OTOSKLEROSIS
Transcript of OTOSKLEROSIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pendengaran ialah salah satu fungsi yang penting dalam kehidupan.
Saat ini, banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar.
Salah satunya adalah otosklerosis. Dalam penelitian, kelainan ini terdapat pada
masyarakat dalam jumlah yang significant .1 Seperti yang telah diketahui,
Beethoven, seorang composer asal Jerman menderita Otosklerosis. Menjelang
dari akhir karir musiknya, ia bahkan tidak dapat mendengar karyanya sendiri.
(Goldstein, 1999). Efek dari penyakit ini melelahkan dan membuat putus asa.
Oleh karena itu, membutuhkan studi yang lebih lanjut.1,21,2
Otosklerosis merupakan salah satu penyebab umum tuli konduktif pada
orang dewasa. Kelainan disebabkan karena gangguan autosomal dominan yang
terjadi pada wanita maupun pria. Pasien mengalami gejala-gejala pada akhir usia
belasan atau awal 20-an.Kelainan ini merupakan penyakit labirin tulang, dimana
terbentuk suatu daerah otospongiosis {tulang lunak} terutama di depan dan
didekat kaki stapes menjadi terfiksasi. Secara histologis, otosklerosis cukup lazim
terjadi yaitu pada hampir dari 10% populasi. Namun, hanya presentase kecil yang
kemudian bermanifestasi secara klinis sebagai gangguan pendengaran.Pasien
perlu dinilai secara cermat, baik melalui pemeriksaan audiologik maupun dengan
pemeriksaan otologik. 3
1 1,2
3
1
1.2. Sejarah Otosklerosis4
1735 – Valasava; menemukan kaki stapes yang terfiksasi ke jendela oval
saat otopsi jenasah seorang pasien yang tuli.
1857 – Toynbee; menyatakan setelah 1659 kali melakukan pembedahan
pada telinga: “ Ankylosis tulang dari stapes pada jendela oval adalah salah
satu penyebab paling sering dari ketulian”.
1873 - Schwartze; mendeskripsikan adanya gambaran merah pada
membrane timpani, yang kemudian ditemukan berhubungan dengan
peningkatan vascular dari pembuluh koklear menjelang tingkat active dari
otosklerosis.Di kemudian hari dikenal dengan “Schwartze sign”, dan
terjadi pada sekitar 10% dari telinga yang mengalami otosklerosis.
1881 - Von Trolstch; menggunakan kata “sclerosis” untuk keadaan fiksasi
stapes. Ia mengemukakan bahwa sclerosis dari ruang timpani
menyebabkan terfiksasinya stapes.
1890 - Katz; orang yang pertama menemukan bukti mikroskopik dari
otosklerosis yang dihasilkan dari fiksasi stapes.
1893 - Politzer; mempelajari struktur tulang temporal pada 16 pasien yang
diketahui semasa hidup terdapat fiksasi stapes, dan mengemukakan bahwa
adanya fiksasi stapes adalah penyebab primer dari kapsul otic . dari pada
proses inflamasi atau infeksi yang berulang.
1908 - Bezold; menjabarkan sejarah penemuan typical dan physical,
seperti halnya penemuan audiometric dari otosklerosis.
1912 - Siebenmann; menemukan bahwa struktur tulang dari otosklerosis
adalah lebih jarang dan kurang densitasnya daripada kapsul otic yang
normal, dan menyarankan bahwa penyakit ini lebih pantas dinamai
“otospongiosis”. Ia juga menyatakan bahwa penyakit ini dapat
menyebabkan sensorineural hearing loss.
4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telina5,7,85,7,8
2.1.1 Telinga Luar
Terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk seperti
huruf S dengan rangka tulang rawan pada 1/3 luar, dan 2/3 bagian dalam terdiri
dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm.Pada 1/3 luar banyak terdapat kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada 2/3 bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
2.1.2 Telinga tengah7
Berbentuk seperti kubus dan terdiri dari tulang-tulang pendengaran
(maleus, incus, stapes) dengan batas-batas:
Batas luar : membrane timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars servikalis
Batas atas : tegmen timpani ( meningen/otak)
Batas dalam (dari atas ke bawah): kanalis semisirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (roundwindow),
promontorium.
2.1.3 Telinga dalam
Terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Pada irisan melintang
koklea terdapat skala vestibuli diatas, skala timpani di bawah dan skala media
( duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimf,
sedangkan skala media berisi endolimf. Dasar skala vestibuli disebut membran 5,7,8
7
3
vestibuli (Reissner’s membrane). Dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ corti dan sel rambut yang terdiri dari sel rambut
luar, sel rambut dalam dan kanalis korti yang semuanya membentuk organ corti.
Pada skala media terdapat pula bagian yang berbentuk seperti lidah yang disebut
membran tektoria.
2.1.4 Fisiologi Pendengaran7
Seseorang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara
atau tulang langsung ke koklea. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang
dialirkan ke liang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga membran
timpani bergetar. Getaran diteruskan melalui tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakan tingkap lonjong
(foramen oval) yang juga menggerakan perilimf dalam skala vestibuli.
Selanjutnya getaran diteruskan melalui membrane reissner yang mendorong
endolimf dan membran basal kearah bawah, Perilimf dalam skala timpani akan
bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) akan terdorong keluar.
Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong
membran basal, sehingga menjadi cembung ke bawah dan menggerakan perilimf
pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok dan
dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut itu menjadi lurus.
Rangasangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion
Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n. VIII, yang
kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak (area
39-40) melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
7
4
Gambar 1. Potongan melintang telinga. Otosklerosis melibatkan tulang pendengaran pada telinga tengah, malleus(2) dan incus(3) dan stapes(4), seperti halnya tulang yang mengelilingi telinga dalam, yang disebut dengan otic capsule.
5
6
2.2 Otosklerosis
2.2.1 Definisi
Otosklerosis adalah penyakit primer dari tulang-tulang pendengaran dan
otic capsule.5 Proses ini menghasilkan tulang yang lebih lunak dan berkurang
densitasnya (otospongiosis). Gangguan pendengaran disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari spongy bone-like tissue yang menghambat tulang-
tulang di telinga tengah, terutama stapes untuk bergerak dengan baik.2
Pertumbuhan tulang yang abnormal ini sering terjadi di depan dari jendela oval,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Normalnya, stapes yang
merupakan tulang terkecil pada tubuh bergetar secara bebas mengikuti transmissi
suara ke telinga dalam.Ketika tulang ini menjadi terfiksasi pada tulang sekitarnya,
getaran suara akan dihambat menuju ke telinga dalam sehingga fungsi
pendengaran terganggu.3,6,7
5
2
7
2.2.2 Etiologi2,5,82,5,8
Penyebab dari otosklerosis masih belum diketahui dengan jelas. Pendapat
umum menyatakan bahwa otosklerosis adalah diturunkan secara autosomal
dominan Ada juga bukti ilmiah yang menyatakan adanya infeksi virus measles
yang mempengaruhi otosklerosis. Hipotesis terbaru menyatakan bahwa
otosklerosis memerlukan kombinasi dari spesifik gen dengan pemaparan dari
virus measles sehingga dapat terlihat pengaruhnya dalam gangguan
pendengaran(McGuirt et al, 1998). Beberapa berpendapat bahwa infeksi kronik
measles di tulang merupakan predisposisi pasien untuk terkena otosklerosis.
Materi virus dapat ditemukan di osteoblas pada lesi sklerotik(Nadol, 1998).
2.2.3 Epidemiologi4,54,5
Ras
Beberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis umumnya terjadi pada ras
Caucasia. Sekitar setengahnya terjadi pada Oriental populasi. Dan sangat
jarang pada orang negro dan suku Indian Amerika. Populasi multiras yang
termasuk Caucasia memiliki resiko peningkatan insiden terhadap otosklerosis.
RasPersen dari Penderita Otosklerosis dengan Bukti Microskopik
Caucasia 10%Oriental/American Selatan
5%
Negro 1%
Indian Amerika 0%
Faktor Keturunan
2,5,8
4,5
8
Otosklerosis biasanya dideskripsikan sebagai penyakit yang diturunkan
secara autosomal dominant dengan penetrasi yang tidak lengkap (hanya
berkisar 40%). Derajat dari penetrasi berhubungan dengan distribusi dari lesi
otosklerotik lesi pada otic capsule.
Gender
Otosklerosis sering dilaporkan 2 kali lebih banyak pada wanita disbanding
pria. Bagaimanapun, perkiraan terbaru sekarang mendekati ratio antara
pria:wanita 1:1. Penyakit ini biasanya diturunkan tanpa pengaruh sex- linked,
jadi rasio 1:1 dapat terjadi. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa
perubahan hormonal selama kehamilan dapat menstimulasi fase aktif dari
otosklerosis, yang menyebabkan peningkatan gambaran klinis kejadian
otosklerosis pada wanita. Onset klinik selama kehamilan telah dilaporkan
sebanyak 10% dan 17%. Shambough memperkirakan resiko dari peningkatan
gangguan pendengaran selama kehamilan atau pemakaian oral kontrasepsi
pada wanita dengan otosklerosis adalah sebesar 25 %. Penjelasan lain yang
mungkin akan peningkatan prevalensi otosklerosis pada wanita adalah bilateral
otosklerosis tampaknya lebih sering pada wanita dibanding pria (89% dan 65
%). Memiliki dua telinga yang terkena kelihatan akan meningkatkan
kunjungan ke klinik.
Sejarah keluarga8
Sekitar 60% dari pasien dengan klinikal otosklerosis dilaporkan
memiliki keluarga dengan riwayat yang sama. Sisanya sebanyak 40 %, oleh
Morrison dan Bundley merupakan sekumpulan kasus yang memenuhi kategori
sebagai berikut:
adanya autosomal dominan dengan kegagalan penetrasi pada anggota
keluarga lain.
adanya phenocopies
adanya mutasi baru
8
9
adanya kasus yang jarang yang ditransmissi oleh pola pewarisan yang
lain ( seperti autosomal resesive ).
Usia5
Insiden dari klinikal otosklerosis meningkat sesuai bertambahnya umur.
Evidence mikroskopik terhadap otospongiosis ditemukan pada autopsy 0,6 %
individu yang berumur kurang dari 5 tahun. Pada pertengahan usia, insiden
ditemukannya adalah 10 % pada orang kulit putih dan sekitar 20% pada
wanita berkulit putih. Baik aktif atau tidak fase penyakitnya, terjadi pada
semua umur, tetapi aktivitas yang lebih tinggu lebih sering terjadi pada
mereka yang berumur kurang dari 50 tahun. Dan aktivitas yang paling
rendah biasanya setelah umur lebih dari 70 tahun. Onset klinikal berkisar
antara umur 15-35 tahun, tetapi manifestasi penyakit itu sendiri dapat terjadi
paling awal sekitar umur 6 atau 7 tahun, dan paling lambat terjadi pada
pertengahan 50-an.
Predileksi
Menurut data yang dikumpulkan dari studi terhadap tulang temporal,
tempat yang paling sering terkena Otosklerosis adalah fissula ante fenestram
yang terletak di anterior jendela oval (80%-90%). Tahun 1985, Schuknecht dan
Barber melaporkan area dari lesi otosklerosis yaitu:
2.2 tepi dari tempat beradanya jendela bulat
2.3 dinding medial bagian apeks dari koklea
2.4 area posterior dari duktus koklearis
2.5 region yang berbatasan dengan kanalis semisirkularis
2.6 kaki dari stapes sendiri.
Frekuensi
5
10
Di Amerika Serikat sendiri secara histologis, otosklerosis mempunyai
angka prevalensi sekitar 10%. Bagaimanapun, hanya sekitar 1 dari 10 orang
yang secara klinik menunjukan gejala. Oleh karena itu, prevalensi klinik dari
penyakit ini secara signifikan adalah sekitar 1 %.
Mortalitas/ Morbiditas
Satu-satunya morbiditas yang diketahui dari otosklerosis adalah
hilangnya pendengaran. Walaupun tuli konduktif dianggap sebagai tanda resmi
dari penyakit ini, keterlibatan atas porsi dari otic capsule yang lebih besar dari
kaki stapes dapat menghasilkan Sensorineural Hearing Loss (SNHL).
2.2.4 Patofisiologi5,6,95,6,9
Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks.9 Kunci utama lesi dari
otosklerosis adalah adanya multifocal area sclerosis diantara tulang endocondral
temporal. Ada 2 fase patologik yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu:
2.7 fase awal otospongiotic
Gambaran histologis: terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit yang
merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat
tulang disekitar pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran
lumen pembuluh darah an dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini
dapat terlihat sebagai gambaran kemerahan pada membran
timpani. Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan
vascular dari lesi yang mencapai daerah permukaan periosteal.
Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak,daerah ini
menjadi kaya akan substansi dasar amorf dan kekurangan struktur
kolagen yang matur dan menghasilkan pembentukkan spongy
bone . Penemuan histologik ini dengan pewarnaan Hematoksilin
dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles of Manasse.
5,6,9
9
11
2.8 Fase akhir otosklerotik
Fase otosklerotik dimulai ketika osteoclast secara perlahan diganti
oleh osteoblas dan tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area
resorpsi sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes
akan menyebabkan fiksasi kaki stapes pada jendela oval sehingga
pergerakan stapes terganggu dan oleh sebab itu transmissi suara ke
koklear terhalang. Hasil akhir nya adalah terjadinya tuli konduktif
Jika otoskerosis hanya melibatkan kaki stapes dan sebagian dari
annular ligment, hanya sedikit fiksasi yang terjadi. Hal seperti ini
dinamakan biscuit footplate. Terjadinya tuli sensorineural pada
otosklerosis dihubungkan dengan kemungkinan dilepaskannya
hasil metabolisme yang toksik dari luka neuroepitel, pembuluh
darah yang terdekat, hubungan langsung dengan lesi otosklerotik
ke telinga dalam. Semuanya itu menyebabkan perubahan
konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran basal.
Kebanyakan kasus dari otosklerosis menyebabkan tuli konduktif
atau campur. Untuk kasus dari sensorineural murni dari
otosklerosis itu sendiri masih kontroversial. Kasus sensorineural
murni karena otosklerosis dikemukakan oleh Shambaugh Sr. tahun
1903. Tahun 1967, Shambaugh Jr. menyatakan 7 kriteria untuk
mengidentifikasi pasien yang menderita tuli sensorineural akibat
koklear otosklerosis:4
1 tanda Schwartze yang positif pada salah satu/ke dua telinga
2 Adanya keluarga yang mempunyai riwayat otosklerosis
2.9 Tuli sensorineural progressive pendengaran seara simmetris, dengan fiksasi stapes
pada salah satu telinga
4
12
2.10 Secara tidak biasa adanya diskriminasi terhadap ambang dengar untuk tuli
sensorineural murni
2.11 Onset kehilangan pendengaran pada usia yang sama terjadinya fiksasi stapes dan
berjalan tanpa eriologi lain yang diketahui
2.12 CT. scan pada pasien dengan satu atau lebih criteria yang menunjukan
demeniralisasi dari kapsul koklear
2.13 Pada timpanometri ada fenomena on-off.
2.3 Diagnosis1,2,3,5,7,1,2,3,5,7,9
3 Anamnesa : kehilangan pendengaran dan tinnitus adalah gejala yang utama.
Penurunan pendengaran berlangsung secara progressif dengan angka kejadian
bervariasi, tanpa adanya penyebab trauma atau infeksi.. Tinnitus merupakan variasi
tersering sebanyak 75 % dan biasanya berlangsung menjadi lebih parah seiring
dengan derajat tingkat penurunan pendengaran. Umumnya, dizziness dapat terjadi.
Pasien mungkin mendeskripsikan seperti vertigo, pusing yang berputar, mual dan
muntah. Dizziness yang hanya diasosiasikan dengan otosklerosis terkadang
menunjukan proses otosklerosis pada telinga dalam. Adanya dizziness ini sulit untuk
dibedakan dengan causa lain seperti sindrom Meniere’s. Pada 60% kasus, riwayat
keluarga pasien yang terkena otosklerosis dapat ditemukan.
4 Pemeriksaan Fisik : Membran timpani biasanya normal pada sebagian besar kasus.
Hanya sekitar 10% yang menunjukan Schwartze Sign. Pemeriksaan garputala
menunjukan kesan tuli konduktif. ( Rinne negative ) Pada fase awal dari penyakit
tuli konduktif didapat pada frekuensi 256 Hz. Adanya proses fiksasi stapes akan
memberikan kesan pada frekuensi 512 Hz. Akhirnya pada frekuensi 1024 Hz akan
memberi gambaran hantaran tulang lebih kuat daripada hantaran udara. Weber test
menunjukan lateralisasi ke arah telinga yang memiliki derajat conduting hearing loss
1,2,3,5,7,
9
13
lebih besar. Pasien juga akan merasa lebih baik dalam ruangan yang bising
(Paracusis Willisi).7
5 Pemeriksaan Penunjang 9 : Kunci penelusuran secara objektif dari otosklerosis
didapat dari audiogram. Gambaran biasanya konduktif, tetapi dapat juga mixed atau
sensorineural. Tanda khas dari otosklerosis adalah
pelebaran air-bone gap secara perlahan yang biasanya dimulai dari
frekuensi rendah. Adanya Carhart’s Notch adalah diagnosis secara abstrak
dari otosklerosis , meskipun dapat juga terlihat pada gangguan konduktif
lainnya. Carhart’s notch adalah penurunan dari konduksi tulang sebanyak
10-30 db pada frekuensi 2000Hz, diinduksi oleh adanya fiksasi stapes.
Carhart’s notch akan menghilang setelah stapedektomy. Maksimal
conductive hearing loss adalah 50 db untuk otosklerosis, kecuali adanya
kombinasi dengan diskontinuitas dari tulang pendengaran. Speech
discrimination biasanya tetap normal. Pada masa pre klinik dari
otosklerosis, tympanometri mungkin menunjukan “on-off” effect, dimana
ada penurunan abnormal dari impedance pada awal dan akhir eliciting
signal. Ketika penyakit berlanjut, adanya on-off ini memberi gambaran
dari absennya reflek stapedial. Gambaran timpanogram biasanya adalah
tipe A dengan compliance yang rendah. Walaupun jarang, gambaran
7
9
14
tersebut dapat juga berbentuk kurva yang memendek yang dirujuk ke
pola tipe As. Jika dizziness dirasakan pasien, tes keseimbangan harus
dilakukan, walaupun tidak ada karateristik dari sindrom otosklerotik
telinga dalam, adanya penemuan dari suggestive Meniere’s disease akan
merubah rencana terapi ke depan. Fine – cut CT scan dspst
mengidentifikasi pasien dengan vestibular atau koklear otosklerosis,
walaupiun keakuratannya masih dipertanyakan. CT dapat memperlihatkan
gambaran tulang-tulang pendengaran, koklea dan vestibular organ.
Adanya area radiolucent didalam dan sekitar koklea dapat ditemukan pada
awal penyakit ini, dan gambaran diffuse sclerosis pada kasus yang lebih
lanjut. Hasil yang negative bukan berarti non diagnostik karena beberapa
pasien yang menderita penyakit ini mempunyai kemampuan dibawah dari
metode CT paling canggih sekali.
Gambaran Audiogram Pada Otosklerosis
Carhart’s notch
Hearing thre
15
16
( tipe A timpanogram) (tipe As timpanogram)
2.4 Diagnosis Banding 5
Otosklerosis terkadang sulit untuk dibedakan dengan penyakit lain yang
mengenai rangkaian tulang-tulang pendengaran atau mobilitas membran
timpani. Malahan, diagnosis final sering ditunda sampai saat bedah
eksplorasi.
1. Diskontinuitas dari tulang pendengaran --- dapat
menyebabkan gangguan konduktif sampai 60 db dan
membran timpani menunjukan peningkatan compliance
dari timpanometri.
2. Fiksasi kepala malleus --- menyebabkan gangguan
konduktif yang serupa dan dapat terjadi pada konjugasi
dari fiksasi stapes. Inspeksi menyeluruh terhadap seluruh
tulang adalah penting dalam operasi stapes untuk
menghindari adanya lesi yang terlewatkan seperti itu.
3. Congenital fixation of stapes --- dapat terjadi karena
abnormalitas dari telinga tengah dan harus
dipertimbangkan pada kasus gangguan pendengaran yang
stabil semenjak kecil. Congenital stapes fixation dapat
pula terjadi pada persambungan dengan abnormalitas:
5
17
membran timpani yang kecil, partial meatal atresia atau
manubrium yang memendek.
4. Otitis Media Sekretoria Kronis --- dengan otoskop dapat
menyerupai otosklerosis, tetapi timpanometri dapat
mengindikasi adanya cairan di telinga tengah pada otitis
media.
5. timpanosklerosis --- dapat menimpa satu atau lebih tulang
pendengaran. Gangguan konduktif mungkin sama dengan
yang terlihat pada otosklerosis. Adanya riwayat infeksi,
penemuan yang diasosisasikan dengan myringosklerosis
dan penurunan pendengaran yang stabil dibanding
progressif adalah tipikal untuk timpanosklerosis.
6. Paget’s disease (osteitis deformans) dari tulang temporal
--- dimulai pada tulang periosteal diluar kapsul daripada di
endokondral kapsul seperti halnya otosklerosis. Hal ini
disebabkan karena gangguan sensorineural sama seperti
yang terlihat pada otosklerosis, kemungkinan karena
adanya enzim hidrolitic yang memasuki cochlear fluid.
Adanya gangguan konduksi jarang terlihat pada Paget’s
disease.
7. Osteogenesis imperfecta (van der Hoeve – de Kleyn
Syndrome) --- adalah kondisi autiososmal dominant
dimana terdapat defek dari aktivitas osteoblast yang
menghasilkan tulang yang rapuh dan bersklera biru.
Sebagai tanbahan, terdapat fraktur tulang multiple dan
sekitar setengah dari pasien ini memiliki fiksasi stapes.
Respon jangka pendek dari operasi stapes pada pasien ini
sama dengan yang terlihat pada otosklerosis. Tetapi
progresif sensorineural hearing loss post operasi lebih
sering terjadi.
18
2.5 Penatalaksanaan5,95,9,10,10
90% pasien hanya dengan bukti histologis dari otosklerosis adalah
simptomatik karena lesi barlangsung tanpa fiksasi stapes atau gangguan koklear.
Pada pasien yang asimptomatik ini, penurunana pendengaran progressif secara
konduktif dan sensorineural biasanya dimulai pada usia 20. Penyakit akan
berkembang lebih cepat tergantung pada factor lingkungan seperti kehamilan.
Gangguan pendengaran akan berhenti stabil maksimal pada 50-60 db.
Amplifikasi
Alat Bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan terapi
yang efektif. Beberapa pasien yang bukan merupakan kandidat yang cocok
untuk operasi dapat menggunakan alat bantu dengar ini.
Terapi Medikamentosa
Tahun 1923 Escot adalah orang pertama yang menemukan calsium florida
untuk pengobatan otosklerosis. Hal ini diperkuat oleh Shambough yang
memprediksi stabilasi dari lesi otosklerotik dengan penggunaan sodium
floride. Ion florida membuat komplek flourapatit. Dosis dari sodim florida
adalah 20-120 mg/hari. Brooks menyarankan penggunaan florida yang
dikombinasi dengan 400 U vitamin D dan 10 mg Calcium Carbonate
berdasar teori bahwa vit D dan CaCO3 akan memperlambat lesi dari
otosklerosis. Efek samping dapat menimbulakan mual dan muntah tetapi
dapat diatasi dengan menguarangi dosis atau menggunakan enteric-coated
tablets. Dengan menggunakan regimen ini, sekitar 50 % menunjukan
symptom yang tidak memburuk, sekitar 30 % menunjukan perbaikan.
5,9
,10
19
Terapi Bedah5
Pembedahan akan membutuhkan penggantian seluruh atau sebagian dari
fiksasi stapes. Sejarah stapedektomi:
1. John Shea, 1950 menemukan stapedectomy. Ia memindahkan seluruh kaki
stapes. Jendela oval diitutup dengan graft vena dan rangkaian tulang
pedengaran direkonstruksi dengan polyethylene prostesa.
2. Schuknecht dan barber memodifikasi dengan menggunakan kombinasi
jaringan lemak atau jaringan penyambung dan kawat protesa. Di kemudian
hari teknik ini ditinggalkan karena berhubungan dengan meningkatnya
insiden terjadinya pembentukan granuloma postoperative dan coclear
hearing loss.
3. Hough mendeskripsikan teknik anterior crurotomy untuk melakukan
partial stapedectomy.
Seleksi pasien
Kandidat utama stapedectomy adalah yang mempunyai kehilangan
pendengaran dan menganggu secara sosial, yang dikonfirmasi dengan
garputala dan audiometric menunjukan tuli konduktif atau campur. Speech
discrimination harus baik. Secara umum, pasien dengan penurunan
pendengaran lebih dari 40 db dan Bone conduction lebih baik dari Air
Conduction pada pemeriksaan garputala akan memperoleh keuntungan paling
maksimal dari operasi. Pasien harus mempunyai resiko anastesi yang minimal
dan tidak memiliki kontraindikasi.
Indikasi Bedah
1. tipe otosklerosis oval window dengan berbagai variasi derajat fiksasi
stapes
2. Otosklerosis atau fiksasi ligamen anularis oval window pada otitis media
kronis (sebagai tahapan prosedur)
5
20
3. Osteogenesis imperfekta
4. beberapa keadaan anomali kongenital
5. timpanosklerosis di mana pengangkatan stapes diindikasikan (sebagai
tahapan operasi)
Kontraindikasi5,115,11
Di masa lalu, stapedectomy tidak dianjurkan pada orang yang memiliki resiko
pengalaman dan frekuensi tinggi dengan perubahan tekanan barometer, seperti
pilot dan penyelam. Ketika gelfoam dan kawat prothesa biasa digunakan,
postoperasi fistula dan pergeseran protesa adalah umum pada pasien ini.
Bagaimanapun, dengan small fenestra stapedotomy dan piston reconstruction,
pergeseran protesa dan fistula perilimf sangat jarang, walau dengan terbang
dan menyelam. Menurut komunikasi terbaru pada Otology Online, John
House, M.D. mengijinkan pasien untuk terbang setelah 5 hari, latihan fisik
setelah 10 hari dan bermain football atau scuba diving setelah 3 minggu.
Pendekatan konservatif terhadap hobi dan pekerjaan pasien diperlukan dalam
membantu pasien untuk membuat keputusan final.
Karena ketidakseimbangan post operasi terkadang menimbulkan
ketidakseimbangan, pada pasien tua dengan gangguan keseimbangan atau
pasien yang pekerjaannya dituntut dengan keseimabangan yang baik
(misalnya ironworkers) mungkin dapat dipertimbangkan untuk tidak
menjalani opersi. Bagaimanapun, dengan small fenestra surgery, resiko
diziziness yang memanjang post operasi sangat rendah.
5,11
21
Adanya perforasi membran timpani dengan infeksi pada telinga tengah adalah
kontraindikasi stapedektomi karena berhubungan dengan meningkatnya resiko
terjadinya suppurative labyrithitis. Stapedektomy pada pasien ini adalah
ditunda sampai infeksi diobati dan membaran timpani telah diperbaiki.
Adanya endoliimfatik hidrops adalah kontraindikasi absolute karena
menyebabkan permanent profound sensorineural loss. Pasien dengan vertigo
dan poor speech discrimination mungkin memiliki hidrops endolimfatik dan
oleh karena itu bukan merupakan kandidat operasi.
Adanya Operasi stapes yang baru saja (dalam 6-12 bulan), biasanya tidak
termasuk operasi pada telinga sebelahnya adalah kontraindikasi, karena akan
meningkatkan resiko terjadinya sudden profound hearing loss pada telinga
yang dioperasi.Begitu juga operasi lain yang mengenai salah satu telinga.
Morison 1979, mendeskripsikan 16 kontraindikasi operasi :1111
1. Pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mungkin dioperasi dan
harapan hidupnya kecil.
2. Usia tua ≥ 70 tahun, dimana terdapat kesempatan 40% diskriminasi
pembicaraan memburuk dan resiko untuk terbentuknya fistula lebih besar.
3. Sebagian besar ahli bedah mengkontraindikasikan operasi pada anak,
tetapi Robinson (1983) dan Von Haccke(1985) telah melaporkan hasil
yang baik pada usia 16-21 tahun.
4. Pada fiksasi stapes yang disebabkan oleh timpanosklerosis dan dilakukan
stapedectomy mempinyai angka kejadian tinggi terjadinya tuli
sensorineural.
5. Otitis eksterna atau perforasi
6. Fiksasi dini dengan derajat kehilangan pendengaran kecil
7. Otosklerosis unilateral
8. Kelainan pendengaran pada salah satu telinga
11
22
9. Otosklerosis stapedius dan koklear dengan gap hantaran tulang dan
hantaran udara yang buruk dapat digunakan alat Bantu dengar.
10. Vertigo dan riwayat hidrops labirintin, dengan peningkatan resiko “dead
ear” akibat kerusakan atau pelebaran sakulus selama opeasi.
11. Stapedectomy yang berbahaya yaitu adanya perlekatan diantara footplate
dan sakulus/duktus koklearis.
12. Stapedectomy sekunder, tetapi hal ini masih kontroversial karena resiko
lambat dan segera akan terjadinya tuli semsorineural dan dapat terjadi
bilateral. Kerusakan vestibuler dapat bersifat permanent.
13. Pasien dewasa muda dengan penyebaran cepat otosklerosis stapedial dan
koklea dan Schwarze sign positif, operasi harus ditunda sampai aktivitas
terkendali oleh florida.
14. Stapedectomy dikontraindikasikan pada wanita hamil dan ditunda selama
12 bulan postpartus.
15. fungsi tuba eustachius salah satu telinga buruk
16. Penerbang atau penerjun payung karena reisko untuk terjadinya fistula
perilimfe meningkat.
Konseling Pre operasi5
Pasien harus diberitahu bahwa stapedectomy adalah prosedur elektif dan
menggunakan amplifikasi adalah alternative lain dari stapedectomy. Adanya
resiko akan tejadinya gangguan keseimbangan, tinnitus, perubahan rasa
mengecap, mulut kering, perforasi membran timpani, facial nerve injury, dan
permanent cochlear deafness harus dijelaskan ke pasien. Resiko dari cochlear
deafness tergantung dari keahlian masing-masing operator dan tidak ada data
yang akurat mengenai hal ini. ( sekitar 1 %). Pasien diharapkan dapat
beraktivitas kembali setelah 1 minggu.
Anastesia
5
23
Baik lokal atau anastesi umum dapat digunakan untuk operasi stapes.
Keuntungan dari anastesi lokal adalah dapat mengetahui adanya vertigo atau
nausea yang mengindikasikan keterlibatan dalam kerusakan
cochleovestibular. Tetapi, bius umum sekarang lebih aman daripada bius
lokal. Pemilihan anastesi harus disesuaikan baik dengan kondisi pasien atau
kenyamanan dari operator.
Persiapan Intra-Auris5
Telinga diliputi dan dibungkus dengan bahan yang steril. Kanalis telinga
diinjeksi dengan 1 % lidokain dengan 1:100.000 dengan menggunakan
Quadratic technique. Vasokonstriksi seluruhnya dari regio timpanomeatal
flap diperlukan.
Penanaman Jaringan Graft
Macam –macam jaringan autograft telah digunakan secara sukses untuk
penutupan oval window setelah penetapan dari stapes prostesis. Fasia
temporalis dan vena dorsal tangan adalah yang paling sering digunakan. Graft
ditanam dan insisi ditutup.
Penelusuran Oval Window
Dengan mikroskop operasi dan speculum telinga dalam posisi, sebuah insisi
U-shaped Lampert dibuat di dinding kanal posterior dengan pisau bulat. Insisi
dimulai pada jam 6 tepat di lateral dari annulus. Perluasan ke posterior dan
lateral, lurus pada medial sampai berakhir pada lateral pars flaccida pada jam
12. Flap dielevasi ke sulcus timpanicus dengan round knife dan mukosa
kavum timpani kemudian dilubangi dengan curved bluned needle.
5
24
Tympanomeatal flap diletakan pada anterior, dibuat untuk melindungi nervus
dari chorda tympani.
Jika pasien dibius dengan local anastesi, sejumlah kecil lidokain 2 % dengan
1:20.000 epinefrin harus diinfus ke telinga tengah, dan dengan cepat di
suction. Hal ini untuk membuat anastesi yang baik pada telinga tengah.
Pengaruh anastesi dengan lidokain yang memanjang pada jendela bulat dapat
menginduksi paresis vestibular dan menyebabkan vertigo.
Rim sekitar 2-4 mm dari posterior-superior kanal (scutum) harus dipindahkan
dalam rangka menyediakan ruang yang cukup bagi stapes dan oval window.
Pertama, alur lateral dibuat pada scutum dengan kuret. Setelah alur dibuat,
tulang telinga tengah yang berdekatan dengan inkus dapat dikuretase dengan
lebih mudah dengan resiko kerusakan dari tulang yang lebih kecil. Kuretase
permukaan dibuat setelah prosesus piramidalis terlihat.5
Korda timpani terkadang harus dipisahkan dari perlekatannya dengan
permukaan medial dari malleus dalam rangka untuk memberi ruang bagi
stretching nervus sepanjang intratimpani.
Malleus kemudian diprobing untuk melihat mobilitas dari maleus dan inkus.
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kecurigaan adanya fikasasi daerah ini
yang menyebabkan gangguan konduktif. Stapes kemudian dipalpasi untuk
mengkonfirmasi fiksasi dan jendela oval dan bulat juga dievaluasi untuk
melihat perluasan penyakit ini.
Jarak antara kaki stapes dan permukaan medial dari bagian terbawah long
prosesus inkus kemudian ditelusuri. Sekitar 0,25-0,50 mm diperlukan untuk
memperkirakan jarak sebagai akomodasi masuknya prostesis ke vestibulum.
Pengukuran yang dilakukan sebelum disartikulasi dari I-S joint akan lebih
5
25
akurat, kaena pergerakan inkus akan lebih mungkin dengan adanya joint
disarticulation.
Manipulasi Stapes5
Beberapa metode dari manipulasi stapes telah dikembangkan untuk
membebaskan fiksasi stapes dan membiarkan transmissi suara pada tulang dan
jendela oval.
1. Stapes Mobilization. Ketika hanya focus kecil dari otosklerosis, kaki
stapes terkadang dapat digerakan dengan curved buntled needle. Hal ini
sering menimbulakan perbaikan sementara pada pendengaran. Karena re-
fiksasi lebih umum, prosedur ini jarang digunakan.
2. Anterior Crurotomy. Ketika penyakit dibatasi hanya pada fissula ante
fenstram, perpindahan dari anterior crus dan setengah anterior dari kaki
stapes digunakan. Bagian relung jendela oval yang terbuka ditutup dengan
graft jaringan penghubung. Incudostapedial joint ditinggalkan di tempat,
jadi prostesa tidak diperlukan. Tendon stapedial juga ditinggalkan di
tempat, karena diharapkan membantu bagi mereka yang bekerja di
lingkungan bising.
3. Stapedectomy. Penyakit yang lebih lanjut memerlukan pemindahan dari
seluruh kaki stapes. Disini, stapedial tendon dibagi dua, dan lubang
control ditempatkan pada kaki stapes untuk stabilisasi selama pembagian
I-S joint. Setelah pembagian I-S joint, dengan joint knife, stapes
suprastructure dipatahkan atau dibor dan dipindahkan. Keseluruhan kaki
stapes dipindahkan dengan small hooks secara hati-hati untuk menghindari
masuk/terhisapnya ke vestibule. Protesa stapes kemudian diletakkan dan
oval window ditutup dengan autogenous tissue graft.
4. Drill- Out Stapedotomy. Pada beberapa pasien dengan perluasan dan
penebalan otosklerotik focus yang menutupi oval window (obliterative
otosklerosis), stapedektomy tidak dapat dilakukan. Dalam kasus ini, stapes
suprastructure dipindahkan dan tulang yang mendatar di oval window
5
26
dipertipis dengan bor kecil. Pembukaan sebesar 0,8-1 mm dibuat pada
kaki stapes dan prostesa diletakan dengan dikelilingi oleh autogenous
tissue graft dan diletakan pada pembukaan.
5. Small fenestra Surgery. Metode ini adalah pilihan teknik utama untuk
otosklerosis, walaupun beberapa operator tetap memilih pemindahan kaki
stapes. Suprastruktur dipindahkan, lalu pembukaan kecil dari kaki stapes
dibuat dengan bor atau laser. Prostesa yang digunakan tipikal tipe piston-
bucket handle. Post operasi, hasil pendengaran ialh sama dengan
stapedectomy dan operasi fenestra, tetapi dizziness lebih berkurang pada
operasi ini. Sebagai tambahan, insiden dari pergeseran post operasi
prostesa dan fistula perilimfe jauh berkurang pada operasi ini.
Langkah-langkah Stapedectomy:
1. 2
.3 4
27
5 6
7 8
9 10
28
Keterangan:
1. timpanometal flap diinsisi sepanjang kanalis akustikus posterior
2. lapisan fibrous pada annulus dielevasi dengan timpanomeatal flap
untuk memperlihatkan telinga tengah
3. scutal bone dikuret untuk memperlihatkan prosesus piramidalis
segmen timpani yang berjalan n.VII dan kaki stapes
4. incudostapedial joint dipisahkan setelah penelusuran dilakukan
5. tendon stapedial dilepaskan baik dengan gunting atau laser dan bagian
posterior stapes dipisahkan baik dengan bor atau laser
6. stapes suprastruktur telah dipatahkan ke bawah dan dipindahkan.Kaki
stapes yang masih ada dapat dipindahkan jika dilakukan stapedectomy
total atau lubang stapedotomy dapat dibuat dengan laser atau
microdrill.
7. Stapedotomy telah dilakukan. Pelaetakan prostesa dapat dilakukan
8. Bagian dari jaringan diletakan diatas (fasia, vena, perikondrium)
stapedotomy/stapedectomy
9. Robinson Bucket handle diletakan diatas stapedotomy dan
mengelilingi incus
10. Stapedotomy prosedur dengan prostesa bucket handle diposisikan
diatas footplate.
Penutupan Jaringan dari Oval Window5
Autogenous graft ditanam membungkus oval window dan tumpang-tindih dari
batas tepi oval window sebesar 1-2 mm. Beberapa material termasuk vana
graft dan fasia temporalis telah dilaporkan sukses dalam menciptakan penutup
oval window dan dengan demikian mencegah pembentukan fistula. Small
fenestra stapedotomy dan rekonstruksi piston dapat dilakukan tanpa
autogenous graft malahan membuat darah atau bagian dari gelfoam untuk
menstabilasi piston.
5
29
Penempatan Prostesis5,105,10
Benyak protesa stapes yang telah dikembangkan dalam 30 tahun ini.
Topangan Polyethylene tajam atau tumput dikembangkan oleh Shea
dihubungkan dengan peningkatan resiko fistula postoperative, jadi tidak
digunakan sekarang ini. Sama dengan perlekatan prostesa kawar dengan
compressed gelfoam dikaitkan dengan insiden terjadinya postoperasi fistula
sehubungan dengan reparasi pembentukan granuloma.
Sebagian besar stapedectomy sekarang ini dipasang dengan protesa kawat
yang menempel pada jaringan penghubung yang meliputi oval window.
Stapedotomies biasanya dipasang dengan tipe piston prostesis dengan
diameter 0,6-0,8 mm dimana sisanya disambung dengan graft jaringan.
Prostesa biasanya melekat pada long prosesus inkus baik dengan kawat yang
dipadatkan dalam satu tempat atau bucket handle yang menggantung
sepanjang prosesus. Pengecualian adalah tipe Robinson prostesa dimana stem
besi dipasang sibawah prosesus lenticular dari inkus. Setalah penempatan
protesa, malleus dipalpasi untuk meyakinkan pergerakan yang semestinya dari
rangkaian tulang-tulang pendengaran.
(Berbagai jenis perostesa telinga tengah)
Penutupan
Flap timpanomeatal dikembalikan kembali pada posisi anatominya. Kanalis
eksternal ditutup dengan gelfoam atau bahan sejenis dan penutupan mastoid
juga disarankan.
Post operasi
5,10
30
Pasien disarankan menginap untuk observasi 1 malam dengan kepala dan
tempat tidur ditinggikan. Diinstrusikan untuk tidak meniup hidung. Bersin
harus dilakukan melalui mulut. Kanalis telinga harus tetap kering sampai
patensi dari membrane timpani dapat ditegakkan saat follow-up. Post operasi
audiogram disarankan 4-6 minggu setelah prosedur.
Komplikasi5
1. Floating footplate : saat stapedectomy, footplate terkadang keluar dari
ceruk yang mengelilinginya (kaki stapes yang terapung ). Sering terjadi
saat usaha pemindahan yang mendorong kaki stapes melewati vestibulum.
Lubang yang aman dibor ke dalam footplate saat permulaan prosedur akan
membantu pemindahan footplate tanpa floating. Sebagai alternative,
sebuah lubang kecil dapat dibor di perbatasan promontorium untuk
membantu pemindahan dari floating footplate.
2. Biscuit footplate : ketika focus otosklerotik dibatasi pada kaki stapes itu
sendiri, footplate menjadi menebal dan dikenal dengan biscuit footplate.
Manipulasi dari kasus ini dapat menyebabkan floating footplate. Untuk
alasan ini, laser obliteration dari biscuit footplates sendiri sering
digunakan.
3. Dehiscent facial nerve : Pada kasus operasi perbaikan, n.7 sering terbenam
dalam jaringan fibrous dalam ceruk oval window. Permanen paralysis
nervus 7 dapat dihasilkan bahkan dari tindakan yang hati-hati terhadap
pemindahan jaringan fibrous ini. Adanya delayed facial palsy setelah
stapedectomy biasa berhubungan dengan oedem dan sering diterapi
dengan steroid. Penyembuhan dari oedem mulai pada 1 atau beberapa
minggudan biasanya kembali seperti semula.
4. Post operasi granuloma : Pembentukan dari jaringan perbaikan
granulaoma setelah stapedektomy jarang. Penggunaan gelfoam atau gelati
untuk menutup oval window dengan resiko terjadinya granuloma masih
5
31
kontroversial. SNHL atau vertigo dapat terjadi dalam 6 minggu setelah
stapedectomy harus dipikirkan ke kemungkinan ini. Adanya “grayish
mass” daerah posterior superior kuadran adalah suggestif.
5. Fikasasi Maleleus : malleus harus dipalpasi saat stapedectomy untuk
menegakan adanya fikasasi. Ankylosis dari malleus dapat terjadi
sendirinya atau kombinasi dengan stapes.
6. Fraktur dari long prosesus dari inkus. Fraktur dari long prosesus dapat
terjadi saat memampatkan kawat prostesa. Jika fraktur dekat dengan body
dari inkus, digunakan protesa untuk menghubungkan maleus ke oval
window. Jika fraktur dekat ujung dari long prosesus, sabuk platinum
diggunakan untuk memperbaiki fraktur.
7. Infeksi post operasi : post operasi otitis media sering menghasilkan total
hearing loss dan meningitis. Terapi awal dengan miringotomi dan
antibiotic intravena jika perlu
8. Perilymph Gusher : Dasarnya, pemotongan dari lateral canalis auditorius
dapat menghasilkan aliran perilimf yang banyak ktika footplate
dipindahkan. Dalam kasus ini, kepala harus ditinggikan dan ceruk oval
window ditutup dengan tissue graft dan protesa. Ottore biasa berhenti
dalam 2-6 hari, hearing loss menetap. 5
9. Post operative perilymph fistula : Keadaan ini harus dicurigai pada pasien
dengan persisten vertigo atau pemburukan pendengaran. Eksplorasi
operasi harus dipertimbangkan tetapi hanya jika fistula secara yakin
dicurigai. Jaringan fibrous yang mendatar di oval window perlahan
dipindahkan dan diamankan dengan prostesa. Vertigo biasa menunjukan
perbaikan setalah perbaikan fistula, tetapi fungsi pendengaran jarang
membaik. 5
2.6 Prognosis
5
5
32
Pemeriksaan garpu tala preoperative menentukan keberhasilan dari
tindakan bedah, diikuti dengan alat-alat bedah dan teknik pembedahan yang
digunakan ikut menentukan prognosis.
33
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan5
Otosklerosis adalah penyakit primer dari tulang-tulang
pendengaran dan otic capsule yang dapat menyebabkan progressive
conductive hearing loss, tuli campur atau tulisensorineural.
Penyakit ini secara histologis terdapat pada 8%-10% dari populasi
kulit putih, tetapi hanya 12 % yang dengan perubahan histologis yang
memiliki gejala klinik.
Pasien yang mengalami otosklerosis secara tipikal menunjukan
penurunan pendengaran yang perlahan dan progressive.
Pengaruh keluarga dalam keterlibatan autosomal dominant sangat
berarti dalam menegakan diagnosis dan pemeriksaan fisik dari
otosklerosis menunjukan gambaran membrane timpani normal, pada
10 % pasien menunjukan gambaran Schwartze sign. Pemeriksaan
garputala Rinne hasil negative dan Weber lateralisasi ke telinga sakit
sehingga didapatkan kesan tuli konduktif. Kunci diagnosis utama
adalah audiogram yang menunjukan yanda khas Carhart notch dan
gambaran refleks akustik yang menunjukan on-off fenomena.
Timpanogram menunjukan tipe A atau As.
Terapi pembedahan merupakan terapi pilihan utama untuk
mengatasi conductive hearing loss karena otosklerosis.
DAFTAR PUSTAKA5
34
1. Otosclerosis.RachelWaits.http://hubel.sfasu.edu/courseinfo/SL99/Otosclerosis.html.
diakses tanggal 12 Januari 2013
2. Otosclerosis.http:// en.wikipedia.org/wiki/otosklerosis. Diakses tanggal 12 Januari
2013
3. Boies, L.R. Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan ke III. Alih bahasa:
Caroline Wijaya. Editor : Harjanto Effendi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta,
1997.
4. Otosclerosis. Dept of Otolarngology. UTMB. Grand Rounds. May 22,1996.
Http://www.submititright.com/. Diakses tanggal 12 Januari 2013
5. Byron J.Bailey. Head and Neck Surgery Otolarngology.third edition, voleme 4.
Lippincot Williams& Wilkins, Philadelphia, 2001.
6. 6. Unniversity of Minnesotta. Departement of Otolaryngology Health-Related
Library. Otosclerosis.
7. http://www.med.umn.edu/otol/library/otoscler.html. Diakses tanggal 12 Januari 2013
8. Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tengorok Kepala Leher. Edisi ke 5 Cetakan ke2. Koordinator: Arjatmo
Tjokronegoro. Balai Penerbit FKUI : Jakarta, 2002.
9. American Hearing Research Foundation. Otosclerosis. http://www.american-
hearing.org/disorders/hearing/otosclerosis.html. Diakses tanggal 12 Januari 2013
10. Otosclerosis. http://www.emedicine.com/ped/topic/1692.htm. diakses tanggal 13
Januari 2013
11. Otosclerosis. http://www. umm.edu/otolarngology/otosclerosis2.html. diakses tanggal
15 Januari 2013
12. Otosclerosis. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 15 Januari 2013
35