ori copie

download ori copie

of 44

Transcript of ori copie

0

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK IDENTITAS KORPORAT DISERTAI KUIS DAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

PROPOSAL

ZUKRI NUR MUSTAPANIM. 08050382

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI PADANG SUMATERA BARAT 2012

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan yang lain. Dengan kata lain, matematika merupakan induk dari berbagai disiplin ilmu. Disamping itu, matematika dibutuhkan dalam memahami dan mempelajari berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksak maupun ilmu social . bahkan matematika dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran penentu kelulusan siswa pada ujian nasional. Untuk itu matematika perlu dipahami secara mendasar. Dalam memahami secara mendasr diperlukan usaha dari berbagai pihak yang terkait, baik siswa, guru, pihak sekolah maupun pemerintah. Siswa dapt mengusahakan berbagai usaha untuk mengkonstruksikan pemahamnnya sendriri, seperti mengerjakan banyak latihan, aktif dalam bertanya serta membiasakan bekerja sama dengan guru dan teman, sedangkan guru dapat mengusahakan berbagai macam startegi pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam proses belajar mengajar di kelas. Kemudian pihak sekolah dapat mengusahakn dengan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada serta mengupayakan agar siswa bisa menguasai kemampuan konsep, kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahana masalah. Selain itu, pemerintah harus ikut seta dengan

1

2

cara penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana serta perbaikan guru matematika melalui sertifikasi, penataran maupun seminar. Namun kenyataanya, semua usaha yang telah dilakukan tersebut belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Masih banyak siswa yang belum aktif dan tidak memahami matematika secara mendasar atau pemahaman konsep siswa mnasih rendah, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, disebabkan guru yang masih menggunakan strategi pembelajaran yang sama untuk setiap materi pelajaran. Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 2 Desember 2011 di SMA PGRI 1 PADANG diperoleh informasi bahwa proses belajar mengajar cendrung terpusat pada guru dan kurangnya aktivitas siswa sewaktu mengikuti pelajaran matematika di kelas. Hal ini terlihat cara mengajar guru selama proses belajar mengajar dimulai dengan guru menerangkan, siswa mencatat selanjutnya siswa menyelesaikan soal latihan. Tidak semua dari mereka yang bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, jika soal-soal tersebut berbeda dengan contoh yang baru saja

diberikan. Begitu juga dalam mengerjakan pekerjaan rumah, siswa lebih suka menyontek pekerjaan temannya tanpa melihat apakah yang dikerjakan temannya itu benar atau salah. Siswa yang lain menunggu pekerjaan temannya selesai agar dapat mencontoh bahkan ada juga yang tidak mengerjakan tugas sama sekali. Siswa lebih senang mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Mereka enggan bertanya apabila mereka tidak memahami konsep yang disampaikan dan menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal. Proses pembelajaran matematika yang

3

bersifat konvensional dan kurangnya kerja sama antar siswa yang

membuat

siswa pasif dalam belajar sehingga tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan siswa aktif dalam pembelajaran. Kepasifan siswa dalam pembelajaran matematika secara tidak langsung mengakibatkan aktivitas belajar matematika siswa menjadi kurang, sehigga hasil belajar yang diperoleh siswa juga rendah. Artinya metode pembelajaran yang digunakan masih kurang menunjang kreativitas maupun aktivitas siswa, sehingga aktivitas belajar matematika masih rendah dan kurangnya motivasi belajar siswa karna pembelajarannya masih terpusat paad guru matematika. Terlihat dari data siswa kelasa X SMA PGRI 1 PADANG, menunjukan bahwa sebagian besar nilai matematika siswa masih belum mencapai kriteri ketuntasan minimal (kkm) yang ditetapkan sekolah yaitu 70, seperti terlihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Rata-rata Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Semester 1 Matematika Siswa Kelas X SMA PGRI 1 PADANG Tahun Pelajaran 2011-2012 Nilai Jumlah Tuntas Tidak Tuntas Kelas Rata-rata Siswa % % X1 49,8 33 6 18,18 27 81,82 X2 36,24 33 6 18,18 27 81,82 X3 68,94 33 26 78,79 7 21,21 X4 67,65 34 24 70,56 10 29,44 X5 56,03 34 12 35,29 22 64,71 X6 63,91 34 24 70,56 10 29,44 X7 50,38 34 10 29,44 24 70,56 Jumlah 235 108 321,00 127 379,00 Sumber : Guru bidang studi matematika kelas X SMA PGRI 1 PADANG Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 235 orang siswa terdapat 127 orang siswa yang belum tuntas. Siswa dikatakan tuntas apabila nilai yang

4

diperoleh adalah besar sama 70, karena KKM untuk mata pelajaran matematika yang ditetapkan sekolah tersebut adalah 70. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum berhasil dalam memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru karena konsep matematika siswa maasih rendah yang menyebabkan hasil belajar menjadi rendah. Fenomena yang lainnya adalah pembelajaran yang berlangsung kurang variatif. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa dan mengulangi kembali materi sebelumnya. Hal ini sudah baik, namun masalahnya adalah pada kegiatan inti pembelajaran. Proses pembelajaran pada kegiatan inti diawali dengan guru menjelaskan pembelajaran, kemudian memberikan contoh soal dan memberikan latihan, dalam mengerjakan latihan, hanya beberapa orang saja yang mau mengerjakan. Sedangkan yang lainnya baru mengerjakan tugas bila diperhatikan oleh guru ke bangku masing-masing. Guru sudah berusaha mengadakan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan melakukan usaha-usaha seperti sebelum memulai proses belajar mengajar, guru mengulang kembali materi sebelumnya, membahas PR yang tidak dimengerti oleh siswa, memberi PR untuk pertemuan berikutnya, mengadakan kuis dan memberikan remedial jika siswa mendapatkan nilai ulangan yang belum tuntas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Namun usaha-usaha tersebut belum memberikan dampak yang memuaskan. Untuk mengatasi masalah diatas perlu diadakan pembaharuan dalam pembelajaran matematika. Guru sebaiknya dapat menggunakan strategi

pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk aktif dan terlibat secara mental

5

sehingga minat dan motivasi serta penguasaan materi pembelajaran bisa menjadi lebih baik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan teknik Identitas Korporat. Menurut Paul Ginnis (2008:105) teknik Identitas korporat adalah strategi pembelajaran yang mengutamakan kerjasama tiap anggota kelompok. Siswa belajar lebih efisien, jika mereka saling belajar satu sama lain daripada dengan guru, karena mereka akan lebih bebas bertanya dan menjelaskan menggunakan bahasa dan contoh yang lebih relevan dan bisa dipahami dengan mudah. Teknik identitas korporat merupakan suatu teknik pembelajaran yang mampu membuat siswa tertarik dan termotivasi dalam bekerjasama, siswa yang tadinya tidak termotivasi dalam bekerjasama dengan teman sebayanya, akan lebih termotivasi untuk saling bekerja sama menguasai atau menjelaskan permasalahan yang akan menjadi identitas kelompoknya. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Teknik identitas korporat disertai kuis terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa Kelas X SMA PGRI 1 PADANG .

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran matematika siswa masih berpusat pada guru. 2. Siswa tidak aktif dan cendrung pasif dalam pembelajaran matematika.

6

3. Siswa enggan bertanya apabila tidak memahami materi pelajaran dan menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. 4. Konsep matematika siswa masih rendah. 5. Hasil belajar matematika siswa rendah 6. Pembelajaran yang berlangsung kurang variatif. 7. Kurangnya kerja sama antar siswa C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah penelitian ini dibatasi pada: 1. Konsep matematika siswa masih rendah. 2. Kurangnya kerja sama antar siswa

D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penulisan adalah apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik identitas corpora disertai kuis lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa di kelas X SMA PGRI 1 PADANG ? E. Asumsi Asumsi dalam penulisan ini adalah : 1. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam mengikuti proses pembelajaran matematika didalam kelas

7

2. Guru mampu menerapkan pembelajaran matematika dengan teknik identitas korporat. 3. Kemampuan konsep siswa menggambarkan kemampuan akademis siswa

F. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang menerapkan teknik Identitas Korporat disertai kuis lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep siswa yang

menerapkan pembelajaran konvensional pada kelas X SMA PGRI 1 PADANG.

G. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengalaman bagi penulis dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru matematika. 2. Bahan masukan bagi guru matematika di SMA PGRI 1 dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika. 3. Sebagai salah satu pertimbangan bagi guru matematika di SMA PGRI 1 dalam meningkatkan kualitas belajar siswa.

8

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika menurut Nikson yang dikutip Muliyardi (2002:3) mengemukakan bahwa : pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsipprinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kambali.

Sardiman (2001:158) mengemukakan bahwa Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya guru mendorong dan memfasilitasi siswa belajar bukan pada apa yang dipelajari. Menurut teori belajar Gagne dalam Erman (2003:33) bahwa : Dalam pembelajaran matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidik dan memecahkan masalah, belajar mandari, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan.

8

9

Berdasarkan

kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pembelajaran matematika siswa akan menemukan bagaimana seharusnya belajar itu, siswa memiliki belajar mandiri, kemampuan menyelidik dan memecahkan masalah serta memperoleh berbagai macam fakta, aturan, konsep dan keterampilan. Hal ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif, sehingga siswa terhindar dari sikap pasif dan siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kemampuannnya. Pembelajaran merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana usaha guru mendorong siswa belajar, sehingga dalam pembelajaran siswa dapat menguasai pelajaran secara optimal dan dapat mencapai hasil yang optimal pula.

2. Teknik Identitas Korporat Paul (2008:105) teknik identitas Korporat adalah strategi yang digunakan untuk siswa bisa memahami materi dengan cara siswa berbagi dengan teman dalam kelompoknya, kelompok dibagi sesuai dengan kemampuan yang berbeda- beda. Penerapan teknik Identitas Korporat ini membentuk siswa dalam kelompok-kelompok. Pengelompokan yang dilakukan dalam teknik identitas korporat ini adalah pengelompokan secara heterogen yang dibentuk berdasarkan tingkat kemampuan akademiknya. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan secara heterogen mempunyai beberapa

10

keunggulan. Menurut Anita (2002:42) beberapa keunggulanya sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan saling mengajar dan mendukung 2. Meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender 3. Memudahkan pengelolaan kelas karna adanya satu orang dengan kemampuan akademis tinggi, guru mendapat satu asisten untuk setiap 3 orang.

Paul (2008:105) mengemukakan langkah-langkah proses pembelajaran teknik Identitas Korporat adalah sebagai berikut : 1. Atur kelas menjadi kelompok dengan berbagai kemampuan dengan enam anggota, misalnya.kelompok tersebut harus dipilih secara berhati-hati sehingga terdiri dari siswa dengan kemampuan berbeda-beda. 2. Dalam tiap kelompok, anggota harus duduk sehingga mereka semua dapat dengan mudah saling melihat dan mendengarkan. 3. Kerja terus seperti biasa, tetapi anggota kelompok diharapkan untuk saling mendukung sehingga semua orang memahami seluruh materi yang mereka pelajari. Tanggung jawabnya dibagi. Mereka yang mengalami kesulitan dengan instruksi atau konsep tertentu diharapkan bertanya kepada yang sudah paham. Mereka yang paham diharapkan mencari tahu bahwa yang lain juga mengerti,dan jika tidak menawarkan bantuan. Jika setiap orang buntu, tanya guru 4. Guru dapat menghampiri anggota manapun setiap saat untuk menanyakan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang materi yang telah dibahas. Jika jawaban tidak akurat atau bahkan setengah akurat,maka kelompok tersebut belum memenuhi tugasnya.. 5. Ini tidak berarti bahwa tiap orang harus bekerja dengan kecepatan yang sama atau bahkan mengerjakan materi yang sama dalam kelompok. Pekerja yang lebih cepat dapat jalan terus. Ide bagus untuk membuat kelompok yang cukup besar sehingga permintaan tolong tidak selalu ditujukan kepada orang yang sama

11

Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan di atas, maka penulis memodifikasinya sebagai berikut : 1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok 2. Tiap kelompok diberi materi berbeda-beda yang nantinya akan menjadi identitas kelompoknya 3. Setiap kelompok bekerja sama mengetahui identitas kelompoknya 4. Kelompok diberi waktu untuk diskusi sebelum persentasi. 5. Kelompok dan siswa yang akan tampil dipilih melalui lotting 6. Presentasi berupa penjelasan tentang materi yang menjadi identitas ditiap kelompok. Teknisnya tiap kelompok diberi permasalahan atau disuruh memahami materi yang berbeda satu sama lain, yang akan menjadi identitas kelompoknya, tiap anggota kelompok harus menguasai permasalahan yang diperoleh kelompoknya. Siswa yang sudah paham akan berusaha

menjelaskan pada teman kelompoknya yang kurang paham, sehingga tidak ada satu anggota kelompok yang tidak memahami identitas dari kelompoknya masing-masing, selanjutnya dilakukan presentasi kelompok. Kelompok dan siswa yang akan tampil, dipilih melalui lotting.

3. Pembelajaran Konvensional Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konvensional artinya pemufakatan atau kelaziman atau sesuatu yang telah menjadi kebiasaan. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang

12

dilakukan secara klasikal dengan metode ceramah dan pemberian tugas secara individu. Menurut Nasution (2010:209) pembelajaran konvensional

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik b. Penyajian bahan pelajaran disajikan secara kelompok, tanpa memperhatikan murid secara individu. c. Kegiatan instruksional kebanyakan berbentuk ceramah. d. Pengalaman belajar berorientasi pada kegiatan guru. e. Partisipasi murid kebanyakan pasif. f. Kecepatan belajar, ditentukan oleh kecepatan guru mengajar. g. Penguasaan tidak menyeluruh. h. Penguatan diberikan setelah ulangan atau ujian. i. Keberhasilan siswa dinilai secara subjektif. Berdasarkan kutipan di atas, yang dimaksud pembelajaran

konvensional dalam penulisan ini adalah rangkaian kegiatan belajar yang dimulai dari penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari dan dilanjutkan dengan pemberian contoh soal oleh guru, setelah itu diberikan latihan kepada setiap siswa lalu dilakukan diskusi dan Tanya jawab sampai akhirnya guru merasa bahwa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Terakhir guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih menitik beratkan pada keaktifan guru.

4. Pembentukan Kelompok Pembentukan kelompok dapat dilakukan dengan memperhatika keanekaragaman jenis kelamin, latar belakang sosial, ekonomi dan etnik serta kemampuan akademik (Anita, 2002: 40). Pada penelitian ini pembentukan kelompok diprioritaskan pada kemampuan akademik.

13

Berikut ini disajikan langkah-langkah pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik menurut Anita (2002: 41) yaitu: Tabel 2. Prosedur Pengelompokan Heterogenitas Berdasarkan Kemampuan Akademik Langkah 1 Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik 1. Ani 2. David 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yusuf 12. Citra 13. Rini 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet 25. Dian Langkah 2 Membentuk kelompok Pertama 1. Ani 2. David 3. 4. 5. Citra Ani 6. Kel 1 7. 8. Dian Rini 9. 10. 11. Yusuf 12. Citra 13. Rini 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet 25. Dian Langkah 3 Membentuk kelompok selanjutnya 1. Ani 2. David 3. 4. 5. Yusuf David 6. Kel 2 7. 8. Slamet Basuki 9. 10. 11. Yusuf 12. Citra 13. Rini 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet 25. Dian

Sumber : Anita (2002: 41) Berdasarkan tabel di atas, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembentukkan kelompok adalah mengurutkan siswa berdasarkan

14

kemampuan akademik, membentuk kelompok pertama, dan membentuk kelompok selanjutnya. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.

5. Kemampuan Pemahaman Konsep Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (KBBI, 1997: 623). Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau

memahamkan, (KBBI, 1997: 714), sedangkan konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh, (Erman, 2003: 33). Menurut Gagne (dalam Erman, 2003: 33) dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung yaitu kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan. Jadi, berdasarkan uraian di atas, konsep merupakan objek tak langsung dari matematika yang dapat diperoleh oleh siswa. Kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran

15

itu sendiri dan guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Menurut Fadjar (2009: 13), Kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang harus diperhatikan dalam penilaian. Siswa dikatakan mampu memahami konsep jika siswa mampu

mendefenisikan konsep,mengidentifikasi dan memberikan contoh atau bukan contoh dari konsep. Adapun indikator yang menunjukkan pemahaman

konsep antara lain adalah: 1.Menyatakan ulang sebuah konsep 2.Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) 3.Memberi contoh dan non contoh dari konsep 4.Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5.Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep 6.Mengaplikasikan konsep atau alogaritma ke pemecahan masalah.

Jadi,

pemahaman

konsep

merupakan

salah

satu

kecakapan

matematika. Siswa dikatakan mampu memahami konsep jika siswa mampu menguasai konsep, operasi dan relasi matematis. Tidak semua soal dapat memenuhi semua indikator maka indikator pemahaman konsep yang penulis amati adalah: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep 2) Memberi contoh dan non contoh dari konsep 3) Mengaplikasikan konsep atau alogaritma ke pemecahan masalah.

16

6. Kuis adalah suatu tes singkat yang dilaksanakan diawal atau diakhir

pembelajaran, kuis terdiri dari beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan materi yang dipelajari. Mimin (2007:80) mengemukakan bahwa: Kuis Kuis adalah pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik, dimana pertanyaan itu hanya menanyakan hal-hal yang prinsip saja dari materi yang telah diajarkan sebelumnya dan bentuknya berupa isian singkat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penguasaan materi (kompetensi) peserta didik. Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis dan melakukan penilaian terhadap perkembangan pemahaman konsep matematika siswa. Siswa diberikan kuis dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Pada penelitian ini kuis dilaksanakan setiap kali pertemuan diakhir pembelajaran.

B. Kerangka Konseptual Dalam pembelajaran matematika banyak sekali faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami materi yang diberikan, malas bertanya. Jika guru memberikan tugas siswa kurang termotivasi untuk mengerjakan. Teknik identitas korporat yang terdapat dalam pembelajaran aktif, merupakan salah satu strategi yang mampu memotivasi siswa agar memperhatikan pelajaran, mau bertanya dan berpartisipasi aktif dalam belajar. Pada teknik identitas korporat siswa diajak untuk berdiskusi secara bersama-

17

sama. Strategi ini mengajak siswa bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Dimana siswa dikoordinir untuk menguasai materi yang diberikan dan mempresentasikan di depan kelas. Dengan strategi ini diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi, dengan sendirinya akan ada hubungannya dengan peningkatan hasil belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pelaksanaan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

siswa

Penerapan Teknik Identitas Korporat disertai kuis

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

C. Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep siswa dengan teknik Identitas Korporat disertai kuis lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep siswa siswa yang menerapkan pembelajaran PADANG. konvensional pada kelas X SMA PGRI 1

18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Sesuai dengan masalah yang penulis kemukakan, maka jenis penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Suharsimi (2006:3) bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksud untuk melihat akibat dari suatu tindakan atau perlakuan. Penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan teknik identitas korporat dalam kegiatan pembelajaran matematika, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan proses pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada pola eksperimen Randomized Control Group Only Design, seperti yang digambarkan pada tabel berikut : Tabel 2 : Rancangan penelitian Kelas Eksperimen Kontrol Sumber: Sumadi (2009:104) Keterangan : X T = Pembelajaran matematika menggunakan teknik identitas korporat = Tes akhir yang diberikan pada kedua kelas untuk melihat hasil belajar matematika setelah diberi perlakuan Pelakuan X Post Test T T

18

19

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suharsimi (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA PGRI 1 PADANG tahun pelajaran 2011-2012 yang terdiri dari delapan kelas. Tabel 3 : Jumlah Siswa Kelas X SMA PGRI 1 PADANGKelas JumlahVII1 VII2 VII3 VII4 VII5 VII6 VII7

33

33

33

34

34

34

34

Sumber: Tata usaha SMA PGRI 1 Padang Tahun Pelajaran 2011-2012

2. Sampel Menurut Suharsimi (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini haruslah menggambarkan karakteristik dari suatu populasi. Sesuai dengan masalah yang diteliti dan metode penelitian yang digunakan, maka dibutuhkan hanya dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan nilai matematika siswa kelas X SMA PGRI 1 PADANG pada ulangan harian matematika semester I Tahun pelajaran 2011-2012. b. Melakukan uji normalitas populasi dengan uji Anderson Darling dengan bantuan software MINITAB. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

20

Untuk interpretasi uji ini dapat dilakukan dengan memperhatikan p-value. Syafriandi (2001:4) mengemukakan jika p-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan ( ) maka tolak H 0 atau sebaliknya terima H o . Setelah dilakukan uji normalitas terhadap keempat kelas yang menjadi populasi terlihat pada pancaran titik-titik mendekati garis lurus dengan nilai p-value seperti dibawah ini: Tabel 4 : p-value uji normalitas populasiKelas p-valueVII1 VII2 VII3 VII4 VII5 VII6 VII7

0,069

0,083

0,073

0,374

0,367

0,075

0,276

( Lampiran 11 halaman 40. )

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semua p-value besar dari =0,05 disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal c. Untuk melihat apakah populasi memiliki variansi yang homogen maka penulis menggunakan uji bartlett dengan bantuan softwarwe MINITAB. Dengan formulasi hipotesis statistik H 1 : jika salah satu tanda sama dengan tidak berlaku Untuk interpretasi uji ini, kita dapat melihat chart yang dihasilkan. Jika irisan selang kepercayaan itu kosong, maka dikatakan kelompok perlakuan tersebut tidak homogen dan sebaliknya dikatakan homogen (Syafriandi, 2001:15).

21

Setelah dilakukan uji homogenitas terlihat bahwa terdapat irisan pada tiap-tiap selang kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa populasi mempunyai variansi yang homogen. d. Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan teknik Anava satu arah dengan bantuan Sofware MINITAB. Hipotesis yang diajukan adalah : H0 : Q1 ! Q 2 ! Q 3 ! Q 4 ! Q 5 ! Q 6 ! Q 7 H1 : jika salah satu tanda sama dengan tidak berlaku Untuk interpretasi uji ini dapat dilakukan dengan melihat P-value. Syafriandi (2001:4) mengemukakan bahwa jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan ( ) maka tolak H0 dan jika sebaliknya terima H1. e. Karena populasi berdistribusi normal dan homogen, kesamaan rata-rata maka dilakukan pengambilan sampel secara acak (random sampling) dengan ketentuan kelas yang terambil pertama adalah kelas eksperimen yaitu kelas X2 dan kelas yang terambil kedua adalah kelas kontrol yaitu kelas X4.

C. Variabel dan Data 1. Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penulis. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yakni variable bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah perlakuan yang diberikan kepada siswa kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan

22

menggunakan teknik identitas korporat sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar matematika. 2. Data Suharsimi (2006:118) menyatakan bahwa data adalah hasil pencatatan penulis baik berupa fakta ataupun angka. a. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer adalah data yang langsung diambil penulis dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil belajar matematika siswa pada kelas sampel. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah. Data sekunder dalam penelitian ini adalah populasi siswa kelas X SMA PGRI 1 PADANG dan nilai matematika ulangan harian semester 1 b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah : 1) Siswa kelas X SMA PGRI 1 PADANG yang menjadi sampel untuk mendapat data primer. 2) Tata usaha dan guru matematika kelas X SMA PGRI 1 PADANG untuk mendapat data sekunder.

D. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu :

23

A. Tahap Persiapan Pada tahap ini yang dilakukan adalah : a) Menetapkan jadwal kegiatan penelitian b) Mengumpulkan data nilai ujian mid semester I matematika siswa kelas X SMA PGRI 1 PADANG untuk menentukan kelas sampel c) Menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control. d) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam proses pengajaran e) Membuat kisi-kisi soal tes. f) Membuat soal untuk tes akhir.

B. Tahap Pelaksanaan 1) Kelas Eksperimen ( 90 menit) I. Pendahuluan ( 10 menit) a. Pada awal pembelajaran guru membuka dengan salam. b. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran.

II. Kegiatan Inti ( 70 menit) a. Guru meminta siswa untuk duduk pada kelompok masing-masing yang sudah ditentukan. b. Guru memberikan permasalahan yang berbeda-beda tiap kelompok yang akan diselesaikan pada kelompoknya.

24

c. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang ada dengan teman satu kelompoknya. d. Guru menunjuk dan menyuruh siswa secara acak

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas. e. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan ataupun pertanyaan, jika penjelasan yang telah diberikan belum mengerti. Dan bagi siswa yang ingin melengkapi penjelasan anggota kelompoknya diberi kesempatan untuk bicara. f. Guru memberikan ulasan-ulasan untuk menyempurnakan yang sudah disimpulkan siswa. Atau meluruskan konsep-konsep yang keliru III. Penutup ( 10 menit) a. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi b. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya sebagai tugas rumah.

2) Kelas kontrol a. Pendahuluan (10 Menit) 1. Guru mengabsen siswa. 2. Guru menyampaikan judul pelajaran. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. b. Kegiatan inti (70 Menit). a) Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan dipelajari.

25

b) Guru memberikan beberapa contoh soal dan membahasnya bersama siswa. c) Guru memberikan soal latihan. d) Siswa menyelesaikan soal-soal tersebut secara individu. e) Penyelesain soal-soal tersebut dipresentasikan oleh siswa. f) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang tampil. g) Guru menjelaskan konsep yang keliru. c. Penutup (10 Menit) 1) Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran. 2) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi selanjutnya dirumah. C. Tahap Akhir Pada tahap akhir guru memberi tes kepada siswa kelas sampel dalam waktu yang ditentukan oleh peneliti setelah pokok bahasan berakhir, dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. D. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data hasil belajar siswa, penulis menggunakan alat pengumpul data berupa tes hasil belajar. Tes ini berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa. Dalam penelitian ini digunakan tes yang berbentuk esai. Materi yang diujikan dalam tes sesuai dengan materi yang diberikan selama penelitian. Baik buruknya suatu tes dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu validilitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

26

pembeda. Adapun langkah-langkah menyusun tes hasil belajar adalah sebagai berikut: 1). Menyusun soal a. membuat kisi-kisi soal tes uji coba . b menyusun butir-butir soal uji coba sesuai dengan kisi-kisi soal yang dibuat. 2). Validitas tes Validitas yang digunakan adalah validitas isi seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi (2009:67) bahwa :

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler. Pada penelitian ini, tes yang akan diberikan berdasarkan kurikulum dan materi yang telah diajarkan oleh guru, selanjutnya dikonsultasikan dengan guru matematika sekolah tempat penelitian dan dosen pembimbing. Dengan demikian soal yang ditulis sudah memiliki validitas isi. 3). Melakukan uji coba soal Sebelum tes diberikan terlebih dahulu tes diuji cobakan, uji coba tes dilakukan untuk melihat daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes. Uji coba tes dilakukan di kelas X SMA PGRI 1 PADANG. Karena berdasarkan informasi dan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah SMA 14 Padang, bahwa kedua SMA

27

ini setara kemampuan akademiknya serta mempunyai KKM yang sama yaitu 70. 4). Analisis soal Setelah soal diuji cobakan dilakukan analisis soal terlebih dahulu untuk melihat baik atau tidaknya suatu soal. Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi (2008:206) bahwa analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh imformasi tentang kejelekan memberikan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Suatu soal dikatakan baik, jika dapat memberikan gambaran perbedaan anak yang pandai dan kurang pandai. Dalam melaksanakan analisis item secara khusus ada beberapa hal yang perlu diselidiki a. Tingkat kesukaran (TK) Untuk menentukan tingkat kesukaran soal termasuk soal yang mudah, sedang, atau sukar. Makin besar tingkat kesukaran soal berarti soal itu mudah, demikian juga sebaliknya. Tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan mengunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001:26) sebagai berikut:Mean ! Jumlah skor siswapada suatu soal Jumlah siswa yang mengikuti tes

TK !

Mean Skor maksimum yang telah ditetapkan

Tabel 5: Kriteria indeks kesukaran soal

28

Tinngkat Kesukaran Butir Soal 0,00 TK e 0,30 0,30 TK e 0,70 0,70 TK e 1,00 Sumber : Depdiknas (2001:27)

Kriteria Sukar Sedang Mudah

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran setiap butir soal tes uji coba di atas,maka diperoleh soal yang mempunyai tngkat kesukaran sedang adalah soal nomor Ia, Ib, Ic, 2, 3, 4a, 4b, 4c, 5a, 5b, 5c, 5d. b. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggsi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal esai digunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001:128) yaitu : DP ! Mean kelompok atas Mean kelompok bawah Skor maksimal soal dan Algina dalam Depdiknas (2001:28)

Croker

mengklasifikasikan daya pembeda soal sebagai berikut: Tabel 6 : Daya Pembeda Soal Daya Pembeda Soal Kriteria 0,40 DP 1,00 Soal diterima/baik 0,30 DP < 0,40 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,20 DP < 0,30 Soal diperbaiki 0,00 DP < 0,20 Soal tidak dipakai/dibuangSumber : Depdiknas (2001:28)

Menurut Suharsimi (2008:212) cara menentukan daya pembeda, dapat dibedakan antara kelompok kecil dan kelompok besar antara lain :

29

1. Kelompok kecil Seluruh kelompok tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah, seluruh pengikut tes dideretkan dari skor teratas sampai terbawah,lalu dibagi dua. 2. Kelompok besar Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah. Penulis merencanakan pelaksanaan uji coba tes hanya pada satu kelas dengan jumlah siswa 40 orang. Sesuai dengan kutipan di atas maka ini termasuk kelompok kecil. Untuk itu penulis menetapkan jumlah kelompok atas dan jumlah kelompok bawah masing-masing 50% dari peserta tes uji coba soal,maka diperoleh semua nomor soal diterima. 2) Reliabilitas Tes Menurut Suharsimi (2009:86) Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung reliabilitas tes yang berbentuk esai digunakan rumus alpha yang dikemukakan oleh Suharsimi (2008:109) yaitu:2 n W i 1 r11 = 2 Wi n 1

Keterangan: r11 = Reliabilitas Tes2 i

W

= Jumlah variansi skor tiap-tiap butir soal.

30

W i2 n

= Variansi total = Banyak soal

Dengan Kriteria sebagai berikut : Tabel 7 : Kriteria Besarnya ReliabilitasBesarnya Reabilitas 0,80 < r11 e 1,00 0,60 < r11 e 0,80 0,40 < r11 e 0,60 0,20 < r11 e 0,40 0,00 < r11 e 0,20 Interpretasi Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah

Sumber : Suharsimi (2006:276)

Berdasarkan perhitungan, Didapat

r11 =0,84

sesuai dengan

kriteria di atas maka soal tes memiliki reliabilitas yang sangat tinggiE. Teknik Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak. Di samping itu analisis data juga digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pemahaman konsep matematika siswa. 1. Menghitung Skor Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pemahaman konsep matematika siswa dinilai dari tes akhir yang mengandung indikator pemahaman konsep. Perhitungan ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman konsep matematika siswa dinilai dari tes akhir yang mengandung indikator pemahaman konsep dengan penerapan teknik identitas korporat disertai kuis menggunakan rubrik analitik. Menurut Puji

31

(2004:13) yaitu Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana. Tabel 8: Contoh Rubrik Analitik untuk Pedoman Menentukan Pemahaman Konsep Siswa Tingkat (Level) Kriteria Umum 1 2 4 (superior) 1) Menyatakan ulang sebuah konsep dengan jelas dan tepat 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya 3) Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah dengan benar 3 (memuaskan 1) Menyatakan ulang sebuah konsep dengan dengan sedikit sedikit kesalahan kekurangan) 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya tapi masih ada sedikit kesalahan 3) Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah dengan sedikit kesalahan 2 (cukup 1) Menyatakan ulang sebuah konsep kurang jelas memuaskan dan dan kurang tepat banyak 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat kekurangan) tertentu kurang sesuai dengan konsepnya 3) Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, kurang benar 1 (tidak 1) Menyatakan ulang sebuah konsep tidak jelas memuaskan ) dan tidak tepat 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu tidak sesuai konsepnya 3) Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, tidak benar Sumber: Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja, Puji 2004: 15-16 Pada penelitian ini peneliti menambahkan skala 0. Skala nol berguna untuk memberi skor siswa yang tidak menjawab soal. Skala 1 dapat dianggap sebagai unjuk kerja yang tidak memenuhi, skala 2 dianggap sebagai unjuk kerja yang cukup memenuhi, skala 3 dianggap

32

sebagai unjuk kerja yang baik, skala 4 dianggap sebagai unjuk kerja yang sangat baik. (Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja, Puji 2004:15-16). Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat dinilai tes akhir yang dilakukan siswa. Skor yang diperoleh masih harus dirubah dalam skala angka yang ditetapkan (dalam bentuk 0-100). Skor yang diperoleh siswa jika dikonversikan ke skala 0-100 yaitu skor yang diperoleh siswa dibagi skor maksimum dikali 100. (Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja, Puji 2004: 18). 1. Analisis Data Hasil Belajar Siswa dengan Indikator Pemahaman Konsep Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kelas sampel. a) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah skor hasil belajar siswa berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Anderson Darling dengan bantuan Software MINITAB. Hipotesis yang diuji adalah: H0 :Skor pemahaman konsep siswa kelas sampel berdistribusi normal H1 :Skor pemahaman konsep siswa kelas sampel tidak berdistribusi normal

33

Untuk interpretasi dan uji normalitas memperhatikan p-value, yang menyatakan besarnya peluang untuk melakukan galat jenis satu (menolak H0 jika sesungguhnya H0 tersebut benar). Jika p-value lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan ( ) maka tolak H0 dan sebaliknya terima H0 (Syafriandi, 2001:4). b) Uji Homogenitas variansi Uji homogenitas bertujuan untuk menyelidiki apakah kedua kelompok mempunyai varinsi yang homogen atau tidak. Formulasi hipotesis yang diuji adalah: H0 : H1 : Pengujian dapat dilakukan dengan uji F. Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis ini menurut Walpole (1993:315) adalah: F= Keterangan: = variansi pemahaman konsep siswa kelas eksperimen = variansi pemahaman konsep siswa kelas kontrol F = variansi kelompok data. Kriteria pengujian adalah: Terima hipotesis H0 jika: tolak H0.

dalam hal lain

34

Pengujian homogenitas dalam penelitian dilakukan dengan bantuan Software MINITAB. Interpretasi dari uji ini dapat dilakukan dengan memperhatikan chart, jika irisan selang kepercayaan itu kosong, maka dikatakan bahwa kelompok perlakuan tersebut tidak homogen dan sebaliknya dikatakan homogen (Syafriandi, 2001:5).

c) Uji hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik identitas korporat disertai kuis lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Uji hipotesis menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu uji-t satu pihak dengan syarat skor pemahaman konsep siswa berdistribusi normal dan homogen. Formulasi hipotesis statistik yang diuji adalah: H0 : 1 = 2 H1 : 1 > 2 Keterangan: : Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen : Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol Menurut Sudjana (2005:239)

35

Jika kedua kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan rata-rata yaitu uji t satu pihak dengan rumus:x1 x 2 S 1 1 n1 n2

t!

dengan S !

(n1 1) s1 (n 2 1)s 2 n1 n 2 22

2

Dengan : x1 = x2 = n1 = n2 = S12 = S22 = S = n1 = n2 = Nilai rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen Nilai rata-rata pemahaman konsep kelas kontrol Jumlah siswa kelas eksperimen Jumlah siswa kelas kontrol Variansi pemahaman konsep kelas eksperimen Variansi pemahaman konsep kelas kontrol Simpangan baku kedua kelas sampel Jumlah siswa kelas eksperimen Jumlah siswa kelas kontrolhitung

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika t

< t

tabel

dengan

derajat kebebasan = (n1 + n2 2 ) selain itu H0 ditolak. b. Jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi mempunyai variansi yang tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah: t =

xs n 12 1

1

x

2

2 s2 n 2

Dimana:X 1 = nilai rata-rata kelas eksperimen X 2 = nilai rata-rata kelas kontrol

S12 = variansi pemahaman konsep kelas eksperimen2 S 2 = variansi pemahaman konsep kelas kontrol

36

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n 2 = jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujian menurut Sudjana (2005:243): Tolak H0 jika t

wt w1

1

1

wt w2 2

2

dan terima H0 jika terjadi sebaliknya, dengan

w1 !

S2 S12 , w2 ! 2 n2 n1

Dimana:

t1 ! t 1E )( n1 1 t2 ! t1E )( n 2 1Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan bantuan bantuan Software MINITAB. Untuk interpretasi dari uji ini bisa memperhatikan P-value, jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang diterapkan ( ), maka tolak H0 dan sebaliknya terima H0 (Syafriandi, 2001:4).

37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian yang dideskripsikan adalah hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah tes akhir dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kontrol. Deskripsi ini bertujuan untuk mengetahui tentang hasil belajar siswa setelah mempelajari pokok bahasan sudut. 1. Hasil belajar Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diikuti oleh 38 orang siswa dan pada kelas kontrol diikuti oleh 38 orang siswa. Dari skor tes hasil belajar siswa pada kedua kelas ini dilakukan perhitungan rata-rata ( X ), simpangan baku (S), skor tertinggi ( X maks ) dan skor terendah ( X min ), hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8. Perhitungan rata-rata ( X ), simpangan baku (S), skor tertinggi ( X maks ), skor terendah ( X min ) tes hasil belajar pada kelas sampel Kelas Sampel S X min X maks X Eksperimen 69,95 Kontrol 61,47 (lampiran XVI Halaman 83 ) 12,03 11,09 88 80 45 40

Pada tabel di atas terlihat bahwa skor kelas eksperimen didapatkan skor tertinggi 88 dan skor terendah 45, sedangkan pada kelas kontrol skor tertinggi 80 dan skor terendah 40. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 69,95 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 61,47.

37

38

B. Analisis data Hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa menggunakan Teknik Identitas Korporat lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak maka peneliti

membandingkan hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-t satu pihak. Sebelum melakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji Anderson-Darling dengan bantuan Software Minitab diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pencaran titik-titik pada grafik untuk kelas eksperimen (VII5 ) maupun kelas kontrol (VII7) berada dekat garis lurus. Nilai P-value kedua kelas sampel juga lebih besar dari pada taraf nyata yang ditetapkan = 0,05 yaitu untuk kelas eksperimen P-value =0,070 dan

untuk kelas kontrol P-value =0,151 . Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas sampel berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran (XVII Halaman 85 ). 2. Uji Homogenitas variansi Hasil uji homogenitas menggunakan uji F dengan bantuan Software Minitab menunjukkan bahwa selang kepercayaan bagi simpangan baku untuk kelas sampel beririsan dan harga P-value =0,785 lebih besar dari = 0,05.

39

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika kelas sampel mempunyai variansi yang homogen. Lampiran (XVIII Halaman 86). 3. Uji hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan penerapan Teknik Identitas Korporat lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Karena kedua kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, maka untuk uji hipotesis digunakan uji-t dengan menggunakan Software Minitab seperti di bawah ini : Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan terlihat bahwa pada taraf nyata = 0,05 diperoleh P-value = 0,001, karena P-value < maka tolak H 0

dan terima

H 1 . Jadi hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan Teknik Identitas Korporat lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMPN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Uji hipotesis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran (XIX Halaman 87). C. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa penerapan Teknik Identitas Korporat memiliki dampak positif terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tes akhir yang diikuti oleh kedua kelas sampel,

40

dimana rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Selain itu dapat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Pada kelas eksperimen siswa yang tuntas 31 orang sedangkan kelas kontrol siswa yang tuntas 22 orang. (lampiran XVI Halaman 83) Selama melakukan kegiatan penelitian, penulis dapat melihat perbedaan antara siswa yang menggunakan Teknik Identitas Korporat dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat pada kelas eksperimen yang siswanya lebih aktif untuk mengemukakan pendapat, aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok, serta merasa bertanggung jawab atas nilai kelompok mereka. Kesadaran siswa untuk memahami materi terlihat dari tugas mereka dalam kelompok, berusaha untuk menjadi kelompok yang nilainya bagus dengan mengerjakan latihan yang diberikan dan mendiskusikannya dalam kelompok, sehingga mereka saling bertukar pikiran dengan teman satu kelompoknya. Selama melakukan penelitian ada beberapa kendala yang dihadapi yaitu pada pertemuan pertama siswa masih kesulitan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Usaha yang dilakukan peneliti yaitu diakhir pertemuan pertama peneliti mengarahkan lagi tentang strategi pembelajaran yang digunakan, dan terlihat pada pertemuan berikutnya siswa sudah bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

41

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan Teknik Identitas Korporat lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional di SMPN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saransaran sebagai berikut : 1. Bagi guru bidang studi matematika khususnya di SMPN 1 Sutera dan guru-guru SMP pada umumnya perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran matematika yaitu dengan penerapan Teknik Identitas Korporat dalam pembelajaran matematika belajar. 2. Peneliti lain yang berminat diharapkan dapat mengalokasikan waktu dengan baik agar hasil yang dicapai dalam penerapan teknik ini maksimal. 3. Bagi calon guru yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat menerapkan pada pokok bahasan lain. Serta pada pelaksanaannya guru diharapkan lebih memperjelas kepada siswa tentang strategi ini, agar kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. untuk meningkatkan hasil

41

42

4. Kepada para pembaca diharapkan agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu wadah dimiliki. untuk memperkaya wawasan yang telah

43

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anita Lie. (2003). Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo. Depdiknas. (2001). Penyusun Butir-butir Soal dan Instrumen Penilaian. Jakarta: Depdiknas. Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI. Muliyardi. (2002). Strategi Pembelajaran Universitas Negeri Padang. Matematika. Padang:FMIPA.

Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta:Bumi Aksara . Paul Ginnis. (2008). Trik dan Trik Mengajar. Jakarta: PT Indeks Sardiman, A.M. (2003). Interaksi dan Motivasi Dalam Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Trasito Suharsimi Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara -----------. (2006). Prosedur Penulisan Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta Sumadi Suryabrata. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka. Syafriandi. (2001). Analisis Stalistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab. Padang: UNP. Sardiman. (2001). Interaksi dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Tim Penulis. (2008). Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi UNP. Padang: Universitas Negeri Padang.