p60

6
UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR Sophia Ratnawaty dan Didiek A. Budianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Hijauan leguminosa memiliki kandungan protein kasar dan mineral yang lebih banyak dibandingkan rumput, sehingga pemberian rumput yang dikombinasikan dengan leguminosa dapat menurunkan biaya pakan karena mengurangi kebutuhan konsentrat yang harganya relatif mahal. Beberapa jenis tanaman pakan yang diintroduksikan, maupun tanaman lokal setempat dapat menghasilkan pakan berkualitas tinggi, yang dapat diberikan kepada ternak sebagai pakan tambahan yang merupakan sumber protein ataupun energi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dua jenis leguminosa herba terhadap performa sapi Bali. Dari kajian diketahui ada indikasi peningkatan bobot badan sapi penggemukan yang diberi pakan leguminosa Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum yaitu sebesar 0,36-0,45 kg/ekor/hari. Leguminosa herba Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum yang ditanam secara relay dengan jagung mampu menyediakan hijauan segar sebanyak 214-218 kg dan dapat menyediakan pakan selama 3 bulan untuk pemeliharaan 1 ekor sapi dengan bobot badan 200 kg, dan pemberiannya sebagai suplemen. Uji coba pemberian leguminosa belum menggambarkan pola konsumsi sapi jantan karena singkatnya waktu pemberian leguminosa, namun pemberian leguminosa herba pada saat ketersediaan rumput alam mulai berkurang baik kualitas maupun kuantitasnya, akan bermanfaat dalam mempertahankan bobot badan sapi terutama saat kemarau. Kata kunci: uji coba leguminosa herba, performans sapi Bali, Desa Tobu, NTT PENDAHULUAN Masalah klasik dalam budidaya ternak sapi di NTT adalah kekurangan pakan pada musim kemarau baik kualitas, kontinyuitas, maupun kuantitas. Kondisi ini mengakibatkan ternak mengalami kehilangan bobot badan atau kematian anak sapi (pedet) umur <1 tahun. Walaupun pakan tersedia sepanjang tahun, namun jumlah dan jenis pakan masih terbatas, karena petani pada umumnya hanya mengandalkan king grass (rumput raja) dan jenis pakan lokal seperti turi, daun beringin, daun kapok dan sebagainya. Sementara jenis leguminosa sangat kurang bahkan cenderung tidak tersedia. Semua leguminosa pohon atau herba/menjalar mempunyai perakaran yang dalam (akar tunggang) yang bisa mencapai kedalaman tinggi untuk mendapatkan air maupun nutrisi, sehingga mempunyai kemampuan untuk berfungsi sebagai tanaman penghijauan, reklamasi daerah kritis. Karena tidak semua daun leguminosa pohon dan herba disukai ternak (palatabel), sebagian ternak mungkin memerlukan waktu sebelum menyukai jenis-jenis leguminosa yang belum biasa diberikan sebelumnya. 447

Transcript of p60

Page 1: p60

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA

TENGGARA TIMUR

Sophia Ratnawaty dan Didiek A. Budianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur

ABSTRAK

Hijauan leguminosa memiliki kandungan protein kasar dan mineral yang

lebih banyak dibandingkan rumput, sehingga pemberian rumput yang dikombinasikan dengan leguminosa dapat menurunkan biaya pakan karena mengurangi kebutuhan konsentrat yang harganya relatif mahal. Beberapa jenis tanaman pakan yang diintroduksikan, maupun tanaman lokal setempat dapat menghasilkan pakan berkualitas tinggi, yang dapat diberikan kepada ternak sebagai pakan tambahan yang merupakan sumber protein ataupun energi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dua jenis leguminosa herba terhadap performa sapi Bali. Dari kajian diketahui ada indikasi peningkatan bobot badan sapi penggemukan yang diberi pakan leguminosa Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum yaitu sebesar 0,36-0,45 kg/ekor/hari. Leguminosa herba Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum yang ditanam secara relay dengan jagung mampu menyediakan hijauan segar sebanyak 214-218 kg dan dapat menyediakan pakan selama 3 bulan untuk pemeliharaan 1 ekor sapi dengan bobot badan 200 kg, dan pemberiannya sebagai suplemen. Uji coba pemberian leguminosa belum menggambarkan pola konsumsi sapi jantan karena singkatnya waktu pemberian leguminosa, namun pemberian leguminosa herba pada saat ketersediaan rumput alam mulai berkurang baik kualitas maupun kuantitasnya, akan bermanfaat dalam mempertahankan bobot badan sapi terutama saat kemarau. Kata kunci: uji coba leguminosa herba, performans sapi Bali, Desa Tobu, NTT

PENDAHULUAN

Masalah klasik dalam budidaya ternak sapi di NTT adalah kekurangan pakan pada musim kemarau baik kualitas, kontinyuitas, maupun kuantitas. Kondisi ini mengakibatkan ternak mengalami kehilangan bobot badan atau kematian anak sapi (pedet) umur <1 tahun. Walaupun pakan tersedia sepanjang tahun, namun jumlah dan jenis pakan masih terbatas, karena petani pada umumnya hanya mengandalkan king grass (rumput raja) dan jenis pakan lokal seperti turi, daun beringin, daun kapok dan sebagainya. Sementara jenis leguminosa sangat kurang bahkan cenderung tidak tersedia.

Semua leguminosa pohon atau herba/menjalar mempunyai perakaran yang dalam (akar tunggang) yang bisa mencapai kedalaman tinggi untuk mendapatkan air maupun nutrisi, sehingga mempunyai kemampuan untuk berfungsi sebagai tanaman penghijauan, reklamasi daerah kritis. Karena tidak semua daun leguminosa pohon dan herba disukai ternak (palatabel), sebagian ternak mungkin memerlukan waktu sebelum menyukai jenis-jenis leguminosa yang belum biasa diberikan sebelumnya.

447

Page 2: p60

Tidak semua leguminosa bisa tumbuh dengan baik di semua kondisi iklim. Beberapa jenis tumbuh baik pada tanah masam sedangkan sebagian lain tidak bisa tumbuh. Komponen iklim dan kondisi tanah yang mempengaruhi tanaman pakan ternak antara lain musim, terutama panjangnya musim kemarau, suhu, kesuburan tanah, kemasaman tanah dan aerasi. Yang dimaksud dengan leguminosa herba adalah jenis-jenis leguminosa yang petumbuhannya menjalar atau berupa perdu seperti sentro, kalopo, arachis, stylo dan sebagainya. Leguminosa herba selain dapat digunakan sebagai pakan ternak biasanya juga digunakan sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan atau sebagai penguat bibir dan tampingan teras di lahan-lahan yang miring.

Perbaikan pakan yang paling praktis diutamakan pada tanaman leguminosa yang dapat ditanam oleh petani sendiri. Beberapa jenis tanaman pakan yang diintroduksikan, maupun tanaman lokal setempat dapat menghasilkan pakan berkualitas tinggi, dapat diberikan kepada ternak sebagai pakan tambahan yang merupakan sumber protein ataupun energi. Pemberian hijauan leguminosa merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan protein ternak yang makanan dasarnya berupa rumput dengan nilai gizinya relative rendah. Oleh karena itu untuk ternak yang produktif, pakan yang diberikan sebaiknya terdiri atas 60% rumput-rumputan dan 40% hijauan leguminosa. Kajian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dua jenis leguminosa herba terhadap performa sapi Bali.

MATERI DAN METODE

Materi yang digunakan dalam pengkajian ini adalah tiga jenis leguminosa herba yaitu Clitoria ternatea, Centrosema pascuorum dan Dolichos lablab yang ditanam pada lahan seluas ± 0,5 ha yang merupakan kebun kelompok, serta enam ekor ternak sapi Bali jantan yang akan digunakan sebagai ternak uji coba .

Desa Tobu dicirikan sebagai kawasan dengan agroekosistem lahan kering dataran tinggi iklim kering (LKDTIK). Lahan pertanian didominasi oleh lahan bergelombang sampai berbukit-bukit, curah hujan cukup panjang dibanding daerah lain yaitu 2100 mm/tahun, bulan basah 7 bulan, bulan kering 5 bulan, hari hujan 278 hari/tahun. Tanah didominasi oleh jenis Inceptisols dan Ultisols.

Pengkajian ini menggunakan metode pendekatan berbasis kelompok tani (poktan) dengan intervensi teknologi yang dilaksanakan di Desa Tobu, Kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kajian melibatkan satu poktan yang memiliki jumlah anggota sebanyak ± 25 orang, dimana sebelumnya poktan tersebut sudah pernah mengusahakan tanaman leguminosa herba. Persiapan lahan kebun kelompok dilakukan secara bertahap yang diawali dengan pemangkasan, pembersihan, dan pengolahan secara manual yang dilakukan oleh seluruh anggota poktan.

Leguminosa herba ditanam secara relay dengan tanaman jagung dalam satu hamparan dan ditanam pada bulan Desember 2008, responden ditetapkan secara purposive yaitu petani yang merupakan anggota poktan Monit. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran

448

Page 3: p60

pada obyek yang dikaji, dengan parameter yang diamati meliputi jumlah konsumsi, pertambahan bobot badan dan jenis pakan lokal yang biasa diberikan. Data yang dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis secara kualitatif dan deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel.

Dalam uji coba, leguminosa herba ditanam di Desa Tobu, dan pemanfaatan-nya sebagai pakan sapi untuk penggemukan dilakukan selama 30 hari, sehingga tidak menggambarkan pola konsumsi sapi jantan karena singkatnya waktu pemberian leguminosa tersebut. Hal ini disebabkan karena keterbatasan hijauan leguminosa herba yang pemberiannya dalam bentuk segar (cut and carry). Pemberian leguminosa herba pada saat dimana ketersediaan rumput alam mulai berkurang baik kualitas maupun kuantitasnya, akan bermanfaat dalam mempertahankan bobot badan bahkan dapat meningkatkan bobot badan harian ternak sapi. Uji coba pemberian leguminosa herba dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2009, dan pemberiannya terbatas hanya sebagai suplemen sehingga jumlah pemberian leguminosa setiap hari sebanyak 8-9 kg segar dan diberikan hanya pada sore hari, sementara pagi sampai siang hari diberi kinggrass dan pakan lokal. Penimbangan ternak selama pengamatan uji coba leguminosa dilakukan setiap 14 hari, sehingga total pengambilan data bobot badan sebanyak 4 kali penimbangan yaitu satu kali penimbangan sebelum uji coba leguminosa, dua kali penimbangan selama uji coba dan satu kali penimbangan setelah selesai uji coba leguminosa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi leguminosa herba sebagai pakan

Mutu pakan, khususnya hijauan pakan ternak (HPT) di daerah tropis kering, terlihat dipengaruhi oleh musim. Minimal terdapat tiga unsur nutrien pakan hijauan yang bervariasi antara musim hujan dengan musim kemarau, yaitu kandungan protein, mineral dan serat kasar. Kandungan protein kasar merupakan salah satu indikator dalam menentukan mutu pakan. Kandungan Nitrogen (N) rumput alam meningkat di musim hujan (1,0-1,5% N) lalu menurun di musim kemarau (0,4-0,6% N). Menurunnya kandungan N dalam rumput alam selama musim kemarau mempengaruhi produksi ternak melalui dua jalan, yaitu: (i) berkurangnya konsumsi protein untuk mempertahankan pertumbuhan ternak, dan (ii) kekurangan protein dengan sendirinya akan membatasi konsumsi energi oleh ternak. Pada Tabel 1 ditampilkan kandungan nutrisi dari leguminosa herba jenis Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum berdasarkan prosentasi bahan kering. Data dari Tabel 1 tampak bahwa kandungan protein kasar dari kedua jenis leguminoda herba cukup tinggi yaitu 19-21%, ini mengindikasikan bahwa legumino-sa herba tersebut sangat baik digunakan sebagai pakan ternak. Kemampuan kedua jenis leguminoda herba yang di tanam secara sisip diantara tanaman jagung dilahan petani dalam menyediakan pakan berkualitas disajikan pada Tabel 2.

449

Page 4: p60

Tabel 1. Komposisi kimia jenis leguminosa Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum dalam bentuk hay (% BK)

Kandungan Nutrisi Clitoria ternatea Centrosema pascuorum

Bahan Kering 80,16 82,29 Bahan Organik 93,40 92,49 Protein Kasar 19,56 21,32 Lemak Kasar 2,93 2,65 Serat Kasar 11,84 10,92 BETN 59,07 57,60

Gross energi (Kkal/kg) 4287,58 4267,94 Sumber: Rubianty et al. (2010)

Tabel 2. Kemampuan leguminosa herba dalam menyediakan pakan

Jenis leguminosa herba Umur 90 HST

(kg/ha)Bobot Badan

Sapi (kg)Kemampuan

Menyediakan (hari)Clitoria ternatea 214,00 200 89 Centrosema pascuorum 218,00 200 90 Sumber: Ratnawaty et al (2009)

Tabel 2 menunjukkan bahwa jika ternak sapi yang diperlihara yang memiliki bobot badan 200 kg dan pola pemberian pakan komposisi 60% : 40% (rumput : leguminosa herba) maka tanaman leguminosa herba yang diusahakan dengan pola tanam sisipan dengan tanaman jagung, mampu menyediakan pakan ternak selama kurang lebih 3 bulan atau 90 hari. Ini berarti bahwa jika biomas pakan yang dihasilkan tersebut dilakukan pengawetan dalam bentuk hay atau silase, maka selama musim kemarau sumber pakan yang berasal dari leguminosa herba dapat menyediakan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memadai bagi ternak, sehingga kecenderungan penurunan bobot badan ternak sapi yang selalu terjadi di musim kemarau dapat diatasi. Sumber, jenis, dan ketersediaan hijauan pakan Hijauan pakan yang biasa digunakan untuk ternak sapi berasal dari rumput alam dan limbah pertanian seperti jerami kacang tanah atau jagung yang baru di panen. Jenis pakan ini biasanya diberikan pada musim kemarau, sedangkan pada pertengahan musim kemarau petani memanfaatkan pakan yang ditanam di kebun, seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), turi (Sesbania grandiflora) dan rumput raja (Pennisetum hybreed). Pada akhir musim kemarau petani mengambil pakan dari hutan, berupa daun beringin (Ficus benyamina), kmel (Melia azedarach), busi (Melochia umbelata) serta daun dan batang ubi jalar (Ipomoea batata). Pekarangan rumah merupakan sumber hijauan pakan yang penting karena letaknya lebih dekat ke kandang. Jenis hijauan pakan di halaman rumah cukup beragam, berupa limbah tanaman pangan, rumput alam lokal (Botriochloa timorensis), daun dan batang pisang (Musa sp), daun kapuk (Ceiba petandra), nangka (Artocarpus integra) dan sebagainya (Ratnawaty et al., 2004).

Pemanfaatan leguminosa herba sebagai pakan sebaiknya dilakukan pada saat rumput alam yang tersedia di lapang berkurang kualitasnya dengan harapan agar sumbangan protein diperoleh dari leguminosa herba, sehingga dapat mempertahankan bobot badan ternak bahkan dapat ditingkatkan bila pemberiannya dikombinasikan dengan rumput dan pakan lokal atau daun-daun

450

Page 5: p60

local yang masih tersedia. Jenis pakan yang banyak diberikan kepada ternak sapi selain rumput alam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Frekuensi pemberian rumput dan pakan local untuk pakan sapi

penggemukan selama 30 hari uji coba leguminosa herba No Jenis Pakan Dominan Frekuensi

Pemberian Keterangan

1 Kinggras 28 x Pemberian rumput dan pakan local setiap pagi dan siang hari sebanyak 12-15 kg/ekor/hari

2 Batang pisang 11x 3 Daun dan batang ubi petatas 3x 4 Turi/ rumput benggala 2x 5 Lamtoro 1x

Tabel 3 menunjukkan bahwa kinggrass menempati posisi teratas dalam frekuensi pemberian pakan yang dikombinasikan dengan leguminosa herba diikuti dengan batang pisang dan yang terendah adalah lamtoro. Ini mengindikasikan bahwa kombinasi antara rumput dan leguminosa herba memberikan dampak yang signifikan terhadap pertambahan bobot badan sapi pengemukan. Oleh karena itu perbaikan pakan yang paling praktis, diutamakan pada tanaman leguminosa herba yang dapat ditanam oleh petani sendiri. Beberapa jenis tanaman pakan yang diintroduksikan, maupun tanaman lokal setempat dapat menghasilkan pakan berkualitas tinggi, dapat diberikan kepada ternak sebagai pakan tambahan yang merupakan sumber protein ataupun energi. Pemberian hijauan leguminosa merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan protein ternak, dimana pakan dasarnya berupa rumput dengan nilai gizi yang relative rendah. Konsumsi leguminosa herba dan pertambahan bobot badan (PBB) sapi penggemukan

Leguminosa herba dapat mempertahankan bahkan meningkatkan bobot badan sapi penggemukan 0,36-0,45 kg/ekor/hari dibandingkan dengan pemberian pakan kinggrass atau pakan lokal lainnya (Tabel 4). Ini berarti leguminosa herba dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi penggemukan dan dapat dikembangkan di dataran tinggi seperti di Desa Tobu yang memiliki curah hujan relative lama yaitu ± 7-8 bulan. Karena pakan yang tersedia pada musim kemarau kandungan proteinnya rendah, maka penanaman leguminosa yang dapat dipanen pada saat memasuki kemarau sangat bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan hijaun berkualitas bagi sapi penggemukan. Dengan demkian kekurangan protein yang terkandung pada rumput alam akan digantikan oleh leguminosa herba. Rubianty et al. (2010) melaporkan kandungan protein kasar Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum dalam bentuk hay sebesar 19,56 dan 21,32%. Selanjutnya Bamualim et al. (1994) mengemukakan umumnya kandungan protein rumput alam pada periode bulan Juni-November turun sampai <7%, di mana merupakan ambang minimal yang dibutuhkan seekor ternak sapi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

451

Page 6: p60

452

Tabel 4. Rata-rata konsumsi leguminosa herba dan pertambahan bobot badan (PBB) sapi penggemukan

Keragaan Perlakuan

Kontrol Clitoria ternatea Centrosema pascuorumBobot badan awal (kg) 204,8 206,5 204,0 Bobot badan akhir (kg) 208,5 217,5 218,0 Pertambahan bobot badan/PBB (kg)

3,7 11,0 13,5

Pertambahan bobot badan harian/PBBH (kg)

0,12 0,36 0,45

Jumlah konsumsi (kg) 14,5 20,3 22,1

KESIMPULAN

1. Meskipun belum menggambarkan pola konsumsi sapi jantan, tetapi pemberian leguminosa herba pada saat ketersediaan rumput alam mulai berkurang baik kualitas maupun kuantitasnya, bermanfaat dalam mempertahankan bobot badan bahkan sapi.

2. Pemberian pakan leguminosa Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum meningkatkan bobot badan sapi penggemukan sebesar 0,36-0,45 kg/ekor/hari selama 30 hari.

3. Leguminosa herba Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum yang ditanam secara relay dengan jagung dapat menyediakan hijauan segar 214-218 kg dan mampu menyediakan pakan selama 3 bulan untuk pemeliharaan 1 ekor sapi dengan bobot badan 200 kg, yang pemberiannya sebagai suplemen.

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim, A., A. Saleh, C. Liem dan P.Th. Fernandez. 1994. Produksi dan kualitas

hijauan rumput alam di Nusa Tenggara. Dalam: Chaps Book A. Final Seminar of the Cattle Health and Production Survey (CHAPS) held at the Disease Investigation Centre. Denpasar-Bali, May 15-17, 1994. Mataram: Eastern Island Veterinary Sercice Project. P.202.

Ratnawaty, S., Made Ratnada, Yusuf dan J. Nulik. 2004. Pengelolaan Pakan Ternak di Lahan Kering Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Sistem dan Kelembaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Rubianty, A., P. Th. Fernandez, H.H. Marawali dan E. Budisantoso. 2010. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hay Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum cv Cavalcade pada Sapi Bali Lepas Sapih. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Teknologi Peternakan dan Veteriner Ramah Lingkungan dalam Mendukung Program Swasembada Daging dan Peningkatan Ketahanan Pangan. Bogor, 3-4 Agustus 2010.