganjur (Pachydiplosis oryzae) dan hama werang serta hama wereng coklat dan ulat tentara.

c. Hama / gangguan yang disebabkan binatang seperti tikus, babi hutan, kera, burung walang sangit dan lain sebagainya.

Pemberantsan bisa secara : fisik / mekanik, misalnya diburu dan lain sebagainya

biologi, yaitu dengan menggunakan predator atau parasit yang bisa memakan atau memarasiti hama tersebut.

Cara bercocok tanam, misalnya mengatur waktu tanam.

Penanaman varietas yang resisten

Pemakaian bahan kimia insektisida, rodentisida.

2. Penyakit

Penyakit pada tanaman padi dapat di kategorikan

a. penyakit di sebabkan bakteri atau virus

b. penyakit fisiologisc. penyakit di sebabkan jamurPenyakit bakteri atau virus

(1). Tungro ( mentek)

Penyakit ini disebabkan virus, tersebar di banyak negara ; Malaysia (disebut merah); Fiipina ; Thailand (orange leaf) ; India dan Bangladesh ( tungro ).

Gejala : tanaman kerdil, anakan kurang , daun mengecil berwarna kuning kemerah-merahan.Tanaman terkena tungro (mentek) tidak menghasilkan bulir atau banyak tampa ( sining / steril ). Pada tanaman umur lanjut kalau direrang caryopsis dalam bulir tidak sempurna terbentuknya (setengah berisi). Virus tungro / mentek disebarkan oleh serangga atau hama wereng hijau, sehingga pengendalian penyakit ini lebih baik dilakukan dengan cara menanam varietas yang resisten terhadap serangga penyalur atau penyebar.(2). Penyakit kerdil rumput ( grassy stunt desease )

Penyakit ini juga menyebar dibanyak negara dan penyebabnya juga virus. Nama penyakit ini di beberapa negara ; dwarf ( filipina , India , Bangladesh ) padi jantan ( Malaysia) , deward ( Jepang ). Di Indonesia penyakit ini banyak ditemui di Pulau Jawa, Sumatra dan Bali. Serangga vektor penyakit ini adalah Nilapervata lugens ( wereng coklat ).Tanaman yang diserang waktu bibit, tanaman tak mau membesar (kerdil) dengan banyak anakan yang kerdil ( yang tumbuh tegak sekali berwarna hijau atau ungu kekuning-kuningan. Bulir yang dihasilkan sekamnya berkarat kotor dan sebagian besar hampa (sining). Pada tanaman yang agak tua, tanaman akan mati seperti tanaman yang kekeringan akibat pengaruh sinar matahari yang kuat. Penyakit ini di sebut hoppen buru. Apabila serangan penyakit pada tanaman yang sudah tua betul, maka gejala penyakit tidak kelihatan, tanaman tampak seperti sehat. Akibatnya adalah penularan pada tanaman berikutnya akibat sisa jerami tanaman yang terserang. Pemberantasan penyakit adalah dengan memberantas vektornya atau menanam varietas yang tahan, seperti IR- 26 , IR 28 , IR30 dan lain sebagainya. (3).Bacterial leaf blight ( penyakit kresek )

Ditemukan di banyak negara ; India , Bangladesh , Birma , Thailand , Malaysia , Jepang , Filipina. Penyebab penyakit ini adalah Xanthomonas oryzae. Kerugian akibat penyakit bakteri ini dapat mencpai 40 -50 % Gejala serangan muncul pada saat tanaman sedang giat merumpun (membentuk tunas). Pada kedua pinggir daun tampak garis-garis kekuning-kuningan yang kemudian menyatu, lama-lama pinggiran daun menjadi kering dan berwarna keabu-abuan (artinya daun sudah mati pada bagian yang terserang). Selanjutnya bakteri terus ke bawah sampai ke pelepahnya, kemudian terus ke ujung pertumbuhan (meristem tanaman) dimana terdapat daun termuda (pucuk tanaman). Bagian bawah pucuk daun jadi rusak dan kelopaknya melengkung serta menggulung melingkari tulang rusuk daun.Penggunaan pupuk N yang agak tinggi merangsang kegiatan bakteri, sebab tanaman lemah. Untuk pemberantasan penyakit kresek ini dapat di gunakan racun kimiawi, tapi yang lebih baik menanam varietas yang resisten seperti IR26, IR 28 dan IR-30.(4). Penyakit Pyricularia oryzae

Penyaki ini disebut juga penyakit bercak coklat yang disebabkan cendawan Pyricularia oryzae dan terdapat di seluruh dunia dengan nama blast . Di Indonesia juga disebut panyakit cacar yang pada awalnya hanya berbentuk bintik-bintik kecil sebesar ujung peniti. Warna bintik-bintik ini kekuning-kunigan dan lama-lama membesar dan di tengah-tengahnya ada titik kecil berwarna putih. Bercak-bercak ini kemudian menjadi coklat keabu-abuan serta menyatu. Kerusakan paling hebat jika yang mulai terserang leher malai. Leher malai ini paling mudah terserang pada saat awal keluar malai. Leher malai jadi patah atau busu, sehingga penyakit ini disebut juga penyakit busuk leher (necrot). Apabila kelembaban udara tinggi dan temperatur tinggi ( 320 c) merangsang timbulnya penyakit. Selain itu pemupukan N yang tinggi juga meransang penyakit blast ini.Cendawan Pyricularia oryzae ini, mempunyai banyak strain fisiologis, seperti A, B, C, D, E, F, G, H, K, L, M dan N. Kedua belas strain ini mempunyai virulensi yang berbeda satu sama lain.Pemberantasan dengan fungisida seperti blasticidin, antimoucin kurang memuaskan. Penggunaan varietas resisten lebih menguntungkan.(5).Penyakit fisiologis Dikenal dengan nama physiolagical desease of rice, yaitu penyakit kekurangan hara. Gejalanya kadang-kadang hampir sama dengan penyakit yang disebabkan virus atau bakteri. Penyakit fisiologis biasanya banyak timbul pada tanah yang baru saja dijadikan sawah sperti tanah rawa atau tepi pantai. Pada sawah yang sudah lama pada tanah mineral maupun rawa sepanjang pantai jarang ada penyakit ini walau tanahnya tanah organik / tanah gambut.

3.Gulma

Gulma /rumput-rumputan dapat mengurangi produksi padi sawah lebih kurang 17% dan padi gogo 40 %. Gulma bisa juga sebagai tanaman inang hama dan penyakit, penurunan efisiensi air pengairan, menambah biaya, dapat jadi racun atau melukai ternak dan manusia.Pada pertanaman padi ada 3 macam rumput-rumputan, yaitu :

a. Grasses, tumbuhan mempunyai daun sempit dan berjajar dua, tipis dengan urat daun sejajar, batang bulat dan berlobang.

Contoh : jejagoan, gagajahanb. Cyperaceae, bentuknya hampir sama dengan grasses, hanya daunnya berjajar tiga dan batang berbentuk segitiga atau empat dan tidak berongga, kerap kali mempunyai rhizoma berbeda-beda yang disesuaikan dengan fungsinya yaitu untuk penyimpanan dan pembiakan. contoh : Teki, adas-adasanc. Rumput-rumputan berdaun lebar

Mempunyai daun yang lebar, berurat seperti jaringan (dikotil).

contoh : Bebadotan, MemiranPemberantasan gulma bisa dilakukan dengan pengerjaan tanah yang intensif, penyiangan, dengan pengaturan pegairan serta penggunaan herbisida.

VII. P a n e n

Waktu panen tergantung varietas, iklim, pemeliharaan dan lain-lain. Untuk varietas-varietas padi yang mudah rontok, panen harus dilaksanakan secepatnya walau masih ada gabah yang hijau dibagian bawah malai. Biasanya apabila kurang lebih 80% telah masak panen harus segera dilakukan. Waktu panen sebaiknya pada fase masak kuning. Cara-cara panen biasanya di Indonesia masih tradisional yaitu dengan sabit atau ani-ani.Leluhur bersama

Oryza perenis Moench

Afrika Tropik

Asia Selatan

& Tenggara

O. Longistaminata

O. rufipogon

Rumput-rumputan setahun

O. Nivara

O. Barthii

O. spontania

O. Sativa

Indica Javanica

Sinica

(Japonica)

O. stapfii

O. glaberrima

Tanaman setahun,

dibudidayakan

Anakan efektif

Jml. anakan

EMBED PBrush

Lebak dangkal (Watun I)

Lebak Tengahan (Watun II)

Lebak dalam (Watun III)

Lebak Lebung

PAGE 58

_1113896504.unknown

_1113897833.unknown

_1143431527.unknown

_1113904789.unknown

_1113896556.unknown

_1113895236.unknown