P300
-
Upload
margaretta-rambu -
Category
Documents
-
view
136 -
download
8
description
Transcript of P300
BAB I
PENDAHULUAN
Elektroensefalografi (EEG) merupakan alat untuk mendeteksi, mengukur,
dan merekam gelombang otak seseorang dengan mengidentifikasi potensi elektrik
spontan selama periode waktu yang singkat, biasanya 20-40 menit, sebagaimana
dicatat dari elektroda yang ditempatkan pada kulit kepala. EEG mengukur
perbedaan tegangan yang dihasilkan dari arus ion dalam neuron otak. Dalam
konteks klinis, EEG mengacu pada rekaman aktivitas spontan listrik otak.
Derivat EEG meliputi evoked potentials (EP), yang melibatkan aktivitas
EEG berhubungan dengan waktu terukur (time locked) dari beberapa macam
stimulus (visual, somatosensori, atau pendengaran), event related potential (ERP)
mengacu pada respon EEG dengan waktu terukur (time locked) dari stimulus yang
lebih kompleks. Teknik ini digunakan dalam ilmu kognitif, kognitif psikologi, dan
penelitian psikofisiologikal.
Event related potential (ERP) adalah metode pengukuran respon otak
terhadap stimulus kognitif, motorik atau peristiwa. Defleksi gelombang pada ERP
mencerminkan penerimaan dan pengolahan informasi sensorik serta pengolahan
yang melibatkan perhatian, recall memory, pemahaman, dan aktivitas kognitif.
Studi tentang otak dengan cara ini menyediakan sarana noninvasif yang mampu
mengevaluasi fungsi otak pada pasien dengan penyakit kognitif. Meskipun
penggunaan tes ini cukup informatif, namun metode dan prosedur belum
dibakukan. Komponen bentuk gelombang ERP terdiri dari defleksi positif dan
negatif yaitu meliputi gelombang N100 atau N1, P200 atau P2, P300 atau P3.
Gelombang P300 (P3) merupakan komponen ERP yang berguna untuk
pengukuran fungsi kognitif. Gelombang P300 muncul pada puncak 300 ms atau
lebih setelah timbulnya stimulus yang langka. Elektrode P300 diletakkan pada
daerah centro-parietal kulit kepala (midline scalp sites). P300 dianggap sebagai
potensi endogen yang terjadinya tidak berhubungan dengan bentuk stimulus
namun reaksi seseorang terhadap stimulus tersebut. Lebih spesifik, P300 ini
dianggap mencerminkan proses yang terlibat dalam evaluasi stimulus. Hal ini
biasanya diperoleh dengan menggunakan paradigma “odd-ball”, dimana diberikan
1
stimulus (target) secara acak. Saat ini, penggunaan P300 dikaitkan penilaian
fungsi kognitif, beberapa penyakit neuropsikiatri, serta alat deteksi kebohongan.
Beberapa studi klinis menuliskan bahwa terjadi pemanjangan latensi dan
penurunan amplitudo P300 pada pasien demensia.
Pada referat ini akan dibahas tentang P300 dan aplikasinya dalam bidang
medis dan non medis, serta bagaimana metode pengukurannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Evoked potentials (EP) merupakan studi mengenai fungsi otak. Klasifikasi
EP terdiri dari 2 jenis yaitu potensial eksogen dan potensial endogen (ERP).
Potensial eksogen tergantung dari stimulus fisik misalnya tingkat kebisingan dan
biasanya digunakan untuk identifikasi disabilitas fungsi sistem saraf. Sebaliknya,
ERP yang merupakan potensial endogen tergantung dari interaksi subjek terhadap
stimulus misalnya atensi, motivasi. Gelombang P300 (P3) merupakan komponen
ERP yang timbul dalam proses pengambilan keputusan. Gelombang ini ditemukan
pertama kali pada tahun 1964 dan mengalami perkembangan sejak itu. 1
ERP manusia biasanya direkam dari elektroda yang ditempatkan pada kulit
kepala manusia. Potensi ini dapat menjadi sarana non invasif untuk mengevaluasi
aktivitas otak manusia karena mampu mempersepsikan stimuli, membuat
keputusan dan kontrol perilaku. Tiga prosedur dasar yang diperlukan untuk
mengevaluasi ERP. Pertama, potensi listrik dilakukan dengan penempelan
elektrode di kulit kepala. Kedua, dilakukan analisa untuk memberikan pengukuran
yang bermakna. Ketiga, hasil analisis harus ditampilkan dalam penilaian visual. 1
Gambar 1. Overview pemasangan ERP manusia
3
Gambar 2. Latensi dan amplitudo gelombang P300
Komponen gelombang P300 terdiri dari latensi dan amplitudo. Amplitudo
mencerminkan jumlah neuron yang dialokasikan untuk memunculkan respon
terhadap stimulan sedangkan latensi secara umum diterima sebagai ukuran
kecepatan pemrosesan kognitif dan. Hal ini mencerminkan fungsi kognitif otak.
Gelombang P300 muncul sebagai defleksi positif dengan kisaran amplitudo 2-20
mv dan latensi sekitar 250-1000 ms. 1
Gambar 3. Hasil gelombang P300 pada Cz, Fz, Pz
4
P300 diukur dari elektroda yang diletakkan pada posisi sentral (Cz), lobus
frontal (Fz), dan lobus parietal (Pz). Produksi gelombang ini merupakan respon
involunter terhadap stimulus. Sinyal paling kuat terletak pada elektroda di lobus
parietal (Pz) dan paling lemah di lobus frontal (Fz). Kemunculan, topografi dan
waktu sinyal ini sering digunakan sebagai penanda fungsi kognitif. 1
Gambar 4. Area otak sebagai generator gelombang P300
Gambar di atas merupakan bagan dari area otak dimana gelombang P300
berasal. Generator P3A berada di lobus frontoparietocingulate yang dikaitkan
dengan orientasi perhatian (area diarsir gelap pada gambar). Hal ini terkait dengan
respon elektrodermal dan merupakan komponen kortikal dari respon orientasi.
P3B (area yang lebih terang) ditimbulkan oleh rangsangan visual atau
pendengaran. Generator P3B berada di hippocampus, sulcus superior temporal,
prefrontal ventrolateral korteks, dan (mungkin) sulcus intraparietal. Dilaporkan
bahwa lesi di lobus parietotemporal dikaitkan dengan penurunan amplitudo P300
saat dilakukan paradigma oddball. 1
Latensi P300 semakin panjang (prolonged) dapat terjadi karena perubahan
sistem saraf yang terkait dengan penuaan atau degenerasi dan tingkat kesulitan
respon subjek terhadap stimuli. Rata-rata latensi P300 meningkat selama penuaan
("koefisien penuaan") biasanya adalah 0,9-1,8 ms / per tahun. Hal ini disebabkan
karena penurunan kecepatan pengolahan informasi. Amplitudo P300 tergantung
pada hubungan probabilitas subjektif dari peristiwa (semakin jarang, semakin
besar amplitudonya). Penurunan amplitudo disebabkan penurunan jumlah neuron
yang terlibat dalam pengolahan informasi. Pemanjangan latensi P300 dan
penurunan amplitudo P300 dapat ditemukan pada kasus dementia, penyakit
5
Alzheimer, schizophrenia, gangguan psikiatri seperti depresi, obsesif kompulsif.
Keterbatasan pemeriksaan ini sebagai uji klinis hanya mampu mengungkapkan
fakta degenerasi otak dan bukan penyebab degenerasi otak. 1,2
Gambar 5. Lokasi elektrode P300 dan contoh gelombang P300
Gelombang P300 dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi secara alami,
variabilitas timbul dari sumber-sumber harus dipertimbangkan. dapat disebabkan
oleh variabel lingkungan, atau mungkin berasal dari perbedaan individual.
Beberapa faktor penentu yang mempengaruhi amplitudo dan latensi P300
termasuk irama sirkadian, latihan dan kelelahan, obat-obatan yang biasa
digunakan, usia, IQ, gender, serta tipe kepribadian. Selain itu, perbedaan yang
berkaitan dengan kapasitas atensi perlu dipertimbangkan. 2
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa gelombang P300 dihasilkan
ketika subjek sedang mengingat kembali sebuah informasi (memory recall).
Apabila P300 mampu mewakili tingkatan proses recall maka seharusnya dapat
digunakan untuk memprediksi kemampuan otak dalam recall memory. 1,2
6
Pengukuran P300 sering digunakan sebagai metode objektif untuk
menentukan apakah seseorang memiliki ingatan sebuah peristiwa yang dapat
mereka ulang baik dalam bentuk visual atau lainnya. Misal dibutuhkan informasi
faktual mengenai senjata, konfigurasi TKP, sebuah dokumen rahasia, pencurian
benda, data, wajah orang lain, dll. Kemampuan P300 ini dapat diaplikasikan
dalam alat deteksi kebohongan (lie detector). 1,2,3
B. PARADIGMA ODDBALL
Komponen P300 merupakan late positive wave berkaitan dengan deteksi
target langka diantara stimuli standar. Sebagai contoh, subjek diberikan 1 set
stimulus yang terdiri dari 2 jenis yaitu nada tinggi dan nada rendah, dan jika nada
tersebut dilakukan pengulangan, 20 dari 100 percobaan (80 percobaan berisi nada
lain), stimulus yang langka/jarang akan menghasilkan ERP yang besar dan
diidentifikasi sebagai gelombang P300. Penggunaan ini disebut paradigma odd
7
ball, diketahui bahwa amplitudo gelombang P3 bervariasi sebanding dengan
stimulan yang diberikan. 3
Gambar 6. Oddball Paradigm
Oddball Paradigm adalah teknik yang digunakan dalam membangkitkan
potensi dari stimulasi yang berupa auditori atau visual dengan tujuan menilai
reaksi saraf dengan cara memberi stimulan yang dikenali dengan tak terduga.
Subjek diminta memberikan respon baik dengan menghitung atau dengan
menekan tombol apabila mengenali stimulan pada 1 (satu) serial percobaan. Ini
pertama kali digunakan di Universitas california, San Diego. 3
Sutton (1965) menggunakan respon gelombang P300 pada paradigma odd
ball sebagai prosedur yang menggunakan rangsangan sederhana (nada tinggi dan
rendah) dalam bentuk lagu dan berseri terhadap subjek. Pritchard et al (1986)
menggunakan stimulus visual sederhana yang dibedakan tingkat kecerahannya. 2,3
Gelombang P300 terjadi hanya jika subjek secara aktif terlibat dalam tugas
mendeteksi target. Amplitudo bervariasi dengan ketidakmungkinan target. Latensi
bervariasi dengan sulitnya membedakan stimulus target dari rangsangan standar.
Deteksi target tersebut mampu membangkitkan aktivitas transien di daerah
korteks prefrontal. Pengukuran aktivitas hemodinamik otak di korteks prefrontal
menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) mengungkapkan
bahwa korteks prefrontal dorsolateral berhubungan dengan perubahan dinamis
dalam pemetaan rangsangan tanggapan (misalnya strategi respon), secara
independen dari setiap perubahan perilaku. 3
Paradigma Oddball Visual. Pemeriksaan ini menggunakan dua rangsangan
visual, bisa menggunakan media gambar, cahaya, atau angka yang secara acak
disajikan. Subyek diinstruksikan untuk menekan tombol setiap kali subyek
8
melihat stimulus. Parameter kinerja yang dihitung untuk stimulus target dan
stimulus non target secara terpisah.2,3
Gambar 7. Paradigma oddball
Paradigma Oddball auditori. Pemeriksaan ini dengan menggunakan dua
stimuli pendengaran yang terdiri dari nada frekuensi rendah dan nada frekuensi
tinggi yang disajikan secara acak. Stimulus dengan nada frekuensi tinggi
merupakan nada target/stimulus. Instruksi kepada subyek untuk menekan tombol
setiap kali subyek mendengar stimulus ini. 2,3
Sebagai contoh, presentasi dari nada standar dan target yang terjadi pada
tiga kondisi yang berbeda yang acak di seluruh blok presentasi. Pada kondisi
pertama, nada target muncul dengan interval teratur, menghasilkan pola ritmis,
yang disebut predictable condition. Pada kondisi kedua, dua nada sama disajikan,
dengan instruksi identik dengan menekan tombol respon setiap kali nada target
muncul namun nada target muncul pada interval yang tidak teratur dan tak
terduga, yang disebut unpredictable condition. Pada kondisi ketiga, instruksi sama
namun tidak ada nada target yang disajikan. Pada beberapa keadaan patologis
akan menunjukkan waktu reaksi yang memanjang dan peningkatan tingkat
kelalaian. 2,3
9
Gambar 8. Paradigma oddball auditori
C. SEJARAH
Pengamatan awal P300 dilaporkan pada pertengahan tahun 1960-an. Pada
tahun 1964, peneliti Chapman dan Bragdon menemukan bahwa respon ERP
terhadap rangsangan visual berbeda tergantung pada apakah rangsangan itu berarti
atau tidak. Mereka menunjukkan 2 jenis subyek rangsangan visual: angka dan
cahaya. Subjek ini diberikan satu rangsangan pada waktu secara berurutan. Untuk
setiap dua angka, subjek diminta untuk membuat keputusan sederhana, seperti
memberitahu mana dari dua angka yang secara numerik lebih kecil atau lebih
besar, yang datang pertama atau kedua dalam urutan, atau apakah mereka sama.
Ketika memeriksa ERP, Chapman dan Bragdon menemukan bahwa kedua angka
dan lampu menimbulkan respon sensorik yang diharapkan (misalnya, komponen
visual N1), dan bahwa amplitudo respon ini bervariasi dalam mode yang
diharapkan dengan intensitas rangsangan. Mereka juga menemukan respon ERP
untuk angka, tetapi tidak untuk cahaya, berisi positif besar yang mencapai
puncaknya sekitar 300 ms setelah stimulus muncul. Chapman dan Bragdon
berspekulasi bahwa perbedaan respon untuk angka, yang kemudian dikenal
sebagai respon P300. 2,3
Gambar 9. Respon gelombang P300
10
Amplitudo P300 bervariasi sebanding dengan kemunculan stimulus,
semakin jarang stimulus muncul maka makin besar amplitudonya. Latensi
bervariasi dengan sulitnya membedakan stimulus target dari rangsangan standar.
Sejak P300 telah terbukti menjadi komponen penting yang terkait dengan
kesadaran, orang mungkin mengira bahwa hal itu akan absen saat tidur. Penelitian
sampai saat ini menunjukkan bahwa P300 dapat direkam selama masa transisi
tidur dan kemudian muncul kembali dalam tidur REM. Stimulus jarang dan
mengganggu lebih mungkin mendatangkan gelombang P300 parietalis klasik
dalam tidur REM namun kemungkinan kecil pada area frontal. Hal ini konsisten
dengan studi pencitraan otak yang menunjukkan penonaktifan area frontal yang
merupakan karakteristik dari tidur REM. 3
Sebuah aplikasi unik dari paradigma oddball sedang digunakan dalam
penelitian Skizofrenia untuk mempelajari efek pola pembangkit saraf dalam
memori pengakuan terus menerus, dan endophenotypes, yang menyediakan model
pada hubungan genetik penyakit kejiwaan yang mewakili fenotipe antara sindrom
klinis yang nyata dan dasar-dasar genetik. Paradigma Oddball memiliki efek yang
kuat pada dilatasi pupil, meskipun para ilmuwan tidak yakin alasan yang
mendasari efek ini.3
Latensi pendek dari gelombang P300 berkorelasi dengan kecerdasan
meskipun efeknya tidak signifikan secara statistik untuk beberapa item. Latensi
P300 semakin pendek apabila subjek semakin cepat dalam pengambilan
keputusan atau merespon stimulus langka. Hal ini berarti pula bahwa subjek
berinteligensi tinggi. Reed dan Jensen (1992) juga meninjau bukti bahwa latensi
P300 berbanding terbalik dengan IQ. Baru-baru ini sebuah penelitian menemukan
latensi P300 berkorelasi terbalik dengan nilai rata-rata universitas, namun tidak
dengan skor Raven (alat ukur kecerdasan).3
D. APLIKASI
1. Deteksi Skizopfrenia
Perubahan P300 mencerminkan fluktuasi fungsi kognitif pada skizofrenia
dan perubahan yang spesifik untuk periode penyakit aktif. Penelitian juga
menemukan bahwa amplitudo P300 berkurang pada pasien dengan skizofrenia,
11
namun perbedaan signifikan terjadi pada stimulasi auditorik namun tidak visual.
P300 dinilai sebagai indikator fungsi yang berhubungan dengan proses kognitif
normal dan pasien dengan psikopatologi. Respon P300 mencerminkan tugas yang
berhubungan dengan proses kognitif seperti perhatian, harapan dan konteks
memperbarui. Dengan kata lain, P300 adalah pengukuran aktivitas neuronal yang
mendasari dari proses memori dan perhatian. Sementara, amplitudo P300
dikaitkan dengan sumber perhatian yang mengarah pada tugas dan latensi
menunjukkan kecepatan respon terhadap stimulus. Oleh karena itu, penurunan
amplitudo dan pemanjangan latensi pada pasien dengan skizofrenia kompatibel
dengan gangguan fungsi kognitif membentuk simtomatologi tersebut.4
Gelombang P300 memiliki defleksi positif dengan puncak setelah 300 ms
dari stimulus target dan menunjukkan amplitudo maksimum di daerah parietal dan
sentral. Peneliti telah mengemukakan bahwa banyak daerah otak yang dapat
menjadi sumber untuk komponen P300. Pada orang sehat, terdapat dua daerah
otak primer menimbulkan gelombang P300. Daerah ini adalah parietal posterior
dan daerah korteks frontal. Hal ini karena, stimulus yang tak terduga diarahkan ke
proses kesadaran pasif menimbulkan gelombang P300 di daerah frontal, stimulus
yang sama diarahkan ke proses kesadaran aktif membentuk gelombang P300 di
wilayah parietal posterior.
Penurunan amplitudo P300 ditemukan pada pasien dengan skizofrenia,
dalam episode pertama pasien, setelah satu tahun dari onset skizofrenia
pengulangan tes telah terbukti konsisten. Mathalon et al dalam studi longitudinal
menunjukkan bahwa amplitudo P300 yang lebih rendah dari kontrol bahkan
dalam situasi klinis terbaik dari pasien skizofrenia. Pemanjangan latensi dari P300
dan penurunan amplitudo didapatkan pada pasien skizofrenia. Hal ini kompatibel
dengan temuan sebelumnya dilaporkan pada pasien skizofrenia. 4
12
Gambar 10. Perbandingan hasil P300 pada subjek normal dengan schizoprenia
2. P300 pada Pasien Neglect
Pasien yang menderita unilateral neglect kemungkinan gagal untuk
bereaksi terhadap rangsangan yang disajikan pada lapang pandang kontralesional.
Mereka mengabaikan stimulus baik visual, stimulasi taktil atau pendengaran. Ne-
glect biasanya disebabkan kerusakan pada daerah yang terlibat dalam attentional
seperti stroke dengan lokasi lesi pada arteri cerebri media pada hemisfer kanan. 5
Seperti diketahui, pemeriksaan P300 dimodulasi oleh perhatian. Sebagai
contoh, P300 telah dipelajari pada gangguan neuropsychological di mana terjadi
gangguan perhatian, seperti pada penyakit Alzheimer. Pada beberapa penelitian,
digunakan event related potential untuk mengeksplorasi fungsi otak pada neglect.
Didapatkan bahwa amplitudo P300 lebih kecil jika stimulus sasaran disajikan
pada sisi neglect dibandingkan pada non neglect. 5
Dalam sebuah penelitian pada penderita hemineglect (left neglect),
dilakukan perekaman P300 oddball paradigm dengan menggunakan stimuli sering
(frekuent) dengan bentuk lingkaran di kiri dan kanan yang diukur dari pusat
lingkaran. Sedangkan stimuli jarang (infrekuent) dengan bentuk lingkaran
digantikan oleh segitiga. Probabilitas sebesar 80% untuk stimulus frekuent dan
10% untuk stimulus infrekuent. Rangsangan dilakukan pada kedua lapangan
pandang. Didapatkan hasil respon P300 pada lapangan pandang kiri memiliki
amplitudo lebih rendah dibanding kanan seperti yang terlihat pada gambar 6. 5
13
Gambar 11. Stimuli oddball paradigm
Gambar 12. Hasil gelombang P300 pada pasien hemineglect
3. P300 dalam Gangguan Memori
Penyakit Alzheimer merupakan bentuk paling umum dari demensia.
Meskipun gangguan memori adalah fitur yang paling menonjol, penyakit ini
sering menyajikan dengan fenotipe neuropsikologi yang berbeda. Misalnya,
fenotip yang berbeda dari MCI dikaitkan dengan risiko yang berbeda untuk resiko
AD. Studi tentang individu dengan MCI telah menunjukkan bahwa mereka yang
memiliki gangguan memori sebagai fitur menonjol dalam profil kognitif mereka
(yaitu, amnestik MCI) memiliki probabilitas tertinggi AD berkembang di masa
depan. Pemeriksaan P300 pada amnestik MCI mampu mengidentifikasi resiko
AD. 6
Hanya sebagian kecil individu dengan Mild Cognitive Impairment (MCI)
akan berubah menjadi demensia. Metode yang saat ini tersedia untuk
mengidentifikasi risiko belum memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup.
Kini, banyak dilakukan penelitian tentang sensitivitas dan spesifisitas P300 dalam
menilai pasien dengan penyakit Alzheimer (AD) dan MCI. P300 ini direkam
14
dengan menggunakan Paradigma odd ball, didapatkan hasil memory recall yang
terlambat, pemanjangan latensi dan penurunan amplitudo gelombang P300 pada
subjek MCI dan AD. Penelitian menunjukkan bahwa analisis P300 menawarkan
metode yang sangat berguna untuk penilaian praklinis AD. 6,7
Gambar 13. Perbandingan hasil P300 pada pasien MCI dan AD dengan kontrol
Saat ini terdapat bukti yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan latensi
dan amplitudo gelombang P300 pada individu MCI dan AD. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa latensi dan amplitudo gelombang P300 dapat berfungsi
sebagai penanda untuk memantau proses MCI menjadi AD. Hasil ini
menunjukkan bahwa P300 bisa berkontribusi pada penilaian AD. 7,8
Beberapa penelitian menjelaskan kaitan antara P300 pada beberapa aspek
fungsi memori. Polich et al melaporkan adanya hubungan antara P300 dan
memori intermediet dari angka tes Digit Span pada subjek normal. Hasil
signifikan ditemukan pada subyek penelitian antara P300 dan sejumlah tes
neuropsikologi fungsi memori. Dengan demikian, pemanjangan latensi dan
penurunan amplitudo P300 mungkin berhubungan dengan penurunan memori.
Gangguan memori adalah salah satu fitur yang paling awal dan paling menonjol
dari demensia tipe Alzheimer. 7,8
15
5. P300 dalam Gangguan Tidur
P300 merupakan salah satu metode yang berguna untuk mengevaluasi
fungsi kognitif. Salah satunya pada pasien SAS (Sleep Apnea Syndrome). Pada
pasien SAS terjadi penurunan kognisi baik itu perhatian, memori maupun
konsentrasi. Analisis parameter auditori P300 dapat membantu menyimpulkan
disfungsi kognitif. Namun, hasil temuan P300 pada SAS masih menjadi
kontroversi. Beberapa penelitian menyelidiki tentang hubungan P300 pada pasien
SAS sebelum dan selama penggunaan CPAP hidung. Ditemukan bahwa pasien
SAS menunjukkan latensi P300 yang memanjang dibandingkan kontrol meskipun
amplitudo P300 tidak berbeda antara kedua kelompok. Hal ini dimaksudkan
bahwa ketika terjadi penurunan desaturasi di bawah 90% waktu tidur total
berkorelasi dengan latensi P300. Selama perawatan CPAP hidung, latensi P300
secara signifikan memendek pada pasien di bawah usia 45 tahun, sedangkan
pasien lansia tidak menunjukkan perubahan statistik. Peneliti berspekulasi bahwa
pemanjangan latensi P300 berhubungan dengan hipoksia akibat SAS dan kelainan
mungkin ireversibel, terutama pada pasien usia lanjut. 9
Besaran amplitudo P300 dipertimbangkan sebagai refleksi dari proses
pembaharuan memori kerja yang aktif. Ingatan akan fitur dari stimulan standar
terbentuk secara baik, karena sering diberikan. Ingatan dari target stimulus lebih
sulit terbentuk. Dalam pemunculan dan pendeteksian, perwakilan memori dari
stimulan harus diperbaharui. Perlu dicatat bahwa dalam proses pembaharuan,
subyek secara aktif merasakan stimulan, mempertahankan ingatan stimulan
standar, mendeteksi perubahan stimulus dengan membandingkan stimulus yang
baru datang dengan stimulus yang termemori dan jika perlu membandingkan juga
dengan ingatan yang sudah diperbaharui. Kesalahan dari aktivitas kognitif ini
selanjutnya dapat mempengaruhi P300. P300 tidak dapat dihasilkan jika subyek
membiarkan stimulus atau gagal mendeteksi target. 10
P300 sensitif pada variasi dari tingkatan rangsangan pada subyek. Selama
periode tidur, amplitudo P300 akan bertahap menurun dan latensinya akan
memanjang. Gora dan Colrain et al, telah memberikan data yang mengindikasikan
waktu latensi yang memanjang ini sensitif terhadap EEG micro state dimana
rangsangan diberikan, dengan kenaikan yang dramatis terjadi sebagai respon
16
terhadap stimulus yang diberikan selama aktivitas theta yang dibandingkan juga
dengan aktivitas alpha dalam tidur stadium 1. Ketika amplitudo P300 maksimum
diatas area parietal dari kulit kepala, selama periode tidur ketika subyek masih
dapat mendeteksi stimulus target, perubahan terbesar dari amplitudo tampak nyata
di area frontal, konsisten dengan frontal hypothesis of sleepiness. 9,10
Hubungan antara penilaian ERP dari proses pemberian perhatian dan variasi
normal pada kualitas tidur dievaluasi oleh Salmi et al. Penulis memakai oddball
yang terdiri dari standar stimulus yang diberikan secara cepat dan deviasinya
secara durasi atau nada yang diberikan jarang dan tidak dapat diprediksi. Subyek
melihat video dan mengacuhkan stimulus audio. Pada variabel kontrol (bukan
penderita), deviasi stimulus menghasilkan nilai kecil negatif, the Mismatch
Negativity (MMN) dan juga P3a. 10
Pasien dengan penyakit tidur seperti obstructive sleep apnea syndrome
(OSAS) juga mengalami tidur yang terputus. Penelitian selama pasien bangun
telah menemukan hasil yang beragam, dengan beberapa bukti latensi P300
memanjang terhadap stimulus visual dan audio serta amplitudo yang menurun.
Tidak ada penelitian yang mengevaluasi pernapasan somatosensori P300 pada
pasien OSAS memiliki efek signifikan pada amplitudo atau latensi pada stimulus
yang dibandingkan dengan variabel kontrol. 10
Menariknya, penelitian Gosselin yang terbaru memakai metode yang sama
digunakan oleh Salmi, untuk menentukan dampak OSAS pada penilaian
pemberian perhatian tanpa sengaja yang hasilnya dapat dilihat dari MMN dan P3a
yang muncul setelah presentasi stimulus yang sangat jarang dan
penyimpangannya. Mereka menemukan tidak ada perbedaan pada MMN, namun
melaporkan pengurangan besaran amplitudo P3a pada grup OSAS yang memiliki
tingkatan tidur yang sama, namun memiliki stimulus mikro yang lebih dan
perubahan kondisi tidur dibandingkan dengan variabel kontrol. Bersama
penelitian Salmi et al, data ini terlihat menunjukkan indikasi yang mengukur
perubahan perhatian secara otomatis seperti P3a mungkin lebih sensitif pada
perubahan kualitas tidur yang terlihat pada OSAS, dan mungkin juga dapat
menjadi alat ukur yang berguna untuk melihat efek perawatan. 10
17
6. P300 sebagai alat deteksi kebohongan ( Lie detector)
Sejak pertengahan tahun 1980-an, P300 dikaitkan dengan deteksi
kebohongan. P300-based Guilty Knowledge Test telah diusulkan sebagai alternatif
untuk tes konvensional poligrafi. Tingkat deteksi 86 % lebih baik dibanding
metode lain yang digunakan sebelumnya. Dalam sebuah "guilty knowledge test"
subjek diinterogasi melalui oddball paradigma. Belakangan ini poligrafi
konvensional telah jarang penggunaannya. Teknik ini mengandalkan elisitasi
reproduksi gelombang P300 dengan ide Memory dan Respon Encoding
elektroensefalografik Terkait multifaset (MERMER) yang dikembangkan oleh Dr
Lawrence Farwell.11
Gelombang P300 dapat digunakan untuk mengetahui informasi
tersembunyi yang hanya diketahui oleh kriminal. Dengan menempatkan stimulan
rincian kejahatan secara acak di antara stimulan non-relevan, penyelidik mampu
membedakan kriminal dengan non kriminal. Apabila tersangka merespon
stimulan rincian kejahatan yang menghasilkan gelombang P300 maka
kemungkinan besar orang tersebut bersalah atau setidaknya mengetahui kejahatan.
Teknik ini disebut brain fingerprinting. 11
Gambar 14. Skematis gelombang P300 untuk deteksi kebohongan
18
Teknik ini sangat obyektif dan dapat digunakan untuk melihat apakah
beberapa informasi tertentu tersimpan di otak atau tidak. Dengan informasi
lainnya dan bukti-bukti dari TKP, hasil respon P300 dapat sangat membantu
penemuan tersangka dan meminimalkan kesalahan tangkap. 11
Bentuk gelombang P300 juga dapat muncul dalam hampir semua mata
pelajaran dengan sedikit variasi dalam teknik pengukuran, yang dapat membantu
menyederhanakan desain antarmuka dan memungkinkan kegunaan yang lebih
besar. Kecepatan di mana sebuah antarmuka dapat beroperasi tergantung pada
bagaimana sinyal itu terdeteksi. Salah satu ciri negatif dari P300 adalah amplitudo
gelombang rata-rata membutuhkan beberapa rekaman untuk mengisolasi sinyal
"noise.". Ini dan proses pasca-rekaman menentukan kecepatan keseluruhan
interface. Algoritma yang diusulkan oleh Farwell dan Donchin memberikan
contoh BCI sederhana yang bergantung pada proses pengambilan keputusan P300
untuk mengendarai komputer. Sebuah grid 6x6 karakter disajikan kepada subjek,
dan berbagai kolom atau baris yang disorot. Ketika sebuah kolom atau baris berisi
karakter subjek menginginkan untuk berkomunikasi, respon P300 muncul (karena
karakter "khusus" ini adalah target stimulus yang dijelaskan dalam oddball
paradigma). Kombinasi kolom dan baris yang membangkitkan respon
menempatkan karakter yang dikehendaki. Sejumlah uji coba tersebut harus dirata-
ratakan untuk menghapus suara dari EEG. Kecepatan penyorotan menentukan
jumlah karakter yang diproses per menit. Hasil dari studi ini menunjukkan
menggunakan setup yang orang normal dapat mencapai tingkat keberhasilan 95%
pada 3,4-4,3 karakter / menit. Masih harus menunjukkan apakah sistem tersebut
memberikan hasil yang sama pada pasien yang menderita locked in sindrome. 11
Penelitian ilmiah sering mengandalkan pengukuran P300 untuk memeriksa
potensi peristiwa terkait, khususnya yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan. Karena kerusakan kognitif sering berkorelasi dengan modifikasi di
P300 ini, bentuk gelombang dapat digunakan sebagai ukuran untuk kemanjuran
pengobatan berbagai fungsi kognitif. Beberapa menyarankan penggunaannya
sebagai penanda klinis untuk justru alasan ini. Ada berbagai kegunaan untuk P300
dalam penelitian klinis. 11
19
7. P300 sebagai biomarker depresi post stroke
Depresi post stroke (PSD) didiagnosis pada 21% pasien stroke. PSD
secara bermakna dikaitkan dengan bertambahnya usia, tingkat pendidikan yang
rendah, ukuran infark, beratnya stroke, pemanjangan latensi P300, merokok,
hipertensi. Berbagai penyakit degeneratif otak dan depresi dapat menyebabkan
kelainan dari event related potential (ERP). Beberapa penelitian dilakukan untuk
menjelaskan efek dari stroke pada komponen ERP P300. Perekaman gelombang
P300 menggunakan paradigma oddball dengan stimulasi auditori dan didapatkan
hasil pemanjangan latensi P300, namun stroke tidak mempengaruhi amplitudo
P300. 12
Pengujian untuk ERP dilakukan dua kali untuk pasien dan kontrol (pada
minggu pertama dan tiga bulan setelah onset stroke). Pemeriksaan ERP dielisitasi
dengan paradigma oddball menggunakan stimulasi auditori dengan menghadirkan
serangkaian binaural 1.000 Hz (standar) versus 2.000 Hz (target), nada
dipresentasikan pada tingkat 1,1 per detik, dengan nada target yang terjadi secara
acak dengan probabilitas 0,2. Subjek duduk dengan mata tertutup dan
diperintahkan untuk menghitung jumlah nada target (nada non frekuent). Sebelum
perekaman, subyek yang akrab dengan dua nada dan diperintahkan untuk
menekan tombol ketika mereka mendengar nada target. Latensi P300 diukur
sebagai puncak positif dalam kisaran 250-500 milidetik. 12
Pemanjangan latensi P300 pada tiga bulan setelah onset stroke, lebih
mendukung keterlibatan domain kognitif pada stroke. Hasil P300 ini kurang
dipahami tetapi kemungkinan besar mencerminkan proses kognitif dan fungsi
otak yang terlibat. Hippocampus, thalamus, dan korteks frontal dianggap sebagai
lokasi yang mungkin dari generator P300. Latensi P300 dianggap sebagai
konsekuensi dari proses perhatian, kecepatan reaksi, dan memori langsung. 12
8. P300 pada pasien epilepsi
Perubahan fungsi kognitif sering terjadi pada pasien epilepsi. Meskipun
beberapa pasien menunjukkan kecerdasan yang normal namun beberapa memiliki
kelainan pada domain kognitif seperti penurunan intelektual dan perhatian,
gangguan memori, gangguan bahasa, gangguan fungsi eksekutif. Disfungsi
kognitif ini biasanya terlupakan pada manajemen pengobatan epilepsi. Masih
20
menjadi kontroversi apakah gangguan kognitif ini berhubungan dengan epilepsi
itu sendiri (jenis, durasi, frekuensi), patologi otak yang mendasari, atau
penggunaan obat anti epilepsi. 13
ERP dan P300 merekam aktifitas listrik penerimaan otak dan respon
terhadap stimulus eksternal. Secara umum, latensi P300 dianggap sebagai ukuran
kecepatan klasifikasi stimulus dan mencerminkan fungsi atensi dan proses
memori. Karena latensi P300 memanjang seiring dengan peningkatan disfungsi
kognitif, maka P300 dapat digunakan sebagai indeks elektrofisiologi obyektif
untuk penilaian tingkat disfungsi kognitif pada pasien epilepsi. Fungsi kognitif
pada pasien epilepsi dapat mengalami perkembangan berhubungan dengan
perubahan neurofisiologis karena obat anti epilepsi dan frekuensi kejang.
Beberapa penelitian menilai fungsi kognitif pada pasien epilepsi dewasa yang
menerima obat antiepilepsi dan tanpa obat antiepilepsi. Didapatkan hasil tidak ada
perbedaan yang signifikan baik dalam latensi atau amplitudo P300 antara
kelompok tanpa pengobatan dan kelompok kontrol, tetapi terjadi pemanjangan
latensi secara signifikan pada kelompok obat daripada kelompok kontrol. 13,14
Korelasi positif yang signifikan yang ditemukan antara frekuensi kejang,
jumlah obat, konsentrasi obat antiepilepsi dalam darah dengan latensi yang
memanjang. Sementara tidak ada hubungan yang ditemukan dengan usia saat
onset maupun durasi penyakit.. Hasil ini menunjukkan bahwa disfungsi kognitif
pasien epilepsi mungkin berhubungan dengan kombinasi multidrug dan dosis
tinggi AED, di samping kemungkinan berhubungan dengan frekuensi kejang
berulang. 13
Penerapan model regresi menunjukkan hubungan yang signifikan antara
perpanjangan latensi P300 dengan durasi epilepsi, frekuensi kejang dan politerapi.
Fukae et al menunjukkan bahwa latensi P300 secara signifikan memanjang pada
epilepsi lobus temporal (TLE) dibandingkan dengan kontrol normal. Naganuma
juga melaporkan bahwa pemanjangan latensi P300 lebih besar pada TLE, dan
minimal pada epilepsi idiopatik parsial (IPE) dan menyatakan bahwa gangguan
kognitif pada epilepsi terutama berasal dari epileptogenesis sendiri. 13,14
21
BAB III
KESIMPULAN
P300 dapat digunakan sebagai indeks elektrofisiologi obyektif untuk
penilaian tingkat disfungsi kognitif. Hal ini karena ERP dan P300 merekam
aktifitas listrik penerimaan otak dan respon terhadap stimulus eksternal.
Komponen ini terdiri dari latensi dan amplitudo. Gelombang P300 muncul
sebagai defleksi positif dengan kisaran amplitudo 2-20 mv dan latensi sekitar 250-
1000 ms. Hal ini diperoleh dengan menggunakan paradigma “odd-ball”.
Pemeriksaan P300 dimodulasi oleh aspek atensi/perhatian. Banyak
penelitian P300 yang mengacu pada gangguan neuropsychological di mana terjadi
gangguan perhatian, seperti pada penyakit Alzheimer. Lebih luas lagi,
penggunaan P300 dikaitkan dengan deteksi gangguan kognitif, gangguan tidur,
gangguan memori, epilepsi dan pendeteksian kebohongan (lie detector). Namun
kekurangan dari pemeriksaan ini belum memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
cukup untuk dijadikan alat ukur yang standar.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. TW Picton. The P300 wave of the Human Event Related Potential. J Clin Neurophysiol. 1992 Oct ; 9 (4) 456-79.
2. Veiga H, Deslandes A. Event Related Potential (P300). Arq Neuropsiquiatr 2004;62(3-A):575-581
3. Duncan CC, Barry RJ, Connolly JF, Fischer C. Event-related potentials in clinical research: Guidelines for eliciting, recording,and quantifying mismatch negativity, P300, and N400. Clinical Neurophysiology 120 (2009) 1883–1908
4. Lapsekili N. Relationship between P300 findings and neurological soft signs in patients with first episode schizophrenia. The Journal of Psychiatry and Neurological Sciences : 2011;24:167-174
5. S. Saevarsson, M. Bach, SP Heinrich. P300 in Neglect. 2012 Mar; 123 (3) 496-506
6. Kostic VS, Filipovic Sasa R. Utility of Auditory P300 in Detection of Presenile Dementia. J of the Neurological Sciences Journal of the Neurological Sciences (1995) Volume: 131, Issue: 2, Pages: 150-155.
7. Marsh JT, Schubarth G. PET and P300 Relationships in Early Alzheimer's Disease (1990) Neurobiology of Aging, Vol. 11. pp. 471-476.
8. Jose M, Coser PL, Pedroso FS, Rigon R, Cioqueta E. P300 Auditory Evoked Potential Latency In Elderly. Braz J Otorhinolaryngol. 2010;76(3):287-93.
9. Colrain IM, Campbell KB. The Use of Evoked Potentials in Sleep Research. Sleep Med Rev. 2007 August; 11 (4) : 277–293.
10. Inoue Y, Nanba K, Kojima K. P300 abnormalities in patients with severe sleep apnea syndrome. Psychiatry and Clinical Neurosciences Volume 55, Issue 3, pages 247–248, June 2001.
11. Abootalebi Y, Moradi MH, Khalilzadeh MA. A comparison of methods for ERP assessment in a P300-based GKT. International Journal of Psychophysiology 62 (2006) 309–320.
12. H. Schimke, U. Wranek, W. Klimesch. The value of P300 in the diagnosis of cognitive impairment in stroke. Elsevier Volume 10, Issue 1, January–February 2000, Pages 1–8.
23
13. Mohammed JS, Madfai ZA, Owath MM. Electrophysiologic Study of Cognitive Function inEpileptic Patients. Fac Med Baghdad 2011; Vol 53 No 3.
14. Ozmener OA, Nazliel B, Leventoglu A, Bilir E. The Role of Event Related Potential of Subclincal Cognitive Dysfunction in Epileptic Patients. Acta Neurol Belg, 2008; 108, 58-63
24