P1
-
Upload
zulwaqor-maulana -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of P1
![Page 1: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/1.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
PROPOSAL TUGAS AKHIR
(MO 141326)
RINGKASAN
PENGUSUL
a. Nama Mahasiswa : Zulwaqor Maulana
b. NRP : 4312100047
c. Batas Waktu Studi : 8 Semester
d. Jumlah SKS yang telah lulus : 140 SKS
e. IPK rata-rata : 3.29
CALON DOSEN PEMBIMBING
a. Nama : Nur Syahroni, S.T., M. T., Ph.D
NIP : 19730602 199903 1 002
Tanda tangan :
b. Nama : Ir. Mas Murtedjo, M.Eng
Tanda tangan :
MATERI PENELITIAN
a. Judul Penelitian
Analisa kekuatan geladak pada barge dengan pendekatan ultimate dan
menggunakan metode elemen hingga.
1
![Page 2: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/2.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada jaman dimana teknologi sudah berkembang ini. Kita tentu saja tau kemajuan teknologi dalam berbagai macam bidang, khususnya dunia maritim. Pada awal pembuatan kapal dulu hanya digunakan untuk bertujuan mentransportasikan makhluk hidup. Namun sekarang, kapal bisa memiliki berbagai macam fungsi. Seperti sebagai tempat pengeboran dan penyimpanan minyak, pencari sumber minyak, bahkan sampai untuk mentransportasikan alat-alat yang berukuran besar seperti jacket dan sebagainya. Ada dua tipe sistem transportasi, yang pertama adalah transportasi dengan system loud out, yang kedua dengan system tow out (Chakrabakti, 1987). System load out biasanya digunakan untuk struktur jacket dan top structure. Pada proses load out ini digunakan barge sebagai alat transportai struktur bangunan lepas pantati. Sedangkan system tow out digunakan untuk struktur yang memiliki buoyancy tanks atau struktur terapung. Struktur ini ditarik menuju tempat instalasi menggunakan tug boat (kapal tunda). Ada dua pilihan posisi barge yang dipakai untuk load out (Soegiono, 2004)
1. Side loadout : dimana pemindahan muatan dilakukan melalui samping (side) kapal. Dikarenakan ruang bebas untuk maneuver barge dan kedalaman terbatas. Serta hanya untuk konstruksi kecil yang hanya bisa diangkat oleh crane
2. Rear end load out : dimana pemindahan muatan dilakukan melalui buritan kapal. Posisi ini sangat stabil untuk mengatur ballasting. Sehingga loadout dengan skidway ataupun dollies dapat dilakukan dengan baik
Pada proses loadout, pemilihan waktu yang tepat sangat penting. Karena ketinggian dari dermaga dan geladak harus sama. Pada saat posisi barge di permukaan air tenang, maka tegangan-tegangan yang terjadi pada deck dan beam serta stiffener berasal dari struktur itu sendiri (Murman, 2002). Kemudian permasalahan selanjutnya adalah konfigurasi peletakan muatan (container crane) di atas barge, dimana titik pusat gravitasi muatan dianjurkan segaris dengan titik pusat gravitasi kapal. Jika titik pusat gravitasi tidak segaris maka akan menimbulkan ketidak stabilan pada barge yang menyebabkan trim/roll. Setalah itu permasalahan yang paling mendasar adalah apakah kekuatan dari deck mampu menahan beban muatan yang terjadi saat proses load out. Kekuatan deck perlu diperhatikan dalam proses loadout pada setiap fase, supaya dapat diketahui tegangan kritis yang akan mengakibatkan proses loadout tidak berjalan lancer sebagaimana mestinya. Pembebanan pada proses load out tentu harus diperhatikan, karena kekuatan yang di miliki barge belum tentu mampu menahan muatan yang bervariasi, oleh karena itu di perlukan adanya penegar
2
![Page 3: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/3.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
pada geladak dengan konfigurasi tertentu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan kekuatan geladak dari barge untuk menerima beban maksimum.
Analisa kekuatan geladak biasanya dilakukan dengan asumsi bahwa tegangan yang terjadi masih terletak dalam batas elastis dengan defleksi kecil. Hal ini mengakibatkan sebagian besar struktur tersebut akan bertegangan rendah, mengakibatkan pemborosan penggunaan baja. Sehingga perlu digunakan konsep dan analisa baru berdasarkan kondisi plastis. Wahyudi (1992) menjelaskan bahwa tujuan dari analisa plastis adalah untuk menntukan besarnya beban runtuh tersebut serta tingkah laku dan sifat material ketika tegangan-tegangan material telah melampaui batas elastis.
Paik (2007) menyebutkan bahwa pendekatan limit state lebih baik dalam segi design dan perhitungan kekuatan untuk berbagai tipe struktur dibandingkan pendekatan tegangan ijin yang bekerja karena tidak mungkin menghitung margin keaaaman yang sesungguhnya dari struktur jika limit state tidak diketahui. Jika dalam industry lepas pantai perkembangan dan aplikasi pendekatan design dengan limit state sudah banyak digunakan, namun dalam industry galangan masih menggunakan aturan klasifikasi yang masih bergantung pada tegangan ijin yang bekerja untuk pendekatan design kapal. Namun dalam tahun-tahun terakhir, ISO, IMO, dan klasifikasi lainnya semakin mengembangkan standar berdasarkan limit state dan juga untuk rules (IACS). Selama beberapa tahun terakhir, beberapa metode untuk perhitungan limit state dari marine structures dikembangkan dalam berbagai literature. Dengan pendekatan ultimate, maka dapat diketahui kapasistas sisa beban yang dapat dibawa dari suatu struktur untuk tetap menjaga struktur dalam level aman. Perhitungan kekuatan sisa juga penting untuk menentukan biaya efetif untuk repair dalam masa operasi struktur. Perliaku statis dan dinamis plastis struktur penting diketahui dalam perhitungan kemanan dalam teknik perkapalan dan teknik kelautan karena adanya peningkatan perhatian public terhadap kemanaan kapal dan bahaya potensial dari lingkungan.
Tugas akhir ini mengambil studi kasus dari PT.Gama dimana barge yang dianalisa adalah barge yang akan digunakan untuk proses transportasi container crane dari dermaga nilan tanjung perak ke kupang NTT. Analisa kekuatan geladak pada barge dilakukan dengan pendekatan ultimate dari beban maksimum struktur yang akan diangkat, sehingga dari hasil analisa dapat diketahui beban runtuh geladak barge tersebut dan karteristiknya.
1.2 Perumusan masalah
Masalah yang akan di bahas dalam penilitan ini adalah sebagai berikut :
1. Beban apa saja yang mempengaruhi kekuatan dari geladak pada barge?2. Berapa besar beban ultimate yang bisa diberikan dan bagaimana perilaku struktur
geladak pada barge tersebut?
3
![Page 4: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/4.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
3. Bagaimana hubungan analisis non linear finite element dan linear finite element untuk geladak pada barge untuk pengangkutan container crane?
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak di capai adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui beban beban apa saja yang mempengaruhi kekuatan geladak pada barge.
2. Untuk mengetahui beban ultimate yang bisa diberikan dan menguraikan perliaku struktur geladak barge tersebut.
3. Untuk mengetahui hubungan pemodelan nonlinear dan linear finite element geladak barge tersebut.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengertian yang lebih dalam tentang analisa kekutan ultimate pada barge atau bangunan lepas pantai.
2. Memberikan informasi seberapa besar beban yang mampu di tahan oleh suatu struktur/deck framing/tumpuan sampai kondisi akan runtuh (collapse).
3. Penelitian ini diharapkan sebagai penunjang engineer untuk melakukan analisa dengan menggunakan pendekatan kekuatan ultimate pada barge atau pada bangunan lepas pantai sering disebut Push Over Analaysis.
4. Memberikan informasi hubungan antara analisis FEM nonlinear dan linear pada perhitungan kekuatan ultimate suatu struktur.
1.5 Batasan Masalah
1. Konfigurasi crane pada barge sudah ditentukan oleh PT.Gama2. Deck barge yang ditinjau adalah deck barge PUMA 73. Barge yang digunakan adalah barge PUMA 74. Beban yang ditinjau adalah beban maksimum akibat gelombang dan beban muatan
pada saat kondisi badai.5. Container crane yang ditransportasikan ke NTT ditransportasikan dengan posisi
vertical dengan berat termasuk kontingensi 10%6. Parameter delta hydrostatic yang dibandingkan adalah displacement, GMl,GMt, KMl,
KMt, TPc, MCt dengan toleransi 0,5C%7. Pada pemodelan sambungan deck barge yang akan ditinjau di anggap bahwa tidak ada
cacat atau las-lasan sempurna.8. Perhitungan shear force dan bending moment di MOSES 6.0 pada kondisi Lightship
dan kondisi Full Loadded
4
![Page 5: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/5.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
1.6 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang akan dilakukan,
perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian, manfaat yang
diperoleh, serta ruang lingkup penelitian untuk membatasi analisis yang dilakukan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi referensi dan juga teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan
atau pedoman dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Referensi tersebut bersumber pada
jurnal lokal maupun internasional, literatur, code dan juga buku yang berkaitan
dengan topik yang dibahas.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang alur pengerjaan Tugas Akhir dengan tujuan untuk memecahkan
masalah yang diangkat dalam bentuk diagram alir atau flow chart yang disusun secara
sistematik yang dilengkapi pula dengan data-data penelitian serta penjelasan detail
untuk setiap langkah pengerjaannya.
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang pengolahan data yang diperoleh, kemudian hasil
pemodelan struktur dengan menggunakan MAXSURF, dimana output dari MOSES
digunakan untuk pembebanan analisa local geladak pada ANSYS. Yang selanjutnya
akan dilakukan analisa FEM linear dan nonlinear untuk perbandingan.
Bab V Penutup
Bab ini berisi simpulan yang merupakan uraian singkat dari keseluruhan hasil analisis.
Uraian singkat ini diharapkan bisa menjawab rumusan masalah yang ada. Pada bab ini
terdapat pula saran yang yang bermanfaat guna keberlanjutan penelitian terkait ke
depannya.
5
![Page 6: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/6.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Analisa kekuatan struktur dengan pendekatan Ultimate Limit State design adalah pendekatan yang paling menggambarkan mode kegagalan dari suatu struktur, karena memang pendekatan ini mendekati margin keamanan yang sebenarnya. Pada umumnya analisa kekuatan dengan menggunakan metode tegangan ijin mendesign member agar tidak pernah melewati batas yield strength karena itu design dengan menggunakan metode ini terbilang kurang ekonomis. (Isaac Gaetz) 2015.
(Paik) 2007 Pendekatan limit state lebih baik dalam segi desain dan perhitungan kekuatan untuk berbagai tipe struktur dibandingkan pendekatan tegangan ijin yang bekerja karena tidak mungkin menghitung margin keamanan yang sesungguhnya dari struktur jika limit state tidak diketahui . Perkembangan dan aplikasi pendekatan design limit state sudah banyak digunakan, namun dalam industri galangan masih menggunakan aturan klasifikasi yang masih bergantung pada tegangan ijin.
Namun, semakin berkembangnya jaman. Pada masalah design struktur, sudah banyak yang mengacu pada limit state design sejak dua decade ini. Hal ini menandakan, pada design dengan menggunkan metode limit state memang benar benar menggambarkan ketidakpastian pada dunia yang sebenarnya. Beban yang digunakan untuk perhitungan juga bervariasi agar perhitungan yang dilakukan lebih tepat. Dalam segi ekonomi tentu design dengan menggunakan metode limit state lebih ekonomis dari pada design menggunakan pendekatan tegangan ijin yang terlihat sudah konvensional.
Dengan pendekatan ultimate, maka dapat diketahui kapasistas sisa beban yang dapat dibawa dari suatu struktur untuk tetap menjaga struktur dalam level aman. Perhitungan kekuatan sisa juga penting unuk menentukan biaya efektif untuk repair dalam masa operasi struktur. Perilaku statis dan dinamis pastis struktur penting untuk diketahui dalam perhitungan keamanan dalam dunia tekni, karena adanya peningkatan perhatian public terhadap keamanan kapal dan bahaya potensial dari lingkungan.
Terdapat beberapa metode elemen hingga non linear, dan yang paling baik digunakan untuk analisa elemen hingga nonlinear multi degree of freedom adalah metode Newton Raphson karena dapat mencegah pengulangan dari bentuk kekakuan tangen yang merupakan dasar dari analisa elemen hingga non linear (Paik) 2007
6
![Page 7: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/7.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Dasar Analisis Dinamis
Berdasarkan DNV OS E301 (2004), metode analisis simulasi domain pada bangunan lepas
pantai dibagi menjadi dua, yaitu
a. Frequency Domain Analysis
Frequency domain analysis adalah simulasi kejadian pada saat tertentu dengan interval
frekuensi yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ini bisa digunakan untuk
memperkirakan respon gelombang acak, seperti gerakan dan percepatan platform, gaya
tendon, dan sudut. Keuntungan metode ini adalah tidak membutuhkan banyak waktu untuk
perhitungan, input dan output juga lebih sering digunakan oleh perancang. Kekurangannya
adalah untuk setiap persamaan non-linear harus diubah menjadi linear. Pada frequency
domain analysis, keseimbangan dinamik dari sistem linear dapat diformulasikan dengan
persamaan (2.1)
M(ω)r+C(ω)r+K (ω)r=X e iωt (2.1)
dengan
M () = matriks massa fungsi frekuensi (ton)
C () = matriks damping fungsi frekuensi (ton/s)
K () = matriks kekakuan fungsi frekuensi (kN/m)
X = vektor beban kompleks memberikan informasi pada amplitudo
beban dan fase pada semua derajat kebebasan
r = vektor displacement (m)
b. Time Domain Analysis
Time domain analysis adalah penyelesaian gerakan dinamis berdasarkan fungsi waktu.
Pendekatan yang dilakukan dalam metode ini akan menggunakan prosedur integrasi waktu
dan menghasilkan time history response berdasarkan fungsi waktu x(t). Metode analisis time
domain umumnya seperti program komputer dapat digunakan untuk menganalisis semua
situasi tali tambat dibawah pengaruh dinamika frekuensi gelombang. Periode awal harus
7
![Page 8: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/8.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
dimaksimalkan untuk meminimalkan efek transien. Namun, metode ini dalam membutuhkan
proses lebih kompleks dan waktu yang lama. Hal ini membutuhkan simulasi time history.
Time history memberikan hasil tension maksimum, beban jangkar, dan lain-lain. Keuntungan
metode ini dibandingkan frequency domain adalah semua tipe non-linear (matriks sistem dan
beban-beban eksternal) dapat dimodelkan dengan lebih tepat. Sedangkan kerugiaannya
adalah membutuhkan waktu perhitungan yang lebih. Menurut DNV OS E301, minimal
simulasi time domain adalah selama 3 jam (10800 detik).
2.2.2 Beban Angin
Beban angin merupakan beban dinamis, tapi beberapa struktur akan meresponnya pada model
statis yang paling mendekati. Dalam perancangan bangunan lepas pantai pada umumnya
perhitungan beban angin disyaratkan untuk didasarkan pada besarnya kecepatan ekstrem
dengan periode ulang 50 atau 100 tahun. Semakin lama periode ulang yang digunakan maka
risiko kegagalan semakin besar. Berdasarkan OCIMF (1997) Mooring Equipment
Guidelines, perhitungan beban angin didefinisikan sebagai berikut
F xw=C xW ( ρw
7600 )V w2 AT (2.2)
F yw=C yW ( ρw
7600 )V w2 AL (2.3)
dengan,
Fxw = gaya angin longitudinal (kN)
Fyw = gaya angin lateral (kN)
Cxw = koefisien gaya angin longitudinal non dimensional
Cyw = koefisien gaya angin transversal non dimensional
ρw = massa jenis udara (1.223 kg/m3)
Vw2 = kecepatan angin pada ketinggian 10 m (m/s)
AT = luas penampang transversal di atas air (m2)
AL = luas penampang longitudinal di atas air (m2)
8
![Page 9: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/9.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
2.2.3 Teori Gelombang Reguler
Dengan mengasumsikan kondisi dasar laut adalah rata dan batasan horisontal pada permukaan bernilai tak hingga maka teori gelombang linear atau yang lebih dikenal dengan teori gelombang Airy dapat diterapkan. Adapun persamaan-persamaan yang dari teori gelombang Airy adalah sebagai berikut
a. Kecepatan potensial (∅)
∅= gAω
cosh k (z+d )coshkd
sin(kx−ωt ) (2.17)
b. Kecepatan fluida (υz)
υz=−Aω sinh (kz−kd )sinh (kd )
sin(ωt−k . x) (2.18)
c. Percepatan fluida (az)
az=−A ω2 kk
sinh (kz+kd )sinh (kd )
cos (ωt−k . x ) (2.19)
dengan,A = amplitudo gelombang (m)ω = frekuensi alami gelombang (rad/s2)k = angka gelombangd = kedalaman laut (m)
2.2.4Teori Gerak Bangunan Apung
Bangunan apung secara garis besar dibagi menjadi dua kategori, meliputi bangunan apung
berbadan silindris dan bangunan apung berbadan kapal (Soetomo, 2010). Bangunan apung
berbadan silindris dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu single bodied dan space framed
bodied. Bangunan apung ramping memiliki kriteria perbandingan antara diameter struktur
dengan panjang gelombang datang kurang dari sama dengan 0.2, sedangkan bangunan apung
gemuk memiliki kriteria perbandingan antara diameter struktur dengan panjang gelombang
datang lebih dari 0.2. Struktur bangunan apung memiliki enam moda gerakan bebas yang
9
![Page 10: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/10.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
terbagi menjadi dua kelompok yakni moda gerak translasional dan moda gerak rotasional
(Bhattacaryya, 1972).
a. Moda gerak translasional
i. Surge, arah gerak sumbu x
ii. Sway, arah gerak sumbu y
iii. Heave, arah gerak sumbu z
b. Moda gerak rotasional
i. Roll, arah gerak sumbu x
ii. Pitch, arah gerak sumbu y
iii. Yaw, arah gerak sumbu z
Gambar 2.1 Gerak bangunan apung(sumber : Soetomo, 2010)
2.2.5 Response Amplitude Operator (RAO)
Response Amplitude Operator (RAO) merupakan fungsi respon gerakan dinamis struktur
yang disebabkan oleh gelombang dengan rentang frekuensi tertentu. RAO merupakan alat
untuk mentransfer gaya gelombang menjadi respon gerakan dinamis struktur. Menurut
Chakrabarti (1987) RAO dapat didefinisikan sebagai
RAO(ω)=X p(ω)η(ω )
(2.20)
dengan
Xp(ω) = amplitudo struktur
10
![Page 11: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/11.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105η(ω) = amplitudo gelombang
Response Amplitude Operator (RAO) atau disebut juga dengan Transfer Function merupakan
fungsi respon yang terjadi akibat gelombang dalam rentang frekuensi yang mengenai sruktur.
RAO merupakan alat untuk mentransfer gaya gelombang menjadi respon gerakan dinamis
struktur (Prasiwi, 2014).
Respon gerakan RAO untuk gerakan translasi (surge, sway, heave) merupakan perbandingan
langsung antara amplitudo gerakan dibanding dengan amplitudo gelombang insiden
(keduanya dalam satuan panjang) (Djatmiko, 2012). Persamaan RAO untuk gerakan translasi
sama dengan persamaan (2.20).
Sedangkan untuk respon gerakan RAO untuk gerakan rotasi (roll, pitch, yaw) merupakan
perbandingan antara amplitudo gerakan rotasi (dalam radian) dengan kemiringan gelombang,
yakni yang merupakan perkalian antara gelombang (kw=ω2/g) dengan amplitudo gelombang
insiden (Djtamiko, 2012)
RAO (ω )=ζ k 0 (ω )ζ 0 (ω )
=ζ k 0
( ω2
g)ζ
0
(rad/rad) (2.21)
Gambar 2.2 Bentuk umum grafik respons gerakan bangunan apung(sumber : Djatmiko, 2012)
Berdasarkan gambar 2.3, kurva respon gerakan bangunan apung pada dasarnya dapat dibagi
menjadi tiga bagian meliputi
11
![Page 12: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/12.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
a. Pertama adalah bagian frekuensi rendah, atau gelombang (dengan periode)
panjang, yang disebut daerah sub-kritis. Pada daerah ini bangunan laut akan
bergerak mengikuti pola atau kontur elevasi gelombang yang panjang
sehingga amplitudo gerakan kurang lebih akan ekuivalen dengan amplitudo
gelombang, atau disebut sebagai contouring. Dalam korelasi persamaan
hidrodinamis, di daerah frekuensi rendah, atau 2<k/(m+a), gerakan akan
didominasi oleh faktor kekakuan.
b. Kedua adalah daerah kritis, meliputi pertengahan lengan kurva di sisi
frekuensi rendah sampai dengan puncak kurva dan diteruskan ke pertengahan
lengan kurva di sisi frekuensi tinggi. Puncak kurva berada pada frekuensi
alami, yang merupakan daerah resonansi, sehingga respons gerakan
mengalami magnifikasi, atau amplitudo gerakan akan beberapa kali lebih
besar daripada amplitudo gelombang. Secara hidrodinamis di daerah frekuensi
alami, yakni k/( m+a)<2<k/a, gerakan akan didominasi oleh faktor redaman.
c. Ketiga adalah daerah super kritis, yaitu daerah frekuensi tinggi, atau
gelombang-gelombag (dengan periode) pendek. Pada daerah ini respons
gerakan akan mengecil. Semakin tinggi frekuensi, atau semakin rapat antara
puncak-puncak gelombang yang berurutan, maka akan memberikan efek
seperti bangunan laut bergerak di atas air yang relatif datar. Oleh karena itu
gerakan bangunan laut diistilahkan sebagai platforming. Dalam hal korelasi
hidrodinamis, gerakan di daerah frekuensi tinggi ini, dimana 2<k/a, gerakan
akan didominasi oleh faktor massa (Djatmiko, 2012).
2.2.6 Respon Struktur pada Gelombang Acak
Dalam analisis respon bangunan apung pada gelombang reguler dapat diketahui pengaruh interaksi hidrodinamik pada massa tambah, potential damping, dan gaya eksternal. Analisis tersebut menghasilkan respon struktur pada gelombang reguler. Sedangkan gelombang yang terjadi di
12
![Page 13: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/13.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
lapangan merupakan gelombang acak sehingga dituntut untuk melakukan analisis respon struktur pada gelombang acak.
Gelombang acak merupakan superposisi dari komponen-komponen pembentuknya berupa gelombang sinusoidal dalam jumlah yang tak terhingga. Tiap-tiap komponen gelombang memiliki tingkat energi tertentu yang dikontribusikan dan secara keseluruhan dapat diakumulasikan dalam bentuk spektrum energi gelombang (Djatmiko, 2012).
Respon struktur pada gelombang acak dapat dilakukan dengan mentransformasikan spektrum gelombang menjadi spektrum respon. Spektrum respon didefinisikan sebagai respon kerapatan energi pada struktur akibat gelombang. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalikan harga kuadrat dari Response Amplitude Operator (RAO) dengan spektrum gelombang pada daerah struktur bangunan apung tersebut beroperasi. Persamaan spektrum respon secara matematis dapat dituliskan sebagai
SR=[ RAO (ω ) ]2 S(ω) (2.22)dengan SR = spektrum respons (m2s)S(ω) = spektrum gelombang (m2s)RAO(ω) = transfer function ω = frekuensi gelombang (rad/s)
Setelah spektrum respon diperoleh maka intensitas gerakan dapat dihitung sebagai fungsi luasan di bawah kurva spektrum respon atau merupakan variasi elevasi gerakan, yaitu sebagai berikut
mr 0=∫0
∞
Sζ ( ω) dω (2.23)
13
![Page 14: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/14.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Jika persamaan (2.23) diturunkan akan didapatkan harga-harga statistik gerakan sebagai fungsi varian elevasi gerakan mr0, misalnya sebagai amplitudo gerakan rata-rata yang dihitung sebagai
ζ r=1.25√mr 0 (2. 24)Harga amplitudo gerakan signifikan dihitung sebagai
ζ rs=2.0√mr 0 (2. 25)Amplitudo respon ekstrem yang berpeluang terjadi dalam waktu T jam
dapat dihitung dengan persamaan ζ r=√mr 0 ×√{2 ln( 602T2 π √ mr 2
mr 0)} (2. 26)
Harga mr2 merupakan momen kedua dari luasan di bawah kurva spektrum respon
2.2.7Spektrum Gelombang
Sebuah gelombang reguler memuat energi yang diidentifikasikan pada setiap unit atau satuan luas permukaannya ekuivalen dengan harga kuadrat amplitudonya (Djatmiko, 2012).
d ET
dA=
d E p+d EK
dA=1
2ρg ζ 0
2 (2. 27)
dengandET = energi totaldA = luas permukaandEP = energi potensialdEK = energi kinetikζ 0 = amplitudo gelombang
Penjumlahan energi dari seluruh komponen gelombang reguler per satuan luas permukaan dapat diekspresikan sebagai kepadatan spektrum gelombang atau lebih dikenal dengan istilah spektrum gelombang.
Bersamaan dengan semakin meningkatnya intensitas studi yang dilakukan mengenai respon gerak pada gelombang acak telah banyak
14
![Page 15: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/15.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
dihasilkan spektrum gelombang yang beragam sesuai dengan kondisi lingkungan yang dianalisis. Jenis-jenis spektrum gelombang yang biasa digunakan dalam perhitungan adalah model Pierson-Moskowitz (1964), ISSC (1964), Scott (1965), Bretschneider (1969), JONSWAP (1973), ITTC (1975) dan Wang (1991). Spektrum gelombang yang digunakan dalam analisis ini mengacu pada spektrum gelombang JONSWAP karena karakteristik perairan Indonesia yang tertutup atau kepulauan sehingga cocok dengan karakter spektrum JONSWAP (Djatmiko, 2012).
Spektrum JONSWAP didasarkan pada percobaan yang dilakukan di North Sea. Persamaan spektrum JONSWAP dapat dituliskan dengan memodifikasi persamaan spektrum Pierson-Moskowitz (DNV RP-C205, 2010), yaitu:
S j (ω )=A γ S pm (ω) γ exp ¿¿(2. 28)
denganSpm() = Spektra Pierson-Moskowitz
= 516
H s2 ωp
4 ω−5exp ¿(2. 29)
γ = parameter puncak σ = parameter bentuk (shape parameter)
untuk ω≤ ω0=0.07 dan ω≥ ω0=0.09
Aγ = normalizing factor = 1 – 0.287 ln¿)
= periode gelombang (rad/s)p = angular spectral peak frequency (rad/s)Hs = tinggi gelombang signifikan (m)Tp = periode puncak (s)
15
![Page 16: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/16.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
2.2.8 Kekuatan Memanjang Kapal
Dua kondisi yang perlu diperhatikan pada kekuatan memanjang kapal adalah suatu
kondisi dimana puncak gelombang pada amidship dan kondisi puncak gelombang
terdapat pada ujung-ujung kapal. Maka kapal akan mengalami hogging dan sagging.
Pada kondisi tertentu hogging dan sagging mengalami nilai yang besar karena kondisi
distribusi massa kapal seperti ilustrasi sagging dan hogging pada Gambar 2.11 di
bawah ini:
Gambar 2.3 Sagging dan hogging(Sumber: Eric Tupper, Introduction to Naval Architecture, 2002)
Pada dasarnya kekuatan memanjang kapal diakibatkan oleh gaya vertical yang dialami
oleh grider badan kapal yakni gaya berat dan gaya buoyancy. Untuk suatu floating body
harus sebanding dengan total buoyancy dan kedua gaya tersebut harus beraksi
sepanjang garis yang sama. Meskipun berat pada tiap lokasi sepanjang kapal tidak akan
sebanding dengan buoyancy. Gaya berat dipengaruhi oleh kombinasi berat kapal dan
berat muatan yang memiliki lokasi berat yang tetap, sedangkan gaya buoyancy
dipengaruhi oleh bentuk badan kapal dan lokasi kapal pada air (draft dan trim) seperti
ilustrasi pada Gambar 2.12 dan Gambar 2.13 yang menjelaskan pengaruh gaya berat
dan buoyancy terhadap kekuatan memanjang di bawah ini.
16
![Page 17: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/17.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Gambar 2.4 Pengaruh berat bangunan apung dan buoyancy terhadap kekuatan memanjang
(Sumber: google.com)
Gambar 2.5 Gaya vertikal (weight dan buoyancy) yang mempengaruhikekuatan memanjang kapal
(Sumber : C.G. Daly, Ship Structure I)
2.2.9 Longitudinal Bending Moment Pada Still Water
Jika A merupakan cross-sectional area pada uatu titik, beban per satuan panjang pada
suatu titik adalah ρgA−mg, shearing force (F) dan Momen Bending (M) dirumuskan
sebagai berikut :
F=∫ ( ρgA−mg ) dx ………………………………………… (2.56)
M=∫F dx=∬ ( ρgA−mg ) dx ∙dx…………………………. (2.57)
Kurva shearing force dan Momen Bending ditunjukkan pada Gambar 2.14 berikut ini:
17
![Page 18: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/18.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Gambar 2.6 Shearing force dan bending moment (Sumber: Eric Tupper, Introduction to Naval Architecture, 2002)
2.2.10 Longitudinal Bending Moment Pada Calm Water
Pada air yang bergelombang bending momen dirumuskan sebagai berikut :
M=M s+M w ……………………………………………...... (2.58)
M w=M ζ +M z+ Mψ …………………………………………… (2.59)
keterangan :
M = Total Momen bending
M s = Momen bending pada still water
M w = Momen bending pada kondisi bergelombang
M ζ = Momen bending yang dihasilkan oleh profil gelombang
M z = Momen bending yang dihasilkan oleh gerak leaving
M ψ = Momen bending yang dihasilkan oleh gerak pitching
Sedangkan untuk besarnya bending momen dapat diilustrasikan seperti pada Gambar
2.15 di bawah ini:
18
![Page 19: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/19.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Gambar 2.7 Still water dan wave bending moment(Sumber: Eric Tupper, Introduction to Naval Architecture, 2002)
Bending momen akibat heaving pada calm water dirumuskan sebagai berikut:
M ζ=∫¿¿……………… (2.60)
Bending momen akibat pitching pada calm water dirumuskan sebagai berikut:
M ψ=∫ ¿¿ ………….. (2.61)
dengan :
w'
g= added mass persatuan panjang kapal
ωe = frekuensi encountering
y(x) = half-breadth pada waterplane posisi x
Za = amplitudo gerakan heaving
ψa = amplitudo gerakan pitching
2.2.11 Longitudinal Bending Moment Pada Regular Waves (Strip Theory)
Solusi alternatif untuk menghitung bending momen statis pada gelombang trochoidal
dengan memperhatikan gerakan kapal dapat dilakukan dengan Strip Theory oleh
Korvin-Kroukovsky dan Jacobs. Beban total pada kapal di kondisi bergelombang
diasumsikan sebagai berikut :
1. Pembebanan diakibatkan oleh distribusi uneven dari gaya berat dan buoyancy pada calm water
dfa /dx diabaikan pada perhitungan. Karena hanya gaya dan momen dinamis saja yang
19
![Page 20: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/20.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
diperhatikan. Momen statis tersebut harus ditambahkan secara terpisah pada bending momen
dinamis agar dapat ditentukan bending momen totalnya.
2. Pembebanan diakibatkan perubahan distribusi buoyancy akibat profil gelombang dan juga
karena gerakan heaving dan pitching.
df b
dx=−cn zr………………………………………… …………. (2.62.1)
df b
dx=−ρg Bn(z−ξθ−ζ )…………………… …….…………. (2.62.2)
dengan cn = ρg Bn …………………… …….…………….. ........(2.62.3)
3. Pembebanan akibat Smith Effect, yakni efek gradient tekanan pada gelombang.
df c
dx=−cn ζ (1−e−kz) …………………… …….…..............…. (2.63.1)
df c
dx=−ρg Bnζ (1−e−kz) …………………… …….…......…… (2.63.2)
4. Pembebanan akibat kecepatan air relatif terhadap gelombang dan gerakan kapal.
df d
dx=−bn wr+u
dan
dξw r …………………… …….…….. ........(2.64.1)
df d
dx=(−bn+u
dan
dξ )( z−ξ θ−uθ−ζ e−kz) ……… ……...... (2.64.2)
5. Pembebanan akibat gaya inersia dari massa kapal mm per satuan panjang added mass, dan efek
inersia dari aliran air padagelombang. Gaya inersia memiliki arah yang berlawanan dengan
percepatan dan sebanding dengan massa dikalikan dengan percepatan dengan tanda
berlawanan, sehingga :
df e
dx=−mn zn−an wr…………………… …….……………... (2.65.1)
df e
dx=−mn ( z−ξθ )−an( z−ξ θ+2uθ−ζ e−kz) …………. (2.65.2)
Dengan an ζ e−kz merepresentasikan efek inersia dari aliran air pada gelombang yang
terbentuk dari interferensi badan kapal – gelombang. Sehingga pembebanan dapat
ditentukan dengan menjumlahkan semua gaya yang telah di uraikan diatas menjadi :
∑i=a
e dfidx
= dfdx
=mn zn+an wr+bn wr−udan
dξw r+cn zr…... (2.66)
dengan :
20
![Page 21: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/21.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
zr=z−ξθ−ζ e−kz …………………….…….……………..... (2.66.1)
w r=d zr
dt= z−ξ θ−uθ−ζ e−kz…….………………………......... (2.66.2)
w r=d w r
dt= z−ξ θ+2u θ−ζ e−kz …….……………….........(2.66.3)
zn= z−ξ θ …….…………………………………...…….........(2.66.4)
Shear force dinamis diperoleh dari integrasi beban yang terjadi pada :
f ( x )=∫0
x dfdx
(x)dx…….…………………………………...…. (2.67)
Dan bending momen dinamis vertikal merupakan integrasi dari shear force:
m (x )=∫0
x
f (x )dx…….…………………………………...….. (2.68)
2.2.12 Tegangan Axial
Tegangan aksial (tegangan normal) adalah intensitas gaya pada suatu titik yang tegak lurus
terhadap penampang, yang didefinisikan sebagai:
σ=f = lim∆ A →0
∆ F∆ A …….. …….. …….. …….. …….. …….. ……… (2.78)
dengan:
F : gaya yang bekerja dalam arah tegak lurus terhadap penampang
A : luas penampang
Pada batang-batang yang menahan gaya aksial saja, tegangan yang bekerja pada potongan yang
tegak lurus terhadap sumbu batang adalah tegangan normal saja, tegangan geser tidak terjadi.
Arah potongan ini juga memberikan tegangan normal maksimum dibandingkan arah-arah
potongan lainnya. Apabila potongan dibuat cukup jauh dari ketidakteraturan (perubahan
ukuran, sambungan), ternyata tegangan terdistribusi secara seragam, sehingga untuk memenuhi
keseimbangan besarnya tegangan menjadi :
f = FA
atau gayaaksialluas [ N
m2 ]…….. …….. …….. …….. ……... … (2.79)
Pada Gambar 2.18 dan 2.19 di bawah ini diilustrasikan gaya geser dan tegangan normal
yang terjadi balok
21
![Page 22: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/22.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Gambar 2.8 Gaya geser pada balok(Sumber: Popov 1996)
Gambar 2.9 Ilustrasi tegangan normal akibat gaya aksial, (+) tarik dan (-) tekan(Sumber: Popov 1996)
2.2.13 Bending Stress
Momen luar diimbangi oleh momen dalam yang merupakan resultan tegangan lentur (bending).
M=∫A
f . dA . y=¿∫A(− y
cf max)dA . y=
− f max
c ∫A
y2dA ¿……… .(2.80)
Integral ∫A
y2 dA=I adalah besaran penampang yang disebut momen inersia terhadap titik
berat penampang. Jadi persamaan tegangan lentur menjadi:
M=−f max
cI atau f max=
−McI
……………….………………. …… (2.81)
Tegangan lentur pada sembarang titik yang berjarak y dari garis netral :
f max=−My
I ……………….………………. …………………….. (2.82)
Gambar 2.20 di bawah ini menjelaskan tegangan lentur pada suatu penampang
22
![Page 23: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/23.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Gambar 2.10 Tegangan lentur (bending) pada suatu penampang(Sumber: Popov 1996)
2.2.14 Tegangan Geser
Tegangan geser (shear stress) adalah intensitas gaya pada suatu titik yang sejajar terhadap
penampang, yang didefinisikan sebagai:
τ=v= lim∆ A→ 0
∆ V∆ A ……………….………………. …………………… (2.83)
Dengan V adalah gaya yang bekerja dalam arah sejajar terhadap penampang dan A adalah luas
penampang.
Gambar 2.11 Gaya yang bekerja dalam arah sejajar terhadap penampang(Sumber: Popov, 1996)
Tidak sama dengan kasus tegangan aksial, kenyataannya tegangan geser yang bekerja sejajar
terhadap penampang, diperoleh hubungan tegangan geser :
v=VA
atau gayageserluas [ N
m2 ]……………….………………. ………. (2.84)
2.2.14 Tegangan Ultimate
Kekuatan tarik (tensile strength, ultimate tensile strength) adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika
23
![Page 24: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/24.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tarik adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda.
Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan meregang dan mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis (ductile).
Kekuatan tarik umumnya dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva tegangan-regangan disebut dengan kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength). Nilainya tidak bergantung pada ukuran bahan, melainkan karena faktor jenis bahan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti keberadaan zat pengotor dalam bahan, temperatur dan kelembaban lingkungan pengujian, dan penyiapan spesimen.
Dimensi dari kekuatan tarik adalah gaya per satuan luas. Dalam satuan SI, digunakan pascal (Pa) dan kelipatannya (seperti MPa, megapascal). Pascal ekuivalen dengan Newton per meter persegi (N/m²). Satuan imperial diantaranya pound-gaya per inci persegi (lbf/in² atau psi), atau kilo-pound per inci persegi (ksi, kpsi).
Kekuatan tarik umumnya digunakan dalam mendesain bagian dari suatu struktur yang bersifat ductile dan brittle yang bersifat tidak statis, dalam arti selalu menerima gaya dalam jumlah besar, meski benda tersebut tidak bergerak. Kekuatan tarik juga digunakan dalam mengetahui jenis bahan yang belum diketahui, misal dalam forensik dan paleontologi. Kekerasan bahan memiliki hubungan dengan kekuatan tarik. Pengujian kekerasan bahan salah satunya adalah metode Rockwell yang bersifat non-destruktif, yang dapat digunakan ketika uji kekuatan tarik tidak dapat dilakukan karena bersifat destruktif
24
![Page 25: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/25.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Gambar 2.12 Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
2.2.15 Pengertian Desain ULS
Konsep untuk limit state design terbagi menjadi 4 kriteria, yaitu :
a. ULS : Ultimate Limit States – perilaku kekuatan ultimateb. FLS : Fatigue Limit States – perilaku fatigue dan kepecahanc. SLS : Serviceability Limit States – displacement dan defleksid. ALS : Accidental Limit States – kebakaran, ledakan, dan lain-lain.
Kriteria desain struktur pada metode analisis ULS berdasarkan pada keruntuhan plastis atau biasanya disebut dengan ultimate strength. Pada metode konvensional seperti ASD (Allowable Stress Design) berbeda dengan metode ULS dimana pada metode analisa ini, struktur hanya tergambarkan beban beserta respon sampai pada titik yield strength. Sehingga pada metode ASD di asumsikan bahwa material selalu dalam kondisi elastis. Hal ini membuat analisa ASD perlu di kaji ulang karena mode kegagalan dari analisa ini hanya terkonsentrasi pada kekuatan bucling. Padahal mode kegagalan tersebut belum tentu mempresentasikan batas aman yang sesungguhnya pada struktur. Bisa dilihat pada grafik di bawah pada titik A (Buckling Strength) tidak mempresentasikan kekuatan akhir dari struktur. Namun pada point B (Ultimate Strength) titik tersebut adalah titik yang mempresentasikan kekuatan maksimum dari struktur. Yang mana jika titik ini terlampaui, maka struktur akan mengalami collapse atau gagal.
25
![Page 26: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/26.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Gambar 2.13 Grafik perbandingan antara beban dan displacement
Margin keamanan biasanya di rumuskan dengan perbandingan antara factor ultimate strength dengan factor beban maksimum. Jika hasil dari perbandingan ini lebih dari satu, maka bisa dikatakan bahwa struktur masih aman. Untuk menentukan kekuatan ultimate dari struktur bisa dilakukan penambahan beban hingga struktur gagal. Dimana penambahan beban ini dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit hingga tegangan yang terjadi melewati tegangan ultimate dari struktur tersebut atau biasa disebut analisa push over.
ULS menggambarkan keruntuhan dari struktur karena hilangnya kekakuan dan kekuatan struktur. Factor-faktor yang menyebabkan kegagalan adalah sebagai berikut (Paik, 2007):
a. Hilangnya keseimbangan dari sebagian atau keseluruhan bagian dari struktur. Contohnya overturning atau capsizing
b. Ketahanan maksimum struktur, tegangan sambungan lebih dari yield, terjadinya pecah atau patahan
c. Ketidakstabilan bagian atau keseluruan struktur yang menyebabkan buckling dan plastic collapse of plating, stiffened panels dan support member.
2.2.16 Metode Elemen Hingga Nonlinear
Metode elemen hingga adalah salah satu pendekatan yang paling berharga untuk menganalisa perilaku struktur yang nonlinear. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan kekakuan elemen hingga nonlinear.
Dalam mekanika struktur, permasalahan linear terjadi ketika matrik kekakuan dihitunga berdasarkan geometrid an properties material. Pada kasus nonlinear adalah ketika matrik
26
![Page 27: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/27.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
kekakuan bervariasi terhadap kenaikan beban yang bekerja dan dimana vector beban bergantung pada displacement. Untuk analisa elemen hingga dari permasalahan yang berlangsung pada waktu, diekspresikan dengan
[ R ]=[ k ] {U ]
Dimana,
[R] = vector beban
[K] = matrik kekakuan
{U} = vector displacement
Baik [K] dan {R}, keduanya independen dari {U} pada analisis linear, sedang [K] dan {R} adalah fungsi nonlinear pada {U} pada analisa nonlinear.
Kenonlinearan pada mekanika struktur biasanya dibagi menjadi dua, yaitu kenonlinearan geometrid an kenonlinearan material, yang keduanya akan mempengaruhi deformasi struktur. Kenonlinearan geometri dilihat dari perubahan konfigurasi geometri. (seperti defleksi atau buckling yang besar) dan kenonlinearan material dilihar dari perubahan properties material (seperti plastisitas). Pada transfer panas, kenonlinearan dapat meningkat terhadap suhu, tergantung dari konduktivitas atau radiasi, dimana kekakuan matriks adalah fungsi nonlinear terhadap suhu.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam analisa nonlinear :
a. Metode Langsungb. Metode Newton-Ramphsonc. Metode Newton-Ramphson modifikasid. Metode Panjang Busur
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN PEMODELAN
3.1 Alur Penelitian
27
Mulai
![Page 28: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/28.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Tidak
Ya
28
Studi Literature dan Kajian Pustaka
Buku, Code/Standard, Jurnal Nasional/ Internasional, dan Penelitian
Pengumpulan Data Barge Data Container Crane Data lingkungan
A
Pemodelan Barge
Memodelkan Barge sesuai dengan data yang diperoleh menggunakan software Maxsurf
Validasi
Memvalidasi data hidrostatis dari hasil software Maxsurf dengan data yang ada
Valid
A
Analisa Gerak Barge
Dilakukan analisis gerak pada model barge yang tervalidasi untuk mendapatkan RAO dalam kondisi badai yang memberikan beban
maksimum.
![Page 29: P1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062316/56d6bdb01a28ab30168eef75/html5/thumbnails/29.jpg)
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTANJURUSAN TEKNIK KELAUTANKampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5928105, 5994251-55 Ext. 1105
Tidak
Ya
29
Menghitung Kekuatan Memanjang Kapal
Kalkulasi kekuatan memanjang kapal dengan memperhatikan shear force dan total bending moment
Pemodelan Deck Barge
Memodelkan Deck Barge pada compartment yang memiliki bending moment maksimal pada software autocad 3d
Analisis Tegangan pada Deck Barge
Analisis tegangan pada deck barge pada ansys dengan menggunakan finite element non linear analysis dengan software ansys.
σmax > σultimate
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Variasi Beban Hingga Hasil Melewati
Ultimate Strength