ORPED FAUZIAH ZUDETA

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merujuk Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang– Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya dalam pendidikan. Mereka bisa memperoleh hak tersebut melalui suatu program pendidikan yaitu program Pendidikan Inklusi. Meskipun pendidikan inklusi memang tidak popular dalam masyarakat, karena pada umumnya masyarakat hanya disibukkan dengan urusan meningkatkan kualitas pendidikan secara horizontal maupun vertical. Sehingga anak bangsa yang memiliki kebutuhan yang terbatas ini sering tersisihkan. Pelayanan pendidikan ini memang memerlukan sarana dan prasarana yang cukup besar tapi bukan berarti harus ditinggalkan karena mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Melalui pendidikan inklusif, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak melalui pendidikan di sekolah terdekat. Mereka harus memiliki pendidikan yang sama yang di alami oleh anak awas lainnya. Oleh karena itulah, penulis mengangkat tema makalah penulis tentang seluk beluk inklusi untuk anak berkebutuhan khusus. 1

description

ORPED FAUZIAH ZUDETA

Transcript of ORPED FAUZIAH ZUDETA

Page 1: ORPED FAUZIAH ZUDETA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merujuk Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang– Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya dalam pendidikan. Mereka bisa memperoleh hak tersebut melalui suatu program pendidikan yaitu program Pendidikan Inklusi.

Meskipun pendidikan inklusi memang tidak popular dalam masyarakat, karena pada umumnya masyarakat hanya disibukkan dengan urusan meningkatkan kualitas pendidikan secara horizontal maupun vertical. Sehingga anak bangsa yang memiliki kebutuhan yang terbatas ini sering tersisihkan. Pelayanan pendidikan ini memang memerlukan sarana dan prasarana yang cukup besar tapi bukan berarti harus ditinggalkan karena mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

Melalui pendidikan inklusif, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak melalui pendidikan di sekolah terdekat. Mereka harus memiliki pendidikan yang sama yang di alami oleh anak awas lainnya. Oleh karena itulah, penulis mengangkat tema makalah penulis tentang seluk beluk inklusi untuk anak berkebutuhan khusus.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian pendidikan inklusi2. Latar belakang munculnya pendidikan Inklusi3. Landasan hukum inklusi4. Pendidikan inklusi bagi Anak Berkbutuhan Khusus5. Manfaat pendidikan Inklusi6. Tujuan Pendidikan Inklusi7. Pro dan Kontra Pendidikan Inklusi8. Ruang Lingkup Pendidikan inklusi9. Manajemen Pendidikan Inklusi10. Pentingnya pendidikan Inklusi

1

Page 2: ORPED FAUZIAH ZUDETA

11. Prinsip-prinsip pendidikan inklusi12. Elemen-elemen dasar pendidikan inklusi

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir sebagai prasyarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semmester mata kuliah Ortopedagogik Umum.

2

Page 3: ORPED FAUZIAH ZUDETA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara

bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan

pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa

membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan

ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis

kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental dari seorang anak.

Istilah pendidikan inklusi atau inklusif, mulai ada semenjak tahun 1990, ketika

konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan dengan

pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusif pada tahun 1994.Konsep

pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya perlakuan

diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak penyandang

cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus.Selain itu, pendidikan inklusi

merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan

dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa

untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan.

Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial,

kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan

pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya

(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh

pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang

homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif

untuk memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat

mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan.

3

Page 4: ORPED FAUZIAH ZUDETA

Dengan demikian,pendidikan inklusi ialah suatu pendekatan yang mengenali tiap anak tanpa memandang keadaan fisik, intlektual , sosial , dan apa pun perbedaan itu.

B. LATAR BELAKANG MUNCULNYA KONSEP DALAM SISTEM INKLUSI

Latar belakang mucnulnya pendidikan inklusi ini karena terbatasnya Sekolah luar Biasa (SLB) atau Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang masih sangat terbatas jumlahnya dan sebatas tempat tertentu yaitu baru di tingkat Kecamatan, itupun milik swasta, sementara yang SLB Negeri berada di tingkat Kabupaten.

Sementara menurut data Penyandang Cacar dari Direktorat PLB baru sekitar 5% yang bersekolah. Hal ini terjadi karena lokasi SLB dan SDLB yang sulit dijankau karena terbatasnya jumlah sekolah yang ada.Oleh karena itu Pemerinntah mengambil kebijakan untuk menyelenggarakan Pendidikan Inklusi dengan tujuan memberikan kesempatan bagi anak untuk menngembangkan kemampuan yang dimiliki seoptimal mungkin.

Tidak kalah pentinganya adalah untuk memudahkan layanan pendidikan anak cacat yan keberadaannya menyebar di berbagai daerah pedesaaan atau pelosok yang tidak berkesempatan sekolah di SLB. Memberi kesempatan kepada anak cacat untuk berintegarasi dengan anak normal baik d dalam mengikuti pendidikan maupun adaptasi dengan lingkungannya sangat diperlukan, karena dasar dari pelaksanaan Pendidikan Inklusi sangat jelas yaitu UUD 1945, UU No. 29 Tahun 2003, juga dijelaskan pada UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacar, PP No. 72 Tahun 1991 tentang PLB dan SE Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380/C.C6/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003.

Dalam menangani anak berkelainan diperlukan keahlian tersendiri karena tidak semua aktivitas di sekolajh namun dapat diikuti oleh anak cacat, missal anak cacat netra tak mampu mengikuti pelajaran menggambar atau olah raga begitu pula anak tuna rungu sulit mengikuti pelajaran seni suara dan cacat yang lain perlu penanganan khusus karena keterbatasannya. Maka sangat diperlukan guru pembimbing khusus yang mampu memehami sekaligus menangani keberadaan anak cacat termasuk di dalamnya memahami karakter dari masing-masing jenis kecacatannya.

Di samping membutuhkan guru khusus, juga perlu membekali pengetahuan tentang karakter anak cacat terhadap guru umum, siswa yang normal maupun masyarakat sekitar dnegan harapan anak cacat tersbut dapat diperlalukan secara wajar.

4

Page 5: ORPED FAUZIAH ZUDETA

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi memang tidak sesederhana menyelenggarakan sekolah umum. Kenyataan di lapangan memerlukan sarana yang cukup, misalnya gedung sekolah dengan menyesuaikan kondisi anak. Peralatan pendidikan yang memadai, contoh bagi tuna netra perlu alat tulis Braille, tuna rungu perlu alat Bantu dengar, tuna daksa perlu kursi roda dan masih banyak lagi fasilitas yang harus disediakan dengan harapan anak cacat dapat berkembang kemampuannya secara optimal

C. Landasan hukum inklusi

Pendidikan inklusi telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Beberapa pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan yang berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusi. Landasan hukum dan landasan konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju pendidikan inklusif. Termasuk Indonesia, diantaranya adalah:

1. Deklarasi Hak Asasi Manusia, tahun 19482. Konveksi Hak Anak, tahun 19893. Konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, tahun 19904. Persamaan kesempatan bagi orang berkelainan, tahun 19935. Pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusi, 19946. Komitmen dasar mengenai pendidikan untuk semua, 20007. Deklarasi Bandung tahun 2004

Dengan komitmen “Indonesia menuju Pendidikan Inklusif”.

Adapun landasan hokum Inklusi yang lainnya adalah sebagai berikut :

a. Landasan Filosofis

Pendidikan inklusi merupakan implementasi pendidikan yang berwawasan multikural yang dapat membantu peserta didik mengerti, menerima, serta menghargaai orang lain yang berbeda suku, budaya, nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik maupun psikologis.

Landasan filosofis yang mendasari pendidikan inklusi adalah keyakinan bahwa setiap anak baik cacat fisik atau mental, cerdas atau bakat istimewa berhak untuk memperoleh pendidikan seperti anak awas lainnya dalam lingkungan dan keadaan yang sama dan serupa dengan mereka anak-anak normal. Secara luas dapat diartikan bahwa anak-anak yang normal yang dinilai memiliki kebutuhan khusus sudah selayaknya dididik bersama-sama dalam sebuah keberagaman yang ada di dalamnya.

5

Page 6: ORPED FAUZIAH ZUDETA

b. Landasan Yuridis A. UUD 1945 pasal 31 yang dijabarkan dalam UU Sisdiknas No. 20

Tahun 2003 tentang pembrian warna lain dalam penyediaanaa pendidikan bagi anak yang berkelainan

B. UU No. 29 Tahun 2003, juga dijelaskan pada UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

C. PP No. 72 Tahun 1997 tentang PLB.

c. Landasan keilmuanPendidikan adalah ilmu terapan, sehingga meskipun ia merupakan

ilmu yang berdiri sendiri (independen)tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan ilmu-ilmu murni yang mendasarinya dan ilmu-ilmu terapan lain yang terkait. Oleh karena itu, jika terjadi kekeliruan dalam penyelenggaraan pendidikan, ilmuan pendidikan dengan segala kerendahan hatinya akan menurut teori-teori ilmu murni yang mendasarinya dan ilmu-ilmu terapan lain yang terkait. Penelitian-penelitian tentang penyelenggaraan pendidikan memiliki manfaat yang sangat besar untuk digunakan sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan pendidikan.

D. Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

a. Inklusi TunanetraInklusi tunanetra adalah pendidikan inklusi bagi anak yang

mengalami gangguan penglihatan atau rusak penglihatannya ( buta total ) . Pendidikan inklusi tunanetra ini peserta didik diberi alat bantu software JOS yang di install pada PC atau laptop, sehingga semua tulisan dapat diubah menjadi bunyi oleh software tersebut.

b. Inklusi TunarunguInklusi tunarungu adalah pendidikan inklusi untuk anak

yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Untuk alat bantu yang digunakan adalah menggunakan bahasa mimik atau bahasa isyarat

c. Inklusi TunadaksaInklusi tunadiaksa adalah pendidikan inklusi untuk anak

yang mengalami cacat fisik berupa tidak memiliki anggota tubuh

6

Page 7: ORPED FAUZIAH ZUDETA

( tangan dan kaki ) ataupun jika punya kaki maupun tangannya tidak dapat berfungsi secara baik.

E. Manfaat pendidikan inklusi

Pelaksanaan pendidikan inklusi akan mampu mendorong terjadinya perubahan sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan melalui pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada akhirnya akan mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang tidak diskriminatif dan bahkan menjadi akomodatif terhadap semua orang.

Beberapa manfaat lain yang dapat diperoleh dari pelaksaan pendidikan inklusi adalah:

1. Bagi siswaa. Sejak dini siswa memiliki pemahamanyang baik terhadap

perbedaan dan keberagamanb. Munculnya sikap empati pada siswa secara alamiahc. Munculnya budaya saling menghargai dan menghormati antar

siswad. Menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua anak,

khusunya pada anak berkebutuhan khusus dan penyandang cacae. Timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa sehingga

memungkinkan adanya saling bantu antar satu dengan yang lainnya.

2. Bagi gurua. Lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode

pembelajaranb. Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang

keberagaman siswa termasuk keunikan, karakteristik, dan sekaligus kebutuhannya

c. Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan antar guru  dan guru ahli bidang lain

d. Menumbuhkembangkan sikap empati guru terhadao siswa termasuk siswa penyandang cacat atau siswa berkebutuhan khusus.

3. Bagi sekolahA. Memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib

belajarB. Memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi

semua kelompok masyarakatC. Menggunakan biaya yang relatif lebih efisien

7

Page 8: ORPED FAUZIAH ZUDETA

D. Mengakomodasi kebutuhan masyarakat.

Selain itu manfaat inklusi juga dikemukakan oleh Staub & Peck (dalam Sunardi, 1997) yakni sebagai berikut:

1. Berkurangnya rasa takut akan perbedaan individual dan semakin besarnya rasa peduli pada anak berkebutuhan khusus.

2. Pertumbuhan kognisi sosialPenelitian yang dilakukan murray & seegert (dalam Sunardi, 1997) menunjukkan bahwa anak normal semakin toleran pada orang lain setelah mereka memahami kebutuhan individu teman sebayanya yang berkelainan. Mereka juga semakin positif tentang dirinya sendiri setelah lama membantu teman sebayanya yang berkelainan berat.

3. Peningkatan konsep diri (self concept)Anak-anak normal menganggap bahwa pergaulan mereka dengan ABK telah meningkatkan status mereka di kelas dan sekolah. Ketika anak normal menjadi tutor sebaya terhadap ABK, mereka merasakan ada kepuasan-kepuasan tersendiri di dalam dirinya yang dapat memperoleh kemajuan dalam berjalan dan merasa senang dalam membantu ABK.

4. Persahabatan yang erat dan penuh perhatianHubungan yang terjalin antara anak normal dengan ABK telah berkembang menjadi persahabatan yang bermakna. Anak normal menyatakan bahwa mereka bahagia dapat menjalin persahabatn dengan ABK, yang diwujudkan dalam bentuk penerimaan yang tulus oleh anak normal terhadap ABK.

F. Tujuan Pendidikan Inklusi

Tujuan pendidikan inklusi adalah di samping untuk mensukseskan wajib belajar pendidikan dasar juga untuk menyamakan hak dalam memperoleh pendidikan antara anak normal dengan anak berkebutuhan khusus.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Undang-Undang RI No. 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan khususmerupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didikyang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusifatau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah.

Hal ini menunjukan bahwa keberadaan anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan yanglayak sebagaimana anak-anak normal lainnya .

8

Page 9: ORPED FAUZIAH ZUDETA

Dan tujuan utama inklusi adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus akibat kecacatannya di kelas reguler bersama-sama dengan anak-anak lain yang non-cacat, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, di sekolah yang ada di lingkungan rumahnya. Secara mendasar konsep dan praktek penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi ABK di berbagai belahan dunia saat ini mengacu kepada dokumen internasional Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi pada Pendidikan Kebutuhan Khusus (1994).

Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa:

1. Prinsip dasar dari sekolah inklusif adalah bahwa

Selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama, tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka. Sekolah inklusif harus mengenal dan merespon terhadap kebutuhan yang berbeda-beda dari para siswanya, mengakomodasi berbagai macam gaya dan kecepatan belajarnya, dan menjamin diberikannya pendidikan yang berkualitas kepada semua siswa melalui penyusunan kurikulum yang tepat, pengorganisasian yang baik, pemilihan strategi pengajaran yang tepat, pemanfaatan sumber dengan sebaik-baiknya, dan penggalangan kemitraan dengan masyarakat sekitarnya.

2. Di dalam sekolah inklusif

Anak yang menyandang kebutuhan pendidikan khusus seyogyanya menerima segala dukungan tambahan yang mereka perlukan untuk menjamin.Pendidikan inklusif merupakan alat yang paling efektif untuk membangun solidaritas antara anak penyandang kebutuhan khusus dengan teman-teman sebayanya.

Pengiriman anak secara permanen ke sekolah luar biasa atau kelas

khusus atau bagian khusus di sebuah sekolah reguler seyogyanya merupakan suatu kekecualian, yang direkomendasikan hanya pada kasus-kasus tertentu di mana terdapat bukti yang jelas bahwa pendidikan di kelas reguler tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan atau sosial anak, atau bila hal tersebut diperlukan demi kesejahteraan anak yang bersangkutan atau kesejahteraan anak-anak lain di sekolah itu.

9

Page 10: ORPED FAUZIAH ZUDETA

G. PRO DAN KONTRA PENDIDIKAN INKLUSI

a. Pro Pendidikan Inklusi

a. Banyak anak luar biasa yang tidak mampu memperoleh layanan pendidikan karena tidak mampu memperoleh layanan pendidikan karena tidak tersedia di sekolah terdekat.

b. Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidkan anak berkebutuhan khusus biaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan sekolah reguler banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di SLB karena jauh atau biaya ynag tidak terjangkau

c. SLB (yang berasrama) merupakan sekolah ynag memisahkan anak dari kehidupan sosial yang nyata, sedangkan sekolah inklusi lebih menyatukan anak dengan kehidupan nyata

d. Banyak bukti di sekolah reguler terdapat anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai

e. Penyelenggaraan SLB berimplikasi adanya labelisasi anak cacat yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat orang tua tidak mau ke SLB

f. Melalui pendidikan inklusi akan terjadi proses edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaaan.

b. Kontra Pendidikan Inklusi

a. Peraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus

b. Banyak orangtua yang tidak ingin anaknya bersekolah di sekolah reguler

c. Banyak sekolah reguler yang belum siap menyelenggarkan pendidikan inklusif karena menyangkut sumber dana yang terbatas

d. SLB dianggap lebih efektif karena diikuti anak yang sejenise. Tidak semua orang tua menghendaki anak cacatnya berada di kelas

biasa bersama teman-temannya.f. Banyak sekolah yang belum siap menangani anak luar biasa di

dalamnya untuk bergabung bengan anak-anak normal.

10

Page 11: ORPED FAUZIAH ZUDETA

H. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN INKLUSI

Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial Kepala Sekolah. Kepala Sekolah hendaknya berupaya untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah, kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan commitment (tanggung jawab terhadap tugas) tenaga kependidikan yang handal.

Sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas tidak sesuai dengan yang diharapkan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah kurang optimal.

Ruang Lingkup

Manajemen (berbasis) sekolah, memberikan kewenangan penuh kepada pihak sekolah untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Komponen-komponen tersebut meliputi:

a. Input siswa (kesiswaan),b. Kurikulum,c. Tenaga kependidikan,d. Sarana-prasarana,e. Dana,f. Lingkungan (hubungan sekolah dengan masyarakat), dan.g. Kegiatan belajar-mengajar, yang Secara dragmatis.

Komponen-komponen tersebut merupakan sub-sistem dalam sistem pendidikan (sistem pembelajaran). Bila terdapat perubahan pada salah satu sub-sistem (komponen), maka menuntut perubahan/ penyesuaian komponen lainnya.

Dalam hal ini, bila dalam suatu kelas terdapat perubahan pada input siswa, yakni tidak hanya menampung anak normal tetapi juga anak luar biasa, maka menuntut penyesuaian (modifikasi) pengelolaan kesiswaan, kurikulum (program pengajaran), tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dana, lingkungan, serta kegiatan belajar-mengajar.

11

Page 12: ORPED FAUZIAH ZUDETA

I. MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI

A. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.

Dalam buku ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.

Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu:a. Merencanakan (planning),b. Mengorganisasikan (organizing),c. Mengarahkan (directing),d. Mengkoordinasikan (coordinating),e. Mengawasi (controlling), danf. Mengevaluasi (evaluation).

Pendidikan inklusif merupakan alat yang paling efektif untuk membangun solidaritas antara anak penyandang kebutuhan khusus dengan teman-teman sebayanya. Pengiriman anak secara permanen ke sekolah luar biasa atau kelas khusus atau bagian khusus di sebuah sekolah reguler seyogyanya merupakan suatu kekecualian, yang direkomendasikan hanya pada kasus-kasus tertentu di mana terdapat bukti yang jelas bahwa pendidikan di kelas reguler tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan atau sosial anak, atau bila hal tersebut diperlukan demi kesejahteraan anak yang bersangkutan atau kesejahteraan anak-anak lain di sekolah itu.

Dalam dokumen di atas juga dikemukakan beberapa prinsip dasar inklusi yang fundamental, yang belum dibahas dalam dokumen-dokumen internasional sebelumnya.

Beberapa konsep inti Inklusi yang tercantum dalam Pernyataan Salamanca itu meliputi:

12

Page 13: ORPED FAUZIAH ZUDETA

a. Anak-anak memiliki keberagaman yang luas dalam karakteristik dan kebutuhannya.

b. Perbedaan itu normal adanya dan oleh karenanya pembelajaran itu harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.

c. Sekolah perlu mengakomodasi semua anak. d. Anak penyandang cacat seyogyanya bersekolah di lingkungan sekitar

tempat tinggalnya. e. Partisipasi masyarakat itu sangat penting bagi inklusi. f. Pengajaran yang terpusat pada diri anak merupakan inti dari inklusi.g. Kurikulum yang fleksibel seyogyanya disesuaikan dengan anak, bukan

kebalikannya. h. Inklusi memerlukan sumber-sumber dan dukungan yang tepat. i. Inklusi penting bagi harga diri manusia dan pelaksanaan hak azazi

manusia secara penuh. j. Sekolah inklusif memberikan manfaat untuk semua anak karena

membantu menciptakan masyarakat yang inklusif. k. Inklusi meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya pendidikan. l. Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling

efektif untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusif dan mencapai pendidikan untuk semua.

m. Sekolah inklusif memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan sistem pendidikan.

B. Pengembang Kurikulum

Kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah reguler (kurikulum nasional) yang dimodofikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap perkembangan anak berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat kecerdasannya. Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap:

1. alokasi waktu,

2. isi/materi kurikulum,

3. proses belajar-mengajar,

4. sarana prasarana,

5. lingkungan belajar,

6. pengelolaan kelas.

Modifikasi/pengembangan kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh Tim Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar di kelas inklusi bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar Biasa) yang sudah berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan ahli Pendidikan Luar Biasa

13

Page 14: ORPED FAUZIAH ZUDETA

(Orthopaedagog), yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Dasar Inklusi (Kepala SD Inklusi) dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan.

J. Pentingnya Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan hak asasi manusia, di samping merupakan pendidikan yang baik dan dapat menumbuhkan rasa sosial. Itulah ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan pentingnya pendidikan inklusi.

Ada beberapa alasan mengemukakan pentingnya pendidikan inklusi. Beberapa alas an tersebut antara lain:

a. Pendidikan inklusif ebih menjamin bagi terbentuknya msayarakat yang demokratis.

b. Pendidikan inklusif lebih sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan pandangan hidup yang dianut oleh orang Indonesia.

c. Pendidikan inklusif yang dikelola secara benar dapat menghindarkan siswa yang membutuhkan layanan pendidikan khusus terbebas dari rasa rendah diri atau arogansi bagi yang dikaruniai keunggulan.

d. Pendidikan inklusif memungkinkan siswa untuk menghargai perbedaan.e. Pendidikan inklusif memudahkan siswa untuk menyesuaikan diri dengan

kehidupan masyarakat.f. Pendidikan inklusif dapat meningkatkan kepekaan sosial.g. Pendidikan inklusif memerlukan biaya pendidikan lebih murah.h. Guru dapat saling belajar tentang siswa.

K. Prinsip-prinsip pendidikan inklusi

1. Mengalami dan menghargai perbedaan siswa bahwa semua anak dapat belajar dan semua anak memerlukan support.

2. Menerima bahwa semua anak berbeda dan memiliki kebutuhan belajar yang berbeda.

3. Menyediakan struktur pendidikan. System dan metodologi belajar agar anak memenuhi kebutuhan semua siswa.

Karena pendidikan inklusif diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran di kelas, maka karakteristik terpenting dari pendidikan inklusi adalah suatu komunitas yang kohesif, menerima dan responsive terhadap individu setiap siswa.

Oleh karena itu, ada beberapa prinsip yang harus di perhatikan

diantaranya:

14

Page 15: ORPED FAUZIAH ZUDETA

1. Inklusi berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman dan menerima perbedaan.

2. Inklusi berarti menyiapkan kurikulum yang multilevel dan multimodalitas.

3. Inklusi berarti menyiapkan dan mendorong guru agar mampu mengajar secara interaktif.

4. Inklusi berarti menyediakan dorongan bagi guru dan kelasnya secara terus menrus dan penghapusan hambatan yang berkaitan dengan isolasi profesi.

5. Inklusi berarti melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaan.

L. Elemen-elemen dasar pendidikan Inklusif

Ada 9 elemen dasar yang memungkunkan pendidikan inklusif dapat dilaksanakn. Kesembilan elelemen dasar tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Sikap guru yang positif terhadap kebhinekaan siswa.Sikap gru tidak hanya berpengaruh terhadap classroom settings tetapi juga berpengaruh dalam pemilihan strategi pembelajaran. Sikap positif guru terhadap kertagaman kebutuhan siswa dapat ditingkatkan dengan cara memberikan informasi yang akurat tentang siswa dan cara penanganannya.

2. Interaksi promotifInteraksi promotif adalah adanya upaya untuk saling menolong dan saling memberi motivasi dalam belajar. Interaksi promotif hanya dimungkinkan jika terdapat rasa saling menghargai dan saling memberikan usulan dalam meraih keberhasilan belajar bersam.

3. Pencapaian kompetensi akademik dan sosialPerencanaan pembelajaran harus melibatkan tidak hanya pencapaian tujuan akademik tetapi juga tujuan keterampilan bekerja sama. Tujuan keterampilan bekerja sama mencakup keterampilan meminpin, memahami perasaan orang lain, menghargai pikiran orang lain, dan tenggang rasa.

4. Hidup dan belajar dalam masyarakatDalam pendidikan inklusi kelas harus merupakan bentuk mini dari suatu kehidupan masyarakat yang diidealkan. Didalam kelas harus diciptakan suasana yang silih asah, silih asih, dan silih asuh.

5. Hubungan kemitraan antara sekolah dan keluarga

15

Page 16: ORPED FAUZIAH ZUDETA

Keluarga merupakan pondasi tempat anak-anak belajar dan berkembang. Begitu pula dengan sekolah, juga tempat anak-anak belajar dan berkembang. Oleh karena itu keduanya harus menjalin hubungan kemitraan yang erat dalam upaya memberdayakan semua potensi kemanusiaan siswa agar dapat berkembang optimal dan terintegrasi.

6. Pembelajaran adaptifPembelajaran adaptif menuntut keterlibatan tidak hanya guru bidang studi, tetapi juga guru PLB, orang tua, guru BK, dan ahli-ahli lain yang terkait .

7. Konsultasi holaboratifKonsultasi holaboratif adalah saling tukar informasi antara professional dari semua disiplin yang terkait untuk memperoleh keputusan legal dan instuksional yang berhubungan dengan siswa yang membutuhkan layanan khusus.

8. Belajar berpikir independenDalam pendidikan inklusi guru mendorong agar siswa mencapai perkembangan kognitif taraf tinggi dan kreatif agar mampu berpikir independen.

9. Belajar sepanjang hayatPendidikan inklusi menekankan pada pengalaman belajar yang bermanfaat bagi kelangsungan proses belajar siswa dalam kehidupan masyarakat.

16

Page 17: ORPED FAUZIAH ZUDETA

BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan

Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental dari seorang anak.

Dan tujuan utama pendidikan inklusi adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus akibat kecacatannya di kelas reguler bersama-sama dengan anak-anak lain yang non-cacat, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, di sekolah yang ada di lingkungan rumahnya. Secara mendasar konsep dan praktek penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi ABK di berbagai belahan dunia saat ini mengacu kepada dokumen internasional Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi pada Pendidikan Kebutuhan Khusus (1994).

B. Saran

Diharapkan kepada seluruh kalangan untuk dapat memahami tentang pendidikan inklusi untuk anak yang cacat atau berkelainan, dan dapat menerima mereka seperti manusia normal tanpa membeda-bedakannya.

Selain itu, penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung agar karya penulis dapat menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

17