PAC_newsletter_02_indonesia

8
Masyarakat berpenghasilan rendah menabung karena mereka memang harus menabung. Pendapatan mereka biasanya tidak cukup untuk membayar kebutuhan hidup utama seperti biaya sekolah, pernikahan, apalagi untuk saat-saat kritis seperti sakit atau banjir. Bagaimana lembaga keuangan mikro (LKM) bisa membantu masyarakat miskin dalam mengatur pendapatan mereka yang kecil sekaligus memperoleh keuntungan dari produk tabungan yang ditawarkan? Edisi ini mem- bahas topik tersebut. Baca juga kisah menarik tentang LKM yang sukses dengan produk tabungan mereka yang unik, juga tentang bisnis nasabah yang berkembang berkat dukungan koperasi. Menu: FOKUS Apakah Masyarakat Berpenghasilan Rendah Benar-benar Menabung? [1] Menetapkan Harga Produk Tabungan [2] TIPS Tips Merancang Produk Tabungan [3] SOROTAN Rating Membangun Potensi Bisnis Anda [4] INOVASI Bank Andara, Memimpin Wholesale Banking untuk Keuangan Mikro [4] PROFIL LKM CU Sawiran: “Kami ingin mengetahui tiap detil kelemahan kami” [5] KSP Mentari Dana Mandiri, Kreatif Memahami Kebutuhan Anggota [6] PROFIL NASABAH Murdiasih, Pengusaha Tempe Berkembang dengan Sokongan Koperasi [7] KABAR Kegiatan PAC [8] Daftar LKM Peduli Masyarakat Berpenghasilan Rendah [8] 01. FOCUS Apakah Masyarakat Berpenghasilan Rendah Benar-benar Menabung? Stuart Rutherford, pendiri lembaga manajemen keuangan SafeSave (www.safesave.org) untuk masyarakat pemukim daerah kumuh di Dhaka, Bangladesh, menulis dalam bukunya yang tahun lalu dirilis ulang, The Poor and Their Money, tentang fenomena saving up dan saving down. Saving up dilakukan untuk menghimpun sejumlah dana dengan cara menyimpannya di suatu tempat, sementara saving down berarti mengambil pinjaman dan pembayarannya dilakukan kemudian melalui tabungan di masa depan. Menurut Stuart, ketika membeli sesuatu, kita bisa membayarnya dengan pendapatan saat ini, menggunakan tabungan masa depan ( saving down), atau menggunakan tabungan yang telah dikumpulkan sebelumnya ( saving up). Pilihan terakhir ini sangat sulit dilakukan. Masyarakat berpenghasilan rendah menjalankan kehidupan ekonominya melalui beragam transaksi keuangan. Bicara tentang masyarakat berpenghasilan rendah dan sangat miskin, 96% dari seluruh transaksi keuangan mereka hanya bernilai kurang dari Rp 1 juta. Lebih dari separuh transaksi tersebut bahkan nilainya lebih kecil dari Rp 100.000. Maka, ketika kita ingin menyediakan jenis layanan keuangan apapun, penting untuk diingat bahwa layanan tersebut sebaiknya berskala kecil, berkala, dan nilainya terus meningkat. Dengan demikian produk tabungan yang sukses harus menyesuaikan dengan kondisi di atas. Sering kali transaksi keuangan di sektor informal bersifat jangka pendek. Semakin miskin sebuah rumah tangga, semakin besar kemungkinan transaksinya dilakukan dengan persyaratan pembayaran yang sangat mudah. Hanya sepertiga dariseluruhtransaksirumahtanggamiskindansangat miskin dilakukan dengan sistem yang mengharuskan pembayaran secara rutin. Dari jumlah sepertiga itu, hampir 75% adalah karena mereka berhubungan dengan LKM. Kondisi tersebut dapat membantu kita memahami bagaimana kaum miskin menabung. Berbagai sistem telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir untuk dapat mem- berikan akses jasa keuangan kepada masya- rakat berpenghasilan rendah. Selain dengan cara menabung sendiri, sebagian dari mereka juga menitipkan uangnya kepada tetangga yang membantu menyimpankan uang mereka. Banyak juga yang melakukannya dengan cara arisan. Arisan memungkinkan orang untuk menabung dengan jumlah yang kecil dalam suatu jangka waktu tertentu sehingga terkumpul menjadi jumlah yang besar. Sebagian lainnya menabung secara harian kepada lembaga keuangan yang menawarkan layanan ‘jemput bola’ di tempat usaha mereka. Karena Mereka Harus Menabung Pada masyarakat berpenghasilan rendah, per- soalan nya bukan apakah mereka menabung atau tidak. Masyarakat berpenghasilan rendah menabung karena itu merupakan keharusan. Penghasilan mereka se ringkali tidak dapat mencukupi kebutuhan pada saat kri sis (misalnya ketika sakit, kebanjiran, dll.), ketika ada pe luang investasi, atau untuk membayar pengeluaran be sar seperti biaya sekolah, pernikahan atau perbaikan atap rumah. Masyarakat kecil pada umumnya menabung se- cara informal. Mereka berinvestasi dalam be ntuk emas, perhiasan, hewan peliharaan, bahan ba ngunan dan benda-benda yang mudah dijual. Me reka juga melakukan pinjaman kelompok informal. Sejumlah studi dan pengalaman di dunia me nun- jukkan bahwa masyarakat berpenghasilan ren dah menabung secara informal, meski cara ini sering kali tidak dapat diandalkan dan tidak aman. Ber- bagai inisiatif seperti Financial Diaries di India, Bangladesh dan Afrika Selatan, MicroSave di Afrika bagian timur dan barat, serta studi yang dilakukan International Food Policy Research Institute telah mendokumentasikan praktek-praktek simpanan di kalangan miskin. Dalam sebuah penelitian di Malawi, ditemukan bahwa 25% nasabah tidak bersedia menempuh perjalanan lebih dari 2 km untuk menabung atau meminjam uang. Sedangkan 75% lagi tidak bersedia bepergian lebih dari 5 km untuk melakukan transaksi. Di Indonesia, petugas lapangan KSP Mentari Dana Mandiri setiap hari mengunjungi anggotanya di pasar yang menjadi tempat usaha mereka, untuk mengambil setoran tabungan atau mengumpulkan angsuran pinjaman. Para anggota juga bisa mengambil tabungan mereka lewat petugas koperasi tersebut. Nasabah menyukai rekening yang sangat fleksibel yang dapat memudahkan mereka melakukan transaksi sesering mungkin dalam nilai kecil. Nasabah juga menyukai rekening berjangka yang memungkinkan mereka menabung untuk ke perluan tertentu. Hal lainnya yang termasuk pen ting antara lain lokasi dan jam kerja yang nyaman, produk yang fleksibel, pegawai yang ramah dan membantu, kerahasiaan, serta bunga yang wajar. Di halaman selanjutnya, Anda bisa mempelajari studi kasus dari beberapa lembaga yang menyediakan layanan keuangan bagi nasabah berpenghasilan rendah. (NG/SS) PAC NEWSLETTER EDISI.02 | JANUARI 2010 Creative Innovations to Serve the Poor > Petugas lapangan KSP Mentari Dana Mandiri, Kholid Hidayatullah, tampak sedang mengunjungi nasabah di pasar pagi ketika kegiatan hampir usai. Petugas ini setiap hari mengambil setoran tabungan. Nasabah juga bisa mengambil tabungan mereka lewat petugas tersebut. Foto: AW/PAC MICRA Indonesia Graha STR, Lt. 3 Jl. Ampera Raya No. 11 B Ragunan – Pasar Minggu Jakarta 12550 Tel: (62-21) 781 8142, 781 7763 Fax : (62-21) 781 8087 Email : [email protected] Website : www.micra-indo.org

Transcript of PAC_newsletter_02_indonesia

Page 1: PAC_newsletter_02_indonesia

Masyarakat berpenghasilan rendah menabung karena mereka memang harus menabung. Pendapatan mereka biasanya tidak cukup untuk membayar kebutuhan hidup utama seperti biaya sekolah, pernikahan, apalagi untuk saat-saat kritis seperti sakit atau banjir. Bagaimana lembaga keuangan mikro (LKM) bisa membantu masyarakat miskin dalam mengatur pendapatan mereka yang kecil sekaligus memperoleh keuntungan dari produk tabungan yang ditawarkan? Edisi ini mem-bahas topik tersebut. Baca juga kisah menarik tentang LKM yang sukses dengan produk tabungan mereka yang unik, juga tentang bisnis nasabah yang berkembang berkat dukungan koperasi.

Menu:FOKUSApakah Masyarakat Berpenghasilan Rendah Benar-benar Menabung? [1]Menetapkan Harga Produk Tabungan [2]TIPSTips Merancang Produk Tabungan [3]SOROTANRating Membangun Potensi Bisnis Anda [4]INOVASIBank Andara, Memimpin Wholesale Banking untuk Keuangan Mikro [4]PROFIL LKMCU Sawiran: “Kami ingin mengetahui tiap detil kelemahan kami” [5]KSP Mentari Dana Mandiri, Kreatif Memahami Kebutuhan Anggota [6]PROFIL NASABAHMurdiasih, Pengusaha Tempe Berkembang dengan Sokongan Koperasi [7]KABARKegiatan PAC [8]Daftar LKM Peduli Masyarakat Berpenghasilan Rendah [8]

01. FOCUS

Apakah Masyarakat Berpenghasilan Rendah Benar-benar Menabung?

Stuart Rutherford, pendiri lembaga manajemen keuangan SafeSave (www.safesave.org) untuk masyarakat pemukim daerah kumuh di Dhaka, Bangladesh, menulis dalam bukunya yang tahun lalu dirilis ulang, The Poor and Their Money, tentang fenomena saving up dan saving down. Saving up dilakukan untuk menghimpun sejumlah dana dengan cara menyimpannya di suatu tempat, sementara saving down berarti mengambil pinjaman dan pembayarannya dilakukan kemudian melalui tabungan di masa depan.

Menurut Stuart, ketika membeli sesuatu, kita bisa membayarnya dengan pendapatan saat ini, menggunakan tabungan masa depan (saving down), atau menggunakan tabungan yang telah dikumpulkan sebelumnya (saving up). Pilihan terakhir ini sangat sulit dilakukan. Masyarakat berpenghasilan rendah menjalankan kehidupan ekonominya melalui beragam transaksi keuangan. Bicara tentang masyarakat berpenghasilan rendah dan sangat miskin, 96% dari seluruh transaksi keuangan mereka hanya bernilai kurang dari Rp 1 juta. Lebih dari separuh transaksi tersebut bahkan nilainya lebih kecil dari Rp 100.000. Maka, ketika kita ingin menyediakan jenis layanan keuangan apapun, penting untuk diingat bahwa layanan tersebut sebaiknya berskala kecil, berkala, dan nilainya terus meningkat. Dengan demikian produk tabungan yang sukses harus menyesuaikan dengan kondisi di atas.

Sering kali transaksi keuangan di sektor informal bersifat jangka pendek. Semakin miskin sebuah rumah tangga, semakin besar kemungkinan transaksinya dilakukan dengan persyaratan pembayaran yang sangat mudah. Hanya sepertiga dari seluruh transaksi rumah tangga miskin dan sangat miskin dilakukan dengan sistem yang mengharuskan pembayaran secara rutin. Dari jumlah sepertiga itu, hampir 75% adalah karena mereka berhubungan dengan LKM. Kondisi tersebut dapat membantu kita memahami bagaimana kaum miskin menabung. Berbagai sistem telah dikembangkan da lam beberapa tahun terakhir untuk dapat mem-berikan akses jasa keuangan kepada ma sya-rakat berpenghasilan rendah. Selain dengan ca ra menabung sendiri, sebagian dari mereka juga menitipkan uangnya kepada tetangga yang membantu menyimpankan uang mereka. Banyak juga yang melakukannya dengan cara arisan. Arisan memungkinkan orang untuk me na bung dengan jumlah yang kecil dalam suatu jangka waktu tertentu sehingga terkumpul menjadi jumlah yang besar. Sebagian lainnya menabung secara harian kepada lembaga keuangan yang menawarkan layanan ‘jemput bola’ di tempat usaha mereka.

Karena Mereka Harus MenabungPada masyarakat berpenghasilan rendah, per-so a lan nya bukan apakah mereka menabung atau tidak. Masyarakat berpenghasilan rendah menabung karena itu merupakan keharusan. Penghasilan mereka se ringkali tidak dapat mencukupi kebutuhan pada saat kri sis (misalnya ketika sakit, kebanjiran, dll.), ketika ada pe luang investasi, atau untuk membayar pengeluaran be sar seperti biaya sekolah, pernikahan atau perbaikan atap rumah.

Masyarakat kecil pada umumnya menabung se-cara informal. Mereka berinvestasi dalam be n tuk emas, perhiasan, hewan peliharaan, bahan ba ngunan dan benda-benda yang mudah dijual. Me reka juga melakukan pinjaman kelompok informal.

Sejumlah studi dan pengalaman di dunia me nun-jukkan bahwa masyarakat berpenghasilan ren dah menabung secara informal, meski cara ini sering kali tidak dapat diandalkan dan tidak aman. Ber-bagai inisiatif seperti Financial Diaries di India, Bang ladesh dan Afrika Selatan, MicroSave di Afrika ba gian timur dan barat, serta studi yang dilakukan In ternational Food Policy Research Institute telah mendokumentasikan praktek-praktek simpanan di kalangan miskin.

Dalam sebuah penelitian di Malawi, ditemukan bahwa 25% nasabah tidak bersedia menempuh perjalanan lebih dari 2 km untuk menabung atau meminjam uang. Sedangkan 75% lagi tidak bersedia bepergian lebih dari 5 km untuk melakukan transaksi.

Di Indonesia, petugas lapangan KSP Mentari Dana Mandiri setiap hari mengunjungi anggotanya di pasar yang menjadi tempat usaha mereka, untuk mengambil setoran tabungan atau mengumpulkan angsuran pinjaman. Para anggota juga bisa mengambil tabungan mereka lewat petugas koperasi tersebut.

Nasabah menyukai rekening yang sangat flek sibel yang dapat memudahkan mereka me la kukan transaksi sesering mungkin dalam nilai kecil. Nasabah juga menyukai rekening berjangka yang memungkinkan mereka menabung untuk ke perluan tertentu. Hal lainnya yang termasuk pen ting antara lain lokasi dan jam kerja yang nya man, produk yang fleksibel, pegawai yang ramah dan membantu, kerahasiaan, serta bunga yang wajar.

Di halaman selanjutnya, Anda bisa mempelajari studi kasus dari beberapa lembaga yang menyediakan layanan keuangan bagi nasabah berpenghasilan rendah. (NG/SS)

PAC NEWSLETTERED I S I . 0 2 | JANUARI 2010

Creative Innovations to Serve the Poor

> Petugas lapangan KSP Mentari Dana Mandiri, Kholid Hidayatullah, tampak sedang mengunjungi nasabah di pasar pagi ketika kegiatan hampir usai. Petugas ini setiap hari mengambil setoran tabungan. Nasabah juga bisa mengambil tabungan mereka lewat petugas tersebut.

Foto: AW/PAC

MICRA Indonesia Graha STR, Lt. 3Jl. Ampera Raya No. 11 BRagunan – Pasar MingguJakarta 12550Tel: (62-21) 781 8142, 781 7763Fax : (62-21) 781 8087Email : [email protected] : www.micra-indo.org

Page 2: PAC_newsletter_02_indonesia

02. FOKUS

Besarnya bunga yang harus dibayar oleh lembaga keuangan dan biaya yang dibebankan kepada nasabah akan memengaruhi keuntungan, volume tabungan dan daya saing.

Ketika menetapkan harga untuk produk tabungan, pertama-tama pihak manajemen perlu menentukan kisaran harga yang memungkinkan. Di satu sisi, hal ini didasarkan atas kebutuhan untuk menutup biaya administrasi sekaligus demi kelangsungan usaha. Di sisi lain, kisarannya terbatas oleh pasar. Kedua, manajemen harus menentukan dengan jelas tujuan dari penetapan harga.

Analisis mengenai pasar dan tujuan penetapan harga akan menentukan besarnya bunga, dan ini bisa disesuaikan untuk segmen pasar yang berbeda-beda.

LKM harus mampu menutup biaya keuangan dan biaya administrasi layanan tabungan mereka dari keuntungan bersih. Keuntungan ini didapat dengan cara menginvestasikan atau meminjamkan tabungan, serta dari pemasukan biaya rekening tabungan. Pengaruhnya terhadap besaran bunga sangat jelas: produk harus diberi harga sedemikian rupa sehingga keseluruhan biaya bisa ditutup dari biaya administrasi dan kesempatan investasi.

Penetapan biaya dari berbagai produk dan rekening memengaruhi praktek-praktek berikut:

Jatuh tempoKetika kurva penghasilan di dalam ekonomi sedang normal, tabungan jangka panjang harus mendapat bunga lebih tinggi karena menginvestasikan tabungan tersebut akan membuahkan keuntungan yang lebih tinggi. Aturan ini boleh diabaikan apabila tabungan jangka pendek dibutuhkan untuk mendanai hasil jangka pendek, atau LKM ingin menurunkan resiko akibat inflasi dengan cara memanfaatkan lebih banyak tabungan jangka pendek.

Besarnya rekeningRekening dalam jumlah besar membutuhkan biaya yang lebih sedikit daripada rekening dalam jumlah kecil. Karenanya, rekening dalam jumlah besar bisa diberikan suku bunga lebih tinggi.

LikuiditasProduk yang kurang likuid sebaiknya memiliki bunga lebih tinggi. Ini karena biaya administrasinya lebih rendah dan hanya sedikit dana dari jenis rekening ini yang harus disisihkan untuk cadangan berbunga rendah atau tanpa bunga sama sekali. Dengan demikian, tabungan jenis ini menghasilkan lebih banyak dibanding tabungan biasa. Memberikan bunga rendah untuk banyak rekening likuid juga dapat mencegah terjadinya transaksi terus menerus. Pada 1997, BRI membayar tambahan biaya 3% untuk rekening tabungan biasa yang hanya memungkinkan dua kali penarikan tiap bulan dibanding untuk rekening sejenis dengan penarikan tak terbatas.

KenyamananLayanan yang membutuhkan banyak biaya harus mendapat bunga lebih rendah atau membayar biaya lebih tinggi dibanding layanan kurang nyaman yang berbiaya murah.

Strategi Penetapan Harga

Mengendalikan biaya dan meningkatkan keuntunganBila sebuah LKM ingin mengendalikan biaya atau meningkatkan keuntungan dalam waktu singkat, maka LKM tersebut sebaiknya menetapkan bunga yang relatif rendah dan biaya yang relatif tinggi. Ini tepat dilakukan terutama ketika kompetisi sedang lemah atau pasar dan LKM sedang dalam keadaan sangat likuid. Satu strategi pengendalian biaya adalah pembatasan pasar. Pembatasan pasar sangat tepat dilakukan jika LKM ingin meraih keuntungan tinggi di awal. Suku bunga ditetapkan serendah mungkin (dan biaya bisa ditetapkan setinggi mungkin), diperhitungkan hingga satu segmen nasabah tertentu masih tetap akan menyetor simpanan. Sebagai strategi jangka pendek, pembatasan pasar dikenakan untuk produk baru agar bisa menutup biaya pengembangannya dan mengurangi kebutuhan awal pada tingkat yang bisa ditangani. Manajemen biasanya menaikkan suku bunga dari waktu ke waktu, khususnya karena meningkatnya persaingan. Dalam pasar yang kompetitif, strategi pembatasan pasar tidak akan ampuh karena calon nasabah akan mencari bunga lebih tinggi yang ditawarkan pesaing. Strategi pembatasan pasar tidak mencegah persaingan.

Meningkatkan volume simpanan atau pangsa pasarLKM yang ingin menarik nasabah penabung bisa melakukannya dengan menawarkan suku bunga yang relatif tinggi. Ketika LKM ingin tumbuh dengan cepat atau menjauhkan pesaing dari pasar, mereka biasanya berfokus pada peningkatan pangsa pasar atau volume simpanan. Satu strategi untuk meningkatkan pasar dengan cepat adalah melalui penetrasi harga, menetapkan suku bunga jauh di atas pesaing untuk menarik pangsa pasar dan tabungan dalam jumlah besar dalam waktu cepat. Margin keuntungan yang rendah bisa mengusir pesaing, membuat lembaga lain enggan memasuki pasar dengan produk sejenis, dan ini membangun kesetiaan nasabah.

Penetrasi harga sangat bisa dilakukan ketika:

• Terdapat, atau akan ada, pasar yang besar untuk sebuah produk.• Pasar ini sangat kompetitif.• Pasar sangat sensitif terhadap harga• Segmen pasar yang mau menerima bunga rendah terlalu kecil untuk sebuah strategi pembatasan pasar.

Karena strategi ini meningkatkan biaya keuangan dan membatasi margin keuntungan, strategi ini umumnya hanya digunakan dalam jangka waktu pendek. Tabungan dengan jatuh tempo yang panjang akan memberikan resiko yang tinggi; diperlukan peluang jangka panjang yang berkelanjutan untuk dapat menyalurkan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi.

Manajemen resiko dan suku bungaLKM sering kali memanfaatkan suku bunga untuk menangani resiko. Contohnya, daripada menaikkan seluruh volume tabungan, LKM bisa jadi akan menaikkan volume tabungan yang memiliki jatuh tempo tertentu atau beberapa pilihan jatuh tempo. Tujuannya mungkin untuk menurunkan resiko suku bunga dengan cara menyesuaikan volume tabungan dan pinjaman. Jika, misalnya, sebuah LKM mulai menawarkan produk pinjaman enam bulan, ia harus mengalirkan lebih banyak produk tabungan enam bulan. Cara lainnya, LKM tersebut mungkin akan menangani resiko akibat inflasi yang tinggi atau tidak teratur dengan cara menarik dana jangka pendek. Menangani resiko sering kali menjadi tujuan utama dalam menetapkan suku bunga tabungan tetap. (NG/SS)

Menetapkan Harga Produk Tabungan

Page 3: PAC_newsletter_02_indonesia

03.TIPS

Tips Merancang Produk Tabungan

Dua tantangan terbesar dalam melayani penabung berpenghasilan rendah adalah jarak serta persyaratan dan fitur produk. Untuk menyediakan layanan yang nyaman dan berguna bagi para penabung masyarakat berpenghasilan rendah sekaligus membuat usaha LKM tetap berkelanjutan, kebanyakan LKM harus melakukan berbagai cara dalam struktur pegawai dan jaringan distribusi.

Biasanya, masyarakat berpenghasilan rendah ingin agar simpanan mereka aman, berbiaya transaksi rendah, desain produknya tepat, dan –bila memungkinkan—nilai nominalnya juga tetap. Penelitian dalam beberapa tahun belakangan ini memelajari berbagai faktor yang memengaruhi bagaimana masyarakat berpenghasilan rendah menabung. Prioritas berdasarkan pilihan mereka adalah:

KeamananSimpanan yang aman terlindungi dari penipuan, pencurian, kebakaran dan kebutuhan keluarga. Keamanan adalah hal utama, sekalipun ketika terjadi inflasi.

Biaya transaksi rendahKedekatan jarak sangat penting untuk mengurangi biaya transaksi ketika menabung atau menarik simpanan. Jam kerja yang sesuai dan sedikitnya penggunaan administrasi tertulis juga penting.

Desain produk yang tepat Produk yang terbaik adalah tabungan individu yang bersifat sukarela dan memungkinkan simpanan rutin dengan jumlah kecil berapapun nilainya, serta akses cepat. Simpanan berjangka juga berguna untuk rencana pengeluaran masa depan seperti pernikahan, pemakaman dan kelahiran bayi.

Suku bungaBila biaya transaksi rendah, masyarakat pedesaan tetap menabung meskipun hasilnya tidak menguntungkan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah bisa saja tidak sensitif terhadap suku bunga sebagai prioritas ketika mereka memilih produk simpanan. Meskipun demikian, permintaan terhadap produk simpanan

meningkat seiring meningkatnya suku bunga. LKM yang menyediakan produk simpanan sering kali membuat kesalahan dasar dalam menetapkan suku bunga dan biaya administrasi. Beberapa kesalahan tersebut antara lain:• Hanya memikirkan tentang bagaimana agar biaya rendah dan margin keuntungan tinggi.• Tidak membuat variasi suku bunga dan biaya untuk produk dan segmen pasar yang berbeda.• Menetapkan suku bunga lebih tinggi daripada yang bisa ditutup oleh keuntungan dan pendapatan.• Tidak memperhatikan pentingnya layanan sehubungan dengan kompetisi• Cukup sering mengubah suku bunga untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar.

Kesulitan ini bisa dihindari jika tetap mengikuti petunjuk berikut:

Harga di pasar keuangan lokalPasar keuangan lokal dan pembiayaan seharusnya dipikirkan terlebih dulu sebelum hal lainnya. Manajemen harus mengerti bagaimana nasabah menilai produk LKM dibanding produk pesaingnya, harus meneliti kembali analisanya

secara rutin dan harus menyesuaikan suku bunga. Harga yang diharapkanPenting untuk mengetahui keuntungan apa yang diharapkan nasabah, khususnya di daerah pedesaan di mana hanya ada sedikit pesaing. Bahkan ketika tidak ada persaingan sekalipun, bunga simpanan bisa menjadi kunci guna meyakinkan orang untuk menabung.

Pemulihan biayaBiaya keuangan dan administrasi yang dibutuhkan untuk memutar dana simpanan harus bisa dipenuhi dari biaya dan pendapatan yang diperoleh dari aktifitas menginvestasikan simpanan tersebut. Tujuan penetapan hargaTujuan dan pasar yang berbeda memerlukan strategi penetapan harga yang berbeda pula. Strategi ini akan memberi petunjuk kepada LKM tentang suku bunga yang tepat.

Membuat variasi suku bunga dasar dan biayaManajemen bisa membuat variasi suku bunga dasar untuk menarik jumlah simpanan yang lebih besar atau untuk menutupi biaya dan/atau membebankan biaya berdasarkan biaya administratif dan kondisi pasar yang berbeda. Keuntungan selain bungaFitur yang memberikan nilai tambah bisa menarik volume simpanan lebih tinggi dibandingkan tawaran bunga dengan nilai rupiah yang sama. Jika diberikan secara tepat, keuntungan selain bunga ini bisa makin meningkatkan besarnya rekening. Di samping rancangan produk yang bagus, LKM perlu memasarkan produknya dengan baik dan menyediakan insentif memadai bagi pegawai yang bertugas memobilisasi simpanan. Untuk tips lainnya tentang mobilisasi simpanan dan informasi lebih jauh tentang praktek terbaik dan pengalaman LKM di seluruh dunia sehubungan dengan topik ini, kami sangat menyarankan buku Savings Services for the Poor, yang diedit oleh Madeline Hirschland, terbitan Kumarian Press, 2005. (NG/SS)

Apa persyaratan awal untuk menawarkan produk tabungan?LKM perlu memiliki:• Otoritas legal untuk memobilisasi simpanan.• Manajemen yang efektif.• Kegiatan operasi yang berkelanjutan secara finansial.• Rencana kerja yang bagus yang menunjukkan

keberlanjutan dan memperlihatkan bagaimana tabungan bisa diinvestasikan secara menguntungkan.

• Modal yang cukup.• Berpengalaman dalam manajemen kredit yang ketat. • Sistem penilaian dan pengawasan kinerja keuangan.• Pengawasan internal yang memadai; didukung oleh budaya,

kebijakan, dan manajemen sumber daya manusia yang mementingkan keamanan dana simpanan.

• Kapasitas teknis untuk mengatur likuiditas dan resiko suku bunga.

• Sistem informasi manajemen, baik manual ataupun menggunakan komputer, yang bisa menangani banyaknya transaksi dan menyediakan informasi yang dibutuhkan, akurat, tepat waktu dan transparan.

• Infrastruktur yang dibutuhkan, termasuk bangunan kantor di lokasi yang nyaman dan aman, ruang yang kuat untuk penyimpanan barang-barang berharga, ruang kantor yang memadai yang dilengkapi meja kasir.(Sumber: Microfinance Gateway, bagian Savings. www.microfinancegateway.org)

PAC NEWSLETTER EDISI.02 | JANUARI 2010

> Memahami kebutuhan nasabah menjadi hal yang san-gat penting dalam merancang produk tabungan. Masing-masing nasabah tentunya memiliki kebutuhan keuangan yang berbeda.

Foto: AW/PAC

Page 4: PAC_newsletter_02_indonesia

INOVASI

Rating Membangun Potensi Bisnis Anda Apa itu Rating Fund?

Mercy Corps melalui Bill & Melinda Gates Foundation dan Cordaid meluncurkan satu program baru yang dinamakan Rating Fund. Rating Fund akan menyediakan bantuan teknis keuangan untuk para LKM untuk dirating oleh lembaga rating sampai dua kali. Rating Fund akan memberikan bantuan hingga USD 3.000 untuk rating pertama dan tambahan dana untuk rating selanjutnya. Saat ini Rating Fund Mercy Corps telah memfasilitasi lebih dari 30 LKM termasuk BPR, koperasi, koperasi kredit, BMT dan LKM lainnya, terutama di Jawa dan Bali.

Apakah Manfaatnya untuk LKM?Rating atau pemeringkatan menghasilkan analisa keuangan, operasional dan strategi pelaksanaan sebuah institusi secara komprehensif yang dilakukan oleh tim ahli yang independen. Laporan rating dapat digunakan untuk penyusunan laporan perencanaan strategis dan dapat digunakan para investor dan perbankan. Bank Andara yang baru berdiri, yang berfokus pada LKM, bekerja secara aktif mencari nasabah baru dan hanya bekerja dengan LKM yang telah dilakukan rating. Rating juga menolong para LKM untuk menyiapkan rencana-rencana bisnis, juga mengevaluasi manajemen dan pelaksanaan keuangan dalam meningkatkan pelaksanaan bisnis secara keseluruhan.

Persyaratan Rating FundRating Fund terbuka untuk semua LKM di Indonesia yang sedang mencari investasi dan minimal berpengalaman dua tahun dalam memberikan pinjaman skala kecil, memiliki kinerja keuangan yang kuat dan menjangkau nasabah kecil. Prioritas diberikan kepada LKM yang saat ini sedang mencari sumber pendanaan.

Lembaga RatingRating Fund memiliki sebuah program akreditasi yang cukup tinggi bagi mitra lembaga rating sehingga dapat memastikan kualitas laporan rating. Saat ini yayasan MICRA Indonesia dan PT. Ukabima telah disahkan untuk memperoleh dana dalam melakukan rating dan ada beberapa agensi lain yang masih dalam proses persetujuan. Mercy Corps mengundang institusi rating lainnya yang berminat.

LKM yang tertarik dapat mengajukan Rating Fund. Untuk informasi lebih lanjut, bisa menghubungi Anita Dwipuspita • Program Coordinator. Economic Development Program. Mercy Corps [email protected] • 021 719 4948 / 08111 000 385.

04. SOROTAN

Bank Andara

Bank Andara berdiri pada April 2009 dan merupakan bank komersil pertama di Indonesia yang berdedikasi untuk memberikan pelayanan keuangan wholesale kepada lembaga keuangan mikro (LKM), termasuk BPR, koperasi, jasa keuangan dan lainnya. Bank Andara bertujuan untuk dapat membangun kerjasama strategis dengan indusri LKM, memberikan pelayanan keuangan, menawarkan produk dan jasa yang dapat meningkatkan kinerja usaha LKM serta meningkatkan jangkauan LKM kepada UKM di seluruh Indonesia.

Bank Andara menawarkan kepada LKM untuk men dapatkan modal pinjaman agar dapat me-

ningkatkan portofolio LKM. Bank Andara juga me-na warkan secara teknis solusi jaringan informasi dan teknologi. Dengan bergabung dalam jaringan Bank Andara, LKM dapat menawarkan nasabah mereka produk-produk yang lebih unggul dan inovatif, misalnya jaringan ATM, e-banking, m-banking, remitansi serta asuransi mikro. Sejak pertama didirikan, Bank Andara telah memberikan pelayan kepada lebih dari 100 LKM di Jawa dan Bali.

KBPR Artha Kencana di Jawa Timur, merupakan nasabah pertama. Bank Andara memiliki lebih dari 20.000 nasabah. Direktur KBPR, Hari Wurianto, menjelaskan, “ Misi Bank Andara, untuk mempromosikan akses permodalan bagi rakyat kecil secara inovatif, selaras dengan misi kami yaitu untuk membantu meningkatkan masyarakat berpendapatan rendah untuk berkembang.“ Rating atau penilaian, yang dilakukan oleh lembaga independen, menjadi bagian dari proses pengajuan pinjaman dari Bank Andara. Dengan dilakukan rating, KBPR tidak saja mendapatkan fasilitas keuangan dari Bank Andara namun dapat juga menggunakan hasil rating untuk kepentingan perencanaan usaha dan evaluasi internal, dan dapat meningkatkan kapasitas untuk mempersiapkan fasilitas keuangan berikutnya. Rating juga

membantu Arta Kencana menjadi nasabah prioritas untuk teknologi dan inovasi lainnya.

Bank Andara mengerti akan tingginya permintaan LKM akan modal yang terjangkau, pelayanan jaringan serta keahlian teknis, dan Bank Andara berdedikasi untuk membantu memenuhi kebutuhan LKM. Sebagai tambahan, banyak LKM yang membutuhkan mitra untuk mengelola dana mereka. CEO Bank Andara, Paulus Wiranata, mengatakan, ”Bank Andara memiliki tujuan untuk bekerjasama dengan 2.000 LKM dalam lima tahun mendatang, membantu LKM untuk dapat memberikan pelayanan kepada 15 juta nasabah.”

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Bank Andara silahkan hubungi bagian customer relations di 021-526-0707 atau kirim email ke [email protected]

Memimpin Wholesale Banking untuk Keuangan Mikro

> Chief Executive Bank Andara, Paulus Wiranata (tengah), dan Direktur KBPR Artha Kencana, Hari Wurianto (kedua dari kanan), dalam acara penandatanganan kerja sama. Artha Kencana di Jawa Timur merupakan nasabah pertama Bank Andara. KBPR ini memiliki lebih dari 20.000 anggota. Rating telah memungkinkan koperasi ini untuk bekerja sama dengan Bank Andara sekaligus memperbaiki rencana bisnis dan evaluasinya.

Foto: Bank Andara

Alamat Bank AndaraPlaza Bapindo, Citibank Tower lt. 28,Jl. Jend. Sudirman Kav 54 – 55Jakarta 12190Telp. (021) 526-0707, Fax. (021) 526-6003

Jl. WR Supratman, No. 27XDenpasar – Bali 80236Telp. (0361) 227 721-4, Fax. (0361) 236-712

Page 5: PAC_newsletter_02_indonesia

Credit Union (CU) Sawiran awalnya berdiri sebagai koperasi informal pada tahun 1989. Baru pada Desember 2006, statusnya resmi menjadi Koperasi Kredit CU Sawiran. Provinsi Jawa Timur menjadi fokus wilayah kerja CU Sawiran. Kantor pusatnya berada di Pasuruan, sementara sembilan kantor cabangnya tersebar di Malang, Probolinggo dan Blitar.

CU Sawiran hanya menawarkan pinjaman individu kepada anggotanya. Berdasarkan data September 2009, koperasi ini telah memiliki 3.761 anggota aktif, 2.909 peminjam aktif, 5.345 calon anggota dan 7.924 nasabah yang menyimpan dananya ke dalam produk investasi misalnya deposito berjangka.

CU Sawiran pertama kali mengenal rating pada 2005. Hingga kini koperasi tersebut telah melakukan tiga kali rating. Ketiganya dilakukan oleh Mercy Corps, lembaga nirlaba asal Amerika Serikat yang berkomitmen meningkatkan kehidupan masyarakat berpenghasilan rendah antara lain melalui program keuangan mikro, termasuk menyediakan program rating.

Setelah dilakukan rating, koperasi ini makin berkembang (lihat tabel perkembangan), bahkan membuahkan beberapa terobosan, antara lain membuat CU Plus –semacam training center, membangun komunitas pengusaha Sawiran Enterpreneur Community, juga membina kemitraan yang luas dengan beberapa LSM.

General Manager CU Sawiran, K. Budianto (KB), yakin bahwa mengikuti rating sangat penting untuk kredibilitas CU Sawiran. Apalagi Sawiran memiliki rencana kerja yang cukup solid dan ingin mencapai hasil yang maksimal. Budianto yang juga konsultan LKM ini tertarik membangun LKM karena LKM memiliki peluang terbesar dalam pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah, namun tantangannya pun tak kalah besar. Buatnya, ini justru mengasyikkan.

Program Manager PAC, Erlyn Shukmadewi (ES), berkesempatan mewawancarai Budianto baru-baru ini. Berikut petikannya.

ES : Apa yang dilakukan setelah mengetahui Mercy Corps melakukan rating? Berapa lama prosesnya?KB : Cepat kok. Mereka sangat membantu karena kami juga antusias. Dengan rating, kami benar-benar membuka mata betapa buruk rupa kami, padahal Sawiran sudah termasuk OK di mata orang lain. Kami ingin lebih baik lagi, tidak puas hanya mendengar pujian. Kami ingin menjangkau dunia mikro yang lebih luas sampai go international. Kami melakukan perubahan besar, terutama dalam pengelolaan bisnis, organisasi, sistem layanan dan administrasi. Itu semua berdasarkan hasil penilaian dan rekomendasi dari teman-teman di Mercy Corps.

ES : Bagaimana Anda menilai proses rating, mengingat tenaga pemeringkat harus membongkar semua dokumen?

KB : Beberapa LKM menolak rating karena takut. Kami tidak. Kami buka-bukaan. Dari situ kami mendapat banyak hal. Kami sadar betul bahwa banyak hal di lembaga kami yang sangat lemah. Tetapi karena ingin menjadi yang terbaik, maka saya persilakan saja. Kami ingin tahu detil kelemahan kami.

ES : Apa rekomendasi yang disampaikan dan bagaimana menyikapinya?

KB : Soal bizplan, SOP dan IT (business plan, standard operating procedure dan information technology). SOP tidak jelas, banyak tugas dan tanggung jawab yang tumpang tindih. Administrasi tidak aman dari sisi legal, terutama administrasi kredit. Pembuatan bizplan tidak fokus, terlalu agresif dan kurang kontrol terhadap resiko keuangan. MIS (Management Information System) ketinggalan

jaman. Namun saya tidak malu. Yang bikin malu adalah kalau saya tidak tahu.

ES: Apa manfaat rating?

KB : 1. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja

lembaga.2. Mendorong budaya lembaga menjadi lebih

terbuka.3. Mendorong peningkatan kapasitas SDM.4. Mendorong sistem dan arsitektur organisasi yang

lebih sesuai dan menjawab tantangan.5. Meningkatkan daya tawar institusi dengan

pihak lain.

ES : Bagaimana perkembangan CU Sawiran setelah dilakukan rating?

KB : Bagus. Minimal di lingkungan CU, banyak hal dan pemikiran baru yang lahir dari CU Sawiran, dan itu ditunggu oleh CU-CU yang lain (CU Sawiran mendampingi 97 CU dan 21 LKM non-CU). Budaya progresif yang ada di CU Sawiran sebagian merupakan inspirasi dari rating. Kami akan terus melakukan rating tiap tahun. Sepertinya kami sangat suka mengetahui kelemahan kami. Itu sering tidak bisa kami lihat sendiri, harus ada para pemeringkat handal yang membantu.

ES : Saran untuk LKM lain tentang rating?

KB : Kalau ingin LKM menjadi baik, kenalilah kelemahan internal. Dari sini kita akan memulai babak baru untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Cara yang paling efektif untuk itu adalah rating. Jangan takut di-rating. Sukai rating, justru karena kita LKM yang masih harus mengejar banyak ketertinggalan di industri keuangan. (ES/SS)

CU Sawiran:“Kami ingin tahu detil kelemahan kami.”

> General Manager CU Sawiran, K. Budianto (paling kiri), bersama staf di depan kantor mereka. Dengan slogan Together We’re Better, CU Sawiran berkomitmen untuk melayani nasabahnya dan membantu mereka mencapai kehidupan yang lebih baik.

> Penduduk di Desa Ngadisari, Jawa Timur, tampak sibuk da-lam kegiatan jual beli, sambil mengenakan sarung yang mereka selimutkan di bahu sebagai cara khas di daerah tersebut untuk mengusir hawa dingin. Di lingkungan seperti inilah CU Sawiran melayani anggotanya.

Foto: ES/PAC

Foto: AW/PAC

Rating

Rating Rating Rating

Alamat CU Sawiran:Kantor Pusat:Nongkojajar KM. 6, PasuruanJawa TimurTel. : (0343) 773 5535Fax. : (0343) 499 303Hotline : (0341) 477 777Email : [email protected] : www.cusawiran.org

Perkembangan CU Sawiran setelah dilakukan rating

PAC NEWSLETTER EDISI.02 | JANUARI 2010 05.PROFIL LKM

Page 6: PAC_newsletter_02_indonesia

KSP Mentari Dana MandiriKreatif dalam Memahami Kebutuhan Anggota

Efektivitas sebuah produk keuangan terjadi ketika produk tersebut mampu memenuhi kebutuhan nasabahnya dengan tepat. Tampaknya Koperasi Simpan Pinjam Mentari Dana Mandiri (KSP MDM) benar-benar menerapkan prinsip ini.

MDM didirikan 23 Juli 2002 dengan 26 orang anggota pendiri. Pada awalnya, berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU), kemudian berubah menjadi KSP sejak 2006.

Koperasi MDM bermula dari kegiatan Paguyuban Pedagang Pasar Pagi Salatiga (P4S, lebih dikenal sebagai koperasi pasar atau Kopas) di lingkungan Pasar Pagi Salatiga, Jawa Tengah. Namun P4S hanya terbatas pada kegiatan pedagang seperti ijin usaha, biaya lapak dan sebagainya, padahal masih banyak kebutuhan lain yang belum difasilitasi, terutama jasa layanan keuangan. Para pengurus Kopas lantas berinisiatif mendirikan MDM dengan tujuan mewadahi

para pedagang kaki lima di sekitar Pasar Pagi Salatiga.

Karena berawal dari koperasi pasar, mayoritas anggota tentunya para pedagang kecil di lingkungan pasar. Namun dalam perjalanannya, keanggotaan berkembang kepada keluarga pedagang yang kebanyakan petani. MDM melihat banyak permasalahan yang dijumpai kaum petani dalam mendapatkan layanan keuangan. Tengkulak lebih sering berperan penting dalam menjawab kebutuhan keuangan petani.

Sekitar 80% dari keseluruhan anggota adalah perempuan dengan kisaran usia 30-40 tahun. Kebanyakan dari tingkat ekonomi menengah ke bawah dan tinggal di pedesaan. Per Juli 2009, jumlah penabung di MDM mencapai 4.510 orang, deposan 79 orang dan peminjam aktif 2.637 orang. Mayoritas dari luar daerah seperti Semarang, Magelang dan Boyolali.

Ladang kreativitasLingkungan pasar tradisional yang menjadi basis anggota MDM merupakan ladang kreativitas untuk menciptakan layanan keuangan yang tepat sasaran. Untuk memfasilitasi pedagang di pasar pagi yang hanya melakukan kegiatan usaha sampai sekitar pukul 7 saja, MDM menghadirkan Simpanan Embun Pagi (Si Embun Pagi). Petugas lapangan MDM sudah siaga di lapangan sejak pukul 6.00 dan mengunjungi nasabah satu-persatu untuk pengambilan setoran tabungan.

Inovasi lain dari MDM adalah Simpanan Jimpitan Mentari (Si JiMen). Si-JiMen merupakan jenis simpanan terencana yang sangat cocok bagi anggota yang memiliki kebutuhan terencana, misalnya pembelian ternak. Setoran dapat dilakukan harian, namun simpanan baru bisa diambil sesuai dengan rencana pengeluaran yang telah disepakati. Pada saat PAC mengunjungi MDM awal Agustus 2009, tercatat ada 1.800 rekening Si JiMen.

Untuk anggota yang bukan pedagang dan tinggal di luar lingkungan pasar pagi, MDM menyediakan kotak celengan. Bila celengan sudah penuh, mereka dapat menyetorkannya langsung ke kantor MDM atau meminta petugas untuk mengambil. Kotak celengan ini diberikan kepada anggota dalam keadaan

terkunci dan kuncinya disimpan oleh MDM. “Menyimpan tidak harus menunggu ketika ada uang sisa atau berlebih. Melalui koperasi kita belajar bersama untuk hidup hemat dan sederhana. Setetes rezeki hari ini, kita sisihkan untuk hari esok,” kata Manajer MDM, M. Miftah, S.E. (36). “Para leluhur telah mengajarkan kita untuk menyimpan. Ketika panen atau (dagangan) laris, sebagian disisihkan di lumbung atau celengan untuk menghadapi masa paceklik,” tambahnya.

Tidak hanya untuk produk simpanan, produk pinjaman yang ditawarkan MDM pun tak kalah kreatif. MDM memiliki Kredit Usaha Pasar Pagi (Kupas Pagi) dengan sistem cicilan beragam, boleh harian, mingguan, bulanan atau musiman (khusus pinjaman kelompok). Anggota menabung dulu secara harian di Si Embun Pagi. Simpanan baru dipotong pada akhir bulan untuk membayar cicilan. Cara seperti ini dinilai lebih menguntungkan karena anggota mendapatkan bunga dari rekening simpanannya. Selain itu, ada juga Pinjaman Sebrakan/Talangan, yakni pinjaman jangka pendek bagi pedagang yang membutuhkan dana cepat untuk membeli barang dengan harga murah dari grosir.

Kini, salah satu tantangan bagi MDM adalah ekspansi wilayah kerja mengingat pasar pagi merupakan wilayah yang agak rawan karena berkaitan dengan regulasi pemerintah tentang relokasi pasar dan sebagainya. Karena itu, ekspansi pasar menjadi rencana jangka panjang MDM. Berawal dari pelayanan di satu pasar pagi saja, saat ini MDM telah memperluas jangkauannya ke beberapa pasar di sekitarnya seperti Pasar Ampel, Pasar Embang Sari dan Pasar Ambarawa.

Koperasi MDM terus berkembang dari tahun ke tahun dengan dikelola 3 badan pengurus, 2 badan pengawas, 3 karyawan operasional dan 24 petugas lapangan. Saat ini asetnya mencapai Rp 5 milyar dengan tingkat NPL 1,8%. Dengan slogan Berdikari, koperasi ini akan terus melakukan ekspansi sambil meningkatkan kesejahteraan karyawan untuk lebih meningkatkan profesionalisme dan rasa memiliki. (ES/SS)

AlamatKantor Pusat:Kompleks Pertokoan Salatiga PlazaJln. Jend.Sudirman G5, Salatiga, Jawa Tengah, Telp.(0298)322 011Pos Pelayanan: Pasaraya I L16, Salatiga. Jawa Tengah

> Seorang anggota KSP Mentari Dana Mandiri memperlihatkan buku tabungannya. Pedagang di Pasar Pagi Salatiga, Jawa Tengah, ini memiliki beberapa rekening tabungan, termasuk Si Embun Pagi, produk tabungan unik dari koperasi tersebut.

Foto: AW/PAC

06. PROFIL LKM

Page 7: PAC_newsletter_02_indonesia

Sudah tujuh tahun ini Murdiasih (39) menjadi anggota KSP Mentari Dana Mandiri (KSP MDM) di Salatiga, Jawa Tengah. Selama itu pula ia sudah menjadi penabung aktif. Tidak tanggung-tanggung, ibu tiga anak ini memiliki empat rekening sekaligus di koperasi yang sama.

Menabung = Merencanakan

Buat Murdiasih, menabung sudah menjadi kebutuhan. Keempat simpanannya, yakni simpanan Embun Pagi, simpanan pendidikan, simpanan hari raya dan simpanan saham, ditujukan untuk perencanaan keuangan yang berbeda-beda.

Setiap hari Murdiasih menyisihkan Rp 50.000 – Rp 60.000 untuk ditabung di rekening Embun Pagi. Selain untuk keperluan darurat, simpanan ini juga digunakannya untuk memudahkan KSP MDM melakukan autodebit cicilan pinjaman Murdiasih ke koperasi tersebut. Untuk simpanan pendidikan anak-anaknya, ia menyisihkan Rp 3.000 – Rp 5.000 per hari, demikian juga untuk simpanan hari raya. Sementara untuk simpanan saham, ia menyetor Rp 2.000 – Rp 3.000. Dengan demikian, setidaknya pengusaha tempe ini menabung Rp 58.000 hingga Rp 73.000 setiap hari. Saat ini saldo simpanan saham Murdiasih sudah mencapai sekitar Rp 3 juta.

Memiliki empat rekening tabungan tidak membuat Murdiasih merasa keberatan. Bisa jadi karena produk tabungan di KSP MDM memang tidak memberatkan anggotanya. Bagaimana tidak? Untuk membuka simpanan Embun Pagi, misalnya, hanya dibutuhkan keanggotaan, fotokopi KTP, pembukaan rekening tabungan Rp 5.000, setoran harian minimal Rp 1.000 dan biaya administrasi Rp 1.000 yang hanya dibayar sekali saja.

Prosesnya pun mudah karena dilakukan dengan sistem jemput bola. Petugas koperasi setiap pagi mulai pukul 05.00 hingga 07.00 berkeliling pasar untuk menarik tabungan secara manual dari para pedagang yang menjadi anggota koperasi. Tentu saja ini sangat memudahkan mereka. “Kami para pedagang harus menunggui barang dagangan kami. Karena itu, dengan adanya petugas koperasi yang mendatangi kami setiap hari, kami sangat terbantu,” kata Murdiasih. Penarikan tabungan juga bisa dilakukan di pasar. Para pedagang menitipkan aplikasi penarikannya ke petugas dan keesokan harinya petugas akan menyerahkan uangnya.

Diakui Murdiasih, menjadi anggota KSP MDM memberikan banyak manfaat baginya. Ia berhak mendapatkan sisa hasil usaha (SHU). Setiap anggota dengan simpanan saham minimal Rp 500.000 berhak mendapatkan bingkisan hari raya. Bila sakit, anggota dengan simpanan saham minimal Rp 2 juta berhak mendapat santunan rawat inap sebesar 50% dari jumlah simpanan saham.

Murdiasih mengaku tidak terlalu memikirkan mengenai bunga simpanan. “Orang kecil seperti kami ini tidak memperhitungkan bunga. Yang penting bagaimana kami menyisihkan pendapatan setiap hari demi perencanaan keluarga,” ujarnya. Karena kepintarannya mengatur uang, tak salah jika hingga kini ia dipercaya sebagai bendahara koperasi.

Meminjam = Berkembang

Manfaat dan kemudahan yang ditawarkan koperasi juga telah mendukung usaha tempenya, yakni melalui produk pinjaman.

Sebelum 1997, Murdiasih adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Akibat krisis ekonomi, suaminya terkena PHK dari pabrik mebel tempatnya bekerja. Pasangan tersebut terpaksa memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di tahun yang sulit itulah Murdiasih memutuskan

untuk menggeluti usaha pembuatan tempe.

Berbekal pengetahuan cara pembuatan tempe yang diwariskan orang tuanya, Murdiasih mengeluarkan modal seadanya untuk membeli kedelai sebagai bahan baku. Dengan peralatan sederhana, ia mengajari suaminya cara pembuatan tempe sehingga mereka bisa saling mendukung dan berbagi tugas. Setelah suaminya mampu membuat tempe sendiri, Murdiasih mengambil tugas menjajakan tempe di Pasar Pagi Salatiga.

Perempuan lulusan sekolah menengah atas ini tiap hari bangun pukul 01.00 untuk menyiapkan tempe. Sebagian untuk ia pasarkan di Salatiga, sebagian lagi dipasarkan suaminya ke Semarang. Suami Murdiasih sendiri biasanya berangkat sekitar pukul 04.00 dan pulang senja hari.

Namun kerja keras saja tidak cukup. Selama beberapa tahun, usahanya belum begitu berkembang karena kekurangan modal. Untunglah itu tidak terlalu sulit didapatkannya. Sebagai anggota pendiri KSP Mentari Dana Mandiri, Murdiasih bisa langsung memanfaatkan produk pinjaman.

Awalnya, ia hanya meminjam Rp 100.000 untuk menambah modal membeli kedelai. Pada 2003, ia meminjam Rp 1,5 juta untuk membeli mesin gilingan kedelai. Semula ia menggiling secara manual dan ini sangat menyusahkan. Dengan adanya mesin gilingan kedelai, beban kerja Murdiasih berkurang dan produksi tempenya bertambah dari sebelumnya 5-10 kg menjadi 20-40 kg per hari. Setahun berikutnya ia meminjam Rp 2 juta untuk membeli motor untuk mengangkut produksi tempenya ke pasar. Ia jadi bisa lebih menghemat biaya transportasi juga waktu. Tahun ini ia meminjam lagi Rp 25 juta. Dibelinya mobil untuk mengangkut dagangan ke Pasar Pagi Bringin, Semarang.

Dengan sokongan koperasi, kini Murdiasih sudah bisa memetik buah kerja kerasnya. Bermula dari kapasitas produksi 5 kg dan omzet Rp 40.000 per hari, kini menjadi 150 kg dengan omzet mencapai Rp 1,3 juta plus Rp 300.000 dari omzet penjualan susu kedelai sebagai produk sampingan.

Meski sudah terbilang sukses, Murdiasih masih ingin terus mengembangkan usahanya. Dengan dibantu tiga karyawan di bagian produksi, ia dan suaminya kini fokus pada urusan pemasaran. Setelah mengeluarkan produk sampingan susu kedelai tahun lalu, tahun ini ia berencana mengembangkan keripik tempe. (AW/SS)

Murdiasih Pengusaha Tempe Berkembang dengan Sokongan Koperasi

> Murdiasih membangun usaha tempenya dengan dukungan KSP Mentari Dana Mandiri. Selain menabung, ia juga mengajukan pinjaman ke koperasi tersebut untuk mengembangkan usaha. Kini Murdiasih menyuplai sekitar 50 pedagang tempe keliling di sekitar Salatiga. Ia juga menyuplai ke restoran, usaha katering, kafe dan kampus di kota tersebut.

Foto: KSP MDM

PAC NEWSLETTER EDISI.02 | JANUARI 2010 07.PROFIL NASABAH

Page 8: PAC_newsletter_02_indonesia

14. Al Fath Ikmi BMT DKI Jakarta Jabodetabek15. Al Karim BMT DKI Jakarta Jabodetabek16. Tadbiirul Ummah BMT Bogor Jawa Barat17. Nur Semesta Indah BPR Jember Jawa Timur18. Artha Kanjuruhan Pemkab Malang BPR Malang Jawa Timur19. Armindo Kencana BPR Malang Jawa Timur20. Citra Mandiri KSP Denpasar Bali21. Citra Artha Sedana BPR Bekasi Jabodetabek22. Bapas 69 BPR Magelang Jawa Tengah23. Arthaguna Mandiri BPR Bandung Jawa Barat24. Mekar Nugraha Klepu BPR Semarang Jawa Tengah25. Caruban Indah BPR Madiun Jawa Timur26. Bumi Rinjani Junrejo BPRS Malang Jawa Timur27. Artha Nugraha KBPR Kediri Jawa Timur28. Rukun Wanita Jaya Kopdit Kediri Jawa Timur29. Yos Sudarso Kopdit Jember Jawa Timur30. Kartini Mandiri Kopdit Kota Batu Jawa Timur31. Setia kartini Wanita Kopdit Sidoarjo Jawa Timur32. Setia Rahayu Kopdit Kediri Jawa Timur33. Dharma Medika Koperasi Jawa Timur Jawa Timur34. K3i KSP DKI Jakarta Jabodetabek35. Artha Senapati BPR Pasuruan Jawa Timur36. Citra Halim Dhanatama BPR Pasuruan Jabodetabek37. Tanjung Sari Koperasi DKI Jakarta Jabodetabek38. Adat Rendang LPD Karang Asem Bali39. Bebandem LPD Karang Asem Bali40. Baytul Ikhtiar Koperasi Bogor Jabodetabek41. Mitra Usaha Mandiri Subang KSP Subang Jawa Barat42. Mitra Usaha Mandiri Jatiragas Karawang KSP Karawang Jawa Barat43. Mitra Usaha Mandiri Pati KSP Pati Jawa Tengah44. Mitra Usaha Mandiri Klaten KSP Klaten Jawa Tengah45. Mitra Usaha Mandiri Cabang Indramayu KSP Indramayu Jawa Barat46. Mitra Usaha Mandiri Rembang KSP Rembang Jawa Tengah47. Anggrek Koperasi Blitar Jawa Timur48. Kopwani Koperasi DKI Jakarta Jabodetabek49. Harta Swadiri KBPR Pasuruan Jawa Timur50. Arthaguna Sejahtera BPR Depok Jabodetabek51. Citra lestari Kopdit Malang Jawa Timur52. Pantai Prigi Kopdit Trenggalek Jawa Timur53. Sang Timur Kopdit Malang Jawa Timur54. Sekar Kartini Koperasi Jember Jawa Timur55. Citra Kartini Kopdit Malang Jawa Timur56. Dinari Yayasan Badung Bali

57. Kencono Wungu Kopdit Mojokerto Jawa Timur58. Sehati KSP Ende Jabodetabek59. Artha Senapati BPR Pasuruan Jawa Timur60. Citra Halim Dhanatama BPR Pasuruan Jabodetabek61. Wanita Rahayu Kopdit Jawa Timur Jawa Timur62. Anggrek Koperasi Blitar Jawa Timur63. Dian Wanita Koperasi Pasuruan Jawa Timur64. Pancaran Bahagia Kopdit Malang Jawa Timur65. Tri Guna Bakti Koperasi Blitar Jawa Timur66. Sonara Kopdit Malang Jawa Timur67. Saeko Kapti Kopdit Malang Jawa Timur68. Setia kartini Wanita Kopdit Sidoarjo Jawa Timur69. Kartika Candra Kopdit Pandaan Jawa Timur70. Pancur Kasih Kopdit Pontianak Kalimantan Barat71. Lantang Tipo Kopdit Kalbar Kalimantan Barat72. Syariah Harta Insan Karimah BPR Tangerang Banten73. Pecatu LPD Kuta Bali74. Al Amanah BMT Ciamis Jawa Barat75. Babussalam BMT Bandung Jawa Barat76. Mardlotillah BMT Sumedang Jawa Barat77. Nusamba Adiwerna BPR Tegal Jawa Tengah78. Baskara Muhammadiyah BMT Lampung Lampung79. Assalam BMT Sumedang Jawa Barat80. Al Falah BMT Sumedang Jawa Barat81. Fajar Warapastika BPR Lampung Timur Lampung82. Al Kautsar BMT Sukabumi Jawa Barat83. Darussalam BMT Ciamis Jawa Barat84. Istiqomah BMT Bandung Jawa Barat85. BA NBP 8 BPR Sumut Sumatera Utara86. Bina Artha Madani BMT Kuningan Jawa Barat87. Al Amanah BMT Ciamis Jawa barat88. Pringsewu BMT Lampung Lampung89. Ash Shofa Koperasi Majalengka Jawa Barat90. Pijar Koperasi Karawang Jawa Barat91. BA NBP 9 BPR Sumut Sumatera Utara92. Al Ishlah BMT Cirebon Jawa Barat93. Fajar Insani BMT Majalengka Jawa Barat94. Al Istiqomah BMT Ciamis Jawa Barat95. Fathurrohmah Koperasi Majalengka Jawa Barat96. Bina Insan Madani Koperasi Majalengka Jawa Barat97. Al Tur BMT Ciamis Jawa Barat98. Perambabulan Al-Qomariah BMT Jawa Barat Jawa Barat99. Bina Insan Sejahtera BMT Ciamis Jawa Barat100.Kopontren Bina Insani Koperasi Majalengka Jawa Barat

Nama LKM Tipe Lokasi Wilayah Nama LKM Tipe Lokasi Wilayah

PAC melakukan penelitian khusus untuk mengidentifikasi keberadaan LKM peduli kaum miskin di seluruh Indonesia. Penelitian ini dimulai sejak Februari 2009 dan daftar LKM peduli kaum miskin yang telah teridentifikasi dipublikasikan di setiap edisi newsletter PAC. Hingga Desember 2009, PAC telah berhasil mengidentifikasi 282 LKM, dan 13 di antaranya telah dimuat di newsletter edisi pertama. Daftar di bawah ini adalah kelanjutannya. Untuk informasi lebih lanjut, kirim email ke [email protected]. Kami sangat menghargai masukan Anda!

Tahun 2009 merupakan tahun kerja keras bagi tim PAC. Banyak kegiatan yang telah dilakukan untuk membantu LKM di Indonesia terus mengembangkan bisnisnya dan menjangkau lebih banyak lagi nasabah berpenghasilan rendah. Meski begitu, kami sukses melakukannya dengan gembira. Tahun ini, kami berharap dapat berbuat lebih banyak lagi dan melakukannya dengan lebih bergembira lagi. Selamat Tahun Baru 2010!

Serius danGembira

> Business Development Manager MICRA Indonesia, Fadri Effendy, memberikan pengarahan dalam pelatihan Disaster Management Training yang diadakan 22-23 Desember 2009 di Jakarta. Usia peserta pelatihan beragam, tua atau muda tak ada bedanya.

Foto: SS/PAC

> Pada 17-21 November 2009, PAC mengadakan pelatihan Training of Trainers on Solidarity Group Lending di Jakarta. Para peserta mengutarakan harapan mereka dari pelatihan tersebut, menuliskannya lalu menempelkannya di dinding. Dua orang peserta tampak sedang mengambil makanan kecil ketika rehat.

Foto: SS/PAC

> Para peserta pelatihan Training of Trainers on Solidarity Group Lending tampak santai bergembira sebelum memasuki sesi yang lebih serius.

Foto: AW/PAC

> Program Manager PAC, Erlyn Shukmadewi (paling kiri), bersama para pegawai Kopdit Binekas di Sukabumi, Jawa Barat, seusai kunjungan ke koperasi tersebut.

Foto: AW/PAC

> Peserta pelatihan Training of Trainers on Solidarity Group Lending juga dihibur dengan petikan gitar dari May Nasr, pengajar asal Lebanon. Sambil menikmati pertunjukan dadakan gratis, beberapa peserta pelatihan sibuk mengambil gambarnya lewat kamera telepon genggam. Kapan lagi bisa mendapat pengajar cantik yang pandai bernyanyi dan bermain gitar?

Foto: AW/PAC

> Ketua Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Jembrana, Gede Arsana (kedua dari kiri), didampingi Kepala Pembina Lembaga Perkreditan Desa Propinsi (PLPDP) Bali, I Nyoman Arnaya, SE., membuka acara Microfinance and Poverty Alleviation Forum di Jembrana, Bali, pada 14 Desember 2009.

Foto: AW/PAC

> Dan akhirnya, pelatihan yang me-nyenangkan itupun harus disudahi. Chief Executive Officer MICRA Indonesia, Natasa Goronja, menyerahkan sertifikat kepada peserta yang tampak gembira, Wakil Presiden Direktur Induk Koperasi Simpan Pinjam (IKSP), Agus Prayoga. Selamat!

Foto: AW/PAC

08. KABAR

Daftar LKM Peduli Masyarakat Berpenghasilan Rendah