OTOT2ekstraokuler

23
OTOT-OTOT EKSTRAOKULER I. PENDAHULUAN Dalam sistem visual, otot-otot ekstraokuler memegang peranan penting dalam mempertahankan posisi binokuler untuk mencapai stereopsis, dan pergerakan dinamis yang tepat untuk mempertahankan target visual pada fovea meskipun tubuh dan kepala dalam keadaan bergerak. Setiap struktur otot ekstraokuler dan jaringan konektif yang berhubungan memiliki fungsi yang unik dalam menunjang sistem okulomotor. 1 Pada manusia terdapat 6 otot okulorotarius, yang bekerja berpasangan dan antagonis. Keenam otot tersebut yaitu empat otot rektus masing-masing medialis, lateralis, superior dan inferior. Dua otot oblik yaitu superior dan inferior. Masing-masing dari keenam otot ekstraokuler berperan dalam menentukan posisi mata mengelilingi tiga sumbu rotasi. Kerja primer suatu otot adalah efek utama yang ditimbulkannya pada rotasi mata. Efek yang lebih kecil disebut kerja sekunder atau tersier. Kerja pasti setiap otot bergantung pada arah mata dalam ruang. 1,2,3 Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai bagaimana anatomi dan fisiologi dari otot-otot penggerak bola mata maka dalam sari pustaka ini akan dibahas seluruh aspek otot ekstraokuler mulai dari embriologi, anatomi, vaskularisasi, persarafan dan kerja motorik otot-otot penggerak bola mata. 1

Transcript of OTOT2ekstraokuler

Page 1: OTOT2ekstraokuler

OTOT-OTOT EKSTRAOKULER

I. PENDAHULUAN

Dalam sistem visual, otot-otot ekstraokuler memegang peranan penting dalam

mempertahankan posisi binokuler untuk mencapai stereopsis, dan pergerakan dinamis yang

tepat untuk mempertahankan target visual pada fovea meskipun tubuh dan kepala dalam

keadaan bergerak. Setiap struktur otot ekstraokuler dan jaringan konektif yang berhubungan

memiliki fungsi yang unik dalam menunjang sistem okulomotor.1

Pada manusia terdapat 6 otot okulorotarius, yang bekerja berpasangan dan antagonis.

Keenam otot tersebut yaitu empat otot rektus masing-masing medialis, lateralis, superior dan

inferior. Dua otot oblik yaitu superior dan inferior. Masing-masing dari keenam otot

ekstraokuler berperan dalam menentukan posisi mata mengelilingi tiga sumbu rotasi. Kerja

primer suatu otot adalah efek utama yang ditimbulkannya pada rotasi mata. Efek yang lebih

kecil disebut kerja sekunder atau tersier. Kerja pasti setiap otot bergantung pada arah mata

dalam ruang.1,2,3

Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai bagaimana anatomi dan fisiologi dari

otot-otot penggerak bola mata maka dalam sari pustaka ini akan dibahas seluruh aspek otot

ekstraokuler mulai dari embriologi, anatomi, vaskularisasi, persarafan dan kerja motorik otot-

otot penggerak bola mata.

Gambar 1. Otot-otot Ekstraokuler tampak dari superior4

1

Page 2: OTOT2ekstraokuler

II. EMBRIOLOGI

Otot-otot ekstraokuler berasal dari sel miotomik mesodermal kranialis yang mengalami

kondensasi. Sel ini kemudian berlokasi pada mesenkim neural crest yang terdapat pada aspek

dorsal dan kaudal mata yang berkembang. Otot ekstraokuler awalnya dianggap berkembang

pada primitive muscle cone yang mengeliling nervus optik pada minggu ke-5 gestasi, bukti

terakhir menunjukkan bahwa otot berkembang secara in situ. Mioblast bersama myofibril dan Z

band imatur akan hilang pada minggu ke-5 gestasi. Pada saat minggu ke-7, aspek dorsomedial

otot rektus medialis membentuk otot levator, yang berkembang ke lateral dan diatas otot

rektus superior kearah palpebra. Tendon otot ekstraokuler akan berfusi ke sklera di daerah

ekuator pada akhir bulan ke-3.3

Gambar 2. Embriologi otot pada minggu ke-11 gestasi1

III. ANATOMI

Keenam otot ekstraokuler tersusun secara anatomis dan fungsional dalam 3 pasang.

Setiap otot memiliki perlekatan di sklera pada satu sisi dan sisi lainnya pada tulang orbita.

Terdapat lima otot yang berorigo pada apex orbita, sedangkan otot oblik inferior pada anterior

orbita. Keempat otot rektus yakni superior, inferior, medial, dan lateral memiliki panjang

kurang lebih 40 mm dan lebar 6 kali ketebalannya.5

Keempat otot rektus berorigo pada annulus of Zinn, suatu jaringan fibrosa berbentuk

cincin pada apex orbita dan otot-otot tersebut kemudian berjalan ke anterior seperti garis pipih

membentuk konfigurasi konal, dan mengadakan insersi pada sklera beberapa millimeter ke

posterior dari limbus. Insersi otot ini bervariasi tergantung bentuk dan lokasi insersinya. Insersi

otot rektus akan membentuk suatu kurva imajiner yang disebut sebagai spiral of Tillaux. Insersi

otot-otot rektus diandaikan berbentuk tapal kuda dengan kuda yang mengarah ke limbus. Lebar

2

Page 3: OTOT2ekstraokuler

tendon pada tempat insersinya berkisar 10 mm, dan jarak rata-rata antara insersi otot dengan

otot lainnya sekitar 6-8 mm.3,5,6

III.1. Annulus Of Zinn

Annulus Zinn terbentuk dari tendon orbitalis superior dan inferior mengelilingi foramen

optikum pada apeks orbita dan terletak medial dari fissura orbitalis superior. Bagian inferior

dari cincin (Zinn tendon) melekat pada dasar inferior ala parva os sphenoid dibawah foramen

optikum dan merupakan origo dari otot rektus inferior dan sebagian otot rektus medial dan

lateral. Bagian superior dari cincin melekat pada ala magna os sphenoid dan melewati fissura

orbitalis superior. Struktur yang melewati annulus antara lain nervus optik, arteri oftalmikus,

nervus abdusens, nervus okulomotorius cabang superior dan inferior dan cabang nasosiliaris

nervus oftalmikus.5

A B

Gambar 4. (A) Annulus of Zinn7 (B) Spiral of Tillaux4

III.2. Otot-otot Ekstraokuler

A. Muskulus Rektus Medialis

Otot rektus medial merupakan satu dari dua rektus horizontal bersama otot rektus

lateralis. Berorigo pada annulus zinn, otot ini kemudian berjalan sepanjang dinding orbita

medial dan berinsersi ± 5.5 mm dari limbus yang merupakan insersi otot ekstraokuler terdekat

Ke limbus dibandingkan otot lainnya. Tendon otot sebelum insersi berkisar 4 mm dan

3

Page 4: OTOT2ekstraokuler

mm. Otot ini memiliki panjang ± 40,6 mm dan lebar 9-10 mm. Persarafan otot berasal dari

nervus abdusens yang menembus pertengahan permukaan otot.5,7

C. Muskulus Rektus Superior

Otot ini berorigo pada annulus zinn dan melalui bagian atas bola mata berjalan ke

anterior dan lateral membentuk sudut 23o terhadap aksis visual pada posisi primer. Panjang

otot ± 42 mm dan lebar ± 10.6 mm. Insersi otot ini sekitar 7.7 mm dari limbus dengan panjang

tendon sebelum insersi 5.8 mm. Insersi otot rektus superior berbentuk konveks dengan sisi

nasal lebih dekat ke limbus daripada sisi temporal. Pada permukaan superior terdapat m.

levator palpebra yang juga merupakan otot ekstraokuler namun tidak berperan dalam

pergerakan bola mata.3,4,7

4

berpenetrasi ke kapsula tenon sekitar 12 mm posterior dari

insersinya. Apabila perlekatan ini terlepas, retraksi posterior

akan terjadi melalui muscle sleeve dan reposisi sangat sulit

dilakukan.5,7

B. Muskulus Rektus Lateralis

Bersama rektus medialis, merupakan rektus horizontal

dengan origo pada annulus zinn dan mengadakan insersi pada

sklera ± 7 mm dari limbus dengan tendon sebelum insersi 8.8 Gambar 5. M. Rektus Medialis5

Gambar 6. (A) M. Rektus Lateral (B) M. Rektus Superior5

A

B

Page 5: OTOT2ekstraokuler

D. Muskulus Rektus Inferior

Otot rektus inferior sangat mirip dengan otot rektus superior kecuali insersinya dibawah

bola mata. Otot ini juga berorigo di annulus zinn, mengarah ke anterolateral di bawah bola

mata sepanjang dasar orbita membentuk sudut 23o terhadap aksis visual pada posisi primer.

Insersinya pada sklera ±6.5 mm dari limbus, dengan panjang tendon sebelum insersi sekitar 5.5

mm. Panjang otot ini adalah ±40 mm dengan lebar ±9.8 mm.3,4,7

Gambar 7. (A) M.Rektus Inferior (B) M.Oblik Superior5

E. Muskulus Oblik Superior

Merupakan otot ekstraokuler terpanjang, yakni sekitar 60 mm. Panjangnya ±40 mm dan

lebar ±10.8mm. Otot ini berorigo pada apeks orbita, superomedial dari annulus zinn dan

m.rektus medialis. Otot ini berjalan pada daerah antara dinding medial orbita dan atap orbita.

Oleh trochlea, yang merupakan suatu struktur kartilago yang melekat pada tulang frontalis

pada orbita superonasal, diarahkan ke posterior, inferior dan lateral membentuk sudut sebesar

51o terhadap aksis visual pada posisi primer. Tendon otot ini melakukan penetrasi pada sekitar

2 mm kearah nasal dan 5mm posterior dari insersi bagian nasal otot rektus superior. Setelah

melewati bagian bawah otot rektus superior, tendon berinsersi pada kuadran posterosuperior

bola mata.3,4,7

F. Muskulus Oblik Inferior

Merupakan satu-satunya otot ekstraokuler yang tidak berorigo pada annulus zinn

melainkan pada periosteum os maksillaris, posterior margo orbita dan lateral fossa lakrimalis.

5

Page 6: OTOT2ekstraokuler

III.3. Vaskularisasi & Inervasi

Gambar 5. Sistem Arteri Otot-otot Ekstraokuler3

A. Sistem Arteri

Cabang muskuler dari arteri oftalmika merupakan penyuplai darah utama untuk otot-

otot ekstraokuler. Cabang muskuler lateral mensuplai rektus lateral, rektus superior, oblik

superior, dan levator palpebra. Cabang muskuler medial mensuplai rektus inferior, rektus

medial, dan oblik inferior. Rektus lateral sebagian disuplai oleh arteri lakrimalis, arteri

infraorbitalis mensuplai oblik inferior dan rektus inferior. Cabang muskuler mempercabangkan

arteri siliaris anterior yang menyertai otot-otot rektus dimana setiap otot rektus disuplai oleh 1

hingga 3 arteri siliaris anterior. Arteri-arteri ini kemudian melewati episklera dan akan

mensuplai darah ke segmen anterior bola mata.4,7

6

Otot ini berjalan ke arah lateral, superior dan posterior, ke arah

inferior m.rektus inferior dan berinsersi dibawah m.rektus

lateral di bagial posterolateral bola mata pada daerah macula.

Otot ini memiliki tendon dengan panjang ±37 mm dan lebar

±9.6 mm.4,7

Gambar 8. M.Oblik Inferior5

Page 7: OTOT2ekstraokuler

C. Inervasi

Mayoritas inervasi otot ekstraokuler berasal dari nervus okulomotorius (III). Cabang

superior N.III menginervasi otot rektus superior dan levator palpebra superior, sedangkan

cabang inferiornya menginervasi rektus medialis, rektus inferior, dan oblik inferior. Nervus

trochlearis (IV) menginervasi oblik superior dimana nervus ini menyilang sisi medial otot oblik

superior yang kemudian menembus permukaan atasnya 12 mm anterior dari origo otot-otot

ekstraokuler. Nervus abdusens (VI) menginervasi rektus lateralis.1,3,7

III.4. Struktur Otot Ekstraokuler

7

1

2

3

4

56

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Gambar 6. Innervasi Otot Ekstraokuler4

B. Sistem Vena

Sistem vena paralel dengan

sistem arteri dimana sistem ini

bermuara pada vena-vena orbitalis

superior dan inferior. Secara umum,

empat vena vortex terdapat pada

posterior ekuator, dimana vena-vena

ini biasanya ditemukan di dekat tepi

temporal dan nasal otot rektus

Gambar 6. Sistem Vena Otot-otot Ekstraokuler2

superior dan inferior. 2,4

Keterangan : 1. M. Levator palpebra superior 2. M. Rektus Superior 3. Tendo Oblik Superior 4. Nn. Siliaris post.brevis 5. N. Abdusens 6. N. Okulomotorius div.inferior 7. Ganglion siliaris8. N. Trigeminus (V1)9. N. Troklearis10. Troklea11. N. Intratroklearis12. N. Etmoid Anterior13. N. Siliaris post.longus14. N. Nasosiliaris15. N. Okulomotorius div.superior16. N. Okulomotorius

Page 8: OTOT2ekstraokuler

Seperti otot rangka, otot ekstrokuler merupakan otot berstria volunter. Namun, secara

perkembangan, biokimia, struktur, dan fungsinya berbeda dengan otot rangka. Otot

ekstraokuler kaya akan inervasi, dengan perbandingan serat saraf dengan serat otot hingga 10

kali lebih banyak dari otot rangka. Rasio serat-serat saraf dengan serat otot ekstraokuler sangat

tinggi, antara 1:3 sampai 1:5 dibandingkan rasio serat saraf pada otot rangka (1:50 sampai

1:125), sehingga memungkinkan kontrol yang akurat pada pergerakan okuler. Serat saraf pada

otot ekstraokuler merupakan perpaduan antara tonic slow type dan fast twitch type.1,3

Otot ekstraokuler memiliki dua lapis struktur otot yang berbeda yakni lapisan orbita

pada bagian luar, dimana lapisan ini hanya bekerja pada katrol otot, dan lapisan bola mata pada

bagian dalam yang berinsersi pada sklera untuk menggerakkan bola mata. Kedua struktur ini

lebih lanjut dibagi menjadi dua grup berdasarkan tipe inervasinya (tunggal atau multipel) dan

konten mitokondria-nya.1,3,4

III.5. Hubungan Orbita dan Fasia

Pada orbita, terdapat suatu kompleks musculofibroelastic yang menggantung bola mata,

menahan otot ekstraokuler, dan membentuk kompartemen jaringan lemak.3,4,5

mata berotasi, dan memisahkan lemak orbita pada muscle cone dari sklera. Posterior dari

ekuator, kapsula tenon tebal dan padat, menggantung bola mata seperti trampolin dengan cara

melekat pada jaringan periorbita.4,5,7

8

A. Kapsula Tenon

Sebagian besar sistem fasia orbita

merupakan kapsula tenon, yang membentuk

kavitas dimana bola mata bergerak didalamnya.

Kapsula tenon seperti sebuah amplop dengan

jaringan elastis yang berfusi dengan pembungkus

nervus optik di posterior dan dengan septum

intermuskularis di anterior. Bagian posterior

kapsula tenon tipis dan fleksibel, memungkinkan

pergerakan yang bebas dari nervus optik, nervus

siliaris, dan pembuluh darah siliaris ketika bola Gambar 7. Kompleks Musculofibroelastic4

Page 9: OTOT2ekstraokuler

Otot-otot ekstraokuler berpenetrasi pada jaringan musculofibroelastic ini sekitar 10 mm

posterior dari insersinya. Kompleks jaringan ini membentuk pembungkus kuat di sekitar tempat

penetrasi otot dan membentuk katrol yang menggantung di periorbita, yang berfungsi sebagai

origo fungsional otot. Pembungkus ini juga meluas ke anterior dan posterior membentuk

semacam tali penahan yang menstabilkan otot, mencegah pergeseran jalur otot.4,5,7

B. Sistem Katrol (Pulley)

Terdapat sistem katrol pada setiap otot rektus seperti halnya otot oblik superior dengan

troklea sebagai katrolnya. Katrol pada otot rektus mengandung otot polos, memungkinkan

setiap otot untuk berkontraksi dan relaksasi. Lapisan orbita berinsersi pada katrol ini,

memungkinkan manipulasi posisi otot dalam rongga orbita. Pada saat otot berkontraksi, katrol

akan tertarik ke belakang sehingga jarak antara lokasi katrol dengan insersi otot akan tetap

konstan.4

Gambar 8. Hubungan Orbita dan Fasia5

C. Septum Intermuskularis

Keempat otot rektus dihubungkan oleh suatu lapisan tipis dari jaringan yang terletak

dibawah konjungtiva. Jaringan ini adalah septum intermuskularis, suatu membran antara otot

rektus dan berfusi dengan konjungtiva pada 3 mm posterior dari limbus. Pada posterior bola

mata, septum ini memisahkan lemak intrakonal dengan lemak ekstrakonal.4,5

D. Ligamentum Lockwood dan Ligamentum Check

Kapsul otot oblik inferior terikat pada kapsul otot rektus inferior. Fusi ini dikenal sebagai

ligamentum Lockwood, dan terhubung ke retraktor palpebra inferior. Ligamentum ini

memungkinkan rotasi bola mata dari tengah relatif lebih bebas. Pada otot rektus medial dan

9

Page 10: OTOT2ekstraokuler

lateral terdapat ligamentum check yang menempel pada permukaan luar fasia periosteum.

Fungsi ligamentum ini adalah mencegah retraksi bola mata dalam kavum orbita selama bola

mata bergerak.4,8

E. Kapsul Otot

Setiap otot rektus memiliki kapsul fasia di sekelilingnya yang berjalan bersama otot

mulai dari origo hingga insersinya. Pada bagian posterior, kapsul ini tipis tetapi dekat ekuator

akan menebal ketika kapsul menembus sleeve dari kapsula tenon, berlanjut ke anterior dengan

otot sebagai tempat insersinya. Pada bagian anterior ekuator diantara permukaan dalam otot

dan sklera hampir tidak terdapat fasia, hanya perlekatan jaringan konektif yang

menghubungkan otot dengan bola mata. Permukaan avaskuler halus dari kapsul otot

memungkinkan otot untuk bergeser secara halus pada bola mata.4

Gambar 9. Struktur Jaringan Konektif Orbita4

G. Jaringan Lemak

Di dalam rongga orbita, mata didukung dan dilindungi oleh jaringan lemak dengan

jumlah cukup besar. Diluar konus otot, jaringan lemak bersama otot akan mengarah ke

anterior, hingga ± 10 mm dari limbus. Jaringan lemak juga terdapat dalam konus otot, dengan

kapsula tenon memisahkannya dengan sklera.4

IV. FISIOLOGI OTOT-OTOT EKSTRAOKULER

IV.1. Prinsip Dasar

10

F. Konus Otot (Muscle Cone)

Konus otot terletak di posterior

ekuator. Konus otot terdiri atas otot-otot

ekstraokuler, pembungkus otot ekstraokuler

dan membrane intermuskuler. Konus otot

mengarah posterior ke annulus zinn pada

apeks orbita.4

Page 11: OTOT2ekstraokuler

Pergerakan bola mata pada titik rotasi dijelaskan secara teori oleh Fick dan Listing.

Terdapat 3 aksis dari Fick digambarkan sebagai aksis x, y, dan z.

torsi, yaitu rotasi terhadap meridian kornea vertikal. Intorsi (insikloduksi) adalah aksi sekunder

otot rektus superior; eksotorsi (eksikloduksi) adalah aksi sekunder otot rektus inferior; dan

adduksi adalah aksi tersier dari kedua otot. Karena otot-otot oblik membentuk sudut 51 o

terhadap aksis visual, torsi adalah aksi primernya. Rotasi vertikal adalah aksi sekunder dan

rotasi horizontal adalah aksi tersiernya.1,4,9

IV.2. Pergerakan Mata

A. Pergerakan Mata Monokuler (Duksi)

11

Aksis-x adalah aksis transversal melewati titik tengah

mata pada ekuator; dimana rotasi vertikal volunter

dihasilkan pada aksis ini.

Aksis-y adalah aksis sagital melewati tengah pupil;

rotasi torsional involunter terjadi pada aksis ini.

Aksis-z adalah aksis vertikal; rotasi horizontal

volunter dihasilkan aksis ini.

Bidang ekuator Listing/Listing equatorial plane terdiri

atas pusat rotasi, aksis x dan z. Aksis-y tegak lurus

terhadap bidang Listing.4,8

Gambar 10. Axes of Fick & Listing’s plane4

Pada posisi primer, otot-otot

ektraokuler horizontal bergerak hanya

pada aksis-z (aksis vertikal) yang

merupakan aksi satu-satunya dari otot-

otot tersebut. Otot-otot vertikal memiliki

aksi menarik bola mata terutama kearah

vertikal sebagai aksi primer. Sudut yang

terbentuk antara aksis otot-otot rektus

vertikal (superior dan inferior) dengan

aksis visual sebanyak 23o menyebabkan Gambar 11. Sudut yang dibentuk otot ekstraokuler10

Page 12: OTOT2ekstraokuler

Duksi adalah pergerakan mata monokuler, dimana adduksi adalah pergerakan mata

kearah nasal sedangkan abduksi ke arah temporal. Elevasi dan depresi dari mata disebut

sebagai sursumduksi (supraduksi) dan dorsumduksi (infraduksi). Intorsi (insikloduksi) adalah

rotasi ke arah nasal pada meridian vertikal, dan ekstorsi (eksikloduksi) adalah rotasi temporal

pada meridian yang sama. Beberapa istilah yang berkaitan pada pergerakan mata monokuler :

Agonis : gerakan otot primer mata ke arah yang diinginkan.

Sinergis : kerjasama otot-otot agonis pada mata yang sama menghasilkan satu

aksi pergerakan mata yang sama, contoh: otot oblik inferior sinergis dengan otot

rektus superior pada mata yang sama menghasilkan elevasi.

Antagonis : otot agonis pada mata yang sama memiliki aksi yang berkebalikan

dengan otot agonis lainnya; otot rektus medial dan lateral adalah antagonis.2,4

Otot-otot ekstraokuler masing-masing memiliki dua otot sinergis dan dua otot antagonis

kecuali otot rektus medial dan lateral memiliki tiga otot antagonis. Otot-otot yang sinergistik

untuk suatu fungsi mungkin antagonis untuk fungsi lain. Misalnya otot rektus superior (MRS)

dan otot oblik inferior (MOI) adalah antagonis untuk torsi karena MRS menyebabkan intorsi

sedangkan MOI ekstorsi.4,8,11

Tabel 1. Aksi Otot Ekstraokuler dari Posisi Primer4

Sherrington’s law of reciprocal innervation menyatakan bahwa peningkatan impuls saraf

dan kontraksi pada satu otot akan diikuti penurunan impuls saraf dan kontraksi dari otot

12

Page 13: OTOT2ekstraokuler

antagonisnya. Sebagai contoh, ketika mata kanan abduksi maka akan terjadi peningkatan

impuls saraf pada otot rektus lateral (MRL) sedangkan sebaliknya pada otot rektus medialis

(MRS).4,11

B. Pergerakan Mata Binokuler

Versi

Apabila pergerakan mata binokuler berkonjugasi dan mata bergerak ke arah yang sama,

maka gerakan tersebut disebut sebagai versi. Bila pergerakan mata mengalami diskonjugasi

dan mata bergerak ke arah yang berbeda, disebut sebagai vergensi (konvergen maupun

divergen). Terdapat 6 gerakan versi seperti dibawah ini:

1. Dekstroversi : gerakan kedua mata ke arah kanan

2. Levoversi : gerakan kedua mata ke arah kiri

3. Elevasi/sursumversi : rotasi kedua mata keatas

4. Depresi/dorsumversi : rotasi kedua mata kebawah

5. Dekstrosikloversi : rotasi kedua mata dimana bagian superior meridian

vertikal kornea bergerak ke kanan

6. Levosikloversi : rotasi kedua mata dimana bagian superior meridian

vertikal kornea bergerak ke kiri 4

Istilah Yoke muscles digunakan untuk menggambarkan dua otot (satu otot pada setiap

mata) yang merupakan penggerak utama dari mata yang digerakkan ke satu posisi

pandangan yang diinginkan. Contohnya bila mata bergerak ke arah kanan, maka otot rektus

lateral kanan dan otot rektus medial kiri mengalami kontraksi sehingga kedua otot ini

‘berpasangan’. Setiap otot ekstraokuler memiliki satu pasangan pada mata yang lainnya.

Kerja primer dari yoke muscles ini akan memberikan 6 posisi kardinal pada mata.4

13

Page 14: OTOT2ekstraokuler

Gambar 12. Yoke Muscles10

Hering’s law of motor correspondence menyatakan bahwa inervasi simultan pada otot-

otot berpasangan akan sama besar dan disesuaikan dengan besarnya pergerakan yang

diinginkan. Hukum ini diaplikasikan dalam mengevaluasi pergerakan mata binokuler

terutama keterlibatan otot berpasangan.3,4

Vergensi

Merupakan gerakan simultan kedua mata ke arah yang berlawanan. Konvergensi adalah

pergerakan kedua mata ke arah nasal akibat kontraksi kedua otot rektus medial. Sedangkan

divergensi adalah gerakan kedua mata ke temporal akibat kontraksi kedua otot rektus

lateral. Insklovergensi adalah rotasi kedua mata ke arah superior dimana meridian vertikal

kornea berputar ke arah bidang median. Sedangkan eksiklovergensi sebaliknya mengarah

menjauhi median.4

Beberapa konsep yang berkaitan dengan vergensi :

1. Konvergensi tonik : tonus inervasi konstan pada otot ekstraokuler ketika

seseorang sadar dan waspada.

2. Konvergensi akomodatif dari aksis visual : merupakan bagian dari sinkinesis near

reflex. Konvergensi akomodatif yang meningkat secara konsisten terjadi pada

setiap dioptri akomodasi, membentuk rasio accomodative

14

Page 15: OTOT2ekstraokuler

convergence/accomodation (AC/A). Rasio AC/A yang tinggi konvergensi yang

terjadi menyebabkan esotropia pada saat akomodasi terhadap target jarak

dekat. Rasio AC/A yang rendah menyebabkan mata eksotropia ketika seseorang

melihat dekat.

3. Konvergensi proximal (instrumen) : Konvergensi yang terjadi akibat

kewaspadaan psikologis, seperti saat seseorang melihat melalui mikroskop

binokuler.

4. Konvergensi fusional : refkes optomotorik untuk konvergen dan memposisikan

mata sehingga proyeksi bayangan benda sama pada area retina

korespondennya.

5. Divergensi fusional : merupakan satu-satunya divergensi yang signifikan secara

klinis. Fusi ini adalah refleks optomotorik untuk divergen dan memposisikan

mata sehingga proyeksi bayangan benda sama pada area retina

korespondennya.4

V. PENUTUP

Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya kerja dari otot ekstraokuler.

Terdapat enam otot ekstraokuler yang berperanan dalam pergerakan bola mata yaitu empat

otot rektus (medialis, lateralis, superior, dan inferior) dan dua otot oblik (superior dan inferior).

Pergerakan bola mata mengelilingi 3 aksis dan satu bidang yakni listing’s plane. Kerja otot-otot

ekstraokuler berdasarkan posisi primer, sekunder dan tersier.

Pergerakan bola mata terbagi menjadi gerakan mata monokuler (duksi) dan binokuler

(versi dan vergen). Kerja otot-otot ekstraokuler berpasangan pada satu mata dengan mata

lainnya.

15

Page 16: OTOT2ekstraokuler

DAFTAR PUSTAKA

1. Demer JL. Extraocular muscles In: Duane’s clinical ophthalmology on CD-ROM. Lippincott Williams and Wilkins Publisher. Philadelphia. 2003.

2. Vaughan DG. Ashbury T. Riordan-Eva P. Anatomi dan embriologi mata oftalmologi umum. Widya Medika. Jakarta. 2000:242

3. Liesegang TJ. Skuta GL. Cantor LB. Fundamentals and principle of ophthalmology. section 2. American Academy of Ophthalmology. San Fransisco. 2006-2007:15-21,157.

4. Liesegang TJ. Skuta GL. Cantor LB. Pediatric ophthalmology and strabismus. Section 6. Amaerican Academy of Ophthalmology. San Fransisco. 2006-2007: 13-23.

5. Wright KW. Color atlas of strabismus surgery. Springer Science+Business Media, LLC. New York. 2007:91-100.

6. Annulus of Zinn. Available from: http://www.wikipedia.com

7. Eggers HM. Functional anatomy of the extraocular muscles In: Duane’s clinical ophthalmology on CD-ROM. Lippincott Williams and Wilkins Publisher. Philadelphia. 2003.

8. Datta H. Strabismus. Jaypee brothers medical pub. 2004: 1-14

9. Graham RH. Extraocular muscles, actions. Available from: http://www.emedicine.com/neuro/topic636.htm. Accesed on February 10, 2009.

10. Roper-Hall MJ. The extraocular muscles: strabismus and heterophoria. In: Stallard’s eye surgery. seventh ed. Butterworths International Edition. 1989: 163-65.

11. Snell RS. Movement of eye ball and the extraocular muscle. In: Clinical anatomy of the eye. 2nd ed. W Blackwell Science Inc. 1998: 232-271

16