P1_Kel.2_Gigis Kintan M_2411100036

download P1_Kel.2_Gigis Kintan M_2411100036

of 48

description

Korosi

Transcript of P1_Kel.2_Gigis Kintan M_2411100036

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN P1

KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

Kelompok 2

Gigis Kintan Miyarthaluna(2411100036)

Asisten:Shilvia Kurniawati(2410100041)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKAJURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBERSURABAYAi

2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN P1

KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

Gigis Kintan Miyarthaluna(2411100036)

Asisten:Shilvia Kurniawati(2410100041)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKAJURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBERSURABAYAvii

2014

i

FINAL REPORT LABWORK MATERIAL ENGINEERING P1

WET AND ATMOSPHERIC CORROSION

Gigis Kintan Miyarthaluna(2411100036)

Asisten:Shilvia Kurniawati(2410100041)

STUDY PROGRAM S1 ENGINEERING PHYSICSDEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICSFACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGYSEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGYSURABAYA

2014

iii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

OLEH :GIGIS KINTAN MIYARTHALUNANRP. 2411.100.036

Surabaya, 28 November 2014Mengetahui/Menyetujui

AsistenPraktikan

Shilvia Kurniawati Gigis Kintan MiyarthalunaNRP. 2410 100 041NRP. 2411 100 018

iii

KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

Nama : Gigis Kintan MiyarthalunaNRP: 2411100036Nama Asisten: Shilvia KurniawatiABSTRAKKorosi adalah proses kimia atau elektro kimia yang terjadi antara logam dengan lingkungannya, yang bersifat korosif, sehingga mengakibatkan degradasi sifat logam tersebut. Korosi dibedakan menjadi dua berdasarkan reksi kimianya yaitu korosi basah dan korosi atmosferik. Laju korosi dipengaruhi oleh lingkungan. Laju korosi terbesar berada pada lingkungan asam. Laju korosi tergantung perubahan massa, massa jenis, durasi dan luas permukaan. Sampel yang digunakan adalah paku dengan diameter 0,2 cm an tinggi 5 cm. Larutan yang digunakan yaitu HCl, NaOH, dan NaCl dengan kosentrasi masing-masing 0,5 M, 1 M, dan 3 M, serta aquades. Paku diberi perlakun yang berbeda yaitu direndam selama tiga hari untuk korosi basah dan dicelupkan lalu dianginkan untuk korosi atmosferik. Laju korosi pada korosi basah dan korosi atmosferik terbesar yaitu larutan HCl 3 M sebesar 2,44E-10 cm/detik dan larutan HCl 0,5 M sebesar 2.155E-12cm/detik.

Kata kunci: Korosi, Korosi Basah, Korosi Atmosferik, HCl, NaCl, NaOH

v

xxix

WET CORROSSION AND ATMOSPHERIC CORROSION

Student Name: Gigis kintan MiyarthalunaNRP: 2411100036Assistant Name: Shilvia KurniawatiABSTRACTCorrosion is chemical process or electrochemical process that occur between metal with environment, that corrosive, resulting in metal degradation. Corrosion divided into two based chemical rection is wet corrosion and atmospheric corrosion. Corrosion rate is influenced by environment.The greatest cossosion rate occur in acid. Corrosion rate also influenced by mass change, density, duration, and surface area.Sample is least with diameter 0.2 cm and high 5 cm. Solution is HCl, NaOH, and NaCl with concentration 0.5 M, 1 M, and 3 M, also distilled water. Leasts treatment divided into two are soaked for three days and dyed and aerated.The greatest corrosion rate at wet corrosion and atmospheric corrosion are HCl 3M (2,44E-10 cm/second) and HCl 0.5 M (2.155E-12cm/second).Keyword : Corrosion,Wet Corrossion, Atmospheric Corrosion, HCl, NaCl, NaOh

vii

KATA PENGANTARPuji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi rekayaa bahan tentang Korosi Basah dan Korosi Atmosferik tepat waktu.Dalam laporan resmi ini, penulis membahas mengenai jenis-jenis korosi, pengaruh korosi terhadap logam dan perhitungan laju korosi. Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan kepada kami dalam penyelesaian laporan resmi ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada laporan resmi ini. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan laporan resmi ini. Penulis berharap laporan resmi ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada penulis. Selain itu, semoga laporan resmi ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan guna mengetahui mengenai korosi basah dan korosi atmosferik.

Surabaya, 28 November 2014

Penulisix

xii

DAFTAR ISI

Halaman JuduliCoveriiiLembar PengesahanvAbstrakviiAbstractixDaftar IsixiDaftar GambarxiiiDaftar TabelxvDaftar GrafikxviiDaftar SimbolxixBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Permasalahan11.3 Batasan Masalah11.4 Tujuan21.5 Manfaat2BAB II DASAR TEORI2.1 Definisi Korosi32.2 Jenis-Jenis Korosi32.3 Mekasnisme Korosi72.4 Perhitungan Laju Korosi8BAB III METODOLOGI PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan93.1.1 Alat93.1.2 Bahan93.2 Prosedur Percobaan9BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN4.1 Analisis Data114.2 Pembahasan16BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan175.2 Saran17Daftar PustakaLampiran

xi

DAFTAR GAMBARGambar 2.1Korosi Seragam pada Pipa Ballast 4Gambar 2.2Korosi Sumur4Gambar 2.3 Stress Corrosion5Gambar 2.4Korosi Erosi5Gambar 2.5Galvanic Corrosion6Gambar 2.6Crevice corrosion6Gambar 2.7Selective Leaching atau Dezincification yang Melepas Zinc dari alloy7Gambar 2.8Peristiwa Korosi8Gambar 4.1Sampel Sebelum Perlakuan11Gambar 4.2 Sampel pada Korosi Basah dengan Larutan HCl12Gambar 4.3Sampel pada Korosi Basah dengan Larutan NaOH12Gambar 4.4Sampel pada Korosi Basah dengan Larutan NaCl13Gambar 4.5 Sampel pada Korosi Basah dengan Aquades13Gambar 4.6Sampel pada Korosi Atmosferik14xiii

xvi

DAFTAR TABELTabel 4.1Hasil Percobaan Korosi Basah14Tabel 4.2Hasil Percobaan Korosi Atmosferik15Tabel 4.3Hasil Perhitungan Laju Korosi (R) pada Korosi Basah17Tabel 4.4Hasil Perhitungan Laju Korosi (R) pada Korosi Atmosferik18xv

xviii

DAFTAR GRAFIKGrafik 4.1Laju Korosi pada Korosi Basah dengan Larutan HCl 0,5 M; 1 M dan 3 M.19Grafik 4.2Laju Korosi pada Korosi Basah dengan Larutan NaOH 0,5 M; 1 M dan 3 M19Grafik 4.3 Laju Korosi pada Korosi Basah dengan Larutan NaCl 0,5 M; 1 M dan 3 M20Grafik 4.4 Laju Korosi pada Korosi Atmosferik dengan Larutan HCl 0,5 M; 1 M dan 3 M20Grafik 4.5 Laju Korosi pada Korosi Atmosferik dengan Larutan NaOH 0,5 M; 1 M dan 3 M21Grafik 4.6 Laju Korosi pada Korosi Atmosferik dengan Larutan NaCl 0,5 M; 1 M dan 3 M21Grafik 4.7 Laju Korosi pada Korosi Basah dan Korosi Atmosferik dengan Larutan Aquades22

xvii

xviii

DAFTAR SIMBOLK= 3,45x106 untuk mils per year (mpy) dan 8,76x104 untuk milimeter per year (mm/y)W= weight loss (g)D= density (g/cm2)A= area (cm2)t= time (jam)xix

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKorosi adalah proses kimia atau elektro kimia yang terjadi anara logam dengan lingkungannya, bersifat korosif, yang mengakibatkan degradasi sifat logam tersebut [1]. Dalam jangka waktu tertentu, logam akan mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan lagi sehingga yang dapt dilakukan hanyalah memperlambat laju korosi. Korosi merugikan secara ekonomis karena membuat material menjadi rapuh dan berumur pendek. Selain itu, kecelakaan yang tidak diinginkan bisa terjadi apabila terjadi korosi di jembatan, boiler, pipa, dan sebagainya. Biaya besar dibutuhkan untuk merawat material agar berumur panjang. Oleh karena itu, percobaan korosi basah dan atmosferik perlu dilakukan sehingga pratikan dapat mengetahui jenis-jenis korosi, pengaruh lingkungan pada logam dan besar laju korosi. 1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu sebagai berikut :a. apa saja jenis-jenis korosi?b. bagaimana pengaruh lingkungan pada logam?c. bagaimana cara menghitung laju korosi?1.3 Batasan MasalahAdapun batasan masalah dalam penulisan laporan ini yaitu larutan yang digunakan untuk merendam paku yaitu HCl, NaOH dan NaCl dengan konsentrasi masing-masing 0.5 M, 1 M dan 3 M.

1.4 TujuanTujuan dari pembuatan laporan ini ialah sebagai berikut :a. mengetahui dan mengenal jenis-jenis korosib. mengetahui pengaruh lingkungan terhadap logamc. menghitung laju korosi.1.5 ManfaatPercobaan korosi basah dan atmosferik memberikan manfaat bagi pratikan yaitu pratikan mengetahui proses terjadinya korosi, jenis jenis korosi, serta penyebab terjadinya korosi dan mampu menghitung laju korosi. Selain itu, pratikan mengetahui pengaruh lingkungan pada logam.

223

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi KorosiKorosi adalah proses kimia atau elektro kimia yang terjadi anara logam dengan lingkungannya, bersifat korosif, yang mengakibatkan degradasi sifat logam tersebut. Menurut jenis reaksinya korosi dibagi menjadi dua yaitu korosi kimia atau korosi kering (dry corrosion) dan korosi elektrokimia atau korosi basah (aqueous corrosion) [1]. Dalam jangka waktu tertentu, logam akan mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan lagi sehingga yang dapat dilakukan hanyalah memperlambat laju korosi. Korosi merugikan secara ekonomis karena membuat material menjadi rapuh dan berumur pendek. Selain itu, kecelakaan yang tidak diinginkan bisa terjadi apabila terjadi korosi di jembatan, boiler, pipa, dan sebagainya. Biaya besar dibutuhkan untuk merawat material agar berumur panjang.2.2 Jenis Jenis KorosiJenis-jenis korosi pada umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:1. Uniform CorrosionUniform corrosion yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan terkonversi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka. misalnya permukaan luar pipa.

Gambar 2.1 Korosi Seragam pada Pipa Ballast [3].

2. Pitting CorrosionPitting corrosion yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan logam karena hancurnya film dari proteksi logam yang disebabkan oleh rate korosi yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut.

Gambar 2.2 Korosi Sumur [3].

3. Stress Corrosion CrackingStress corrosion cracking yaitu korosi berbentuk retak-retak yang tidak mudah dilihat, terbentuk dipermukaan logam dan berusaha merembet ke dalam. Ini banyak terjadi pada logam-logam yang banyak mendapat tekanan. Hal ini disebabkan kombinasi dari tegangan tarik dan lingkungan yang korosif sehingga struktur logam melemah.

Gambar 2.3 Stress Corrosion [3].

4. Errosion CorrosionErrosion corrosion yaitu korosi yang terjadi karena tercegahnya pembentukan film pelindung yang disebabkan oleh kecepatan alir fluida yang tinggi, misalnya abrasi pasir.

Gambar 2.4 Korosi Erosi [3].

5. Galvanic CorrosionGalvanic corrosion yaitu korosi yang terjadi karena terdapat hubungan antara dua metal yang disambung dan terdapat perbedaan potensial antara keduanya.

Gambar 2.5 Galvanic Corrosion [3].

6. Crevice CorrosionCrevice corrosion yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat.

Gambar 2.6 Crevice corrosion [3].

7. Selective Leaching Selective leaching yaitu korosi yang berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari campuran logam. Contoh yang paling mudah adalah desinfication yang melepaskan zinc dari paduan tembaga [2].

Gambar 2.7 Selective Leaching atau Dezincification yang Melepas Zinc dari alloy [4].

2.3 Mekanisme KorosiPeristiwa korosi ditunjukkan pada gambar 2.8. Besi (Fe) mengoksidasi dn menghasilkan electron pada tepi tetesan untuk mereduksi oksiden dari udara. Permukaan bei di dalam tetesan bertindak sebagai anoda untuk proses:

Elektron bergerak melalui logam besi keluar dari tetesan dimana:

Dalam tetesan air, hidron hidrosikda (OH-) dapat masuk untuk bereaksi dengan ion besi (II) bergerak dari daerah oksidasi. Besi (II) hidrosiksa kemudian diendapkan.

Karat kemudian diproduksi denhan cepat oleh oksidasi endapan.

Gambar 2.8 Peristiwa Korosi [5].2.4 Perhitungan Laju KorosiLaju korosi pada logam dapat ditentukan dengan menggunakan metode perubahan massa dimana kondisi awal sampel dianggap tidak mengalami korosi. Laju korosi dapat dihitung dengan menggunakan peramaan 2.1 [6].

(2.1)

3

18

11

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan BahanAlatAlat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut: timbangan1 buah gelas ukur2 buah gelas plastik10 buah pengaduk1 buah pipet1 buah kertas amplas6 lembar wadah plastik / kertas10 buahBahanBahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut: aquades1728 ml NaOH7,2 gram HCl 12,06 M1608 ml NaCl11,53 gram paku besi20 buah3.2 Prosedur PercobaanProsedur dalam pelaksanaan percobaan ini yaitu sebagai berikut:a. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.b. Larutan NaOH dibuat dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M dan 3 M masing-masing di dalam sebuah gelas plastik.c. Larutan HCl dibuat dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M dan 3 M masing-masing di dalam sebuah gelas plastik.d. Larutan NaCl dibuat dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M dan 3 M masing-masing di dalam sebuah gelas plastik.e. Gelas berisi aquades disiapkan, lalu kesepuluah gelas ditandai untuk membedakan masing-masing gelas.f. 20 buah paku dibersihkan dengan amplas hingga bersih mengkilat.g. Masing-masing paku ditimbang (gram), dan dicatat beratnya.h. Masing-masing satu buah paku dicelupkan ke dalam masing-masing larutan.i. Paku-paku yang telah dicelupkan tersebut diletakkan di atas wadah plastik kemudian catat waktu (jam) pada saat diletakkan.j. Masing-masing satu buah paku dimasukkan ke dalam tiap larutan dan catat waktu (jam) pada saat paku dimasukkan.k. Semua paku dibiarkan selama 3 hari.l. Keadaan masing-masing paku dicatat setelah 3 hari.m. Masing-masing paku dibersihkan kembali dengan amplas, serta waktu (jam) dicatat saat paku dibersihkan.n. Masing-masing paku ditimbang kembali, dan dicatat beratnya.o. Masing-masing paku dihitung laju korosinya.p. Hasil laju reaksi yang diperoleh dibuat kurvanya.

BAB IVANALISA DATA DAN PEMBAHASAN4.1. Analisa DataSampel yang belum diberi perlakuan ditunjukkan pada gambar 4.1. Sampel korosi basah ditunjukkan pada lautan HCl, NaOH, NaCl dan H2O ditunjukkan pada gambar 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5. Sedangkan sampel korosi atmosferik ditunjukkan pada lautan HCl, NaOH, NaCl dan H2O ditunjukkan pada gambar 4.6.

Gambar 4.1 Sampel Sebelum Perlakuan. Gambar 4.2 Sampel pada Korosi Basah dengan Larutan HCl. Gambar 4.3 Sampel pada Korosi Basah dengan Larutan NaOH.

Gambar 4.4 Sampel pada Korosi Basah dengan Larutan NaCl.

Gambar 4.5 Sampel pada Korosi Basah dengan Aquades.

Gambar 4.6 Sampel pada Korosi Atmosferik.Data yang didapatkan ditunjukkan pada tabel 4.1 dan 4.2, dimana W adalah massa mula-mula (w0) dikurangi masssa setelah korosi (wt).Tabel 4.1 Hasil Percobaan Korosi BasahElektrolitw0 (g)wt (g)W (g)

HCl (0.5M)1.220.880.34

HCl (1 M)1.160.310.85

HCl (3 M)1.2101.21

NaOH (0.5 M)1.131.14-0.01

NaOH (1 M)1.150.141.01

NaOH (3 M)1.071.060.01

NaCl (0.5 M)1.141.130.01

NaCl (1 M)1.121.120

NaCl (3 M)1.181.180

H2O1.151.16-0.01

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Korosi Atmosferik Elektrolitw0 (g)wt (g)W (g)

HCl (0.5M)1.131.120.01

HCl (1 M)1.21.20

HCl (3 M)1.191.180.01

NaOH (0.5 M)1.181.19-0.01

NaOH (1 M)1.121.120

NaOH (3 M)1.121.13-0.01

NaCl (0.5 M)1.21.190.01

NaCl (1 M)1.171.170

NaCl (3 M)1.151.150

H2O1.041.05-0.01

Luas permukaan paku dianggap sebagai luas permukaan tabung, yang ditunjukkan pada persamaan 4.1. Ukuran paku yaitu diameter 0,2 cm dan tinggi 5 cm sehingga luas permukaan (A) paku yaitu 3.456 cm2.

(4.1)Massa jenis paku (D) dihitung dengan persamaan 4.2.

(4.2)Durasi (t) selama tiga hari atau 259200 detik dan konstanta (K) sebesar:

(4.3)Dari data-data diatas maka besar laju korosi (R) pada korosi basah dan kering ditunjukkan pada tabel 4.3 dan 4.4, dimana:

(4.4)Hubungan laju korosi (R) dan konsentrasi larutan ditunjukkan pada grafik 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6 dan 4.7.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Laju Korosi (R) pada Korosi Basah.Elektrolitw0 (g)wt (g)W (g)d (cm)t (cm)V (cm3)A (cm2)D (g/cm3)t (detik)K R (cm/detik)

HCl (0.5M)1.220.880.340.250.7853.4561.5532592002.78E-046.79E-11

HCl (1 M)1.160.310.850.250.7853.4561.4772592002.78E-041.78E-10

HCl (3 M)1.2101.210.250.7853.4561.5412592002.78E-042.44E-10

NaOH (0.5 M)1.131.14-0.010.250.7853.4561.4392592002.78E-04-2.2E-12

NaOH (1 M)1.150.141.010.250.7853.4561.4642592002.78E-042.14E-10

NaOH (3 M)1.071.060.010.250.7853.4561.3622592002.78E-042.28E-12

NaCl (0.5 M)1.141.130.010.250.7853.4561.4512592002.78E-042.14E-12

NaCl (1 M)1.121.1200.250.7853.4561.4262592002.78E-040

NaCl (3 M)1.181.1800.250.7853.4561.5022592002.78E-040

H2O1.151.16-0.010.250.7853.4561.4642592002.78E-04-2.1E-12

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Laju Korosi (R) pada Korosi Atmospherik.Elektrolitw0 (g)wt (g)W (g)d (cm)t (cm)V (cm3)A (cm2)D (g/cm3)t (detik)K R (cm/detik)

HCl (0.5M)1.131.120.010.250.7853.4561.4392592002.78E-042.155E-12

HCl (1 M)1.21.200.250.7853.4561.5282592002.78E-040

HCl (3 M)1.191.180.010.250.7853.4561.5152592002.78E-042.047E-12

NaOH (0.5 M)1.181.19-0.010.250.7853.4561.5022592002.78E-04-2.06E-12

NaOH (1 M)1.121.1200.250.7853.4561.4262592002.78E-040

NaOH (3 M)1.121.13-0.010.250.7853.4561.4262592002.78E-04-2.17E-12

NaCl (0.5 M)1.21.190.010.250.7853.4561.5282592002.78E-042.03E-12

NaCl (1 M)1.171.1700.250.7853.4561.492592002.78E-040

NaCl (3 M)1.151.1500.250.7853.4561.4642592002.78E-040

H2O1.041.05-0.010.250.7853.4561.3242592002.78E-04-2.34E-12

17

Grafik 4.1 Laju Korosi pada Korosi Basah dengan Larutan HCl 0,5 M; 1 M dan 3 M.

Grafik 4.2 Laju Korosi pada Korosi Basah dengan Larutan NaOH 0,5 M; 1 M dan 3 M.

Grafik 4.3 Laju Korosi pada Korosi Basah dengan Larutan NaCl 0,5 M; 1 M dan 3 M.

Grafik 4.4 Laju Korosi pada Korosi Atmosferik dengan Larutan HCl 0,5 M; 1 M dan 3 M.

Grafik 4.5 Laju Korosi pada Korosi Atmosferik dengan Larutan NaOH 0,5 M; 1 M dan 3 M.

Grafik 4.6 Laju Korosi pada Korosi Atmosferik dengan Larutan NaCl 0,5 M; 1 M dan 3 M.

Grafik 4.7 Laju Korosi pada Korosi Basah dan Korosi Atmosferik dengan Larutan Aquades.4.2. PembahasanDari hasi percobaan didapatkan laju korosi pada korosi basah pada larutan HCl dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M; 1 M; dan 3 M yaitu 6,79E-11 cm/detik; 1,78E-10 cm/detik; dan 2,44E-10 cm/detik. Peningkatan kosentrasi HCl menyebabkan peningkatan laju korosi.Pada larutan NaOH dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M; 1 M; dan 3 M yaitu -2,2E-12 cm/detik; 2,14E-10 cm/detik; dan 2,28E-12 cm/detik. Respon kosentrasi NaOH terhadap laju korosi menunjukkan hasil yang fluktuatif, dengan laju korosi tertinggi pada NaOH 1 M.Pada larutan NaCl dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M; 1 M; dan 3 M yaitu 2,14E-12 cm/detik; 0; dan 0. Respon kosentrasi NaCl terhadap laju korosi menunjukkan bahwa laju korosi menurun. Penambahan konsentrasi NaCl menyebabkan laju korosi turun menjadi nol. Sedangkan laju korosi pada korosi atmosferik pada larutan HCl dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M; 1 M; dan 3 M yaitu 2.155E-12cm/detik; 0; dan 2,047E-12 cm/detik. Konsentrasi NaOH terhadap laju korosi menunjukkan hasil yang fluktuatif, dengan laju korosi tertinggi pada HCl 0,5 M. Pada larutan NaOH dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M; 1 M; dan 3 M yaitu -2,06E-12 cm/detik; 0; dan -2,17E-12 cm/detik. Konsentrasi NaOH terhadap laju korosi menunjukkan hasil yang fluktuatif, dengan laju korosi tertinggi pada NaOH 1 M.Pada larutan NaCl dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M; 1 M; dan 3 M yaitu 2,03E-12 cm/detik; 0; dan 0. Konsentrasi NaOH terhadap laju korosi menunjukkan hasil yang fluktuatif, dengan laju korosi tertinggi pada NaCl 0,5 M. Laju korosi pada korosi basah dan atmosferik dengan larutan H2O yaitu -2,1E-12 cm/detik dan -2,34E-12 cm/detik.Laju korosi tertinggi pada korosi basah.Laju korosi pada korosi basah lebih besar dibandingkan korosi atmosferik. Korosi atmosferik berlangsung selama H2O tersedia. Berdasarkan teori maka laju korosi terbesar pada korosi basah dengan lingkungan asam. Namun, hasil penimbangan kembali menunjukkan adanya penambahan massa paku sehingga laju korosi menunjukkan nilai negatif. Data yang didapatkan tidak valid karena kesalahan pada saat pengukuran. Selain itu, paku mungkin belum bersih dari karat sehingga tambahan massa berasal dari massa karat.19

26

BAB VSIMPULAN DAN SARAN5.1. SimpulanBerdasarkan hasil percobaan ini dapat dsimpulkan sebagai berikut:a. Korosi dibedakan menjadi dua berdasarkan reksi kimianya yaitu korosi basah dan korosi atmosferik.b. Laju korosi dipengaruhi oleh lingkungan. Laju korosi terbesar berada pada lingkungan asam.c. Laju korosi tergantung perubahan massa, massa jenis, durasi dan luas permukaan. Laju korosi pada korosi basah dan korosi atmosferik terbesar yaitu larutan HCl 3 M sebesar 2,44E-10 cm/detik dan larutan HCl 0,5 M sebesar 2.155E-12cm/detik. Laju korosi basah lebih besar dibandingkan korosi kering. Korosi kering hanya bereaksi pada saat ada air.5.2. SaranSaran yang diberikan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:a. Pratikan sebaiknya memakai pengaman pada saat percobaan.b. Timbangan dikalibrasi terlebih dahulu.

Halaman ini memang dikosongkan.

25

DAFTAR PUSTAKA[1] Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.2 Tahun 2012[2] Halimatuddahliana. 2003. Pencegahan Korosi dan Scale Pada Proses Produksi Minyak Bumi. URL http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-halima.pdf diunduh pada 16 November 2014.[3] Utomo, Budi. 2009. Jenis Korosi dan Penanggulangannya. KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009. URL http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/ viewFile/2731/2421 diunduh pada 16 November 2014.[4] Roberge, Pierre R. 2014. Dealloying (selective leaching). URL http://corrosion-doctors.org/Forms-selective/dezinc-valve.htm diunduh pada 16 November 2014.[5] Sawitri, Dyah dkk. 2012. Pengaruh Tebal Lapisan Sealants Terhadap Laju Korosi Atmosferik Lingkungan Asam Sulfat Pada Pelat Logam Badan Mobil. Jurnal SainsMateri Indonesia, Vol. 8, No. 1, Oktober 2006, hal : 12 17. URL http://jusami.batan.go.id/dokumen/materi/ 30Jan12_151641_Dyah%20Sawitri.pdf diunduh pada 16 November 2014.[6] Ahmad, Dr. Zaki dkk. 2004. Factors Affecting Uniform Corrosion. URL http://faculty.kfupm.edu.sa/ME/ hussaini/Corrosion%20Engineering/04.02.02.htm diakses pada 16 November 2014.

[7]

LAMPIRANJudul Jurnal: Sintesis Natrium Silikat dari Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor KorosiPengarang: : Ahmad Fauzan Adziimaa, Doty Dewi Risanti, dan Lizda Johar MawarniPendahuluanNatrium silikat (Na2SiO3) merupakan mineral silikat yang penggunaannya cukup luas dalam dunia industri yakni sebagai bahan baku pembuatan tinta silika gel, bahan aditif dalam pembuatan semen khusus, serta sebagai bahan campuran pada pembuatan detergen dan sabun cair. Selain itu, natrium silikat juga dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor korosi, katalis dan koagulan dalam pengolahan air limbah. Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju korosi pada logam akibat pengaruh lingkungan. Natrium silikat termasuk dalam jenis inhibitor pengendapan yang pada umumnya baik digunakan pada pH mendekati 7 dengan kadar Cl- yang rendah. Pada percobaan ini natrium silikat bertindak sebagai inhibitor mempasifkan anoda sehingga membentuk endapan yang melindungi saluran pipa dari korosi.Metodologi PercobaanEktraksi dilakukan pada lumpur lapindo yang berjarak 2 km dari pusat semburan. Lumpur dibersihkan dari pengotor dengan aquades kemudian dikeringkan dan digerus. Lalu bubuk ditimbang sebanyak 8 gram untuk dibersihkan dengan HCl 2 M selama 4 jam, diaduk dengan menggunakan magnetic strirer selama sekitar sejam pada suhu 80C, dengan kecepatan 2 mod. Kemudian dititrasi lagi dengan HCl 3 M dengan diputar menggunakan magnetic stirrer pada suhu 40oC dengan kecepatan putaran 2 mod hingga pH mendekati 7 dan terbentuk endapan putih silika. Endapan silika yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan kertas saring lalu dikeringkan pada suhu 100oC selama 2 jam. Endapan silika lalu dicuci menggunakan aquades untuk menghilangkan pengotor yang berupa senyawa garam NaCl.Senyawa natrium silikat (Na2SiO3) disintesis dengan mereaksikan silika dari lumpur Lapindo dengan larutan NaOH. NaOH sebanyak 8 gram dilarutkan dalam aquades sebanyak 10 ml dalam tabung reaksi. Setelah NaOH dan aquades bereaksi sempurna kemudian ditambahkan 6 gram silika (SiO2) hasil ekstraksi ke dalam tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi dipanaskan di atas api hingga terjadi reaksi antara NaOH dan silika (SiO2) dan akhirnya silika larut dalam larutan.Ekstraksi natrium silikat pada lumpur lapindo berdasarkan reaksi berikut:2NaOH + SiO2 Na2SiO3 + H2O(3)Na2SiO3 + 2HCl 2NaCl + SiO2 + H2O(4)Untuk mengetahui tingkat kemurnian endapan silika hasil ekstraksi, dilakukan uji XRD dengan radiasi Cu K- pada rentang 5-60O. Pengujian yang dilakukan pada sampel yaitu pengujian pipa dengan SEM, pengujian Natrium silikat dengan FTIR pengujian korosi pada kondisi asam (lumpur lapindo), basa (NaCl) dan garam (NaCl teknis).Perhitungan efisiensi inhibitor mengunakan rumus berikut:

Hasil dan PembahasanHasil pengujian XRD endapan silika dapat dilihat pada Gambar 1 (b). Dari pengujian XRD, diketahui bahwa silika yang digunakan berbentuk amorf dengan kemurnian 98,8%. Pengujian FTIR menunjukkan natrium silikat memiliki gugus fungsi Si-O(Na) dan O-Si-O yang muncul pada bilangan gelombang 954,44 cm-1 dan 876,63 cm-1.

Gambar 1. (a) Pengujian FTIR pada Natrium Silikat dan (b)Hasil pengujian kandungan silika pada lumpur lapindo.

Hasil pengujian SEM menunjukkan morfologi ductile cast iron, dalam larutan lumpur, dalam larutan garam.

Gambar 2. Hasil pengujian SEM (a) Permukaan Saluran Pipa. (b) Sampel dalam Larutan Lumpur. (c) Sampel dalam Larutan Garam.1. Larutan LumpurPenambahan PH pada larutan lumpur menujukkan penurunan laju korosi. Sedangkan penambahan volume inhibitor meningkatkan efiesiensi inhibitor.

Gambar 3. Pengaruh pH pada Larutan Lumpur.

Gambar 4. Pengaruh Penambahan Volume Inhibitor pada Larutan Lumpur.2. Larutan GaramPenambahan PH pada larutan garam menujukkan penurunan laju korosi. Sedangkan penambahan volume inhibitor meningkatkan efiesiensi inhibitor.

Gambar 5. Pengaruh PH pada Larutan Garam.

Gambar 6. Pengaruh Penambahan Volume Inhibitor pada Larutan Garam.KesimpulanHasil percobaan yang dilakukan jurnal menunjukkan bahwa penambahan inhibitor sebanyak 6 ml telah efektif menurunkan laju korosi pada larutan NaCl 3,5% dan penambahan inhibitor sebanyak 4 ml telah efektif menurunkan laju korosi pada larutan lumpur Lapindo. Natrium Silikat hasil sintesis dapat digunakan sebagai inhibitor korosi pada ductile cast iron dalam larutan lumpur Lapindo dengan efisiensi tertinggi 60,73% dan larutan garam NaCl 3,5% dengan efisiensi tertinggi 42,37%.