OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 –...

170
OUT TLOOK PUSA K B PEN K K SEK 2014 Pra Sri H Muc Dew R S AT SOSIA KEBIJAKA BADAN PE NGEMBAN KEMENTER KTOR 4 2 Oleh: ajogo U. H Hery Susilo hjidin Rach a K.S. Swa Reny Kustia Sri Nuryant AL EKON AN PERTA ENELITIA NGAN PER RIAN PERT 2012 R PER 2025 Hadi owati hmat astika ari ti NOMI DA ANIAN AN DAN RTANIAN TANIAN RTAN N NIAN

Transcript of OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 –...

Page 1: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

OUT

TLOOK

PUSAK

BPEN

K

K SEK2014

PraSri HMucDew

RS

AT SOSIAKEBIJAKA

BADAN PENGEMBAN

KEMENTER

KTOR4 – 2

Oleh:

ajogo U. HHery Susilohjidin Racha K.S. Swa

Reny KustiaSri Nuryant

AL EKONAN PERTA

ENELITIANGAN PER

RIAN PERT2012

R PER2025

Hadi owati hmat astika ari ti

NOMI DAANIAN

AN DAN RTANIAN

TANIAN

RTAN

N

NIAN

Page 2: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

i  

KATA PENGANTAR

Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup

empat subsektor yaitu Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura,

Subsektor Perkebunan dan Subsektor Peternakan. Di dalam Rencana Strategis

Kementerian Pertanian 2011-2014 disebutkan bahwa target-target utama yang ingin

dicapai did alam pembangunan sektor pertanian adalah: (i) Pencapaian swasembada

untuk gula, kedelai dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan untuk padi dan

jagung; (ii) Peningkatan diversifikasi pangan; (iii) Peningkatan nilai tambah, daya

saing dan ekspor; dan (iv) Peningkatan kesejahteraan petani. Di tingkat makro,

sasaran yang ingin dicapai mencakup antara lain peningkatan PDB, neraca

perdagangan dan investasi pertanian.

Keberhasilan pencapaian target-target tersebut diatas dipengaruhi banyak

factor. Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut

adalah melakukan analisis outlook. Laporan ini berisi hasil-hasil analisis tentang: (i)

Kinerja sektor pertanian 2000-2010; (ii) Outlook sektor pertanian jangka menengah

(tahun 2014); dan (iii) Outlook sektor pertanian jangka panjang (2025).

Analisis tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Karena itum kritik dan saran

konstruktif untuk perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka.

Bogor, November 2012

Kepala Pusat,

Dr Handewi Purwati Saliem

Page 3: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

ii  

DAFTAR ISI

Hal. KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

I PENDAHULUAN 1

II PENDEKATAN 2 1.1. Analisis Kinerja 2 1.2. Analisis Outlook 3

III KINERJA SEKTOR PERTANIAN 2000-2010 5 3.1. Perkembangan Produksi 5 3.1.1. Tanaman Pangan 5 3.1.2. Tanaman Hortikultura 8 3.1.3. Tanaman Perkebunan 14 3.1.4. Komoditas Peternakan 20 3.2. Perkembangan Perdagangan 26 3.2.1. Komoditas Pangan 26 3.2.2. Komoditas Hortikultura 28 3.2.3. Komoditas Perkebunan 32 3.2.4. Komoditas Peternakan 34 3.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto 36 3.4. Perkembangan Investasi Pertanian 39

IV OUTLOOK JANGKA MENENGAH - 2014 43 4.1. Produksi Pertanian 43 4.1.1. Tanaman Pangan 43 4.1.2. Tanaman Hortikultura 48 4.1.3. Tanaman Perkebunan 53 4.1.4. Komoditas Peternakan 56 4.2. Perdagangan Internasional 57 4.2.1. Komoditas Tanaman Pangan 57 4.2.2. Komoditas Hortikultura 58 4.2.3. Komoditas Perkebunan 61 4.2.4. Komoditas Peternakan 62 4.3. Produk Domestik Bruto 64 4.4. Investasi Pertanian 65

V OUTLOOK JANGKA PANJANG - 2025 67 5.1. Produksi 67 5.1.1. Tanaman Pangan 67 5.1.2. Tanaman Hortikultura 69 5.1.3. Tanaman Perkebunan 75 5.1.4. Komoditas Peternakan 77 5.2. Perdagangan Internasional 78 5.2.1. Komoditas Pangan 78 5.2.2. Komoditas Hortikultura 80 5.2.3. Komoditas Perkebunan 82

Page 4: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

iii  

5.2.4. Komoditas Peternakan 83 5.3. Produk Domestik Bruto 85 5.4. Investasi Pertanian 86

VI KESIMPULAN DAN SARAN 88 6.1. Kinerja 2000-2010 88 6.1.1. Produksi dan Perdagangan 88 6.1.2. PDB dan Investasi 89 6.2. Outlook Jangka Menengah - 2014 89 6.2.1. Produksi dan Perdagangan 89 6.2.2. PDB dan Investasi 91 6.3. Outlook Jangka Panjang - 2025 91 6.3.1. Produksi dan Perdagangan 91 6.3.2. PDB dan Investasi 92

6.4. Saran Kebijakan 93

DAFTAR PUSTAKA 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN 95

Page 5: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

iv  

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal. 3.1.1 Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas, dan

Produksi Tanaman Pangan Utama, 2000-2010. 5

3.1.2 Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010.

9

3.1.3 Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2000-2010.

11

3.1.4 Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2000-2010.

12

3.1.5 Laju Pertumbuhan Luas Areal Total dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2000-2010.

14

3.1.6 Pangsa Produksi Komoditas Perkebunan Menurut Tipe Manajemen, 2010 (%).

18

3.1.7 Posisi Indonesia dalam Produksi Komoditas Perkebunan Utama Dunia, 2005 dan 2010.

19

3.1.8 Laju Pertumbuhan Populasi Jenis Ternak Utama, 2000-2010. 20

3.1.9 Laju Pertumbuhan Jumlah Pemotongan Ternak Besar dan Ternak Kecil Tercatat, 2000-2010.

23

3.1.10 Laju Pertumbuhan Produksi Peternakan, 2000-2010. 24

3.2.1 Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Pangan Utama, 2000-2010.

27

3.2.2 Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2000-2010.

29

3.2.3 Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Tanaman Obat Utama dan Tanaman Hias Utama, 2000-2010.

31

3.2.4 Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010.

33

3.2.5 Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan Utama, 2000-2010.

35

3.3.1 Laju Pertumbuhan PDB Riil Sektor Pertanian Menurut Subsektor, 2000-2009.

37

3.3.2 Laju Pertumbuhan PDB Riil Hortikultura Menurut Kelompok 39

Page 6: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

v  

Komoditas, 2000-2010.

3.4.1 Pertumbuhan Jumlah dan Total Nilai Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Sektor Pertanian, 2000-2010.

40

3.4.2 Pertumbuhan Nilai Investasi PMA dan PMDN menurut Subsektor di Sektor Pertanian, 2000-2010.

41

4.1.1 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Komoditas Pangan Utama, 2014.

44

4.1.2 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2014.

49

4.1.3 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2014.

51

4.1.4 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2014.

52

4.1.5 Proyeksi Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Utama, 2014.

54

4.1.6 Proyeksi Produksi Daging, Telur dan Susu, 2014. 56

4.2.1 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Pangan Utama, 2014.

58

4.2.2 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2014.

59

4.2.3 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2014.

61

4.2.4 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2014.

62

4.2.5 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2014.

63

4.3.1 Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2014. 65

4.41 Proyeksi Nilai PMA dan PMDN di Sektor Pertanian, 2014. 66

5.1.1 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan Utama, 2025.

68

5.1.2 Proyeksi Luas Panen, Poduktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2025.

71

5.1.3 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2025.

72

5.1.4 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2025.

74

5.1.5 Proyeksi Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2025.

75

5.1.6 Proyeksi Produksi Peternakan, 2025. 78

Page 7: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

vi  

5.2.1 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Pangan Utama, 2025.

79

5.2.2 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2025.

81

5.2.3 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2025.

82

5.2.4 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2025.

83

5.2.5 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2025.

84

5.3.1 Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2025. 86

5.4.1 Proyeksi PMA dan PMDN Sektor Pertanian, 2025 87

Page 8: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

vii  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Hal.

3.1.1 Perkembangan Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2000-2010 (ha).

95

3.1.2 Perkembangan Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2000-2010 (t/ha).

95

3.1.3 Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2000-2010 (t).

96

3.1.4 Perkembangan Luas Areal Komoditas Hortikultura menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010 (ha)

96

3.1.5 Perkembangan Produktivitas Komoditas Hortikultura menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010 (t/ha)

97

3.1.6 Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010 (ton).

97

3.1.7 Perkembangan Luas Areal Tanaman Buah-buahan Utama, 2000-2010 (ha)

98

3.1.8 Perkembangan Produktivitas Tanaman Buah-buahan Utama, 2000-2010 (t/ha)

98

3.1.9 Perkembangan Produksi Tanaman Buah-buahan Utama, 2000-2010 (t)

99

3.1.10 Perkembangan Luas Panen Tanaman Sayuran Utama, 2000-2010 (ha)

99

3.1.11 Perkembangan Produktivitas Tanaman Sayuran Utama, 2000-2010 (t/ha).

100

3.1.12 Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Utama, 2000-2010 (t)

100

3.1.13 Lampiran 3.1.13. Perkembangan Luas Panen Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (ha)

101

3.1.14 Perkembangan Produktivitas Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (t/ha)

101

3.1.15 Perkembangan Produksi Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (t) 102

3.1.16 Perkembangan Luas Panen Tanaman Hias Utama, 2000-2010 (ha)

102

3.1.17 Perkembangan Produktivitas Tanaman Hias Utama, 2000-2010

103

3.1.18 Perkembangan Produksi Tanaman Hias Utama, 2000-2010 103

3.1.19 Perkembangan Luas Areal Total Tanaman Perkebunan Utama, 2000-2010 (ha).104

104

Page 9: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

viii  

3.1.20 Perkembangan Luas Areal Tanaman Menghasilkan Perkebunan Utama, 2000-2010 (ha).

104

3.1.21 Perkembangan Produktivitas Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (t/ha)

105

3.1.22 Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (t)

105

3.1.23 Perkembangan Populasi Ternak, 2000-2010 (000 ekor). 106

3.1.24 Perkembangan Jumlah Pemotongan Ternak Tercatat, 2000-2010 (ekor).

106

3.1.25 Perkembangan Produksi Komoditas Peternakan, 2000-2010 (t).

107

3.2.1 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Pangan Utama, 2000-2010 (US$’000).

108

3.2.2 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pangan Utama, 2000-2010 (US$’000).

108

3.2.3 Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Pangan Utama, 2000-2010 (US$’000).

109

3.2.4 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Buah Utama, 2000-2010 (US$’000).

109

3.2.5 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Buah Utama, 2000-2010 (US$’000).

110

3.2.6 Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Buah Utama, 2000-2010 (US$’000)

110

3.2.7 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Sayuran Utama, 2000-2010 (US$’000).

111

3.2.8 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Sayuran Utama, 2000-2010 (US$’000).

111

3.2.9 Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Sayuran Utama, 2000-2010 (US$’000).

112

3.2.10 Perkembangan Nilai Ekspor Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (US$’000).

112

3.2.11 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Obat Utama, 2000-2010 (US$’000).

113

3.2.12 Perkembangan Neraca Perdagangan Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (US$’000).

113

3.2.13 Perkembangan Nilai Ekspor Tanaman Hias Utama, 2000-2010 (US$’000).

114

3.2.14 Perkembangan Nilai Impor Tanaman Hias Utama, 2000-2010 (US$’000).

114

Page 10: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

ix  

3.2.15 Perkembangan Neraca Perdagangan Tanaman Hias Utama, 2000-2010 (US$’000).

115

3.2.16 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (US$’000)

116

3.2.17 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (US$’000)

116

3.2.18 Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (US$’000)

117

3.2.19 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Ternak, 2000-2010 (US$’000)

117

3.2.20 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Ternak, 2000-2010 (US$’000)

118

3.2.21 Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Ternak, 2000-2010 (US$’000)

118

3.2.22 Perkembangan PDB Riil Sektor Pertanian Menurut Subsektor, 2000-2010 (Rp’milyar, harga konstan 2000).

119

3.3.2 Perkembangan PDB Riil Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010 (Rp’ milyar).

119

3.4.1 Perkembangan Jumlah dan Total Nilai Investasi PMA dan PMDN di Sektor Pertanian, 2000-2010.

120

3.4.2 Perkembangan Nilai Investasi PMA dan PMDN menurut Subsektor di Sektor Pertanian, 2000-2010

121

4.1.1 Proyeksi Luas Areal Panen, Produkivitas dan Produksi Tanaman Pangan Utama, 2011-2014.

122

4.1.2 Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2011-2014.

123

4.1.3 Proyeksi Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tanaman Buah-buahan Utama, 2011-2014.

124

4.1.4 Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Sayuran Utama, 2011-2014.

125

4.1.5 Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Obat, 2011-2014.

126

4.1.6 Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hias Utama, 2011-2014.

127

4.1.7 Proyeksi Luas Areal Total dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2011-2014.

128

4.1.8 Proyeksi Produksi Peternakan, 2011-2014 (ton). 128

4.2.1 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan 129

Page 11: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

x  

Komoditas Pangan Utama, 2011-2014 (US$’000).

4.2.2 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan Utama, 2011-2014 (US$’000).

130

4.2.3 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Sayuran Utama, 2011-2014 (US$’000).

131

4.2.4 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat Utama, 2011-2014 (US$’000).

132

4.2.5 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Hias Utama, 2011-2014 (US$’000).

133

4.2.6 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2011-2014 (US$’000).

134

4.2.7 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2011-2014 (US$’000).

135

4.3.1 Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2011-2014 (Rp milyar) 136

4.4.1 Proyeksi Nilai PMA dan PMDN, 2011-2014 136

5.1.1 Proyeksi Luas Areal Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (’000 ha).

137

5.1.2 Proyeksi Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (ku/ha).

137

5.1.3 Proyeksi Produksi Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (’000 ton).

138

5.1.4 Proyeksi Luas Panen Komoditas Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2015-2025 (000 ha).

138

5.1.5 Proyeksi Produktivitas Komoditas Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2015-2025 (t/ha).

139

5.1.6 Proyeksi Produksi Komoditas Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2015-2025 (000 t).

139

5.1.7 Proyeksi Luas Areal Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (000 ha)

140

5.1.8 Proyeksi Produktivitas Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (t/ha)

140

5.1.9 Proyeksi Produksi Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (000 t)

141

5.1.10 Proyeksi Luas Panen Tanaman Sayuran Utama, 2015-2025 (000 ha)

141

5.1.11 Proyeksi Produktivitas Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (t/ha)

142

5.1.12 Proyeksi Produksi Tanaman Sayuran Utama, 2015-2025 (000 t)

142

Page 12: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

xi  

5.1.13 Proyeksi Luas Panen Tanaman Obat, 2015-2025 (ha) 143

5.1.14 Proyeksi Produktivitas Tanaman Obat, 2015-2025 (t/ha) 143

5.1.15 Proyeksi Produksi Tanaman Obat, 2015-2025 (kg) 144

5.1.16 Proyeksi Luas Panen Tanaman Hias Utama, 2015-2025 (ha) 144

5.1.17 Proyeksi Produktivitas Tanaman Hias Utama, 2015-2025. 145

5.1.18 Proyeksi Produksi Tanaman Hias Utama, 2015-2025. 145

5.1.19 Proyeksi Luas Areal Total Tanaman Perkebunan Utama, 2015-2025 (000 ha).

146

5.1.20 Proyeksi Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2015-2025 (000 t).

146

5.1.21 Proyeksi Produksi Peternakan, 2015-2025 (000 t). 147

5.2.1 Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (US$’000).

147

5.2.2 Proyeksi Nilai Impor Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (US$’000).

148

5.2.3 Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (US$’000).

148

5.2.4 Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Buah-buahan Utama, 2015-2025 (US$’000).

149

5.2.5 Proyeksi Nilai Impor Komoditas Buah-buahan Utama, 2015-2025 (US$’000).

149

5.2.6 Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan Utama, 2015-2025 (US$’000).

150

5.2.7 Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Sayuran Utama, 2015-2025 (US$’000).

150

5.2.8 Proyeksi Nilai Impor Komoditas Sayuran Utama, 2015-2025 (US$’000).

151

5.2.9 Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Sayuran Utama, 2015-2025 (US$’000).

151

5.2.10 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat Utama, 2015-2025 (US$’000).

152

5.2.11 Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Hias Utama, 2015-2025 (US$’000).

152

5.2.12 Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Perkebunan Utama, 2015-2025 (US$’000).

153

5.2.13 Proyeksi Nilai Impor Komoditas Perkebunan Utama, 2015-2025 (US$’000).

153

5.2.14 Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 154

Page 13: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

xii  

2015-2025 (US$’000).

5.2.15 Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Peternakan, 2015-2025 (US$’000).

154

5.2.16 Proyeksi Nilai Impor Komoditas Peternakan, 2015-2025 (US$’000).

155

5.2.17 Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2015-2025 (US$’000).

155

5.3.1 Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2015-2025 (Rp’ milyar) 156

5.4.1 Proyeksi PMA Sektor Pertanian, 2015-2025 (US$’ juta) 156

5.4.2 Proyeksi PMDN 2015-2025 (Rp’ milyar). 157

Page 14: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

1  

I. PENDAHULUAN

Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup

empat subsektor yaitu Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura,

Subsektor Perkebunan dan Subsektor Peternakan. Target-target utama yang ingin

dicapai oleh Kementerian Pertanian adalah: (1) Pencapaian swasembada untuk gula,

kedelai dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung; (2)

Peningkatan diversifikasi pangan; (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan

ekspor; dan (4) Peningkatan kesejahteraan petani. Di tingkat makro, sasaran yang

ingin dicapai mencakup peningkatan PDB, neraca perdagangan, investasi pertanian,

penyerapan tenaga kerja dan nilai tukar petani (Kementan, 2010).

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian target-target

tersebut diatas. Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target

tersebut adalah melakukan analisis outlook. Sehubungan dengan itu, maka tujuan

kegiatan penyusunan outlook ini adalah: (1) Melakukan analisis kinerja sektor

pertanian periode 2000-2010; (2) Melakukan analisis prospek sektor pertanian

jangka menengah periode 2010-2014 dan jangka panjang periode 2015-2025; dan

(3) Menyusun buku “Outlook Sektor Pertanian 2014 & 2025”.

Analisis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: (1) Analisis produksi; dan (2)

Analisis makro. Analisis produksi mencakup luas areal, produksi, dan produktivitas

untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, sedangkan untuk peternakan

mencakup populasi, jumlah pemotongan, dan produksi. Sementara analisis makro

mencakup PDB (Produk Domestik Bruto), perdagangan luar negeri (ekspor dan

impor), dan investasi di sektor pertanian.

Dengan adanya hasil analisis ini akan dapat diketahui kinerja perkembangan

sector pertanian pada aspek produksi dan indikator makro selama periode 2000-

2010 dan proyeksi untuk jangka menengah 2011-2014 dan jangka panjang 2015-

2025. Proyeksi didasarkan pada beberapa faktor, yaitu: (1) Kekuatan pertumbuhan

selama 10 tahun terakhir (2000-2010); dan (2) Perkiraan perubahan faktor-faktor

eksternal seperti iklim, ketersediaan lahan untuk pertanian, dan kebijakan

pemerintah dalam pengembangan masing-masing komoditas pertanian.

Page 15: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

2  

II. PENDEKATAN

2.1. Analisis Kinerja

Analisis kinerja digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan rata-rata per

tahun (dalam %) di dalam periode 2000-2010. Di dalam analisis ini, segmen waktu

dibedakan menjadi dua yaitu 2000-2005 dan 2005-2010. Tujuan pembagian segmen

waktu demikian adalah untuk melihat perubahan dalam laju pertumbuhan (trend),

yaitu apakah meningkat (yang berarti ada akselerasi pertumbuhan), atau menurun

(yang berarti terjadi perlambatan pertumbuhan), atau relatif konstan (yang berarti

stabil), atau dari positif menjadi negatif (yang berarti terjadi kemunduran), atau dari

negatif menjadi positif (yang berarti ada kemajuan).

Persamaan untuk menghitung laju pertumbuhan per tahun, baik untuk

periode 2000-2005 maupun 2005-2010, menggunakan persamaan regresi semi-

logaritma yang sama yaitu sebagai berikut:

TAt 10lnln ………………………………………………………………………………. (1)

dimana: At = Nilai variabel yang dihitung trendnya pada tahun t α1 = Trend/tahun (jika dikalikan dengan 100% menjadi trend dalam %) T = Tahun pengamatan

Metode penghitungan trend dengan persamaan semi-logaritma dipandang

lebih baik jika dibandingkan dengan metode lainnya, misalnya persamaan regresi

kuadratik, persamaan geometrik dan rata-rata tahunan. Metode semi-logaritma

mengikuti kaidah statistik yang memperhitungkan variasi nilai variabel masing-

masing tahun di dalam periode analisis, dan dapat diketahui juga kekuatan prediksi

(predictive power) yang dapat dilihat dari nilai adjusted R2, serta nilai t-ratio yang

menunjukkan seberapa signifikan nilai trend yang dihasilkan. Sementara persamaan

kuadratik sulit diterapkan untuk jangka pendek (5 tahunan) karena bentuk grafik

variabel yang dianalisis tidak ada yang berbentuk U atau U terbalik. Persamaan

geometrik hanya memperhitungkan nilai pada tahun awal dan tahun akhir saja tanpa

memperhitungkan variasi nilai di antara dua titik waktu tersebut sehingga hasilnya

akan sangat bias ke bawah atau keatas. Metoda rata-rata pertumbuhan antar tahun

tidak mempunyai landasan ilmiah.

Page 16: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

3  

2.2. Analisis Outlook

Outlook terdiri dari outlook jangka pendek (2011-2014) dan outlook jangka

panjang (2015-2025). Hasil analisis trend 2000-2010 (kinerja) tidak bisa digunakan

secara langsung untuk membuat proyeksi, baik untuk jangka pendek maupun jangka

panjang karena dua alasan penting. Pertama, pola perkembangan selama periode

2000-2010 mungkin bervariasi, sehingga perlu dilihat scatter diagram selama

periode tersebut. Berdasarkan scatter diagram tersebut, kemudian dipilih segmen

waktu terakhir yang menunjukkan perkembangan yang lebih smooth. Dengan data

segmen waktu terakhir ini kemudian dihitung trendnya untuk digunakan sebagai

basis proyeksi jangka pendek (2011-2014). Kedua, adanya faktor pembatas ekspansi

produksi, utamanya ketersediaan lahan pertanian yang makin terbatas. Karena itu,

dalam membuat proyeksi, perlu dibuat skenario penurunan trend setiap tahun,

tergantung pada jenis komoditasnya, dan terlepas dari target-target pertumbuhan

yang telah ditetapkan pemerintah termasuk target laju pertumbuhan PDB sektor

pertanian. Untuk menghitung trend pada segmen waktu terpilih untuk proyeksi

(misalnya 2005-2010), hanya data dalam segmen waktu ini yang digunakan.

Sementara untuk proyeksi 2011-2025 digunakan pendekatan sebagai berikut:

(1) Menggunakan koefisien trend hasil penghitungan trend untuk segmen waktu

terakhir terpilih dari periode 2000-2010 (misalnya x%/tahun) sebagai basis trend

awal; dan (2) Mengurangi trend tersebut (misalnya sebesar β% untuk trend tahun

2011 sehingga menjadi (x/100)*α% = β%/tahun, dan seterusnya untuk tahun-

tahun berikutnya). Persentase penurunan trend tersebut bisa lebih besar dari

α%/tahun (dipercepat) atau lebih kecil dari α%/tahun (diperlambat), tergantung

pada kondisi yang dihadapi oleh masing-masing komoditas.

Sebagai contoh, untuk komoditas perkebunan tanaman keras, dimana

perluasan areal pada umumnya menggunakan areal kawasan hutan, penurunan

trend akan lebih cepat pada periode 2015-2025 dibanding periode sebelumnya

karena makin banyak kritik dari dunia internasional terhadap pembukaan hutan di

Indonesia untuk perkebunan, utamanya kelapa sawit. Sementara trend produksi ke

depan bisa saja dipercepat melalui perbaikan teknologi, namun produktivitas suatu

komoditas pertanian (tanaman atau ternak) juga ada batas maksimumnya sesuai

dengan kapasitas genetiknya. Karena itu, trend produktivitas juga ada batasnya dan

Page 17: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

4  

pada suatu saat produktivitas tersebut akan stagnan (dengan kata lain ada

perlambatan dalam perkembangan produktivitas).

Pendekatan tersebut di atas juga digunakan untuk menghitung proyeksi nilai

ekspor dan impor, dan investasi pertanian dengan mempertimbangkan trend dimasa

lalu (2000-2010) dan hasil proyeksi produksi masing-masing komoditas di masa

datang (2011-2025). Khusus untuk membuat proyeksi PDB menggunakan analisis

regresi berganda terlebih dengan menggunakan data tahun 2000-2010, dimana total

produksi menjadi variabel penjelas, yaitu sebagai berikut:

Yititit QPDBPDB 2110 …………………….……………..……………………… (2)

dimana:

PDBit = PDB riil subsektor i tahun t (Rp) PDBit-1 = PDB riil tahun t-1 (Rp) QYit = Total produksi subsektor i tahun t (ton) β0, β1, β2 = Konstanta Proyeksi PDB menggunakan rumus (3) sebagai berikut:

ititit QYPDBPDB ** 2110* ………………………….…………………….. (3)

dimana:

PDB*it = Proyeksi PDB subsektor ke-i tahun t (Rp)

PDB*it-1 = Proyeksi PDB subsektor ke-i tahun t-1 (Rp)

β0, β1, β2 = Konstanta hasil estimasi pada persamaan (2) Q*

Yit = Proyeksi total produksi subsektor i tahun t (ton) Pendekatan analisis proyeksi PDB ini mengambil logika bahwa besarnya PDB

masing-masing subsektor dipengaruhi oleh total produksi pertanian masing-masing

subsektor yang bersangkutan. Mungkin saja metode tersebut kurang tepat, karena

menggunakan jumlah kuantitas produksi sebagai variabel bebas, bukan jumlah nilai

produksi. Tetapi karena data harga produsen tidak selalu ada untuk semua

komoditas yang dianalisis, maka metode yang telah dijelaskan tersebut di atas tetap

digunakan sehingga penghitungan proyeksi PDB ada dasarnya. Dengan

menggunakan parameter tiga konstanta (β0, β1, β2) dan proyeksi total produksi

tahun t (Q*Yit), maka nilai PDB pada tahun t dapat diproyeksikan.

Page 18: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

5  

III. KINERJA SEKTOR PERTANIAN 2000-2010

3.1. Perkembangan Produksi

3.1.1. Tanaman Pangan

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan nasional, berbagai program telah

dilakukan oleh pemerintah, di antaranya adalah pencapaian swasembada untuk

kedelai dan swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung. Pemerintah juga

menetapkan target surplus 10 juta ton beras kumulatif sampai dengan tahun 2014.

Selain program swasembada untuk kedelai dan swasembada berkelanjutan untuk

padi dan jagung, pemerintah juga mencanangkan program diversifikasi pangan, baik

melalui aksi KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), menggiatkan penggunaan

tepung non-beras, baik untuk kudapan maupun pengganti nasi, serta membangun

model pengembangan diversifikasi bahan baku pangan non-beras di kebun

percobaan Cimanggu Badan Litbang Pertanian. Berbagai program tersebut dilakukan

dengan sasaran utama dicapainya peningkatan produksi tanaman pangan.

Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi komoditas pangan utama

(padi, jagung, dan kedelai) dan komoditas pangan lainnya (kacang hijau, kacang

tanah, ubi jalar dan ubi kayu) disajikan pada Tabel 3.1.1.

Tabel 3.1.1. Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan Utama, 2000-2010.

Komoditas

Luas Areal Panen Produktivitas Produksi Laju (%/th) Luas

2010 (000’ ha)

Laju (%/th) Provitas2010 (t/ha)

Laju (%/th) Produksi 2010

(000’ t) 2000- 2005

2005- 2010

2000- 2005

2005- 2010

2000- 2005

2005- 2010

Padi 0,06 2,27 13.118 1,17 2,14 5,01 1,24 4,41 65.981

Jagung 0,91 4,02 4.134 3,52 6,40 4,43 4,43 10,41 17.845

Kedelai -5,70 3,72 672 1,26 0,94 1,37 -4,44 4,66 975

Kc Hijau -1,02 -3,87 258 3,17 1,43 1,26 2,15 -2,44 292

Kc Tanah 1,76 -3,34 621 1,74 1,47 1,13 3,50 -1,88 779

Ubi Jalar -0,79 0,53 181 2,37 1,00 11,33 1,58 1,53 2.051

Ubi Kayu -1,29 -0,72 1.183 5,28 6,15 20,22 3,99 5,42 23.918

Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, diolah Keterangan: Data series 2000-2010 diperlihatkan pada Lampiran 3.1.1 s/d Lampiran 3.1.3.

Page 19: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

6  

Luas panen komoditas pangan utama (padi, jagung dan kedelai) dan

komoditas pangan lainnya (kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu)

secara umum menunjukkan peningkatan untuk padi, jagung, dan kacang hijau,

sementara untuk kedelai, kacang tanah, ubijalar dan ubikayu cenderung menurun.

Selama periode 2000-2010, perkembangan luas panen padi diawali dengan laju

peningkatan yang sangat lambat pada periode 2000-2005, yaitu hanya

0,36%/tahun. Namun dengan telah dicanangkannya program swasembada dan

swasembada berkelanjutan, maka luas panen padi pada periode 2005-2010

meningkat cukup cepat menjadi 2,27%/tahun pada periode tersebut. Pola yang

sama berlaku untuk komoditas jagung namun dengan laju pertumbuhan lebih tinggi.

Peningkatan luas panen padi didukung oleh adanya program-program

pemerintah, utamanya SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu).

Sementara itu, peningkatan luas areal jagung lebih karena introduksi varietas hibrida

dengan produktivitas tinggi dan meningkatnya harga jagung di pasar dengan

berkembangnya industri pakan ternak yang meningkatkan permintaan akan jagung

sebagai bahan baku. Sebaliknya untuk kedelai, luas panennya selama periode 2000-

2005 menurun, yang diduga karena desakan kedelai lokal oleh kedelai impor dimana

petani tidak mampu bersaing. Namun seperti halnya pada padi dan jagung, pada

periode 2005-2010 perkembangan luas panen kedelai mengalami percepatan yaitu

meningkat dengan laju 3,72%/tahun.

Untuk komoditas pangan selain padi, kedelai dan jagung, luas panennya

pada periode 2005-2010 cenderung menurun untuk kacang hijau, kacang tanah dan

ubi kayu, tetapi meningkat untuk ubikayu. Apabila tidak ada penambahan luas areal

pangan secara keseluruhan, maka program-program percepatan pertumbuhan

produksi komoditas pangan utama, yaitu padi, jagung dan kedelai, untuk

mensukseskan program swasembada dan swasembada berkelanjutan, akan dapat

menurunkan luas panen komoditas-komoditas pangan lainnya.

Produktivitas komoditas pangan meningkat secara konsisten. Selama periode

2000-2005 produktivitas padi meningkat 1,17%/tahun, dan pada periode berikutnya

(2005-2010) meningkat lebih cepat yaitu 2,14%/tahun. Demikian pula untuk jagung,

selama dua periode tersebut mengalami percepatan peningkatan produktivitas yang

cukup signifikan, yaitu dari 3,52%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi

Page 20: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

7  

6,40%/tahun pada periode 2005-2010. Sebaliknya untuk kedelai, laju pertumbuhan

produktivitasnya pada periode 2005-2010 hanya 0,94%/tahun, yang lebih lambat

dibandingkan dengan periode sebelumnya (1,26%/tahun).

Komoditas pangan selain padi secara konsisten juga mengalami

pertumbuhan produktivitas positif. Di antara komoditas pangan tersebut, jagung dan

ubikayu mengalami peningkatan produktivitas tertinggi. Peningkatan produktivitas

jagung yang tinggi disebabkan oleh introduksi varietas unggul hibrida seperti

Pioneer, BC6 dan varietas-varietas lain yang mempunyai produktivitas lebih tinggi

dibandingkan varietas non-hibrida. Peningkatan produktivitas ubikayu juga konsisten

tinggi selama 2000-2010 yang disebabkan oleh telah diintroduksinya varietas

Kasetsart berproduktvitas tinggi yang berasal dari Thailand.

Namun peningkatan produktivitas padi secara substansial sulit diharapkan

akan terjadi di masa dating sepanjang tidak ada terobosan teknologi secara

signifikan. Hasil analisis Susilowati et al (2010) menunjukkan bahwa dengan

teknologi yang ada saat ini, tingkat efisiensi teknis usahatani padi sudah mendekati

frontier yaitu lebih dari 0,9 yang berarti bahwa peningkatan produksi padi hanya

dapat dicapai melalui peningkatan luas areal panen.

Produksi tiga komoditas pangan utama, yaitu padi, jagung dan kedelai,

selama dua kurun waktu yang dianalisis, mengalami peningkatan yang cukup

substansial. Dari periode waktu 2000-2005 ke periode 2005-2010, laju pertumbuhan

produksi padi mengalami percepatan dari 1,24%/tahun menjadi 4,41%/tahun, untuk

jagung dari 4,43%/tahun menjadi 10,41%/tahun dan untuk kedelai yang pada

periode sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif (-4,44%/tahun) pada periode

berikutnya meningkat menjadi 4,66%/tahun. Percepatan laju pertumbuhan dalam

periode 2005-2010 tersebut, seperti telah diuraikan sebelumnya, tidak terlepas dari

adanya program swasembada berkelanjutan padi dan jagung yang didukung oleh

penggunaan benih unggul bermutu dan dukungan subsidi harga pupuk serta

program pemberantasan OPT. Untuk komoditas pangan lainnya, percepatan laju

pertumbuhan produksi yang cukup tinggi pada kurun waktu 2005-2010 hanya terjadi

pada ubikayu, yaitu dari 3,99%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi

5,42%/tahun pada periode 2005-2010, sementara komoditas-komoditas lainnya

cenderung mempunyai laju pertumbuhan yang melambat.

Page 21: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

8  

3.1.2. Tanaman Hortikultura

Tanaman hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias

(florikultura), dan tanaman obat (biofarmaka). Berdasarkan Kepmentan Nomor

511/Kpts/PD.9/2006, komoditas hortikultura yang perlu ditangani adalah sebanyak

323 jenis, yang terdiri dari buah-buahan 60 jenis, sayuran 80 jenis, tanaman hias

117 jenis, dan tanaman obat 66 jenis. Secara umum, komoditas hortikultura

bercirikan: jenisnya sangat banyak tetapi masing-masing jenis dibutuhkan dalam

jumlah yang relatif kecil, mudah rusak dan life time-nya pendek, pada umumnya

dibutuhkan dalam bentuk segar, dan tergantung pada selera konsumen yang

cenderung cepat berubah.

Komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan dan sayuran, merupakan

komoditas strategis karena perannya yang penting dalam pencapaian Pola Pangan

Harapan (PPH) untuk memenuhi ‘gizi bermutu dan berimbang’. Komoditas

hortikultura selain menjadi sumber karbohidrat, protein, dan lemak nabati, juga

menjadi sumber yang sangat penting untuk vitamin, mineral, serat, antioksidan,

senyawa yang berkhasiat obat, dan senyawa-senyawa berguna lainnya. Oleh

karena itu, produk hortikultura perlu selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang

cukup, mutu yang baik, aman dikonsumsi, harga terjangkau, serta mudah diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen merupakan pasar

sangat potensial, yang dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan tingkat konsumsi

hortikultura.

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga usaha

komoditas ini dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat petani dan pelaku

usaha lainnya, baik yang berskala mikro, kecil, menengah maupun besar. Usaha

hortikultura mempunyai keunggulan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi,

jenisnya sangat beragam, ketersedian sumber daya (alam, buatan dan manusia)

yang cukup banyak dan teknologi pendukung, serta potensi pasar di dalam dan luar

negeri yang terus meningkat.

Produk hortikultura buah-buahan dan sayuran merupakan bahan pangan

sebagai sumber utama vitamin, mineral, serat, antioksidan, dan energi yang sangat

baik bagi kesehatan. Di samping dikonsumsi segar, produk buah-buahan, sayuran

Page 22: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

9  

dan tanaman obat juga berperan sebagai bahan dasar produk olahan dalam industri

pangan dan industri kesehatan.

Produksi komoditas hortikultura dari tahun ke tahun cenderung meningkat,

khususnya buah-buahan, sayuran, tanaman obat dan beberapa jenis tanaman hias.

Peningkatan produksi buah-buahan dan sayuran dilatarbelakangi oleh besarnya

permintaan buah-buahan dan sayuran akibat pertambahan penduduk, peningkatan

kesadaran masyarakat akan manfaat buah dan sayur bagi kesehatan serta

peningkatan kesejahteraan.

Upaya peningkatan produksi hortikultura dilakukan melalui perluasan areal

panen dan peningkatan produktivits. Secara garis besar, berdasarkan kelompok

komoditas hortikultura, dalam periode 2000-2005, keseluruhan produksi komoditas

hortikultura meningkat 8,31%/tahun (Tabel 3.1.2). Peningkatan terbesar terjadi

pada kelompok tanaman hias yaitu 14,91%/tahun, menyusul kelompok tanaman

obat 12,26%/tahun, diikuti kelompok buah-buahan 11,93%/tahun dan kelompok

sayuran 2,52%/tahun. Namun demikian kinerja yang baik tidak dapat dipertahankan

pada periode 2005-2010, dimana laju peningkatan produksi pada periode tersebut

melambat menjadi hanya 2,90%/tahun. Hal ini terjadi karena penurunan produksi

pada semua kelompok komoditas, terutama kelompok tanaman buah-buahan.

Tabel 3.1.2. Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010.

Kelompok Komoditas

Luas Panen Produktivitas Produksi

Laju (%/th) Luas 2010

(000’ha)

Laju (%/th) Provitas 2010 (t/ha)

Laju (%/th) Produksi 2010

(000’ t) 2000- 2005

2005- 2010

2000- 2005

2005- 2010

2000- 2005

2005- 2010

Buah-buahan 6,14 -0,01 719,8 9,83 1,14 23,9 11,79 2,92 19.929

Sayuran 2,76 2,65 1.103,9 0,15 0,12 9,6 2,88 2,52 10.454

Tanaman Obat 7,83 -1,89 17,9 3,76 1,60 20,5 12,26 7,57 485

Tanaman Hias -7,81 -1,72 1,9 28,56 12,79 199,9 14,91 8,49 314

Total 4,09 1,50 1.843,4 4,23 1,40 16,9 8,31 2,90 31.181

Sumber: Ditjen Hortikultura, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 ditunjukkan Lampiran 3.1.4 s/d Lampiran 3.1.6.

Peningkatan produksi yang cukup besar pada periode tahun 2000-2005

terutama karena peningkatan luas panen terutama tanaman obat (7,83%/tahun)

dan tanaman buah-buahan (6,14%/th) serta peningkatan produktivitas yang cukup

cepat pada tanaman hias (28,56%/th). Dalam periode 2005-2010, pertumbuhan

Page 23: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

10  

produksi yang dicapai dapat terjadi karena peningkatan produktivitas, sementara

luas panen pada kelompok tanaman buah-buahan, tanaman obat dan tanaman hias

menunjukkan penurunan.

Dengan produksi seperti diatas, konsumsi buah-buahan dan sayuran masing-

masing berada pada tingkat 32,59 kg dan 40,66 kg per kapita per tahun. Tingkat

konsumsi tersebut masih di bawah rekomendasi Organisasi Pangan Dunia (FAO)

yaitu 73 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi buah-buahan dan sayuran masyarakat

Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan di negara-negara lainnya di Asia

Tenggara, apalagi dibandingkan dengan negara-negara maju. Permintaan konsumen

yang rendah mengakibatkan jumlah produksi tidak mampu didorong hingga melebihi

jumlah permintaan. Oleh karena itu, konsumsi komoditas hortikultura perlu

dinaikkan. Produk hortikultura umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, namun

demikian pengembangan pasar produk olahan meningkat pesat. Sejalan dengan itu

permintaan bahan baku produk hortikultura untuk industri terus meningkat.

Gambaran perkembangan produksi komoditas utama tanaman buah-buahan,

tanaman sayur, tanaman hias dan tanaman obat dapat diuraikan sebagai berikut.

Buah-buahan dan Sayuran

Komoditas buah-buahan yang mempunyai luas areal terbesar pada tahun

2010 adalah mangga yaitu 131 ribu ha. Dengan produktivitas sekitar 10 ku/ha, maka

produksi mangga mencapai 1,3 juta ton. Produksi buah-buahan terbesar adalah

pisang yaitu sekitar 5,8 juta ton, sementara produksi terkecil adalah jambu biji, yaitu

sekitar 204 ribu ton (Tabel 3.1.3). Produksi buah-buahan tumbuh rata-rata

14,37%/tahun pada periode 2000-2005, namun kemudian melambat cepat menjadi

hanya 1,91%/tahun selama periode 2005-2010. Pertumbuhan produksi buah-buahan

yang tinggi dipacu oleh pertumbuhan produksi pepaya dan nenas yaitu masing-

masing 5,36% dan 5,30% per tahun. Pertumbuhan produksi nenas lebih bersumber

dari peningkatan produktivitas, sedangkan pertumbuhan produksi pepaya lebih

bersumber dari perluasan areal yang mencapai 7,81%/tahun.

Sementara komoditas sayuran yang mempunyai luas areal terbesar pada

tahun 2010 adalah cabai, yang mencapai 237,5 ribu ha. Selain itu, produktivitas

cabai juga terbesar dibandingkan dengan sayuran lainnya. Produktivitas cabai pada

Page 24: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

11  

tahun yang sama mencapai 5,61 ton/ha dan produksinya mencapai 1,33 juta ton.

Produksi sayuran terbesar adalah kubis yaitu sekitar 1,38 juta ton, sedangkan

produksi terkecil adalah bawang putih, yaitu hanya sekitar 12,3 ribu ton.

Tabel 3.1.3. Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman

Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2000-2010.

Komoditas

Luas Areal Panen Produktivitas Produksi Laju (%/th) Luas

2010 (000’ha)

Laju (%/th) Provitas2010 (t/ha)

Laju (%/th) Produksi 2010

(000’ t) 2000-2005

2005-2010

2000-2005

2005-2010

2000-2005

2005-2010

Buah: Alpukat 6,69 5,09 20,5 3,71 -4,07 10,96 10,41 1,02 225,1Durian 10,25 2,8 46,1 8,89 -2,68 10,65 19,15 0,13 491,2Jb Biji 3,81 2,19 10,0 9,43 1,19 20,45 13,24 3,38 204,1Jeruk 15,81 -4,03 57,0 12,38 1,04 35,66 28,18 -2,99 2.032,7Mangga 31,62 -3,54 131,3 -20,75 5,69 10,00 10,87 2,16 1.313,5Nenas 7,48 -2,52 12,1 8,18 7,81 114,61 15,66 5,30 1.390,4Pepaya -3,00 4,45 9,4 9,87 0,91 74,21 6,87 5,36 695,2Pisang 6,84 2,33 101,8 -1,28 1,62 57,11 5,56 3,95 5.814,6Rambutan 10,34 2,22 79,3 9,01 -3,31 6,53 19,36 -1,09 517,6Manggis 12,45 3,97 10,2 6,64 1,66 8,26 17,00 5,41 84,5

Total 9,98 1,00 477,8 4,38 0,91 37,80 14,37 1,91 12.768,9Sayur:

Bw Merah 0,86 5,09 109,5 -2,75 1,88 9,58 -1,88 6,96 1.048,2Bw Putih -4,03 -12,00 1,8 -16,05 0,94 6,79 -20,08 -11,05 12,3Cabai 4,11 4,64 237,5 21,88 0,004 5,61 25,97 4,65 1.332,4K Panjang 11,48 0,02 85,9 -1,75 0,83 5,68 9,71 0,86 488,3Kentang -0,71 2,69 66,5 -6,55 -0,51 15,95 -7,26 2,18 1.060,6Ketimun 3,38 0,56 56,9 15,33 -1,16 9,61 18,69 -0,59 546,9Kol/Kubis -0,71 3,61 67,4 1,98 -1,97 20,55 1,27 1,65 1.384,7Terung 5,57 1,87 52,3 -0,20 6,42 9,74 5,36 8,29 509,1Tomat 3,41 3,05 61,4 0,45 4,50 14,51 3,84 7,54 890,2Wortel 5,56 1,90 27,2 2,3 -3,60 15,00 7,86 -1,70 408,3Rata-rata 3,12 0,70 766,4 1,93 0,61 11,49 5,04 1,31 7.680,8

Sumber: Ditjen Hortikultura, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 diperlihatkan pada Lampiran 3.1.7 s/d Lampiran 3.1.9 untuk

buah-buahan, dan Lampiran 3.1.10 s/d Lampiran 3.1.12 untuk sayuran.

Total produksi sayuran tumbuh rata-rata sekitar 5,04%/tahun selama periode

2000-2005, namun kemudian laju pertumbuhannya melambat menjadi hanya

1,31%/tahun selama periode 2005-2010. Pertumbuhan pada periode 2000-2005

yang tinggi dipacu oleh pertumbuhan produksi cabai dan ketimun yaitu masing-

masing 25,97% dan 18,69% per tahun. Sementara pertumbuhan pada periode

2005-2010 terutama dipacu oleh pertumbuhan produksi terung dan tomat masing-

masing 8,29% dan 7,54% per tahun. Pertumbuhan produksi cabai dan ketimun

pada periode 2000-2005 karena adanya peningkatan produktivitas, yaitu masing-

Page 25: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

12  

masing 21,88% dan 15,33% per tahun. Pertumbuhan produksi terung pada periode

2000-2005 karena adanya peningkatan luas areal 5,57%/tahun, sedangkan

pertumbuhan tomat dipacu oleh peningkatan produktivitas yang mencapai

4,5%/tahun.

Tanaman Obat dan Tanaman Hias

Untuk tanaman obat, pada tahun 2010, tanaman jahe menunjukkan areal

panen terluas, yaitu sekitar 6,1 ribu ha (Tabel 3.1.4). Kemudian berturut-turut diikuti

oleh kunyit (4,6 ribu ha), dan lengkuas (2,1 ribu ha). Sementara tanaman obat

dengan areal panen terkecil adalah temu kunci, yaitu hanya 274 ha. Sesuai dengan

luas areal panen, produksi tanaman jahe adalah yang paling besar, yaitu 107,7 ribu

ton. Kemudian diikuti berturut-turut oleh kunyit (107,4 ribu ton), lengkuas (59 ribu

ton) dan kencur (29,6 ribu ton).

Tabel 3.1.4. Laju Pertumbuhan Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2000-2010.

Komoditas

Luas Areal Panen Produktivitas Produksi Laju (%/th) Luas

2010 (ha)

Laju (%/th) Provitas 2010

(ku/ha)

Laju (%/th) Produksi 2010 (ton)

2000-2005

2005-2010

2000-2005

2005-2010

2000-2005

2005-2010

Tanaman Obat: Jahe 2,13 -2,88 6.054 -2,10 -3,03 17,80 0,19 -5,52 107.730 Kunyit 20,50 -0,62 4.558 4,13 5,17 23,60 24,90 4,02 107.380 Kencur 19,71 -8,53 1.923 6,51 5,62 15,40 26,41 -3,49 29.640 Lengkuas -4,87 7,13 2.062 7,29 2,50 28,60 3,60 9,83 58.960 Temulawak 23,47 -0,55 1.373 8,22 6,36 19,40 29,62 4,96 26.670 Kapulaga 3,89 -4,81 541 21,15 22,38 52,70 22,69 23,36 28.550 Temuireng 9,17 -3,50 376 16,60 5,14 19,00 26,00 1,39 7.140 Lempuyang 10,81 0,80 411 2,33 2,49 20,70 13,29 3,18 8.520 Temukunci 74,90 8,14 274 -27,26 7,25 15,90 61,46 15,74 4.360 Sambiloto 85,76 10,11 167 -9,19 6,24 23,10 97,66 15,52 3.850

Total 17,75 -0,54 4,10 5,99 23,70 23,13 5,94 42.110 Tanaman Hias:

Melati -7,07 -48,56 102 16,42 35,58 21,26 9,10 1,33 21.600 Krisan 0,13 32,40 1.002 39,92 -12,87 18,48 35,82 25,61 185.230 Mawar -21,13 -1,81 384 9,12 6,29 21,42 -7,10 7,38 82.350 Sedap Malam 6,20 -46,21 62 15,94 37,41 95,11 22,47 15,49 59.300 Gladiol -34,46 -23,05 41 39,42 14,62 24,72 23,83 -7,65 10.060 Anggrek 12,75 3,39 139 6,72 8,87 10,10 17,29 12,18 14.050 Palem -4,20 -2,68 48 4,07 9,68 2,28 -0,89 6,77 1.100 Anthurium 2,35 -1,35 25 23,03 22,38 30,40 27,22 25,43 7.660 Heliconia -2,06 9,51 27 18,38 15,41 11,17 18,92 22,28 2.960 Anyelir 7,08 5,43 24 -8,13 23,13 31,29 -4,25 30,36 7.610

Total -3,70 -2,71 16,50 13,88 27,22 14,81 15,32 41.150

Sumber: Ditjen Hortikultura, diolah. Keterangan: Satuan produktivitas dan produksi tanaman hias masing-masing adalah tangkai/m2 dan juta

tangkai; Data series 2000-2010 ditunjukkan pada Lampiran 3.1.13 s/d Lampiran 3.1.15 untuk tanaman obat, dan Lampiran 3.1.16 s/d Lampiran 3.1.18 untuk tanaman hias.

Page 26: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

13  

Produktivitas kapulaga adalah yang terbesar, yaitu 5,27 ton/ha, kemudian

berturut-turut diikuti oleh lengkuas (2,86 ton/ha), kunyit (2,36 ton/ha) dan

lempuyang (2,07 ton/ha). Sementara itu, tanaman obat yang produktivitasnya

terkecil adalah kencur, yaitu hanya 1,54 ton/ha.

Produksi tanaman obat tumbuh rata-rata sekitar 23,13%/tahun selama

periode 2000-2005, namun kemudian tumbuh hanya 5,94%/tahun selama periode

2005-2010. Pertumbuhan yang tinggi pada periode 2000-2005 dipacu oleh

pertumbuhan produksi sambiloto dan temu kunci masing-masing 97,60% dan

61,46% per tahun. Produksi sambiloto yang meningkat drastis ini karena

peningkatan areal, yaitu 85,76%/tahun, walaupun produktivitasnya menurun

9,19%/tahun.

Untuk tanaman hias, pada tahun 2010, tanaman yang mempunyai areal

panen terluas adalah krisan yaitu 1.002 ha, diikuti berturut-turut oleh mawar (384

ha), anggrek (139 ha) dan melati (102 ha). Seperti pada luas areal panen, produksi

krisan adalah yang terbesar, yaitu 185,23 juta tangkai, namun produktivitasnya

hanya 18,48 tangkai/m2. Produktivitas bunga sedap malam adalah yang terbesar

dibandingkan dengan tanaman hias lainnya, yaitu 95,11 tangkai/m2, diikuti berturut-

turut oleh anyelir (31,29 tangkai/m2), anthurium (30,40 tangkai/m2) dan gladiol

(24,72 tangkai/m2).

Produksi tanaman hias tumbuh rata-rata 14,80%/tahun selama periode 2000-

2005, kemudian meningkat lebih cepat menjadi 15,32%/tahun selama periode 2005-

2010. Pertumbuhan produksi yang tinggi pada periode 2000-2005 dipacu oleh

pertumbuhan produksi krisan dan anthurium yang tumbuh dengan laju masing-

masing sebesar 35,82% dan 27,22% per tahun. Sementara pertumbuhan produksi

yang tinggi pada periode 2005-2010 dipacu oleh pertumbuhan produksi anyelir dan

krisan yang sangat tinggi yaitu masing-masing 30,36% dan 25,61% per tahun.

Pertumbuhan produksi krisan pada periode 2000-2005 karena adanya peningkatan

luas areal, yaitu 32,40%/tahun, sedangkan pertumbuhan produksi anthurium pada

periode 2000-2005 karena adanya peningkatan produktivitas, yaitu 23,03%/tahun.

Page 27: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

14  

3.1.3. Tanaman Perkebunan

Tanaman perkebunan terdiri diri tanaman tahunan atau tanaman keras

(perennial crops) dan tanaman setahun/semusim (annual/seasonal crops). Tanaman

keras utama adalah kelapa sawit, kelapa, karet, kakao, kopi, teh, dan cengkeh,

sedangkan tanaman setahun/semusim utama adalah tebu/gula, tembakau, dan

lada1. Hampir semua jenis komoditas perkebunan tersebut, kecuali tebu/gula dan

tembakau, merupakan komoditas ekspor andalan dan sumber devisa penting (net

exporter) di subsektor perkebunan, bahkan di sektor pertanian. Sementara produksi

komoditas tebu/gula dan tembakau masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan

di dalam negeri sehingga masih perlu diimpor (net importer). Posisi komoditas

tembakau masih dilematis karena di satu sisi merupakan salah satu sumber

pendapatan penting bagi petani dan negara dari cukai tembakau dan rokok,

sedangkan dari sisi lain kurang mendukung kesehatan dan bertentangan dengan

konvensi tembakau dunia yang sudah diratifikasi oleh seluruh negara di dunia

kecuali Indonesia.

Tabel 3.1.5. Laju Pertumbuhan Luas Areal Total dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2000-2010.

Komoditas

Luas Areal Total Produksi Laju (%/tahun) Luas

2010 (000’ ha)

Laju (%/tahun) Produksi 2010

(000’ t) 2000- 2005

2005- 2010

2000- 2005

2005- 2010

Kelapa Sawit 4 ,98 7 ,30 8.036,4 10,15 8,09 23.712,0Kelapa 0 ,23 0 ,04 3.808,3 0,08 1,14 3.266,4Karet -0 ,64 0 ,94 3.445,1 8,33 1,22 2.591,9Kakao 8 ,90 6 ,63 1.651,5 10,97 2,39 844,6Kopi -0 ,28 -0 ,15 1.268,5 3,11 1,04 684,1Cengkeh 1 ,36 1 ,11 470,0 3,88 7,06 110,8Tebu/Gula 1 ,51 2 ,45 434,3 5,31 4,43 2.694,2Tembakau -4 ,94 1 ,14 193,9 -5,57 -1,58 122,3Lada 4 ,16 -0 ,82 186,3 1,26 1,84 84,2Teh -2 ,05 -2 ,51 124,6 0,34 -0,79 150,3Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 ditunjukkan pada Lampiran 3.1.19 s/d Lampiran 3.1.22.

                                                            1 Komoditas perkebunan lain adalah jambu mete, panili, pala, serat-seratan (kapas, rami, dll) dan

minyak-minyakan (jarak pagar, jarak kepyar), dan lain-lain tidak dicakup dalam analisis ini karena produksinya masih sangat terbatas.

Page 28: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

15  

Pola pertumbuhan luas areal, produktivitas dan produksi komoditas

perkebunan selama 2000-2010 ditunjukkan pada Tabel 3.1.5. Pola pertumbuhan

umumnya mengalami perubahan selama periode lima tahun terakhir (2005-2010)

dibanding selama periode lima tahun sebelumnya (2000-2005). Kelapa sawit

mengalami laju pertumbuhan luas areal total yang makin spektakuler, yaitu dari

4,98%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi 7,30%/tahun pada periode 2005-

2010 sehingga pada tahun 2010 mencapai luas lebih dari 8 juta ha, yang merupakan

areal komoditas perkebunan paling luas dengan pangsa 41% dari total luas areal 10

komoditas perkebunan utama yang dianalisis seluas sekitar 19,6 juta ha. Demikian

pula produktivitasnya yang pada periode 2000-2005 menurun, pada periode 2005-

2010 meningkat cukup cepat sehingga pada tahun 2010 mencapai lebih dari 4,3 ton

minyak sawit per ha per tahun. Perkembangan luas areal total yang cepat tersebut

diikuti oleh perkembangan luas areal produktif yang juga cepat. Dengan

pertumbuhan produktivitas yang cepat tersebut menyebabkan laju pertumbuhan

produksinya juga sangat cepat walaupun mengalami pelambatan, yaitu dari

10,15%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi 8,09%/tahun pada periode 2005-

2010 sehingga pada tahun 2010 mencapai produksi hampir 24 juta ton minyak

sawit.

Laju pertumbuhan produksi yang spektakuler pada komoditas kelapa sawit

tersebut dipicu oleh kenaikan harga CPO di pasar dunia yang cepat sebagai akibat

dari meningkatnya permintaan dunia akan komoditas ini dan meningkatnya harga

minyak mentah (crude oil) dunia. Insentif harga yang makin tinggi tersebut

menyebabkan sebagian areal komoditas perkebunan lain dan bahkan areal

komoditas pangan terkonversi menjadi areal kelapa sawit, utamanya di pulau

Sumatera dan Kalimantan. Namun pembukaan hutan secara besar-besaran untuk

perluasan areal kelapa sawit mendapatkan kritikan dari berbagai negara lain karena

kegiatan tersebut dinilai dapat mengganggu keseimbangan alam dunia, dimana

Indonesia mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga areal rain forest

sebagai salah satu paru-paru dunia. Karena itu pada tahun 2011 dilakukan

moratorium kelapa sawit untuk mengendalikan penebangan hutan untuk perluasan

areal kelapa sawit.

Page 29: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

16  

Tanaman perkebunan lainnya yang luas areal dan produksinya juga

mengalami pertumbuhan sangat cepat adalah kakao, walaupun pada periode 2005-

2010 melambat dibanding pada periode 2000-2005. Karena pertumbuhan luas

arealnya yang melambat pada periode 2005-2010, maka luas arealnya pada tahun

2010 mencapai 1,65 juta ha lebih, yang menempati urutan keempat (8,42%)

sesudah kelapa sawit, kelapa dan karet. Walaupun produktivitasnya meningkat

makin cepat, produksinya mengalami pelambatan pertumbuhan yang drastis yaitu

dari 10,97%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi hanya 2,39%/tahun pada

periode 2005-2010.

Laju pertumbuhan luas areal yang cepat pada tanaman kakao disebabkan

oleh permintaan pasar dan harga dunia yang meningkat, walaupun sebagian areal

kakao dikonversi menjadi areal kelapa sawit di beberapa wilayah, utamanya

Sumatera. Namun masalah paling berat yang dialami komoditas kakao adalah

meluasnya hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di wilayah sentra kakao Sulawesi

Selatan yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan produksi kakao nasional

selama periode 2005-2010. Program Gerakan Nasional Kakao (Gernas Kakao)

berupaya mengatasi masalah hama PBK tersebut, disamping memperbaiki mutu

buah kakao rakyat yang masih rendah karena tidak difermentasi. Jika masalah hama

PBK dapat diatasi secara lebih baik, maka laju pertumbuhan produksi tersebut bisa

dipacu menjadi lebih cepat lagi di masa datang.

Luas areal komoditas karet hanya mengalami percepatan pertumbuhan yang

sangat marjinal pada periode 2005-2010 dibanding pertumbuhan pada periode

2000-2005 yang menurun, namun produksinya mengalami pelambatan laju

pertumbuhan yang sangat signifikan, yaitu dari 8,33%/tahun pada periode 2000-

2005 menjadi hanya 1,22%/tahun pada periode 2005-2010. Perkembangan ini

terkait dengan laju permintaan karet di pasar dunia yang sedikit melemah karena

terjadinya resesi ekonomi di negara-negara maju seperti AS, Eropa dan Jepang,

dimana laju permintaan terhadap otomotif melambat yang berdampak pada

melambatnya pertumbuhan permintaan akan ban kendaraan bermotor yang bahan

baku utamanya adalah karet alam.

Luas areal kopi terus menurun, namun pertumbuhan produksinya masih

positif walaupun melambat pada periode 2005-2010 dibanding pada periode 2000-

Page 30: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

17  

2005. Persaingan dengan kopi asal negara-negara lain, utamanya Brazil dan Vietnam

yang mutu kopinya lebih bagus (jenis Arabika), berdampak menekan pertumbuhan

produksi kopi Indonesia yang mutunya kurang bagus (jenis Robusta). Disamping itu,

peranan kopi Indonesia lebih banyak sebagai bahan pencampur (blending material)

di negara-negara pengimpor utama seperti AS, Eropa dan Jepang.

Untuk komoditas tebu/gula, luas arealnya terus meningkat dengan laju yang

makin cepat, yaitu dari 1,51%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi 2,45%/tahun

pada periode 2005-2010. Namun pertumbuhan produksinya sedikit melambat dari

5,31% menjadi 4,43% per tahun, yang masih tergolong cukup cepat. Perkembangan

yang cukup pesat ini disebabkan oleh adanya program pemerintah yaitu revitalisasi

perkebunan (utamanya program “bongkar ratoon”) dan revitalisasi pabrik gula.

Revitalisasi kebun tebu telah mampu meningkatkan produktivitas tebu per ha dan

kandungan gula dalam nira tebu, sedangkan revitalisasi pabrik gula telah dapat

memperbaiki kapasitas ekstraksi nira dari tebu dan rendemen gula yang

dihasilkannya walaupun masih terbatas.

Luas areal dan produksi komoditas teh mengalami kemunduran, yang

disebabkan oleh adanya persaingan yang makin ketat dari produk-poduk teh dari

luar negeri. Disamping itu, pertumbuhan yang pesat pada industri air mineral dan

minuman ringan (soft drink) lainnya juga berdampak negatif terhadap

perkembangan teh nasional. Walaupun industri teh sudah mencoba memproduksi

produk-produk baru dengan berbagai kemasan (teh hijau, dan lain-lain), masih

belum mampu mendongkak pertumbuhan produksi komoditas ini.

Komoditas tembakau juga mengalami pertumbuhan produksi yang negatif,

yang disebabkan oleh tidak adanya lagi dukungan pemerintah dalam perluasan

areal, disamping turunnya permintaan rokok per kapita di dalam negeri karena

makin mahalnya harga rokok sebagai akibat dari cukai rokok yang makin tinggi,

disamping karena kesadaran masyarakat yang makin tinggi akan pentingnya arti

hidup sehat. Karena itu banyak industri rokok yang tutup, utamanya yang berskala

kecil, sehingga total permintaan akan tembakau produksi lokal oleh industri rokok

dalam negeri menurun. Bersamaan dengan itu, laju permintaan dunia akan daun

dan produk tembakau juga melambat karena meningkatnya kesadaran masyarakat

dunia akan bahaya asap rokok terhadap kesehatan.

Page 31: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

18  

Dilihat dari segi manajamennya, komoditas perkebunan diproduksi oleh rakyat

(Perkebunan Rakyat/PR) dan perusahaan besar baik milik negara (Perkebunan Besar

Negara/PBN) maupun milik swasta (Perusahaan Besar Swasta/PBS). Produksi lada

seluruhnya dihasilkan oleh PR, sementara produksi beberapa komoditas lainnya

sebagian besar dihasilkan oleh PR dan sebagian kecil oleh perusahaan perkebunan

besar (BPN dan PBS), yaitu kelapa, kakao, karet, kopi, cengkeh, tembakau, dan

tebu/gula (Tabel 3.1.6). Peranan PBS dalam memproduksi gula dan tembakau cukup

signifikan. Komoditas yang lebih banyak diproduksi oleh perkebunan besar adalah

kelapa sawit, utamanya PBS.

Tabel 3.1.6. Pangsa Produksi Komoditas Perkebunan Menurut Tipe Manajemen, 2010 (%).

Komoditas Perkebunan

Rakyat Perkebunan Besar

Total Negara Swasta

Kelapa sawit 38,81 10,40 50,79 100 Kelapa 97,45 0,07 2,48 100 Karet 79,68 9,74 10,58 100 Kakao 91,60 4,36 4,03 100 Kopi 95,81 2,10 2,09 100 Cengkeh 98,25 0,30 1,45 100 Tebu/Gula 51,32 13,66 35,02 100 Tembakau 66,98 2,29 30,37 100 Lada 100,00 0 0 100 Teh 23,14 52,57 24,29 100

Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah.

Daya saing suatu komoditas dapat diukur dengan berbagai indikator, yang

salah satunya adalah pangsa produksi di tingkat dunia dan perkembangannya

selama periode tertentu. Tabel 3.1.7 menunjukkan bahwa tiga komoditas

perkebunan Indonesia mempunyai pangsa produksi sangat tinggi pada tahun 2010

dan menempati posisi pertama di dunia di antara sekian banyak negara produsen,

yaitu cengkeh dan kelapa sawit, dengan pangsa produksi masing-masing 69,44%

dan 47,08% pada tahun 2010. Posisi kedua di dunia ditempati oleh minyak kopra

(CCO), karet, kakao biji dan lada, yang pada tahun 2010 mempunyai pangsa

produksi masing-masing 24,58%, 26,46%, 19,15% dan 14,21%. Sementara posisi

ke tiga, enam, delapan dan tujuh belas masing-masing diduduki oleh kopi biji,

Page 32: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

19  

tembakau, teh dan gula dengan pangsa produksi pada tahun 2010 masing-masing

9,58%, 2,74%, 3,32% dan 1,23%.

Tabel 3.1.7. Posisi Indonesia dalam Produksi Komoditas Perkebunan Utama Dunia, 2005 dan 2010.

Komoditas

Pangsa (%) Peringkat Indonesia

2010

Jumlah Negara

Produsen 2010

2005 2010

Cengkeh 74,51 69,44 1 10 Kelapa sawit a) 45,01 47,08 1 43 Kelapa b) 22,65 24,58 2 73 Karet 24,13 26,46 2 29 Kakao 15,86 19,15 2 59 Lada 20,44 14,21 2 41 Kopi 8,73 9,58 3 76 Tembakau 2,27 2,74 6 128 Teh 4,90 3,32 8 46 Gula 1,45 1,23 17 119 Sumber: FAOStat (2012), diolah. Keterangan: a) Crude Palm Oil (CPO) & Palm Kernel Oil (PKO) b) Crude Copra Oil (CCO)

Pangsa produksi Indonesia pada tahun 2010 ada yang meningkat dan ada

yang menurun disbanding pada tahun 2005. Komoditas yang pangsa produksinya

meningkat adalah kelapa sawit, kelapa, karet, kakao, dan kopi, yang menunjukkan

bahwa dayasaing keenam komoditas tersebut makin tinggi. Sementara komoditas

yang pangsa produksnya menurun adalah cengkeh, lada, teh dan gula, yang

menunjukkan bahwa dayasaing keempat komoditas tersebut melemah. Untuk

cengkeh, walaupun pangsa produksinya menurun, tetap mendominasi produksi

cengkeh dunia.

Posisi Indonesia yang bervariasi dari cukup sampai dengan tertinggi tersebut

merupakan indikator bahwa Indonesia menempati posisi yang cukup sampai sangat

penting dalam memproduksi komoditas perkebunan tersebut di dunia. Di masa

datang, daya saing dan posisi Indonesia di dunia dalam memproduksi komoditas

perkebunan perlu ditingkatkan atau minimal dipertahankan jangan sampai turun.

Program-program revitalisasi perkebunan perlu ditingkatkan dengan perencanaan

dan mutu pelaksanaan yang lebih baik lagi.

Page 33: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

20  

3.1.4. Komoditas Peternakan

Populasi dan Pemotongan Ternak

Ternak dapat dikelompokkan menjadi ternak unggas (ayam buras, ayam ras

pedaging, ayam ras petelur dan itik), ternak kecil (kambing, domba, babi) dan

ternak besar (sapi potong, kerbau, kuda, sapi perah). Pada tahun 2010, populasi

seluruh jenis ternak unggas adalah 1.207,3 juta ekor (Tabel 3.1.8). Populasi terbesar

adalah ayam ras pedaging (broiler) yang merupakan 67,19% dari total populasi

unggas, sementara populasi terkecil adalah itik (2,68%). Ayam buras dan ayam ras

petelur (layer) masing-masing merupakan 23,10% dan 7,02% dari total populasi

ternak unggas.

Tabel 3.1.8. Laju Pertumbuhan Populasi Jenis Ternak Utama, 2000-2010.

Jenis Ternak Laju (%/tahun) Populasi 2010

2000- 2005

2005- 2010

Jumlah *)

Pangsa (%)

Ternak Unggas: 3,94 4,74 1.207.338 100 1. Ayam 5,97 4,69 1.174.933 97,32

Ayam Ras Pedaging 7,93 6,74 811.189 67,19 Ayam Buras 1,35 -2,57 278.954 23,10 Ayam Ras Petelur 5,35 5,32 84.790 7,02

2. Itik 0,83 6,39 32.405 2,63 Ternak Kecil: 2,28 4,09 28.536.997 100

Kambing 1,18 4,56 13.409.277 46,99 Domba 2,44 4,98 8.327.022 29,18 Babi 4,44 1,88 6.800.698 23,83

Ternak Besar: -0,67 4,12 13.445.862 100 Sapi Potong -0,53 5,18 10.569.312 78,61 Kerbau -1,43 -2,02 2.128.491 15,83 Kuda -1,48 4,32 386.708 2,88 Sapi Perah 0,81 7,24 361.351 2,69

Sumber: Ditjen Peternakan, diolah. Keterangan: *) Satuan populasi unggas dalam ribuan ekor; jenis ternak lainnya dalam ekor. Data series 2000-2010 ditunjukkan pada Lampiran 3.1.23.

Total populasi ternak unggas tumbuh rata-rata 3,94%/tahun selama periode

2000-2005 dan meningkat lebih cepat menjadi 4,74%/tahun selama periode 2005-

2010. Laju pertumbuhan yang tinggi tersebut dipacu oleh laju pertumbuhan populasi

ayam ras pedaging dan petelur yang pesat. Populasi ayam pedaging tumbuh rata-

Page 34: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

21  

rata 5,97%/tahun selama periode 2000-2005, menurun menjadi dan 4,69%/tahun

selama periode 2005-2010. Sementara itu, populasi ayam petelur tumbuh rata-rata

5,35%/tahun selama periode 2000-2005 dan sedikit menurun menjadi 5,32%/tahun

selama periode 2005-2010. Untuk ayam buras, laju pertumbuhan populasinya relatif

rendah, yaitu rata-rata 1,35%/tahun pada periode 2000-2005 dan bahkan menurun

menjadi -2,57%/tahun selama periode 2005-2010, yang berarti telah terjadi

kemunduran yang cukup cepat. Sebaliknya, populasi itik yang semula tumbuh

lambat dengan rata-rata 0,83%/tahun pada periode 2000-2005, kemudian tumbuh

sangat cepat pada periode 2005-2010 dengan rata-rata 6,39%/tahun, yang berarti

terjadi akselerasi laju pertumbuhan yang signifikan. Percepatan pertumbuhan

populasi ternak itik selama 2005-2010 diduga didorong oleh meningkatnya

permintaan akan daging itik oleh restoran termasuk K5 (tenda-tenda) di pinggir jalan

yang tumbuh sangat cepat di berbagai kota.

Total populasi ternak kecil (kambing, domba, dan babi) pada tahun 2010

adalah sekitar 28,54 juta ekor. Laju pertumbuhan populasi ketiga jenis ternak ini

memperlihatkan percepatan yang cukup signifikan dari rata-rata 2,28%/tahun pada

periode 2000-2005 menjadi 4,09%/tahun pada periode 2005-2010. Percepatan

pertumbuhan terjadi pada populasi kambing dan domba. Pada periode 2000-2005,

populasi kambing tumbuh rata-rata 1,18%/tahun, sementara populasi domba

tumbuh rata-rata 2,44%/tahun. Pada periode 2005-2010, laju pertumbuhan populasi

kambing dan domba meningkat lebih cepat menjadi masing-masing 4,56%/tahun

dan 4,98%/tahun. Sebaliknya, laju pertumbuhan populasi babi melambat dari rata-

rata 4,41%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi hanya 1,88%/tahun pada

periode 2005-2010.

Total populasi ternak besar (sapi potong, kerbau, kuda dan sapi perah) pada

tahun 2010 adalah sebesar 13,45 juta ekor. Sapi potong mempunyai jumlah populasi

terbesar yaitu sekitar 78,61% dari total populasi ternak besar. Selama periode 2000-

2005, populasi sapi potong menurun rata-rata 0,53%/tahun, namun kemudian

meningkat cepat menjadi rata-rata 5,18%/tahun selama periode 2005-2010.

Peningkatan ini diduga selain disebabkan oleh peningkatan kelahiran anak sapi

(pedet) juga karena adanya impor sapi induk dan bakalan, terutama dari Australia.

Page 35: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

22  

Pada periode yang sama, populasi ternak kerbau menurun rata-rata

1,43%/tahun selama periode 2000-2005 dan pada periode 2005-2010 menurun

lebih cepat lagi yaitu 2,02%/tahun. Sebaliknya, populasi ternak kuda dan sapi perah

memperlihatkan pertumbuhan yang makin cepat. Pada periode 2000-2005, populasi

ternak kuda menurun rata-rata 1,48%/tahun, namun pada periode 2005-2010

meningkat rata-rata 4,32%/tahun. Sementara itu, populasi sapi perah yang semula

meningkat lambat dengan rata-rata 0,81%/tahun pada periode 2000-2005,

meningkat sangat cepat dengan rata-rata 7,24%/tahun selama periode 2005-2010.

Percepatan laju pertumbuhan populasi sapi perah dipacu oleh kenaikan harga susu

segar hasil peternak yang cukup signifikan selama periode 2005-2010.

Total pemotongan ternak besar (sapi, kerbau, kuda) dan ternak kecil

(kambing, domba, babi) pada periode 2000-2005 menurun rata-rata 3,24%/tahun

tetapi pada periode 2005-2010 meningkat sangat cepat menjadi 6,35%/tahun. Ini

berarti terjadi akselerasi laju pertumbuhan yang signifikan pada periode 2005-2010

dibanding periode 2000-2005. Pada tahun 2010, jumlah pemotongan ternak besar

dan ternak kecil mencapai 10,5 juta ekor lebih.

Pemotongan sapi pada tahun 2010 sebesar 2,14 juta ekor, atau sekitar

20,26% dari populasinya. Sejalan dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong

yang negatif (-0,53%/tahun) pada periode 2000-2005, pemotongan sapi juga

menurun rata-rata 0,53%/tahun pada periode yang sama (Tabel 3.1.9). Pada

periode 2005-2010, pemotongan sapi meningkat rata-rata 4,85%/tahun, yang lebih

rendah daripada laju pertumbuhan populasinya (5,31%/tahun). Jika laju

pertumbuhan populasi dapat dipertahankan melampaui laju peningkatan

pemotongannya, maka dapat diharapkan populasi sapi akan meningkat, sehingga

pada akhirnya akan mencapai populasi yang dapat menghasilkan produksi daging

sesuai dengan kebutuhan di masa datang.

Seperti halnya pemotongan sapi, pemotongan kerbau juga menurun pada

periode 2000-2005 (-5,60%/tahun), tetapi meningkat menjadi 3,95%/tahun pada

periode 2005-2010. Peningkatan jumlah pemotongan kerbau diduga merupakan

salah satu faktor penyebab turunnya populasi kerbau (-2,02%/tahun) selama

periode 2005-2010. Berbeda dengan sapi dan kerbau, pemotongan kuda pada

periode 2000-2005 meningkat rata-rata 8,73%/tahun, tetapi kemudian melambat

Page 36: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

23  

menjadi menjadi hanya 2,77%/tahun pada periode 2005-2010. Ada indikasi bahwa

terdapat hubungan substitusi antara daging sapi dan kerbau dengan daging kuda.

Pada saat pemotongan sapi dan kerbau menurun selama peride 2000-2005,

pemotongan kuda meningkat, sehingga dapat menggantikan sebagian konsumsi

daging sapi dan kerbau. Demikian juga pada saat pemotongan sapi dan kerbau

meningkat selama periode 2005-2010, pemotongan kuda menurun.

Tabel 3.1.9. Laju Pertumbuhan Jumlah Pemotongan Ternak Besar dan Ternak Kecil Tercatat, 2000-2010.

Jenis Ternak Laju (%/tahun) Pemotongan 2010

2000-2005

2005-2010

Jumlah (ekor)

Pangsa (%)

Ternak Besar: Sapi*) -0,53 4,85 2.141.408 20,39 Kerbau -5,60 3,95 232.404 2,21 Kuda 8,73 -2,77 10.505 0,10

Ternak Kecil: Kambing -0,80 4,29 3.199.840 30,47 Domba -11,02 1,67 1.500.076 14,28 Babi -1,34 12,68 3.418.473 32,55

Total -3,24 6,35 10.502.706 100 Sumber: Ditjen Peternakan, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 diperlihatkan pada Lampiran 3.1.24. *) Terdiri dari sapi potong, dan sapi perah afkir.

Seperti halnya pemotongan sapi dan kerbau, pemotongan kambing, domba,

dan babi juga menurun pada periode 2000-2005 dan meningkat pada periode 2005-

2010. Selama periode 2000-2005, pemotongan kambing menurun rata-rata

0,80%/tahun tetapi kemudian meningkat menjadi 4,29%/tahun selama periode

2005-2010. Percepatan pertumbuhan pemotongan terjadi pada domba yaitu dari -

11,02%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi 1,67%/tahun pada periode 2005-

2010. Percepatan laju pertumbuhan pemotongan sangat cepat terjadi pada babi

yaitu dari -1,34%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi 12,68%/tahun pada

periode 2005-2010. Jumlah kambing, domba dan babi yang dipotong pada tahun

2010 masing-masing adalah 3,20 juta ekor, 1,50 juta ekor, dan 3,42 juta ekor.

Page 37: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

24  

Produksi Daging, Telur dan Susu

Total produksi daging pada tahun 2010 adalah sebesar 2,35 juta ton (Tabel

3.1.10). Dari total produksi daging tersebut, sebanyak 64,11% di antaranya dari

daging ayam dan 1,19% dari daging itik. Pangsa daging ternak besar (sapi, kerbau,

dan kuda) adalah sebesar 20,20%, sedangkan pangsa daging ternak kecil adalah

sebesar 14,49%.

Tabel 3.1.10. Laju Pertumbuhan Produksi Peternakan, 2000-2010.

Jenis Produk Pertumbuhan (%/th) Produksi 2010

2000-2005 2005-2010 Jumlah (ton)

Pangsa (%)

Daging: 5,65 4,32 2.347.100 100 1. Ternak Unggas: 7,26 5,15 1.532.700 65,30 a. Ayam 7,30 5,19 1.504.800 64,11

Ayam Buras 2,57 -5,08 259.800 11,07 Ayam Ras Pedaging 9,88 8,31 1.184.300 50,46 Ayam Ras Petelur 4,38 3,77 60.700 2,59

b. Itik 5,83 3,24 27.900 1,19 2. Ternak Kecil: 3,94 2,81 340.200 14,49

Kambing 3,35 7,29 77.500 3,30 Domba 8,76 -0,16 59.100 2,52 Babi 2,84 2,24 203.600 8,67

3. Ternak Besar: 2,79 2,91 474.200 20,20 Sapi 3,48 3,46 435.200 18,54 Kerbau -3,46 -2,57 37.200 1,58 Kuda 11,89 -0,52 1.800 0,08

Telur: 6,55 4,45 1.378.700 100 Ayam Ras Petelur 7,31 5,85 959.300 69,58 Ayam Buras 4,48 -3,11 167.700 12,16 Itik 5,65 5,27 251.700 18,26

Susu Sapi 2,61 11,28 927.800 100 Sumber: Ditjen Peternakan, diolah. Keterangan: Dara series 2000-2010 ditunjukkan pada Lampiran 3.1.25.

Selama periode 2000-2010, produksi daging ayam meningkat dengan laju

pertumbuhan yang melambat, yaitu dari rata-rata 7,30%/tahun pada periode 2000-

2005 menjadi 5,19%/tahun pada periode 2005-2010. Produksi daging ayam yang

sangat signifikan penurunannya adalah daging ayam buras, sesuai dengan

pertumbuhan populasinya yang negatif. Penurunan laju pertumbuhan produksi ayam

Page 38: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

25  

diduga disebabkan oleh substitusi oleh produksi daging itik yang mengalami laju

pertumbuhan populasi sangat signifikan sebagaimana telah disebutkan di muka.

Angka penurunan produksi daging ayam buras (5,08%/tahun) yang lebih cepat

daripada laju penurunan populasinya (2,57%/tahun) mencerminkan bobot badan

ayam buras makin kecil selama periode 2005-2010. Hal ini dapat disebabkan oleh

makin buruknya kondisi pemberian pakan oleh peternak ayam buras.

Selain produksi daging ayam, produksi daging ternak kecil juga meningkat

dengan pertumbuhan yang melambat, yaitu dari rata-rata 3,94%/tahun pada

periode 2000-2005 menjadi rata-rata 2,81%/tahun selama periode 2005-2010.

Pelambatan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada produksi daging domba

dari rata-rata 8,75%/tahun selama 2000-2005 menjadi rata-rata -0,16%/tahun

selama periode 2005-2010. Yang sangat ironis adalah penurunan pertumbuhan

produksi daging domba terjadi pada kondisi pertumbuhan populasi yang meningkat

dari rata-rata 2,44%/tahun selama 2000-2005 menjadi rata-rata 4,98%/tahun. Hal

ini juga mencerminkan makin kecilnya bobot badan hidup ternak domba yang dapat

disebabkan oleh makin buruknya kinerja pemberian pakan domba selama periode

2005-2010 dibandingkan periode lima tahun sebelumnya. Untuk daging babi,

pertumbuhan produksinya relatif stabil dari rata-rata 2,84%/tahun pada periode

2000-2005 menjadi rata-rata 2,24%/tahun selama periode 2005-2010.

Berbeda dengan pertumbuhan produksi daging ayam dan ternak kecil,

pertumbuhan produksi daging dari ternak besar mengalami percepatan dari rata-rata

2,79%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi rata-rata 2,91%/tahun selama

periode 2005-2010. Pertumbuhan produksi daging sapi relatif stabil dari rata-rata

3,48%/tahun pada periode 2000-2005 menjadi rata-rata 3,46%/tahun selama

periode 2005-2010. Pertumbuhan produksi daging kerbau negatif selama decade

terakhir, yaitu dari rata-rata -3,46%/tahun pada peiode 2000-2005 menjadi rata-rata

-2,57%/tahun pada periode 2005-2010. Produksi daging yang pertumbuhannya

melambat sangat cepat adalah daging kuda dari rata-rata 11,89%/tahun pada

periode 2000-2005 menjadi -0,52%/tahun selama periode 2005-2010. Namun

karena pangsa daging kerbau dan daging kuda sangat kecil, maka pengaruh

penurunan produksinya tertutup oleh dominasi percepatan pertumbuhan positif

produksi daging sapi.

Page 39: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

26  

Sementara itu, produksi telur meningkat dengan laju pertumbuhan yang

menurun, yaitu dari rata-rata 7,21%/tahun pada tahun 2000-2005 menjadi

5,47%/tahun pada tahun 2005-2010. Sebaliknya, produksi susu sapi perah

meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 2,60%/tahun selama periode 2000-

2005 dan meningkat lebih cepat menjadi 11,63%/tahun selama periode 2005-2010.

Pada tahun 2010, produksi telur hampir mencapai 1,4 juta ton (telur ayam buras,

ayam ras petelur dan itik) sedangkan produksi susu (segar) mencapai hampir 928

ribu ton. Ayam ras petelur merupakan sumber utama produksi telur yaitu 69,58%

dari total produksi telur pada tahun 2010. Laju pertumbuhan produksi yang lebih

tinggi dari laju pertumbuhan populasi pada ayam ras petelur dan sapi perah

menunjukkan adanya peningkatan produktivitas pada kedua jenis ternak tersebut.

3.2. Perkembangan Perdagangan

3.2.1. Komoditas Pangan

Kinerja neraca perdagangan (balance of trade) komoditas pangan utama

(beras, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi kayu) pada periode 2000-2010

disajikan pada Table 3.2.1. Neraca perdaganagan pada tahun 2010 secara umum

bertanda negatif (defisit), yang berarti nilai impor lebih besar dibandingkan nilai

ekspornya. Neraca perdagangan positif (surplus) hanya untuk ubi jalar, namun

dengan pangsa ekspor dan impor komoditas tersebut dalam kelompok 6 komoditas

pangan utama (beras, jagung, kedelai, ubikayu, kacang tanah, dan ubi jalar) yang

sangat kecil, yaitu kurang dari 0,5%. Di antara 6 komoditas pangan utama tersebut,

komoditas kedelai mempunyai pangsa impor terbesar, kemudian berturut turut

jagung, beras, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu. Sebaliknya dilihat dari pangsa

ekspornya, komoditas pangan yang mempunyai pangsa ekspor terbesar adalah

ubikayu, kemudian berturut-turut kacang tanah, jagung, kedelai, ubi jalar dan beras

(hanya sebesar 0,7%).

Kondisi perdagangan komoditas pangan utama Indonesia sampai saat ini

masih dapat dikatakan bahwa Indonesia menjadi negara net importer, yang selain

tercermin pada neraca perdagangan yang bernilai negatif, juga laju pertumbuhan

nilai impor pada periode 2005-2010 yang secara umum lebih tinggi dibandingkan

dengan laju pertumbuhan nilai ekspornya. Misalnya untuk beras, laju pertumbuhan

Page 40: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

27  

nilai impor pada periode 2005-2010 sebesar 16,89%/tahun sedangkan nilai ekspor

pada periode yang sama menurun sebesar 33,21%/tahun. Laju pertumbuhan nilai

impor beras yang cukup tinggi pada periode 2005-2010 tersebut mengalami

peningkatan yang signifikan dibandingkan laju nilai impor pada periode sebelumnya

(2000-2005) yang mempunyai laju pertumbuhan menurun (-32.3%/tahun). Apabila

perkembangan laju pertumbuhan nilai impor beras yang meningkat pada periode

2005-2010 dikaitkan dengan laju pertumbuhan produksinya pada periode yang

sama, yang juga mengalami peningkatan, maka dapat dikatakan bahwa peningkatan

produksi pada periode tersebut tidak mampu menutup kebutuhan beras, baik untuk

konsumsi maupun untuk keperluan stok nasional, sehingga diperlukan peningkatan

jumlah beras yang diimpor.

Tabel 3.2.1. Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Pangan Utama, 2000-2010.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2010

(US$’000)

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’000)

Pangsa 2010 (%)

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’000)

Pangsa 2010 (%)

2000-2005

2005-2010

2000-2005

2005-2010

Beras -25.30 -33.21 435 0.70 -32.30 16.89 209,443 12.34 -209,008 Jagung 8.71 17.19 11,235 18.04 -19.78 27.23 409,623 24.14 -398,388 Kedelai 68.74 4.21 5,709 9.17 4.57 2.83 758,388 44.69 -752,679 Kc.Tanah 26.85 -0.16 11,545 18.53 18.68 33.17 199,695 11.77 -188,150 Ubi Jalar 33.75 -12.20 4,768 7.65 63.69 -99.52 41 0.00 4,727 Ubi Kayu 9.79 16.80 28,596 45.91 179.84 18.80 119,644 7.05 -91,048

Total 13.88 4.79 62,288 100 -2.39 10.07 1,696,834 100 -1,634,546

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 ditunjukkan pada Lampiran 3.2.1 s/d Lampiran 3.2.3.

 

Laju pertumbuhan nilai ekspor pada periode 2005-2010 secara umum dapat

dikatakan mengalami perlambatan dibandingkan pada periode sebelumnya (2000-

2005) kecuali untuk pertumbuhan nilai ekspor ubi kayu dan jagung yang cenderung

menguat. Laju pertumbuhan nilai ekspor beras, kacang tanah dan ubi jalar bertanda

negatif yang artinya nilai ekspor komoditas tersebut cenderung menurun, sebaliknya

pertumbuhan nilai ekspor jagung dan ubi kayu cenderung meningkat dengan laju

masing-masing sebesar 17,19%/tahun dan 16,80%/tahun.

Page 41: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

28  

3.2.2. Komoditas Hortikultura

Di pasar domestic, produk hortikultura Indonesia saat ini sebagian besar

masuk ke pasar tradisional, dan proporsi produk buah dan sayur domestik di pasar

modern baru mencapai masing-masing sekitar 21,4% dan 16,2%, dan terus tumbuh

sejalan dengan berkembangnya peran pasar modern. Saat ini, setidaknya terdapat

2.000 unit pasar modern dan 5.000 toko yang memasarkan produk hortikultura.

Kinerja perdagangan produk hortikultura di pasar domestik tersebut dinilai belum

menggembirakan. Disamping masih banyak produk dengan mutu produk yang

belum terstandar, juga pasokan ke pasar cenderung fluktuatif yang sangat

dipengaruhi oleh musim sehingga terjadi fluktuasi harga yang sangat tajam antar

waktu. Kondisi rantai tataniaga yang panjang dan menempatkan pedagang sebagai

pelaku yang lebih kuat mengakibatkan adanya selisih margin yang besar antara

harga yang diterima petani dan harga yang dibayar oleh konsumen.

Dalam perdagangan internasional, Indonesia berada pada posisi net importer

yaitu nilai impor lebih besar dibanding nilai ekspor. Hal ini sejalan dengan masih

relatif sangat kecilnya nilai ekspor Indonesia dibandingkan dengan pangsa pasar

dunia. Pertumbuhan nilai ekspor juga lambat, sementara nilai impor produk

hortikultura tumbuh cepat jauh melebihi pertumbuhan nilai ekspornya. Kondisi

defisit perdagangan terutama terjadi pada kelompok komoditas buah dan sayur.

Sementara pada tanaman obat dan tanaman hias menunjukkan surplus

perdagangan, walaupun dengan nilai yang lebih kecil dari nilai defisit perdagangan

buah dan sayur. Kinerja perdagangan masing-masing komoditas hortikultura

diuraikan sebagai berikut.

Pada tahun 2010 ekspor buah manggis menunjukkan nilai terbesar

dibandingkan dengan buah-buahan lainnya, yaitu US$8,75 juta. Pangsa nilai ekspor

manggis mencapai 79,97% (Tabel 3.2.2), diikuti berturut-turut oleh mangga sebesar

US$1,06 juta (9,73%), rambutan US$339 ribu (3,10%) dan jeruk US$238 ribu

(2,18%). Pada periode 2000-2005, rata-rata penurunan nilai ekspor buah terbesar

ditunjukkan oleh alpukat, yaitu 115,58%/tahun. Hal ini menyebabkan laju

penurunan nilai ekspor buah-buahan yang sangat cepat dengan rata-rata

12,38%/tahun selama periode 2000-2005. Kondisi membaik dalam periode 2005-

Page 42: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

29  

2010, yaitu nilai ekspor buah-buahan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata

sebesar 4,66%/tahun.

Tabel 3.2.2. Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2000-2010.

Komo-ditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2010

(US$’000)

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’000)

Pangsa 2010 (%)

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’000)

Pangsa 2010 (%)

2000-2005

2005-2010

2000-2005

2005-2010

Buah:

Alpukat -115,58 22,26 69 0,63 -3,11 -13,79 19 0,03 50

Durian -10,43 10,40 8 0,07 21,87 23,02 34.705 56,57 -34.697

Jambu Biji 19,78 29,47 136 1,25 33,32 -25,35 78 0,13 59

Jeruk 35,81 -43,44 238 2,18 3,87 -23,20 24.371 39,72 -24.133

Mangga 14,88 3,59 1.065 9,73 27,73 7,52 817 1,33 248

Nenas 37,64 -22,02 41 0,38 -43,77 18,71 53 0,09 -12

Pepaya 47,18 5,14 103 0,94 -6,83 67,87 394 0,64 -291

Pisang 38,46 -47,08 193 1,77 36,40 35,68 895 1,46 -701

Rambutan 8,37 3,12 339 3,10 -199,12 -4,28 12 0,02 327

Manggis -23,08 10,96 8.754 79,97 68,83 -24,50 7 0,01 8.747

Total -12,38 4,66 10.948 100,00 0,74 -1,13 61.351 100,00 -50.404

Sayur:

Bw Merah -64,29 7,37 1.814 8,03 4,73 -3,98 1.196 3,15 618

Bw Putih -17,62 26,84 75 0,33 6,46 -56,95 2.460 6,47 -2.385

Cabe 24,92 -5,71 652 2,89 1,07 -42,77 1.341 3,53 -688

K Panjang 26,99 15,44 80 0,35 -37,02 37,36 37 0,10 43

Kentang -3,47 -32,09 2.426 10,74 37,11 -20,28 14.591 38,39 -12.165

Ketimun 28,16 36,10 859 3,80 29,29 -44,93 49 0,13 810

Kol/Kubis 12,99 -23,20 7.105 31,46 27,30 -15,38 657 1,73 6.449

Terung -1,71 -72,15 2 0,01 153,91 21,40 0 0 1

Tomat -34,79 28,36 3.363 14,89 33,13 -61,66 55 0,15 3.307

Wortel -78,99 67,50 6.211 27,50 64,18 26,18 17.617 46,36 -11.406

Total -10,78 4,84 22.588 100 32,01 -16,10 38.003 100 -15.416

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 diperlihatkan pada Lampiran 3.2.4 s/d Lampiran 3.2.6

untuk buah0buahan dan Lampiran 3.2.7 s/d Lampiran 3.2.9 untuk sayuran.

Sebaliknya, nilai impor buah-buahan meningkat dengan laju yang jauh lebih

lambat yaitu 0,74%/tahun pada periode 2000-2005 dan kemudian turun

1,13%/tahun selama periode 2005-2010. Pada tahun 2010, impor durian mencapai

US$34,71 juta atau 56,57% dari total impor komoditas buah-buahan utama.

Walaupun Indonesia melakukan ekspor jeruk, nilai impor jeruk Indonesia relatif

besar yaitu US$24,37 juta, dimana nilai impor jeruk mencapai 39,72% dari total nilai

impor buah-buahan pada tahun 2010. Neraca perdagangan durian pada tahun 2010

defisit sebesar US$34,69 juta, yang menyebabkan neraca perdagangan buah-

buahan defisit sebesar US$50,40 juta pada tahun yang samaUntuk komoditas

Page 43: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

30  

sayuran utama, laju pertumbuhan nilai ekspor rata-rata adalah -10,99%/tahun

dalam periode 2000-2005, dan meningkat menjadi 4,84%/tahun selama periode

2005-2010 (Tabel 3.2.2). Sebaliknya, laju pertumbuhan nilai impornya meningkat

dengan laju rata-rata 32,01%/tahun dalam periode 2000-2005, yang kemudian

menurun drastis sebesar 16,10%/tahun pada periode 2005-2010. Kondisi ini

mencerminkan makin tingginya defisit neraca perdagangan komoditas sayur utama

selama dekade terakhir. Pada tahun 2010, defisit neraca perdagangan sayur

mencapai US$15,42 juta, yang disebabkan oleh defisit neraca perdagangan wortel

(US$11,41 juta), kentang (US$12,16 juta), bawang putih (US$2,39 juta) dan cabe

(US$688 ribu). Sebaliknya, neraca perdagangan tomat, kubis dan ketimun pada

tahun 2010 mengalami surplus masing sebesar US$3,31 juta, US$6,45 juta dan US$

810 ribu.

Pada tahun 2010 pangsa nilai impor komoditas sayur utama terbesar

ditunjukkan oleh wortel, yaitu mencapai 46,36% dari total nilai impor sayur.

Kemudian berturut-turut diikuti oleh kentang (38,39%), bawang putih (6,46%) dan

cabe (3,53%). Peningkatan nilai impor terbesar ditunjukkan oleh bawang putih,

yaitu dari rata-rata sekitar 6,46%/tahun dalam periode 2000-2005, naik drastis

menjadi rata-rata sekitar 56,95/tahun dalam periode 2005-2010. Hal ini terjadi

karena produksi bawang putih domestik cenderung menurun, walaupun dengan laju

penurunan yang melambat, yaitu dari -20,08%/tahun selama 2000-2005 menjadi -

11,05%/tahun selama 2005-2010.

Untuk tanaman obat, data nilai ekspor temulawak hanya tersedia sampai

dengan tahun 2001 (Tabel 3.2.3). Nilai ekspor temulawak menurun drastis dari

US$250 ribu pada tahun 2000 menjadi hanya US$87 ribu pada tahun 2001. Nilai

ekspor komoditas tanaman obat utama sangat fluktuatif. Pada tahun 2010 pangsa

ekspor terbesar komoditas tanaman obat utama ditunjukkan oleh jahe, yaitu

mencapai 60,44% dari total ekspor tanaman obat utama. Selain jahe, Indonesia

mengekspor kunyit sekitar US$856 ribu. Nilai ekspor komoditas tanaman obat

menunjukkan penurunan walaupun dengan laju yang menurun. Laju penurunan nilai

ekspor sekitar 55,09%/tahun selama 2000-2005, dan penurunan tersebut melambat

menjadi 17,77%/tahun selama 2005-2010. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai

ekspor temulawak dan jahe.

Page 44: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

31  

Tabel 3.2.3. Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Tanaman Obat Utama dan Tanaman Hias Utama, 2000-2010.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2010

(US$’000)

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’000)

Pangsa 2010 (%)

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’000)

Pangsa 2010 (%)

2000-2005

2005-2010

2000-2005

2005-2010

T. Obat: Jahe -19,36 -17,03 1.308 60,44 40,32 26,84 1.820 96,51 -512 Kunyit 48,37 -19,25 856 39,56 23,25 23,31 66 3,49 790 Temulawak -96,53 0 0 0 0 0 0 0 0

Total -55,89 -17,77 2.165 100 39,12 26,58 1.886 100 278 T. Hias:

Krisan 0 18.75 1.398 43.37 0 75.72 45 25.24 1.352 Mawar -106.36 56.25 938 29.12 -27.79 14.7 133 74.39 805 Anggrek 3.45 -11.87 886 27.5 6.46 -34.53 0.65 0.36 886

Total -9.41 14.25 3.223 100 4.96 -17.74 179 100.00 3.043

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah. Keterangan: Data series diperlihatkan pada Lampiran 3.2.10 s/d Lampiran 3.2.12 untuk tanaman

obat, dan Lampiran 3.2.13 s/d Lampiran 3.2.15 untuk tanaman hias.

Berbeda dengan nilai ekspor jahe yang cenderung menurun, nilai impor jahe

terus meningkat walaupun dengan laju pertumbuhan yang menurun. Nilai impor

jahe meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 40,32%/tahun selama 2000-

2005, turun menjadi 26,84%/tahun selama 2005-2010. Seperti jahe, nilai impor

kunyit meningkat dengan laju pertumbuhan sekitar 23,25% dan 23,31% per tahun,

masing-masing untuk periode 2000-2005 dan 2005-2010. Neraca perdagangan

komoditas tanaman obat utama menunjukkan surplus sebesar US$278 ribu pada

2010.

Untuk tanaman hias, pada tahun 2010, nilai ekspor krisan mencapai US$1,3

juta atau 43,37% dari total nilai ekspor komoditas tanaman hias utama. Nilai ekspor

mawar mengalami penurunan drastis selama 2000-2005, yaitu 106,36%/tahun.

Kondisi membaik selama 2005-2010, dimana nilai ekspor mawar meningkat dengan

laju pertumbuhan sebesar 58,25%/tahun, dan pada 2010 ekspornya mencapai

US$938 ribu. Berbeda dengan mawar, nilai ekspor anggrek meningkat dengan laju

pertumbuhan 3,45%/tahun selama 2000-2005, namun kemudian menurun

11,87%/tahun, sehingga pada tahun 2010 nilai ekspornya hanya US$886 ribu (turun

dari US$1,7 juta pada 2005.

Nilai impor komoditas tanaman hias pada tahun 2010 mencapai US$179 ribu.

Nilai impor krisan meningkat drastis selama 2005-2010, yaitu 75,72%/tahun. Pangsa

Page 45: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

32  

nilai impor komoditas tanaman hias terbesar adalah mawar, yaitu 74,39% pada

2010. Nilai impor mawar cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar

14,7%/tahun selama 2005-2010. Sebaliknya, nilai impor anggrek turun drastis dari

6,46%/tahun selama 2000-2005 menjadi -34,53%/tahun selama 2005-2010. Hal ini

mengakibatkan nilai impor total komoditas tanaman hias utama meningkat sebesar

4,96%/tahun selama 2000-2005, tetapi kemudian menurun 17,74%/tahun selama

2005-2010. Neraca perdagangan komoditas tanaman hias utama menunjukkan

surplus sebesar US$3,04 juta pada 2010. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa komoditas tanaman hias Indonesia mempunyai prospek yang baik untuk

dipasarkan di tatanan pasar internasional.

3.2.3. Komoditas Perkebunan

Produksi semua komoditas perkebunan utama yang diproduksi Indonesia

diekspor ke negara-negara lain, kecuali gula yang selama ini masih diimpor.

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.2.4, nilai ekspor sebagian besar komoditas

perkebunan selama periode 5 tahun pertama (2000-2005) cenderung meningkat,

yang bervariasi dari lambat (1,23%/tahun) sampai sangat cepat (27,38%/tahun).

Sebagian besar komoditas perkebunan selama periode ini mengalami pertumbuhan

nilai ekspor yang sangat cepat antara 10,44%/tahun (kopi) dan 27.38%/tahun

(kelapa sawit). Hanya lada yang mengalami laju pertumbuhan nilai ekspor yang

negatif. Total nilai ekspor komoditas perkebunan utama mengalami pertumbuhan

yang sangat cepat yaitu 21,42%/tahun.

Pada periode 5 tahun kedua (2005-2010), laju pertumbuhan nilai ekspor

sebagian komoditas mengalami percepatan, yaitu kakao, tembakau dan teh, dan

sebagian mengalami perlambatan yaitu kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, dan tebu,

namun laju pertumbuhan masih tergolong cepat yaitu sekitar 6,96% sampai 6,27%

per tahun. Ada komoditas yang semula nilai ekspornya mengalami pertumbuhan

negatif sangat cepat berubah menjadi positif sangat cepat yaitu lada, tetapi ada

komoditas yang semula nilai ekspornya meningkat cepat berubah menjadi negatif

sangat cepat yaitu cengkeh. Pada tahun 2010, total nilai ekspor 10 komoditas

perkebunan utama tersebut mencapai sekitar AS$23,7 milyar, dengan tiga

komoditas penyumbang terbesar adalah kelapa sawit (56,6%), karet (28,2%), dan

Page 46: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

33  

kakao (6,4%), sementara 7 komoditas lain hanya memberikan sumbangan nilai

ekspor yang kecil (0,05-3,07%).

Tabel 3.2.4. Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2010

Laju (%/th) Ekspor 2010 Laju (%/th) Impor 2010 Jumlah (US$'jt)

% thd Nilai

Ekspor 2000-2005

2005-2010

Jumlah (US$'jt)

Pangsa (%)

2000-2005

2005-2010

Jumlah (US$'jt)

Pangsa (%)

Kelapa Sawit 27.38 26.27 13,412.7 56.59 8.73 40.33 42.7 2.46 13,370.0 99.7 Karet 25.03 11.72 6,682.6 28.20 -12.22 31.98 42.7 2.46 6,639.9 99.4 Kakao 12.05 16.99 1,512.7 6.38 35.11 13.82 153.0 8.82 1,359.7 89.9 Kopi 10.44 9.43 727.8 3.07 -5.04 26.32 33.5 1.93 694.3 95.4 Kelapa 17.03 8.71 602.5 2.54 103.88 -45.97 1.8 0.10 600.7 99.7 Tembakau 6.49 17.56 298.4 1.26 4.81 16.22 414.5 23.90 -116.0 -38.9 Lada -23.45 25.18 222.6 0.94 -54.77 25.67 2.3 0.13 220.3 99.0 Teh 1.23 6.96 163.3 0.69 17.11 15.33 16.8 0.97 146.5 89.7 Tebu 20.81 20.19 66.3 0.28 10.82 5.42 1,025.5 59.14 -959.2 -1,446.7 Cengkeh 11.78 -20.48 11.5 0.05 -225.27 141.77 1.2 0.07 10.3 89.5

Total 21.42 19.70 23,699.5 100 8.61 9.98 1,733.8 100 21,965.7 92.7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 ditunjukkan Lampiran 3.2.16 s/d Lampiran 3.2.18.

Nilai impor mayoritas komoditas perkebunan sangat kecil, sangat fluktuatif

dan laju pertumbuhannya selama periode 2005-2010 secara total sedikit lebih cepat

dibanding selama periode 2000-2005 yaitu masing-masing 8,61% dan 9,98% per

tahun. Pada tahun 2010, hanya tiga komoditas yang nilai impornya besar yaitu gula,

tembakau dan kakao, yang masing-masing mencapai 59,14%, 23,9% dan 8,8% dari

total nilai impor 10 komoditas perkebunan utama sebesar hampir AS$1,7 milyar.

Nilai impor yang besar pada gula disebabkan produksi gula masih jauh dari

mencukupi kebutuhan nasional. Demikian pula, nilai impor tembakau cukup besar

karena untuk menutupi kekurangan bahan bakau pabrik rokok sebagai akibat

kurangnya pasokan dan mahalnya harga bahan baku produksi dalam negeri,

sementara harga impor lebih murah. Impor kakao masih diperlukan, walaupun

jumlahnya tidak banyak, utamanya sebagai bahan pencampur untuk meningkatkan

cita-rasa dan mutu produk coklat (barang jadi) hasil pengolahan industri coklat di

dalam negeri.

Mayoritas komoditas perkebunan merupakan penghasil devisa negara,

dimana neraca perdagangan internasionalnya mempunyai surplus. Pada tahun 2010,

surplus tersebut mencapai sekitar 10,3-13,4 juta US$ dengan persentase sekitar

89,5-99,7% dari nilai ekspornya. Sementara 2 komoditas lainnya, yaitu gula dan

Page 47: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

34  

tembakau, mengalami defisit masing-masing US$959,2 juta dan US$116,0 juta.

Total surplus neraca perdagangan mencapai hampir US$22 milyar. Surplus neraca

perdagangan terbesar pada tahun 2010 adalah kelapa sawit sebesar US$13,4 milyar

(99,7%), disusul karet US$6,6 milyar (99,4%), dan kakao US$1,4 milyar (89,9%),

sementara 7 komoditas lainnya kurang dari US$1,0 milyar. Komoditas gula dan

tembakau bukan penghasil devisa melainkan penguras devisa karena mengalami

defisit neraca perdagangan yang sangat besar.

3.2.4. Komoditas Peternakan

Komoditas peternakan utama Indonesia yang diperdagangkan di pasar

internasional terdiri dari daging (sapi, kambing/domba, babi, ayam), ternak hidup

sumber daging (sapi, kerbau, babi, kambing), hati/jeroan, telur untuk konsumsi, dan

susu. Untuk daging sapi, laju pertumbuhan nilai ekspornya rata-rata adalah

10,99%/tahun dalam periode 2000-2005, tetapi kemudian menurun drastis menjadi

-131,14%/tahun selama periode 2005-2010 (Tabel 3.2.5). Sebaliknya, laju

pertumbuhan nilai impornya terus meningkat pesat dari rata-rata 1,99%/tahun

dalam periode 2000-2005 menjadi 39,49%/tahun pada periode 2005-2010. Kondisi

ini mencerminkan makin tingginya defisit neraca perdagangan daging sapi selama 5

tahun terakhir. Pada tahun 2010, defisit neraca perdagangan daging sapi mencapai

US$289,51 juta, atau setara dengan sekitar Rp 2,55 triliun.

Demikian juga neraca perdagangan daging kambing-domba (kado) dan

daging babi yang pada tahun 2010 mengalami defisit masing-masing US$5,25 juta

dan US$61 ribu atau setara dengan masing-masing Rp 47,24 miliar dan Rp 0,55

miliar. Selain daging, neraca perdagangan hati-jeroan pada tahun 2010 juga difisit

masing sebesar US$83,13 juta atau setara dengan sekitar Rp 748,21 miliar.

Meskipun produksi daging ayam dari dalam negeri terus meningkat, masih

belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, sehingga Indonesia masih

mengimpor komoditas ini. Hal ini tercermin dari laju penurunan nilai ekspor daging

ayam yang sangat cepat dengan pertumbuhan rata-rata -63,72%/tahun selama

periode 2000-2005 dan -223,30%/tahun dalam periode 2005-2010. Di sisi lain, nilai

impor daging ayam menurun dengan laju yang jauh lebih lambat dari pertumbuhan

rata-rata -13,69%/tahun pada periode 2000-2005 dan -14,22%/tahun selama

Page 48: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

35  

periode 2005-2010. Neraca perdagangan daging ayam pada tahun 2010 defisit

sebesar US$1,30 juta atau setara dengan sekitar Rp 11,66 miliar.

Tabel 3.2.5. Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan Utama, 2000-2010.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2010

(US$'000)

Laju (%/th) Nilai 2010 Laju (%/th) Nilai 2010 2000-2005

2005-2010

Jumlah (US$'000)

Pangsa (%)

2000-2005

2005-2010

Jumlah (US$'000)

Pangsa (%)

1. Daging: Sapi 10,99 -131,14 0 0 1,99 39,49 289.506 19,48 -289.506 Kado -49,53 138,68 213 0,12 29,40 15,83 5.462 0,37 -5.249 Babi 37,50 -260,59 0 0 28,65 -90,34 61 0 -61 Ayam -63,72 -223,30 0 0 -13,69 -14,22 1.296 0,09 -1.296

2. Hati, jeroan 75,45 164,54 22.636 13,00 9,67 0,64 105.770 7,12 -83.134 3. Ternak:

Sapi 52,77 -76,87 0 0 7,01 33,77 445.080 29,94 -445.080 Kerbau 0 0 0 0 0 0 2.085 0,14 -2.085 Babi -9,30 18,72 50.342 28,92 -8,57 -79,44 0 0 50.342 Kambing 190,94 -15,14 213 0,12 118,91 -28,15 10 0 202

4. Telur kons -18,75 -1,29 163 0,09 28,57 26,25 7.017 0,47 -6.854 5. Produk susu 6,82 5,21 100.520 57,74 13,60 8,08 630.081 42,39 -529.561

Total 2,03 11,41 174.086 100 10,57 14,05 1.486.368 100 -1.312.283

Sumber: Badan Pusat Ststistik, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 ditunjukkan pada Lampiran 3.2.19 s/d Lampiran 3.2.21.

Selain daging, Indonesia juga mengimpor ternak hidup, terutama sapi potong

bakalan untuk digemukkan (feeder steer). Dalam periode 2000-2005, neraca

perdagangan sapi hidup selalu defisit yaitu antara US$44,18 juta sampai US$107,73

juta, dengan rata-rata US$ 76,30 juta/tahun. Selama periode 2005-2010, defisit nilai

perdagangan sapi hidup lebih besar lagi yaitu berkisar antara US$107,73 juta sampai

US$445,08 juta dengan rata-rata US$282,22 juta/tahun. Berbeda dengan sapi,

neraca nilai perdagangan babi hidup selalu surplus dan menunjukkan peningkatan

dari rata-rata US$27,54 juta/tahun pada periode 2000-2005 menjadi rata-rata

US$34,34 juta/tahun pada periode 2005-2010. Untuk ternak kambing, juga terjadi

peningkatan surplus nilai perdagangan dari rata-rata US$78 ribu/tahun pada periode

2000-2005 menjadi rata-rata US$902 ribu.

Untuk telur konsumsi, nilai ekspor selama periode 2000-2010 terus menurun.

Bahkan selama periode 2000-2005 penurunan tersebut sangat tajam, yaitu dengan

laju pertumbuhan -18,75%/tahun. Di sisi lain, pertumbuhan impor sangat tinggi,

yaitu rata-rata 28,57%/tahun selama periode 2000-2005 dan 26,25%/tahun selama

Page 49: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

36  

periode 2005-2010. Ketimpangan ekspor dan impor ini menyebabkan adanya defisit

perdagangan yang cukup tinggi. Pada tahun 2010, deficit perdagangan telur

konsumsi mencapai US$6,85 juta. Kondisi ini cukup ironis, karena di saat industri

peternakan ayam ras petelur berkembang pesat impor telur konsumsi justru

meningkat tajam. Meskipun pangsa nilai impor telur konsumsi cukup kecil (0,47%)

terhadap nilai impor produk peternakan, nilai nominalnya cukup membebani

cadangan devisa negara untuk impor telur konsumsi.

Nilai ekspor susu selama 2000-2005 meningkat rata-rata 7,10%/tahun, tetapi

selama 2005-2010 turun 3,28%/tahun, sementara untuk nilai impornya masing-

masing periode adalah dari meningkat 13,74%/tahun dan melambat menjadi

6,03%/tahun. Penurunan nilai impor selama 2005-2010 disebabkan oleh terjadinya

akselerasi peningkatan produksi susu segar dalam negeri yang sangat cepat yaitu

dari 2,61%/tahun selama 2000-2005 menjadi 11,28%/tahun (lihat uraian di muka).

Sementara melambatnya pertumbuhan nilai ekspor diduga disebabkan oleh naiknya

konsumsi dalam negeri sebagai akibat dari naiknya jumlah penduduk, pendapatan

masyarakat dan kesadaran akan bahan makanan bergizi tinggi. Pada tahun 2010,

nilai impor jauh lebih tinggi dibanding nilai ekspor yaitu masing-masing US$55.403

dan US$590.314 sehingga terjadi defisit perdagangan susu sebesar US$534.911

yang merupakan 965,5% dari nilai produksi.

Secara keseluruhan perdagangan komoditas peternakan, sumber defisit

neraca perdagangan terbesar adalah impor susu, ternak sapi dan daging sapi, yang

jumlahnya sangat besar, sementara sumber surplus hanya ekspor ternak babi yang

jumlahnya sangat kecil.

3.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto

Dilihat dari sektor ekonomi, pengertian Sektor Pertanian mencakup lima

subsektor, yaitu: (1) Subsektor Tanaman Bahan Makanan, (2) Subsektor

Perkebunan; (3) Subsektor Peternakan; (4) Subsektor Kehutanan; dan (5) Subsektor

Perikanan. Cakupan tersebut mencerminkan pengertian Sektor Pertanian dalam arti

luas. Sementara dari segi tanggungjawab Kementerian Pertanian, pengertian Sektor

Pertanian hanya mencakup tiga subsektor yang disebut pertama, yang

Page 50: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

37  

mencerminkan Sektor Pertanian dalam arti sempit. Karena itu, yang dicakup dalam

kajian ini hanya Sektor Pertanian dalam arti sempit.

Namun demikian masih ada catatan bahwa Subsektor Tanaman Bahan

Makanan sebenarnya mencakup dua kelompok komoditas, yaitu: (1) Tanaman

pangan yang terdiri dari padi dan palawija; dan (2) Tanaman hortikultura yang

terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias. Dengan

catatan tersebut, data perkembangannya PDB Sektor Pertanian menurut

subsektornya selama 2000-2010 diperlihatkan pada Tabel 3.3.1.

Pada periode 2000-2005, rata-rata laju pertumbuhan PDB Sektor Pertanian

cukup rendah yaitu hanya 2,80%/tahun. Kontributor utama pertumbuhan tersebut

adalah pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan yang mencapai rata-rata

3,81%/tahun, disusul PDB Subsektor Perkebunan dengan laju pertumbuhan rata-

rata 3,42%/tahun. Sementara itu, laju pertumbuhan PDB Subsektor Tanaman Bahan

Makanan adalah yang paling rendah, yaitu hanya 2,35%/tahun.

Tabel 3.3.1. Laju Pertumbuhan PDB Riil Sektor Pertanian Menurut Subsektor, 2000-2009.

Subsektor Laju (%/th) PDB

2010 (Rp’m)

Pangsa 2010 (%)

2000- 2005

2005- 2010

Tanaman Bahan Makanan 2,35 4,05 151,750 64,13

Perkebunan 3,42 3,30 46,751 19,76

Peternakan 3,81 3,26 38,135 16,12

Total 2,80 3,77 236,636 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan: Data series 2000-2010 diperlihatkan pada Lampiran 3.3.1.

Pada periode 2005-2010, rata-rata laju pertumbuhan PDB Sektor Pertanian

meningkat menjadi 3,77%/tahun, yang berarti telah terjadi percepatan Laju

pertumbuhan yang cukup signifikan. Kontributor utama pertumbuhan tersebut

adalah pertumbuhan PDB Subsektor Tanaman Bahan Makanan yang mengalami

percepatan sangat signifikan yaitu menjadi 4,05%/tahun. Laju pertumbuhan PDB

Subsektor Perkebunan sedikit melambat yaitu menjadi 3,30%/tahun, demikian pula

laju pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan melambat menjadi 3,26%/tahun.

Page 51: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

38  

Perubahan laju pertumbuhan PDB masing-masing subsektor tersebut di atas

tampaknya di masing-masing periode berkaitan dengan laju pertumbuhan produksi

komoditas di masing-masing subsektor yang bersangkutan di masing-masing

periode. Percepatan laju pertumbuhan produksi tanaman pangan, utamanya padi,

jagung dan ubikayu, sebagaimana telah disebutkan dalam Subbab 3.1.1 di muka,

memberikan kontribusi terhadap percepatan laju pertumbuhan PDB Subsektor

Tanaman Bahan Makanan, yang pada akhirnya berdampak mempercepat laju

pertumbuhan PDB Sektor Pertanian.

Dilihat dari pangsanya, Subsektor Tanaman Bahan Makanan juga merupakan

kontributor terbesar dalam pembentukan PDB Sektor Pertanian, yaitu 64,1% pada

tahun 2010. Sementara Subsektor Perkebunan dan Subsektor Peternakan masing-

masing hanya memberikan kontibusi sekitar 19,8% dan 16,1% pada tahun yang

sama. Walaupun terjadi percepatan laju pertumbuhan PDB pada Subsektor Tanaman

Bahan Makanan dan Subsektor Perkebunan dan sedikit perlambatan pada PDB

Sektor Peternakan, rata-rata kontribusi ketiga subsektor tersebut dalam

pembentukan PDB Sektor Pertanian pada periode 2005-2010 jika dibandingkan

dengan periode 2000-2005, nyaris tidak berubah (Lampiran 3.3.1). Ini berarti

sumber utama PDB Sektor Pertanian secara persisten selama periode 2000-2010

adalah Subsektor Tanaman Bahan Makanan, yang terdiri dari padi, palawija dan

hortikultura.

Perlu dicatat bahwa di lingkungan Kementerian Pertanian, tanaman pertanian

telah lama dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) Tanaman pangan (padi dan

palawija); (2) Tanaman hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman obat dan

tanaman hias); (3) Tanaman perkebunan; dan (4) Peternakan. Terkait dengan itu,

maka terdapat empat Direktorat Jenderal, yaitu Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen

Hortikultura, Ditjen Perkebunan dan Ditjen Peternakan. Karena itu, dalam

penghitungan PDB Sektor Pertanian ke depan, seyogyanya dibentuk Subsektor

Hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat) dan PDBnya

dihitung terpisah dari PDB Subsektor Tanaman Bahan Makanan. Ditjen Hortikultura

bekerjasama dengan BPS telah melakukan penghitungan PDB hortikultura. Angka-

angka hasil penghitungan PDB telah dituangkan dalam Blueprint Hortikultura 2025

Page 52: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

39  

(Ditjen Hortikultura), sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.3.2, tetapi belum

secara resmi dipublikasikan oleh BPS.

Tabel 3.3.2. Laju Pertumbuhan PDB Riil Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010.

Kelompok Komoditas

Laju (%/th) PDB 2010

(Rp’m)

Pangsa 2010 (%)

2000-2005

2005-2010

Buah-buahan 8,67 7,44 50.809 56,80

Sayuran 8,67 7,45 31.130 34,80

Tanaman obat 8,65 10,26 1.073 1,20

Tanaman hias 8,67 8,40 6.441 7,20

Total 8,67 7,54 89.453 100

Sumber: Ditjen Hortikutura, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 ditunjukkan pada Lampiran 3.3.2.

Nilai PDB hortikultura terus meningkat dari tahun ke tahun dengan laju

pertumbuhan sangat tinggi, yaitu hampir 9%/tahun selama periode 2000-2005.

Walaupun pada periode 2005-2010 mengalami perlambatan, laju pertumbuhan

tersebut masih sangat tinggi, bahkan ada yang mencapai 10%, yaitu yang dialami

oleh kelompok tanaman obat. Kontributor utama dalam pembentukan PDB

hortikultura adalah komoditas buah-buahan, kemudian disusul komoditas sayuran.

Dengan asumsi bahwa hasil penghitungan PDB tersebut benar, maka berarti

PDB Subsektor Tanaman Bahan Makanan, yang di dalamnya mencakup komoditas

pangan (padi dan palawija) dan komoditas hortikultura (buah-buahan, sayuran,

tanaman obat dan tanaman hias) yang dihitung oleh BPS selama ini terlalu kecil

(under estimate). Karena itu, ke depan dalam pengitungan PDB Sebsektor Tanaman

Bahan Makanan perlu mencakup komoditas hortikultura yang lebih banyak/lengkap,

atau PDB hortikultura dihitung secara terpisah sehingga nantinya ada PDB Subsektor

Hortikultura.

3.4. Perkembangan Investasi Pertanian

Selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010), Indonesia diminati banyak

investor asing dan domestik untuk berinvestasi termasuk di sektor pertanian. Data

realisasi investasi modal asing (PMA) menunjukkan pertumbuhan positif pada

Page 53: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

40  

periode 2000-2005, baik dari sisi jumlah maupun nilai investasi, yaitu masing-masing

13,62% dan 29,97% per tahun (Tabel 3.4.1). Sementara itu, laju pertumbuhan

jumlah investasi PMDN pada periode yang sama lebih rendah, yaitu 5,71%/tahun,

bahkan nilainya menurun 0,31%/tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa dampak

krisis ekonomi 1997-1998 masih berlanjut pada PMDN di masa pasca krisis,

sementara investor asing masih mampu lebih banyak berinvestasi karena nilai tukar

mata uang asing (US$) terhadap mata uang domestik (rupiah) yang meningkat.

Tabel 3.4.1. Pertumbuhan Jumlah dan Total Nilai Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Sektor Pertanian, 2000-2010.

Uraian

PMA PMDN Laju (%/th)

2010 Laju (%/th)

2010 2000-2005

2005- 2010

2000- 2005

2005- 2010

Jumlah (unit) 13,62 22,40 167,0 5,71 29,09 229,0

Nilai total*) 29,97 10,29 755,6 -0,31 8,26 9.079,8

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah. Keterangan: *) Nilai PMA dalam US$ juta, PMDN dalam Rp milyar Data series 2000-2010 diperlihatkan pada Lampiran 3.4.1.

Pada periode 2005-2010, seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, baik

investasi PMA maupun PMDN, keduanya menunjukkan pertumbuhan yang sama-

sama meningkat dari sisi jumlah dan nilainya. Bahkan laju pertumbuhan jumlah

PMDN jauh lebih cepat dibanding PMA yaitu masing-masing 22,40% dan 29,09% per

tahun. Namun jika dilihat pertumbuhan nilai investasinya, PMDN lebih lambat

disbanding PMA, yaitu masing-masing 10,29% dan 8,26% per tahun. Pada tahun

2010, jumlah investasi PMA mencapai 167 unit dengan nilai US$ 755,6 juta,

sementara jumlah investasi PMDN mencapai 229 uni dengan nilai Rp 9,08 trilyun.

Implikasi dari kinerja investasi PMA dan PMDN di atas adalah bahwa

Indonesia merupakan negara yang berpotensi untuk dilakukan penanaman modal

dan memberi prospek pengembangan usaha, sehingga jumlah dan nilai investasi

cenderung meningkat, walaupun kecenderungannya investasi PMA dan PMDN

banyak dilakukan untuk subsektor tanaman perkebunan (Tabel 3.4.2). Investasi PMA

selama 2000-2005 (pasca krisis ekonomi) mengalami pertumbuhan negatif pada

subsektor tanaman pangan (-17,79%/tahun), stagnan pada subsektor hortikultura

Page 54: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

41  

(0%/tahun), dan meningkat tajam untuk subsektor perkebunan (58,17%/tahun) dan

subsektor peternakan (31,44%/th).

Tabel 3.4.2. Pertumbuhan Nilai Investasi PMA dan PMDN menurut Subsektor di Sektor Pertanian, 2000-2010.

Subsektor

PMA PMDN

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’jt)

Laju (%/th) Nilai 2010

(US$’m) 2000- 2005

2005- 2010

2000- 2005

2005- 2010

T. Pangan -17,79 -7,32 14,5 -162,20 32,70 276,8

Hortikultura 0 0 0 -127,47 138,47 16,2

Perkebunan 58,17 16,81 736,4 75,96 6,89 8.612,6

Peternakan 31,44 -58,41 4,7 141,20 14,92 174,2

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah. Keterangan: Data series 2000-2010 diperlihatkan pada Lampiran 3.4.2.

Pada periode 2005-2010, hanya subsektor perkebunan yang menunjukkan

laju pertumbuhan positif pada investasi PMA (16,81%/tahun), sehingga nilanya

mencapai US$ 736,4 juta pada tahun 2010. Ini berarti bahwa 97,5% nilai investasi

PMA pada tahun 2010 dialokasikan pada subsektor perkebunan. Sementara itu,

investasi PMA pada subsektor tanaman pangan dan peternakan menurun masing-

masing sebesar 7,32% dan 58,41% per tahun, sedangkan untuk subsektor

hortikultura stagnan (0%/tahun).

Kinerja realisasi investasi PMDN pasca krisis ekonomi (2000-2005)

menunjukkan adanya kecenderungan yang mirip dengan PMA, yaitu pertumbuhan

investasi pada subsektor tanaman pangan turun tajam (-162,20%/tahun), demikian

juga dengan subsektor tanaman hortikultura (-127,47%/tahun). Sementara itu,

subsektor perkebunan dan subsetor peternakan meningkat masing-masing sebesar

75,96% dan 141,20% per tahun.

Selama periode 2005-2010, investasi PMDN di empat subsektor tumbuh

positip dan yang paling tinggi terjadi pada tanaman hortikultura (138,47%/tahun),

disusul tanaman pangan (32,70%/tahun), peternakan (14,92%/tahun) dan tanaman

perkebunan (6,89%/tahun). Seperti halnya PMA, nilai PMDN di subsektor

perkebunan pada tahun 2010 jua tertinggi, yang mencapai 94,9% dari total nilai

PMDN pada tahun tersebut sebesar Rp 8,6 trilyun (Tabel 3.4.2).

Page 55: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

 

42  

Berdasarkan jumlah dan nilai PMA dan PMDN di atas, dapat diketahui bahwa

subsektor perkebunan adalah yang paling banyak diminati oleh investor, baik asing

maupun domestik, yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah dan nilai investasi

selama decade terakhir (2000-2010). Selain itu juga dapat diketahui bahwa selama

periode 2005-2010, investasi PMDN berkembang lebih cepat di empat subsektor

dibandingkan investasi PMA, yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan investasi

PMDN yang positif untuk empat subsektor dalam periode tersebut.

Page 56: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

43  

IV. OUTLOOK JANGKA MENENGAH – 2014

4.1. Produksi

4.1.1. Tanaman Pangan

Sampai saat ini padi masih merupakan tanaman pangan yang masih

tetap mendapatkan prioritas utama untuk dikembangkan. Pemerintah telah

mencanangkan target swasembada berkelanjutan untuk padi dan pencapaian

swasembada untuk jagung dan kedelai pada tahun 2014 sehingga berbagai

program dilakukan guna tercapainya tujuan tersebut. Upaya peningkatan

produksi dan produktivitas tanaman pangan, khususnya untuk tiga komoditas

utama tersebut (padi, jagung dan kedelai), dilakukan melalui perbaikan

varietas, inovasi teknologi (pemupukan berimbang, sistem penanaman, dan

sebagainya), pengendalian hama dan penyakit, serta perluasan areal tanam

dengan memanfaatkan lahan kawasan hutan, lahan rawa, dan lahan-lahan

lainnya yang belum dimanfaatkan (lahan terlantar).

Dengan adanya penetapan target swasembada berkelanjutan untuk padi

dan pencapaian swasembada untuk jagung dan kedelai, peningkatan produksi

ketiga komoditas pangan utama tersebut perlu dipacu, baik melalui peningkatan

produktivitas maupun perluasan areal. Namun perluasan areal tidak mudah

dilakukan karena diperlukan upaya yang lebih keras dan koordinasi lintas

sektor. Tanpa ada perluasan areal untuk peningkatan produksi padi, jagung dan

kedelai, perlu diantisipasi adanya persaingan dengan komoditas-komoditas

pertanian lainnya dalam penggunaan lahan, baik oleh komoditas pangan

lainnya (kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) maupun komoditas

perkebunan, utamanya kelapa sawit.

Guna pencapaian target swasembada berkelanjutan untuk padi dan

swasembada jagung dan kedelai, pemerintah telah menyusun berbagai

program untuk tahun 2012 sampai dengan 2014. Untuk komoditas padi,

program peningkatan produktivitas dilakukan melalui : (a) Kegiatan Sekolah

Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) dan Demonstrasi Area; (b)

Page 57: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

44  

Kegiatan System of Rice Intensification (SRI); (c) Gerakan Peningkatan

Produksi Padi berbasis Korporasi (GP3K); dan (d) Program Pengamanan Pasca

Panen. Program perluasan areal tanam dilakukan melalui kegiatan : (a)

Pencetakan sawah baru oleh Kementerian Pertanian dan Badan Usaha Milik

Negara; (b) Penyiapan lahan beririgasi; (c) Optimasi pemanfaatan lahan; (d)

Penyediaan pengairan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dan

Kementerian Pekerjaan Umum; dan (e) Swadaya murni masyarakat.

Tabel 4.1.1. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Komoditas Pangan Utama, 2014.

Komoditas Luas Areal Panen Produktivitas Produksi Laju

2010-14 (%/th)

Luas 2014

(000’ ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Provitas 2014 (t/ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Produksi 2014

(000’ t) Padi 1,75 14.068 0,35 5.08 2,44 71.469 Jagung 4,18 4.887 3,39 5.07 6,46 24.790 Kedelai 2,75 750 1,55 1.45 4,30 1.088 K.Hijau -2,95 273 1,45 1.33 2,88 364 K.Tanah -0,58 606 2,33 1.24 1,76 752 U.Jalar -0,42 178 1,55 12.05 0,97 2.145 U.Kayu -0,78 1.150 3,71 23.46 3,14 26.903 Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.1.1.

Untuk komoditas jagung, program peningkatan luas areal dan

produktivitas dilakukan melalui kegiatan : (a) Bantuan benih pada kegiatan

SLPTT dan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU); (b) Cadangan Benih

Nasional (CBN) untuk jagung hibrida dan jagung komposit; (c) Kemitraan

jagung hibrida; dan (d) Swadaya masyarakat.

Untuk komoditas kedelai, program peningkatan produktivitas dilakukan

melalui kegiatan: (a) SLPTT; dan (b) Swadaya masyarakat. Sementara program

perluasan tanam kedelai dilakukan melalui kegiatan: (a) Pengembangan model

perluasan; (b) GP3K (Perhutani); (c) Peningkatan intensitas pertanaman (IP);

(d) Pemanfaatan lahan perkebunan; (e) Pemanfaatan lahan tidur (rawa); (f)

Tumpang sari; dan (g) Upaya Khusus (UPSUS) Kedelai (Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan, 2012)

Page 58: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

45  

Proyeksi laju pertumbuhan dan besaran luas areal, produktivitas dan

produksi komoditas pangan utama periode 2011-2014 diperlihatkan pada Tabel

4.1.1. Pertumbuhan luas panen per tahun pada periode tersebut diperkirakan

1,75% untuk padi, 4,18% untuk jagung, dan 2,75% untuk kedelai. Sebaliknya

komoditas pangan lainnya akan cenderung mengalami laju pertumbuhan yang

menurun atau bahkan negatif, yang diperkirakan karena adanya persaingan

dengan komoditas jagung dan kedelai dalam penggunaan lahan jika tidak ada

program penambahan areal baru untuk komoditas pangan secara keseluruhan.

Kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu akan mengalami penurunan

areal masing-masing sebesar 2,95%, 0,58%, 0,42% dan 0,78% per tahun.

Pada tahun 2014 luas areal panen padi diproyeksikan akan mencapai sekitar 14

juta ha. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan dengan target sasaran luas

areal panen yang ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan (Renstra Ditjen

Tanaman Pangan, 2010-2014).

Dalam rangka mencapai target swasembada berkelanjutan padi serta

swasembada jagung dan kedelai tahun 2014, pemerintah merencanakan

melakukan perluasan areal panen padi pada tahun 2013 sekitar 550 ribu ha.

Perluasan areal tanam padi tersebut akan ditempuh melalui program

pencetakan sawah baru yang akan dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan

Badan Usaha Milik Negara, penyiapan lahan pertanian beririgasi (PLPB), dan

optimasi pemanfaatan lahan dan pengelolaan air (Kementerian Pertanian dan

Kementerian Pekerjaan Umum).

Untuk komoditas jagung, direncanakan akan ada penambahan luas

tanam 5 juta ha pada tahun 2012 dan 2013 melalui kegiatan SLPTT, akselerasi

produktivitas jagung, CBN hibrida dan komposit, melalui kemitraan dan

kegiatan swadaya petani. Untuk komoditas kedelai, direncanakan akan ada

perluasan areal tanam pada tahun 2013 sekitar 650 ribu ha melalui program

perluasan areal. Program peningkatan produktivitas dilakukan melalui kegiatan

SLPTT dan swadaya pada lahan kedelai yang sudah ada sebelumnya.

Sedangkan yang termasuk ke dalam program perluasan areal dilakukan melalui

pengembangan model perluasan areal kedelai, melalui Perhutani (GP3K),

Page 59: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

46  

peningkatan indeks pertanaman, penanaman pada lahan tidur dan lahan rawa,

lahan perkebunan, tumpang sari dan UPSUS kedelai (Ditjen Tanaman Pangan,

2012).

Selain upaya peningkatan produksi yang dicapai melalui peningkatan luas

panen, juga dilakukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan

produktivitas. Pada periode 2011-2014, laju pertumbuhan produktivitas padi

diproyeksikan tidak akan mengalami peningkatan secara substansial

dibandingkan laju pertumbuhan pada periode sebelumnya (2005-2010), yaitu

meningkat sebesar 0,35%/tahun. Sementara itu, produktivitas jagung pada

periode tersebut diproyeksikan akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih

tinggi dibandingkan padi, yaitu sebesar 3,39%/tahun, sedangkan kedelai

sebesar 1,55%/tahun. Untuk komoditas pangan lainnya, yaitu kacang hijau,

kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu, produktivitas diproyeksikan akan

meningkat dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 1,45%, 2,33%,

1,55% dan 3,71% per tahun. Peningkatan produktivitas jagung akan dipacu

oleh penggunaan benih hibrida, sementara produktivitas kedelai akan

ditingkatkan melalui penggunaan benih unggul.

Laju pertumbuhan produktivitas padi, jagung dan kedelai, akan didorong

menjadi lebih cepat agar swasembada jagung dan kedelai dapat tercapai.

Dalam hal ini, Kementerian Pertanian, terutama Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, dalam program kerja jangka pendek sampai dengan

2014 akan melakukan penajaman kembali (refocusing) semua program dan

kegiatan yang terkait dengan pencapaian target swasembada pangan untuk

peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai.

Pada tahun 2014 produktivitas padi diproyeksikan akan mencapai 50,8

ku/ha GKG. Proyeksi ini lebih rendah daripada yang ditargetkan oleh Ditjen

Tanaman Pangan sebesar 51,15 ku/ha GKG untuk tahun 2013 (Ditjen Tanaman

Pangan, 2012). Sedangkan produktivitas jagung dan kedelai pada tahun yang

sama diproyeksikan masing-masing akan mencapai 50,73 ku dan 14,50 ku per

ha. Proyeksi produktivitas jangka pendek untuk padi, jagung dan kedele dari

hasil analisis ini lebih rendah daripada angka target produktivitas yang

Page 60: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

47  

ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan. Bahkan untuk tahun 2013 target

produktivitas yang ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan sudah sebesar

54,17 ku/ha untuk jagung dan 15,36 ku/ha untuk kedelai.

Seiring dengan upaya peningkatan luas areal dan produktivitas, produksi

tanaman pangan, khususnya tiga komoditas utama yaitu padi, jagung dan

kedelai, diproyeksikan akan mengalami laju peningkatan cukup tinggi, yaitu

masing-masing 2,44%, 7,57% dan 4,3% per tahun. Laju pertumbuhan produksi

jagung yang cukup tinggi tersebut terutama karena didukung oleh laju

pertumbuhan produktivitas yang cukup tinggi. Pada tahun 2014, produksi padi,

jagung dan kedelai diperkirakan masing-masing akan mencapai sekitar 71,4

juta ton GKG, 24,8 juta ton pipil kering, dan 1,1 juta ton biji kering. Untuk

komoditas pangan lainnya, laju pertumbuhan produksi kacang hijau, kacang

tanah, ubi kayu dan ubi jalar pada periode yang sama diproyeksikan akan

meningkat lebih lambat.

Melalui upaya peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam tiga

komoditas pangan utama, Indonesia diharapkan akan dapat mencapai status

swasembada pada tahun 2014. Dalam hal ini target produksi yang ditetapkan

oleh Pemerintah dalam Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014, terutama

untuk 3 komoditas utama pangan, pada tahun 2014 masing-masing adalah

sebesar 69,7 juta ton untuk padi, 29 juta ton untuk jagung dan 2,7 juta ton

untuk kedelai. Dengan mempertimbangkan capaian produksi padi pada tahun

2011 yang menurun dibanding pada tahun 2010 karena berbagai factor,

terutama perubahan iklim atau penetapan target yang terlalu tinggi, pada tahun

2012 pemerintah secara resmi menurunkan target pencapaian produksi padi

pada tahun 2014 yang semula 75,7 juta ton menjadi 69,7 juta ton. Sementara

untuk kedelai, meskipun ada rencana perluasan areal tanam sebesar 650 ribu

ha dan peningkatan produktivitas pada luasan lahan 888 ribu ha yang telah ada

sebelumnya, target produksi pada tahun 2014 adalah sebesar 2,7 juta ton.

Target yang ditetapkan di dalam Renstra Kementerian Pertanian ini dapat

dipandang sebagai skenario optimistis jika melihat trend produksi pada tahun-

tahun sebelumnya dan produksi yang dapat dicapai pada tahun terakhir.

Page 61: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

48  

Rencana perluasan areal tanam melalui program-program yang telah diuraikan

sebelumnya masih merupakan skenario dalam rangka peningkatan produksi,

dimana kesesuaian lahan untuk pengembangan kedelai masih harus

dipertimbangkan.

4.1.2. Tanaman Hortikultura

Komoditas hortikultura berperan penting di dalam berbagai aspek, yaitu

sebagai bahan pangan masyarakat, penyedia lapangan kerja, lapangan

berusaha, dan bahan baku industri, serta kesehatan manusia, sosial budaya,

dan pariwisata. Khususnya tanaman obat (biofarmaka), mempunyai peranan

yang penting dalam menjaga dan memperbaiki kesehatan manusia.

Kecenderungan masyarakat untuk “back to nature” dewasa ini tercermin

pada permintaan konsumen terhadap obat (jamu) dan suplemen makanan

herbal yang terus meningkat, baik di dalam maupun luar negeri. Di dalam

aspek kehidupan sosial budaya masyarakat, ia terkait dengan keindahan baik

indoor maupun outdoor, acara/upacara budaya, dan kegiatan lain yang

memerlukan tanaman hias, buah-buahan dan sayuran. Sementara perannya

yang besar di dalam pariwisata, antara lain adalah menyediakan buah-buahan,

sayuran, dan tanaman hias di tempat wisata, hotel, restoran/rumah makan,

agrowisata, dan lain-lain. Kondisi ini memacu peningkatan kebutuhan akan obat

tradisional dan fitofarmaka. Produksi tanaman hias yang berfluktuasi

merupakan akibat dari perubahan preferensi konsumen, seperti halnya yang

terjadi pada mode/fashion.

Ke depan, subsektor hortikultura harus dibangun berbasis pada

kekayaan sumberdaya genetik nasional yang mempunyai kespesifikan,

keunggulan dan cita rasa, yang tidak dapat disaingi oleh produk serupa dari

negara lain. Dengan mengatur pola produksi, kapasitas produksi, dan proses

produksi yang ramah lingkungan, akan diperoleh produk yang bersih dan

berdaya saing tinggi di pasar global. Karena permintaan pasar meningkat pesat,

maka proses produksi hortikultura akan berkembang ke lokasi-lokasi baru

Page 62: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

49  

bersamaan dengan penerapan program intensifikasi di lahan yang telah mapan.

Seiring dengan membesarnya volume kegiatan usaha hortikultura di dalam

negeri, dampak pengembangan subsektor ini dapat dirasakan dari peningkatan

kinerja pembangunan ekonomi dari tahun ke tahun.

Dari potensi plasma nuftah yang ada di Indonesia, hanya sekitar 323

komoditas hortikultura yang telah teridentifikasi mempunyai nilai ekonomi dan

sekitar 70 komoditas yang tercatat sebagai data statistik di dalam negeri. Ini

menunjukkan bahwa prospek pengembangan komoditas hortikultura masih

dapat ditingkatkan, khususnya bagi pengembangan komoditas baru untuk

membangun trend pasar yang berdampak positif terhadap penumbuhan

kegiatan ekonomi masyarakat.

Pada periode 2010-2014, total produksi komoditas hortikultura

diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar 2,08%/tahun. Peningkatan

terbesar terjadi pada kelompok tanaman obat dengan laju 6,29%/tahun,

disusul kelompok tanaman sayuran 2,37%/tahun, kelompok tanaman buah-

buahan 1,75%/tahun, dan kelompok tanaman hias 0,93%/tahun (Tabel 4.1.2).

Dengan proyeksi laju pertumbuhan tersebut, maka pada tahun 2014, total

produksi buah-buahan akan mencapai 21,33 juta ton, sayuran 11,44 juta ton,

tanaman obat 0,61 juta ton dan tanaman hias 0,40 juta ton.

Tabel 4.1.2. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2014.

Kelompok Komoditas

Luas Panen Produktivitas Produksi Laju

2010-14 (%/th)

Luas 2014 (ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Provitas 2014 (t/ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Produksi 2014

(000’t) Buah-buahan 5,90 889.734 0,04 24,00 1,75 21.326 Sayuran 1,86 1.186.063 0,10 9,65 2,37 11.443Tanaman Obat 14,92 28.510 0,95 21,29 6,29 607Tanaman Hias 6,06 2.363 -3,77 169,73 0,93 401

Total 3,57 2.106.669 -1,30 16,03 2,08 33.776Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.1.2.

Page 63: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

50  

Peningkatan total produksi hortikultura tersebut terutama bersumber dari

peningkatan luas areal panen, yaitu tanaman obat 14,92%/tahun, tanaman hias

6,06%/tahun, buah-buahan 5,90%/tahun dan sayuran 1,86%/tahun.

Sementara laju produktivitas relatif rendah, dan bahkan pada tanaman hias

cenderung menurun.

Proyeksi luas areal panen, produktivitas dan produksi masing-masing

jenis komoditas hortikultura utama diuraikan sebagai berikut.

Buah-buahan dan Sayuran:

Untuk komoditas buah-buahan, luas areal, produktivitas dan produksinya

diproyeksikan akan meningkat (Tabel 4.1.3). Pada tahun 2014, komoditas

buah-buahan yang mempunyai luas areal terbesar adalah mangga, yaitu 151

ribu ha. Dengan produktivitas mangga sekitar 11.5 ton/ha, produksinya akan

mencapai 1.8 juta ton. Di antara komoditas utama buah-buahan, pisang

menghasilkan produksi terbesar yaitu sekitar 7 juta ton, sedangkan produksi

terkecil dihasilkan oleh manggis yaitu 118.9 ribu ton.

Untuk komoditas sayuran, luas areal, produktivitas dan produksinya juga

diproyeksikan akan meningkat, kecuali bawang putih (Tabel 4.1.3). Menurunnya

prestasi bawang putih disebabkan harga produksi lokal komoditas ini tidak

dapat bersaing dengan komoditas sejenis yang diimpor dari China. Pada tahun

2014, komoditas sayuran yang diproyeksiksan akan mempunyai luas areal

terbesar adalah cabai yaitu 273.5 ribu ha. Dengan produktivitas yang relatif

konstan, yaitu 5.6 ton/ha, produksi komoditas cabai diproyeksikan akan

mencapai 1.6 juta ton. Di antara komoditas utama sayuran, cabai menghasilkan

produksi terbesar, kemudian diikuti oleh kubis 1.4 juta ton, bawang merah 1.2

juta ton, dan kentang 1.1 juta ton, sedangkan produksi terkecil dihasilkan oleh

bawang putih yaitu hanya 7.5 ribu ton. Jika tidak dilakukan upaya peningkatan

produksi bawang putih, maka luas areal dan produksi komoditas sayuran ini

akan terus menurun sehingga tingkat ketergantungan terhadap bawang putih

impor akan makin tinggi.

Page 64: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

51  

Tabel 4.1.3. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2014.

Komoditas

Luas Areal Produktivitas Produksi Laju

2010-14 (%/th)

Luas 2014 (ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Provitas 2014 (t/ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Produksi 2014

(000’t) Buah-buahan:

Alpukat 4,77 24,7 0,45 11,2 2,46 248,1 Durian 6,99 60,4 2,60 11,8 5,72 613,5 Jambu Biji 2,64 11,1 1,61 21,8 4,42 242,6Jeruk 3,69 65,9 1,53 37,9 1,87 2.188,9 Mangga 3,52 150,8 3,56 11,5 8,67 1.831,5 Nenas 2,97 13,6 7,44 152,7 7,49 1.856,1 Pepaya 1,31 9,9 2,12 80,7 5,77 870,1 Pisang 4,15 119,8 0,86 59,1 4,91 7.044,4Rambutan 6,70 102,8 2,12 7,1 9,06 732,3

Sayuran: Bw Merah 0,77 112,9 1,65 10,23 3,12 1.185,4 Bw Putih -6,09 1,4 0,84 7,02 -11,71 7,5 Cabe 3,60 273,6 0,00 5,61 4,12 1.566,1 Kc Panjang 4,13 101,0 0,74 5,85 0,75 503 Kentang 0,34 67,4 -0,54 15,61 0,99 1.103,3 Ketimun 0,48 58,0 -1,19 9,16 4,14 643,2 Kol/Kubis 1,06 70,3 0,47 20,94 1,11 1.447,3 Terung 1,63 55,8 2,45 10,73 4,75 612,9 Tomat 2,74 68,4 2,06 15,74 3,30 1.013,8 Wortel 1,70 29,1 0,46 15,28 3,83 474,6

Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.1.3 untuk buah-buahan

dan Lampiran 4.1.4 untuk sayuran.

Tanaman Obat dan Tanaman Hias:

Untuk tanaman obat, luas areal dan produksi tanaman ini diproyeksikan

akan meningkat pada tahun 2014 (Tabel 4.1.4). Hal ini terjadi karena ada

tarikan dari permintaan ekspor dan konsumsi domestik yang cenderung

meningkat. Tanaman jahe mempunyai areal yang terluas di antara tanaman

obat, yaitu sekitar 6.4 ribu ha, kemudian diikuti berturut-turut oleh kunyit 5.1

ribu ha, lengkuas 2.4 ribu ha, dan kencur 2.2 ribu ha. Sementara tanaman obat

dengan luas terkecil adalah sambiloto yaitu 283 ribu ha.

Page 65: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

52  

Tabel 4.1.4. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2014.

Komoditas

Luas Areal Produktivitas Produksi Laju

2010-14 (%/th)

Luas 2014 (ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Provitas 2014 (t/ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Produksi 2014

(000’t) Tanaman Obat:

Jahe 1.41 6,401 -2.03 16.4 0.16 108,442 Kunyit 2.91 5,112 3.61 27.2 6.64 138,839 Kencur 4.12 2,260 5.81 19.3 1.69 31,694Lengkuas 4.29 2,439 2.36 31.4 3.17 66,799 Temulawak 4.80 1,656 4.80 23.4 9.49 38,327 Kapulaga 4.72 651 18.67 104.5 19.99 59,180 Temuireng 3.16 426 5.01 23.1 3.44 8,174 Lempuyang 3.35 469 2.11 22.5 1.92 9,192Temukunci 4.13 322 7.20 21.0 14.71 7,544 Sambiloto 14.17 283 0.22 23.3 22.65 8,700

Tanaman Hias: Melati -9.35 68.5 6.53 27.4 1.18 22,634 Krisan 5.57 1,243.8 7.68 24.8 11.11 282,301 Mawar -2.42 348.5 5.54 26.6 1.96 89,017 Sedap Malam 1.74 66.8 14.04 160.9 4.84 71,631 Gladiol -17.85 18.4 12.89 40.1 6.74 13,064 Anggrek 3.67 160.6 5.92 12.7 10.73 21,123 Palem -3.58 41.6 3.64 2.6 3.23 1,247 Anthurium 1.00 26.2 10.91 46.0 11.83 11,974 Heliconia 4.00 31.0 13.57 18.6 16.67 5,487 Anyelir 3.70 28.1 6.29 39.9 11.56 11,783

Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.1.5 untuk tanaman obat dan

Lampiran 4.1.6 untuk tanaman hias. Satuan produktivitas untuk melati adalah t/ha, palem adalah ribu pohon/ha, sedangkan

lainnya adalah ribu tangkai/ha. Satuan produksi untuk melati adalah ribu ton, palem adalah ribu pohon, sedangkan lainnya

adalah ribu tangkai.

Produktivitas tanaman obat diproyeksikan akan meningkat pada kurun

waktu 2011-2014, kecuali jahe. Pada tahun 2014, produktivitas jahe

diproyeksikan akan menjadi hanya 16.4 ton/ha, lebih rendah dibanding pada

kurun waktu sebelumnya. Hal ini terjadi karena banyaknya hama dan penyakit

pada pertanaman jahe dan di pasar ekspor terjadi persaingan yang ketat

dengan komoditas sejenis dari negara-negara eksportir lainnya. Sementara itu,

Page 66: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

53  

produktivitas kapulaga diproyeksikan akan mencapai 104.5 ton/ha, dan untuk

jenis-jenis tanaman obat lainnya jauh lebih kecil. Proyeksi produksi kunyit akan

mencapai 138 ribu ton, kemudian diikuti oleh jahe 108.4 ribu ton, lengkuas

66.7 riu ton dan kapulaga 59.1 ribu ton.

Untuk tanaman hias, areal panen melati, mawar, gladiol dan palem

diproyeksikan akan menurun pada tahun 2014 (Tabel 4.1.4). Hal ini terjadi

diduga karena teknologi budidaya yang belum berkembang baik. Namun

demikian, produksi dan produktivitas semua tanaman hias utama diproyeksikan

akan meningkat. Tanaman hias yang diproyeksikan mempunyai areal panen

terluas adalah krisan yaitu 1.2 ribu ha, diikuti oleh mawar 348.5 ha, anggrek

160.6 ha dan melati 68.5 ha. Sejalan dengan areal panennya yang terluas di

antara jenis-jenis tanaman hias, produksi krisan mencapai 282.3 juta tangkai

pada tahun 2014, namun produktivitasnya diproyeksikan hanya 266 tangkai/ha.

Produktivitas bunga sedap malam adalah yang terbesar di antara jenis-jenis

tanaman hias yaitu 1.6 juta tangkai/ha, diikuti oleh anthurium 460 ribu

tangkai/ha, gladiol 401.4 ribu tangkai/ha, dan anyelir 399.3 ribu tangkai/ha.

Produksi krisan diproyeksikan akan mencapai 282 juta tangkai pada

tahun 2014, yang tertinggi di antara jenis-jenis tanaman hias. Selain krisan,

tanaman hias lain yang produksinya tinggi adalah mawar yaitu 89 juta tangkai,

sedap malam 71.6 juta tangkai, melati 22.6 ribu ton, dan anggrek 21 juta

tangkai. Peningkatan produksi tanaman hias antara lain dipacu oleh permintaan

ekspor yang meningkat. Seperti halnya tanaman obat, tanaman hias Indonesia

cukup prospektif di pasar internasional.

4.1.3. Tanaman Perkebunan

Sebagian besar komoditas perkebunan diproyeksikan masih akan

mengalami pertumbuhan luas areal dan produksi selama 2010-2014, dengan

laju pertumbuhan luas areal sekitar 0.14-6.94% dan laju pertumbuhan produksi

sekitar 0.35-8.61% per tahun (Tabel 4.1.5). Kelapa sawit dan kakao masih akan

mengalami pertumbuhan luas areal yang cepat (di atas 6%/tahun), lambat

Page 67: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

54  

untuk tebu, cengkeh dan lada (1-2.4%/tahun) dan sangat lambat untuk

komoditas-komoditas lainnya (kurang dari 1%/tahun).

Tabel 4.1.5. Proyeksi Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Utama, 2014.

Komoditas

Luas Areal Total Produksi Laju

2010-14 (%/th)

Luas 2014

(000’ ha)

Laju 2010-14 (%/th)

Produksi 2014

(000’ ton) Kelapa sawit 6.94 10,509 8.61 32,992 Kelapa 0.14 3,829 1.03 3,403 Karet 0.92 3,573 1.13 2,711 Kakao 6.46 2,122 2.14 919 Kopi 0.15 1,276 0.87 708 Cengkeh 1.08 491 4.28 131 Tebu/gula 2.39 477 4.13 3,167 Lada 1.08 203 0.98 127 Tembakau 0.17 188 1.65 90 Teh 0.77 129 0.35 152 Sumber: Hasil Proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.1.7.

Pertumbuhan areal yang cepat pada kelapa sawit dan kakao didorong

oleh prospek ekonomi yang sangat baik kedua komoditas tersebut di pasar

dunia. Hasil kelapa sawit berupa CPO diperlukan tidak hanya untuk minyak

goreng dan bahan kosmetika, tetapi juga untuk biodiesel sebagai bakan bakar

minyak nabati yang dapat diperbaharui (renewable) sebagai produk substitusi

sebagian bahan bakar minyak asal fosil yang harganya meningkat, dimana

permintaan semua produk tersebut terus meningkat. Demikian pula, biji kakao

Indonesia diperlukan oleh negara-negara maju sebagai bahan pencampur

(blending material) karena aromanya yang khas.

Sementara itu, pertumbuhan luas areal tebu yang lambat diakibatkan

oleh persaingan dengan tanaman padi pada lahan sawah, utamanya di Jawa,

yang terjadi pada tebu rakyat. Karena itu, pertumbuhan areal panen tebu

sebesar 2.39%/tahun sebenarnya sudah cukup bagus. Untuk cengkeh,

pertumbuhan areal yang lambat diduga disebabkan terutama oleh laju

permintaan terhadap hasil cengkeh yang melambat oleh pabrik rokok kretek.

Page 68: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

55  

Laju pertumbuhan luas areal yang sangat lambat pada tanaman kelapa

disebabkan oleh menurunnya peranan kelapa/kopra sebagai bahan baku

minyak goreng sebagai akibat dari berkembangnya pasokan minyak goreng asal

tanaman lain, utamanya minyak sawit. Disamping itu, program pemerintah

yang erkait dengan pengembangan tanaman kelapa juga kurang. Untuk

tanaman karet, walaupun harga dunia produk karet alam di pasar dunia masih

cukup tinggi, total pendapatan petani dan perusahaan besar perkebunan (PTPN

dan swasta) yang berasal dari kebun karet masih lebih rendah dibanding yang

berasal dari kelapa sawit. Hal ini menyebabkan terjadinya konversi sebagian

kebun karet menjadi kebun kelapa sawit. Untuk tanaman lada, lambatnya

pertumbuhan luas areal terutama karena pertumbuhan permintaan lada di

pasar dunia yang lambat.

Pertumbuhan luas areal yang sangat lambat pada tanaman kopi,

terutama disebabkan oleh persaingan yang tajam antara kopi Indonesia yang

sebagian besar jenis robusta dengan kopi asal negara-negara lain yang

mayoritas jenis arabika yang kualitasnya lebih baik. Sementara pertumbuhan

luas areal yang sangat lambat pada tanaman tembakau disebabkan oleh

kurangnya dukungan pemerintah untuk perluasan areal dan melemahnya

permintaan akan produk-produk berbahan baku tembakau, utamanya rokok.

Pertumbuhan luas areal yang sangat lambat pada teh disebabkan oleh

persaingan dengan produk-produk minuman ringan (soft drink) dan air mineral

di pasar domestik dan persaingan yang makin tajam dengan produk-produk teh

asal negara-negara lain.

Luas areal dan produksi komoditas perkebunan pada tahun 2014

diproyeksikan seperti pada Tabel 4.1.5, yaitu masing-masing sekitar 209-10.509

ribu ha dan 90-33.292 ribu ton. Lima komoditas akan tetap mendominasi luas

areal, yaitu kelapa sawit (10.5 juta ha), kelapa (3.83 juta ha), karet (3.57 juta

ha), kakao (2.12 juta ha), dan kopi (1.28 juta ha).

Page 69: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

56  

4.1.4. Peternakan

Proyeksi produksi daging ternak selama kurun waktu 2010-2014

diperlihatkan pada Tabel 4.1.6. Pada tahun 2014, total produksi semua jenis

daging diproyeksikan akan mencapai sekitar 2.76 juta ton. Penyumbang

terbesar adalah daging unggas (67.42%), utamanya ayam (66.30%),

sementara ternak besar menempati urutan kedua (18.96%) utamanya sapi

(17.65%) dan ternak kecil menempati urutan paling akhir (13.62%). Dengan

demikian, maka daging unggas/ayam yang disebut juga sebagai white meat

(kandungan kolesterol rendah) masih akan tetap dominan sebagai sumber

daging asal ternak.

Tabel 4.1.6. Proyeksi Produksi Daging, Telur dan Susu, 2014.

Jenis Produk Laju

2010-2014 (%/tahun)

Produksi 2014 (ton)

Pangsa (%)

Daging: 4.15 2,755,597 100 1. Ternak Unggas: 5.01 1,857,935 67.42

a. Ayam 5.05 1,826,975 66.30 Ayam Ras Pedaging 6.77 1,539,129 55.85 Ayam Ras Petelur 3.07 68,507 2.49 Ayam Buras -4.14 219,339 7.96

b. Itik 2.64 30,960 1.12 2. Ternak Kecil: 2.50 375,261 13.62

Kambing 5.94 97,615 3.54 Domba -0.13 58,794 2.13 Babi 1.82 218,851 7.94

3. Ternak Besar: 2.46 522,401 18.96 Sapi 2.82 486,430 17.65 Kerbau -2.09 34,186 1.24 Kuda -0.20 1,785 0.06

Telur: 3.91 1,607,017 100 Ayam Ras Petelur 4.10 1,126,470 70.10 Ayam Buras 5.01 203,945 12.69 Itik 2.39 276,601 17.21 Susu (segar) 9.19 1,319,038Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.1.8.

Page 70: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

57  

Di antara berbagai jenis daging tersebut, ada dua jenis daging yang

produksinya cenderung menurun yaitu daging ayam buras, domba dan kerbau,

sedangkan jenia daging lainnya mengalami pertumbuhan dari rendah yaitu babi

(1.82%/tahun) hingga tinggi yaitu ayam ras pedaging (6.77%/tahun),

walaupun sebenarnya melambat dibanding selama kurun waktu 2005-2010.

Produksi telur pada tahun 2014 diproyeksikan akan mencapai sekitar 1.6

juta ton. Ayam ras petelur akan tetap dominan sebagai sumber produksi telur

(70.1%). Sementara produksi susu sapi diproyeksikan akan mencapai 1.32 juta

ton pada tahun 2014. Produksi susu sapi masih akan meningkat cepat

(9.19%/tahun) karena harga susu yang makin baik dan juga bimbingan

koperasi susu yang sangat baik, sehingga makin banyak peternak sapi perah

yang semula berhenti berproduksi karena harga susu terlalu rendah menjadi

aktif kembali memelihara sapi perah untuk memproduksi susu.

4.2. Perdagangan Internasional

4.2.1. Komoditas Tanaman Pangan

Sesuai dengan target swasembada berkelanjutan untuk padi dan

swasembada untuk jagung dan kedelai dan berbagai upaya peningkatan

produksi yang dilakukan oleh pemerintah, serta berdasarkan trend historis nilai

ekspor dan nilai impor beberapa komoditas pangan selama 2000-2010,

diproyeksikan bahwa selama periode 2011-2014 pertumbuhan nilai ekspor

masih akan bertanda positip, sedangkan pertumbuhan nilai impor akan

bertanda negatif. Artinya, nilai impor diharapkan akan berkurang meskipun

neraca perdagangan masih tetap mengalami deficit karena nilai impor masih

lebih besar daripada nilai ekspor.

Meskipun pemerintah mentargetkan mampu berswasembada jagung dan

kedele pada tahun 2014, secara agregat neraca perdagangan komoditas

pangan pada tahun 2014 diproyeksikan masih akan tetap negatif, terutama

untuk kedelai. Tingginya defisit neraca perdagangan kedelai disebabkan impor

kedelai yang sangat tinggi karena produksi dalam negeri masih belum mampu

memenuhi kebutuhan. Selama ini rasio ketergantungan terhadap impor kedelai

Page 71: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

58  

berkisar 60%, yang berarti bahwa sekitar 60% kebutuhan kedele dalam negeri

dipenuhi melalui impor. Dengan melihat trend historis nilai ekspor dan nilai

impor komoditas pangan utama yang sangat fluktuatif, maka lebih sulit untuk

mendapatkan proyeksi yang akurat mengenai nilai ekspor, nilai impor dan

neraca perdagangan.

Tabel 4.2.1. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas

Pangan Utama, 2014.

Komoditas Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca

2014 (US$’000)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$’000)

Pangsa (%)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$’000)

Pangsa (%)

Beras 1,55 463 0,68 -1,07 94.002 7,66 -93.539

Jagung 3,18 12.758 18,62 -0,27 331.304 26,99 -318.546

Kedelai 2,13 6.216 9,07 -0,39 552.248 44,99 -546.031

K.Tanah 0,41 11.749 17,15 -0,42 169.254 13,79 -157.505

U.Jalar 0,97 4.956 7,23 -0,18 38 0 4.918

U.Kayu 3,09 32.360 47,24 -0,54 80.610 6,57 -48.250

Total 68.502 100 1.227.456 100 -1.158.954

Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.2.1.

Laju pertumbuhan nilai ekspor selama periode 2011-2014 diproyeksikan

hanya akan mencapai 1,55%/tahun untuk beras, 3,18%/tahun untuk jagung,

dan 2,13%/tahun untuk kedelai (Tabel 4.2.1). Ekspor kedelai Indonesia selama

ini sebagian besar dalam bentuk kedelai olahan yaitu kecap, dan negara tujuan

ekspor utama adalah Australia, Arab Saudi dan Belanda. Sementara nilai impor

komoditas pangan pada periode yang sama diproyeksikan akan menurun

karena upaya untuk mencapai target swasembada yang semakin gencar.

4.2.2. Komoditas Hortikultura

Proyeksi nilai ekspor dan impor komoditas buah-buahan dan sayuran

utama tahun 2014 diperlihatkan pada Tabel 4.2.2. Total nilai ekspor buah-

buahan dan sayuran pada tahun 2014 diproyeksikan masing-masing adalah

sekitar US$ 15.3 juta dan US$ 31.3 juta, sementara total nilai impornya masing-

Page 72: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

59  

masing adalah US$ 61.4 juta dan US$ 26.4 juta. Dengan demikian, maka

perdagangan komoditas buah-buahan dan sayuran pada tahun 2014

diproyeksikan akan mengalami deficit sekitar US$ 46.1 juta untuk buah-buahan,

dan surplus sekitar US$ 4.9 juta untuk sayuran. Dengan kata lain, perdagangan

buah-buahan dan sayuran pada tahun 2014 diproyeksikan akan mengalami

defisit sekitar US$ 41.2 juta.

Tabel 4.2.2. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2014.

Komodiitas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2014

(US$'000) Laju

2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa (%)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa (%)

Buah: Alpukat 21.15 149.3 0.97 -14.48 10.4 0.02 138.9Durian 9.88 10.9 0.07 9.02 49,020.9 79.87 -49,010.0Jb Biji 28.00 366.4 2.39 -26.62 22.5 0.04 343.8Jeruk -41.27 28.4 0.19 -24.36 7,977.7 13.00 -7,949.4Mangga 3.41 1,218.2 7.95 7.14 1,076.7 1.75 141.5Nenas -20.92 16.1 0.10 17.77 102.7 0.17 -86.7Pepaya 4.88 124.6 0.81 26.48 1,008.7 1.64 -884.0Pisang -44.73 18.1 0.12 24.40 2,142.7 3.49 -2,124.6Rambutan 2.96 381.1 2.49 -4.49 10.2 0.02 370.9Manggis 10.41 13,010.4 84.91 -25.73 2.1 0.00 13,008.3

Total 15,323.5 100 61,374.7 100 -46,051.2Sayur:

Bw Merah 7.00 2,378.2 7.61 -3.13 1,053.6 3.99 1,324.6Bw Putih 16.00 136.0 0.44 -8.35 1,735.6 6.58 -1,599.6Cabai -6.00 509.5 1.63 -23.91 449.4 1.70 60.1K Panjang 14.67 137.8 0.44 16.49 68.0 0.26 69.8Kentang -10.59 1,550.1 4.96 10.79 21,986.3 83.34 -20,436.3Ketimun 24.80 2,083.9 6.67 -26.18 14.6 0.06 2,069.3Kol/Kubis -24.36 2,325.9 7.45 -9.85 433.8 1.64 1,892.1Terung -75.76 0 0 20.33 0.6 0 -0.6Tomat 17.44 6,397.1 20.48 -33.24 11.0 0.04 6,386.1Wortel 26.13 15,717.9 50.32 10.62 0 0 15,717.9

Total 31,236.3 100 26,380.3 100 4,856.0Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.2.2 dan Lampiran 4.2.3.

Page 73: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

60  

Komoditas ekspor buah-buahan yang menonjol adalah manggis yang

mempunyai pangsa nilai ekspor hampir 85% sedangkan mangga menempati

urutan kedua dengan pangsa nilai hampir 8%. Sementara komoditas impor

utama adalah durian yang mempunyai pangsa nilai impor hampir 80%, dan

urutan kedua ditempati jeruk dengan pangsa nilai 13%.

Untuk sayuran, komoditas ekspor wortel yang pada tahun 2014

diproyeksikan akan merupakan komoditas yang menonjol dengan pangsa nilai

ekspor lebih dari 50%, sedangkan tomat menempati urutan kedua dengan

pangsa nilai lebih dari 20%. Komoditas lainnya yang patut diperhitungkan

adalah bawang merah, kubis/kol dan ketimun dengan pangsa nilai masing-

masing-masing 7.6%, 7.5% dan 6.7%. Sementara komoditas sayuran impor

utama adalah kentang dengan pangsa nilai impor lebih dari 83%, dan urutan

kedua ditempati bawang putih dengan pangsa nilai hampir 7%.

Dilihat dari neraca perdagangan (nilai ekspor dikurangi nilai impor),

komoditas yang mendatangkan surplus terbesar adalah manggis untuk buah-

buahan dan wortel untuk sayuran. Sementara komoditas yang mempunyai

sumbangan deficit terbesar adalah durian untuk buah-buahan dan kentang

untuk sayuran. Posisi surplus/deficit perdagangan komoditas-komoditas lainnya,

baik buah-buahan maupun sayuran ditunjukkan pada Tabel 4.2.2 tersebut di

atas.

Komoditas tanaman obat dan tanaman hias juga diekspor dan/atau

diimpor oleh Indonesia. Namun dari sekian banyak jenis tanaman obat dan

tanaman hias hanya beberapa jenis saja yang ada datanya, yaitu jahe, kunyit

dan temulawak untuk tanaman obat serta krisan, mawar dan anggrek untuk

tanaman hias. Temu lawak pada tahun 2014 sudah tidak diekspor lagi.

Pada tahun 2014, total nilai ekspor dan impor tanaman obat

diproyeksikan masing-masing adalah sekitar US$ 2.9 juta dan US$ 4.1 juta,

yang berarti deficit US$ 1.2 juta (Tabel 4.2.3). Sementara total nilai ekspor dan

impor tanaman hias masing-masing adalah sekitar US$ 6.0 juta dan US$ 0.4

juta, yang berarti surplus sekitar US$ 5.6 juta. Total nilai perdagangan tanaman

obat dan tanaman hias diproyeksikan akan mengalami surplus US$ 4.4 juta

Page 74: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

61  

pada tahun 2014. DI antara enam komoditas tanaman obat dan tanaman hias

tersebut, hanya jahe yang mengalami defisit perdagangan, sedangkan lima

komoditas lainnya mengalami surplus.

Tabel 4.2.3. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2014.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2014

(US$'000)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa (%)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa (%)

T. Obat: Jahe 6.68 1,694 58.64 21.70 3,993 96.75 -2,299Kunyit 8.69 1,195 41.36 19.48 134.3 3.25 1,061Temulawak 0 0 0 0 0 0 0

Total 2,889 100 4,127 100 -1,238T. Hias:

Krisan 17.81 2,693 44.86 33.93 146 39.27 2,547Mawar 24.94 2,286 38.09 13.97 225 60.63 2,061Anggrek 3.68 1,024 17.06 -15.26 0.4 0.10 1,024

Total 6,003 100 371 100 5,632Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.2.4 dan Lampiran 4.2.5. 4.2.3. Komoditas Perkebunan

Total nilai ekspor dan impor komoditas perkebunan pada tahun 2014

diproyeksikan akan mencapai masing-masing sekitar US$ 49.8 juta dan US$ 2.4

juta, yang berarti mengalami surplus yang cukup besar yaitu sekitar Rp 47.4

juta (Tabel 4.2.4). Komoditas ekspor yang memberikan sumbangan devisa

terbesar adalah kelapa sawit dengan pangsa nilai lebih dari 67%, sementara

urutan kedua adalah karet dengan pangsa hampir 21%. Kakao dan kopi

masing-masing mempunyai pangsa sekitar 5.6% dan 2.1%.

Untuk impor, komoditas utama adalah gula dengan pangsa nilai impor

hampir 52% pada tahun 2014. Komoditas lainnya yang menempati urutan

kedua dan ketiga masing-masing adalah tembakau dan kakao dengan pangsa

nilai impor masing-masing 25.7% dan 10.4%.

Page 75: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

62  

Di antara 10 komoditas perkebunan yang dianalisis, hanya gula dan

tembakau yang mengalami deficit nilai perdagangan, utamanya gula yang

mencapai lebih dari US$ 1.1 juta. Sementara delapan komoditas lainnya adalah

pencipta devisa negara.

Tabel 4.2.4. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2014.

Komofitas

Ekspor Impor Neraca 2014

(US$'000)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa (%)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa (%)

Kelapa Sawit 25.61 33,393 67.04 19.82 88.0 3.60 33,305Karet 11.43 10,302 20.68 21.43 92.8 3.80 10,209Kakao 16.57 2,793 5.61 13.47 254 10.38 2,539Kopi 9.19 1,035 2.08 25.66 83.5 3.42 951Kelapa 8.49 835 1.68 -44.82 0.2 0.01 835Tembakau 17.12 561 1.13 10.94 628 25.69 -66Lada 24.55 536 1.08 25.03 5.6 0.23 530Teh 6.79 212 0.43 14.95 29.3 1.20 183Tebu/gula 19.69 136 0.27 5.28 1,260 51.56 -1,124Cengkeh -19.97 5 0.01 21.23 2.6 0.11 2.1

Total 49,807 100 2,444 100 47,364Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.2.6.

4.2.4. Komoditas Peternakan

Komoditas peternakan yang diperdagangkan terdiri dari daging (sapi,

kambing/domba, babi, ayam), hati/jeroan, ternak hidup (sapi, kerbau, babi,

kambing), telur konsumsi dan produk susu. Pada tahun 2010 sudah tidak ada

lagi ekspor daging sapi, babi dan ayam, sehingga pada tahun 2014

diproyeksikan tetap tidak ada lagi ekspor jenis daging tersebut (Tabel 4.2.5).

Ekspor daging kambing/domba (kado) tahun 2014 diproyeksikan masih akan

ada yaitu US$ 349 ribu. Nilai impor daging sapi dan daging kado masih akan

meningkat, sedangkan nilai impor daging babi dan ayam menurun. Pada tahun

2014 diproyeksikan bahwa perdagangan semua jenis daging akan mengalami

deficit dengan jumlah defisit terbesar pada impor daging sapi.

Page 76: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

63  

Tabel 4.2.5. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2014.

Komoditas

Ekspor Impor Neraca 2014

(US$'000)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa(%)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$'000)

Pangsa (%)

1. Daging: Sapi 0 0 0 9.73 419,677 22.28 -419,677Kado 13.17 349 0.17 5.98 6,889 0.37 -6,540Babi 0 0 0 -10.60 39 0 -39Ayam 0 0 0 -12.53 759 0.04 -759

2. Hati/jeroan 9.93 33,059 16.24 0.66 108,573 5.76 -75,5143. Ternak:

Sapi 0 0 0 6.02 562,258 29.84 -562,258Kerbau 0 0 0 2.26 2,280 0.12 -2,280Babi -8.97 34,571 16.98 8.28 0 0 34,571Kambing -7.74 154 0.08 -4.88 8 0 146

4. Telur kons 15.44 289 0.14 -1.23 6,679 0.35 -6,3905. Produk susu 7.68 135,123 66.38 5.34 776,826 41.23 -641,703

Total 203,545 100 1,883,989 100 -

1,680,444Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.2.7.

Untuk perdagangan hati/jeroan, pada tahun 2014 diproyeksikan bahwa

nilai impor akan mencapai sekitar US$ 33.1 ribu, sedangkan nilai impornya jauh

lebih besar yaitu sekitar US$ 108.6 juta. Karena itu, perdagangan hati/jeroan

akan mengalami deficit dengan jumlah besar yaitu sekitar US$ 75.5 juta.

Untuk ternak hidup (ternak pedaging), Indonesia hanya melakukan

ekspor babi dan kambing, sedangkan ternak sapi dan kerbau tidak diekspor.

Pada tahun 2014, nilai ekspor ternak babi dan kambing akan mencapai masing-

masing sekitar US$ 34.6 juta dan US$ 145 ribu. Sementara itu, impor ternak

hidup hanya untuk sapi, kerbau dan kambing potong dengan ternak sapi

sebagai komponen impor utama yang nilainya pada tahun 2014 diproyeksikan

akan mencapai sekitar US$ 562.3 juta sehingga jumlah deficit perdagangan

akan sebesar itu juga karena tidak ada ekspor. Defisit perdagangan akan

dialami juga oleh ternak kerbau, sementara surplus perdagangan akan terjadi

pada ternak babi dan kambing.

Page 77: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

64  

Telur konsumsi dan produk diekspor dan diimpor oleh Indonesia. Pada

tahun 2014, nilai ekspor dan impor telur konsumsi mencapai masing-masing

US$ 289 ribu dan US$ 6.7 juta, sehingga akan terjadi deficit sekitar US$ 6.3

juta. Sementara untuk produk susu, pada tahun yang sama nilai ekspor dan

impornya akan mencapai masing-masing sekitar US$ 135.1 juta dan US$ 776.8

juta sehingga akan terjadi deficit sekitar US$ 641.7 juta.

Total nilai ekspor dan impor seluruh komoditas peternakan pada tahun

2014 diproyeksikan akan mencapai masing-masing sekitar US$ 203.5 juta dan

US$ 1.88 milyar, sehingga akan terjadi deficit perdagangan sangat besar yaitu

sekitar US$ 1.68 milyar. Penyumbang nilai ekspor terbesar adalah produk susu

yaitu 66.38%, sementara penyumbang nilai impor utama adalah juga produk

susu, disamping ternak sapi bakalan dan daging sapi, yaitu masing-masing

41.23%, 29.84% dan 22.28%. Dengan demikian, maka ketiga komoditas

tersebut juga merupakan penyumbang utama deficit perdagangan komoditas

peternakan. Hanya perdagangan ternak babi dan kambing yang mengalami

surplus, namun jumlahnya jauh lebih kecil dibanding nilai deficit pada

perdagangan jenis-jenis komoditas lainnya.

4.3. Produk Domestik Bruto Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sector pertanian

selama 2010-2014 diproyeksikan akan mencapai rata-rata 3.68% per tahun

(Tabel 4.3.1). Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibanding pada kurung waktu

sebelumnya yang mencapai sekitar 3.77% per tahun. Laju pertumbuhan yang

menurun disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi, ekspor dan impor yang

diproyeksikan akan melambat karena lahan makin terbatas, sementara

pertumbuhan produktivitas pada umumnya masih lambat. Subektor Tanaman

Bahan Makanan diproyeksikan akan tumbuh paling cepat (3.95%/tahun),

sementara subsector peternakan paling lambat (3.18%/tahun).

Pada tahun 2014, total PDB sector pertanian diproyeksikan akan

mencapai sekitar Rp 273.5 trilyun. Subsektor Tanaman Bahan Makanan akan

Page 78: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

65  

tetap memberikan kontribusi terbesar, yaitu sekitar 64.8%, sementara

subsector perkebunan dan peternakan masing-masing memberikan kontribusi

sebesar 19.4% dan 15.8%.

Tabel 4.3.1. Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2014.

Subsektor Laju

2010-14 (%/th)

PDB 2014

(Rp’ m)

Pangsa (%)

Tanaman Bahan Makanan 3.95 177,176 64.79 Perkebunan 3.22 53,065 19.40 Peternakan 3.18 43,220 15.80

Total 3.68 273,460 100.00 Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.3.1.

4.4. Investasi Pertanian

Dilihat dari asal modal, investasi pertanian di Indonesia terdiri dari

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

PMA dalam jangka menengah diproyeksikan meningkat tiga subsektor, yaitu

subsector tanaman pangan, subsektor perkebunan dan subsector peternakan

dengan laju masing-masing 10.30%, 21.80% dan 6.50% per tahun, sementara

untuk subsector hortikultura tidak ada investasi PMA (Tabel 4.4.1). Dalam

jangka menengah, moratorium lahan tidak menunjukkan pengaruh pada laju

peningkatan investasi pada subsektor perkebunan. Total investasi PMA akan

naik 21.55% per tahun sehingga pada tahun 2014 akan mencapai sekitar US$

1.8 milyar.

Untuk PMDN, nilai investasinya pada tahun 2014 diproyeksikan akan

meningkat untuk subsector perkebunan yaitu 60.15% per tahun, tetapi untuk

dua subsektor lainnya menurun, yaitu 16.76% dan 1.85% per tahun maisng-

masing untuk subsector tanaman dan subsector peternakan, dan bahkan nilai

investasi di subsektor hortikultura tidak ada lagi (Tabel 4.4.2). Hal ini

menunjukkan bahwa susbsektor perkebunan lebih diminati para investor,

terutama untuk tanaman penghasil minyak (oleaginous). Total investasi PMDN

akan meningkat 5.90% per tahun karena sumbangan yang besar pada investasi

Page 79: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

66  

perkebunan. Pada tahun 2014, total investasi PMDN diproyeksikan akan

menjadi sekitar Rp 95.8 triliun, yang 99.7% untuk subsector perkebunan.

Investasi pada subsector hortikultura akan lebih banyak dilakukan oleh petani,

namun datanya tidak terdokumentasikan.

Tabel 4.4.1. Proyeksi Nilai PMA dan PMDN di Sektor Pertanian, 2014.

Subsektor

PMA PMDN Laju

2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(US$ jt)

Pangsa (%)

Laju 2010-14 (%/th)

Nilai 2014

(Rp m)

Pangsa (%)

T. Pangan 10.30 21.9 1.22 -16.76 141.6 0.15Hortikultura 0 0 0 0 0 0 Perkebunan 21.80 1,761.5 98.44 60.15 95,540.4 99.68Peternakan 6.50 6.1 0.34 -1.85 161.8 0.17

Total 21.55 1,790 100.00 5.90 95,844 100.00Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2011-2014 diperlihatkan pada Lampiran 4.4.1.

Page 80: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

67  

V. OUTLOOK JANGKA PANJANG: 2025

5.1. Produksi

5.1.1. Tanaman pangan

Dengan mempertimbangkan keberlanjutan kegiatan yang dilakukan

pemerintah dalam rangka pencapaian program swasembada pangan dan

swasembada pangan berkelanjutan, proyeksi luas areal, produktivitas dan produksi

komoditas pangan utama pada periode jangka panjang ditampilkan pada Table

5.1.1. Dalam jangka panjang, luas panen komoditas pangan utama yaitu padi,

jagung dan kedelai, diperkirakan akan tetap meningkat dengan laju peningkatan

terbesar pada komoditas jagung (4,74%/tahun), padi meningkat dengan laju lebih

lambat (1,82%/tahun), sementara laju pertumbuhan luas panen kedelai meningkat

paling lambat (0,78%/tahun). Perkiraan peningkatan luas panen jagung yang cukup

tinggi karena minat petani menanam jagung makin besar yang didorong oleh

tingginya permintaan jagung yang meningkat terus karena berkembangnya industri

pakan ternak. Sementara laju luas areal padi jangka panjang diperkirakan akan

dicapai melalui rencana pembangunan food estate di Merauke, pencetakan sawah

baru dan optimalisasi pemanfaatan lahan sub-optimal. Sedangkan untuk kedelai,

selama harga kedele lokal belum bisa bersaing dengan kedelai impor, maka minat

petani menanam komoditas ini akan tetap rendah. Dalam hal ini pemerintah perlu

membuat kebijakan impor yang kondusif bagi pengembangan usahatani dan industri

kedelai lokal. Untuk komoditas pangan lainnya (kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar

dan ubi kayu), jika tidak ada intervensi melalui program khusus peningkatan luas

areal untuk komoditas tersebut, maka laju pertumbuhan luas panen akan sedikit

menurun sebagai akibat dari peningkatan luas areal jagung karena prospek dan

insentif yang cukup tinggi untuk penanaman jagung hibrida.

Produktivitas komoditas pangan utama dalam jangka panjang diperkirakan

mengalami peningkatan secara lamban, yaitu padi meningkat dengan laju

pertumbuhan sebesar 0,56%/tahun, jagung 1,55%/tahun dan kedelai 1,29%/tahun.

Hal ini disebabkan saat ini upaya peningkatan produktivitas telah dipacu agar dapat

tercapai peningkatan produksi sesuai dengan target swasembada. Komoditas

Page 81: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

68  

pangan lainnya juga mengalami peningkatan produktivitas secara lamban. Pada

tahun 2025, tingkat produktivitas diperkirakan akan sebesar 5.40 ton/ha GKG untuk

padi, 6.09 ton/ha untuk jagung dan 1.67 ton/ha untuk kedelai.

Tabel 5.1.1. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan Utama, 2025.

Komoditas

Luas Areal Panen Produktivitas Produksi Laju

2014-25 (%/th)

Luas 2025

(000’ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Provitas 2025 (t/ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Produksi 2025

(000 t) Padi 1,13 15.943 0,56 5.40 1,69 86.100 Jagung 2,33 6.326 1,55 6.09 3,89 35.502 Kedele 1,84 919 1,29 1.67 3,14 1.537 K.Hijau -1,95 304 1,39 1.55 2,35 471 K.Tanah -0,77 557 2,24 1.59 1,66 885 U.Jalar -0,28 173 1,48 14.19 1,75 2.449 U.Kayu -0,52 1.084 3,56 34.74 3,20 37.640 Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.1.1 s/d Lampiran 5.1.3.

Dibandingkan dengan produktivitas komoditas di tingkat dunia, dewasa ini

produktivitas beberapa komoditas pangan di Indonesia yaitu padi, jagung, ubikayu,

dan ubijalar, sudah berada diatas rata-rata produktivitas dunia (FAOStat, 2012).

Karena kapasitas genetis untuk meningkatkan produksi ada batas maksimumnya,

maka tanpa ada terobosan perbaikan sifat-sifat genetis tanaman, maka peluang

untuk meningkatkan produktivitas yang saat ini sudah berada di atas rata-rata

produktivitas dunia, peluang untuk memacu peningkatan produktivitas secara

substansial akan relatif kecil. Sedangkan untuk kacang tanah dan kedelai masih di

bawah rata-rata produktivitas dunia sehingga dengan peningkatan teknologi maka

peluang peningkatan produktivitas masih cukup tinggi.

Dengan mengacu pada pertumbuhan luas areal dan produktivitas, selama

periode 2014-2025, produksi komoditas pangan utama diperkirakan akan

meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 1,69%/tahun untuk padi,

3,89%/tahun untuk jagung, dan 3,14%/tahun untuk kedelai. Sedangkan untuk

komoditas pangan lainnya, produksi ubikayu diperkirakan akan memiliki laju

pertumbuhan yang paling besar dibandingkan komoditas lainnya yaitu sebesar

3,2%/tahun.

Page 82: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

69  

Tingkat produksi padi pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai sekitar

86,1 juta ton GKG, jagung 35,5 juta ton, dan kedelai 1,54 juta ton. Untuk

komoditas pangan lainnya, produksi kacang hijau dan kacang tanah masih relatif

rendah dibandingkan komoditas lainnya, yaitu hanya sekitar 0,47 juta ton untuk

kacang hijau dan sekitar 0,89 juta ton untuk kacang tanah.

5.1.2. Tanaman Hortikultura

Pertumbuhan hortikultura ke depan dinilai mempunyai prospek yang sangat

baik. Optimisme tersebut didasarkan pada adanya potensi yang belum

didayagunakan secara optimal, baik sumberdaya alam, genetik maupun potensi

pasar. Potensi pengembangan hortikultura sangat besar mencakup keanekaragaman

varietas dan kondisi tanah agroklimat sangat kondusif bagi kegiatan produksi

berbagai jenis buah-buahan, sayuran, tanaman biofarmaka dan tanaman hias.

Sementara itu, membaiknya kondisi perekonomian di dalam negeri dan internasional

akan menumbuhkan permintaan terhadap produk hortikultura yang beragam.

Kualitas hidup penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan meningkat

dibandingkan tahun 2010. Hal ini diikuti dengan perubahan gaya hidup dan pola

konsumsi. Preferensi konsumsi penduduk akan mengarah kepada pola makan sehat

dengan mengurangi konsumsi karbohidrat dan memperbanyak konsumsi produk

hortikultura untuk pemenuhan serat, vitamin, mineral dan penyegar stamina tubuh.

Selain itu, perubahan gaya hidup juga akan terjadi, yang diindikasikan oleh

peningkatan kebutuhan tanaman hias, khususnya untuk keindahan lingkungan

sekitar. Peningkatan permintaan tersebut mendorong berkembangnya kegiatan

produksi yang diikuti dengan tumbuhnya sektor pendukung di tingkat hulu dan hilir.

Potensi komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,

sehingga usaha hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat petani

dan pelaku usaha lainnya, baik skala mikro, kecil, menengah maupun besar. Usaha

hortikultura mempunyai keunggulan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi,

jenisnya sangat beragam, ketersedian sumber daya (alam, buatan dan manusia) dan

teknologi pendukung, serta potensi permintaan pasar di dalam negeri dan di luar

negeri yang terus meningkat.

Page 83: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

70  

Pada tahun 2025 diprediksi agribisnis hortikultura telah berada pada tahap

maju, sehingga subsektor hortikultura telah mempunyai peran dalam ekonomi

nasional, baik dalam pendapatan nasional (PDB), lapangan kerja dan pendapatan

masyarakat maupun devisa. Permintaan domestik akan produk hortikultura akan

meningkat cukup besar didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut: (1)

Peningkatan jumlah penduduk tahun 2025 akan bertambah menjadi 285 juta jiwa;

dan (2) Peningkatan konsumsi produk hortikultura akan meningkat tajam sejalan

dengan kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2025 yang berada pada level

ekonomi sedang-menengah dengan pendapatan masyarakat Indonesia rata-rata US$

13 ribu per kapita.

Proyeksi membaiknya kondisi perekonomian nasional pada tahun 2025 akan

berdampak positif terhadap pembangunan subsektor hortikultura di dalam negeri.

Perbaikan kondisi ekonomi pada tahun 2025 yang dipicu oleh perubahan mendasar

kebijakan akan berdampak positif terhadap perbaikan iklim usaha hortikultura.

Investasi hortikultura diperkirakan akan berkembang di semua lini di dalam sistem

agribisnis.

Di sisi lain permintaan pasar internasional juga akan meningkat sejalan

dengan membaiknya kondisi ekonomi di berbagai negara. Hal ini berdampak

terhadap peningkatan peluang ekspor yang potensial sebagai penerimaan devisa

negara. Akumulasi permintaan pasar domestik dan internasional perlu diantisipasi

dengan peningkatan kegiatan di sektor produksi. Sejalan dengan hal tersebut,

sektor-sektor pendukung juga akan tumbuh mengikuti intensitas kegiatan sektor

produksi. Pada akhirnya terbangun jaringan kerja ekonomi yang bersifat lintas

sektoral yang secara agregat berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian

nasional.

Berdasar perkiraan optimis terhadap dinamika nasional dan global produksi

hortikultura tahun 2025 akan meningkat menjadi 39,5 juta ton atau peningkatan

sebesar 227 persen dibandingtan tahun 2000 akan meningkat rata rata 3,18

persen/tahun. Pertumbuhan tertinggi diproyeksikan akan terjadi pada tanaman hias

dengan laju 7,19 persen/tahun dan tanaman obat sebesar 6,38 persen/tahun.

Sementara produksi buah meningkat sebesar 3,59 persen/tahun dan sayuran

sebesar 2,27 persen/tahun (Tabel 5.1.2).

Page 84: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

71  

Tabel 5.1.2. Proyeksi Luas Panen, Poduktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2025.

Kelompok Komoditas

Luas Panen Produktivitas Produksi Laju

2014-25 (%/th)

Luas 2025

(000 ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Provitas 2025 (t/ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Prod 2025

(000 t) Buah-buahan 1.47 1,046.4 -0.48 22,75 0.99 23,803 Sayuran 1.86 1,456.4 0.07 9,72 1.94 14,162 Tanaman Obat 3.50 41.9 0.50 22,50 3.99 943 Tanaman Hias 12.77 9.5 -8.54 67,21 4.23 640

Total 1.75 2,554.3 -0.32 15,48 1.43 39,549 Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.1.4 s/d Lampiran 5.1.6.

Pada tahun 2025, produksi buah diproyeksikan mencapai 23.8 juta ton,

sayuran 14.16 juta ton, tanaman obat 0.94 juta ton dan tanaman hias 0.64 juta ton.

Kenaikan produksi hortikultura terjadi karena peningkatan luas areal panen dan

peningkatan produktivitas. Secara keseluruhan luas panen hortikultura tahun 2014-

2025 akan meningkat dengan laju sebesar 1.75%/tahun. Pertumbuhan luas panen

lebih cepat terjadi pada tanaman hias sebesar 12.77%/tahun, disusul tanaman obat

3.50%/tahun, sayuran 1.86%/tahun dan buah-buahan 1.47%/tahun. Pada tahun

2025 luas tanaman buah-buahan diproyeksikan seluas 23,8 juta ha; sayuran 14.16

juta ha; tanaman obat 0.94 juta ha dan tanaman hias sebesar 0.64 juta ha.

Proyeksi luas areal panen, produktivitas dan produksi buah-buahan, sayuran,

tanaman obat dan tanaman hias utama menurut jenis tanaman pada tahun 2025

adalah sebagai berikut.

Buah-buahan dan Sayuran:

Proyeksi luas areal panen, produktivitas dan produksi buah-buahan dan

sayuran utama menurut jenis tanaman diperlihatkan pada Tabel 5.1.3. Untuk

komoditas buah-buahan, luas areal, produktivitas dan produksi semua jenis buah-

buahan diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2025 walaupun dengan laju yang

melambat dibanding pada kurun waktu sebelumnya (2010-2014), sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 5.1.3. Pada tahun 2025, komoditas buah-buahan yang

mempunyai luas areal terbesar adalah tetap mangga, yaitu 196.2 ribu ha. Dengan

produktivitas sekitar 14.9 ton/ha, produksinya akan mencapai 3.5 juta ton. Di

Page 85: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

72  

antara komoditas utama buah-buahan, pisang menghasilkan produksi terbesar yaitu

sekitar 10.2 juta ton, sedangkan produksi terkecil dihasilkan oleh manggis yaitu 0.2

juta ton.

Tabel 5.1.3. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2025.

Komoditas

Luas Areal Panen Produktivitas Produksi Laju

2014-25 (%/th)

Luas 2025

(000 ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Provitas 2025 (t/ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Produksi 2025

(000 t) Buah-buahan:

Alpukat 3.25 35.1 0.46 11.78 1.71 299 Durian 4.81 101.2 1.82 14.39 3.94 938 Jambu Biji 1.93 13.7 1.04 24.44 3.03 337 Jeruk 2.55 86.9 1.03 42.40 1.29 2,519 Mangga 2.42 196.2 2.39 14.91 5.97 3,464 Nenas 1.94 16.8 5.12 264.40 5.16 3,227 Pepaya 0.96 11.0 1.47 94.72 3.97 1,335 Pisang 2.85 163.1 0.59 63.03 3.38 10,155 Rambutan 4.61 168.7 1.30 8.18 6.23 1,423 Manggis 4.07 20.0 2.13 11.85 6.14 229

Sayuran: Bawang Merah 0.53 119.6 1.85 12.51 2.14 1,496Bawang Putih -8.80 0.5 -7.62 2.80 -14.14 1.4Cabe 2.48 358.1 0.54 5.95 2.84 2,130Kacang Panjang 2.83 137.3 -3.57 3.87 0.51 532Kentang 0.23 69.1 0.90 17.21 0.68 1,189Ketimun 0.32 60.1 4.50 14.58 2.85 876Kol/Kubis 0.75 76.3 -0.13 20.63 0.77 1,574Terung 1.14 63.2 2.33 13.81 3.27 873Tomat 1.90 84.1 -0.16 15.43 2.27 1,298Wortel 1.21 33.2 2.04 19.04 2.64 632

Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.1.7 s/d Lampiran 5.1.9

untuk buah-buahan dan Lampiran 5.1.10 s/d Lampiran 5.1.12 untuk sayuran.

Untuk komoditas sayuran, luas areal, produktivitas dan produksinya juga

diproyeksikan akan meningkat, kecuali bawang putih (Tabel 5.1.3). Menurunnya

prestasi bawang putih disebabkan harga produksi lokal komoditas ini tetap tidak

dapat bersaing dengan komoditas sejenis yang diimpor dari China. Pada tahun 2025,

komoditas sayuran yang diproyeksiksan akan mempunyai luas areal terbesar adalah

cabai yaitu 358.1 ribu ha. Dengan produktivitas 5.95 ton/ha, produksi cabai

diproyeksikan akan mencapai 2.13 juta ton pada tahun 2025. Di antara komoditas

Page 86: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

73  

utama sayuran, cabai menghasilkan produksi terbesar, kemudian diikuti oleh kubis

1.6 juta ton, bawang merah 1.5 juta ton, dan kentang 1.2 juta ton, sedangkan

produksi terkecil dihasilkan oleh bawang putih yaitu hanya 1.4 ribu ton. Jika tidak

dilakukan upaya peningkatan produksi bawang putih, maka luas areal dan produksi

komoditas sayuran ini akan terus menurun sehingga tingkat ketergantungan

terhadap bawang putih impor akan makin tinggi.

Tanaman Obat dan Tanaman Hias:

Untuk tanaman obat, luas areal dan produksi tanaman ini juga diproyeksikan

akan meningkat pada tahun 2025 (Tabel 5.1.4). Hal ini terjadi karena ada tarikan

dari permintaan ekspor dan konsumsi domestik yang cenderung meningkat.

Tanaman jahe mempunyai areal yang terluas di antara tanaman obat, yaitu sekitar

7.1 ribu ha, kemudian diikuti berturut-turut oleh kunyit 6.4 ribu ha, lengkuas 3.4 ribu

ha, kencur 3.1 ribu ha dan temulawak 2.4 ribu ha. Sementara tanaman obat dengan

luas terkecil adalah temukunci yaitu 438 ha.

Produktivitas tanaman obat diproyeksikan akan meningkat pada periode

2011-2025, kecuali jahe. Pada tahun 2025, produktivitas jahe diproyeksikan akan

menjadi hanya 12.6 ton/ha, lebih rendah dibanding pada tahun 2014. Hal ini terjadi

karena banyaknya hama dan penyakit pada pertanaman jahe dan di pasar ekspor

terus terjadi persaingan yang ketat dengan komoditas sejenis dari negara-negara

eksportir lainnya. Sementara itu, produktivitas kapulaga diproyeksikan akan

mencapai 393.3 t/ha, dan untuk jenis-jenis tanaman obat lainnya hanya berkisar

12.6-37.3 t/ha. Proyeksi produksi kapulaga pada tahun akan mencapai 244.0 ribu

ton (terbesar), kemudian diikuti oleh kunyit 226.9 ribu ton, dan jahe 109.8 ribu ton,

lengkuas 84.7 ribu ton dan temulawak 76.8 ribu ton. Sementara produksi tanaman

obat lainnya masih kecil.

Untuk tanaman hias, areal panen melati, mawar, gladiol dan palem

diproyeksikan akan menurun pada tahun 2025 (Tabel 5.1.4). Hal ini terjadi diduga

karena teknologi budidaya yang masih tetap belum berkembang. Namun demikian,

produksi dan produktivitas semua tanaman hias utama diproyeksikan akan

meningkat. Tanaman hias yang diproyeksikan mempunyai areal panen terluas

adalah krisan yaitu 1.7 ribu ha, diikuti oleh mawar 276 ha, dan anggrek 195.8 ha.

Page 87: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

74  

Sejalan dengan areal panennya yang terluas di antara jenis-jenis tanaman hias,

produksi krisan mencapai 634.t juta tangkai pada tahun 2025, namun

produktivitasnya diproyeksikan hanya 438 ribu tangkai/ha. Produktivitas bunga

sedap malam adalah yang terbesar di antara jenis-jenis tanaman hias yaitu 4.4 juta

tangkai/ha, diikuti oleh gladiol 1.02 ribu tangkai/ha, anthurium 1.02 ribu tangkai/ha

dan anyelir 636 ribu tangkai/ha.

Tabel 5.1.4. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2025.

Komoditas

Luas Areal Panen Produktivitas Produksi Laju

2014-25 (%/th)

Luas 2025 (ha)

Laju 2014-25(%/th)

Provitas2025 (t/ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Prod 2025

(000 t) Tanaman Obat:

Jahe 0.97 7,115 -2.37 12.6 0.11 109.8Kunyit 2.00 6,359 2.50 35.7 4.57 226.9Kencur 2.83 3,073 3.93 29.5 1.17 36.0Lengkuas 2.95 3,359 1.58 37.3 2.18 84.7Temulawak 3.30 2,367 3.23 33.2 6.53 76.8Kapulaga 3.25 925 12.82 393.3 13.77 244.0Temuireng 2.18 540 3.44 33.5 2.39 10.6Lempuyang 2.31 603 1.39 26.2 1.31 10.6Temukunci 2.84 438 4.92 35.6 10.14 21.8Sambiloto 9.73 785 0.16 23.7 15.59 42.7

Tanaman Hias: Melati -8.17 26.7 4.49 444 0.81 24,733Krisan 2.75 1,675.7 5.31 438 7.65 634,660Mawar -2.10 276.0 3.80 401 1.35 103,194Sedap malam 0.85 73.3 9.67 4,435 3.33 102,695Gladiol -15.86 2.7 8.88 1,021 4.64 21,511Anggrek 1.82 195.8 4.07 197 7.39 46,237Palem -3.10 29.4 2.48 34 2.23 1,589Anthurium 0.47 27.6 7.51 1,019 8.15 28,317Heliconia 1.97 38.4 9.34 496 11.48 18,104Anyelir 1.83 34.3 4.33 636 7.96 27,338

Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.1.13 s/d Lampiran

5.1.15 untuk tanaman obat dan Lampiran 5.1.16 s/d Lampiran 5.1.18 untuk tanaman hias.

Produksi krisan diproyeksikan akan mencapai 634.7 juta tangkai pada tahun

2025, yang tertinggi di antara jenis-jenis tanaman hias. Selain krisan, tanaman hias

lain yang produksinya tinggi adalah mawar yaitu 103.2 juta tangkai, sedap malam

Page 88: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

75  

102.7 juta tangkai, dan anggrek 46.2 juta tangkai. Peningkatan produksi tanaman

hias antara lain dipacu oleh permintaan ekspor yang meningkat. Seperti halnya

tanaman obat, tanaman hias Indonesia cukup prospektif di pasar internasional.

5.1.3. Tanaman Perkebunan

Semua komoditas perkebunan utama diproyeksikan masih akan mengalami

pertumbuhan luas areal dan produksi selama 2014-2025 dengan laju pertumbuhan

luas areal sekitar 0.13-6.41% dan laju pertumbuhan produksi sekitar 0.31-7.96%

per tahun (Tabel 5.1.5). Kelapa sawit dan kakao masih akan mengalami

pertumbuhan luas areal yang cepat (di atas 6%/tahun), lambat untuk tembakau,

cengkeh dan tebu (1-2.27%/tahun) dan sangat lambat untuk kelapa, karet, dan lada

(0.13-0.87%/tahun).

Tabel 5.1.5. Proyeksi Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2025.

Komoditas

Luas Areal Produksi Laju

2014-25 (%/th)

Luas 2025

(000’ ha)

Laju 2014-25 (%/th)

Prod 2025

(000’ t)

Kelapa Sawit 6.41 20,824 7.96 76,627 Kelapa 0.13 3,886 1.00 3,798 Karet 0.87 3,931 1.07 3,048 Kakao 6.14 4,087 2.03 1,147 Kopi 0.14 1,296 0.82 775 Cengkeh 1.03 549.2 4.07 203.2 Tebu/Gula 2.27 610.9 3.92 4,836 Tembakau 1.00 225.9 0.91 140.5 Lada 0.16 190.8 1.57 106.8 Teh 0.69 138.6 0.31 157.8 Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.1.19 dan

Lampiran 5.1.20.

Pertumbuhan areal yang cepat pada kelapa sawit dan kakao didorong oleh

prospek ekonomi yang masih sangat baik kedua komoditas tersebut di pasar dunia.

Hasil kelapa sawit berupa CPO diperlukan tidak hanya untuk minyak goreng dan

bahan kosmetika, tetapi juga untuk biodiesel sebagai bakan bakar minyak nabati

yang dapat diperbaharui (renewable) sebagai produk substitusi sebagian bahan

bakar minyak asal fosil yang harganya meningkat, dimana permintaan semua produk

Page 89: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

76  

tersebut terus meningkat. Demikian pula, biji kakao Indonesia diperlukan oleh

negara-negara maju sebagai bahan pencampur (blending material) karena

mempunyai aroma yang khas.

Sementara itu, pertumbuhan luas areal tebu yang lambat diakibatkan oleh

persaingan dengan tanaman padi pada lahan sawah, utamanya di Jawa, yang terjadi

pada tebu rakyat. Karena itu, pertumbuhan areal panen tebu sebesar 2.27%/tahun

sebenarnya sudah cukup bagus. Untuk cengkeh, pertumbuhan areal yang lambat

diduga disebabkan terutama oleh laju permintaan terhadap hasil cengkeh yang

melambat oleh pabrik rokok kretek.

Laju pertumbuhan luas areal yang sangat lambat pada tanaman kelapa

disebabkan oleh menurunnya peranan kelapa/kopra sebagai bahan baku minyak

goreng sebagai akibat dari berkembangnya pasokan minyak goreng asal tanaman

lain, utamanya minyak sawit. Disamping itu, program pemerintah yang terkait

dengan pengembangan tanaman kelapa juga kurang. Untuk tanaman karet,

walaupun harga dunia produk karet alam di pasar dunia masih akan cukup tinggi,

total pendapatan petani dan perusahaan besar perkebunan (PTPN dan swasta) yang

berasal dari kebun karet masih lebih rendah dibanding yang berasal dari kelapa

sawit. Hal ini menyebabkan terjadinya konversi sebagian kebun karet menjadi kebun

kelapa sawit. Untuk tanaman lada, lambatnya pertumbuhan luas areal terutama

karena pertumbuhan permintaan lada di pasar dunia yang tetap lambat.

Pertumbuhan luas areal yang sangat lambat pada tanaman kopi, terutama

disebabkan oleh persaingan yang tajam antara kopi Indonesia yang sebagian besar

jenis robusta dengan kopi asal negara-negara lain yang mayoritas jenis arabika yang

kualitasnya lebih baik, terutama kopi asal Brazil dan Vietnam. Sementara

pertumbuhan luas areal yang sangat lambat pada tanaman tembakau disebabkan

oleh kurangnya dukungan pemerintah untuk perluasan areal dan melemahnya

permintaan akan produk-produk berbahan baku tembakau, utamanya rokok.

Pertumbuhan luas areal yang sangat lambat pada teh disebabkan oleh persaingan

dengan produk-produk minuman ringan (soft drink) dan air mineral di pasar

domestik dan persaingan yang makin tajam dengan produk-produk teh asal negara-

negara lain di pasar dunia.

Page 90: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

77  

Luas areal dan produksi komoditas perkebunan pada tahun 2025

diproyeksikan seperti pada Tabel 5.1.5 di atas. Luas areal akan mencapai 138.6 ribu

ha sampai dengan 20.8 juta ha, sementara produksi akan mencapai 106.8 ribu ton

sampai dengan 76.6 juta ton. 3.292 ribu ton. Lima komoditas akan tetap

mendominasi luas areal, yaitu kelapa sawit (20.8 juta ha), kakao (4.1 juta ha), karet

(3.93 juta ha), kelapa (3.89 juta ha) dan kopi (1.3 juta ha).

5.1.4. Peternakan

Proyeksi produksi peternakan pada tahun 2025 diperlihatkan pada Tabel

5.1.6. Pada tahun 2025, total produksi semua jenis daging diproyeksikan akan

mencapai sekitar 5.06 juta ton. Penyumbang terbesar adalah daging unggas

(64.8%), utamanya ayam (64%), sementara ternak besar menempati urutan kedua

(25.4%) utamanya sapi (12.8%) dan ternak kecil menempati urutan paling akhir

(9.8%. Dengan demikian, maka daging unggas/ayam yang disebut juga sebagai

white meat (kandungan kolesterol rendah) masih akan tetap dominan sebagai

sumber daging asal ternak. Di antara berbagai jenis daging tersebut, ada dua jenis

daging yang produksinya cenderung menurun yaitu daging ayam buras, domba dan

kerbau, sedangkan jenis daging lainnya mengalami pertumbuhan dari rendah yaitu

babi (1.69%/tahu) hingga tinggi yaitu ayam ras pedaging (6.26%/tahun), walaupun

sebenarnya melambat dibanding selama kurun waktu 2010-2014.

Produksi telur pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai sekitar 2.4 juta

ton, dimana ayam ras petelur akan tetap dominan sebagai sumber produksi telur

(71.2%). Sementara produksi susu sapi diproyeksikan akan mencapai 3.24 juta ton

pada tahun 2025. Produksi susu sapi masih akan meningkat cepat (8.5%/tahun)

karena harga susu yang makin menarik bagi peternak sapi perah disamping

bimbingan yang sangat baik oleh koperasi susu, sehingga makin banyak peternak

sapi perah yang memelihara sapi perah untuk memproduksi susu.

Page 91: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

78  

Tabel 5.1.6. Proyeksi Produksi Peternakan, 2025.

Jenis Produk Laju

2014-25 (%/th)

Produksi 2014

(000 t)

Pangsa (%)

Daging: 4.46 5,063.1 100 1. Ternak Unggas: 5.30 3,278.8 64.76

a. Ayam 5.34 3,238.4 63.96 Ayam Ras Pedaging 6.26 3,002.5 59.30 Ayam Ras Petelur 2.84 93.2 1.84 Ayam Buras -3.83 142.7 2.82

b. Itik 2.44 40.4 0.80 2. Ternak Kecil: 2.58 496.8 9.81

Kambing 5.49 175.8 3.47 Domba -0.12 58.0 1.15 Babi 1.69 263.0 5.19

3. Ternak Besar: 2.36 1,287.5 25.43 Sapi 2.61 645.8 12.75 Kerbau -1.93 27.6 0.54 Kuda -0.19 614.1 12.13

Telur: 3.65 2,383.6 100 Ayam Ras Petelur 3.79 1,696.1 71.16 Ayam Buras 4.64 335.8 14.09 Itik 2.21 351.7 14.75

Susu (segar) 8.50 3,237.4 Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.1.21.

5.2. Perdagangan Internasional

5.2.1. Komoditas Pangan

Dengan asumsi pemerintah akan mampu mencapai dan tetap

mempertahankan swsembada pangan yang menjadi target baik dalam jangka

menengah maupun jangka panjang, maka diharapkan ekspor akan semakin

meningkat dan sebaliknya impor akan semakin berkurang. Tabel 5.2.1 menyajikan

angka proyeksi nilai ekspor, impor dan neraca perdagnagan pada periode 2015-

2025. Selama periode jangka panjang 2015-2015, pertumbuhan ekspor padi

diperkirakan akan sekitar 1,8%/tahun, jagung 4,7%/tahun dan kedele 0,78 %/tahun

terutama dalam bentuk kedele olahan (yang terbesar dalam bentuk kecap).

Sedangkan untuk komoditas pangan lainnya, ubikayu memiliki laju pertumbuhan

ekspor 3,2%/tahun, lebih besar dibandingkan ubi jalar (1,3%/tahun) dan kacang

Page 92: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

79  

tanah (0,44%/tahun). Pertumbuhan ekspor ubikayu terbesar dalam bentuk tepung

tapioca. Diantara komoditas pangan tersebut, pada akhir periode jangka panjang,

yaitu tahun 2025, ubikayu memiliki kontribusi ekspor terbesar, yaitu sekitar 51%,

kemudian berturut-turut jagung (20,1%), kacang tanah (13,8%), kedele (7,6%) dan

ubi jalar (6,4%).

Tabel 5.2.1. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas

Pangan Utama, 2025.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2025

(US$’000)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$’000

Pangsa (%)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$’000)

Pangsa (%)

Padi 1.82 525 0.59 -1.41 6,862 1.35 -6,337Jagung 4.74 17,885 20.10 -0.35 161,152 31.65 -143,266Kedele 0.78 6,775 7.62 -0.51 183,530 36.05 -176,755K.Tanah 0.44 12,297 13.82 -0.21 110,115 21.63 -97,818U.Jalar 1.30 5,720 6.43 -0.23 29 0.01 5,691U.Kayu 3.15 45,760 51.44 -0.27 47,467 9.32 -1,707Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.2.1 s/d Lampiran 5.2.3.

Konsisten dengan rata laju pertumbuhan ekspor per tahun yang bertanda

positif, laju pertumbuhan impor selama periode yang sama akan bertanda negative,

yang berarti akan terjadi pengurangan impor dari waktu ke waktu. Impor padi

diperkirakan menurun dengan laju pertumbuhan -1,41%/tahun, jagung -

0,35%/tahun, kedele - 0,51 %/tahun. Demikian pula untuk impor komoditas

pangan lainnya (impor kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu) juga memiliki laju

pertumbuhan negative dengan nilai yang relative kecil atau dengan kata lain impor

komoditas pangan menurun secara lamban. Pada tahun 2025, pangsa impor

terbesar adalah komoditas kedele, yang diperkirakan akan mencapai 36% kemudian

berturut-turut jagung, kacang tanah, ubi kayu, padi dan ubi jalar.

Meskipun selama periode tersebut ekspor akan cenderung meningkat dan

impor akan cenderung menurun, namun neraca perdagangan komoditas pangan

utama diperkirakan masih akan tetap deficit kecuali untuk ubi jalar. Defisit neraca

perdaganagn terbesar pada komoditas kedele dan jagung

Page 93: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

80  

5.2.2. Komoditas Hortikultura

Dengan peningkatan produksi dimungkinkan terjadinya peningkatan ekspor

pada komoditas hortikultura. Proyeksi nilai ekspor dan impor komoditas buah-

buahan dan sayuran utama tahun 2025 diperlihatkan pada Tabel 5.2.2. Total nilai

ekspor buah-buahan dan sayuran pada tahun 2015 diproyeksikan masing-masing

akan mencapai sekitar US$ 43.9 juta dan US$230 juta, sementara total nilai

impornya masing-masing adalah US$ 149.2 juta dan US$ 26.4 juta. Dengan

demikian, maka perdagangan komoditas buah-buahan dan sayuran pada tahun 2025

diproyeksikan akan mengalami deficit sekitar US$ 105.3 juta untuk buah-buahan,

dan surplus sekitar US$ 203.6 juta untuk sayuran. Dengan kata lain, perdagangan

buah-buahan dan sayuran pada tahun 2025 diproyeksikan akan mengalami defisit

sekitar US$ 98.3 juta.

Komoditas ekspor buah-buahan yang menonjol adalah manggis yang

mempunyai pangsa nilai ekspor hampir 81.5% sedangkan jambu biji menempati

urutan kedua dengan pangsa nilai 10.5%. Sementara komoditas impor utama adalah

durian yang mempunyai pangsa nilai impor hampir 76%, dan urutan kedua

ditempati jeruk dengan pangsa nilai 14.2%. Hanya empat komoditas buah-buahan

yang mengalami surplus perdagangan, yaitu manggis (terbesar), jambu biji, alpukad

dan rambutan, dimana manggis mengalami surplus perdagangan terbesar (US$ 35.8

juta), sedangkan komoditas-komoditas lainnya mengalami deficit perdagangan,

dimana durian mengalami deficit terbesar (US$ 113 juta).

Untuk sayuran, komoditas ekspor wortel pada tahun 2025 diproyeksikan akan

tetap merupakan komoditas yang menonjol dengan pangsa nilai ekspor lebih dari

74%, sedangkan tomat menempati urutan kedua dengan pangsa nilai lebih dari

14%. Komoditas lainnya yang patut diperhitungkan adalah ketimun dan bawang

merah, dengan pangsa nilai masing-masing-masing 8.8% dan 2.1%. Sementara

komoditas sayuran impor utama adalah kentang dengan pangsa nilai impor 83.3%,

dan urutan kedua ditempati bawang putih dengan pangsa nilai hampir 7%.

Komoditas sayuran yang mendatangkan surplus perdagangan terbesar adalah

wortel, disusul tomat, ketimun dan bawang merah, sementara komoditas yang

mendatangkan defisit terbesar adalah kentang, disusul bawang putih.

Page 94: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

81  

Tabel 5.2.2. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran Utama, 2025.

Komodiitas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2025

US$'000

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

Buah: Alpukat 19.56 1,065.3 2.43 -15.93 1.5 0 1,063.8Durian 9.14 28.6 0.07 7.89 113,034 75.75 -113,005.0Jb Biji 25.90 4,614.1 10.51 -29.28 0.5 0 4,613.6Jeruk -38.17 0.1 0.00 -26.80 258.1 0.17 -257.9Mangga 3.15 1,714.4 3.90 6.79 2,217 1.49 -502.7Nenas -19.35 1.5 0 16.89 571.6 0.38 -570.1Pepaya 4.52 202.6 0.46 25.15 11,901 7.98 -11,698.8Pisang -41.37 0.1 0 23.18 21,220 14.22 -21,220.0Rambutan 2.74 513.2 1.17 -4.94 5.9 0 507.3Manggis 9.63 35,773.6 81.46 -28.30 0.1 0 35,773.6

Total 43,913.5 100 149,210 100 -105,296.3Sayur:

Bw Merah 6.48 4,743 2.06 -3.44 716.7 2.72 4,026Bw Putih 14.80 620 0.27 -9.18 1,736 6.58 -1,115Cabai -6.60 241 0.10 -26.30 449.4 1.70 -209K Panjang 13.57 559 0.24 15.67 68.0 0.26 491Kentang -11.65 397 0.17 10.25 21,986 83.34 -21,590Ketimun 22.94 20,199 8.78 -28.79 14.6 0.06 20,184Kol/Kubis -26.80 75.2 0.03 -10.83 433.8 1.64 -359Terung -83.33 0 0 19.31 0.6 0 -0.6Tomat 16.13 33,153 14.42 -36.57 11.0 0.04 33,142Wortel 24.17 169,985 73.92 10.09 0 0 169,985

Total 229,971 100 26,380 100.00 203,591Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.2.4 s/d Lampiran 5.2.6 untuk

buah-buahan dan Lampiran 5.2.7 s/d Lampiran 5.2.9 untuk sayuran.

Komoditas tanaman obat dan tanaman hias juga diekspor dan/atau diimpor

oleh Indonesia. Namun dari sekian banyak jenis tanaman obat dan tanaman hias

hanya beberapa jenis saja yang ada datanya, yaitu jahe, kunyit dan temulawak

untuk tanaman obat serta krisan, mawar dan anggrek untuk tanaman hias. Temu

lawak sejak tahun 2014 sudah tidak diekspor lagi.

Pada tahun 2025, total nilai ekspor dan impor tanaman obat diproyeksikan

masing-masing akan menjadi sekitar US$ 6.1 juta dan US$ 30.7 juta, yang berarti

deficit US$ 24.6 juta (Tabel 5.2.3). Sementara total nilai ekspor dan impor tanaman

hias masing-masing adalah sekitar US$ 38.3 juta dan US$ 3.8 juta, yang berarti

Page 95: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

82  

surplus sekitar US$ 34.5 juta. Total neraca perdagangan tanaman obat dan tanaman

hias diproyeksikan akan mengalami surplus US$ 9.9 juta pada tahun 2025. Di antara

enam komoditas tanaman obat dan tanaman hias tersebut, hanya jahe yang

mengalami defisit perdagangan, sedangkan lima komoditas lainnya mengalami

surplus. Surplus terbesar akan dialami oleh bunga mawar dan krisan. Pada tahun

2025 Indonesia diperkirakan akan menempati posisi kelima terbesar pemasok bunga

potong di wilayah Asia setelah Jepang, China, India dan Korea.

Tabel 5.2.3. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat dan Tanaman Hias Utama, 2025.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2025

(US$'000)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

T. Obat: Jahe 6.18 3,276 53.93 20.07 29,859 97.29 -26,583Kunyit 8.04 2,798 46.07 18.02 831 2.71 1,967Temulawak 0 0 0 0 0 0 0

Total 6,074 100 30,691 100 -24,617T. Hias:

Krisan 16.48 14,416 37.62 31.39 2,936 77.42 11,479Mawar 23.07 22,425 58.52 12.92 856 22.58 21,568Anggrek 3.40 1,479 3.86 -43.53 0.01 0 1,479

Total 38,320 100 3,793 100 34,527Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.2.10 untuk tanaman obat

dan Lampiran 5.2.11 untuk tanaman hias.

5.2.3. Komoditas Perkebunan

Total nilai ekspor dan impor komoditas perkebunan pada tahun 2025

diproyeksikan akan mencapai masing-masing sekitar US$ 426.7 miyar dan US$ 7.4

juta, yang berarti mengalami surplus yang cukup besar yaitu sekitar Rp 419.2 milyar

(Tabel 5.2.4). Komoditas ekspor yang memberikan sumbangan devisa terbesar

adalah kelapa sawit dengan pangsa nilai hampir 86%, sementara urutan kedua

adalah karet dengan pangsa 7.5%, dan kakao sekitar 3.3%. Untuk impor, komoditas

utama adalah gula dengan pangsa nilai impor lebih dari 29% pada tahun 2025.

Komoditas lainnya yang menempati urutan berikutnya adalah tembakau, kakao dan

kopi dengan pangsa nilai impor masing-masing 25.1%, 12.9% dan 12.4%. Di antara

Page 96: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

83  

10 komoditas perkebunan yang dianalisis, hanya gula dan cengkeh yang mengalami

deficit nilai perdagangan, utamanya gula yang mencapai lebih dari US$ 1.3 juta.

Sementara delapan komoditas lainnya adalah pencipta devisa Negara, utamanya

kelapa sawit, karet, kakao, dan lada.

Tabel 5.2.4. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2025.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2025

(US$'000)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

Kelapa Sawit 24.33 366,516 85.90 18.83 587 7.91 365,929Karet 10.86 32,007 7.50 20.36 713 9.60 31,294Kakao 15.74 13,939 3.27 12.80 954.4 12.85 12,984Kopi 8.73 2,599 0.61 24.38 920.6 12.40 1,679Kelapa 8.07 1,960 0.46 -42.58 0.0 0.00 1,960Tembakau 16.26 2,946 0.69 10.39 1,863 25.09 1,083Lada 23.32 5,375 1.26 23.78 58.7 0.79 5,316Teh 6.45 422 0.10 14.20 126.4 1.70 296Tebu/gula 18.70 897 0.21 5.02 2,160 29.09 -1,263Cengkeh -20.97 0 0 22.29 41.6 0.56 -41.5

Total 426,661 100.00 7,424 100 419,237Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.2.12 s/d Lampiran 5.2.14.

5.2.4. Komoditas Peternakan

Komoditas peternakan yang diperdagangkan terdiri dari daging (sapi,

kambing/domba, babi, ayam), hati/jeroan, ternak hidup (sapi, kerbau, babi,

kambing), telur konsumsi dan produk susu. Pada tahun 2025 diproyeksikan tetap

tidak ada lagi ekspor daging sapi, babi dan ayam. Hanya ekspor daging

kambing/domba (kado) yang masih ada, yang pada tahun 2025 diproyeksikan akan

mencapai sekitar US$ 1.3 juta. Sementara itu, nilai impor daging sapi dan daging

kado masih akan meningkat, sedangkan nilai impor daging babi dan ayam menurun.

Pada tahun 2025 diproyeksikan bahwa perdagangan semua jenis daging akan

mengalami deficit dengan jumlah defisit terbesar pada impor daging sapi (US$ 1.2

milyar).

Page 97: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

84  

Untuk perdagangan hati/jeroan, pada tahun 2025 diproyeksikan bahwa nilai

ekspornya akan mencapai sekitar US$ 86.9 jutau, sedangkan nilai impornya jauh

lebih besar yaitu sekitar US$ 116.9 juta. Karena itu, perdagangan hati/jeroan akan

mengalami deficit dengan jumlah cukup besar yaitu sekitar US$ 30 juta.

Tabel 5.2.5. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2025.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca 2025

(US$'000)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

Laju 2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$'000)

Pangsa (%)

1. Daging: Sapi 0 0 0 9.97 1,193,853 31.29 -1,193,853Kado 12.19 1,238 0.32 6.13 13,249 0.35 -12,011Babi 0 0 0 -9.80 13 0 -13

Ayam 0 0 0 -11.59 196 0.01 -196

2. Hati/jeroan 9.19 86,924 22.28 0.67 116,879 3.06 -29,9543. Ternak:

Sapi 0 0 0 6.17 1,085,997 28.47 -1,085,997Kerbau 0 0 0 2.31 2,931 0.08 -2,931Babi -8.30 13,335 3.42 8.49 0 0 13,335

Kambing -7.16 68 0.02 -4.52 5 0 63

4. Telur kons 14.28 1,257 0.32 -1.13 5,892 0.15 -4,635

5. Produk susu 7.10 287,360 73.65 5.47 1,396,087 36.59 -1,108,727

Total 390,182 100 3,815,100 100 -3,424,918Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.2.15 s/d Lampiran 5.2.17.

Untuk ternak hidup (ternak pedaging), Indonesia hanya melakukan ekspor

babi dan kambing, sedangkan ternak sapi dan kerbau tidak diekspor. Pada tahun

2025, nilai ekspor ternak babi dan kambing akan mencapai masing-masing sekitar

US$ 13.3 juta dan US$ 68 ribu. Sementara itu, impor ternak hidup hanya untuk sapi,

kerbau dan kambing potong dengan ternak sapi sebagai komponen impor utama

yang nilainya pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai sekitar US$ 1.1 milyar

sehingga jumlah deficit perdagangan akan sebesar itu juga karena tidak ada ekspor.

Defisit perdagangan akan dialami juga oleh ternak kerbau, sementara surplus

perdagangan akan terjadi pada tenak babi dan kambing.

Telur konsumsi dan produk susu diekspor dan diimpor oleh Indonesia. Pada

tahun 2025, nilai ekspor dan impor telur konsumsi akan mencapai masing-masing

Page 98: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

85  

US$ 1.26 juta dan US$ 5.9 jt, sehingga akan terjadi deficit sekitar US$ 4.6 juta.

Sementara untuk produk susu, pada tahun yang sama nilai ekspor dan impornya

akan mencapai masing-masing sekitar US$ 287.4 juta dan US$ 1.4 milyar sehingga

akan terjadi deficit sekitar US$ 1.1 milyar.

Total nilai ekspor dan impor seluruh komoditas peternakan pada tahun 2025

diproyeksikan akan mencapai masing-masing sekitar US$ 390.2 juta dan US$ 3.8

milyar, sehingga akan terjadi deficit perdagangan sangat besar yaitu sekitar US$ 3.4

milyar. Penyumbang nilai ekspor terbesar adalah produk susu yaitu 73.7%,

sementara penyumbang nilai impor utama adalah juga produk susu, disamping

ternak sapi bakalan dan daging sapi, yaitu masing-masing 36.6%, 28.5% dan

31.3%. Dengan demikian, maka ketiga komoditas tersebut juga merupakan

penyumbang utama deficit perdagangan komoditas peternakan. Hanya perdagangan

ternak babi dan kambing yang mengalami surplus, namun jumlahnya jauh lebih kecil

dibanding nilai deficit pada perdagangan jenis-jenis komoditas lainnya.

5.3. Produk Domestik Bruto

Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sector pertanian selama

2014-2025 diproyeksikan akan mencapai rata-rata 3.60% per tahun (Tabel 5.3.1).

Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibanding pada kurung waktu sebelumnya yang

mencapai sekitar 3.66% per tahun. Laju pertumbuhan yang menurun disebabkan

oleh laju pertumbuhan produksi, ekspor dan impor yang diproyeksikan akan

melambat karena lahan makin terbatas, sementara pertumbuhan produktivitas pada

umumnya masih lambat. Subektor Tanaman Bahan Makanan diproyeksikan akan

tumbuh paling cepat (3.85%/tahun), sementara subsector perkebunan dan

subsector peternakan masing-maing akan tumbuh masing-masing 3.14% dan 3.10%

per tahun.

Pada tahun 2025, total PDB sector pertanian diproyeksikan akan mencapai

sekitar Rp 403.5 triliun. Subsektor Tanaman Bahan Makanan akan tetap memberikan

kontribusi terbesar, yaitu sekitar 66.5%, sementara subsector perkebunan dan

peternakan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 18.5% dan 15%.

Page 99: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

86  

Lampiran 5.3.1. Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2025.

Subsektor Laju

2014-25 (%/th)

PDB 2025

(Rp’ m)

Pangsa (%)

Tanaman Bahan Makanan 3.85 268,459 66.54 Perkebunan 3.14 74,536 18.47 Peternakan 3.10 60,462 14.99

Total 3.60 403,457 100 Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran

5.3.1.

5.4. Investasi Pertanian

Dilihat dari asal modal, investasi pertanian di Indonesia terdiri dari

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). PMA

dalam jangka panjang diproyeksikan akan meningkat pada tiga subsektor, yaitu

subsector tanaman pangan, subsektor perkebunan dan subsector peternakan

dengan laju masing-masing 9.79%, 29.62% dan 6.18% per tahun, sementara untuk

subsector hortikultura tidak ada investasi PMA (Tabel 5.4.1). Total investasi PMA

akan terus naik sehingga pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai sekitar US$

12.7 milyar.

Untuk PMDN, nilai investasinya pada tahun 2025 diproyeksikan akan

meningkat untuk subsector perkebunan yaitu 99.43% per tahun, tetapi untuk dua

subsektor lainnya menurun, yaitu subsector tanaman pangan 11.73% dan subsector

peternakan 1.75% per tahun, dan bahkan investasi di subsektor hortikultura tidak

ada lagi (Tabel 5.4.1). Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perkebunan lebih

diminati para investor, terutama untuk tanaman penghasil minyak (oleaginous).

Total investasi PMDN akan terus meningkat karena sumbangan yang besar pada

investasi perkebunan. Pada tahun 2025, total investasi PMDN diproyeksikan akan

menjadi sekitar Rp 1,723 triliun, yang hampir 100% untuk subsector perkebunan.

Untuk subsector hortikultura, investasi akan lebih banyak dilakukan oleh petani,

yang datanya tidak terdokumentasi di BKPM.

Page 100: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

87  

Lampiran 5.4.1. Proyeksi PMA dan PMDN Sektor Pertanian, 2025

Subsektor

PMA PMDN Laju

2014-25 (%/th)

Nilai 2025

(US$’000)

Pangsa (%)

Laju 2014-25(%/th)

Nilai 2025

(Rp’ m)

Pangsa (%)

Tanaman Pangan 9.79 61.18 0.48 -11.73 35.90 0.002Hortikultura 0 0 0 0 0 0Perkebunan 19.62 12,640 99.43 30.08 1,723,251 99.990Peternakan 6.18 11.79 0.09 -1.75 133.18 0.008

Total 12,712.50 100 1,723,420 100Sumber: Hasil proyeksi Keterangan: Data proyeksi 2015-2025 diperlihatkan pada Lampiran 5.4.1 untuk PMA dan

Lampiran 5.4.2 untuk PMDN.

Page 101: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

88  

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kinerja 2000-2010

5.1.1. Produksi dan Perdagangan

1. Komoditas Pangan: Produksi padi, jagung, kedelai dan ubikayu mengalami

percepatan pertumbuhan selama 2005-2010 dibanding 2000-2005, sementara

produksi ubijalar mengalami pelambatan dan bahkan produksi kacang hijau dan

kacang tanah cenderung menurun. Sementara itu, nilai perdagangan hampir

semua komoditas pangan, kecuali ubilajar, mengalami deficit. Karena itu, upaya

kedepan adalah peningkatan produksi utamanya melalui perbaikan teknologi,

dan khususnya padi adalah pencetakan sawah baru dan perbaikan jaringan

irigasi.

2. Komoditas Hortikultura: Sebagian besar komoditas buah-buahan dan sayuran

mengalami pertumbuhan produksi, dan beberapa di antaranya meningkat

cukup cepat. Bahkan tanaman obat dan tanaman hias sebagian besar

mengalami pertumbuhan lebih cepat dibanding buah-buahan dan sayuran.

Namun sebagian besar komoditas hortikultura mengalami deficit perdagangan,

utamanya durian, jeruk, kentang, wortel dan bawang putih. Karena itu ke

depan produksi perlu dipicu lagi terutama melalui perbaikan teknologi

budidaya.

3. Komoditas Perkebunan: Sebagian besar komoditas perkebunan juga mengalami

pertumbuhan produksi, dan beberapa diantaranya tumbuh sangat cepat yaitu

kepala sawit dan cengkeh. Sebagian besar komoditas perkebunan mengalami

pertumbuhan nilai ekspor sangat cepat, dan pertumbuhan nilai impor beberapa

komoditas cukup cepat namun sebagian besar menurun. Semua komoditas

perkebunan mengalami surplus perdagangan, kecuali gula dan cengkeh,

utamanya gula yang defisitnya sangat besar. Karena itu, kedepan produksi

perkebunan perlu terus dinaikkan, utamanya gula agar target swasembada

dapat lebih cepat tercapai, utamanya melalui perbaikan teknologi budidaya dan

industri gula.

Page 102: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

89  

4. Komoditas Peternakan: Sebagian besar komoditas peternakan juga mengalami

pertumbuhan populasi, pemotongan dan produksi. Namun sebagian besar

komoditas peternakan mengalami deficit perdagangan, utamanya produk susu,

ternak sapi bakalan dan daging sapi. Karena itu ke depan perlu pengembangan

teknologi pembiakan dan layanan IB yang lebih baik untuk meningkatkan

jumlah populasi dan berat badan ternak.

5.1.2. PDB dan Investasi

5. PDB: Pertumbuhan PDB riil sektor pertanian makin cepat yaitu dari 2.80% pada

kurun waktu 2000-2005 menjadi 3.77% per tahun pada kurun waktu 2005-

2010. Subsektor tanaman bahan makanan mengalami akselerasi pertumbuhan,

sementara subsektor perkebunan mengalami pelambatan pertumbuhan.

Subsektor tanaman bahan makanan tetap dominan di dalam pembentukan PDB

sektor pertanian.

6. Investasi: Pertumbuhan total nilai investasi PMA meningkat walaupun terjadi

pelambatan, sementara pertumbuhan total nilai investasi PMDN makin cepat.

Namun sebagian besar PMA dan PMDN dialokasikan untuk perkebunan, karena

komoditas perkebunan memberikan prospek ekonomi yang sangat baik.

5.2. Outlook Jangka Menengah – 2014

5.2.1. Produksi dan Perdagangan

7. Komoditas Pangan: Pemerintah telah menetapkan target swasembada pangan

berkelanjutan untuk padi, dan pencapaian swasembada untuk jagung pada

tahun 2014. Untuk mencapai target tersebut, telah dilakukan berbagai kegiatan

untuk meningkatkan produksi melalui kegiatan perluasan areal dan peningkatan

produktivitas. Produksi semua komoditas pangan diproyeksikan akan meningkat

pada tahun 2014, namun nilai neraca perdagangan masih akan deficit, kecuali

ubijalar. Karena itu, masih diperlukan upaya lebih keras lagi selama periode

2012-2013 untuk memacu pertumbuhan produksi guna memenuhi kebutuhan

dalam negeri yang terus meningkat sehingga target swasembada pangan dapat

tercapai pada tahun 2014. Upaya memacu peningkatan produksi tersebut harus

Page 103: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

90  

diimbangi dengan upaya penurunan konsumsi per kapita (terutama beras).

Dalam konteks demikian, pelaksanaan kegiatan peningkatan produktivitas

(seperti SL-PTT, SRI, dan lain-lain) perlu terus ditingkatkan dan diperluas serta

secara simultan dibarengi dengan upaya perluasan dan peningkatan efektifitas

kegiatan diversifikasi pangan (seperti KRPL, pengolahan dan pemanfaatan

bahan pangan non-beras, dan lain-lain) untuk menurunkan tingkat

ketergantungan pada impor pangan, khususnya beras, dengan tujuan akhir

swasembada pangan.

8. Komoditas Hortikultura: Produksi semua komoditas buah-buahan dan sayuran,

kecuali bawang putih, serta semua komoditas tanaman obat dna tanaman hias

diprediksikan akan meningkat pada tahun 2014, walaupun dengan laju yang

melambat, terutama karena terbatasnya lahan dan lambatnya perkembangan

teknologi budidaya. Namun sebagian besar komoditas hortikultura masih

mengalami deficit perdagangan, utamanya durian, jeruk, pisang, kentang, dan

bawang putih. Karena itu ke depan produksi perlu dipicu lagi terutama melalui

perbaikan teknologi budidaya.

9. Komoditas Perkebunan: Semua komoditas perkebunan juga diprediksikan akan

mengalami pertumbuhan produksi, walaupun dengan laju yang melambat,

utamanya karena terbatasnya lahan dan lambatnya perkembangan teknologi

budidaya. Sebagian besar komoditas perkebunan mengalami pertumbuhan nilai

ekspor sangat cepat, dan pertumbuhan nilai impor beberapa komoditas cukup

cepat namun sebagian besar menurun. Hampir semua komoditas perkebunan

mengalami surplus perdagangan, kecuali gula dan tembakau, utamanya gula

yang defisitnya masih sangat besar. Karena itu, kedepan produksi perkebunan

perlu terus dinaikkan, utamanya gula agar target swasembada dapat lebih

cepat tercapai, utamanya melalui perbaikan teknologi budidaya dan industri

gula.

10. Komoditas Peternakan: Sebagian besar komoditas peternakan juga mengalami

pertumbuhan produksi, kecuali daging ayam buras, domba, kerbau dan kuda.

Produksi telur dan susu segar juga masih akan meningkat walaupun dengan

laju yang melambat. Namun sebagian besar komoditas peternakan juga masih

akan mengalami deficit perdagangan, utamanya produk susu, ternak sapi

Page 104: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

91  

bakalan dan daging sapi. Karena itu ke depan perlu pengembangan teknologi

pembiakan dan layanan IB yang lebih baik untuk meningkatkan jumlah populasi

dan berat badan ternak.

5.2.2. PDB dan Investasi

11. PDB: Pertumbuhan PDB riil sektor pertanian jangka menengah akan melambat

menjadi 3.68%/tahun karena menurunnya laju pertumbuhan produksi

pertanian. Subsektor tanaman bahan makanan masih akan mengalami

pertumbuhan paling cepat, sehingga subsektor ini masih akan tetap dominan di

dalam pembentukan PDB sektor pertanian jangka menengah.

12. Investasi: Pertumbuhan total nilai investasi PMA dan PMDN masih akan

meningkat walaupun terjadi pelambatan, dan khususnya nilai PMDN untuk

tanaman bahan makanan akan menurun. Sebagian besar PMA dan PMDN masih

akan tetap dialokasikan untuk perkebunan, karena komoditas perkebunan

memberikan prospek ekonomi yang sangat baik.

5.3. Outlook Jangka Panjang – 2025

5.3.1. Produksi dan Perdagangan

13. Komoditas Pangan: Produksi semua komoditas pangan diproyeksikan akan

meningkat pada tahun 2025 walupun dengan laju yang melambat, utamanya

karena keterbatasan lahan dan air, perubahan iklim, dan teknologi budidaya

yang masih lambat perkembangannya. Namun nilai neraca perdagangan masih

akan deficit, kecuali ubijalar. Karena itu, masih diperlukan upaya lebih keras

lagi dalam jangka panjang untuk memacu pertumbuhan produksi guna

memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat sehingga kebutuhan

pangan akan tetap terpenuhi dari produksi domestic. Program food estate perlu

segera direalisasikan dan kegiatan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak

perubahan iklim perlu mendapat perhatian makin besar.

14. Komoditas Hortikultura: Produksi semua komoditas buah-buahan dan sayuran,

kecuali bawang putih, serta semua komoditas tanaman obat dan tanaman hias

diprediksikan akan meningkat pada tahun 2025, walaupun dengan laju yang

Page 105: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

92  

melambat, terutama karena terbatasnya lahan, perubahan iklim, dan lambatnya

perkembangan teknologi budidaya. Namun sebagian besar komoditas

hortikultura masih akan tetap mengalami deficit perdagangan, utamanya

durian, jeruk, pisang, pepaya, kentang, dan bawang putih. Karena itu ke depan

produksi perlu dipicu lagi terutama melalui perbaikan teknologi budidaya.

15. Komoditas Perkebunan: Semua komoditas perkebunan juga diprediksikan akan

mengalami pertumbuhan produksi, walaupun dengan laju yang melambat,

utamanya karena terbatasnya lahan, perubahan iklim dan lambatnya

perkembangan teknologi budidaya. Sebagian besar komoditas perkebunan

mengalami pertumbuhan nilai ekspor sangat cepat, dan pertumbuhan nilai

impor beberapa komoditas cukup cepat namun sebagian besar menurun.

Hampir semua komoditas perkebunan mengalami surplus perdagangan, kecuali

gula dan cengkeh, utamanya gula yang defisitnya masih sangat besar. Karena

itu, kedepan produksi perkebunan perlu terus dinaikkan, utamanya gula agar

target swasembada dapat lebih cepat tercapai, utamanya melalui perbaikan

teknologi budidaya tebu serta revitalisasi pabrik gula lama dan pembangunan

pabrik gula baru perlu segera direaliasasikan.

16. Komoditas Peternakan: Sebagian besar komoditas peternakan juga akan

mengalami pertumbuhan produksi, kecuali daging ayam buras, domba, kerbau

dan kuda. Produksi telur dan susu segar juga masih akan meningkat walaupun

dengan laju yang melambat. Namun sebagian besar komoditas peternakan juga

masih akan mengalami deficit perdagangan, utamanya produk susu, ternak

sapi bakalan dan daging sapi. Karena itu ke depan perlu penyediaan pakan

yang cukup serta pengembangan teknologi pembiakan dan layanan IB yang

lebih baik untuk meningkatkan jumlah populasi dan berat badan ternak.

5.3.2. PDB dan Investasi

17. PDB: Pertumbuhan PDB riil sektor pertanian jangka menengah akan melambat

menjadi 3.60%/tahun karena melambatnya laju pertumbuhan produksi

pertanian. Subsektor tanaman bahan makanan masih akan mengalami

pertumbuhan paling cepat, sehingga subsektor ini masih akan tetap dominan di

dalam pembentukan PDB sektor pertanian jangka jangka panjang.

Page 106: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

93  

18. Investasi: Pertumbuhan total nilai investasi PMA dan PMDN masih akan

meningkat walaupun terjadi pelambatan, dan khususnya nilai PMDN untuk

tanaman bahan makanan dan peternakan akan menurun. Sebagian besar PMA

dan PMDN masih akan tetap dialokasikan untuk perkebunan, karena komoditas

perkebunan masih akan memberikan prospek ekonomi yang paling baik dalam

jangka panjang.

5.4. Saran Kebijakan

19. Pertumbuhan produksi perlu terus didorong, baik untuk mencukupi kebutuhan

pangan maupun penciptaan devisa. Upaya penumbuhan produksi seyogyanya

difokuskan melalui peningkatan produktivitas tanaman dan ternak dengan

perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen serta perbaikan prasarana

pengairan. Sementara perluasan areal tanaman pangan secara signifikan

dilakukan hanya jika sangat mendesak, misalnya untuk padi, jagung, kedelai

dan tebu/gula, yang masih mengalami deficit produksi sangat besar. Perluasan

secara alami (di luar program) biar dilakukan oleh petani sendiri. Khusus untuk

perluasan kebun kelapa sawit, seyogyanya tetap memperhatikan kelestarian

sumberdaya lahan dan tidak terlalu memberikan peluang terlalu besar kepada

investor asing agar lahan-lahan tidak terlalu dikuasai pihak asing. Penyediaan

benih unggul bermutu, penyuluhan pertanian, pembangunan/rehabilitasi

jaringan irigasi dan adaptasi/mitigasi dampak perubahan iklim akan selalu

menjadi sangat penting untuk diberi perhatian lebih besar.

20. Dalam hal perdagangan internasional, perlu adanya pengendalian impor,

utamanya untuk beras, gula dan daging/ternak sapi bakalan melalui kebijakan

non-tariff barrier, misalnya kuota/pembatasan impor dan pengaturan waktu

impor. Walaupun harga gabah dan gula di tingkat petani saat ini cukup tinggi,

impor yang terlalu besar akan mengganggu pasar di dalam negeri. Khusus

impor daging dan ternak sapi bakalan, pembatasan impor akan melindungi

peternak sapi di dalam negeri dari kejatuhan harga sapi potong, sehingga

peternak akan tetap bergairah untuk memelihara sapi potong.

Page 107: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

94  

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. 2004. Analisis Situasi Ketersediaan Dan Konsumsi Pengan Hewani. Monograph Series No. 24. Prospek Usaha dan Pemasaran Beberapa Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Hadi, P.U. 2012. Analisis Perkembangan Harga Gula. Bahan Rapim Badan Litbang Pertanian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Ilham, N. 2007. Alternatif Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan Di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol.5 (4): 335-357.

Ilham, N. 2009. Kelangkaan Produksi Daging: Indikasi dan Implikasi Kebiakannya. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 7 (1): pp. 43-63.

Ilham, N., Y. Yusdja, A. R. Nurnanaf, B. Winarso, dan Supadi. 2009. Perumusan Model Pengembangan Skjala Usaha dan Kelembagaan Usaha Sapi Potong. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Kustiari, R., D.K.S. Swastika, Wahida, H.J. Purba, P. Simatupang, A. Purwoto, dan T. Nurasa. 2009. Model Proyeksi Jangka pendek Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Utama. Laporan Akhir Hasil Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor

Purnomo, S. 2011. Impor Sapi Australia Resmi Dibuka Lagi. http://www.bbc.co.uk/ indonesia/berita_indonesia/2011/07/110708_cattleimport.shtml. Downloaded: 11 November 2011.

Simatupang, P. Dan M. Maulana. 2006. Propspek Penawaran dan Permintaan Pangan Utama: Analisis Masalah, Kendala, dan Opsi Kebijakan Revitalisasi Produksi. Prosiding Seminar Sehari Hari Pangan Sedunia ke-XXVII, 26 Novemver 2006 di Makasar. ISBN. 797-3566-53-1.

Sompotan, J. 2011. Kurang Konsumsi Daging, Kecerdasan Anak Terancam. http://lifestyle.okezone.com/read/2011/10/12/195/514365/kurang-konsumsi-daging-kecerdasan-anak-terancam Downloaded: 8 November 2011.

Suhendra. 2011a. Realisasi Kuota Impor Sapi Bakal Meleset. Detik.com. http://finance. detik.com/read/2011/10/23/114520/1750288/4/realisasi-kuota-impor-sapi-bakal-meleset. Downloaded: 11 November 2011.

Suhendra. 2011b. Peternak Lokal Khawatir Serbuan Daging Ayam Impor Ilegal. detikFinance. http://finance.detik.com/read/2011/07/03/160111/1673403/4/ peternak-lokal-khawatir-serbuan-daging-ayam-impor-ilegal. Downloaded: 28 November 2011.

Page 108: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

95  

Lampiran 3.1.1. Perkembangan Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2000-2010 (ha). Tahun Padi Jagung Kedelai K. Hijau K. Tanah U. Jalar U. Kayu 2000 11.793.575 3.500.318 824.484 131.312 683.554 194.262 1.284.040 2001 11.899.997 3.285.866 678.848 339.252 654.838 181.926 1.317.912 2002 11.521.166 3.109.448 544.522 313.563 646.953 177.275 1.276.533 2003 11.488.034 3.358.511 526.796 344.558 683.537 197.455 1.244.543 2004 11.922.974 3.356.914 565.155 311.863 723.434 184.546 1.255.805 2005 11.839.060 3.625.968 621.541 318.337 720.526 178.336 1.213.460 2006 11.786.430 3.346.000 580.534 309.103 706.753 176.507 1.227.459 2007 12.147.637 3.630.000 459.116 306.207 660.480 176.932 1.201.481 2008 12.327.425 4.001.724 590.956 278.139 633.922 174.561 1.204.933 2009 12.883.576 4.160.659 722.791 288.125 622.149 183.874 1.175.666 2010 13.118.120 4.133.785 672.242 258.157 620.563 181.073 1.183.047

Sumber: Ditjen Tanaman Pangan

Lampiran 3.1.2. Perkembangan Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2000-2010 (t/ha). 

Tahun Padi Jagung Kedelai K. Hijau K. Tanah U. Jalar U. Kayu 2000 4.4  2.8  1.2  0.9  1.1  9.4  12.5 

2001 4.4  2.8 1.2 0.9 1.1 9.7 12.9

2002 4.5  3.1  1.2  0.9  1.1  10.0  13.2 

2003 4.5  3.2  1.3  1.0  1.2  10.1  14.9 

2004 4.5  3.4 1.3 1.0 1.2 10.3 15.5

2005 4.6  3.2  1.3  1.0  1.2  10.6  15.9 

2006 4.6  3.5  1.3  1.0  1.2  10.5  16.3 

2007 4.7  3.7 1.3 1.1 1.2 10.7 10.5

2008 4.9  4.1  1.3  1.1  1.2  10.8  18.1 

2009 5.0  4.2  1.4  1.1  1.2  10.7  18.8 

2010 5.0  4.4 1.4 1.1 1.3 11.3 20.2

Sumber: Ditjen Tanaman Pangan

Page 109: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

96  

Lampiran 3.1.3. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2000-2010 (t). Tahun Padi Jagung Kedelai K. Hijau K. Tanah U. Jalar U. Kayu 2000 51.898.900 9.676.900 1.017.600 289.880 736.483 1.827.687 16.089.000 2001 50.460.800 9.347.200 826.900 301.020 708.770 1.749.070 17.054.600 2002 51.489.700 9.654.100 673.100 288.090 718.071 1.771.642 16.913.100 2003 52.137.600 10.886.400 671.600 335.220 786.000 1.991.000 18.523.800 2004 54.088.500 11.252.200 723.500 310.410 837.500 1.901.800 19.424.700 2005 54.151.100 11.523.900 808.100 320.960 836.300 1.896.970 19.321.200 2006 54.454.937 11.609.463 747.611 316.134 838.096 1.854.238 19.986.640 2007 57.157.435 13.287.527 592.534 322.487 789.089 1.886.852 12.617.000 2008 60.325.925 16.317.252 775.710 298.059 770.054 1.881.761 21.756.991 2009 64.398.890 17.629.748 974.512 286.234 763.527 1.947.311 21.990.381 2010 65.980.670 17.844.676 905.015 291.705 779.228 2.051.046 23.918.118

Sumber: Ditjen Tanaman Pangan

Lampiran 3.1.4. Perkembangan Luas Areal Komoditas Hortikultura menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010 (ha)

Tahun Buah Sayur T.Obat T. Hias Hortikultura 2000 505,349 849,265 12,316 3,804 1,370,734 2001 825,536 857,211 12,279 2,841 1,697,867 2002 714,851 878,679 11,271 3,290 1,608,091 2003 791,103 913,445 12,650 2,527 1,719,725 2004 783,291 977,552 14,420 2,584 1,777,847 2005 785,311 944,695 18,911 2,458 1,751,376 2006 800,608 1,007,839 23,533 1,282 1,833,262 2007 727,196 1,020,623 25,055 1,147 1,774,021 2008 843,172 989,809 23,484 1,,287 1,857,752 2009 880,637 1,070,331 21,220 1,548 1,973,737 2010 719,763 1,103,890 17,853 1,902 1,843,408

Laju (%/th) 1.97 2.25 2.72 -11.05 2.64

Sumber: Ditjen Hortikultura, diolah.

Page 110: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

97  

Lampiran 3.1.5. Perkembangan Produktivitas Komoditas Hortikultura menurut Kelompok

Komoditas, 2000-2010 (t/ha)

Tahun Buah Sayur T.Obat T.Hias Total 2000 13.22 9.48 15.64 25.30 12.68 2001 17.39 9.50 16.55 35.63 12.25 2002 19.58 9.51 17.30 48.54 14.26 2003 20.97 9.53 17.92 64.46 14.26 2004 21.92 9.54 18.46 83.62 14.53 2005 22.58 9.55 18.92 105.82 15.39 2006 23.06 9.57 19.32 130.08 15.24 2007 23.41 9.58 19.67 154.41 16.26 2008 23.65 9.59 19.98 175.97 15.98 2009 23.82 9.60 20.26 191.80 15.43 2010 23.93 9.61 20.51 199.91 16.91

Laju (%/th) 0.58 -1.28 2.6 15.34 2.68 Sumber: Ditjen Hortikultura, diolah.

Lampiran 3.1.6. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010 (ton).

Tahun Buah Sayur T.Obat T. Hias Hortikultura 2000 9,127 7,981 179 97 17,384 2001 12,249 8,228 210 118 20,806 2002 14,076 8,476 240 140 22,932 2003 15,372 8,723 271 162 24,527 2004 16,377 8,970 301 184 25,832 2005 17,198 9,217 332 205 26,953 2006 17,893 9,465 362 227 27,947 2007 18,494 9,712 393 249 28,848 2008 19,025 9,959 424 271 29,,678 2009 19,499 10,206 454 292 30,452 2010 19,929 10,454 485 314 31,181

Laju (%/th) 4.98 1.32 5.45 10.16 3.68 Sumber: Ditjen Hortikultura, diolah.

Page 111: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

98  

Lampiran 3.1.7. Perkembangan Luas Areal Tanaman Buah-buahan Utama, 2000-2010 (ha)

Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan 2000 13,277 23,021 11,887 37,120 44,185 6,994 8,886 73,539 48,158 2001 11,237 49,812 12,065 35,367 44,208 7,960 10,259 76,923 63,463 2002 15,769 41,033 9,821 47,824 184,659 9,034 10,280 74,751 69,071 2003 17,338 53,770 13,454 69,139 158,894 7,130 9,306 85,690 90,928 2004 15,536 48,278 23,504 72,306 185,773 11,432 9,134 95,434 80,485 2005 17,133 45,556 9,766 67,883 176,000 9,962 7,879 101,465 81,502 2006 15,629 48,212 8,857 72,390 195,503 21,368 8,021 94,144 81,824 2007 17,224 47,674 8,866 67,592 203,997 18,957 7,984 98,143 86,741 2008 19,802 56,655 10,800 68,673 190,793 14,271 9,388 107,791 103,919 2009 19,979 61,849 10,330 60,190 215,387 12,611 9,571 119,018 104,510 2010 20,538 46,116 9,981 57,002 131,334 12,131 9,368 101,822 79,305

Sumber: Ditjen Hortikultura

Lampiran 3.1.8. Perkembangan Produktivitas Tanaman Buah-buahan Utama, 2000-2010 (t/ha)

Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan 2000 10.98 10.29 10.82 17.35 19.83 57.09 48.30 50.95 6.15 2001 12.61 6.97 11.40 19.55 20.89 62.18 48.79 55.91 5.53 2002 15.10 12.80 16.51 20.24 7.60 61.50 58.87 58.65 6.91 2003 14.76 13.80 17.77 20.85 9.61 94.96 67.35 48.75 8.97 2004 14.27 14.00 13.95 28.64 7.74 62.10 80.21 51.08 8.82 2005 13.28 12.43 18.28 32.62 8.03 92.86 69.64 51.03 8.29 2006 15.32 15.51 22.15 35.44 8.30 66.82 80.22 53.51 9.79 2007 11.71 8.16 20.24 38.85 8.91 118.05 77.85 55.57 8.14 2008 12.33 12.04 19.65 35.93 11.03 100.42 76.47 55.71 9.41 2009 12.90 12.90 21.32 35.42 10.42 123.56 80.75 53.55 9.44 2010 10.96 10.65 20.45 35.66 10.00 114.61 74.21 57.11 6.53

Sumber: Ditjen Hortikultura

Page 112: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

99  

Lampiran 3.1.9. Perkembangan Produksi Tanaman Buah-buahan Utama, 2000-2010 (t)

Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan 2000 145,795 236,794 128,621 644,052 876,027 399,299 429,207 3,746,962 296,103 2001 141,703 347,118 137,598 691,433 923,294 494,968 500,571 4,300,422 350,875 2002 238,182 525,064 162,120 968,132 1,402,906 555,588 605,194 4,384,384 476,941 2003 255,957 741,831 239,108 1,441,680 1,526,474 677,089 626,745 4,177,155 815,438 2004 221,774 675,902 327,896 2,071,084 1,437,665 709,918 732,611 4,874,439 709,857 2005 227,577 566,205 178,509 2,214,020 1,412,884 925,082 548,657 5,177,608 675,578 2006 239,463 747,848 196,180 2,565,543 1,621,997 1,427,781 643,451 5,037,472 801,077 2007 201,635 388,806 179,474 2,625,884 1,818,619 2,237,858 621,524 5,454,226 705,823 2008 244,215 682,323 212,260 2,467,632 2,105,085 1,433,133 717,899 6,004,615 978,259 2009 257,642 797,798 220,202 2,131,768 2,243,440 1,558,196 772,844 6,373,533 986,841 2010 225,143 491,179 204,105 2,032,665 1,313,542 1,390,375 695,214 5,814,576 517,572

Sumber: Ditjen Hortikultura

Lampiran 3.1.10. Perkembangan Luas Panen Tanaman Sayuran Utama, 2000-2010 (ha)

Tahun B. Merah B. Putih Cabe K. Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel 2000 84,038 2,847 174,708 40,297 73,068 43,759 66,914 36,195 45,215 19,908 2001 82,147 9,279 142,556 77,790 55,971 48,288 59,207 35,860 43,118 18,454 2002 79,867 7,923 150,598 81,840 57,332 47,720 60,235 39,336 49,457 20,103 2003 88,029 6,345 176,264 83,481 65,923 52,119 64,520 44,414 47,884 21,501 2004 88,707 4,930 194,588 85,263 65,420 50,352 68,029 45,285 52,719 24,168 2005 83,614 3,280 187,236 84,839 61,557 53,109 57,765 45,340 51,205 24,653 2006 89,188 3,107 204,747 84,798 59,748 58,647 57,732 49,327 53,492 23,069 2007 93,694 2,690 204,048 85,469 62,375 56,634 60,711 47,589 51,523 23,695 2008 91,339 1,922 211,566 83,493 64,151 55,795 61,540 48,434 53,128 24,640 2009 104,009 2,293 233,904 83,796 71,238 56,099 67,793 48,126 55,881 24,095 2010 109,468 1,817 237,520 85,941 66,508 56,902 67,373 52,257 61,355 27,214

Sumber: Ditjen Hortikultura

Page 113: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

100  

Lampiran 3.1.11. Perkembangan Produktivitas Tanaman Sayuran Utama, 2000-2010 (t/ha).

Tahun B.Merah B.Putih Cabe K.Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel 2000 0.92 2.07 0.16 0.78 2.74 0.38 2.00 0.75 1.31 1.64 2001 1.05 0.53 0.41 0.41 1.49 0.89 2.04 0.68 1.12 1.63 2002 0.96 0.59 0.42 0.38 1.56 0.85 2.05 0.69 1.16 1.40 2003 0.87 0.61 0.61 0.52 1.53 0.99 2.09 0.68 1.37 1.66 2004 0.85 0.59 0.57 0.53 1.64 0.95 2.11 0.69 1.19 1.75 2005 0.88 0.63 0.57 0.55 1.64 1.04 2.24 0.74 1.26 1.79 2006 0.89 0.68 0.58 0.54 1.69 1.02 2.20 0.73 1.18 1.70 2007 0.86 0.64 0.55 0.57 1.61 1.03 2.12 0.82 1.23 1.48 2008 0.94 0.64 0.55 0.55 1.67 0.97 2.15 0.88 1.37 1.49 2009 0.93 0.67 0.59 0.58 1.65 1.04 2.00 0.94 1.53 1.49 2010 0.96 0.68 0.56 0.57 1.60 0.96 2.06 0.97 1.45 1.50

Sumber: Ditjen Hortikultura

Lampiran 3.1.12. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Utama, 2000-2010 (t)

Tahun B. Merah B. Putih Cabe K. Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel 2000 772,818 59,008 279,668 313,526 2,004,179 166,386 1,336,410 270,748 593,392 326,693 2001 861,150 49,573 580,464 317,408 831,140 431,921 1,205,404 244,371 483,991 300,648 2002 766,572 46,393 635,089 310,297 893,824 406,141 1,232,843 272,700 573,517 282,248 2003 762,795 38,957 1,066,722 432,365 1,009,979 514,210 1,348,433 301,030 657,459 355,802 2004 757,399 28,851 1,100,514 454,999 1,072,040 477,716 1,432,814 312,354 626,872 423,722 2005 732,610 20,733 1,058,023 466,387 1,009,619 552,891 1,292,984 333,328 647,020 440,001 2006 794,931 21,050 1,185,057 461,239 1,011,911 598,890 1,267,745 358,095 629,744 391,371 2007 802,810 17,312 1,128,793 488,499 1,003,732 581,205 1,288,738 390,846 635,474 350,170 2008 853,615 12,339 1,153,060 455,524 1,071,543 540,122 1,323,702 427,166 725,973 367,111 2009 965,164 15,419 1,378,727 483,793 1,176,304 583,139 1,358,113 451,564 853,061 358,014 2010 1,048,228 12,341 1,332,356 488,174 1,060,579 546,927 1,384,656 509,093 890,169 408,290

Sumber: Ditjen Hortikultura

Page 114: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

101  

Lampiran 3.1.13. Perkembangan Luas Panen Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (ha)

Tahun Jahe Kunyit Kencur Lengkuas Temulawak Kapulaga Temuireng Lempuyang Temukunci Sambiloto 2000 t.a.d 1,789 1,283 1,619 602 350 361 256 t.a.d t.a.d 2001 t.a.d 1,829 1,217 1,596 561 327 284 382 t.a.d t.a.d 2002 t.a.d 1,684 855 1,148 508 486 266 256 t.a.d t.a.d 2003 5,891 1,894 1,812 1,142 685 509 325 230 33.6 10 2004 6,175 2,457 2,112 1,115 1,055 457 404 330 120 52 2005 6,150 4,837 2,893 1,450 1,657 381 507 545 220 105 2006 8,904 5,381 3,644 1,868 1,548 857 408 325 145 155 2007 9,965 5,890 3,569 1,942 2,183 311 415 361 175 75 2008 8,712 5,909 2,942 2,349 1,617 270 553 493 184 273 2009 6,865 5,455 2,562 2,385 2,098 351 399 545 249 173 2010 6,054 4,558 1,923 2,062 1,373 541 376 411 274 167

Sumber: Ditjen Hortikultura; tad = tidak ada data.

Lampiran 3.1.14. Perkembangan Produktivitas Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (t/ha)

Tahun Jahe Kunyit Kencur Lengkuas Temulawak Kapulaga Temuireng Lempuyang Temukunci Sambiloto 2000 t.a.d 13.9 7.4 17.0 9.4 7.1 7.9 17.5 t.a.d t.a.d 2001 t.a.d 14.9 9.1 16.4 10.8 5.9 5.9 12.6 t.a.d t.a.d 2002 t.a.d 14.2 15.0 24.3 14.1 7.3 11.4 17.7 t.a.d t.a.d 2003 21.3 16.2 10.8 21.5 17.2 7.0 13.8 20.4 19.5 23.9 2004 17.0 16.5 10.7 21.8 15.8 9.2 15.3 18.3 12.0 10.9 2005 20.5 17.0 12.3 25.0 13.6 18.8 15.2 16.3 11.7 20.5 2006 19.9 21.0 12.9 23.7 13.8 15.3 13.7 17.8 14.1 17.1 2007 17.9 19.9 13.6 21.4 18.7 46.7 19.7 17.5 14.0 17.2 2008 17.8 18.8 13.1 21.3 14.7 78.6 15.9 15.4 16.9 28.3 2009 17.8 22.7 17.0 24.9 17.6 71.8 19.0 16.1 18.9 25.1 2010 17.8 23.6 15.4 28.6 19.4 52.7 19.0 20.7 15.9 23.1

Sumber: Ditjen Hortikultura

Page 115: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

102  

Lampiran 3.1.15. Perkembangan Produksi Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (t)

Tahun Jahe Kunyit Kencur Lengkuas Temulawak Kapulaga Temuireng Lempuyang Temukunci Sambiloto 2000 t.a.d 24,813 9,490 27,512 5,674 2,490 2,853 4,485 t.a.d t.a.d 2001 t.a.d 27,195 11,112 26,154 6,089 1,929 1,663 4,794 t.a.d t.a.d 2002 t.a.d 23,993 12,848 27,934 7,174 3,539 3,040 4,531 t.a.d t.a.d 2003 125,386 30,707 19,527 24,588 11,762 3,563 4,490 4,684 655 231 2004 104,789 40,467 22,609 24,299 16,667 4,218 6,174 6,025 1,438 567 2005 125,827 82,107 35,478 36,293 22,582 7,179 7,725 8,897 2,563 2,151 2006 177,138 112,898 47,081 44,370 21,359 13,144 5,607 5,773 2,035 2,656 2007 178,503 117,464 48,367 41,619 40,801 14,527 8,186 6,308 2,446 1,299 2008 154,964 111,259 38,531 50,093 23,740 21,231 8,817 7,621 3,097 7,716 2009 122,181 124,047 43,635 59,332 36,826 25,179 7,584 8,804 4,702 4,335 2010 107,735 107,375 29,638 58,962 26,671 28,550 7,141 8,520 4,358 3,845

Sumber: Ditjen Hortikultura. Tad = tidak ada data.

Lampiran 3.1.16. Perkembangan Luas Panen Tanaman Hias Utama, 2000-2010 (ha)

Tahun Melati Krisan Mawar Sedap Malam Gladiol Anggrek Palem Anthurium Heliconia Anyelir

2000 1,414.8 116.0 1,062.4 473.0 427.2 95.1 61.4 26.6 23.4 t.a.d 2001 1,107.1 265.1 497.6 353.8 359.6 84.5 32.0 21.6 15.7 t.a.d 2002 1,423.7 325.2 558.0 482.7 165.3 114.2 79.9 21.9 15.3 t.a.d 2003 1,244.3 209.0 304.2 361.7 78.4 123.8 56.7 26.4 18.5 25.5 2004 996.8 154.3 375.0 607.7 91.3 226.0 46.1 20.7 18.9 12.0 2005 929.8 207.7 398.9 549.3 110.3 122.2 42.0 30.3 18.2 28.6 2006 589.2 193.9 53.6 130.6 74.3 112.1 65.9 13.6 19.7 12.8 2007 142.8 427.9 169.1 61.4 63.7 122.9 75.0 18.6 22.6 17.9 2008 129.6 655.9 95.2 69.6 42.5 132.1 52.3 21.9 33.2 19.6 2009 96.0 974.3 61.4 81.6 33.7 130.8 46.0 17.7 30.1 33.8 2010 101.6 1,002.5 384.4 62.3 40.7 139.1 48.1 25.2 26.5 24.3

Sumber: Ditjen Hortikultura; tad = tidak ada data

Page 116: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

103  

Lampiran 3.1.17. Perkembangan Produktivitas Tanaman Hias Utama, 2000-2010

Tahun Melati (kg/m2)

Krisan (tk/m2)

Mawar (tk/m2)

Sdp Malam (tk/m2)

Gladiol (tk/m2)

Anggrek (tk/m2)

Palem (ph/m2)

Anthurium (tk/m2)

Heliconia (tk/m2)

Anyelir (tk/m2)

2000 10.7  19.7  73.6 28.1 11.3 34.3  12.3 22.0 16.5 t.a.d 2001 17.6  27.9  170.7  32.5  12.4  52.7  13.4  35.8  28.6  t.a.d 2002 12.8  79.4  99.8  40.7  65.8  43.7  14.9  46.0  51.9  t.a.d 2003 12.7  131.1  166.9 44.6 90.8 55.8  11.8 47.9 36.8 93.9

2004 29.4  179.4  164.1  61.7  182.7  35.5  11.5  62.1  42.7  130.6 

2005 24.3  228.6  152.2  59.4  131.6  64.7  17.9  86.5  62.2  77.5 

2006 42.1  328.6  753.0 232.6 150.6 97.3  15.0 147.9 70.5 139.5

2007 110.5  156.5  351.9  353.4  177.0  77.2  15.6  118.2  63.1  106.4 

2008 157.3  155.2  412.5  367.8  202.1  115.9  22.0  120.0  159.1  153.9 

2009 295.0  110.7  979.5 625.8 290.3 123.9  27.4 217.1 137.0 157.6

2010 212.6  184.8  214.2  951.1  247.2  101.0  22.8  304.0  111.7  312.9 

Sumber: Ditjen Hortikultura; tad = tidak ada data; Satuan: Melati = t/ha; Palem = 000 phn/ha; Lainnya = 000 tangkai/ha

Lampiran 3.1.18. Perkembangan Produksi Tanaman Hias Utama, 2000-2010

Tahun Melati

(t) Krisan

(000 tk) Mawar (000 tk)

Sdp Malam (000 tk)

Gladiol (000 tk)

Anggrek (000 tk)

Palem (000 ph)

Anthurium (000 tk)

Heliconia (000 tk)

Anyelir (tk)

2000 15,135 2,281 78,148 13,273 4,843 3,261 754 584 384 t.a.d 2001 19,525 7,388 84,952 11,482 4,448 4,451 427 773 448 t.a.d 2002 18,234 25,805 55,708 19,666 10,877 4,996 1,190 1,006 797 t.a.d 2003 15,741 27,406 50,767 16,140 7,114 6,904 668 1,264 682 2,391 2004 29,313 27,683 61,541 37,517 16,686 8,028 530 1,285 805 1,567 2005 22,553 47,466 60,720 32,611 14,513 7,902 752 2,616 1,132 2,216 2006 24,796 63,716 40,394 30,374 11,195 10,903 986 2,018 1,390 1,781 2007 15,776 66,979 59,493 21,687 11,271 9,484 1,172 2,199 1,427 1,902 2008 20,388 101,777 39,266 25,598 8,581 15,310 1,149 2,627 5,278 3,025 2009 28,307 107,847 60,191 51,048 9,776 16,206 1,260 3,833 4,124 5,321 2010 21,600 185,233 82,351 59,299 10,064 14,050 1,098 7,656 2,961 7,608 Sumber: Ditjen Hortikultura; tad = tidak ada data; Satuan: Melati = t; Palem = 000 phn; Lainnya = 000 tangkai

Page 117: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

104  

Lampiran 3.1.19. Perkembangan Luas Areal Total Tanaman Perkebunan Utama, 2000-2010 (ha).

Tahun K. Sawit Kelapa Karet Kakao Kopi Cengkeh Tebu/gula Tembakau Lada Teh 2000 4,158,077 3,691,414 3,372,421 749,917 1,260,687 415,598 340,660 239,737 150,531 153,675 2001 4,713,435 3,897,467 3,344,767 821,449 1,313,383 429,300 344,441 260,738 186,022 150,872 2002 5,067,058 3,884,850 3,318,359 914,051 1,372,184 430,212 350,722 256,081 204,068 150,707 2003 5,283,557 3,913,130 3,290,112 964,223 1,291,910 442,333 335,725 256,801 204,364 143,604 2004 5,284,723 3,797,004 3,262,267 1,090,960 1,303,943 438,253 344,793 200,973 201,464 142,548 2005 5,453,817 3,803,614 3,279,391 1,167,046 1,256,272 448,857 381,786 198,212 191,992 139,121 2006 6,594,914 3,788,892 3,346,427 1,320,820 1,308,732 444,698 396,441 172,234 192,604 135,590 2007 6,766,836 3,787,989 3,413,717 1,379,279 1,295,912 453,292 427,799 198,054 189,054 133,734 2008 7,363,847 3,783,074 3,424,217 1,425,216 1,295,110 456,471 436,505 196,627 183,082 127,712 2009 7,873,294 3,799,124 3,435,270 1,587,136 1,266,235 467,400 422,953 204,450 185,941 123,506 2010 8,036,431 3,808,263 3,445,121 1,651,539 1,268,476 470,045 434,257 193,916 186,296 124,573

Sumber: Ditjen Perkebunan

Lampiran 3.1.20. Perkembangan Luas Areal Tanaman Menghasilkan Perkebunan Utama, 2000-2010 (ha). Tahun Sawit Kelapa Karet Kakao Kopi Cengkeh Tebu/Gula Tembakau Lada Teh 2000 2,014,000 2,591,530 2,400,000 749,917 1,260,690 390,000 340,660 239,737 100,000 121,200 2001 2,200,000 2,837,000 2,599,470 765,405 1,313,380 400,000 344,441 260,738 120,000 115,416 2002 2,790,000 2,634,730 2,634,720 776,901 1,372,180 417,051 350,722 256,081 130,000 115,803 2003 3,040,000 2,675,060 2,675,060 961,107 1,381,730 420,000 335,725 256,801 134,570 116,200 2004 3,320,000 2,690,000 2,675,060 1,090,960 1,303,940 390,000 344,793 200,973 135,000 116,200 2005 3,690,000 2,710,000 3,279,390 1,167,050 1,255,270 400,000 381,786 198,212 115,000 142,847 2006 4,110,000 2,650,000 2,725,860 905,730 1,308,730 299,224 396,441 172,234 192,604 111,055 2007 4,560,000 2,900,000 2,775,550 923,968 1,295,910 303,470 427,799 198,054 189,054 133,734 2008 4,980,000 2,880,000 3,424,220 1,425,220 1,295,110 311,760 436,505 196,627 183,082 127,712 2009 5,370,000 2,900,000 3,435,270 1,587,140 1,266,240 312,000 422,953 204,450 185,941 123,506 2010 5,370,000 2,980,000 3,445,120 1,651,540 1,268,480 470,045 434,257 193,916 186,296 124,573

Sumber: FAO Statistics (faostat.fao.org).

Page 118: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

105  

Lampiran 3.1.21. Perkembangan Produktivitas Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (t/ha)

Tahun K. Sawit Kelapa Karet Kakao Kopi Cengkeh Tebu/gula Tembakau Lada Teh 2000 3.48  1.18  0.63  0.56  0.44  0.15  4.62  1.21  0.69  1.34 

2001 3.82  1.12  0.62 0.70 0.43 0.18  4.47 0.76 0.68 1.45

2002 3.45  1.18  0.62  0.80  0.50  0.19  5.01  0.75  0.69  1.43 

2003 3.43  1.22  0.67  0.70  0.48  0.28  4.86  0.78  0.67  1.46 

2004 3.26  1.14  0.77 0.62 0.46 0.19  5.95 0.82 0.57 1.44

2005 3.22  1.14  0.69  0.61  0.45  0.20  5.87  0.77  0.55  1.17 

2006 4.22  1.18  0.97  0.85  0.70  0.21  5.82  0.87  0.67  1.32 

2007 3.89  1.10  0.99 0.80 0.70 0.27  6.48 0.85 0.66 1.36

2008 3.51  1.10  0.95  0.81  0.71  0.23  6.42  0.84  0.68  1.44 

2009 3.87  1.01  0.83  0.82  0.59  0.26  5.99  0.76  0.70  0.74 

2010 4.31  1.06  0.85 0.84 0.60 0.30  6.35 0.73 0.80 0.73

Sumber: Ditjen Perkebunan

Lampiran 3.1.22. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (t)

Komoditas K.Sawit Kelapa Karet Kakao Kopi Cengkeh Tebu/gula Tembakau Lada Teh 2000 8,400,610 3,044,528 1,501,428 421,142 554,574 59,878 1,690,004 204,329 69,087 162,587 2001 10,072,148 3,163,018 1,607,461 536,804 569,234 72,685 1,725,467 199,103 82,078 166,867 2002 11,453,414 3,098,496 1,630,359 571,155 682,019 79,009 1,755,354 192,082 90,181 165,194 2003 12,545,556 3,254,854 1,792,348 698,816 671,255 76,471 1,631,918 200,875 90,740 169,821 2004 13,097,660 3,054,511 2,065,817 691,704 647,386 73,837 2,051,644 165,108 77,008 165,951 2005 14,336,147 3,096,844 2,270,891 748,828 640,365 78,350 2,241,742 153,470 78,328 166,091 2006 20,821,018 3,131,158 2,637,231 769,386 682,158 61,408 2,051,644 146,265 77,533 146,858 2007 21,197,670 3,193,266 2,755,172 740,006 676,476 80,404 2,623,786 164,851 74,131 150,623 2008 21,047,746 3,239,672 2,751,286 803,594 698,016 70,535 2,668,428 168,037 80,420 153,971 2009 23,189,152 3,257,970 2,440,347 809,583 682,591 82,033 2,517,374 176,510 82,834 156,901 2010 23,712,013 3,266,448 2,591,935 844,626 684,076 110,807 2,694,227 122,276 84,218 150,342

Sumber: Ditjen Perkebunan

Page 119: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

106  

Lampiran 3.1.23. Perkembangan Populasi Ternak, 2000-2010 (000 ekor).

Tahun Ternak Unggas Ternak Kecil Ternak Besar

Ayam Ras Pedaging

Ayam Ras Petelur

Ayam Itik Kambing Domba Babi

Sapi Kerbau Kuda Sapi Perah

Buras Potong 2000 530,874 69,366 259,257 29,035 12,566 7,427 5,357 11,008 2,405.3 412.4 354.3 2001 621,870 70,254 268,039 32,068 12,464 7,401 5,369 10,215 2,333.4 422.2 347.0 2002 865,075 78,039 275,292 46,001 12,549 7,641 5,927 11,298 2,403.0 419.0 358.4 2003 847,744 79,206 277,357 33,863 12,722 7,811 6,151 10,504 2,459.4 412.7 373.8 2004 778,970 93,416 276,989 32,573 12,781 8,075 5,980 10,533 2,403.3 397.3 364.1 2005 811,189 84,790 278,954 32,405 13,409 8,327 6,801 10,569 2,128.5 386.7 361.4 2006 797,527 100,202 291,085 32,481 13,790 8,980 6,218 10,875 2,166.6 397.6 369.0 2007 891,659 111,489 272,251 35,867 14,470 9,514 6,711 11,515 2,085.8 401.1 374.1 2008 902,052 107,955 243,423 39,840 15,147 9,605 6,838 12,257 1,930.7 392.9 457.6 2009 1,026,379 111,418 249,963 40,680 15,815 10,199 6,975 12,760 1,932.9 398.8 474.7 2010 1,115,108 116,188 261,174 43,367 16,841 10,915 7,212 13,633 2,010.1 409.3 495.2

Sumber: Ditjen Peternakan

Lampiran 3.1.24. Perkembangan Jumlah Pemotongan Ternak Tercatat, 2000-2010 (ekor).

Tahun Ternak Besar Ternak Kecil

Total Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi

2000 1,695,374 213,450 7,219 2,385,025 1,873,368 1,459,214 7,633,650 2001 1,784,036 216,746 7,415 3,303,155 3,122,662 1,622,640 10,056,654 2002 1,692,833 215,466 8,785 3,204,564 1,983,523 1,715,974 8,821,145 2003 1,735,776 191,223 10,449 3,172,541 2,033,573 1,504,418 8,647,980 2004 1,733,360 182,346 10,276 2,884,776 1,730,918 1,185,573 7,727,249 2005 1,653,770 163,848 10,565 2,451,584 1,228,277 1,646,482 7,154,526 2006 1,799,781 178,977 13,598 2,661,779 1,598,651 2,591,690 8,844,476 2007 1,885,952 206,395 13,207 3,510,007 1,713,189 3,092,420 10,421,170 2008 1,899,107 159,651 10,683 2,887,871 1,597,416 3,144,133 9,698,861 2009 2,055,258 172,625 10,663 3,006,941 1,424,843 3,347,059 10,017,389 2010 2,141,408 232,404 10,505 3,199,840 1,500,076 3,418,473 10,502,706

Sumber: Dijen Peternkan

Page 120: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

107  

Lampiran 3.1.25. Perkembangan Produksi Komoditas Peternakan, 2000-2010 (t).

Tahun

Daging Telur Susu

Sapi

Ternak Unggas Ternak Kecil Ternak Besar Ayam Buras

Ayam Ras Pedaging

Ayam Ras Petelur Itik Kambing Domba Babi Sapi Kerbau Kuda Ayam Ras

Petelur Ayam Buras Itik

2000 265,210 515,000 23,740 13,790 44,890 33,410 162,400 339,940 45,850 930 502,980 139,020 141,310 495,650 2001 275,140 536,950 88,300 23,120 48,700 44,770 160,150 338,690 43,650 1,090 537,790 154,950 157,580 479,950 2002 288,340 751,900 42,770 21,800 58,200 68,700 164,490 330,290 42,300 1,060 614,400 161,700 169,700 493,400 2003 298,510 771,100 48,100 21,240 63,900 80,600 177,090 369,710 40,640 1,590 611,500 177,000 185,000 553,400 2004 296,420 846,090 48,400 22,210 57,130 66,100 194,670 447,570 40,240 1,560 762,000 172,100 173,200 549,900 2005 301,420 779,100 45,190 21,350 50,600 47,300 173,690 358,700 38,100 1,590 681,150 175,430 194,960 535,960 2006 341,250 861,260 57,630 24,530 65,010 75,180 195,990 395,840 43,890 2,270 816,830 193,950 193,630 616,550 2007 294,880 942,780 58,160 44,100 63,610 56,850 225,900 339,470 41,750 1,970 944,130 230,470 207,530 567,680 2008 273,500 1,018,700 57,300 31,000 66,000 47,000 209,800 392,500 39,000 1,800 956,000 166,600 201,000 647,000 2009 247,700 1,101,700 55,000 25,780 73,820 54,260 200,100 409,300 34,600 1,790 909,500 162,000 236,400 881,800 2010 259,800 1,184,300 60,700 27,900 77,500 59,100 203,600 435,200 37,200 1,800 959,300 167,700 251,700 927,800

Sumber : Ditjen Peternakan

Page 121: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

108  

Lampiran 3.2.1. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Pangan Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Beras Jagung Kedelai K.Tanah U.Jalar U.Kayu Total 2000 11,129 4,984 159 2,202 1,888 10,751 31,113 2001 10,779 10,500 358 8,217 1,965 16,627 48,446 2002 4,584 3,334 4,509 6,872 3,722 10,036 33,057 2003 721 5,517 6,303 9,153 3,822 3,355 28,871 2004 1,462 9,074 6,703 7,656 5,209 57,346 87,450 2005 9,087 9,048 3,153 14,215 11,113 12,640 59,256 2006 626 4,306 8,406 10,743 6,259 16,684 47,024 2007 906 18,503 32,049 5,716 6,197 43,426 106,797 2008 935 28,906 8,252 14,070 6,594 35,871 94,628 2009 2,037 19,219 8,030 11,051 6,053 32,371 78,761 2010 435 11,235 5,709 11,545 4,768 28,596 62,288

Sumber: Badan Pusat Statistik  

Lampiran 3.2.2. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pangan Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Beras Jagung Kedelai K.Tanah U.Jalar U.Kayu Total 2000 320,788 157,949 557,148 13,391 5,214 0 1,054,490 2001 135,968 125,512 494,232 36,965 0 10,084 802,761 2002 344,929 137,982 582,475 45,613 5,182 5,000 1,116,186 2003 294,610 168,658 706,753 43,147 0 33,564 1,246,732 2004 64,948 177,675 967,957 45,708 2,732 10,446 1,269,466 2005 53,753 30,850 493,213 44,087 16,372 24,633 662,908 2006 133,905 277,498 809,056 59,527 98,493 70,284 1,448,763 2007 157,723 151,613 1,200,951 48,273 123,249 77,823 1,759,632 2008 123,783 87,395 732,722 102,530 7,275 57,948 1,111,653 2009 107,955 107,379 647,703 179,109 49,649 49,912 1,141,707 2010 209,443 409,623 758,388 199,695 41 119,644 1,696,834

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 122: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

109  

Lampiran 3.2.3. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Pangan Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Beras Jagung Kedele K.Tanah U.Jalar U.Kayu Total 2000 -309,659 -152,965 -556,989 -11,189 -3,326 10,751 -1,023,377 2001 -125,189 -115,012 -493,874 -28,748 1,965 6,543 -754,315 2002 -340,345 -134,648 -577,966 -38,741 -1,460 10,031 -1,083,129 2003 -293,889 -163,141 -700,450 -33,994 3,822 -30,209 -1,217,861 2004 -63,486 -168,601 -961,254 -38,052 2,477 46,900 -1,182,016 2005 -44,666 -21,802 -490,060 -29,872 -5,259 -11,993 -603,652 2006 -133,279 -273,192 -800,650 -48,784 -92,234 -53,600 -1,401,739 2007 -156,817 -133,110 -1,168,902 -42,557 -117,052 -34,397 -1,652,835 2008 -122,848 -58,489 -724,470 -88,460 -681 -22,077 -1,017,025 2009 -105,918 -88,160 -639,673 -168,058 -43,596 -17,541 -1,062,946 2010 -209,008 -398,388 -752,679 -188,150 4,727 -91,048 -1,634,546

Lampiran 3.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Buah Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Alpukat Durian Jb Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambu-tan Manggis Total

2000 16.8 12.5 26.0 107.7 401.6 1.1 14.7 0.4 327.9 5,885.0 6,793.7 2001 3.1 7.9 8.4 207.2 289.0 0.9 5.5 0.1 174.8 3,953.2 4,650.1 2002 49.9 96.6 28.9 684.5 2,674.0 101.6 6.6 1,078.6 588.1 6,956.9 12,265.8 2003 53.9 12.9 62.6 939.9 480.3 87.3 231.4 514.0 958.9 9,306.0 12,647.2 2004 0.8 6.7 102.1 2,210.0 2,013.4 99.6 1,301.4 778.5 117.3 3,291.9 9,921.6 2005 6.6 11.9 20.4 1,011.2 995.9 128.9 112.6 1,288.9 0 6,385.1 9,961.5 2006 9.2 7.8 97.9 686.6 1,160.6 125.0 62.9 1,407.5 0 3,612.0 7,169.6 2007 104.3 6.5 51.8 54.0 1,004.2 361.0 14.6 35.6 293.8 4,951.4 6,877.0 2008 143.7 84.1 123.2 32.5 1,645.9 104.5 0.6 144.3 421.0 5,832.5 8,532.4 2009 62.9 16.2 297.3 148.4 1,334.7 21.8 125.5 201.9 398.5 7,198.2 9,805.4 2010 69.3 7.5 136.5 238.3 1,065.3 41.1 103.0 193.4 339.1 8,754.4 10,947.8

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 123: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

110  

Lampiran 3.2.6. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Buah Utama, 2000-2010 (US$’000)

Tahun Alpukat Durian Jb Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan Manggis Total 2000 -3.4 -1,084.8 4.8 -41,488.9 307.0 0.2 14.7 -31.3 314.2 5,885.0 -36,082.6 2001 -24.6 -4,047.1 -2.4 -39,724.5 158.5 0.7 4.5 -64.6 170.4 3,952.6 -39,576.5 2002 -114.5 -9,976.2 -94.1 -53,083.5 2,444.0 101.5 6.6 980.1 586.4 6,955.3 -52,194.3 2003 11.6 -4,028.8 -218.1 -48,234.6 52.9 87.1 231.3 110.2 957.1 9,306.0 -41,725.3 2004 -25.4 -11,724.2 -140.5 -52,343.9 1,567.7 99.5 1,300.9 589.7 117.3 3,291.7 -57,267.4 2005 -27.5 -7,516.1 -166.4 -45,644.7 558.6 128.8 112.5 888.0 -2.1 6,384.7 -45,284.1 2006 -20.8 -14,934.0 -60.1 -62,503.7 560.8 124.9 62.9 1,239.1 0 3,612.0 -71,918.9 2007 71.5 -27,019.2 -97.8 -4,798.2 278.8 240.6 14.5 31.5 293.8 4,937.9 -26,046.7 2008 106.9 -30,745.4 45.0 -21,584.2 1,042.3 -40.7 -95.5 -788.6 421.0 5,830.2 -45,809.0 2009 53.3 -35,939.2 268.3 -15,179.2 780.2 -8.2 -4.8 -2,089.5 385.6 7,193.3 -44,540.2 2010 50.0 -34,697.1 58.8 -24,132.7 248.3 -12.3 -291.2 -701.4 326.8 8,747.4 -50,403.6

Lampiran 3.2.5. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Buah Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Alpukat Durian Jb Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambu-tan Manggis Total

2000 20.2 1,097.2 21.2 41,596.6 94.7 1.0 0 31.8 13.7 0 42,876.3 2001 27.8 4,055.1 10.7 39,931.7 130.5 0.2 1.0 64.6 4.4 0.6 44,226.6 2002 164.3 10,072.8 122.9 53,768.0 230.0 0.1 0.0 98.5 1.7 1.6 64,460.0 2003 42.3 4,041.7 280.7 49,174.6 427.4 0.2 0.1 403.8 1.8 0 54,372.5 2004 26.1 11,730.9 242.6 54,553.9 445.7 0.2 0.5 188.8 0 0.2 67,189.0 2005 34.1 7,527.9 186.8 46,655.9 437.3 0.1 0.1 400.9 2.1 0.4 55,245.6 2006 30.0 14,941.8 158.0 63,190.3 599.8 0.1 0 168.4 0 0 79,088.5 2007 32.7 27,025.7 149.6 4,852.1 725.4 120.4 0.1 4.1 0 13.6 32,923.6 2008 36.8 30,829.6 78.2 21,616.7 603.7 145.2 96.0 932.9 0 2.3 54,341.4 2009 9.6 35,955.4 28.9 15,327.6 554.5 30.0 130.4 2,291.4 12.8 4.9 54,345.6 2010 19.4 34,704.7 77.7 24,371.0 817.0 53.4 394.2 894.8 12.3 7.0 61,351.4

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 124: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

111  

Lampiran 3.2.7. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Sayuran Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel Total

2000 1,835.2 45.6 0 4.5 4,495.0 4.8 4,499.8 1,527.8 654.5 131.6 13,198.8 2001 1,670.8 426.1 0 4.2 4,231.7 5.2 4,236.9 2,283.3 553.2 127.2 13,538.6 2002 63.9 882.7 926.9 3.4 5,726.5 1,113.9 9,758.7 1,467.7 2,254.9 498.1 22,696.8 2003 86.0 384.2 941.6 10.6 4,449.6 856.0 11,401.6 0 2,630.1 342.0 21,101.8 2004 8.7 43.2 1,581.4 1.4 3,764.5 458.9 7,802.3 0 2,715.4 107.3 16,483.1 2005 31.8 7.3 1,804.6 17.9 3,952.0 871.7 9,130.5 0 1,128.6 69.0 17,013.4 2006 6,366.0 11.2 633.7 27.8 6,288.4 628.0 8,997.7 0 792.8 102.6 23,848.3 2007 2.3 27.1 425.8 297.7 392.8 61.2 127.0 106.6 730.8 3.2 2,174.5 2008 4,531.3 201.3 444.3 182.7 112.2 847.8 520.0 3.5 4,221.5 939.8 12,004.4 2009 4,331.3 17.0 1,897.5 207.2 435.1 8,997.4 389.5 41.4 3,458.2 2,660.9 22,435.5 2010 1,814.2 75.1 652.5 79.7 2,426.0 859.2 7,105.3 1.8 3,362.7 6,211.4 22,587.9

Sumber: Badan Pusat Statistik

Lampiran 3.2.8. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Sayuran Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel Total

2000 12,913.8 43,444.6 0 91.8 2,112.2 3.8 280.2 0.4 223.2 191.0 59,260.9 2001 12,475.0 51,217.0 0 85.7 1,356.2 5.9 213.4 3.4 178.4 288.5 65,823.4 2002 9,069.0 53,258.6 4,197.4 26.1 13,405.8 183.1 328.4 0 4,378.9 526.9 85,374.3 2003 12,369.9 50,120.2 3,046.2 5.5 13,621.1 571.6 527.6 0 4,855.1 718.5 85,835.8 2004 14,240.4 53,474.3 3,097.1 13.5 20,756.5 130.1 566.3 0 5,472.0 1,759.6 99,509.9 2005 15,412.1 66,700.1 4,310.5 30.1 22,247.3 238.8 937.1 0 4,549.4 3,109.0 117,534.5 2006 29,907.8 100,093.2 7,440.4 15.1 20,623.6 126.0 529.8 0 5,867.7 2,814.6 167,325.1 2007 7,046.4 12,033.5 65.8 23.4 5,041.4 0.0 16.1 0.2 252.4 9,171.8 33,651.0 2008 53,744.6 2,341.6 190.1 2,272.6 4,767.8 41.6 326.1 0 236.2 9,428.4 73,349.1 2009 27,591.6 3,351.3 682.1 3,588.6 4,980.2 16.0 120.5 22.9 100.6 7.2 40,460.8 2010 1,196.5 2,459.6 1,340.7 36.9 14,591.1 49.2 656.7 0.3 55.4 17,616.9 38,003.4

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 125: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

112  

Lampiran 3.2.9. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Sayuran Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel Total

2000 -11,078.6 -43,399.0 0 -87.3 2,382.8 1.0 4,219.6 1,527.3 431.3 -59.4 -46,062.22001 -10,804.3 -50,790.9 0 -81.6 2,875.5 -0.7 4,023.6 2,279.9 374.9 -161.3 -52,284.82002 -9,005.1 -52,375.9 -3,270.5 -22.7 -7,679.3 930.8 9,430.3 1,467.7 -2,124.0 -28.8 -62,677.52003 -12,283.9 -49,736.0 -2,104.6 5.1 -9,171.5 284.4 10,874.0 0 -2,225.0 -376.6 -64,734.12004 -14,231.8 -53,431.1 -1,515.8 -12.1 -16,992.0 328.8 7,236.0 0 -2,756.6 -1,652.3 -83,026.72005 -15,380.3 -66,692.8 -2,505.9 -12.2 -18,295.4 632.9 8,193.4 0 -3,420.8 -3,039.9 -100,521.12006 -23,541.8 -100,082.1 -6,806.7 12.7 -14,335.2 502.0 8,467.9 0 -5,074.9 -2,712.1 -143,476.82007 -7,044.1 -12,006.4 360.0 274.3 -4,648.7 61.2 110.9 106.4 478.4 -9,168.6 -31,476.52008 -49,213.3 -2,140.4 254.2 -2,090.0 -4,655.6 806.2 193.9 3.5 3,985.3 -8,488.5 -61,344.72009 -23,260.3 -3,334.2 1,215.5 -3,381.4 -4,545.1 8,981.4 269.0 18.5 3,357.6 2,653.7 -18,025.32010 617.7 -2,384.5 -688.2 42.9 -12,165.0 810.0 6,448.6 1.5 3,307.2 -11,405.5 -15,415.5

Lampiran 3.2.10. Perkembangan Nilai Ekspor Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Jahe Kunyit Temulawak Total 2000 26,401.3 187.0 250.8 26,839.0 2001 3,510.4 48.1 87.5 3,646.0 2002 352.8 25.9 0.0 378.7 2003 2,880.3 319.1 0.0 3,199.4 2004 407.8 277.1 0.0 684.9 2005 2,175.0 1,089.4 0.0 3,264.4 2006 1,898.4 1,254.6 0.0 3,153.0 2007 1,635.0 764.2 0.0 2,399.2 2008 960.6 184.9 0.0 1,145.5 2009 695.5 206.1 0.0 901.6 2010 1,308.2 856.3 0.0 2,164.5

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 126: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

113  

Lampiran 3.2.11. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Obat Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Jahe Kunyit Temulawak Total 2000 145.8 3.2 0.0 149.0 2001 21.9 3.7 0.0 25.7 2002 58.1 14.9 0.0 73.0 2003 16.6 13.3 0.0 29.9 2004 26.3 6.8 0.0 33.2 2005 524.6 18.0 0.0 542.6 2006 545.4 19.7 0.0 565.1 2007 296.9 57.2 0.0 354.0 2008 145.9 67.7 0.0 213.6 2009 368.1 73.0 0.0 441.1 2010 1,820.3 65.9 0.0 1,886.2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Lampiran 3.2.12. Perkembangan Neraca Perdagangan Tanaman Obat Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Jahe Kunyit Temulawak Total 2000 26,255.5 183.7 250.8 26,690.0 2001 3,488.4 44.4 87.5 3,620.3 2002 294.7 11.0 0.0 305.7 2003 2,863.6 305.9 0.0 3,169.5 2004 381.5 270.3 0.0 651.7 2005 1,650.4 1,071.4 0.0 2,721.8 2006 1,353.0 1,234.9 0.0 2,587.9 2007 1,338.2 707.1 0.0 2,045.2 2008 814.6 117.3 0.0 931.9 2009 327.4 133.1 0.0 460.5 2010 -512.1 790.5 0.0 278.4

Page 127: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

114  

Lampiran 3.2.13. Perkembangan Nilai Ekspor Tanaman Hias Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Krisan Mawar Anggrek Total 2000 0 27.0 1,138.6 1,165.6 2001 0 0.9 1,435.5 1,436.4 2002 0 1.6 1,189.6 1,191.2 2003 0 0.3 1,711.0 1,711.3 2004 0 0 1,326.0 1,326.0 2005 0 0 1,431.0 1,431.0 2006 0 0 1,232.2 1,232.2 2007 646.6 276.2 920.0 1,842.8 2008 960.6 184.9 727.7 1,873.2 2009 217.4 208.7 815.7 1,241.8 2010 1,397.8 938.4 886.4 3,222.5

Sumber: Badan Pusat Statistik

Lampiran 3.2.14. Perkembangan Nilai Impor Tanaman Hias Utama, 2000-2010 (US$’000).

Tahun Krisan Mawar Anggrek Total 2000 0 33.2 346.4 379.5 2001 0 7.6 423.9 431.5 2002 0 18.2 182.7 201.0 2003 0 1.4 226.9 228.2 2004 0 15.3 350.0 365.3 2005 0 0 537.8 537.8 2006 0 0.9 314.4 315.3 2007 0.6 183.1 40.3 223.9 2008 11.1 0.1 0.1 11.3 2009 16.9 16.2 373.0 406.1 2010 45.3 133.4 0.7 179.3

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 128: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

115  

Lampiran 3.2.15. Perkembangan Neraca Perdagangan Tanaman Hias Utama, 2000-

2010 (US$’000).

Tahun Krisan Mawar Anggrek Total 2000 0 -6.2 792.3 786.1 2001 0 -6.7 1,011.6 1,004.9 2002 0 -16.6 1,006.8 990.2 2003 0 -1.0 1,484.1 1,483.1 2004 0 -15.3 975.9 960.6 2005 0 0 893.2 893.2 2006 0 -0.9 917.8 917.0 2007 646.0 93.1 879.7 1,618.9 2008 949.4 184.8 727.7 1,861.9 2009 200.5 192.5 442.7 835.7 2010 1,352.5 805.0 885.7 3,043.2

Page 129: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

116  

Lampiran 3.2.16. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (US$’000)

Tahun K. Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa Tembakau Teh Lada Tebu Cengkeh Total 2000 1,326,398 888,623 341,860 326,256 215,163 71,287 112,105 221,090 5,926 8,281 3,516,989 2001 1,227,165 786,197 389,262 188,493 127,622 91,404 112,524 100,507 6,288 10,670 3,040,132 2002 2,348,638 1,037,562 701,034 223,916 181,356 76,684 103,427 89,197 8,089 25,973 4,795,876 2003 2,719,304 1,494,811 621,022 258,795 175,980 62,874 95,970 93,445 4,613 24,929 5,551,743 2004 3,944,457 2,180,029 546,560 294,113 288,474 90,618 116,018 58,897 11,396 16,037 7,546,599 2005 4,344,303 2,582,875 664,338 503,836 437,099 117,433 121,777 58,468 19,914 14,916 8,864,959 2006 4,139,286 4,321,525 852,778 586,877 286,448 107,787 134,515 77,258 50,391 23,533 10,580,398 2007 8,866,445 4,868,700 924,157 636,319 606,781 124,423 125,243 132,495 48,649 33,951 16,367,163 2008 14,110,229 6,023,323 1,268,914 991,458 803,540 133,196 158,958 185,701 73,199 7,251 23,755,769 2009 11,605,431 3,241,534 1,413,535 824,015 422,127 172,629 171,628 140,313 62,454 5,586 18,059,252 2010 13,411,669 6,682,609 1,512,724 727,818 602,526 298,446 163,322 222,634 66,300 11,475 23,699,524

Sumber: Badan Pusat Statistik

Lampiran 3.2.17. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (US$’000)

Tahun K. Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa Tembakau Teh Lada Tebu Cengkeh Total 2000 6,424 18,120 18,953 11,227 78 114,834 3,091 2,654 290,099 52,390 517,870 2001 2,524 6,557 15,699 5,085 18 139,608 3,091 4,302 254,217 17,365 448,466 2002 4,745 7,334 64,001 4,413 14 105,953 3,651 3,115 216,431 653 410,310 2003 3,267 15,555 76,205 5,892 610 95,190 3,807 173 223,778 151 424,628 2004 5,094 6,876 77,023 6,867 1,541 120,854 5,531 290 269,490 8 493,574 2005 8,366 6,441 82,326 6,220 3,653 179,201 7,161 516 593,301 1 887,186 2006 2,494 12,926 74,185 11,406 3,693 189,915 8,703 994 544,431 1 848,748 2007 7,036 13,327 82,786 78,314 3,341 267,083 11,855 729 1,048,269 0 1,512,740 2008 8,953 24,204 113,381 18,442 190 330,510 11,990 918 363,504 0 872,092 2009 16,822 18,918 119,321 24,012 148 290,170 12,537 1,528 585,873 112 1,069,441 2010 42,672 42,672 152,982 33,534 1,788 414,465 16,780 2,296 1,025,454 1,203 1,733,844

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 130: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

117  

Lampiran 3.2.18. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2000-2010 (US$’000) Tahun K. Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa Tembakau Teh Lada Tebu Cengkeh Total 2000 1,319,974 870,503 322,907 315,029 215,085 -43,547 109,014 218,436 -284,173 -44,109 2,999,119 2001 1,224,641 779,640 373,563 183,408 127,604 -48,204 109,433 96,205 -247,929 -6,695 2,591,666 2002 2,343,893 1,030,228 637,033 219,503 181,342 -29,269 99,776 86,082 -208,342 25,320 4,385,566 2003 2,716,037 1,479,256 544,817 252,903 175,370 -32,316 92,163 93,272 -219,165 24,778 5,127,115 2004 3,939,363 2,173,153 469,537 287,246 286,933 -30,236 110,487 58,607 -258,094 16,029 7,053,025 2005 4,335,937 2,576,434 582,012 497,616 433,446 -61,768 114,616 57,952 -573,387 14,915 7,977,773 2006 4,136,792 4,308,599 778,593 575,471 282,755 -82,128 125,812 76,264 -494,040 23,532 9,731,650 2007 8,859,409 4,855,373 841,371 558,005 603,440 -142,660 113,388 131,766 -999,620 33,951 14,854,423 2008 14,101,276 5,999,119 1,155,533 973,016 803,350 -197,314 146,968 184,783 -290,305 7,251 22,883,677 2009 11,588,609 3,222,616 1,294,214 800,003 421,979 -117,541 159,091 138,785 -523,419 5,474 16,989,811 2010 13,368,997 6,639,938 1,359,742 694,284 600,738 -116,019 146,542 220,338 -959,154 10,272 21,965,679

Lampiran 3.2.19. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Ternak, 2000-2010 (US$’000)

Tahun Daging Hati,

Jeroan Ternak Telur

Konsumsi Produk Susu Total Sapi Kado Babi Ayam Sapi Babi Kambing

2000 55.5 131.7 516.2 1,298.50 0 0 33,293 0 198.1 55,080.3 90,573.6 2001 172.1 232.3 546.5 3,348.60 113 1.6 36,700 9.5 238.2 64,410.7 105,772.6 2002 134.5 300.4 2,630.3 4,827.80 309.3 333.2 27,645 0 540.2 51,873.3 88,593.7 2003 449.9 38.1 3,218.1 4,964.50 132.3 14 21,725 17.1 312.2 54,880.5 85,751.6 2004 126.4 11.6 1,359.3 161.2 78.5 3.2 20,415 105.2 133.3 61,605.0 83,998.8 2005 113.2 37.5 3,962.5 92.1 2.9 0.5 25,899 340.1 84.3 90,150.7 120,682.5 2006 23.8 0 996.8 43.2 20.2 4.8 14,313 1,442.0 90.5 71,541.8 88,475.9 2007 36.3 0 392.7 16.4 29.1 176.8 34,239 1,788.1 0.1 68,138.9 104,817.2 2008 11.4 19.4 46.8 0 0 197.6 42,049 1,330.2 0 197,352.8 241,007.2 2009 20.7 594.1 12.6 0 20,373.6 0.4 39,204 594.1 49.6 76,894.0 137,743.5 2010 0 212.9 0 0 22,635.8 0 50,342 212.9 163 100,519.3 174,085.5

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 131: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

118  

Lampiran 3.2.20. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Ternak, 2000-2010 (US$’000)

Tahun Daging Hati,

Jeroan Ternak Telur

Konsumsi Produk Susu Total

Sapi Kado Babi Ayam Sapi Babi Kambing 2000 41,047.0 655.1 372.9 9,473.5 20,521.5 92,443.4 1.1 0 189.3 189,273.3 353,977.1 2001 23,791.5 812.8 347.0 1,051.4 16,671.9 57,947.6 0.1 0 213.6 247,877.1 348,713.0 2002 18,586.2 938.6 361.6 899.7 22,830.6 44,517.5 259.9 0 400.8 173,906.4 262,701.3 2003 18,566.0 1,535.3 477.9 754.1 23,183.8 66,543.8 175.6 0 417.5 207,475.3 319,129.3 2004 27,113.0 2,012.9 237.5 1,032.6 24,971.7 88,989.6 0 2.5 130.4 329,382.8 473,873.0 2005 43,646.4 2,697.2 3,290.4 3,803.8 31,588.0 107,731.3 2.6 1.5 1,865.5 399,165.4 593,792.1 2006 49,077.2 2,061.6 4,348.2 4,661.7 529,413.3 108,596.7 0 5.4 2,363.3 416,183.5 1,116,710.9 2007 92,846.6 2,408.2 3,120.0 7,062.1 812,456.1 217,720.5 0 278.1 1,502.6 637,007.0 1,774,401.2 2008 126,146.9 2,886.3 290.1 11,768.3 732,292.9 378,106.6 0 0.0 711.7 665,159.5 1,917,362.3 2009 189,559.3 3,795.6 195.8 4,503.0 78,835.1 436,445.8 0 0.2 7,124.6 492,314.3 1,214,291.7 2010 289,506.5 5,461.9 61.0 1,296.1 105,769.6 445,079.7 0 10.4 7,016.9 630,080.7 1,486,368.1

Sumber: Badan Pusat Statistik

Lampiran 3.2.21. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Ternak, 2000-2010 (US$’000)

Tahun Daging Hati, Jeroan

Ternak Telur Konsumsi

Produk Susu Total

Sapi Kado Babi Ayam Sapi Babi Kambing 2000 -40,992 -523 143 -8,175 -20,522 -92,443 33,292 0 9 -134,193 -263,404 2001 -23,619 -581 200 2,297 -16,559 -57,946 36,700 9 25 -183,466 -242,940 2002 -18,452 -638 2,269 3,928 -22,521 -44,184 27,385 0 139 -122,033 -174,108 2003 -18,116 -1,497 2,740 4,210 -23,052 -66,530 21,549 17 -105 -152,595 -233,378 2004 -26,987 -2,001 1,122 -871 -24,893 -88,986 20,415 103 3 -267,778 -389,874 2005 -43,533 -2,660 672 -3,712 -31,585 -107,731 25,896 339 -1,781 -309,015 -473,110 2006 -49,053 -2,062 -3,351 -4,619 -529,393 -108,592 14,313 1,437 -2,273 -344,642 -1,028,235 2007 -92,810 -2,408 -2,727 -7,046 -812,427 -217,544 34,239 1,510 -1,503 -568,868 -1,669,584 2008 -126,136 -2,867 -243 -11,768 -732,293 -377,909 42,049 1,330 -712 -467,807 -1,676,355 2009 -189,539 -3,201 -183 -4,503 -58,461 -436,445 39,204 594 -7,075 -415,420 -1,076,548 2010 -289,506 -5,249 -61 -1,296 -83,134 -445,080 50,342 202 -6,854 -529,561 -1,312,283

Page 132: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

119  

Lampiran 3.3.1. Perkembangan PDB Riil Sektor Pertanian Menurut Subsektor, 2000-2010 (Rp’milyar, harga konstan 2000).

Tahun Tanaman Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Total

2000 112,661 33,745 27,035 173,441 2001 113,020 34,845 27,770 175,635 2002 115,926 37,073 29,431 182,430 2003 119,165 38,694 30,647 188,506 2004 122,612 38,849 31,673 193,134 2005 125,802 39,811 32,347 197,959 2006 129,549 41,318 33,430 204,297 2007 133,889 43,199 34,221 211,309 2008 141,800 44,786 35,425 222,011 2009 149,058 45,887 36,744 231,689 2010 151,750 46,751 38,135 236,636

Sumber: Biro Pusat Statistik.

Lampiran 3.3.2. Perkembangan PDB Riil Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2000-2010 (Rp’ milyar).

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total 2000 22,865 14,006 397 2,711 39,978 2001 24,886 15,244 432 2,950 43,512 2002 29,168 17,867 506 3,458 50,999 2003 30,819 18,878 535 3,654 53,885 2004 32,512 19,915 564 3,854 56,845 2005 35,341 21,648 613 4,190 61,792 2006 39,124 24,023 686 4,805 68,638 2007 42,618 26,169 748 5,234 74,768 2008 47,892 29,407 840 5,881 84,021 2009 48,974 30,072 859 6,014 85,919 2010 50,809 31,130 1,073 6,441 89,453

Sumber: Blueprint Hortikultura 2025 (Ditjen Hortikultura).

Page 133: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

120  

Lampiran 3.4.1. Perkembangan Jumlah dan Total Nilai Investasi PMA dan PMDN di Sektor Pertanian, 2000-2010.

Tahun PMA PMDN

Jumlah (unit)

Nilai (US$’ juta)

Jumlah (unit)

Nilai (Rp’ milyar)

2000 12 82.1 16 1.918.3 2001 9 66.4 8 950.3 2002 2 19.0 4 387.3 2003 10 220.3 6 160.8 2004 11 181.1 8 527.0 2005 20 224.4 22 3,187.7 2006 20 370.7 27 3,541.6 2007 22 107.3 20 4,993.2 2008 11 151.9 7 1,217.8 2009 10 145.0 23 2,597.2 2010 167 755.6 229 9,079.8

Sumber: Kementerian Pertanian (2011).

Page 134: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

121  

Lampiran 3.4.2. Perkembangan Nilai Investasi PMA dan PMDN menurut Subsektor di Sektor Pertanian, 2000-2010.

Tahun PMA (US$ juta) PMDN (Rp’ milyar)

Tanaman Pangan

Tanaman Hortikultura

Tanaman Perkebunan Peternakan Tanaman

Pangan Tanaman

Hortikultura Tanaman

Perkebunan Peternakan

2000 4.5 0 64.1 13.5 1,899.2 7.5 11.6 0 2001 10.9 0 53.1 2.4 123.8 0 615.9 210.6 2002 9.0 0 0 10.0 0 0 263.6 123.7 2003 2.7 0 216.5 1.1 0 0 130.9 29.9 2004 1.9 0 159 20.2 0 0 507.4 19.6 2005 4.7 0 166.9 52.8 25.3 0 3,054.1 108.3 2006 5.3 0 346.6 18.8 124.5 0 3,345.1 72.0 2007 24.3 0 38.3 44.7 189.6 0 4,689.8 113.8 2008 0 0 147.4 4.5 149.8 0 1,037.4 30.6 2009 10.0 0 132.5 2.5 113.4 0 2,195.8 288.0 2010 14.5 0 736.4 4.7 276.8 16.2 8,612.6 174.2

Sumber: Kementerian Pertanian (2011).

Page 135: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

122  

Lampiran 4.1.1. Proyeksi Luas Areal Panen, Produkivitas dan Produksi Tanaman Pangan Utama, 2011-2014.

Tahun Padi Jagung Kedelai K.Hijau K.Tanah U.Jalar U.Kayu Luas Panen (000’ ha):

2011 13.349,4 4.310,4 691,0 261,9 617,0 180,3 1.173,9 2012 13.584,9 4.494,5 710,3 265,7 613,5 179,5 1.164,8 2013 13.824,4 4.686,5 730,1 269,5 609,9 178,8 1.155,8 2014 14.068,2 4.886,6 750,5 273,4 606,4 178,0 1.146,9

Produktivitas (ku/ha): 2011 50,27 45,83 13,84 12,74 11,57 115,04 209,84 2012 50,45 47,41 14,06 12,93 11,84 116,83 217,78 2013 50,63 49,04 14,28 13,11 12,12 118,65 226,01 2014 50,80 50,73 14,50 13,30 12,41 120,49 234,55

Produksi (000’ ton): 2011 67.113,8 19.753,6 956,5 333,6 713,6 2.074,2 24.633,8 2012 68.535,3 21.306,7 998,6 343,4 726,3 2.097,6 25.367,6 2013 69.986,9 22.982,6 1.042,5 353,5 739,2 2.121,3 26.123,2 2014 71.469,3 24.790,3 1.088,4 363,8 752,3 2.145,2 26.901,4

Sumber: Hasil proyeksi

Page 136: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

123  

Lampiran 4.1.2. Proyeksi Luas Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2011-2014. 

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total Luas (000 ha):

2011 847.0 1,112.3 24.9 1.68 1.985.9 2012 861.2 1,136.9 26.1 1.85 2.026.1 2013 875.5 1,161.5 27.3 2.07 2.066.3 2014 889.7 1,186.1 28.5 2.36 2.106.7

Produktivitas (t/ha): 2011 23,99 9,62 20,73 200,08 16,05 2012 24,01 9,63 20,93 193,68 16,06 2013 24,00 9,64 21,12 182,86 16,05 2014 23,97 9,65 21,29 169,73 16,03

Produksi (000 t): 2011 20.321 10.701 515 336 31.872 2012 20.681 10.948 546 358 32.532 2013 21.015 11.195 576 379 33.166 2014 21.326 11.443 607 401 33.776

Sumber: Hasil proyeksi

Page 137: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

124  

Lampiran 4.1.3. Proyeksi Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tanaman Buah-buahan Utama, 2011-2014. Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan Manggis

Luas Areal (000’ ha): 2011 21.6 49.6 10.3 59.3 136.3 12.5 9.5 106.4 85.0 10.9 2012 22.6 53.1 10.6 61.5 141.2 12.9 9.6 110.9 90.9 11.5 2013 23.7 56.7 10.9 63.7 146.1 13.2 9.8 115.3 96.8 12.2 2014 24.7 60.4 11.1 65.9 150.8 13.6 9.9 119.8 102.8 12.9

Produktivitas (t/ha): 2011 11.0 11.0 20.8 36.2 10.4 123.8 75.9 57.6 6.7 8.5 2012 11.1 11.3 21.1 36.8 10.8 133.2 77.6 58.1 6.8 8.8 2013 11.2 11.5 21.4 37.3 11.1 142.9 79.2 58.6 6.9 9.1 2014 11.2 11.8 21.8 37.9 11.5 152.7 80.7 59.1 7.1 9.4

Produksi (000’ t): 2011 231.1 521.4 213.8 2073.6 1436.1 1502.6 738.5 6123.0 568.4 92.6 2012 236.9 552.0 223.5 2113.3 1563.7 1618.0 782.1 6431.1 621.1 101.1 2013 242.6 582.7 233.1 2151.7 1695.6 1735.9 826.0 6738.4 675.8 109.9 2014 248.1 613.5 242.6 2188.9 1831.5 1856.1 870.1 7044.4 732.3 118.9

Sumber: Hasil proyeksi.

Page 138: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

125  

Lampiran 4.1.4. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Sayuran Utama, 2011-2014.

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel

Luas Panen (000’ ha): 2011 110.4 1.7 246.7 89.8 66.7 57.2 68.2 53.2 63.2 27.7 2012 111.2 1.6 255.8 93.5 67.0 57.5 68.9 54.1 65.0 28.2 2013 112.1 1.5 264.8 97.3 67.2 57.7 69.6 55.0 66.7 28.7 2014 112.9 1.4 273.6 101.0 67.4 58.0 70.3 55.8 68.4 29.1

Produktivitas (ku/ha): 2011 9.75 6.85 5.61 5.72 15.87 9.5 20.66 10 14.83 15.08 2012 9.92 6.91 5.61 5.77 15.78 9.38 20.76 10.25 15.14 15.15 2013 10.08 6.96 5.61 5.81 15.7 9.27 20.85 10.49 15.45 15.22 2014 10.23 7.02 5.61 5.85 15.61 9.16 20.94 10.73 15.74 15.28

Produksi (000’ t): 2011 1,083.9 10.9 1,391.7 492.1 1072.1 571.2 1401.2 535.1 921.9 425.1 2012 1,118.4 9.7 1,450.5 495.9 1082.9 595.5 1417.2 561.1 953.1 441.8 2013 1,152.3 8.5 1,508.6 499.5 1093.3 619.5 1432.6 587.1 983.7 458.4 2014 1,185.4 7.5 1,566.1 503.0 1103.3 643.2 1447.3 612.9 1013.8 474.6

Sumber: Hasil proyeksi

Page 139: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

126  

Lampiran 4.1.5. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Obat, 2011-2014.

Tahun Jahe Kunyit Kencur Lengkuas Temu-lawak

Kapu- laga Temuireng Lempu-

yang Temu-kunci Sambi- loto

Luas Panen (000’ha): 2011 6,145 4,701 2,009 2,157 1,444 569 389 426 286 192 2012 6,234 4,841 2,093 2,252 1,515 596 402 440 298 220 2013 6,319 4,978 2,177 2,346 1,585 624 414 455 310 250 2014 6,401 5,112 2,260 2,439 1,656 651 426 469 322 283

Produktivitas (t/ha): 2011 17.5  24.5 16.4 29.3 20.4 63.3  20.0 21.2 17.1 23.1

2012 17.1  25.4 17.3 30.0 21.4 75.4  21.0 21.6 18.4 23.2

2013 16.8  26.3  18.3  30.7  22.4  89.1  22.1  22.1  19.7  23.2 

2014 16.4  27.2 19.3 31.4 23.4 104.5  23.1 22.5 21.0 23.3

Produksi (000 t): 2011 107,925 115,058 30,178 60,977 29,400 34,705 7,405 8,696 5,049 4,784 2012 108,106 122,879 30,701 62,956 32,258 41,813 7,666 8,867 5,810 5,894 2013 108,278 130,814 31,206 64,898 35,236 49,948 7,922 9,032 6,641 7,194 2014 108,442 138,839 31,694 66,799 38,327 59,180 8,174 9,192 7,544 8,700

Sumber: Hasil proyeksi

Page 140: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

127  

Lampiran 4.1.6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Hias Utama, 2011-2014.

Tahun Melati Krisan Mawar Sedap Malam Gladiol Anggrek Palem Anthurium Heliconia Anyelir

Luas Panen (ha): 2011 87.3 1,100.0 370.2 64.2 30.0 148.0 45.5 25.6 28.4 25.9 2012 80.7 1,148.4 363.0 65.1 25.6 152.3 44.2 25.8 29.2 26.6 2013 74.4 1,196.4 355.8 65.9 21.7 156.5 42.9 26.0 30.1 27.4 2014 68.5 1,243.8 348.5 66.8 18.4 160.6 41.6 26.2 31.0 28.1

Produkivitas/ha: a) 2011 22.8 20.0 22.7 109.5 28.2 10.7 2.4 34.0 12.8 33.4 2012 24.3 21.6 24.0 125.3 31.9 11.4 2.5 37.8 14.6 35.6 2013 25.8 23.2 25.3 142.4 35.9 12.1 2.5 41.8 16.5 37.7 2014 27.4 24.8 26.6 160.9 40.1 12.7 2.6 46.0 18.6 39.9

Produksi: b) 2011 21,874 207,423 84,096 62,392 10,795 15,676 1,136 8,632 3,494 8,556 2012 22,138 231,029 85,788 65,483 11,541 17,399 1,174 9,679 4,090 9,569 2013 22,391 256,006 87,429 68,565 12,298 19,216 1,211 10,793 4,754 10,645 2014 22,634 282,301 89,017 71,631 13,064 21,123 1,247 11,974 5,487 11,783

Sumber: Hasil proyeksi. Keterangan: a) Satuan: ton/ha untuk melati; pohon/ha untuk palem; tangkai/ha untuk lainnya. b) Satuan: ton untuk melati; 000 pohon untuk palem; 000 tangkai untuk lainnya.

Page 141: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

128  

Lampiran 4.1.7. Proyeksi Luas Areal Total dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2011-2014.

Tahun K. Sawit Kelapa Karet Kakao Kopi Cengkeh Tebu/gula Tembakau Lada Teh Luas (000 ha):

2011 8,594 3,813 3,477 1,758 1,270 475.1 444.6 196.0 186.6 125.5 2012 9,190 3,819 3,509 1,872 1,272 480.3 455.3 198.1 186.9 126.5 2013 9,827 3,824 3,541 1,993 1,274 485.5 466.1 200.3 187.2 127.5 2014 10,509 3,829 3,573 2,122 1,276 490.7 477.3 202.5 187.5 128.5

Produksi (000 t): 2011 25,753 3,300 2,621 863 690 115.6 2,805 123.5 85.6 150.9 2012 27,970 3,334 2,651 881 696 120.5 2,921 124.7 87.0 151.4 2013 30,377 3,368 2,681 900 702 125.7 3,042 125.9 88.5 151.9 2014 32,992 3,403 2,711 919 708 131.0 3,167 127.2 89.9 152.4

Sumber: Hasil proyeksi

Lampiran 4.1.8. Proyeksi Produksi Peternakan, 2011-2014 (ton).

Tahun

Daging Telur

Susu Sapi Unggas Ternak Kecil Ternak Besar

Ayam Buras

Ayam Ras

Pedaging

Ayam Ras

Petelur Itik Kambing Domba Babi Sapi Kerbau Kuda Ayam Ras

Petelur Ayam Buras Itik

2011 248,161 1,270,991 62,715 28,695 82,476 59,017 207,611 448,474 36,359 1,796 1,001,797 176,789 258,194 1,020,023 2012 237,043 1,364,027 64,797 29,513 87,770 58,935 211,701 462,152 35,538 1,792 1,046,177 186,371 264,855 1,121,414 2013 226,424 1,463,874 66,949 30,354 93,405 58,852 215,871 476,248 34,734 1,788 1,092,522 196,473 271,689 1,232,882 2014 216,280 1,571,030 69,171 31,219 99,402 58,770 220,124 490,773 33,949 1,784 1,140,921 207,121 278,698 1,355,431

Sumber: Hasil proyeksi

Page 142: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

129  

Lampiran 4.2.1. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Pangan Utama, 2011-2014 (US$’000).

Tahun Beras Jagung Kedelai K.Hijau K.Tanah U.Jalar U.Kayu Total Nilai Ekspor:

2011 441 11.660 5.832 11.596 4.815 29.494 441 64.279 2012 446 12.102 5.957 11.647 4.861 30.420 446 65.879 2013 452 12.560 6.086 11.698 4.908 31.375 452 67.531 2014 457 13.035 6.216 11.749 4.956 32.360 457 69.230

Nilai Impor: 2011 171.429 388.459 700.571 215.002 40 108.396 171.428 1.755.325 2012 140.314 368.388 647.161 198.521 39 98.206 140.314 1.592.943 2013 114.847 349.355 597.824 183.305 39 88.974 114.847 1.449.191 2014 94.002 331.304 552.248 169.254 38 80.610 94.002 1.321.458

Neraca: 2011 -170.988 -376.798 -694.739 -203.405 4.775 -78.902 -170.988 -1.691.045 2012 -139.868 -356.287 -641.204 -186.875 4.822 -67.786 -139.868 -1.527.066 2013 -114.396 -336.795 -591.738 -171.607 4.870 -57.599 -114.396 -1.381.661 2014 -93.545 -318.269 -546.031 -157.505 4.918 -48.250 -93.545 -1.252.227

Sumber: Hasil proyeksi

Page 143: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

130  

Lampiran 4.2.2. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan Utama, 2011-2014 (US$’000).

Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambu-

tan Manggis Total

Nilai Ekspor: 2011 84.0 8.2 174.7 140.0 1,101.6 32.5 108.0 106.9 349.2 9,665.9 11,771.0 2012 101.7 9.1 223.6 82.2 1,139.2 25.7 113.3 59.1 359.5 10,672.3 12,785.7 2013 123.2 9.9 286.2 48.3 1,178.1 20.3 118.8 32.7 370.2 11,783.5 13,971.2 2014 149.3 10.9 366.4 28.4 1,218.2 16.1 124.6 18.1 381.1 13,010.4 15,323.5

Nilai Impor: 2011 16.6 37,834 57.0 18,434 875 62.9 499 1,113 11.75 5.20 58,909 2012 14.2 41,246 41.8 13,944 938 74.1 631 1,385 11.22 3.86 58,288 2013 12.1 44,966 30.7 10,547 1,005 87.2 798 1,722 10.72 2.87 59,181 2014 10.4 49,021 22.5 7,978 1,077 102.7 1,009 2,143 10.23 2.13 61,375

Neraca: 2011 67.4 -37,826 118 -18,294 226.3 -30.4 -391 -1,006 337.4 9,661 -47,138 2012 87.5 -41,237 182 -13,861 201.3 -48.4 -517 -1,326 348.3 10,668 -45,503 2013 111.1 -44,956 256 -10,499 173.1 -66.9 -679 -1,690 359.4 11,781 -45,210 2014 138.9 -49,010 344 -7,949 141.5 -86.7 -884 -2,125 370.9 13,008 -46,051

Sumber: Hasil proyeksi

Page 144: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

131  

Lampiran 4.2.3. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Sayuran Utama, 2011-2014 (US$’000).

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel Total

Nilai Ekspor: 2011 1,941 87.1 613.4 91.4 2,168.98 1,072 5,374.45 0.44 3,949 7,834 23,133 2012 2,077 101.1 576.6 104.8 1,939.19 1,338 4,065.23 0.11 4,638 9,881 24,721 2013 2,223 117.2 542.0 120.2 1,733.74 1,670 3,074.94 0.03 5,447 12,462 27,390 2014 2,378 136.0 509.5 137.8 1,550.06 2,084 2,325.89 0.01 6,397 15,718 31,236

Nilai Impor: 2011 1,159 2,254 1,020 43.0 16,166 36.32 592.0 0.36 36.98 19,488 40,796 2012 1,123 2,066 776 50.1 17,911 26.81 533.7 0.43 24.69 21,558 44,070 2013 1,088 1,894 591 58.3 19,844 19.79 481.1 0.52 16.48 23,847 47,840 2014 1,054 1,736 449 68.0 21,986 14.61 433.8 0.63 11.00 26,380 52,133

Neraca: 2011 782 -2,167 -406.8 48.4 -13,997 1,036 4,782 0.08 3,912 -19,488 -40,796 2012 954 -1,965 -199.6 54.7 -15,972 1,311 3,532 -0.33 4,613 -21,558 -44,070 2013 1,135 -1,776 -48.6 61.8 -18,111 1,650 2,594 -0.50 5,431 -23,847 -47,840 2014 1,325 -1,600 60.1 69.8 -20,436 2,069 1,892 -0.62 6,386 -26,380 -52,133

Sumber: Hasil proyeksi

Page 145: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

132  

Lampiran 4.2.4. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat Utama, 2011-2014 (US$’000).

Tahun Jahe Kunyit Temulawak Total Nilai Ekspor:

2011 1,396 931 0 2,326 2012 1,489 1,012 0 2,500 2013 1,588 1,100 0 2,688 2014 1,694 1,195 0 2,889

Nilai Ekspor: 2011 2,215 79 0 2,294 2012 2,696 94 0 2,790 2013 3,281 112 0 3,393 2014 3,993 134 0 4,127

Neraca: 2011 -820 852 0 32 2012 -1,207 918 0 -290 2013 -1,693 987 0 -706 2014 -2,299 1,061 0 -1,238

Page 146: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

133  

Lampiran 4.2.5. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Hias Utama, 2011-2014 (US$’000).

Tahun Krisan Mawar Anggrek Total Nilai Ekspor:

2011 1,647 1,172 919 3,738 2012 1,940 1,465 953 4,358 2013 2,286 1,830 988 5,104 2014 2,693 2,286 1,024 6,003

Nilai Ekspor: 2011 61 152.0 0.59 213 2012 81 173.3 0.50 255 2013 109 197.5 0.43 307 2014 146 225.0 0.36 371

Neraca: 2011 1,586  1,020  918  3,525 

2012 1,859 1,292 952  4,103

2013 1,538  975  919  3,431 2014 1,794  1,240  952  3,987

Sumber: Hasil proyeksi

Page 147: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

134  

Lampiran 4.2.6. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2011-2014 (US$’000).

Tahun Kelapa Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa Temba-

kau Lada Teh Gula Cengkeh Total

Nilai Ekspor: 2011 16,848 7,446 1,763 795 654 349 277 174 79 9.2 28,396 2012 21,163 8,297 2,055 868 709 409 345 186 95 7.4 34,136 2013 26,584 9,245 2,396 948 769 479 430 199 114 5.9 41,170 2014 33,393 10,302 2,793 1,035 835 561 536 212 136 4.7 49,807

Nilai Impor: 2011 51.2 51.9 173.6 42.1 1.0 459.8 2.9 19.3 1,080 1.5 1,883 2012 61.3 63.0 197.0 52.9 0.5 510.1 3.6 22.2 1,137 1.8 2,049 2013 73.5 76.5 223.6 66.5 0.3 566.0 4.5 25.5 1,197 2.1 2,235 2014 88.0 92.8 253.7 83.5 0.2 627.9 5.6 29.3 1,260 2.6 2,444

Neraca: 2011 16,797 7,394 1,590 753 653 -110.4 274 155 -1,000 7.7 26,513 2012 21,102 8,234 1,858 815 709 -100.8 342 164 -1,042 5.6 32,087 2013 26,511 9,169 2,172 881 769 -86.6 426 173 -1,083 3.8 38,935 2014 33,305 10,209 2,539 951 835 -66.4 530 183 -1,124 2.1 47,364

Sumber: Hasil proyeksi

Page 148: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

135  

Lampiran 4.2.7. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2011-2014 (US$’000). 

Tahun Daging  Hati/ 

Jeroan Ternak  Telur

konsProduk susu Total 

Sapi Kado Babi Ayam Sapi Kerbau Babi Kambing Nilai Ekspor: 

2011  0  241.1  0  0  24,884  0  0  45,827  196.5  188.2  108,236  179,573 

2012  0  272.8  0  0  27,355  0  0  41,718  181.3  217.2  116,544  186,288 

2013  0  308.8  0 0 30,072 0 0 37,976 167.3 250.7 125,490 194,265

2014  0  349.4  0  0  33,059  0  0  34,571  154.3  289.5  135,123  203,545 

Nilai Impor: 

2011  317,667  5,788  54.5 1,134 106,464 471,859 2,132  0 9.5 6,931 663,729 1,575,768

2012  348,567  6,134  48.8  992  107,162  500,250  2,180  0  9.0  6,846  699,174  1,671,363 

2013  382,473  6,501  43.6  867  107,865  530,349  2,229  0  8.6  6,762  736,511  1,773,610 

2014  419,677  6,889  39.0 759 108,573 562,258 2,280  0 8.2 6,679 776,826 1,883,989

Neraca: 

2011  ‐317,667  ‐5,547  ‐54.5  ‐1,134  ‐81,580  ‐471,859  ‐2,132  45,827  187.0  ‐6,743  ‐555,493  ‐1,396,195 

2012  ‐348,567  ‐5,861  ‐48.8 ‐992 ‐79,807 ‐500,250 ‐2,180  41,718 172.2 ‐6,629 ‐582,630 ‐1,485,075

2013  ‐382,473  ‐6,192  ‐43.6  ‐867  ‐77,793  ‐530,349  ‐2,229  37,976  158.7  ‐6,511  ‐611,021  ‐1,579,345 

2014  ‐419,677  ‐6,540  ‐39.0  ‐759  ‐75,514  ‐562,258  ‐2,280  34,571  146.1  ‐6,390  ‐641,703  ‐1,680,444 

Sumber: Hasil proyeksi

Page 149: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

136  

Lampiran 4.3.1. Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2011-2014 (Rp milyar)

Tahun Tanaman Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Total

2011 157,742 48,255 39,347 245,345 2012 163,971 49,808 40,598 254,377 2013 170,446 51,410 41,888 263,744 2014 177,176 53,065 43,220 273,460

Sumber: Hasil proyeksi

Lampiran 4.4.1. Proyeksi Nilai PMA dan PMDN, 2011-2014. Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Total

PMA (US$’jt): 2010 14.5 0 736.4 4.7 756 2011 16.2 0 929.9 5.1 951 2012 18.0 0 1,162.1 5.4 1,186 2013 19.9 0 1,437.7 5.8 1,463 2014 21.9 0 1,761.5 6.1 1,790

PMDN (Rp’m): 2010 276.8 16.2 8,612.6 174.2 9,080 2011 230.8 0 16,279.3 170.8 16,681 2012 194.3 0 30,046.3 167.6 30,408 2013 165.1 0 54,185.2 164.6 54,515 2014 141.6 0 95,540.4 161.8 95,844

Sumber: Hasil proyeksi

Page 150: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

137  

Lampiran 5.1.1. Proyeksi Luas Areal Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (’000 ha). Tahun Padi Jagung Kedelai K.Hijau K.Tanah U.Jalar U.Kayu 2015 14.234 5.006 764 276 602 178 14.234 2016 14.401 5.128 779 279 597 177 14.401 2017 14.570 5.253 793 281 593 177 14.570 2018 14.741 5.381 808 284 588 176 14.741 2019 14.915 5.513 823 287 584 176 14.915 2020 15.081 5.641 838 290 579 175 15.081 2021 15.250 5.771 854 292 575 175 15.250 2022 15.420 5.905 870 295 570 174 15.420 2023 15.592 6.042 886 298 566 174 15.592 2024 15.766 6.182 902 301 562 173 15.766 2025 14.234 5.006 764 276 602 178 14.234

Sumber: Hasil Proyeksi

Lampiran 5.1.2. Proyeksi Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (ku/ha). Tahun Padi Jagung Kedelai K.Hijau K.Tanah U.Jalar U.Kayu 2015 51,09 51,90 14,69 13,49 12,69 122,32 243,20 2016 51,37 53,09 14,88 13,69 12,98 124,18 252,16 2017 51,66 54,31 15,08 13,88 13,28 126,06 261,46 2018 51,94 55,56 15,27 14,08 13,59 127,98 271,10 2019 52,23 56,83 15,47 14,28 13,90 129,92 281,09 2020 52,53 57,49 15,67 14,48 14,21 131,84 291,18 2021 52,82 58,15 15,88 14,68 14,53 133,79 301,64 2022 53,11 58,82 16,09 14,88 14,86 135,77 312,47 2023 53,41 59,49 16,29 15,08 15,19 137,78 323,69 2024 53,71 60,17 16,51 15,29 15,53 139,82 335,32 2025 54,01 60,87 16,72 15,51 15,88 141,89 347,36

Sumber: Hasil Proyeksi

Page 151: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

138  

Lampiran 5.1.3. Proyeksi Produksi Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (’000 ton).

Tahun Padi Jagung Kedelai K.Hijau K.Tanah U.Jalar U.Kayu 2015 72.713 25.979 1.123 373 764 2.172 72.713 2016 73.978 27.225 1.159 381 775 2.198 73.978 2017 75.265 28.530 1.196 391 787 2.225 75.265 2018 76.574 29.898 1.234 400 799 2.253 76.574 2019 77.906 31.332 1.273 410 811 2.281 77.906 2020 79.216 32.426 1.314 419 823 2.308 79.216 2021 80.547 33.559 1.356 429 835 2.335 80.547 2022 81.901 34.732 1.399 439 847 2.363 81.901 2023 83.277 35.946 1.443 450 860 2.392 83.277 2024 84.677 37.202 1.490 460 872 2.420 84.677 2025 86.100 38.502 1.537 471 885 2.449 86.100

Sumber: Hasil Proyeksi

Lampiran 5.1.4. Proyeksi Luas Panen Komoditas Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2015-2025 (000 ha).

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total 2015 904.0 1,210.6 29.7 2.71 2,147.1 2016 918.2 1,235.2 30.9 3.12 2,187.5 2017 932.5 1,259.8 32.2 3.59 2,228.0 2018 946.7 1,284.4 33.4 4.12 2,268.6 2019 961.0 1,309.0 34.6 4.71 2,309.2 2020 975.2 1,333.5 35.8 5.36 2,349.9 2021 989.4 1,358.1 37.0 6.07 2,390.7 2022 1,003.7 1,382.7 38.3 6.85 2,431.5 2023 1,017.9 1,407.3 39.5 7.68 2,472.4 2024 1,032.2 1,431.9 40.7 8.57 2,513.3 2025 1,046.4 1,456.4 41.9 9.52 2,554.3

Sumber: Hasil proyeksi

Page 152: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

139  

Lampiran 5.1.5. Proyeksi Produktivitas Komoditas Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2015-2025 (t/ha).

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total 2015 23,91 9,66 21,44 155,90 16,01 2016 23,84 9,66 21,59 142,41 15,97 2017 23,75 9,67 21,72 129,83 15,93 2018 23,65 9,68 21,84 118,40 15,89 2019 23,54 9,69 21,96 108,17 15,84 2020 23,42 9,69 22,06 99,09 15,78 2021 23,30 9,70 22,16 91,07 15,73 2022 23,17 9,71 22,26 83,97 15,67 2023 23,03 9,71 22,34 77,70 15,61 2024 22,89 9,72 22,42 72,14 15,55 2025 22,75 9,72 22,50 67,21 15,48

Sumber: Hasil proyeksi

Lampiran 5.1.6. Proyeksi Produksi Komoditas Hortikultura Menurut Kelompok Komoditas, 2015-2025 (000 t).

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total 2015 21,616 11,690 637 423 34,366 2016 21,889 11,937 668 444 34,939 2017 22,147 12,184 699 466 35,496 2018 22,391 12,432 729 488 36,039 2019 22,622 12,679 760 510 36,570 2020 22,841 12,926 790 531 37,089 2021 23,051 13,173 821 553 37,598 2022 23,251 13,421 851 575 38,098 2023 23,443 13,668 882 597 38,589 2024 23,627 13,915 913 618 39,073 2025 23,803 14,162 943 640 39,549

Sumber: Hasil proyeksi

Page 153: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

140  

Lampiran 5.1.7. Proyeksi Luas Areal Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (000 ha)

Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambu-tan Manggis

2015 25.7  64.1  11.4  68.1  155.5  13.9  10.0  124.1  108.8  13.5 

2016 26.7  67.8  11.7 70.2 160.0 14.2 10.1 128.4 114.9 14.2

2017 27.7  71.6  11.9  72.2  164.5  14.5  10.2  132.6  121.0  14.9 

2018 28.7  75.3  12.2  74.2  168.9  14.8  10.4  136.8  127.1  15.5 

2019 29.7  79.1  12.4 76.2 173.1 15.1 10.5 140.8 133.2 16.2

2020 30.7  82.9  12.6  78.1  177.2  15.4  10.6  144.8  139.2  16.9 

2021 31.6  86.6  12.9  80.0  181.3  15.7  10.6  148.6  145.3  17.5 

2022 32.5  90.3  13.1 81.8 185.2 16.0 10.7 152.4 151.2 18.1

2023 33.4  94.0  13.3 83.6 189.0 16.3 10.8 156.1 157.1 18.8

2024 34.3  97.6  13.5  85.3  192.7  16.5  10.9  159.7  162.9  19.4 

2025 35.1  101.2  13.7 86.9 196.2 16.8 11.0 163.1 168.7 20.0

Sumber: Hasil Proyeksi

Lampiran 5.1.8. Proyeksi Produktivitas Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (t/ha) Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambu-tan Manggis 2015 11.30 12.09 22.04 38.36 11.83 162.67 82.23 59.53 7.18 9.61 2016 11.36 12.35 22.33 38.84 12.17 172.76 83.69 59.96 7.30 9.86 2017 11.41 12.61 22.60 39.30 12.51 182.95 85.10 60.36 7.41 10.11 2018 11.47 12.86 22.87 39.75 12.84 193.19 86.47 60.75 7.52 10.35 2019 11.52 13.10 23.12 40.17 13.16 203.47 87.78 61.12 7.63 10.59 2020 11.57 13.33 23.36 40.58 13.47 213.75 89.05 61.48 7.73 10.81 2021 11.61 13.56 23.60 40.98 13.78 224.02 90.27 61.82 7.83 11.03 2022 11.66 13.78 23.82 41.36 14.07 234.24 91.45 62.14 7.92 11.25 2023 11.70 13.99 24.04 41.72 14.36 244.39 92.58 62.45 8.01 11.45 2024 11.74 14.19 24.24 42.07 14.64 254.45 93.67 62.74 8.10 11.65 2025 11.78 14.39 24.44 42.40 14.91 264.40 94.72 63.03 8.18 11.85

Sumber: Hasil Proyeksi

Page 154: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

141  

Lampiran 5.1.9. Proyeksi Produksi Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (000 t)

Tahun Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambu-tan Manggis 2015 254  644  252  2,225  1,971  1,978  914  7,348  791  128 

2016 259  675 261 2,259 2,114 2,102  958 7,649 850 138

2017 264  706  270  2,293  2,259  2,227  1,002  7,947  911  148 

2018 269  736  279  2,325  2,406  2,352  1,046  8,241  973  157 

2019 273  766 288 2,356 2,556 2,478  1,089 8,531 1,036 167

2020 278  796  297  2,386  2,706  2,605  1,131  8,815  1,100  178 

2021 282  825  305  2,415  2,858  2,731  1,174  9,095  1,164  188 

2022 287  854 314 2,443 3,010 2,856  1,215 9,369 1,229 198

2023 291  883  322  2,469  3,162  2,981  1,256  9,637  1,294  208 

2024 295  911  330  2,495  3,313  3,104  1,296  9,899  1,359  219 

2025 299  938 337 2,519 3,464 3,227  1,335 10,155 1,423 229

Sumber: Hasil Proyeksi

Lampiran 5.1.10. Proyeksi Luas Panen Tanaman Sayuran Utama, 2015-2025 (000 ha)

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel

2015 113.6  1.3 282.2 104.6 67.6 58.2  71.0 56.6 70.0 29.6

2016 114.4  1.2  290.7  108.2  67.8  58.4  71.7  57.4  71.7  30.0 

2017 115.0  1.1  299.0  111.8  67.9  58.7  72.3  58.1  73.2  30.4 

2018 115.7  1.0 307.1 115.2 68.1 58.9  72.9 58.9 74.7 30.8

2019 116.3  0.9  315.0  118.6  68.3  59.1  73.4  59.6  76.2  31.2 

2020 117.0  0.9  322.7  121.9  68.4  59.3  74.0  60.2  77.6  31.6 

2021 117.5  0.8 330.2 125.2 68.6 59.4  74.5 60.9 79.0 31.9

2022 118.1  0.7  337.5  128.3  68.7  59.6  75.0  61.5  80.4  32.2 

2023 118.6  0.6  344.6  131.4  68.8  59.8  75.5  62.1  81.6  32.6 

2024 119.1  0.6 351.4 134.4 68.9 59.9  75.9 62.6 82.9 32.9

2025 119.6  0.5  358.1  137.3  69.1  60.1  76.3  63.2  84.1  33.2 

Sumber: Hasil Proyeksi

Page 155: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

142  

Lampiran 5.1.11. Proyeksi Produktivitas Tanaman Buah-buahan Utama, 2015-2025 (t/ha)

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel

2014 10.23 7.02 5.61 5.85 15.61 9.16 20.94 10.73 15.74 15.282015 10.72  5.00 5.75 4.84 16.46 11.46 20.59 11.27 14.90 16.59

2016 10.92  4.75 5.78 4.70 16.55 11.82 20.57 11.57 14.95 16.87

2017 11.13  4.55  5.80  4.58  16.66  12.13  20.58  11.86  15.03  17.17 

2018 11.32  4.30  5.82  4.47  16.73  12.46  20.59  12.11  15.09  17.44 

2019 11.51  4.11  5.84  4.37  16.79  12.79  20.61  12.38  15.14  17.69 

2020 11.69  3.56 5.86 4.27 16.89 13.10 20.59 12.66 15.21 17.91

2021 11.87  3.38 5.88 4.18 16.94 13.43 20.60 12.89 15.25 18.18

2022 12.04  3.29 5.90 4.10 17.02 13.74 20.61 13.14 15.29 18.45

2023 12.20  3.33  5.92  4.02  17.09  14.01  20.61  13.37  15.36  18.62 

2024 12.36  2.83  5.93  3.94  17.16  14.32  20.62  13.61  15.39  18.84 

Lampiran 5.1.12. Proyeksi Produksi Tanaman Sayuran Utama, 2015-2025 (000 t)

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel

2015 1,218  6.5  1,623  506  1,113  667  1,462  638  1,043  491 

2016 1,249  5.7  1,679  509  1,122  690  1,475  664  1,072  506 

2017 1,280  5.0 1,733 512 1,131 712  1,488 689 1,100 522

2018 1,310  4.3  1,787  515  1,139  734  1,501  713  1,127  537 

2019 1,339  3.7  1,840  518  1,147  756  1,513  738  1,154  552 

2020 1,368  3.2 1,891 521 1,155 777  1,524 762 1,180 566

2021 1,395  2.7  1,942  523  1,162  798  1,535  785  1,205  580 

2022 1,422  2.3  1,991  526  1,169  819  1,546  808  1,229  594 

2023 1,447  2.0 2,039 528 1,176 838  1,556 830 1,253 607

2024 1,472  1.7  2,085  530  1,182  858  1,565  852  1,276  620 

2025 1,496  1.4  2,130  532  1,189  876  1,574  873  1,298  632 

Sumber: Hasil Proyeksi

Page 156: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

143  

Lampiran 5.1.13. Proyeksi Luas Panen Tanaman Obat, 2015-2025 (ha)

Tahun Jahe Kunyit Kencur Lengkuas Temu-lawak Kapulaga Temu-ireng Lempu-

yang Temu-kunci Sambiloto

2015 6,480  5,243  2,342  2,531  1,726  678  438  483  334  318 

2016 6,556  5,370 2,422 2,622 1,795 704  449 496 345 356

2017 6,629  5,494  2,501  2,711  1,863  731  461  509  356  395 

2018 6,699  5,614  2,578  2,798  1,930  757  472  522  367  438 

2019 6,766  5,731 2,654 2,884 1,996 782  482 535 378 482

2020 6,831  5,845 2,729 2,968 2,061 807  493 547 389 528

2021 6,893  5,954  2,801  3,051  2,125  832  503  559  399  576 

2022 6,952  6,061 2,872 3,131 2,188 856  512 570 409 626

2023 7,009  6,163 2,941 3,209 2,249 879  522 581 419 678

2024 7,063  6,263  3,008  3,285  2,309  902  531  592  429  731 

2025 7,115  6,359 3,073 3,359 2,367 925  540 603 438 785

Sumber: Hasil Proyeksi

Lampiran 5.1.14. Proyeksi Produktivitas Tanaman Obat, 2015-2025 (t/ha)

Tahun Jahe Kunyit Kencur Lengkuas Temu-lawak Kapulaga Temuireng Lempu-

yang Temu-kunci Sambiloto

2015 16.1  28.0 20.2 32.0 24.3 121.5  24.1 22.9 22.3 23.3

2016 15.7  28.9  21.2  32.6  25.3  140.4  25.1  23.3  23.6  23.4 

2017 15.4  29.7  22.2  33.2  26.2  161.2  26.1  23.7  25.0  23.4 

2018 15.0  30.5 23.1 33.8 27.2 183.8  27.1 24.0 26.3 23.5

2019 14.7  31.3  24.1  34.4  28.1  208.3  28.1  24.4  27.6  23.5 

2020 14.4  32.1  25.0  34.9  29.0  234.7  29.0  24.7  29.0  23.6 

2021 14.0  32.9 25.9 35.4 29.9 262.9  30.0 25.1 30.3 23.6

2022 13.7  33.6  26.8  35.9  30.7  292.9  30.9  25.4  31.7  23.6 

2023 13.3  34.3  27.7  36.4  31.6  324.7  31.8  25.7  33.0  23.7 

2024 13.0  35.0 28.6 36.9 32.4 358.2  32.7 26.0 34.3 23.7

2025 12.6  35.7  29.5  37.3  33.2  393.3  33.5  26.2  35.6  23.7 

Sumber: Hasil Proyeksi

Page 157: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

144  

Lampiran 5.1.15. Proyeksi Produksi Tanaman Obat, 2015-2025 (kg)

Tahun Jahe Kunyit Kencur Lengkuas Temu-lawak Kapulaga Temuireng Lempu-yang Temukunci Sambiloto

2015 108.6  146.9  32.2  68.7  41.5  69.6  8.4  9.3  8.5  10.4 

2016 108.7  155.1  32.6 70.5 44.8 81.2  8.7 9.5 9.6 12.4

2017 108.9  163.2  33.1  72.2  48.2  94.0  8.9  9.6  10.7  14.6 

2018 109.0  171.4  33.5  74.0  51.6  108.2  9.1  9.8  11.9  17.1 

2019 109.1  179.5  33.9 75.6 55.1 123.7  9.4 9.9 13.1 19.9

2020 109.3  187.6  34.3 77.3 58.7 140.5  9.6 10.0 14.4 23.0

2021 109.4  195.6  34.6  78.9  62.3  158.6  9.8  10.2  15.8  26.3 

2022 109.5  203.6  35.0 80.4 65.9 178.1  10.0 10.3 17.2 30.0

2023 109.6  211.5  35.3 81.9 69.5 198.8  10.2 10.4 18.7 33.9

2024 109.7  219.2  35.7  83.3  73.2  220.8  10.4  10.5  20.2  38.2 

2025 109.8  226.9  36.0 84.7 76.8 244.0  10.6 10.6 21.8 42.7

Sumber: Hasil Proyeksi

Lampiran 5.1.16. Proyeksi Luas Panen Tanaman Hias Utama, 2015-2025 (ha)

Tahun Melati Krisan Mawar Sedap Malam Gladiol Anggrek Palem Anthurium Heliconia Anyelir

2015 68.5  1,243.8  348.5  66.8  18.4  160.6  41.6  26.2  31.0  28.1 

2016 63.0  1,290.7 341.3 67.5 15.5 164.6  40.3 26.3 31.8 28.8

2017 57.8  1,337.0  334.0  68.3  13.0  168.5  39.1  26.5  32.6  29.5 

2018 52.9  1,382.5  326.8  69.0  10.9  172.3  37.8  26.7  33.4  30.2 

2019 48.3  1,427.2 319.5 69.7 9.1 176.0  36.6 26.8 34.2 30.8

2020 44.0  1,471.0  312.2  70.4  7.5  179.6  35.4  26.9  34.9  31.5 

2021 40.0  1,514.0  304.9  71.0  6.2  183.1  34.1  27.1  35.7  32.1 

2022 36.3  1,555.9 297.7 71.6 5.1 186.4  32.9 27.2 36.4 32.7

2023 32.8  1,596.9 290.4 72.2 4.1 189.7  31.8 27.3 37.1 33.3

2024 29.6  1,636.8  283.2  72.8  3.4  192.8  30.6  27.5  37.7  33.8 

2025 26.7  1,675.7 276.0 73.3 2.7 195.8  29.4 27.6 38.4 34.3

Sumber: Hasil Proyeksi

Page 158: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

145  

Lampiran 5.1.17. Proyeksi Produktivitas Tanaman Hias Utama, 2015-2025.

Tahun Melati Krisan Mawar Sedap Malam Gladiol Anggrek Palem Anthurium Heliconia Anyelir

2015 290  265  279  1,807  447  134  27  504  208  421 

2016 305  282  292 2,019 495 140  28 550 232 443

2017 321  299  304  2,244  545  147  29  597  257  466 

2018 337  317  317  2,481  598  154  30  647  283  488 

2019 353  334  330 2,730 653 160  30 697 310 509

2020 368  352  342  2,991  710  167  31  749  339  531 

2021 384  369  354  3,262  770  173  32  801  369  553 

2022 399  386  366 3,543 830 179  32 855 399 574

2023 415  404  378  3,833  893  185  33  909  431  595 

2024 430  421  390  4,130  956  191  34  964  463  616 

2025 444  438  401 4,435 1,021 197  34 1,019 496 636

Sumber: Hasil Proyeksi; Satuan: Melati = t/ha; Palem = 000 pohon/ha; Lainnya = 000 tangkai/ha

Lampiran 5.1.18. Proyeksi Produksi Tanaman Hias Utama, 2015-2025.

Tahun Melati Krisan Mawar Sedap Malam Gladiol Anggrek Palem Anthurium Heliconia Anyelir

2015 22,868  309,846  90,553  74,674  13,837  23,113  1,283  13,218  6,290  12,979 

2016 23,092  338,567 92,037 77,688 14,616 25,183  1,317 14,523 7,165 14,231

2017 23,308  368,381  93,470  80,666  15,396  27,324  1,351  15,885  8,112  15,535 

2018 23,514  399,199  94,853  83,604  16,178  29,532  1,384  17,300  9,130  16,887 

2019 23,712  430,925 96,186 86,497 16,958 31,799  1,416 18,764 10,219 18,283

2020 23,901  463,460  97,471  89,340  17,734  34,118  1,447  20,273  11,377  19,719 

2021 24,083  496,702  98,707  92,130  18,506  36,482  1,477  21,822  12,601  21,191 

2022 24,256  530,547 99,896 94,863 19,271 38,883  1,507 23,406 13,890 22,693

2023 24,422  564,891  101,040  97,537  20,028  41,314  1,535  25,019  15,239  24,222 

2024 24,581  599,630  102,139  100,148  20,775  43,768  1,562  26,658  16,645  25,771 

2025 24,733  634,660 103,194 102,695 21,511 46,237  1,589 28,317 18,104 27,338

Sumber: Hasil Proyeksi; Satuan: Melati = ton; Palem = 000 pohon; Lainnya = 000 tangkai

Page 159: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

146  

Lampiran 5.1.19. Proyeksi Luas Areal Total Tanaman Perkebunan Utama, 2015-2025 (000 ha).

Tahun Kelapa Sawit Kelapa Karet Kakao Kopi Cengkeh Tebu Tembakau Lada Teh

2015 11,183 3,834 3,604 2,252 1,278 495.8 488.1 204.5 187.8 129.3 2016 11,900 3,839 3,636 2,390 1,279 500.9 499.2 206.5 188.1 130.2 2017 12,663 3,844 3,667 2,537 1,281 506.0 510.5 208.6 188.4 131.1 2018 13,476 3,850 3,699 2,693 1,283 511.2 522.1 210.7 188.7 132.0 2019 14,340 3,855 3,731 2,858 1,285 516.5 533.9 212.8 189.0 133.0 2020 15,260 3,860 3,764 3,034 1,287 521.8 546.0 214.9 189.3 133.9 2021 16,239 3,865 3,797 3,220 1,288 527.2 558.4 217.1 189.6 134.8 2022 17,281 3,870 3,830 3,418 1,290 532.6 571.1 219.3 189.9 135.7 2023 18,389 3,875 3,863 3,628 1,292 538.0 584.1 221.5 190.2 136.7 2024 19,569 3,880 3,897 3,851 1,294 543.6 597.3 223.7 190.5 137.6 2025 20,824 3,886 3,931 4,087 1,296 549.2 610.9 225.9 190.8 138.6

Sumber: Hasil proyeksi

Lampiran 5.1.20. Proyeksi Produksi Tanaman Perkebunan Utama, 2015-2025 (000 t).

Tahun Kelapa Sawit Kelapa Karet Kakao Kopi Cengkeh Gula Tembakau Lada Teh

2015 35,619 3,437 2,740 938 714 136.4 3,292 128.3 91.3 152.9 2016 38,455 3,471 2,769 957 720 141.9 3,421 129.5 92.8 153.4 2017 41,516 3,506 2,799 976 726 147.7 3,555 130.7 94.2 153.9 2018 44,822 3,541 2,829 996 732 153.7 3,694 131.8 95.7 154.4 2019 48,391 3,577 2,859 1,016 738 159.9 3,839 133.0 97.2 154.9 2020 52,243 3,613 2,890 1,037 744 166.4 3,990 134.3 98.7 155.3 2021 56,403 3,649 2,921 1,058 750 173.2 4,146 135.5 100.3 155.8 2022 60,894 3,686 2,952 1,080 756 180.3 4,309 136.7 101.9 156.3 2023 65,742 3,723 2,983 1,102 762 187.6 4,478 137.9 103.5 156.8 2024 70,976 3,760 3,015 1,124 769 195.2 4,653 139.2 105.1 157.3 2025 76,627 3,798 3,048 1,147 775 203.2 4,836 140.5 106.8 157.8

Sumber: Hasil proyeksi

Page 160: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

147  

Lampiran 5.1.21. Proyeksi Produksi Peternakan, 2015-2025 (000 t).

Tahun

Daging Telur

Susu Segar

Unggas Ternak Kecil Ternak Besar Ayam Ras

Petelur Ayam Buras Itik Ayam

Buras Ayam Ras Pedaging

Ayam Ras

Petelur Itik Kambing Domba Babi Sapi Kerbau Kuda

2015 210.9 1,636 70.5 31.7 103.0 58.7 222.5 499.1 33.5 1.78 1,169 213.4 282.7 1,431 2016 202.8 1,738 72.5 32.5 108.6 58.7 226.3 512.1 32.9 1.78 1,213 223.3 288.9 1,553 2017 195.1 1,847 74.5 33.3 114.6 58.6 230.1 525.5 32.2 1.78 1,259 233.7 295.3 1,685 2018 187.6 1,962 76.6 34.1 120.9 58.5 234.0 539.2 31.6 1.77 1,307 244.5 301.8 1,828 2019 180.4 2,085 78.8 34.9 127.5 58.4 237.9 553.3 31.0 1.77 1,357 255.8 308.5 1,984 2020 173.5 2,216 81.0 35.8 134.5 58.4 241.9 567.7 30.4 1.77 1,408 267.7 315.3 2,153 2021 166.8 2,355 83.3 36.6 141.9 58.3 246.0 582.6 29.8 1.76 1,462 280.1 322.3 2,336 2022 160.4 2,502 85.7 37.5 149.7 58.2 250.2 597.8 29.2 1.76 1,517 293.1 329.4 2,534 2023 154.3 2,659 88.1 38.5 158.0 58.2 254.4 613.4 28.7 1.76 1,574 306.7 336.7 2,750 2024 148.4 2,826 90.7 39.4 166.6 58.1 258.7 629.4 28.1 1.75 1,634 320.9 344.1 2,984 2025 142.7 3,003 93.2 40.4 175.8 58.0 263.0 645.8 27.6 1.75 1,696 335.8 351.7 3,237

Sumber: Hasil proyeksi

Lampiran 5.2.1. Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (US$’000). Tahun Beras Jagung Kedelai K.Tanah U.Jalar U.Kayu Total 2015 463 13,415 6,265 11,798 5,021 33,396 70,358 2016 469 13,807 6,314 11,847 5,087 34,464 71,988 2017 475 14,21 6,364 11,896 5,154 35,567 59,456 2018 481 14,624 6,414 11,946 5,221 36,705 75,391 2019 487 15,051 6,464 11,995 5,290 37,888 77,175 2020 493 15,49 6,515 12,045 5,359 39,092 63,504 2021 499 15,942 6,566 12,095 5,430 40,343 80,875 2022 506 16,407 6,618 12,145 5,501 41,634 82,811 2023 512 16,886 6,67 12,196 5,573 42,966 78,133 2024 518 17,378 6,722 12,246 5,646 44,341 86,851 2025 525 17,885 6,775 12,297 5,720 45,760 88,962

Sumber: Hasil Proyeksi

Page 161: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

148  

Lampiran 5.2.2. Proyeksi Nilai Impor Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Beras Jagung Kedelai K.Tanah U.Jalar U.Kayu Total 2015 74,097 314,187 499,621 162,767 37 76,821 1,127,530 2016 58,407 293,895 452,009 156,529 36 73,210 1,034,086 2017 46,040 274,914 408,934 150,530 35 69,769 950,222 2018 36,291 257,159 369,965 144,761 34 66,489 874,699 2019 28,606 240,551 334,708 139,213 34 63,364 806,476 2020 22,549 225,015 302,812 133,877 33 60,386 744,672 2021 17,774 210,482 273,955 128,747 32 57,547 688,537 2022 14,010 196,889 247,849 123,812 31 54,843 637,434 2023 11,044 184,173 224,230 119,067 31 52,265 590,810 2024 8,705 172,278 202,861 114,504 30 49,808 548,186 2025 6,862 161,152 183,530 110,115 29 47,467 509,155

Sumber: Hasil Proyeksi

Lampiran 5.2.3. Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Pangan Utama, 2015-2025 (US$’000). Tahun Beras Jagung Kedelai K.Tanah U.Jalar U.Kayu Total 2015 -73.635 -300.771 -493.356 4.984 -43.425 -73.635 -1.130.807 2016 -57.939 -280.088 -445.695 5.051 -38.746 -57.939 -1.020.038 2017 -45.565 -260.705 -402.570 5.119 -34.202 -45.565 -922.122 2018 -35.810 -242.535 -363.551 5.187 -29.784 -35.810 -835.118 2019 -28.119 -225.500 -328.244 5.256 -25.484 -28.119 -757.428 2020 -22.056 -209.525 -296.297 5.327 -21.294 -22.056 -687.734 2021 -17.275 -194.541 -267.389 5.398 -17.204 -17.275 -624.938 2022 -13.505 -180.482 -241.231 5.470 -13.209 -13.505 -568.129 2023 -10.532 -167.287 -217.560 5.543 -9.298 -10.532 -516.538 2024 -8.187 -154.900 -196.139 5.616 -5.467 -8.187 -469.522 2025 -6.337 -143.266 -176.755 5.691 -1.707 -6.337 -426.529

Sumber: Hasil Proyeksi  

 

Page 162: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

149  

Lampiran 5.2.4. Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Buah-buahan Utama, 2015-2025 (US$’000). Tahun Alpukat Durian Jb Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan Manggis Total 2015 178.5 11.9 461.3 17.5 1,256.7 13.0 130.3 10.6 391.6 14,263.5 16,734.7 2016 213.4 13.0 580.7 10.8 1,296.3 10.5 136.2 6.2 402.3 15,637.2 18,306.6 2017 255.1 14.2 731.1 6.7 1,337.2 8.4 142.3 3.6 413.3 17,143.2 20,055.3 2018 305.0 15.5 920.4 4.1 1,379.4 6.8 148.7 2.1 424.7 18,794.3 22,001.1 2019 364.7 16.9 1,158.8 2.6 1,422.9 5.5 155.4 1.3 436.3 20,604.4 24,168.8 2020 436.0 18.5 1,458.9 1.6 1,467.8 4.4 162.5 0.7 448.3 22,588.9 26,587.5 2021 521.3 20.2 1,836.7 1.0 1,514.1 3.6 169.8 0.4 460.6 24,764.4 29,292.0 2022 623.3 22.0 2,312.3 0.6 1,561.9 2.9 177.5 0.3 473.2 27,149.5 32,323.4 2023 745.2 24.0 2,911.1 0.4 1,611.1 2.3 185.5 0.1 486.2 29,764.3 35,730.3 2024 891.0 26.2 3,665.0 0.2 1,662.0 1.9 193.9 0.1 499.5 32,630.9 39,570.6 2025 1,065.3 28.6 4,614.1 0.1 1,714.4 1.5 202.6 0.1 513.2 35,773.6 43,913.5

Sumber: Hasil proyeksi  

Lampiran 5.2.5. Proyeksi Nilai Impor Komoditas Buah-buahan Utama, 2015-2025 (US$’000). Tahun Alpukat Durian Jb Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan Manggis Total 2015  8.7  52,889  15.9  5,840  1,150  120.1  1,262  2,639  9.73  1.53  63,936 

2016  7.3  57,062  11.3  4,275  1,228  140.4  1,580  3,251  9.25  1.10  67,565 

2017  6.2  61,565  8.0 3,130 1,311 164.1 1,977  4,004 8.79 0.79 72,175

2018  5.2  66,423  5.6  2,291  1,400  191.8  2,475  4,932  8.36  0.56  77,733 

2019  4.4  71,664  4.0  1,677  1,495  224.2  3,097  6,076  7.94  0.40  84,250 

2020  3.7  77,319  2.8 1,228 1,597 262.0 3,876  7,484 7.55 0.29 91,780

2021  3.1  83,420  2.0  899  1,705  306.3  4,851  9,218  7.18  0.21  100,412 

2022  2.6  90,003  1.4  658  1,821  358.0  6,071  11,354  6.82  0.15  110,276 

2023  2.2  97,104  1.0 482 1,944 418.4 7,598  13,986 6.48 0.11 121,542

2024  1.8  104,767  0.7  353  2,076  489.1  9,509  17,227  6.16  0.08  134,430 

2025  1.5  113,034  0.5  258  2,217  571.6  11,901  21,220  5.86  0.05  149,210 

Sumber: Hasil proyeksi  

 

 

Page 163: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

150  

Lampiran 5.2.6. Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Buah-buahan Utama, 2015-2025 (US$’000). Tahun Alpukat Durian Jb Biji Jeruk Mangga Nenas Pepaya Pisang Rambutan Manggis Total 2015  169.7  ‐52,877  445 ‐5,822 106.9 ‐107.1 ‐1,132  ‐2,629 381.8 14,262 ‐47,202

2016  206  ‐57,049  569  ‐4,264  68.5  ‐129.9  ‐1,444  ‐3,245  393.1  15,636  ‐49,259 

2017  249  ‐61,551  723  ‐3,123  26.1  ‐155.6  ‐1,835  ‐4,001  404.6  17,142  ‐52,121 

2018  299.8  ‐66,407  915 ‐2,287 ‐20.7 ‐185 ‐2,326  ‐4,930 416.3 18,794 ‐55,731

2019  360.3  ‐71,647  1,155  ‐1,675  ‐72.2  ‐218.7  ‐2,942  ‐6,074  428.4  20,604  ‐60,081 

2020  432.4  ‐77,301  1,456  ‐1,226  ‐128.8  ‐257.6  ‐3,714  ‐7,483  440.7  22,589  ‐65,192 

2021  518.2  ‐83,400  1,835 ‐898 ‐190.9 ‐302.7 ‐4,681  ‐9,218 453.4 24,764 ‐71,120

2022  620.7  ‐89,981  2,311  ‐657  ‐258.8  ‐355.1  ‐5,894  ‐11,354  466.4  27,149  ‐77,953 

2023  743.1  ‐97,080  2,910  ‐481  ‐333.1  ‐416.1  ‐7,413  ‐13,986  479.7  29,764  ‐85,812 

2024  889.2  ‐104,740  3,664 ‐352 ‐414.2 ‐487.2 ‐9,316  ‐17,227 493.3 32,631 ‐94,859

2025  1,063.80  ‐113,005  4,614  ‐258  ‐502.7  ‐570.1  ‐11,699  ‐21,220  507.3  35,774  ‐105,296 

 

 

Lampiran 5.2.7. Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Sayuran Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel Total 

2015  2,532  156.1  475.9  156.5  1,369.41  2,562  1,702.64  0.00  7,429  19,516  35,900 

2016  2,696  179.2  444.5 177.7 1,209.82 3,149 1,246.40 0.00 8,628 24,232 41,964

2017  2,871  205.7  415.2  201.8  1,068.83  3,872  912.42  0.00  10,020  30,088  49,655 

2018  3,057  236.1  387.8  229.2  944.27  4,760  667.93  0.00  11,636  37,359  59,278 

2019  3,255  271.1  362.3 260.3 834.23 5,852 488.95 0.00 13,514 46,388 71,224

2020  3,465  311.2  338.4  295.6  737.01  7,194  357.93  0.00  15,694  57,597  85,991 

2021  3,690  357.3  316.1  335.8  651.11  8,843  262.02  0.00  18,226  71,516  104,198 

2022  3,929  410.1  295.2 381.3 575.23 10,872 191.81 0.00 21,167 88,798 126,619

2023  4,183  470.8  275.7  433.0  508.20  13,365  140.41  0.00  24,582  110,257  154,216 

2024  4,454  540.5  257.6  491.8  448.97  16,431  102.79  0.00  28,548  136,901  188,175 

2025  4,743  620.5  240.6 558.5 396.65 20,199 75.24 0.00 33,153 169,985 229,971

Sumber: Hasil proyeksi  

 

Page 164: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

151  

Lampiran 5.2.8. Proyeksi Nilai Impor Komoditas Sayuran Utama, 2015-2025 (US$’000). 

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel Total

2015 1,017.4 1,576.2 331.2 78.6 24,241 10.41 386.8 0.75 6.98 29,042 56,691 2016 982.3 1,431.5 244.1 90.9 26,727 7.41 344.9 0.90 4.43 31,972 61,805 2017 948.5 1,300.0 179.9 105.2 29,467 5.28 307.5 1.07 2.81 35,198 67,516 2018 915.9 1,180.7 132.6 121.6 32,489 3.76 274.2 1.27 1.78 38,750 73,871 2019 884.4 1,072.2 97.7 140.7 35,820 2.67 244.5 1.52 1.13 42,660 80,925 2020 853.9 973.8 72.0 162.7 39,494 1.90 218.0 1.81 0.72 46,964 88,743 2021 824.5 884.4 53.1 188.2 43,543 1.36 194.4 2.16 0.45 51,703 97,395 2022 796.2 803.2 39.1 217.7 48,008 0.97 173.3 2.58 0.29 56,920 106,961 2023 768.8 729.4 28.8 251.8 52,931 0.69 154.5 3.08 0.18 62,663 117,531 2024 742.3 662.4 21.3 291.3 58,359 0.49 137.8 3.68 0.12 68,985 129,204 2025 716.7 601.6 15.7 336.9 64,343 0.35 122.9 4.39 0.07 75,946 142,088

Sumber: Hasil proyeksi  

Lampiran 5.2.9. Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Sayuran Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Bawang Merah

Bawang Putih Cabe Kacang

Panjang Kentang Ketimun Kol/Kubis Terung Tomat Wortel Total

2015  1,515  ‐1,420  144.7  77.9  ‐22,871  2,551  1,316  ‐0.75  7,422  ‐29,042  ‐56,691 

2016  1,714  ‐1,252 200.4 86.8 ‐25,517 3,142 902 ‐0.90 8,623 ‐31,972 ‐61,805

2017  1,922  ‐1,094  235.3  96.7  ‐28,398  3,867  605  ‐1.07  10,017  ‐35,198  ‐67,516 

2018  2,141  ‐945  255.2  107.6  ‐31,545  4,756  394  ‐1.27  11,635  ‐38,750  ‐73,871 

2019  2,370  ‐801 264.5 119.6 ‐34,986 5,849 244 ‐1.52 13,513 ‐42,660 ‐80,925

2020  2,612  ‐663  266.3  132.9  ‐38,757  7,192  140  ‐1.81  15,693  ‐46,964  ‐88,743 

2021  2,865  ‐527  263.0  147.5  ‐42,892  8,842  68  ‐2.16  18,226  ‐51,703  ‐97,395 

2022  3,133  ‐393 256.1 163.6 ‐47,433 10,871 18 ‐2.58 21,166 ‐56,920 ‐106,961

2023  3,415  ‐259  246.9  181.2  ‐52,423  13,364  ‐14  ‐3.08  24,581  ‐62,663  ‐117,531 

2024  3,712  ‐122  236.3  200.5  ‐57,910  16,430  ‐35  ‐3.68  28,548  ‐68,985  ‐129,204 

2025  4,026  19 224.9 221.6 ‐63,947 20,199 ‐48 ‐4.39 33,153 ‐75,946 ‐142,088

Sumber: Hasil proyeksi  

 

Page 165: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

152  

Lampiran 5.2.10. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Obat Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca

Jahe Kunyit Temu-lawak Total Jahe Kunyit Temu-

lawak Total Jahe Kunyit Temu-lawak Total

2015 1,799 1,291 0 3,090 4,794 159 0 4,953 -2,995 1,133 0 -1,863 2016 1,910 1,395 0 3,305 5,756 187 0 5,943 -3,846 1,208 0 -2,638 2017 2,028 1,507 0 3,535 6,912 221 0 7,133 -4,884 1,286 0 -3,597 2018 2,153 1,628 0 3,782 8,299 261 0 8,560 -6,146 1,368 0 -4,778 2019 2,286 1,759 0 4,046 9,965 308 0 10,272 -7,678 1,452 0 -6,226 2020 2,428 1,901 0 4,328 11,965 363 0 12,328 -9,537 1,538 0 -7,999 2021 2,578 2,054 0 4,631 14,366 428 0 14,794 -11,788 1,625 0 -10,163 2022 2,737 2,219 0 4,956 17,249 506 0 17,755 -14,512 1,713 0 -12,799 2023 2,906 2,397 0 5,303 20,711 597 0 21,308 -17,805 1,800 0 -16,005 2024 3,085 2,590 0 5,675 24,868 704 0 25,573 -21,783 1,886 0 -19,897 2025 3,276 2,798 0 6,074 29,859 831 0 30,691 -26,583 1,967 0 -24,617

Sumber: Hasil proyeksi  

 

Lampiran 5.2.11. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Hias Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca

Krisan Mawar Anggrek Total Krisan Mawar Anggrek Total Krisan Mawar Anggrek Total 2015 3,137 2,814 1,059 7,009 192 254.1 0.30 446 2,094 1,576 988 4,658 2016 3,653 3,463 1,095 8,211 252 286.9 0.24 539 2,441 2,000 1,024 5,465 2017 4,255 4,262 1,132 9,649 331 324.0 0.20 655 2,806 2,490 1,059 6,355 2018 4,956 5,245 1,171 11,372 434 365.8 0.15 800 3,219 3,097 1,095 7,411 2019 5,773 6,455 1,211 13,438 571 413.1 0.11 984 3,684 3,849 1,132 8,665 2020 6,724 7,944 1,252 15,919 750 466.5 0.08 1,216 4,206 4,778 1,171 10,155 2021 7,832 9,776 1,294 18,902 985 526.7 0.06 1,512 4,788 5,928 1,210 11,926 2022 9,123 12,031 1,338 22,492 1,295 594.8 0.04 1,889 5,430 7,349 1,252 14,030 2023 10,626 14,806 1,384 26,816 1,701 671.6 0.03 2,373 6,131 9,104 1,294 16,530 2024 12,376 18,221 1,431 32,029 2,235 758.3 0.02 2,993 6,888 11,273 1,338 19,499 2025 14,416 22,425 1,479 38,320 2,936 856.3 0.01 3,793 7,689 13,950 1,384 23,023

Sumber: Hasil proyeksi  

Page 166: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

153  

Lampiran 5.2.12. Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Perkebunan Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Kelapa Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa Tembakau Lada Teh Tebu Cengkeh Total

2015 41,519 11,420 3,232 1,125 902 653 661 226 161 3.7 59,903 2016 51,621 12,660 3,741 1,223 975 759 815 241 192 2.9 72,229 2017 64,182 14,034 4,330 1,330 1,054 882 1,005 256 228 2.2 87,302 2018 79,799 15,557 5,011 1,446 1,139 1,026 1,239 273 270 1.7 105,762 2019 99,216 17,246 5,799 1,573 1,230 1,193 1,528 290 321 1.3 128,398 2020 123,358 19,119 6,712 1,710 1,330 1,387 1,884 309 381 0.9 156,190 2021 153,374 21,194 7,768 1,859 1,437 1,612 2,324 329 452 0.7 190,351 2022 190,694 23,495 8,991 2,022 1,553 1,875 2,866 350 536 0.5 232,382 2023 237,095 26,045 10,406 2,198 1,678 2,180 3,534 373 636 0.3 284,146 2024 294,787 28,873 12,043 2,390 1,813 2,534 4,359 397 755 0.2 347,952 2025 366,516 32,007 13,939 2,599 1,960 2,946 5,375 422 897 0.1 426,661

Sumber: Hasil proyeksi  

 

Lampiran 5.2.13. Proyeksi Nilai Impor Komoditas Perkebunan Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Kelapa Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa Tembakau Lada Teh Tebu Cengkeh Total

2015 104.6 111.7 286.2 103.9 0.1 693.1 7.0 33.5 1,323.3 3.2 2,666.5 2016 124.3 134.5 322.8 129.2 0.1 765.2 8.6 38.2 1,389.8 3.9 2,916.5 2017 147.7 161.9 364.1 160.7 0.0 844.7 10.7 43.7 1,459.5 4.9 3,197.8 2018 175.5 194.8 410.7 199.9 0.0 932.5 13.2 49.9 1,532.8 6.1 3,515.4 2019 208.6 234.5 463.3 248.7 0.0 1,029.4 16.3 57.0 1,609.8 7.8 3,875.2 2020 247.8 282.2 522.6 309.3 0.0 1,136.3 20.2 65.1 1,690.6 10.0 4,284.1 2021 294.5 339.7 589.5 384.7 0.0 1,254.4 25.0 74.3 1,775.4 13.0 4,750.5 2022 349.9 408.9 664.9 478.4 0.0 1,384.8 31.0 84.8 1,864.6 17.1 5,284.4 2023 415.8 492.1 750.1 595.1 0.0 1,528.7 38.3 96.9 1,958.2 22.7 5,897.9 2024 494.1 592.3 846.1 740.2 0.0 1,687.6 47.4 110.6 2,056.5 30.5 6,605.3 2025 587.2 712.9 954.4 920.6 0.0 1,863.0 58.7 126.4 2,159.7 41.6 7,424.4

Sumber: Hasil proyeksi  

Page 167: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

154  

Lampiran 5.2.14. Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Utama, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Kelapa Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa Tembakau Lada Teh Tebu Cengkeh Total

2015  41,414  11,308  2,946  1,021  902  ‐40  654  193  ‐1,162  0.6  57,236 

2016  51,497  12,525  3,418  1,094  975  ‐6  806  202  ‐1,198  ‐1.0  69,312 

2017  64,034  13,872  3,965 1,169 1,053 38 994 212 ‐1,232 ‐2.6 84,104

2018  79,624  15,363  4,600  1,246  1,138  94  1,226  223  ‐1,263  ‐4.4  102,246 

2019  99,008  17,012  5,336  1,324  1,230  163  1,512  233  ‐1,289  ‐6.5  124,523 

2020  123,110  18,836  6,190 1,401 1,330 251 1,864 244 ‐1,310 ‐9.1 151,906

2021  153,080  20,854  7,179  1,475  1,437  358  2,299  255  ‐1,324  ‐12.3  185,600 

2022  190,344  23,086  8,326  1,543  1,553  490  2,835  265  ‐1,328  ‐16.6  227,097 

2023  236,679  25,553  9,656 1,603 1,678 651 3,496 276 ‐1,322 ‐22.4 278,248

2024  294,292  28,280  11,197  1,650  1,813  847  4,311  286  ‐1,301  ‐30.3  341,346 

2025  365,929  31,294  12,984  1,679  1,960  1,083  5,316  296  ‐1,263  ‐41.5  419,237 

Sumber: Hasil proyeksi  

Lampiran 5.2.15. Proyeksi Nilai Ekspor Komoditas Peternakan, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Daging Hati,

jeroan Ternak Telur

kons Produk Susu Total Sapi Kado Babi Ayam Sapi Kerbau Babi Kambing

2015 0 392 0 0 0 0 0 31,703 143 331 144,717 177,286 2016 0 440 0 0 0 0 0 29,073 133 378 154,992 185,016 2017 0 493 0 0 0 0 0 26,661 123 432 165,997 193,707 2018 0 554 0 0 0 0 0 24,450 115 494 177,783 203,395 2019 0 621 0 0 0 0 0 22,421 106 564 190,406 214,119 2020 0 697 0 0 0 0 0 20,561 99 645 203,926 225,927 2021 0 782 0 0 0 0 0 18,856 92 737 218,405 238,871 2022 0 877 0 0 0 0 0 17,292 85 842 233,913 253,008 2023 0 984 0 0 0 0 0 15,857 79 962 250,521 268,403 2024 0 1,104 0 0 0 0 0 14,542 73 1,100 268,309 285,127 2025 0 1,238 0 0 0 0 0 13,335 68 1,257 287,360 303,258

Sumber: Hasil proyeksi  

Page 168: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

155  

Lampiran 5.2.16. Proyeksi Nilai Impor Komoditas Peternakan, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Daging

Hati, jeroan Ternak Telur

kons Produk Susu Total

Sapi Kado Babi Ayam Sapi Kerbau Babi Kambing 2015 461,521 7,311 35 671 109,303 596,934 2,332 0 7.8 6,604 819,348 2,004,066 2016 507,537 7,759 32 593 110,038 633,748 2,386 0 7.5 6,529 864,197 2,132,825 2017 558,140 8,234 29 524 110,778 672,832 2,441 0 7.1 6,455 911,501 2,270,941 2018 613,789 8,739 26 464 111,523 714,327 2,498 0 6.8 6,382 961,394 2,419,147 2019 674,987 9,274 23 410 112,272 758,381 2,555 0 6.5 6,309 1,014,019 2,578,237 2020 742,286 9,842 21 362 113,027 805,151 2,614 0 6.2 6,238 1,069,523 2,749,072 2021 816,295 10,445 19 320 113,787 854,806 2,675 0 5.9 6,167 1,128,067 2,932,587 2022 897,683 11,085 17 283 114,552 907,524 2,737 0 5.7 6,097 1,189,814 3,129,798 2023 987,186 11,764 15 251 115,323 963,492 2,800 0 5.4 6,028 1,254,942 3,341,805 2024 1,085,612 12,484 14 221 116,098 1,022,912 2,865 0 5.2 5,960 1,323,634 3,569,806 2025 1,193,853 13,249 13 196 116,879 1,085,997 2,931 0 4.9 5,892 1,396,087 3,815,100

Sumber: Hasil proyeksi  

Lampiran 5.2.17. Proyeksi Neraca Perdagangan Komoditas Peternakan, 2015-2025 (US$’000).

Tahun Daging Hati,

jeroan Ternak Telur

kons Produk Susu Total

Sapi Kado Babi Ayam Sapi Kerbau Babi Kambing 2015 -461,521 -6,919 -35 -671 -109,303 -596,934 -2,332 31,703 135 -6,273 -674,631 -1,790,685 2016 -507,537 -7,319 -32 -593 -110,038 -633,748 -2,386 29,073 126 -6,151 -709,205 -1,947,810 2017 -558,140 -7,741 -29 -524 -110,778 -672,832 -2,441 26,661 116 -6,023 -745,504 -2,077,234 2018 -613,789 -8,185 -26 -464 -111,523 -714,327 -2,498 24,450 108 -5,888 -783,611 -2,215,752 2019 -674,987 -8,653 -23 -410 -112,272 -758,381 -2,555 22,421 100 -5,745 -823,612 -2,364,117 2020 -742,286 -9,145 -21 -362 -113,027 -805,151 -2,614 20,561 93 -5,593 -865,598 -2,523,144 2021 -816,295 -9,663 -19 -320 -113,787 -854,806 -2,675 18,856 86 -5,430 -909,661 -2,693,716 2022 -897,683 -10,208 -17 -283 -114,552 -907,524 -2,737 17,292 79 -5,255 -955,902 -2,876,790 2023 -987,186 -10,780 -15 -251 -115,323 -963,492 -2,800 15,857 74 -5,066 -1,004,421 -3,073,402 2024 -1,085,612 -11,381 -14 -221 -116,098 -1,022,912 -2,865 14,542 68 -4,860 -1,055,325 -3,284,679 2025 -1,193,853 -12,011 -13 -196 -116,879 -1,085,997 -2,931 13,335 63 -4,635 -1,108,727 -3,511,842

Sumber: Hasil proyeksi  

Page 169: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

156  

Lampiran 5.3.1. Proyeksi PDB Riil Sektor Pertanian, 2015-2025 (Rp’ milyar)

Tahun Tanaman Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Total

2015 183,998 54,729 44,559 283,286 2016 191,082 56,446 45,940 293,468 2017 198,438 58,217 47,364 304,019 2018 206,078 60,043 48,831 314,953 2019 214,012 61,927 50,345 326,284 2020 222,252 63,869 51,905 338,026 2021 230,809 65,873 53,513 350,195 2022 239,695 67,939 55,172 362,806 2023 248,923 70,071 56,882 375,876 2024 258,507 72,269 58,644 389,420 2025 268,459 74,536 60,462 403,457

Sumber: Hasil proyeksi

 

Lampiran 5.4.1. Proyeksi PMA Sektor Pertanian, 2015-2025 (US$’ juta) 

Tahun Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Total

2015 24.04 0 2,107 6.48 2,137.6 2016 26.40 0 2,521 6.88 2,553.8 2017 28.98 0 3,015 7.30 3,051.3 2018 31.82 0 3,607 7.75 3,646.2 2019 34.93 0 4,314 8.23 4,357.4 2020 38.35 0 5,161 8.74 5,207.8 2021 42.11 0 6,173 9.28 6,224.6 2022 46.23 0 7,384 9.85 7,440.5 2023 50.75 0 8,833 10.46 8,894.5 2024 55.72 0 10,566 11.11 10,633.2 2025 61.18 0 12,640 11.79 12,712.5

Sumber: Hasil proyeksi

Page 170: OUT LOOK SEK TOR PERTAN IAN 2014 – 2025pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_01.pdf · Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut ...

157  

Lampiran 5.4.2. Proyeksi PMDN 2015-2025 (Rp’ milyar).

Tahun Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Total

2015 124.99 0 124,275 158.96 124,559 2016 110.33 0 161,652 156.17 161,918 2017 97.39 0 210,270 153.43 210,520 2018 85.97 0 273,510 150.74 273,747 2019 75.88 0 355,770 148.10 355,994 2020 66.98 0 462,771 145.50 462,983 2021 59.13 0 601,953 142.95 602,155 2022 52.19 0 782,995 140.44 783,188 2023 46.07 0 1,018,487 137.98 1,018,671 2024 40.67 0 1,324,805 135.55 1,324,981 2025 35.90 0 1,723,251 133.18 1,723,420

Sumber: Hasil proyeksi