P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga...

21
Page | 15 BAB II KERANGKA TEORI RITUAL, IDENTITAS DAN PERUBAHAN IDENTITAS Sebelum kita masuk pada pembahasan perubahan identitas menurut Peter Burke, di awal bab ini ada beberapa hal yang akan diuraikan yaitu: ritual, identitas, dan kemudian perubahan identitas. Hal ini berkaitan dengan apa yang nantinya akan diuraikan sebagai hasil analisis pada bab empat tentang bentuk perubahan identitas di dalam proses ritual Tulude yang mempengaruhi kehidupan suku Sangihe. 2.1. Ritual Ritual adalah tindakan atau kebiasaan yang diulang tapi lebih kepada suatu kebiasaan. Ritual seringkali sangat teratur dan terkendali, sering kali dimaksudkan untuk menunjukkan atau mengumumkan keanggotaan dalam kelompok. Kebanyakan ritual menyatukan banyak jenis seperti cerita lisan, adat, dan materi. Cerita lisan dilihat dalam bentuk nyanyian, dan bacaan puisi. Adat, dilihat dari tari-tarian, dan untuk materi dilihat dari makanan, tulisan, dan pakaian. Umumnya ritual merupakan pertunjukan yang diulang-ulang, berpola, dan resmi, yang menggabungkan simbol dan tindakan. Tidak semua dapat memahami ritual itu ketika berlangsung tetapi hanya dapat melihat sebuah pola yang teratur. Sebagian besar ritual adalah aktivitas bergaya simbolis, sangat kontekstual, sangat simbolis, yang memungkinkan kelompok mengenali, memberi contoh dan/atau mengekspresikan gagasan, nilai, termasuk dengan kepercayaan tradisional tertentu. Perayaan keluarga dan masyarakat, upacara sakral dan sekuler, dan berbagai pertunjukan terstruktur lainnya. 1 Mengenai yang 1 Martha C. Sims and Martine Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions (Utah State University Press 2005), 95.

Transcript of P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga...

Page 1: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 15

BAB II

KERANGKA TEORI

RITUAL, IDENTITAS DAN PERUBAHAN IDENTITAS

Sebelum kita masuk pada pembahasan perubahan identitas menurut Peter Burke,

di awal bab ini ada beberapa hal yang akan diuraikan yaitu: ritual, identitas, dan

kemudian perubahan identitas. Hal ini berkaitan dengan apa yang nantinya akan

diuraikan sebagai hasil analisis pada bab empat tentang bentuk perubahan identitas di

dalam proses ritual Tulude yang mempengaruhi kehidupan suku Sangihe.

2.1. Ritual

Ritual adalah tindakan atau kebiasaan yang diulang tapi lebih kepada suatu

kebiasaan. Ritual seringkali sangat teratur dan terkendali, sering kali dimaksudkan

untuk menunjukkan atau mengumumkan keanggotaan dalam kelompok. Kebanyakan

ritual menyatukan banyak jenis seperti cerita lisan, adat, dan materi. Cerita lisan

dilihat dalam bentuk nyanyian, dan bacaan puisi. Adat, dilihat dari tari-tarian, dan

untuk materi dilihat dari makanan, tulisan, dan pakaian. Umumnya ritual merupakan

pertunjukan yang diulang-ulang, berpola, dan resmi, yang menggabungkan simbol

dan tindakan. Tidak semua dapat memahami ritual itu ketika berlangsung tetapi hanya

dapat melihat sebuah pola yang teratur. Sebagian besar ritual adalah aktivitas bergaya

simbolis, sangat kontekstual, sangat simbolis, yang memungkinkan kelompok

mengenali, memberi contoh dan/atau mengekspresikan gagasan, nilai, termasuk

dengan kepercayaan tradisional tertentu. Perayaan keluarga dan masyarakat, upacara

sakral dan sekuler, dan berbagai pertunjukan terstruktur lainnya.1 Mengenai yang

1 Martha C. Sims and Martine Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their

Traditions (Utah State University Press 2005), 95.

Page 2: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 16

sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan dan diletakkan terpisah,

keterpisahan tersebut menciptakan perbedaan dari hal-hal yang profan.2

Agar ada ritual, maka, harus ada seperangkat keyakinan dan nilai yang harus

diterima oleh anggota kelompok dan ingin diperkuat. Sebagian besar ritual bersifat

statis dan dinamis, dengan fitur inti yang biasanya berulang dan mudah dikenali,

namun jika ada variannya itu tergantung pada kelompoknya.3

Ritual sering menggunakan simbol dan metafora untuk mewakili konsep

penting. Memindahkan rumbai di toga wisuda setelah siswa menerima ijazah,

misalnya, melambangkan perubahan status bahwa seseorang telah lulus. Ritual kecil

ini memberi makna bahwa seseorang tersebut telah melalui beberapa tahap

pendidikan dan sampai pada tahap sarjana.4

2.1.1. Ritual Tidak Formal dan Formal

Ritual dalam konteks tidak formal adalah tindakan yang tidak

memerlukan perencanaan khusus dan tanpa diumumkan kebanyak orang.

Misalnya, peniupan lilin ulang tahun sebagai cara menyampaikan permohonan

tertentu. Dan hal itu dapat dilakukan sendiri tanpa kehadiran dari banyak

orang.5

Ritual dalam konteks formal adalah tindakan yang memerlukan

perencanaan khusus dan dimumkan kebanyak orang. Seperti acara pernikahan

atau pembaptisan dalam agama Kristen. Dalam konteks formal, ritual harus

menggunakan kostum/busana, ornament/perhiasan tertentu yang sudah/telah

ditentukan.6

2 Emile Durkheim, The Elementary Forms Of The Religious Life (Jokjakarta: IRCiSoD 2011), 434. 3 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 95. 4 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 96. 5 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions,99. 6 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 99.

Page 3: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 17

2.1.2. Pelaksanaan Ritual

Sebagaimana terdapat dalam sebuah tradisi. Ritual dilaksanakan untuk

mengekspresikan dan menunjukan suatu identitas. Tradisi menciptakan ritual

untuk membuat suatu kelompok mengikuti aturan dan memberi tanda secara

khusus sebagai anggota dari suatu tradisi tertentu. Ritual juga dilaksanakan

dibuat dalam rangka perlawanan terhadap suatu tradisi/aturan masyarakat luas

yang tidak mengakui keberadaan kelompok tertentu. Ritual diciptakan untuk

membentuk suatu kelompok. Dalam hal ini kelompok itu datang bersama-

sama melakukan ritual tertentu dan terus berlangsung sampai menjadi ciri dari

kelompok itu.7

2.1.3. Ritual Sakral dan Sekuler

Bagi banyak orang ritual adalah suatu istilah yang berarti suatu

kegiatan dalam agama. Sakral juga sering diartikan sebagai praktek agama.

Ritual sakral berhubungan dengan dunia spiritual atau supranatural atau

fenomena. Biasanya ritual ini berlangsung dihadapan jemaat atau keluarga.8

Tetapi ada juga ritual sakral yang tidak umum dan dapat dilakukan

secara pribadi. Hal ini berarti bahwa tidak selamanya seseorang harus

memiliki agama untuk melakukan ritual sakral. Tetapi ketika ada kepercayaan

terhadap sesuatu yang berhubungan dengan dunia spiritual atau supranatural

maka dia dapat melakukan ritual sakral tersebut.

Untuk beberapa orang, kepercayaan adalah bagian yang paling penting

dalam ritual sakral. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ritual sakral

hanya sebuah gerakan tanpa makna sakral atau lebih. Beberapa penyembuh

sakral berpendapat bahwa, jika seseorang meminta untuk disembuhkan tetapi

7 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 101 8 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 102

Page 4: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 18

dia tidak meyakini pengobatan itu, maka dia tidak akan menerima

kesembuhan.9

Ritual sekuler tidak terkait dengan keyakinan terhadap spiritual dan

sakral. Tetapi memiliki makna dalam ritual sekuler tersebut. Dalam beberapa

kasus ritual ini memberi pengajaran akan beberapa aturan sebagai suatu fungsi

dalam hubungan masyarakat. Ada ritual anak remaja misalnya, untuk melihat

siapa pasangan di masa depannya dengan mendatangi seorang peramal. Ritual

yang digunakan adalah remaja itu disuruh mengupas apel dengan syarat

kulitnya tidak boleh putus. Kemudian kulit itu dilemparkan melewati bahu ke

belakang. Dan melihat bentuk huruf apa yang ada dari kulit apel itu. Itulah

huruf pertama dari nama kekasihnya di masa depan.10

Banyak ritual menggabungkan unsur-unsur sakral dan sekuler. Jenis

ritual yang terjalin semacam itu mengungkapkan hubungan kompleks antara

prinsip-prinsip sakral dan nilai-nilai keluarga, sosial dan masyarakat yang

dengannya ia menjalani kehidupan sekulernya. Pernikahan dan pemakaman,

misalnya, sering kali menggabungkan aspek sakral dan sekuler; atau contoh

yang lain misalnya dalam suatu pernikahan yang menggabungkan musik

sekuler dan sakral tradisional, atau berdoa pada waktu yang ditentukan.11

2.1.4. Liminalitas dan Ruang Ritual

Hakekat ritual terbingkai dari waktu dan pengalaman setempat. Oleh

karena itu ketika seseorang berada pada lingkungan yang berbeda, hal itu

memungkinkan untuk mempengaruhi hakekat ritual itu sendiri sesuai dengan

lingkungan yang baru dari seseorang. Melalui mengubah pakaian, bahasa,

9 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 102 10 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 102 11 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 103

Page 5: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 19

perilaku, maka diciptakanlah ruang liminal. “Liminalitas” berasal dari kata

“limen” yang berarti di ambang batas.12

Studi Neustadt dan Shuman menunjukkan dua cara berbeda. Pertama

liminitas yang diciptakan melalui ritual memungkinkan pengalaman budaya

penting terjadi. Kedua situasi mengharuskan agar ruang ritual terbuka,

memberikan kesempatan untuk transformasi terjadi, namun transformasinya

berbeda-beda, yaitu satu tatanan dan hierarki budaya yang menantang dan

nilai budaya lain yang memperkuat dengan menetapkan tatanan budaya

tertentu.13

2.1.5. Jenis Ritual

Beberapa ritual yang paling umum diadakan mencakup hal-hal yang

berkaitan dengan peristiwa penting seperti kelahiran, pubertas, pernikahan,

dan kematian. Beberapa ritual dipraktekkan oleh seluruh masyarakat, atau di

dalam wilayah geografis yang luas, dan banyak yang memiliki hubungan etnis

dan budaya yang diidentifikasi dengan budaya atau etnis tertentu.14

Pertama, ritual passage. Ritual ini dipraktekan dengan cara yang

berbeda-beda dan bervariasi dalam setiap budaya. Misalnya dalam ritual untuk

tanggal kelahiran yang terdapat dalam kebiasaan keluarga Yahudi yang

merayakan BarMitzvah yang dipakai untuk anak laki-laki.15

Kedua, ritual inisiasi. Ritual ini merupakan cara untuk menyambut

seseorang menjadi anggota suatu kelompok.16

12 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 105 13 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 110 14 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 110 15 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 110-

111 16 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 119.

Page 6: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 20

Ketiga, ritual penamaan. Dalam hal ini, terdapat beberapa ritual yang

terkait dengan ritual untuk memberikan nama terhadap anak yang baru lahir

dalam suatu keluarga, di mana nama itu diberikan oleh para pemimpin agama

atau masyarakat.17

2.2. Identitas Menurut beberapa Tokoh Sosiologi

Berbicara "identitas" ada di mana-mana dalam sains sosial, mulai dari

psikoanalisis, psikologi, ilmu politik, sosiologi, dan sejarah dalam masa kontemporer.

Pertanyaannya ialah, kapan sebenarnya identitas itu menjadi suatu ilmu? George

Herbert Mead adalah tokoh filsafat di bidang sosiologi dan psikologi yang berasal dari

Amerika Serikat, lahir di South Hadley, Massachusetts, 27 Februari 1863, meninggal

26 April 1931 pada umur 68 tahun. Ia dikenal sebagai tokoh dengan aliran sosiologi

Chicago atau pragmatis.18 Mead adalah sosiolog yang pertama kali membicarakan

identitas, walaupun tidak secara terang-terangan mengatakan bahwa apa yang ia tulis

itu adalah identitas. Mead mengatakan:

“Diri adalah sesuatu yang memiliki perkembangan; Awalnya tidak ada,

saat lahir, namun muncul dalam proses pengalaman dan aktivitas sosial,

yaitu berkembang dalam individu tertentu sebagai hasil hubungannya

dengan proses itu secara keseluruhan dan individu lain dalam proses

itu.”19

Temuan Herbert Mead di atas memberi inspirasi bagi para tokoh sosiologi,

psikologi, antropologi, sejarah, dan budaya, untuk mengkaji tentang pembentukan diri

dalam suatu interaksi sosial. Perkembangan manusia itu sendiri menciptakan apa yang

disebut oleh beberapa tokoh sosiologi pada masa kontemporer dengan istilah

identitas. Berikut adalah pandangan tentang identitas menurut beberapa tokoh:

17 Sims and Stephens, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, 120. 18 https://id.wikipedia.org/wiki/George_Herbert_Mead, (accde 13 September 2017). 19 George H. Mead, Mind, Self, and Society (Chicago: University of Chicago Press 1934), 135.

Page 7: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 21

2.2.1. Identitas Menurut Richard Jenkins

Di awal tulisan buku yang berjudul “social identity” disebutkan bahwa

Richard Jenkins adalah Profesor Sosiologi di University of Sheffield, di Inggris.

Sebagai antropolog, ia telah melakukan penelitian di Irlandia, Inggris dan

Denmark. Social identity adalah salah satu tulisan Jenkins yang membahas

tentang pengertian identitas sosial.

Identitas menurut Jenkins adalah kemampuan manusia untuk mengetahui

siapa kita, siapa orang lain, dan bagaimana orang lain mengetahui siapa diri kita.

Dengan kata lain identitas itu merupakan cara manusia untuk

mengkklasifikasikan atau memetakan multi dimensi tentang dunia manusia,

sebagai individu dan anggota dari suatu kelompok. Sebab ruang lingkup

kehidupan manusia memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Oleh karena

itu menurut Jenkins bahwa, identitas merupakan penyebab suatu tindakan.

Identitas tersebut adalah identitas sosial. 20

Jenkins juga menyatakan bahwa identitas itu dibentuk dengan proses

mengidentifikasi diri sendiri, dan keberadaan orang lain yang selalu melibatkan

interaksi, persetujuan, perjanjian, termasuk ketidak sepakatan, dan negosiasi.

Semua hal itu didorong oleh adanya pemaknaan terhadap sesuatu oleh manusia.

Jadi menurut Jenkins bahwa identitas itu adalah soal makna dalam interaksi.21

Melihat latar belakang Jenkins yang merupakan seorang sosiologi

antropolog, dan dihubungkan dengan pengertian identitasnya, maka dapat

dipahami bahwa identitas itu sebagai suatu hasil dari interaksi manusia dalam

ruang lingkup sosial, yang memiliki proses identifikasi diri dan orang lain.

Proses tersebut didasarkan pada suatu makna yang terletak pada suatu objek dan

20 Richard Jenkins, Sosial Identity (London and New York: Routledge 2008), 5. 21 Jenkins, Sosial Identity, 17.

Page 8: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 22

melibatkan kesepakatan maupun ketidaksepakatan, negosiasi ataupun

persetujuan. Dengan kata lain identitas itu adalah makna yang menyebabkan

suatu tindakan dalam kelompok. Tanpa makna maka tidak akan ada proses

pembentukan identitas sosial.

2.2.2. Identitas Menurut Manuel Castells

Manuel Castells adalah tokoh soiologi, tata kota, dan komunikasi. Lahir

9 Februari 1942 di Hellin, Albacete (Spanyol). Ia dikenal dengan penelitian

tentang masyarakat informasi, komunikasi, dan globalisasi. Bekerja di dua

institusi yaitu Universitas California Selatan; dan Universitas Oberta de

Catalunya (universitas terbuka).22 Dalam kata pengantarnya yang ditulis pada

buku “the power of identity”, Castells mengatakan bahwa identitas budaya

dipahamai oleh orang-orang pada masa perkembangan tahun 1990-an sebagai

manifestasi kekayaan.

Castells memahami bahwa identitas selalu terjadi dalam konteks relasi

kekuasaan, di mana aktor (individu yang mendominasi) merupakan penentu

suatu identitas dalam relasi manusia. Bobot relatif mereka dalam mempengaruhi

perilaku orang bergantung pada negosiasi dan pengaturan antara individu,

institusi dan organisasi. Identitas adalah sumber makna bagi aktor itu sendiri,

dan dengan sendirinya dibangun melalui proses individuasi. 23

Castells merumuskan identitas itu menjadi beberapa bagian, berdasarkan

bentuk dan asal-susulnya; pertama, “legitimizing identity” atau identitas yang

sahih seperti otoritas (authority) dan dominasi; kedua, “resistance identity” atau

identitas perlawanan sebagai bentuk perlawanan atas dominasi. Contohnya

adalah politik identitas; dan ketiga, “project identity” atau identitas proyek

22 https://id.wikipedia.org/wiki/Manuel_Castells, (acced 13 September 2017) 23 Manuel Castells, The Power of Identity (Oxford: Blackwell 1997), 6-7.

Page 9: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 23

seperti feminisme, ketika aktor-aktor sosial dengan sumber daya kulturalnya

membangun sebuah identitas baru untuk mendapatkan kembali posisinya di

masyarakat.24

Jadi, dapat dilihat bahwa pengertian identitas yang dipahami oleh Castells

merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh individu untuk mempengaruhi interaksi

dalam kelompok, institusi, dan organisasi.

Demikianlah pengertian identitas yang telah diuraikan di atas menurut beberapa

tokoh yang dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, identitas itu adalah sesuatu

yang berbicara tentang makna dalam interaksi yang terjalin antara manusia yang

menyebabkan adanya tujuan baik dalam organisasi maupun individu. Kedua, identitas

itu berbicara tentang suatu kekuatan dari setiap individu untuk mempengaruhi

individu yang lain maupun suatu kelompok, institusi, ataupun organisasi.

Letak perbedaan kedua konsep identitas yang diuraikan di atas adalah Jenkins

menemukan identitas itu dalam pembentukan interaksi makna dalam kelompok untuk

mempengaruhi setiap individu. Sedangkan Castells menemukan identitas itu terbentuk

dari kekuatan individu yang mempengaruhi kelompok. Dengan kata lain Jenkins

fokusnya pada kelompok, sedangkan Castells fokusnya pada individu.

Meskipun Jenkins dan Castells telah berbicara indentitas, tetapi mereka berdua

tidak mendalami apa yang disebut dengan perubahan identitas. Dalam hubungannya

dengan tesis ini, kita akan melihat bentuk perubahan identitas dalam proses ritual

Tulude, seperti yang telah digambarkan secara umum dalam bab satu. Perubahan

identitas itu akan diteliti lebih dalam yang akan ditulis pada bab tiga. Oleh karena itu,

saya menggunakan teori perubahan identitas dari Peter Burke dan Jan E. Stets yang

terdapat dalam bab sembilan dari buku yang berjudul “identity theory”.

24 Castells, The Power of Identity, 7-8.

Page 10: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 24

2.3. Ulick Peter Burke

Burke lahir 1937 di Stanmore (Inggris). Ayahnya adalah seorang penganut

agama Katolik Roma, tetapi ibunya Yahudi (yang kemudian beralih ke Katolik

Roma). Dia dididik oleh para Yesuit dan di St John's College (Oxford), dan

merupakan kandidat doktoral di St Antony's College. Dari tahun 1962 sampai 1979,

dia mengajar di School of European Studies di University of Sussex, sebelum pindah

ke University of Cambridge. Burke memegang gelar Profesor Emeritus Sejarah

Budaya dan Dekan di Emmanuel College. Burke juga merupakan profesor sejarah dan

sosiologi.25

Burke adalah salah satu pencetus teori identitas. Penelitiannya mengacu pada

teori kompleksitas, kecerdasan buatan, dan simulasi komputer untuk memahami

beberapa hal; pertama, bagaimana individu bertindak sebagai agen dengan identitas

tertentu, berkumpul dalam interaksi untuk menciptakan kelompok, organisasi, dan

kumpulan masyarakat yang lebih besar. Kedua, bagaimana struktur sosial ini

membatasi tindakan yang dapat dilakukan individu.26

Adapun beberapa karya Burke dalam bentuk buku yaitu: Advances in identity

theory and research. New York: Kluwer/Plenum (2003); A sociological approach to

self and identity. In M. R. Leary & J. P. Tangney (Eds.), Handbook of self and identity

(pp. 128-152). New York: Guilford Press (2003) Contemporary social psychological

theories. Palo Alto, CA: Stanford University Press (2006); Perceptions of leadership

in groups: An empirical test of Identity Control Theory. In K. McClelland & T. J.

Fararo (Eds.), Purpose, Meaning, and Action: Control Systems Theories in Sociology

(pp. 267-291). New York: Palgrave Macmillan (2006); Identity, emotion, and social

structure. In D. T. Robinson & J. Clay-Warner (Eds.), Social Structure and Emotion.

25 https://en.wikipedia.org/wiki/Peter_Burke_(historian), (acced 13 September 2017) 26 https://burke.socialpsychology.org/, (acced 13 September 2017).

Page 11: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 25

San Diego: Elsevier (2008); Identity theory. New York: Oxford University Press

(2009).27

2.3.1. Arti dan Unsur Identitas

Peter Jan Burke, dalam Bab II buku “identity theory” menuliskan bahwa

Herbert Mead menguraikan identitas itu sebagai suatu cara di mana orang dapat

menempatkan diri pada posisi orang lain untuk berbicara dan melihat diri

mereka dari perspektif orang lain.28 Oleh karena itu, Burke menuliskan bahwa

perilaku identitas adalah fungsi dari hubungan antara makna yang dirasakan

oleh individu di dalam situasi dengan makna standar identitas. Jadi identitas itu

adalah jalinan makna.29

Bagi Burke, identitas itu terdiri dari empat komponen dasar yaitu: input,

standar identitas, komparator, dan output. Masing-masing komponen ini adalah

proses yang berhubungan dengan makna dalam lingkungan (seperti, simbol,

tanda, dll) dimana seseorang itu berinteraksi dan makna yang berasal dari setiap

individu.30

2.3.1.1.Input.

Apa yang dipahami dengan komponen Input? Burke,

menjelaskan bahwa salah satu hal yang sangat penting bagi proses

identitas adalah perceptions (persepsi). Persepsi merupakan satu-satunya

sumber informasi tentang apa yang ada di sekitar kita. Kemudian kita

ingin mengontrol persepsi terhadap lingkungan itu dengan mencoba

27 https://burke.socialpsychology.org/publications, (acced 13 September 2017). 28 Peter J. Burke, and Jan E. Stets, Identity Theory. New York: Oxford University Press (2009), 19-20. 29 Burke and Stets, Identity Theory, 54. 30 Burke and Stets, Identity Theory, 62.

Page 12: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 26

memanipulasi objek fisik dan sosial untuk berinteraski dengan orang

lain.31

Jadi, proses input sebagai komponen pertama dalam identitas

adalah proses individu untuk memasukan informasi (dalam bentuk

makna) melalui persepsi ke dalam dirinya dengan mencoba

memanipulasi objek yang ada di sekitar untuk berinteraksi dengan orang

lain. Input adalah persepsi tentang makna awal dari individu untuk

memulai interaksi.

2.3.1.2.Standar Identitas.

Burke dan Cast menemukan bahwa individu dengan identitas

gender tertentu dan menganggap diri mereka lebih feminim atau

maskulin, memiliki kemungkin bahwa identitas mereka tersusun dalam

beberapa dimensi makna. Multi dimensi makna itulah yang membedakan

maskulin dari feminim. Oleh karena itu bagi Burke, setiap identitas itu

mengandung beberapa makna yang dapat dilihat sebagai penentu

karakter dari identitas. Maka, kumpulan makna inilah oleh Burke disebut

sebagai standar identitas.32

Jadi, standar identitas adalah kumpulan makna awal yang

diproses melalui input oleh individu melalui persepsi terhadap situasi,

lingkungan, ataupun seluruh objek yang ada di sekitar untuk melakukan

interaksi. Identitas standar adalah kumpulan makna dalam individu.

2.3.1.3.Komparator.

Komponen ketiga dari sistem identitas adalah komparator. Proses

ini kan terjadi ketika individu menemukan makna baru yang berbeda dari

31 Burke and Stets, Identity Theory, 64. 32 Burke and Stets, Identity Theory, 63.

Page 13: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 27

makna sebelumnya (makna dalam standar identitas). Komponen

komparator merupakan suatu perbandingan yang dilakukan oleh individu

terhadap persepsi makna yang berbeda.33

Oleh karena itu, komparator dapat dipahami sebagai proses

pembanding makna yang berbeda dalam setiap persepsi yang ditemukan

oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain. Komparator adalah

perbandingan makna melalui pikiran.

2.3.1.4.Output

Burke berpendapat bahwa komponen terakhir dari sistem

identitas adalah output terhadap situasi atau lingkungan. Outputnya

adalah perilaku dalam situasi, dimana perilaku didasarkan pada sinyal

perbedaan yang berasal dari komparator. Sinyal perbedaan itu atau juga

disebut “error-signal” (kesalahan), menunjukkan besarnya arah

perbedaan antara persepsi masukan dan standar identitas sepanjang

beberapa dimensi makna.34

Jadi, output adalah proses yang menghasilkan tindakan individu

setelah melalui komponen komparator yang membandingkan makna.

Dengan kata lain komponen output adalah respon individu terhadap

perbedaan yang ditemukan melalui makna. Output adalah tindakan

individu.

2.3.2. Perubahan Identitas.

Burke menguraikan ada terdapat tiga kondisi umum dimana identias itu

berubah yaitu: pertama, perubahan situasi yang mengubah makna diri dalam

situasi yang tidak sesuai dengan standar identitas. Kedua, konflik antara dua

33 Burke and Stets, Identity Theory, 66 34 Burke and Stets, Identity Theory, 66

Page 14: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 28

identitas yang ada dalam diri seseorang. Ketiga, konflik antara makna perilaku

individu dan makna dalam standar identitas. Sedangkan Burke dan Castell

menyajikan kondisi keempat yaitu hasil dari standar identitas yang beradaptasi

atau sesuai dengan situasi atau respons adaptif dengan keadaan identitas.35

Jadi perubahan identitas itu dipengaruhi oleh empat faktor kondisi umum

yang akan diuraikan secara mendalam pada bagian berikut.

2.3.2.1.Perubahan dalam Situasi.

Sumber pertama dari perubahan identitas adalah hasil dari

perubahan situasi yang mempengaruhi makna. Perubahan makna itu

dikendalikan sedemikian rupa oleh suatu identitas kuat sehingga

mengakibatkan perubahan yang tidak dapat diatasi oleh suatu tindakan

pada identitas yang lebih rendah. Perubahan dalam makna situasional

menghasilkan perbedaan antara makna standar identitas dan makna yang

relevan dengan diri sendiri. Karena ketidaksesuaian ini, dengan demikian

seseorang akan mengalami beberapa bentuk kesusahan dan

ketidakpastian. Biasanya, seseorang akan mencoba mengembalikan

makna situasional agar sesuai dengan makna standar identitas. Namun,

jika hal itu tidak terjadi maka satu-satunya cara dari seseorang itu untuk

menghilangkan kesusahan dirinya ia akan mengubah standar identitasnya

agar sesuai dengan makna situasi yang ada. Ketika hal itu terjadi, tidak

akan ada lagi perbedaan yang akan dirasakan oleh seseorang dalam suatu

situasi.36 Ada beberapa contoh perubahan identitas dalam situasi yang

uraikan oleh Burke sebagai berikut:

35 Burke and Stets, Identity Theory, 180 36 Burke and Stets, Identity Theory , 180.

Page 15: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 29

Pertama, Burke and Cast (1997), memberikan contoh tentang

perubahan makna identitas dalam situasi. Ia mengambil identitas gender

suami dan istri ketika mereka memiliki anak. Dengan adanya kelahiran

seorang anak, maka situasi ini meciptakan makna baru bagi suami

menjadi lebih maskulin, sedangkan istri menjadi lebih feminim.

Kehadiran seorang anak mengubah makna dalam struktur interaksional

suami-istri, di mana biasanya identitas strandar suami hanya berupa diri

sendiri dan sebagai seorang suami, demikian juga halnya dengan seorang

istri. Tetapi ketika hadirnya seorang anak, maka identitas standar suami

berubah menjadi ayah yang memiliki peran lebih maskulin, sedangkan

istri berubah menjadi seorang ibu yang lebih feminim.37

Kedua, dipenjara Amerika yang dipegang oleh orang Cina selama

perang Korea, ada kisah tentang orang-orang yang "dicuci otak" oleh

sekte agama. Dalam kasus ini, teori perubahan identitas menganalisis

dan menjelaskan proses perubahan itu jelas. Proses terjadinya perubahan

standar identitas untuk menyesuaikan diri dengan situasi dimana orang

memiliki sedikit kontrol adalah cara pertama identitas berubah.

Perubahan itu terjadi ketika persepsi tentang makna situasional tidak

dapat disesuaikan dengan makna dalam standar identitas.38

Ketiga, ketika seseorang mendapatkan undian dan menjadi sangat

kaya, atau sebaliknya ketika seseorang itu menderita perampokan, rumah

terbakar, dan lain sebagainya. Dalam setiap kasus ini teori perubahan

identitas sangat jelas menganalisis suatu perubahan yang terjadi dalam

identitas seseorang. Dimana ketika adanya suatu ruang kemampuan

37 Burke and Stets, Identity Theory, 181. 38 Burke and Stets, Identity Theory, 181-182

Page 16: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 30

untuk memastikan dan memverifikasi identitas, dan menyebabkan

perubahan dalam standar identitas, maka menciptakan perubahan

identitas dalam situasi tersebut.39

Contoh di atas mau menjelaskan bahwa perubahan dalam standar

identitas tidak hanya berlaku untuk identitas peran, tetapi juga pada

identitas sosial. Artinya menjadi anggota kelompok atau kelompok

tertentu, dalam hal ini, bukan peran dalam organisasi yang berubah, tapi

definisi kelompok atau kategori dalam konteks masyarakat yang lebih

luas. Karena perpecahan antar kelompok menjadi lebih besar, maka

makna keanggotaan dalam berbagai kelompok berbeda. Semua ini

disebabkan oleh perubahan struktural dalam situasi di mana identitas kita

diverifikasi.40

Dengan demikian perubahan identitas yang terjadi karena adanya

perubahan situasi, dapat dimengerti sebagai suatu proses tekanan situasi

yang lebih kuat terhadap standar identitas. Artinya tekanan perubahan

situasi harus lebih besar terhadap standar identitas barulah menghasilkan

perubahan identitas, akan tetapi jika standar identitas lebih kuat atau

lebih besar dari perubahan situasi, maka tidak akan terjadi perubahan

identitas. Dalam hal ini perubahan identitas disini kuncinya adalah

dominasi situasi.

2.3.2.2.Konflik Identitas.

Sumber kedua dari perubahan identitas adalah ketika orang

memiliki beberapa identitas yang saling terkait satu sama lain (dalam arti

bahwa standar masing-masing mengandung dimensi makna yang sama),

39 Burke and Stets, Identity Theory, 182 40 Burke and Stets, Identity Theory, 183

Page 17: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 31

namun keduanya terjadi konflik karena identitas itu diaktifkan pada saat

bersamaan.

Contohnya, identitas jender Maria sebagai seorang wanita

mungkin menunjukkan bahwa dia kuat dan mandiri, namun identitasnya

sebagai seorang istri menunjukkan bahwa dia harus membiarkan

suaminya menjadi kepala keluarga. Ketika identitas Maria diaktifkan

pada saat bersamaan dan dia tidak dapat bertindak berdasarkan salah satu

dari identitasnya, maka kedua identitas itu terjadi konflik. 41 Kemudian,

karena konflik itu berlanjut di antara dua identitas Maria baik sebagai

seorang wanita dan istri, teori identitas menunjukkan bahwa Maria akan

merasakan tingkat kesusahan karena ketidaksesuaian. Pada saat yang

sama, teori tersebut menunjukkan bahwa standar identitas untuk kedua

identitasnya akan bergeser perlahan satu sama lain, menjadi identik pada

beberapa posisi "kompromi" sehingga perilaku yang bermakna dapat

memverifikasi kedua identitas pada saat bersamaan. Maria mungkin

menjadi kurang kuat dan mandiri dalam identitas jendernya, dan pada

saat bersamaan ia cenderung tidak membiarkan suaminya selalu

memimpin dalam masalah keluarga. Dalam hal ini, makna dalam kedua

standar identitas telah bergeser.42

Sekarang, pertanyaannya adalah jika kedua identitas itu berubah,

apakah mereka berubah ke tingkat yang sama? Teori identitas

menunjukkan bahwa sejauh mana masing-masing perubahan standar

identitas bergantung pada faktor lain seperti tingkat komitmen terhadap

masing-masing identitas. Penyesuaian di antara banyak identitas yang

41 Burke and Stets, Identity Theory, 183 42 Burke and Stets, Identity Theory, 183

Page 18: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 32

dimiliki individu mengakibatkan terjadinya perubahan identitas, sejauh

mereka mengendalikan makna situasional dan sumber daya yang sama,

bekerja sama untuk membawa makna tersebut ke dalam kesepakatan

bersama. Perubahan idenitas ini masih memiki hubungannya dengan

dominasi identitas, karena dalam proses ini masih terjadi tindakan

penyesuaian makna.43

Dengan demikian konflik identitas dapat menciptakan perubahan

identitas jika terjadi suatu komitmen bersama dalam kelompok yang

didasarkan pada suatu makna. Kesepakatan makna itu diambil dari yang

lebih dominan dan paling besar pengaruhnya dalam suatu situasi. Tanpa

kesepakatan makna itu maka tidak memungkinkan terjadinya perubahan

identitas. Dalam hal ini kuncinya adalah kesepakatan makna.

2.3.2.3.Konflik Antara Makna Perilaku dan Standar Identitas.

Sumber ketiga perubahan identitas adalah konflik antara makna

dari perilaku seseorang dan makna yang terdapat di dalam standar

identitas. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, kita biasanya

memilih perilaku yang maknanya konsisten dengan identitas kita atau

yang maknanya mengembalikan makna situasional agar sesuai dengan

identitas kita. Namun, dalam hal ini kita melihat suatu fakta tentang

makna hidup yang terbalik dari situasi normal. Misalnya, dalam

ungkapan "hidup itu rumit." Ungkapan ini memberi arti bahwa kita tidak

bisa selalu memilih perilaku dan makna yang kita inginkan. Karena ada

43 Burke and Stets, Identity Theory, 184

Page 19: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 33

alasan situasional dimana menuntut kita untuk memilih perilaku yang

agak bertentangan dengan identitas kita.44

Contohnya, didalam suatu pertandingan yang melibatkan

beberapa orang kemudian salah satu di antara tim itu ditawarkan dengan

sejumlah uang yang sangat besar supaya ia membuat timnya kalah. Pada

saat yang bersamaan seseorang itu juga sangat membutuhkan uang untuk

melanjutkan prestasi hidupnya kedepan. Akan tetapi pada sisi yang lain,

ia dituntut oleh identitasnya sebagai seorang yang memiliki derajat,

terhormat, sebagia seorang atlit dalam suatu pertanding. Dalam situasi

inilah dia ditempatkan pada suatu keadaan yang konflik. Identitasnya

sebagai seseorang atlit yang bermartabat diperhadapkan dengan tawaran

suatu jalan menuju masa depan. Tawaran itu adalah suatu jalan menuju

kesuksesan karirnya. Jika dia memilih jumlah uang yang besar, maka dia

akan sukses di masa depan, jika dia tidak memilih tawaran itu, maka dia

tetap mempertahankan identitasnya sebagai seorang atlit yang memiliki

martabat baik. Keadaan ini menempatkan seseorang itu pada konflik

perilaku dan standar identitas. Maka dia membutuhkan suatu keputusan

yang rasional untuk memilih. Dia bisa saja memilih untuk tidak

menerima tawaran dan bisa saja menerima tawaran. Semua itu

berdasarkan keputusan rasional. Dalam kasus di atas, pada akhirnya

seseorang itu memilih untuk menerima tawaran, dengan berdasar pada

makna bahwa “begitulah cara semua orang maju; hanya pecundang yang

akan menolak sogokan; itu bukan masalah besar.”45

44 Burke and Stets, Identity Theory, 184 45 Burke and Stets, Identity Theory, 185

Page 20: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 34

Dengan demikian perubahan identitas dalam hal ini terjadi karena

adanya situasi yang mendorong seseorang untuk mengambil keputusan

rasional. Situasi itu adalah persoalan makna hidup yang berbeda dengan

makna dalam standar identitas seseorang. Terjadinya perubahan identitas

disini, kuncinya adalah suatu keadaan di mana timbulnya persoalan yang

membutuhkan keputusan yang rasional.

2.3.2.4.Negosiasi dan Kehadiaran Orang Lain.

Sumber keempat di mana perubahan identitas dapat dilihat adalah

merupakan bagian dari strategi adaptif (mudah menyesuaikan diri

dengan keadaan) yang melekat pada identitas, dan membantu mereka

menetapkan apa yang telah kita sebut sebagai konteks verifikasi

bersama. Yaitu situasi dimana identitas setiap peserta tidak hanya

memverifikasi diri mereka sendiri tetapi juga saling memverifikasi

identitas peserta lain. Dengan cara ini, orang dapat melihat dan

merespons diri mereka sendiri sebagai objek sosial seperti yang

dilakukan orang lain terhadap diri mereka sendiri.46

Dalam hal ini perubahan identitas dapat dipahami sebagai suatu

proses memasukkan makna orang lain kedalam identitas diri sendiri,

dengan cara memahami orang lain dalam interaksi dengan dasar proses

verifikasi. Jadi, perubahan identitas, kuncinya adalah memasukan makna

kedalam diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan perubahan identitas yang telah diuraikan di atas, maka

kita dapat melihat bahwa perubahan identitas itu dapat terjadi, ketika terdapatnya

beberapa proses yaitu: pertama, adanya dominasi identitas oleh individu. Kedua,

46 Burke and Stets, Identity Theory, 185-186

Page 21: P a g e | 15repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16928/2/T2_752016010_BAB II...Perayaan keluarga dan masyarakat, ... sakral disini menurut Durkeim itu adalah apa yang disisihkan

P a g e | 35

terjadinya kesepakatan beberapa makna atau kesamaan makna individu dalam

kelompok. Ketiga, adanya perbedaan makna yang membutuhkan suatu keputusan

rasional dari individu. Ketempat, proses memasukan makna baru oleh individu

kedalam standar identitas.