ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

102
ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi tentang Keterlibatan Pemuda Pancasila dalam Bentrokan Massa di DKI Jakarta, Jawa barat dan Banten Tahun 2013-2018) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos) Nur Hidayat NIM: 11151120000032 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

Page 1: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM

(Studi tentang Keterlibatan Pemuda Pancasila dalam Bentrokan

Massa di DKI Jakarta, Jawa barat dan Banten Tahun 2013-2018)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Sos)

Nur Hidayat

NIM: 11151120000032

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …
Page 3: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …
Page 4: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …
Page 5: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

iv

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang organisasi masyarakat dan ketertiban umum

dengan Studi tentang Keterlibatan Pemuda Pancasila dalam bentrokan massa di

DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten Tahun 2013-2018. Tujuan dari penelitian ini

adalah Untuk mengetahui keterlibatan Pemuda Pancasila dalam beberapa

bentrokan massa dan sikap pengurus Pemuda Pancasila terhadap anggota dan

pengurus yang terlibat dalam bentrokan massa, selain itu dianalisis pula sanksi

yang diterima Pemuda Pancasila terhadap kasus bentrokan massa yang diberikan

oleh aparat penegakan hukum.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengambilan

data melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan teori organisasi kemasyarakatan, konflik, penegakan hukum dan

negoisasi. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa bentrokan yang melibatkan

Ormas Pemuda Pancasila, pada dasarnya terjadi karena permasalahan pribadi atau

oknum anggota dan yang menjadi isu atau faktor bentrokan ialah permasalahan

ekonomi anggota di tingkat bawah. Sikap yang dilakukan oleh aparat penegakan

hukum ialah berupaya menyelesaikan konflik secara persuasif dengan

memediasikan atau menjadi mediator terhadap Ormas yang terlibat untuk

bersepakat meredam dan saling berdamai. Secara organisasi Pemuda Pancasila

tidak diberikan sanksi karena yang terlibat hanya oknum anggota bukan Ormas

Pemuda Pancasila sehingga yang diberikan sanksi adalah oknum anggota Ormas

Pemuda Pancasila. Sikap yang dilakukan oleh pimpinan pengurus organisasi ialah

dengan cara bernegoisasi dengan tujuan upaya penyelesaian konflik dan berusaha

meredam dan bersepekat menyelesaikan permasalahan dengan berdamai.

Kata Kunci: Ormas, Pemuda Pancasila, Bentrokan, Sikap.

Page 6: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-

Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Organisasi

Masyarakat dan Ketertiban Umum Studi tentang Keterlibatan Pemuda Pancasila

dalam Bentrokan Massa di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten Tahun 2013-

2018”, penelitian ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial Srata satu pada Program Studi Ilmu Politik, fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak,

sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan moril maupun materi baik langsung maupun tidak

langsung dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada

yang saya hormati:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Ali Munhanif, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta

seluruh staff dan jajarannya.

3. Bapak Dr. Iding Rosyidin, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

vi

4. Ibu Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen

Pembimbing Skripsi saya yang telah meluangkan waktu dan memberikan

arahan, bimbingan, ilmu, serta kritik dan saran dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Idris Thaha, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan kepada penulis dalam pembuatan skripsi.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teristimewa kepada kedua Orang Tua penulis, Papa Ir. Abdu Rachman

dan Mama Farida atas segala doa yang selalu dipanjatkannya kepada Allah

SWT dan atas segala bimbingannya kepada saya untuk menjadi manusia

yang bermanfaat. Tidak lupa pula kepada Uni, adik dan keponakan penulis

yang selalu mendoakan, memberikan motivasi serta pengorbanan baik dari

segi moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

8. Para narasumber dalam penelitian ini yaitu: Capt Hariman Siregar, SH.

M.Si,M.Mar, Ketua bidang organisasi dan keanggotaan Majelis Pimpinan

Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DKI Jakarta, Bapak Gunung Hutapea,

Ketua bidang organisasi dan keanggotaan Majelis Pimpinan Nasional

(MPN) Pemuda Pancasila, Bapak Yahya Abdul Habib, S.E, Wakil

Sekretariat Jendral bidang organisasi dan keanggotaan Majelis Pimpinan

Nasional (MPN) Pemuda Pancasila, H. Zulkarnain, S.E, Ketua bidang

Page 8: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

vii

pertahanan dan keamanan Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda

Pancasila Banten, Ibu Eka Sularsti Amirudin, Sekretaris Majelis Pimpinan

Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Kabupaten Tanggerang, Bapak Ahmad

Sujari, Sekretaris II Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pemuda Pancasila

Kecamatan Tiga Raksa yang telah menjadi Narasumber dalam penelitian

ini.

9. Kawan-kawan JJBANG: Wida, Soffa, Lia, Kam, Dwi, Indra, Mega,

wahyu, Deda, Gesti, Hilmy, Muti, Tita, Putri, Citra, Imas dan Nayla.

10. Kawan-kawan seperjuangan Redbull: Adel, Arfiah, Nabhila, Daffa, Acay,

Faiz, Lila, Helma, Inas, Adnan, Andy, Dimas dan Reza hafiz

11. Serta kawan-kawan lainnya: Hana Syasqia, Bely, Dewi, Putri, Meisya,

Okta, Antonius, Wida Pangestika, Fauziah, Nida, Tyas, Irma, Anna, Asry,

Indri dan Naufal.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu telah membantu dalam proses pembuatan

skripsi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, 30 September 2019

Nur Hidayat

Page 9: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................................... iii

ABSTRAK ..........................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 7

E. Metodelogi Penelitian ........................................................................................... 14

F. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 17

BAB II KERANGKA TEORI .......................................................................................... 19

A. Teori Organisasi Kemasyarakatan ........................................................................ 19

A.1. Pengertian Organisasi Kemasyarakatan ............................................................ 21

A. 2. Ciri-Ciri Organisasi Kemasyarakatan .............................................................. 22

A.3. Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Organisasi Kemasyarakatan .................... 24

A.4. Hak dan Kewajiban Organisasi Kemasyarakatan ............................................. 25

B. Teori Konflik ........................................................................................................ 28

B.1. Pengertian Konflik ............................................................................................ 28

B.2. Bentuk-Bentuk Konflik ..................................................................................... 29

B.3. Penyelesaian Konflik (Conflict Resolution) ...................................................... 31

C. Teori Penegakan Hukum ....................................................................................... 33

D. Teori Negoisasi ..................................................................................................... 36

Page 10: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

ix

D.1. Pengertian Negoisasi ......................................................................................... 36

D.2. Tujuan Negoisasi ............................................................................................... 37

BAB III ORGANISASI MASYARAKAT PEMUDA PANCASILA .............................. 39

A. Pendirian Pemuda Pancasila dan Perkembangan Organisasi pada Tiga Priode

Pemerintahan................................................................................................................. 39

B. Landasan Konstitusi Organisasi ............................................................................... 44

C. Susunan dan Jenjang Organisasi. ............................................................................. 46

BAB IV KETERLIBATAN PEMUDA PANCASILA DALAM BENTROKAN MASSA

DI DKI JAKARTA, JAWA BARAT DAN BANTEN TAHUN 2013-2018 ................... 52

A. Faktor-faktor yang menyebabkan konflik antara Pemuda Pancasila dan Ormas lain

di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. ....................................................................... 52

B. Sanksi yang diterima Pemuda Pancasila terhadap Kasus Bentrokan Massa oleh

Aparat Penegak Hukum. ............................................................................................... 63

C. Sikap Pimpinan Pengurus Pemuda Pancasila terhadap Anggota yang Terlibat

dalam Bentrokan Massa. ............................................................................................... 68

C.1. Upaya Penyelesaian Konflik ............................................................................. 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 81

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 81

B. Saran ..................................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 84

Page 11: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah Anggota Pemuda Pancasila Seluruh Indonesia ............................ 50

Tabel 1.2 Daftar Konflik yang Melibatkan Organisasi Pemuda Pancasila di Wilayah DKI

Jakarta, Jawa Barat dan Banten......................................................................................... 53

Page 12: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bentrokan Pemuda Pancasila dan Pemuda Ambon di Budi Serpong Damai

(BSD) ................................................................................................................................ 66

Gambar 1.2. Bentrokan FBR dan Pemuda Pancasila di Pamulang ……………………...66

Page 13: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak jatuhnya rezim orde baru pada Mei 1998 yang ditandai dengan

jatuhnya kekuasaan orde baru dan lengsernya Presiden Soeharto, atau yang

lebih dikenal dengan peristiwa gerakan perjuangan reformasi rakyat yang

dilakukan oleh aktivis-aktivis dan mahasiswa yang menuntut pelaksanaan

demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) secara konsekuen di Indonesia.

Demokrasi merupakan sebuah bentuk pemerintahan rakyat (government of

the people) dan menurut Abraham Lincoln yang dikutip oleh Ubaedillah,

demokrasi merupakan sebuah pemerintahan yang dari, oleh dan untuk rakyat.

berarti kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat yang dilaksanakan secara

langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka dalam sebuah

mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas.1

Salah satu unsur terpenting dalam sebuah negara demokrasi ialah adanya

sebuah masyarakat sipil. Perwujudan masyarakat sipil secara konkret

dilakukan oleh berbagai organisasi di luar negara. Salah satunya ialah

organisasi kemasyarakatan. Dalam pelaksanaanya, organisasi masyarakat

memiliki peran dan fungsi sebagai sebuah mitra kerja instansi negara atau

berfungsi sebagai pengontrol dalam kehidupan bernegara seperti terhadap

kebijakan pemerintah. Oleh karena, itu organisasi masyarakat sangat penting

keberadaanya menjadi bagian dan pendukung diwujudkannya demokrasi.

1 Ubaedillah, “Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Pancasila Demokrasi dan

Pencegahan Korupsi” (Jakarta: Kencana, 2015) h.81.

Page 14: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

2

Dalam sebuah negara demokrasi masyarakat bebas untuk mengemukakan

pendapat dan berkumpul serta membuat dan bergabung dalam sebuah

organisasi kemasyarakatan. Sebagaimana yang dicantumkan di dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan menimbang: “bahwa kebebasan berserikat,

berkumpul, dan mengeluarkan pendapat merupakan bagian dari hak asasi

manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.”2 Dalam Undang-

Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E ayat 3.

Berbunyi: “bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul,

dan mengeluarkan pendapat.”3 Berdasarkan penjelasan Undang-Undang di

atas menyebutkan dan menjelaskan bahwa negara menjamin masyrakatnya

untuk kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat, karena

itu merupakan bagian dari hak asasi manusia termasuk membuat dan

bergabung dalam sebuah organisasi kemasyarakatan.

Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah

organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela

berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan,

dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.4

2 Tim Redaksi, “Kumpulan Lengkap UU Ormas dan Yayasan” (Yogyakarta: Laksana,

2017) h.7. 3 Tim Redaksi, “Terlengkap UUD 1945 dan Amandemen” (Yogyakarta: Laksana, 2018)

h.38. 4 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Page 15: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

3

Organisasi masyarakat menjadi salah satu unsur penting keberadaannya

dalam mewujudkan demokrasi. Organisasi masyarakat adalah sebuah wadah

atau tempat untuk masyarakat menjalankan kebebasan berserikat, berkumpul,

mengeluarkan pendapat dan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia

yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara dalam ikut serta

berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Salah satu cara untuk

mewujudkannya dengan secara sukarela berkontribusi melalui keikutsertaan

diri dalam sebuah organisasi kemasyarakatan.

Organisasi masyarakat di Indonesia diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang.

Organisasi masyarakat pada dasarnya memiliki peran yang penting di

dalam masyarakat salah satunya yaitu untuk menjaga ketertiban umum di

lingkungan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2017 Pasal 59 ayat (3) huruf (c) berbunyi bahwa: “Ormas dilarang untuk

melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketentraman dan ketertiban

umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial.”5 Berdasarkan

penjelasan Undang-Undang di atas menyebutkan dan menjelaskan bahwa

organisasi masyarakat pada dasarnya dilarang untuk melakukan tindakan yang

menggangu ketentraman dan ketertiban umum.

5 Tim Grasindo, “Update Paling lengkap Undang-Undang Ormas” (Jakarta: PT

Grasindo, 2018) h.11.

Page 16: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

4

Namun akhir-akhir ini banyak fenomena-fenomena atau peristiwa-

peristiwa seperti bentrokan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sehingga

hal tersebut menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat namun

ironinya organisasi kemasyarakatan terlibat di situ. Salah satu organisasi

masyarakat yang beberapa hal terlibat dalam bentrokan massa adalah

organisasi Pemuda Pancasila.

Pemuda Pancasila merupakan organisasi masyarakat yang didirikan pada

tanggal 28 Oktober 1959, yang bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, mewujudkan masyarakat yang adil.

Pemuda Pancasila berasaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang

Dasar 1945. Pokok-pokok perjuangan organisasi kemasyarakatan Pemuda

Pancasila: Pertama, menjaga, mengamankan dan mengamalkan Pancasila

sebagai falsafah hidup bangsa dan ideologi negara. Kedua, melaksanakan

Undang-Undang Dasar 1945. Ketiga, mempertahankan kedaulatan dan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjunjung tinggi

semangat Bhineka Tunggal Ika. Keempat, melahirkan kader Pemuda Pancasila

sebagai kader bangsa yang konsisten menjaga kehormatan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara serta pergaulan internasional. Kelima, melaksanakan

pemberdayaan dan pengembangan anggota secara terus menerus untuk

meningkatkan kualitas kesejahteraan anggota dan keluarga Pemuda

Pancasila.6

6 Dalam Anggaran Dasar Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab IV tentang

“Pokok-Pokok Perjuangan” Pasal 10. h.9.

Page 17: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

5

Sesuai dengan paparan di atas, penulis tertarik untuk memilih organisasi

masyarakat Pemuda Pancasila sebagai objek penelitian karena: pertama,

organisasi masyarakat Pemuda Pancasila adalah satu-satunya organisasi

kemasyarakatan yang menggunakan lambang negara yaitu Pancasila, sebagai

simbol organisasinya. Kedua, sebagai organisasasi sosial masyarakat yang

menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan mengusung nilai-nilai

nasionalisme, namun secara faktual terjadi beberapa kejadian seperti

bentrokan massa yang melibatkan Pemuda Pancasila sehingga menimbulkan

keresahan di tengah-tengah masyarakat.

Pemuda Pancasila tercatat sudah beberapa kali terlibat dalam bentrokan

massa, dalam kurung waktu 2013 sampai 2018 tercatat ada delapan kali

bentrokan massa yang melibatkan Pemuda Pancasila di wilayah DKI Jakarta,

Jawa Barat dan Banten. Namun sampai saat ini, belum ada tindakan yang jelas

dari aparat penegak hukum untuk memberikan sanksi kepada Pemuda

Pancasila secara organisasi, dan dalam bentrokan biasanya selalu diselesaikan

secara persuasif.

Hal tersebut menjadi penting untuk diteliti karena menjadi hal yang

kontradiktif, karena seharusnya Pemuda Pancasila sebagai organisasi

masyarakat ikut andil dalam menjaga ketertiban umum tetapi justru terlibat

langsung dalam bentrokan massa yang menimbulkan keresahan di tengah-

tengah masyarakat.

Penelitian ini menjadi menarik karena untuk dilakukan agar bisa

menganalisis organisasi masyarakat Pemuda Pancasila secara lebih

Page 18: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

6

komprehensif dan kritis dan ditambah dengan adanya fenomena tentang

minimnya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah terhadap

organisasi Pemuda Pancasila selama ini, walau organisasi tersebut sering

terlibat dalam sebuah bentrokan massa.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa

pertanyaan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemuda Pancasila terlibat dalam beberapa bentrokan

massa?

2. Apakah sanksi yang diterima Pemuda Pancasila terhadap kasus

bentrokan massa oleh aparat penegak hukum?

3. Bagaimana sikap pimpinan pengurus Pemuda Pancasila terhadap

anggota yang terlibat dalam bentrokan massa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana keterlibatan Pemuda Pancasila dalam

beberapa bentrokan massa.

2. Untuk mengetahui sanksi apa yang diterima oleh Pemuda Pancasila

terhadap kasus bentrokan massa oleh aparat penegakan hukum.

3. Untuk mengetahui sikap pimpinan pengurus Pemuda Pancasila

terhadap anggota yang terlibat dalam bentrokan massa.

Page 19: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

7

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis, secara umum, penelitian ini diarahkan untuk

memberikan manfaat bagi pengembangan Ilmu pengetahuan di bidang

politik, terutama mengenai organisasi kemasyarakatan, konflik,

penegakan hukum dan negoisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah informasi mengenai fenomena-fenomena sosial yang

ada dimasyarakat yaitu organisasi masyarakat terhadap ketertiban

umum. bagaimana seharusnya organisasi masyarakat yang ikut

andil dalam menjaga ketertiban umum tetapi justru terlibat

langsung dalam bentrokan massa yang menimbulkan keresahan di

tengah-tengah masyarakat.

b. Menjadi referensi kasus atau sebagai bahan rujukan bagi organisasi

masyarakat untuk seharusnya ikut andil dalam menjaga ketertiban

umum di dalam masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Beberapa tinjauan pustaka yang penulis jadikan sebagai bahan acuan

dalam penelitian ini adalah:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Magfirah Maasum dengan judul

Penerapan Sanksi terhadap Ormas yang Bertentangan dengan Nilai-Nilai

Pancasila Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Page 20: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

8

Organisasi Kemasyarakatan dan sudah diterbitkan di jurnal Lex Crimen7.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peraturan yang terkait

dengan organisasi masyarakat di Indonesia dan bagaimana pelaksanaan

hukum dalam Organisasi Masyarakat yang bertentangan terhadap Pancasila.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif.

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan: Pertama, berdasarkan

Undang-Undang peraturan organisasi kemasyarakatan di Indonesia

menunjukkan kepedulian dari pemerintah untuk mengakomodir seperti

kebebasan berserikat dan berkumpul bagi warga negaranya dengan maksimal.

Kedua, sanksi kepada organisasi masyarakat yang berlawananan dengan nilai

Pancasila di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan, tetapi dalam realitanya harus ada

perbaikan terhadap penerapan sanksi terhadap maraknya organisasi

masyarakat yang radikal dan anti Pancasila.

Berbeda dengan penelitian ini, penelitian Magfirah Maasum secara

substantif menjelaskan bagaimana penerapan sanksi terhadap Ormas yang

bertentangan dengan Pancasila. Penelitian ini menggambarkan beberapa

Ormas, diantaranya adalah: anarkisme jemaat Ahmadiyah, Ormas Front

Pembela Islam (FPI) dalam melakukan sweeping di pusat perbelajaan di kota

Surabaya dan Ormas HTI yang ingin mendirikan negara Islam Indonesia dan

menolak Pancasila, sedangkan penelitian ini membahas organisasi masyarakat

yang tidak menjalankan kewajibannya dalam menjaga ketertiban umum di

7 Magfirah Maasum, “Penerapan Sanksi terhadap Ormas yang Bertentangan dengan

Nilai-Nilai Pancasila Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan” (Lex Crimen, Volume VI Nomor 5, 2017), h.5-11.

Page 21: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

9

dalam masyarakat dan membahas persoalan internal organisasi Pemuda

Pancasila.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hotma Tarulina dengan judul

Pertanggungjawaban Pidana terhadap Perbuatan Pidana yang Dilakukan oleh

Anggota Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan sudah diterbitkan di

jurnal Jom Fakultas Hukum.8 Penelitian ini bertujuan untuk melihat

pertanggungjawaban pidana pengelola atau pengurus dalam tindak pidana

yang dilakukan oleh anggota organisasi kemasyarakatan yang berdasarkan

terhadap Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif

yaitu sebuah penelitian yang membahas suatu asas-asas pada hukum dan suatu

perbandingan hukum.

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, jika organisasi

masyarakat tidak melaksanakan kewajiban atau perbuatan yang dilarang

tersebut maka pemerintah akan melakukan tindakan persuasif sebelum

memberikan sebuah sanksi administrasi sesuai dalam Pasal 60 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi kemasyrakatan.

Kedua, perbuatan anarkis anggota dari sebuah organisasi tersebut dan

bukanlah organisasi masyarakat tersebut. Oleh karena itu atas perbuatan

pidana yang telah dilakukan kepada kader organisasi masyarakat maka dia

8 Hotma Tarulina, “Pertanggungjawaban Pidana terhadap Perbuatan Pidana yang

Dilakukan oleh Anggota Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyrakatan” (Jom Fakultas Hukum, Volume IV Nomor 2,

2017), h.1-12.

Page 22: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

10

sendirilah yang harus mempertanggungjawabkan perbuatanya itu sendiri

sebagaimana diatur dalam KUHP harus diberikan sanksi Pidana.

Berbeda dengan penelitian ini, penelitian karya Hotma Tarulina lebih

kepada penegakan hukum, yang bertujuan untuk melihat bagaimana

pertanggungjawaban pidana terhadap perbuatan yang dilakukan oleh anggota

Ormas. Penelitian ini menggunakan dua teori yaitu teori pertanggungjawaban

pidana dan teori penegakan hukum. Sedangkan penelitian ini membahas

bagaimana keterlibatan organisasi kemasyaratan dalam beberapa bentrokan

massa. Penelitian ini berfokus kepada Ormas Pemuda Pancasila dan

mengetahui bagaimana sikap pengurus dan pimpinan organisasi terhadap

anggota yang terlibat dalam bentrokan massa.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Catur Wibowo dan Herman Harefa

dengan judul Urgensi Pengawasan Organisasi Kemasyarakatan oleh

Pemerintah dan sudah diterbitkan di jurnal Bina Praja.9 Penelitian ini

bertujuan untuk memberikan suatu kenyataan permasalahan organisasi

kemasyarakatan di suatu daerah, dan bagaimana peranan pemerintah dalam

pengawasan terhadap organisasi masyarakat. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif.

Penelitian ini menghasilkan bahwa pada dasarnya organisasi masyarakat

memiliki peranannya yaitu memberikan suatu kontribusi pada negara namun

disisi lain masih banyak organisasi masyarakat yang bertindak anarkis dan

menggangu lingkungan masyarakat sehingga masyarakat menjadi merasa

9 Catur Wibowo dan Herman Harefa, “Urgensi Pengawasan Organisasi Kemasyarakatan

oleh Pemerintah.” (Jurnal Bina Praja, Volume 7 Nomor 1, 2015), h.1-18.

Page 23: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

11

teracam dan tidak aman. Seharusnya pemerintah memberikan sanksi tegas

kepada organisasi masyarakat yang bertindak anarkis yang mengganggu

keamanan dan ketertiban umum.

Berbeda dengan penelitian peneliti, penelitian karya Catur Wibowo dan

Herman Harefa menjelaskan bagaimana seharusnya pemerintah berperan

dalam pengawasan terhadap Ormas-Ormas yang sesuai berdasarkan pada

Undang-Undang Ormas, sedangkan penelitian ini membahas keterlibatan

organisasi kemasyaratan dalam beberapa bentrokan massa. Penelitian ini

berfokus kepada Ormas Pemuda Pancasila dan untuk mengetahui bagaimana

sikap pengurus dan pimpinan organisasi terhadap anggota yang terlibat dalam

bentrokan massa.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Igam Arya Wada dengan judul

Wewenang Pemerintah dalam Pembubaran Organisasi Masyarakat dan sudah

diterbitkan di jurnal E-Journal Lentera Hukum.10 Penelitian ini dilatar

belakangi oleh munculnya organisasi masyarakat yang radikal sehingga

membuat keresahan di masyarakat terhadap aksi mereka dan kekerasan yang

menggunakan dalih sebuah agama sebagai pembenarannya. Dalam hal ini,

pemerintah memiliki wewenang yang cukup luas berdasarkan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pada praktiknya pemerintah

kurang tegas dalam menangani organisasi masyarakat yang anarkis seperti

masalah kekerasan dan anarkisme. Selain itu, Undang-Undang Organisasi

10 Igam Arya Wada, “Wewenang Pemerintah dalam Pembubaran Organisasi

Masyarakat.” (E-Journal Lentera Hukum, Volume 4, Issue 3, 2017), h.150-162.

Page 24: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

12

Kemasyarakatan, tepatnya pada bab sanksi yaitu pemberian surat peringatan

tertulis, memiliki rentan waktu pemberian sanksi sehingga dapat dimanfaatkan

dengan mudah oleh organisasi masyarakat yang melanggar peraturan

perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah seharusnya harus berani dan

tegas dalam menindak organisasi masyarkat yang melakukan aksi-aksi anarkis

berdasarkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 yang menganut

asas contrario actus jadi tidak harus menunggu semakin besarnya massa yang

akan perekrutmen oleh organisasi masyarakat yang bertindak anarkis yang

menggangu hak kebebasan individu lain dan pemerintah memiliki wewenang

dalam pembubarannya.

Berbeda dengan penelitian peneliti, penelitian karya Igam Arya Wada

menjelaskan bagaimana implementasi dan wewenang yang dilakukan oleh

pemerintah dalam penanganan Ormas anarkis dan menjelaskan bagaimana

landasan hukum rencana pembubaran Ormas. Penelitian ini menggambarkan

Ormas FPI yang membuat keresahan dalam aksi sweeping-nya yang melewati

batas kewenangannya yang seharusnya dilakukan oleh penegak hukum yaitu

polisi, dan kasus FPI dalam demostrasi massa dalam menolak Basuki Tjahya

Purnama (Ahok) sebagai Gubenur DKI Jakarta karena dia bukan seorang

Muslim. Sedangkan penelitian ini berfokus pada organisasi masyarakat

Pemuda Pancasila yang tidak menjalankan kewajibannya dalam menjaga

ketertiban umum dan untuk mengetahui bagaimana sikap pimpinan terhadap

anggota yang terlibat dalam bentrokan.

Page 25: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

13

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Prianter Jaya Hairi dengan judul

Landasan Hukum Rencana Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan dan

sudah diterbitkan di jurnal Info Singkat.11 Penelitian ini dilatar belakangi oleh

kasus organisasi masyarakat HTI yang bertentangan dengan Pancasila dan

Undang-Undang 1945.

Penelitian ini menghasilkan bahwa, pemerintah akan melakukan

pembubaran terhadap organisasi HTI sesuai berdasarkan dengan tahapan dan

proses dalam sebuah pembubaran organisasi masyarakat yang telah jelas

tercantum dalam Undang-Undang organisasi kemasyarakatan di antaranya

dalam Pasal 60, 61, 65, dan 66 Undang-Undang Organisasi kemasyarakatan.

Dalam hal ini, organisasi masyarakat HTI dipandang dan terindikasi

melanggar larangan dan kewajiban suatu organisasi masyarakat sebagimana

yang diatur dalam Undang-Undang Organisasi Masyarakat dan seharusnya

ditindak dan proses sesuai dengan Undang-Undang Organisasi

Kemasyarakatan.

Berbeda dengan penelitian ini, penelitian karya Prianter Jaya Hairi

menjelaskan bagaimana landasan hukum rencana pembubaran Ormas,

penelitian ini berfokus pada Ormas HTI yang secara substansi hukum, Ormas

HTI melanggar larangan sebagaimana yang tercantum dalam pasal 59 ayat (4)

UU Ormas, bahwa ormas dilarang menganut, mengembangkan, serta

menyebarkan ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila

sedangkan penelitian ini berfokus kepada organisasi masyarakat Pemuda

11 Prianter Jaya Hairi, “Landasan Hukum Rencana Pembubaran Organisasi

Kemasyarakatan.” (Info Singkat, Volume IX Nomor 10, 2017), h.1-4.

Page 26: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

14

Pancasila yang tidak menjalankan kewajibannya dalam menjaga ketertiban

umum di tengah-tengah masyarakat dan melihat bagaimana sikap pimpinan

terhadap kasus bentrokan massa ini.

Secara substantif penelitian saya berbeda dengan beberapa penelitian yang

sudah diuraikan di atas. Pada penelitian ini fokus kajiannya pada Ormas

Pemuda Pancasila yang tidak menjalankan kewajibannya dalam menjaga

ketertiban umum yaitu terlibat dalam bentrokan massa, sehingga menggangu

ketertiban umum dan membuat keresahan ditengah masyarakat, penelitian ini

menjelaskan bagaimana Pemuda Pancasila yang diduga melakukan negoisasi-

negoisasi dengan aparat penegakan hukum, melihat bagaimana sikap

pimpinan organisasi terhadap kasus bentrokan massa, dan melihat bagaimana

upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik dan menggunakan teori

organisasi kemasyarakatan, teori konflik, teori penegakan hukum dan teori

negoisasi.

E. Metodelogi Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

meliputi:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Dalam buku karya

Muri Yusuf, penelitian kualitatif adalah sesuatu mengenai peristiwa seperti

fokus dan multimetode yang disajikan secara naratif yang bertujuan untuk

mencari suatu jawaban dari sebuah peristiwa atau fenomena yang sesuai

Page 27: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

15

dengan prosedur ilmiah dan sistematis12, penelitian ini menjadi kualitatif

karena peneliti tidak memasukan unsur-unsur penggunaan angka-angka dalam

menghitung atau menganalisis data-data yang didapatkannya.

Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif. Penyajian data yang

dihasilkan sebagai hasil dari penelitian bersumber dari data yang dikumpulkan

melalui buku, media sosial, berita yang berhubungan dengan tema dan fokus

yang diteliti oleh penulis.

1. Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara

Wawancara merupakan suatu peristiwa berlangsung dan berinteraksinya

antara pewawancara dan orang yang diwawancarai, dengan melalui tatap

muka secara langsung.13 Wawancara yang dilakukan oleh penulis melalui

proses tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada

pimpinan pengurus Pemuda Pancasila untuk mengetahui kenapa Pemuda

Pancasila terlibat dalam beberapa bentrokan, apa sanksi yang diberikan oleh

Pemuda Pancasila terkait terlibatnya dalam bentrokan dan mengetahui

kebijakan apa yang diberikan oleh Pemuda Pancasila kepada anggota atau

pengurusnya yang terlibat dalam bentrokan massa.

Penelitian ini diperoleh berdasarkan dari wawancara beberapa pimpinan

dan pengurus Pemuda Pancasila, yaitu: Pertama, Bapak Capt Hariman

Siregar, SH. M.Si,M.Mar, Ketua bidang organisasi dan keanggotaan Majelis

12 Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan”

(Jakarta: Kencana, 2014), h.329. 13 Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan”,

h.372.

Page 28: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

16

Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DKI Jakarta. Kedua, Bapak

Gunung Hutapea, Ketua bidang organisasi dan keanggotaan Majelis

Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila. Ketiga, Bapak Yahya Abdul

Habib, S.E, Wakil Sekretariat Jendral bidang organisasi dan keanggotaan

Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila. Keempat, H.

Zulkarnain, S.E, Ketua bidang pertahanan dan keamanan Majelis Pimpinan

Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Banten. Kelima, Ibu Eka Sularsti

Amirudin, Sekretaris Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila

Kabupaten Tanggerang. Keenam, Bapak Ahmad Sujari, Sekretaris II

Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pemuda Pancasila Kecamatan Tiga Raksa.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu kumpulan hasil karya yang telah berlangsung,

seperti: peristiwa, kejadian atau kegiatan-kegiatan, dokumen bisa tentang

seseorang atau sekelompok organisasi. Dokumen bisa berupa teks tertulis,

gambar maupun foto.14

Penelitian ini diperoleh dari hasil dokumentasi berita-berita nasional, AD-

ART organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila dan Hasil keputusan

musyawarah besar organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila.

2. Teknik Analisis Data

Menurut Bodan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data ialah suatu

tahap yang tersusun untuk mengetahui dan mencari hasil data dari transkrip

14 Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan”,

h.391.

Page 29: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

17

wawancara, dokumentasi dan lain-lain. Sehingga peneliti dapat

menginformasikan hasil penelitiannya.15

Penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan

menggunakan teori organisasi kemasyarakatan (Ormas), Konflik, penegakan

hukum dan teori negoisasi. Hal ini digunakan untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang data yang dikumpulkan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memahami dan memudahkan penelitian ini, maka penulis perlu

memberikan pola dan sistematika pembahasan dalam beberapa bagian, yakni:

Bab I, berisi pendahuluan secara garis besar bab ini memaparkan latar

belakang, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, serta metodologi penelitian yakni jenis penelitian ini adalah

kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan

dokumentasi, serta teknik analisis data deskriptif.

Bab II, bab ini secara garis besar memaparkan mengenai landasan teoretis

yang didalamnya menjelaskan teori yang dipakai guna menjelaskan fokus

permasalahan penelitian ini yaitu tentang organisasi masyarakat dan

ketertiban umum, dengan menggunakan teori organisasi kemasyarakatan,

konflik, penegakan hukum dan negoisasi.

Bab III, membahas profil organisasi masyarakat Pemuda Pancasila yaitu

pendirian Pemuda Pancasila dan perkembangan organisasi pada tiga periode

pemerintahan, landasan konstitusi organisasi, susunan dan jenjang organisasi.

15 Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan”,

h.400-401.

Page 30: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

18

Bab IV, penulis memaparkan analisis penelitiannya yakni, keterlibatan

Pemuda Pancasila dalam bentrokan massa di DKI Jakarta, Jawa Barat dan

Banten tahun 2013-2018, faktor-faktor yang menyebabkan konflik antara

Pemuda Pancasila dengan Ormas yang lain, sanksi apa yang diterima oleh

Pemuda Pancasila terhadap kasus bentrokan massa yang diberikan oleh aparat

penegakan hukum dan bagaimana sikap pimpinan pengurus Pemuda

Pancasila terhadap anggota yang terlibat dalam bentrokan massa. Maka bab

ini, berisikan jawaban dari pernyataan masalah tersebut.

Bab V, secara garis besar bab ini merupakan bagian penutup atau akhir

penelitian, yang berisikan kesimpulan yang menjadi inti dari penelitian dan

saran untuk pengembangan penelitian lebih lajut.

Page 31: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

19

BAB II

KERANGKA TEORI

Pada bab ini penulis memaparkan mengenai landasan teoretis melalui

kerangka teori, yang didalamnya menjelaskan teori yang dipakai untuk

menjelaskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Pemuda

Pancasila terlibat dalam beberapa bentrokan massa, bagaimana sikap aparat

penegak hukum terhadap kasus bentrokan massa yang melibatkan Pemuda

Pancasila dan bagaimana sikap pengurus Pemuda Pancasila terhadap anggota

yang terlibat dalam bentrokan massa, dengan menggunakan teori organisasi

kemasyarakatan, konflik, penegakan hukum dan negoisasi.

A. Teori Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi Masyarakat (Ormas) secara konkret adalah organisasi yang

tersusun secara struktur, biasanya dimulai dari tingkat tertinggi atau pusat sampai

terendah di tingkat daerah atau rukun warga. Sebelum membahas lebih jauh

Ormas, maka alangkah baiknya kita ketahui dahulu tentang pengertian organisasi

dan kemasyarakatan. Istilah organisasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu

“organon” dan merupakan istilah latin, yaitu “organum” yang mempunyai arti

yaitu sebuah alat, bagian, anggota dan badan.1 Menurut James D. Mooney,

organisasi merupakan suatu perkumpulan manusia yang berserikat untuk

menggapai tujuan bersama.

Chester I. Bernard menyatakan bahwa organisasi adalah sebuah sistem dari

sebuah kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh dua individu tau lebih, dan

1 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas” (Yogyakarta:

Pustaka Yustisia, 2011) h.11.

Page 32: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

20

organisasi memiliki tiga ciri yaitu: pertama, memiliki sekumpulan individu yang

berkelompok. Kedua, memiliki hubungan kerja sama. Ketiga, memiliki kerja

sama yang berdasarkan pada hak kewajiban dan tanggung jawab untuk menggapai

tujuan bersama. Selanjutnya Sondang P. Siagan, melihat organisasi berdasarkan

hakikat organisasi, yaitu: Pertama, organisasi merupakan sebuah wadah atau

tempat. Kedua, organisasi dipandang sebagai suatu proses. Ketiga, organisasi

merupakn sekelompok individu.2

Berdasarkan uraian di atas, maka organisasi adalah wadah atau tempat

yang dibentuk oleh pemerakarsa organisasi dan memiliki anggota organisasi yang

terbentuk atas dasar persamaan visi misi, cita-cita sehingga menetapkan tujuan

yang sama, terbentuk secara terstruktur, menetapkan arah kebijakan dan memiliki

program kerja dalam mencapai tujuan organisasi.3

Organisasi secara hakiki harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:4

1. Adanya pemrakarsa yang membentuk wadah organisasi;

2. Memiliki anggota organisasi;

3. Memiliki landasan hukum internal organisasi, yang sering disebut dengan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi;

4. Memiliki kepengurusan organisasi yang terstruktur dan mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab setiap tingkatan kepengurusan;

5. Memiliki arah kebijakan dan memiliki program kerja yang berlandasankan

atas visi misi untuk menggapai tujuan organisasi;

2 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.” h.11-13 3 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.” h.13. 4 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.” h.13-14

Page 33: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

21

6. Memiliki sistem kaderisasi keanggotaan yang jelas, yang berlandaskan

pada aspek moralitas, loyalitas, integritas, tanggung jawab dan prestasi.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan “Kemasyarakatan” istilah ini berasal

dari kata “masyarakat” yang berarti sekelompok orang yang merangkai kehidupan

bersama menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan, dan memiliki

persamaan ciri-ciri sebagai kelompok. Sedangkan yang dimaksud dengan

“kemasyarakatan” ialah suatu hal yang menyangkut masyarakat. Searah dengan

itu, yang dimaksud dengan “masyarakat” sekumpulan individu yang bersatu dan

terikat dengan persamaan kebudayaan, sedangakan istilah “kemasyarakatan”

diartikan sebagai perihal mengenai atau menyangkut masyarakat.5

A.1. Pengertian Organisasi Kemasyarakatan

Berdasarkan uraian di atas, maka organisasi kemasyarakatan merupakan

sebuah wadah atau tempat yang dibentuk oleh sekelompok individu, yang

memiliki visi-misi, cita-cita dan tujuan yang sama, memiliki kepengurusan yang

tersusun secara terstruktur, memiliki anggota yang jelas, memiliki kewenangan

dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka memperjuangkan anggota

organisasi di segala bidang kemasyarakatan seperti: Pendidikan, kesehatan,

keagamaan, kepemudaan, dan lain-lain.6

Organisasi masyarakat di Indonesia diatur pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-

5 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.” h.14. 6 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.” h.15

Page 34: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

22

Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi

Undang-Undang.

Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah

organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela

berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan

tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.7

A. 2. Ciri-Ciri Organisasi Kemasyarakatan

Secara umum organisasi kemasyarakatan mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:8

1. Organisasi yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar sukarela;

2. Sebagai alat untuk memperjuangkan dan mengabdikan di bidang

kemasyarakatan tertentu;

3. Sebagai wadah atau tempat untuk masyarakat dalam mengekspresikan diri

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

4. Aktifitas atau kegiatannya bukan merupakan kegiatan politik, namun arah

kegiatan program organisasinya dapat mempunyai dampak politik.

Organisasi kemasyarakatan secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua kelompok, yaitu:9

1. Organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam satu bidang kekhususan,

sering disebut dengan organisasi profesi, seperti: Persatuan Insinyur

7 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 tentang

Organisasi Kemasyarakatan. 8 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.” h.15-16 9 Nia Kania Winayanti, “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.” h.16.

Page 35: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

23

Indonesia (PII), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikatan Dokter

Indonesia (IDI), Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), dan

lain-lain;

2. Organisasi kemasyarakatan yang bergerak atas kegiatan kemasyarakatan

lebih dari satu kekhususan, seperti Muhamadiyah, NU, Persis, dan lain-

lain. Dimana dalam praktinya organisasi agama, juga bergerak dalam

bidang kemasyarakatan lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan

persoalan sosial lainnya.

Asas, ciri, dan sifat organisasi masyarakat berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan:

asas Ormas tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.10 Ormas dapat mencantumkan ciri

tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita Ormas yang tidak

bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.11 Ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba dan

demokratis.12

10 Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. 11 Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. 12 Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

Page 36: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

24

A.3. Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Organisasi Kemasyarakatan

Tujuan, fungsi, dan ruang lingkup organisasi kemasyarakat berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan, Ormas bertujuan untuk:13

a. Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;

b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat;

c. Menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

d. Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yag

hidup dalam masyarakat;

e. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup;

f. Mengembangkan kestiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi

dalam kehidupan bermasyarakat;

g. Menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;

dan

h. Mewujudkan tujuan negara.

Ormas berfungsi sebagai sarana:14

a. Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan

organisasi;

b. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan

organisasi;

c. Penyalur aspirasi masyarakat;

13 Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. 14 Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

Page 37: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

25

d. Pemberdayaan masyarakat;

e. Pemenuhan pelayanan masyarakat;

f. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau

g. Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

A.4. Hak dan Kewajiban Organisasi Kemasyarakatan

Hak dan kewajiban organisasi masyarakat berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan,

Ormas berhak:15

a. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri dan

terbuka;

b. Memperoleh hak atas kekayaan intelektual untuk nama dan lambang

Ormas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Memperjuangkan cita-cita dan tujuan organisasi;

d. Melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi;

e. Mendapatkan perlindungan hukum terhadap keberadaan dan kegiatan

organisasi; dan

f. Melakukan kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta,

Ormas lain, dan pihak lain dalam rangka pengembangan dan keberlanjutan

organisasi.

Ormas berkewajiban:16

15 Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Page 38: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

26

a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi;

b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

c. Memelihara nilai agama, budaya, moral, etika, dan norma kesusilaan serta

memberikan manfaat untuk masyarakat;

d. Menjaga ketertiban umum dan terciptanya kedamaian dalam masyarakat;

e. Melakukan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel; dan

f. Berpartisipasi dalam pencapaian tujuan negara.

Berdasarkan Pasal 59 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakat, Organisasi Masyarakat dilarang

untuk:17

(1) Ormas dilarang:

a. Menggunakan nama, lambang, bendera, atau atribut yang sama dengan

nama, lambang, bendera, atau atribut pemerintahan;

b. Menggunakan dengan tanpa izin nama, lambang, bendera negara lain

atau lembaga/badan internasional menjadi nama, lambang, atau

bendera Ormas; dan/atau

c. Menggunakan nama, lambang, bendera, atau tanda gambar yang

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

nama, lambang, bendera, atau tanda gambar Ormas lain atau partai

politik.

16 Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan. 17 Tim Grasindo, “Update Paling lengkap Undang-Undang Ormas” (Jakarta: PT

Grasindo, 2018) h.9-11.

Page 39: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

27

(2) Ormas dilarang:

a. Menerima dari atau memberikan kepada pihak manapun sumbangan

dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan/atau

b. Mengumpulkan dana untuk partai politik.

(3) Ormas dilarang:

a. Melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras, atau

golongan;

b. Melakukan penyalahgunaan, penistaan, atau penodahan terhadap

agama yang dianut di Indonesia;

c. Melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan

ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial;

dan/atau

d. Melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak

hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ormas dilarang:

a. Menggunakan nama, lambang, bendera, atau simbol organisasi yang

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

nama, lambang, bendera, atau simbol organisasi gerakan separatis atau

organisasi terlarang;

b. Melakukan kegiatan seperatis yang mengancam kedaulatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia; dan/atau

Page 40: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

28

c. Menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau paham

yang bertentangan dengan Pancasila.

Berdasarkan penjelasan Pasal 59 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan di atas, mengatur

bahwa setiap Organisasi masyarakat pada dasarnya memiliki larangan, salah

satunya melarang atau berkewajiban untuk menjaga ketertiban umum dan

terciptanya kedamaian dalam masyarakat.

Teori organisasi kemasyarakatan digunakan untuk menjelaskan posisi

Pemuda Pancasila sebagai organisasi masyarakat yang berkewajiban menjaga

ketertiban umum, terciptanya kedamaian dalam masyarakat. Organisasi

masyarakat dilarang melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman

dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial. Secara

keseluruhan Pemuda Pancasila bisa dikategorikan sebagai organisasi

kemasyarkatan karena memiliki syarat-syarat dan ciri-ciri organisasi

kemasyarakatan.

B. Teori Konflik

B.1. Pengertian Konflik

Konflik adalah salah satu bentuk dari sebuah hubungan sosial atau sebuah

gejala sosial yang terdapat di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena di dalam

kehidupan masyarakat terdiri dari sejumlah besar hubungan sosial, maka dari itu

Page 41: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

29

bisa saja terjadi sebuah konflik antara warga masyarakat yang terlibat dalam

hubungan sosial.18

Konflik diartikan sebagai sebuah pertentangan atau sebuah perbedaan

pendapat antara dua individu atau lebih dan antara kelompok. Konflik seperti ini

bisa disebut sebagai konflik lisan atau nonfisik. Jika konflik tersebut tidak dapat

diselesaikan akan meningkat menjadi konflik fisik, yakni dengan melibatkan

kontak fisik dan benda-benda fisik dalam pertentangan tersebut.19

B.2. Bentuk-Bentuk Konflik

Dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, konflik dibagi

menjadi dua bagian. Pertama, konflik individul. Yaitu konflik yang terjadi di

antara dua individu yang tidak melibatkan kelompok masing-masing. Faktor

terjadinya konflik adalah masalah pribadi sehingga yang terlibat dalam konflik

hanya individu yang bersangkutan saja. Contohnya adalah perkelahian antara

individu. Kedua, konflik kelompok. Yaitu konflik yang terjadi di antara dua

kelompok atau lebih. Konflik masalah pribadi bisa berubah menjadi konflik

kelompok karena adanya kecenderungan yang besar dari orang yang terlibat untuk

melibatkan kelompoknya dan anggota kelompok tersebut memiliki rasa solidaritas

yang tinggi untuk membantu anggota kelompoknya yang terlibat dalam konflik

sehingga menimbulkan konflik kelompok.20

18Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.2. 19Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.2. 20Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.6.

Page 42: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

30

Konflik terjadi karena adanya keinginan manusia untuk menguasai

sumber-sumber dan posisi yang langka. Salah-satu faktornya adalah uang, uang

bersifat langka tetapi sangat dibutuhkan dalam kehidupan dunia. Kebutuhan

manusia sangat banyak sehingga tidak dapat terpenuhi semuanya. Hal ini yang

membuat adanya kelangkaan. Konflik timbul kerana adanya aktifitas dan kegiatan

yang dijalankan oleh anggota-anggota masyarakat untuk merebutkan barang

kebutuhan yang terbatas tersebut. Sama halnya dengan sumber-sumber, posisi

jabatan yang terbatas ini, kedudukan atau posisi jabatan ini menjadi bahan rebutan

sehingga menimbukan sebuah konflik.21

Ted Robert Gurr menjelaskan ada empat ciri dari konflik, diantaranya

adalah: pertama, ada dua atau lebih pihak yang terlibat. Yakni bahwa persyarat

konflik harus lebih dari satu berarti sebuah konflik sosial harus bersifat sosial

yaitu melibatkan individu yang lain. Kedua, mereka terlibat dalam tindakan-

tindakan yang saling memusuhi. yakni dalam sebuah konflik menunjukkan adanya

sebuah sikap yang berlawanan atau pertentangan sehingga menimbulkan reaksi

permusuhan. Ketiga, mereka menggunakan tindakan-tindakan kekerasan yang

bertujuan untuk menghancurkan, melukai, dan menghalang-halangi lawannya.

Keempat, interaksi yang bertentangan ini bersifat terbuka sehingga bisa dideteksi

dengan mudah oleh para pengamat yang independen. Hal ini berarti bahwa sebuah

konflik merupakan sebuah tingkah laku yang nyata dan dapat diamati yang

terwujud dari tindakan (behaviour) yang terbentuk tidakan-tindakan kongkrit.22

21Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.6. 22Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.7-8.

Page 43: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

31

B.3. Penyelesaian Konflik (Conflict Resolution)

Penyelesaian konflik atau conflict resolution ialah suatu usaha yang

dilakukan sebagai upaya untuk menyelesaikan suatu konflik dengan cara mecari

jalan keluar yaitu bersepakatan antara pihak-pihak yang terlibat di dalam suatu

konflik. Sesuai dengan definisi konflik itu sendiri yaitu adanya suatu perbedaan

pendapat atau pandangan lebih dari satu pihak, dan konflik dapat diselesaikan jika

dicapainya suatu konsesus antara pihak-pihak yang bertikai, pihak-pihak yang

tadinya bertikai berhasil menyelesaikan konflik jika mereka saling bersepakat

untuk tidak meneruskan perbedaan pendapat dan menemukan suatu jalan keluar

atau titik temu dari pendapat atau pandangan yang tadi bertikai.23

Penyelesaian konflik wajib dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik

yang lebih mendalam yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak-

pihak yang berkonflik dan umtuk mencegah meluasnya konflik, yang berarti

semakin banyak jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik.24

Dalam penyelesaian konflik ada dua cara, yaitu penyelesaian secara

persuasif dan penyelesaian secara kekerasan atau koersif. Penyelesaian konflik

secara persuasif yaitu menggunakan cara musyawarah dan perundingan untuk

mencari jalan keluar atau titik temu antara pihak-pihak yang terlibat konflik.

Pihak-pihak yang berkonflik melakukan suatu perundingan baik antara mereka

saja maupun menggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai juru damai atau

sebagai mediator. Mereka yang terlibat konflik saling bertukar pikiran dan

23 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.8-9. 24 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.9.

Page 44: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

32

beragumentasi untuk menunjukkan posisi masing-masing yang bertujuan

meyakinkan pihak lain bahwa pendapat merekalah yang benar. Musyawarah

diharapkan membawa penyelesaian terjadinya suatu konflik degan terjadinya

perubahan-perubahan pandangan dari salah satu pihak atau semua pihak yang

terlibat sehingga perbedaan-perbedaan yang memicu konflik antara mereka dapat

dihilangkan dan menemukan jalan yang terbaik. Sedangkan penyelesaian konflik

secara koersif yaitu penyelesaian yang menggunakan kekerasan fisik atau suatu

ancaman kekerasan fisik untuk menghilangkan suatu perbedaan pandapat atau

pandangan antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian penyelesain konflik

secara koersif terjadi dengan terciptanya titik temu atau mufakat karena pihak

yang lebih lemah yang menerima anacaman kekerasan atau penggunaan kekerasan

fisik sehingga terpaksa menerima pendapat pihak yang lebih kuat.25

Teori konflik seperti yang disebutkan di atas digunakan untuk

menganalisis bagaimana keterlibatan Pemuda Pancasila dalam konflik kelompok

atau bentrokan massa yang terjadi di beberapa daerah yang biasanya selalu

berkaitan dengan faktor ekonomi yaitu perebutan lahan parkir dengan organisasi

masyarakat yang lain yang memiliki massa yang sama banyaknya, dan secara

keseluruhan bentrokan Ormas ini bisa dikategorikan sebagai konflik karena

memiliki ciri-ciri dari konflik dan teori ini digunakan untuk melihat bagaimana

upaya penyelesaian konflik tersebut.

25 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.10-12.

Page 45: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

33

C. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah sebuah proses untuk mewujudkan keinginan-

keinginan hukum menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan hukum ini merupakan

sebuah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam

peraturan-peraturan hukum.26

Penegakan hukum terletak pada aktifitas atau kegiatan menyelaraskan

hubungan nilai-nilai yang dijelaskan atau dijabarkan di dalam kaidah-kaidah atau

pandangan terhadap norma-norma yang baik dan menjelma dan sikap tindak

sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara,

dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.27

Dalam pergaulan hidup manusia, pada dasarnya memiliki pandangan-

pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Pandangan-

pandangan ini terwujud di dalam pasangan nilai-nilai tertentu, misalnya, ada

pasangan nilai ketertiban dengan nilai ketentraman, pasangan nilai kepentingan

umum dengan nilai kepentingan pribadi dan seterusnya. Di dalam penegakan

hukum, pasangan nilai-nilai tersebut perlu diserasikan, umpamanya, perlu

penyerasian antara nilai ketertiban dengan nilai ketentraman. Karena, nilai

ketertiban bertitik tolak pada keterikatan, sedangkan nilai ketentraman titik

tolaknya kebebasan. Di dalam kehidupannya, maka manusia memerlukan

keterikatan maupun kebebasan di dalam wujud yang serasi.28

26 Laurensius Arliman, “Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat” (Yogyakarta:

Deepulish, 2015). h.41. 27 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum” (Depok:

PT RajaGrafindo, 2018). h.5. 28 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.5-6.

Page 46: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

34

Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan tersebut, memerlukan

penjabaran secara lebih konkret, oleh karena nilai-nilai lazimnya bersifat abstrak.

Penjabaran secara lebih konkret terjadi di dalam bentuk kaidah-kaidah, dalam hal

ini kaidah-kaidah hukum, yang berisikan suruhan, larangan atau kebolehan.

Dalam bidang hukum tata negara Indonesia, terdapat kaidah-kaidah tersebut yang

berisikan suruhan atau perintah untuk melakukan tindakan tertentu atau tidak

melakukannya. Dalam kebanyakan kaidah hukum pidana tercantum larangan-

larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, sedangkan di dalam

hukum perdata ada kaidah-kaidah yang berisikan kebolehan-kebolehan.29

Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi

perilaku yaitu sikap tindak yang dianggap pantas sikap yang dianggap pantas.

Perilaku atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan

mempertahanakan kedamaian. Demikianlah konkretisasi dari pada penegakan

hukum secara konsepsional.30

Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakikatnya adalah

pelaksanaan diskresi yang berkaitan membuat keputusan yang tidak secara ketat

diatur oleh kaidah atau norma hukum, namun memiliki unsur penilaian pribadi,

bahwa pada dasarnya diskresi terletak di antara hukum dan moral (etika dalam arti

sempit).31

Atas dasar uraian di atas dapat dikatakan, bahwa apabila ada

ketidakserasian antara “tritunggal” nilai, kaidah, dan pola perilaku maka

memungkinkan terjadinya gangguan terhadap penegakan hukum. Gangguan

29Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.6. 30 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.6-7. 31 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.7.

Page 47: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

35

tersebut dapat terjadi dikarenakan ketidakserasian antara nilai-nilai yang

berpasangan, yang terwujud di dalam kaidah-kaidah yang tidak memiliki

kepastian tetap atau bersimpang siur, dan pola perilaku tidak sejalan yang

menggangu kedamaian pergaulan hidup.32

Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa penegakan hukum tidaklah

semata-mata yang berarti pelaksanaan perundang-undangan, namun pada

realitanya di Indonesia kecenderungannya merupakan demikian, sehingga

pengertian penegakan hukum begitu terkenal. Disisi lain, penegakan hukum

diartikan sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Namun pendapat-

pendapat tersebut memiliki kelemahan-kelemahan, apabila terjadi kegangguan

kedamaian di dalam pergaulan hidup yang diakibatkan oleh pelaksanaan

perundang-undangan atau keputusan-keputusan hakim tersebut.33

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalah terhadap

penegakan hukum di titik beratkan pada faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti netral, sehingga

dampak positif dan negatif berada pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor

tersebut, yaitu:34

1. Faktor hukumnya sendiri, yaitu Undang-Undang.

2. Faktor penegak hukumnya, aparatur yang membentuk dan menerapkan

hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

32 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.7. 33 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.7-8. 34 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.8.

Page 48: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

36

4. Faktor masyarakat, yaitu tempat dimana hukum tersebut berlaku dan

diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yaitu sebuah hasil karya, ciptaan, dan rasa yang

berdasarkan atas karsa individu di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain dan berkaitan,

oleh sebab itu merupakan esensi dari penegakan hukum, dan juga merupakan

tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum.35

Teori penegakan hukum digunakan untuk melihat bagaimana aparatur

penegak hukum memberikan sanksi atau melakukan penertiban terhadap

organisasi masyarakat yang melanggar Undang-Undang Ormas yang dilarang

melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum,

atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial dan teori penegakan hukum ini

belum terealisasikan dalam kasus bentrokan massa dalam Pemuda Pancasila

karena secara organisasi tidak diberikan sanksi karena perbuatan anarkis oknum

anggota di dalam ormas tersebut, oleh karena itu perbuatan pidana dilakukan oleh

kader itu sendiri.

D. Teori Negoisasi

D.1. Pengertian Negoisasi

Istilah negoisasi berasal dari kata inggris yaitu to negotiate, to be

negotiating yang mempunyai arti merundingkan, membicarakan kemungkinan

tentang suatu kondisi atau menawar. Istilah lainnya, yaitu negotiable yang

mempunyai arti dapat dibicarakan, dapat ditawar dan istilah negotiation yang

35 Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.” h.9.

Page 49: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

37

mempunyai arti sebuah proses untuk merundingkan atau membicarakan tentang

suatu hal yang bertujuan untuk disepakati dengan pihak lain. Negosiasi adalah

sebuah proses perundingan dan transaksi atau persetujuan kedua pihak

mempunyai veto atas sebuah hasil akhir dan untuk mencapai tersebut harus

berdasarkan persetujuan kedua pihak. Perundingan tersebut dipahami sebagai

sebuah proses menawar untuk mencapai tujuan yang bisa diterima sehingga

membutuhkan tindakan antar kedua pihak, baik yang nyata maupun tidak. Dengan

demikian negoisasi merupakan sebuah bentuk bertemunya antar kedua pihak atau

lebih untuk menghasilkan sebuah kesepakatan. Negoisasi adalah proses

perundingan antar dua pihak dimana terdapat proses memberi dan menerima atau

proses tawar menawar dengan kesepakatan bersama.36

D.2. Tujuan Negoisasi

Tujuan dari sebuah negoisasi ialah tercapainya sebuah kesepakatan yang

didalamnya terdapat sebuah kesamaan persepsi, saling mengerti dan persetujuan

dan bermanfaat tercapainya sebuah bentuk kerja sama antar kedua pihak atau

lebih sehingga menghasilkan suatu proses yang saling menguntungkan.37

Tujuan dari Negoisasi ada tiga yaitu, sebagai berikut: pertama, tercapainya

kata sepakat (gentlemet agreement), yang dalam sebuah prosesnya terkandung

kesamaan persepsi, saling pengertian dan sebuah persetujuan, persetujuan ini

berarti menyepakati antar kedua pihak secara bersama. Kedua, tercapainya kondisi

penyelesaian (solutions) atau jalan keluar (way out) atas masalah bersama. Tujuan

36 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, “Komunikasi Politik Sebuah Pengantar”

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2018). h.105. 37 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, “Komunikasi Politik Sebuah Pengantar”,

h.105.

Page 50: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

38

sebenarnya negoisasi yaitu upaya penyelesaian suatu konflik. Ketiga, tercapainya

kondisi saling menguntungkan, di mana masing-masing pihak merasa menang

(win-win). Hal ini merupakan tujuan dari sebuah negoisasi yakni menghendaki

adanya dan terciptanya sebuah kondisi yang saling menguntungkan antar kedua

pihak tanpa ada menempatkan pihak lain dalam posisi yang kalah.38

Teori negoisasi digunakan untuk melihat bagaimana Pemuda Pancasila

bernegoisasi atau berkompromi kepada aparatur penegak hukum terhadap kasus

bentrokan tersebut dan secara keseluruhan mediasi yang dilakukan oleh Pemuda

Pancasila dalam meminimalisasikan hukuman terhadap anggota yang terlibat

dengan memberikan bantuan hukum dan advokasinya ini bisa dikategorikan

sebagai negoisasi karena memiliki pengertian, arti, dan tujuan yaitu upaya

penyelesaian konflik dari teori negoisasi.

38 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, “Komunikasi Politik Sebuah Pengantar”,

h.106.

Page 51: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

39

BAB III

ORGANISASI MASYARAKAT PEMUDA PANCASILA

Pada bab ini penulis menjelaskan gambaran umum tentang profil

organisasi masyarakat Pemuda Pancasila sebagai Ormas yang menjadi objek

penelitian ini. kemudian pada bab ini, juga akan dijelaskan tentang pendirian

Pemuda Pancasila dan perkembangan organisasi pada tiga priode pemerintahan,

landasan konstitusi organisasi, susunan dan jenjang organisasi.

A. Pendirian Pemuda Pancasila dan Perkembangan Organisasi pada Tiga

Priode Pemerintahan

1. Masa Orde Lama.

Organisasi Pemuda Pancasila berdiri pada tanggal 28 Oktober 1959.

Ketika masa mau di dirikannya organisasi Pemuda Pancasila, keadaan politik di

Indonesia penuh dengan konflik. Salah satunya adalah konflik kepentingan antara

pemerintah pusat dengan kelompok elit di daerah. Konflik tersebut

mengakibatkan terhambatnya pembangunan kesejahteraan dan goncangan

terhadap Pancasila sebagai ideologi sehingga mengancam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Dinamika politik yang diwarnai oleh budaya politik berbasis

massa rakyat sebagai parameter kekuatan yang saling menandingi kekuatan

politik lainnya, berhasil menurunkan konflik elit politik dalam konflik di

masyarakat.1

Berdasarkan kondisi tersebut kalangan TNI-AD (Tentara Nasional

Indonesia Angkatan Darat), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)

1 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h. 9.

Page 52: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

40

dan pendiri Pemuda Pancasila sadar bahwa persatuan dan kedaulatan bangsa

Indonesia sangat penting dan harus ditegakkan supaya bangsa ini tidak tercerai-

berai dan hancur. Oleh karena itu, mereka mempersiapkan kekuatan sosial dan

politik sehinga diharapkan dapat membangun bangsa kearah yang lebih baik dan

untuk mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, dan Undang-Undang

Dasar 1945.2

Dalam langkah persiapan tersebut maka disusun sebuah organisasi

masyarakat yaitu organisasi Pemuda Pancasila yang berdirinya bersamaan dengan

hari peringatan Sumpah Pemuda. Kesamaan hari lahir tersebut menjadi sebuah

cermin komitmen dan kesadaran Pemuda Pancasila kepada perjuangan menggapai

hakekat kemerdekaan. Dalam hal ini, Sumpah Pemuda dipandang sebagai sebuah

tonggak sejarah persatuan itikad dan ikhtiar nasional berdasarkan semangat

persaudaraan, senasib, persamaan kebudayaan, serta sikap menolak politik adu-

domba.3

Para pemuda dan tokoh masyarakat, TNI-AD, dan IPKI yang memiliki

jiwa militan, setia kawan, berani dan tanggap terhadap kondisi pada saat itu,

dengan berdasarkan semangat persaudaraan, gotong royong, sikap peduli terhadap

nasib bangsa, keyakinan terhadap Pancasila, dan berdasarkan tekad kuat untuk

melaksanakan sebuah pembangunan nasional maka mendeklarasikan perjuangan

mereka dengan mendirikan organisasi yang bernama Pemuda Pancasila, “yaitu

sebagai wadah perjuangan yang pantang-menyerah mewujudkan nilai-nilai

2 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h. 9. 3 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h. 9.

Page 53: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

41

Pancasila dan mempertahankan NKRI seabadinya. Tekad kebersamaan tersebut

menjadi faktor pengikat para pemuda Indonesia dalam suatu visi nasionalisme

Pemuda Pancasila melihat Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan

makmur berdasarkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam NKRI, serta

misi Kebangsaan Pemuda Pancasila membangun masyarakat Pancasila yang

sejahtera, modern, demokratis, dan berkepribadian keIndonesiaan.”4

2. Masa Orde Baru

Pasca demokrasi terpimpin, yaitu pada saat pemerintahan Orde Baru,

Pemuda Pancasila berkembang sebagai salah satu prasarana pembangunan

nasional selalu mendukung melakukan pembinaan masyarakat. Pada saat itu,

pemerintahan mulai stabil, dan perputaran ekonomi berjalan dengan baik untuk

menuju lebih maju. Dibangdingkan budaya politik berbasis massa-rakyat pada era

orde lama, pada masa ini budaya politik tumbuh stabil yang mengutamakan

prestasi dan kerja ketimbang aliran ideologi.5

ketika budaya politik stabil sehingga pada masa ini organisasi Pemuda

Pancasila konsolidasinya lebih kondusif dilaksanakan. Konsolidasi yang secara

terus-menerus ini telah membuahkan keanggotaan, kader, dan struktur organisasi

Pemuda Pancasila tumbuh dan berkembang menjadi sebuah mitra pemerintah

yang kritis dan memiliki posisi tawar (bargaining position) penting.6

4 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.9. 5 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.10. 6 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.10.

Page 54: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

42

Komitmen Pemuda Pancasila terhadap Pancasila sebagai azas tunggal,

penerapan trilogi pembangunan (stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan), dan

dwifungsi ABRI, sehingga memposisikan Pemuda Pancasila sebagai suatu subjek

yang dibutuhkan oleh proses pembangunan nasional sehingga posisi tersebut

memberikan ruang yang luas untuk mengembangkan jati diri organisasi. Pada

masa ini sifat organisasi Pemuda Pancasila yang terbuka dan membedakan latar

belakang sosial dan politik yang telah dituangkan secara terus-menerus di dalam

setiap kegiatan organisasi sehingga mendapatkan dukungan dari semua kalangan

masyarakat. Di samping itu, demokrasi Pancasila pada era orde baru yang

menghadirkan iklim stabil bagi masyarakat untuk bergabung kedala organisasi

Pemuda Pancasila sebagai suatu kelompok masyrakat yang plural yang meyakini

Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara yang berkomitmen

terhadap keutuhan NKRI.7

3. Masa Reformasi.

Fase berikutnya ialah arus perubahan jaman orde baru ke orde reformasi.

Pada era ini, Indonesia mulai berbenah diri membangun demokrasi yang

berdasarkan kedaulatan rakyat dan pernghormatan terhadap hukum dan hak asasi

manusia. Pembenahan mendasar terjadi secara total disemua sendi kehidupan

negara, seperti: reformasi konstitusi, politik, TNI-Polri, pemberantasan korupsi,

kebebasan pers, pemilihan langsung dan lain-lain.8

7Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.10. 8 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.10.

Page 55: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

43

Melihat dari pengalaman Pemuda Pancasila yang menjadi pelaku sejarah

dimasa lama dan orde baru, serta mencermati posisi institusi TNI yang

sebelumnya memperkarsai berdirinya Pemuda Pancasila. Maka Pemuda Pancasila

melihat era reformasi sebagai peluang untuk bergerak dan mengembangkan diri

untuk lebih maju. Mempertahankan Pancasila dan NKRI di dalam arus globalisasi

yang penuh dengan persaingan nilai-nilai baru, dan membentuk tatanan

masyarakat Pancasila. Tatanan dan ciri-ciri masyarakat Pancasila yang dimaksud

adalah dalam arus globalisasi ini, masyarakat Indonesia sadar hukum dan HAM,

sadar demokrasi, sadar bela negara, sadar persatuan dan kesatuan bangsa, sadar

kamtibmas, sadar lingkungan hidup, toleransi terhadap suatu perbedaan agaman

dan budaya dan lain-lain.9

Tantangan dari perubahan jaman ini, tidak menyurutkan Pemuda Pancasila

untuk tetap meneruskan cita-cita pendiriannya. Kalau pada era sebelumnya kiblat

program dan kegiatan Pemuda Pancasila menitik-beratkan dalam meningkatkan

kapasitas dan peran kepemudaan untuk menggapai cita-cita pendiriannya, oleh

karena itu, pada era reformasi ini haluan kegiatan atau progam Pemuda Pancasila

lebih komprehensif yaitu; meningkatkan kapasitas subjek-subjek utama

pembangunan nasional dan meningkatkan sekor-sektor utama pembangunan

nasional. Subjek utama pembangunan nasional tersebut yaitu; kalangan petani,

nelayan, buruh, pemuda, perempuan, Ormas, ulama, pengusaha, pelaku UMKM,

9 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.11.

Page 56: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

44

dan lain-lain. Dan sektor utama yang dimaksud antara lain; hukum & HAM,

pertahanan nasional, kamtibmas, pemerintahan dalam negeri dan lain-lain.10

Pada era ini Pemuda Pancasila menjalankan transformasi dari organisasi

yang menitik-beratkan pembangunan kepemudaan menjadi organisasi sosial yang

beperan aktif dalam proses-proses pembangunan yang komprehensif.11

Pemuda Pancasila menjadi bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi

setiap perubahan zaman yang dilalui oleh bangsa Indonesia. Pemuda Pancasila

memiliki hubungan sejarah yang begitu kuat dalam perjalanan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Hal ini mengamanatkan bahwa tanggung jawab para

anggota atas eksistensi Pemuda Pancasila bukan saja pada lingkup organisasi

namun padan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena pada kenyataannya

Pemuda Pancasila telah menjadi elemen pengikat sosial kemasyarakatan yang

mempererat kesatuan bangsa dan negara Indonesia. 12

B. Landasan Konstitusi Organisasi

Organisasi masyarakat Pemuda Pancasila adalah satu-satunya organisasi

kemasyarakatan yang menggunakan lambang negara yaitu Pancasila. Dalam

anggaran dasar organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila, organisasi tersebut

didirikan pada tanggal 28 Oktober 1959. Pemuda Pancasila berasaskan pada

Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Organisasi tersebut

bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan NKRI, mewujudkan masyarakat

10 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.12. 11 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.12. 12 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab I, h.12.

Page 57: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

45

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Organisasi Pemuda Pancasila merupakan organisasi kemasyarakatan berbasis

massa, yang bersifat independent, sukarela, sosial, mandiri dan demokratis dan

organisasi Pemuda Pancasila berciri patriotic, militant, persaudaraan, inovatif,

kreatif dan terbuka tanpa mempermasalahkan perbedaan ras, suku, agama,

golongan, profesi dan status sosial.13

Pokok-pokok perjuangan organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila:

Pertama, menjaga, mengamankan dan mengamalkan Pancasila sebagai falsafah

hidup bangsa dan ideologi negara. Kedua, melaksanakan Undang-Undang Dasar

1945. Ketiga, mempertahankan kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) dan menjunjung tinggi semangat Bhineka Tunggal

Ika. Keempat, melahirkan kader Pemuda Pancasila sebagai kader bangsa yang

konsisten menjaga kehormatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta

pergaulan internasional. Kelima, melaksanakan pemberdayaan dan pengembangan

anggota secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan anggota

dan keluarga Pemuda Pancasila.14

Semboyan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila “Sekali Layar

Terkembang Surut Kita Berpantang,” yang menegaskan Organisasi

13 Dalam Anggaran Dasar Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab I tentang

“Nama, Waktu, dan Kedudukan” Pasal 1, 2, 3. dan Bab II tentang “Asas, Dasar, dan Tujuan”

Pasal 4, 5, 6. h.8-9. 14 Dalam Anggaran Dasar Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab IV tentang

“Pokok-Pokok Perjuangan” Pasal 10. h.9.

Page 58: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

46

Kemasyarakatan Pemuda Pancasila pantang menyerah dalam memperjuangkan

cita-cita bangsa.15

C. Susunan dan Jenjang Organisasi.

Susunan dan jenjang organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila di

setiap tingkatan, yaitu sebagai berikut:16

1. Tingkat nasional dipimpin oleh Majelis Pimpinan Nasional (MPN) yang

berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia yaitu di DKI Jakarta.

2. Di tingkat provinsi dipimpin oleh Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) yang

berkedudukan di Ibukota provinsi.

3. Di tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh Majelis Pimpinan Cabang

(MPC).

4. Di tingkat kecamatan dipimpin oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC).

5. Di tingkat kelurahan/desa dipimpin oleh Pimpinan Ranting.

6. Di tingkat Rukun Warga dipimpin oleh Pimpinan Anak Ranting.

7. Perwakilan organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila luar negeri yang

berkedudukan di suatu negara di luar negeri dipimpin oleh Pimpinan

Perwakilan Luar Negeri setingkat Majelis Pimpinan Wilayah.

A. Sasaran Bidang-Bidang Organisasi Pemuda Pancasila.

Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila memiliki berbagai bidang,

diantaranya sebagai berikut:17

15 Dalam Anggaran Rumah Tangga Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab I,

Pasal 3 tentang “Semboyan”. h. 15. 16 Dalam Anggaran Dasar Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab IX, Pasal 17 tentang

“Susunan dan Jenjang Organisasi”. h. 11.

Page 59: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

47

1. Bidang Organisasi dan Keanggotaan.

Sasaran bidang ini, salah satunya yaitu terbentuknya sebuah struktur

organisasi yang kuat dan dinamis sebagai infrastruktur pembangunan

nasional dan terbentuknya kepengurusan yang konstitusional, efektif, dan

kreatif.

2. Bidang Kaderisasi.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah terwujudnya eksistensi organisasi

sebagai wadah atau tempat yang melahirkan kader bangsa yang akan

memimpin masyarakat, bangsa dan negara tanpa membeda-bedakan latar

belakang sosial dan politik. Terwujudnya penyelenggaraan kaderisasi

secara berkala.

3. Bidang Pendanaan, Sarana, dan Prasarana.

Tebentuknya fasilitas sekretariat yang memadai disemua tingkatan

organisasi dalam rangka membentuk kepengurusan yang interaktif dan

membangun koordinasi yang terpadu.

4. Bidang Media Massa dan Hubungan Masyarakat.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah terwujudnya pemanfaatan media

massa dan public relation dalam rangka program sosialisasi nilai-nilai

Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Dan

berkembangnya kemampuan organisasi membentuk opini, fenomena,

trend public melalui berbagai bentuk media massa.

5. Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia.

17 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila Bab XI, h.12.

Page 60: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

48

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah meluasnya pemahaman dan

kesadaran hukum dan HAM warga negara, sebagai prasyarat lahirnya

masyarakat Pancasila yang modern.

6. Bidang Ideologi, Politik, dan Pemerintahan.

Sasaran bidang ideologi, politik dan Pemerintahan salah satunya

mensosialisasikan Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika,

secara sistematis, intensif, formal atau informal.

7. Bidang Pertahanan dan Keamanan.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah meluasnya sebuah pemahaman

dan kesadaran untuk menjaga dan memelihara Kamtibmas.

8. Bidang Luar Negeri.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah terbentuknya perwakilan Pemuda

Pancasila di luar negeri dan meluasnya kesadaran dan pemahaman

masyarakat terhadap globalisasi.

9. Bidang Agama/kerohanian.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah terbentuknya badan kegiatan yang

terfokus membina kerukunan umat agama sebagai instrument

penggalangan umat beragama.

10. Bidang Pendidikan dan Seni Budaya.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah terbentuknya badan kegiatan yang

berfokus pada menyalurkan ekspresi atau bakat kesenian masyarakat, dan

membantu pendidikan formal, informal bagi warga yang kurang mampu

dan anggota organisasi.

Page 61: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

49

11. Bidang Peranan Wanita dan Kegiatan Perempuan.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah peningkatan kapasitas dan peran

wanita Indonesia sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai

pembina keluarga dan pembina masyarakat dan terbentuknya badan yang

berfokus pada penggerakkan pemberdayaan dan peranan wanita Indonesia.

12. Bidang Pemuda, Mahasiswa, Pelajar, Siswa, dan Olahraga.

Meningkatkan kesadaran bela negara dan pemahaman Pancasila sebagai

pandangan hidup bersama diseluruh generasi muda Indonesia dan

terwujudnya pengembangan olahraga sebagai gaya hidup.

13. Bidang Lingkungan Hidup.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah terwujudnya kondisi lingkungan

hidup masyarakat dan bangsa yang mendukung sebuah ketahanan pangan

dan energi nasional dan terwujudnya tata ruang yang berwawasan

lingkungan hidup.

14. Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah terbentuknya karakter manusia

Indonesia yang berbudi pekerti luhur sesuai nilai-nilai Pancasila.

15. Bidang Kesehatan dan Sosial Kemasyarakatan.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah meluasnya rasa persahabatan atau

kesetiakawanan sosial diseluruh lapisan masyarakat dan terbentuknya

badan yang berfokus terhadap tindakan penanggulangan bencana, serta

melakukan penyuluhan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang

mampu.

Page 62: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

50

16. Bidang perekonomian dan Pengembangan Usaha.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah meningkatkan kemitraan semua

pihak yaitu swasta, BUMN, pemerintah dan perbankan nasional dalam

rangka pembinaan modal, pelatihan kepada UMKM atau koperasi.

17. Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah penelitian mengenai manajemen

kepengurusan, program, dan keanggotaan, serta peran-peran keormasan.

18. Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Desa.

Sasaran bidang ini, salah satunya adalah sosialisasi kebijakan dan program

pemerintah yang terkait dengan upaya pemberdayaan dan pengembangan

desa.

Tabel 1.1 Data Jumlah Anggota Pemuda Pancasila Seluruh Indonesia

No. MPW (Majelis Pimpinan

Wilayah)

MPC (Majelis

Pimpinan Cabang)

Anggota

1. Sumatra Utara 33 20448

2. Riau 12 4208

3. Sumatra Barat 19 5227

4. Jambi 11 2204

5. Sumatra Selatan 17 2309

6. Lampung 15 3490

7. Jawa Barat 28 58991

8. Jawa Tengah 35 22665

9. Yogyakarta 5 4477

10. Jawa Timur 38 28548

11. Bali 9 622

12. NTB 10 686

13. NTT 22 173

14. Maluku 11 17

15. Kalimantan Tengah 14 2973

16. Kalimantan Selatan 13 2972

17. Kalimantan Barat 14 2692

18. Kalimantan Timur 10 42801

19. Sulewesi Selatan 24 6565

20. Sulewesi Tenggara 17 1973

Page 63: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

51

21. Sulewesi Tengah 13 382

22. Sulewesi Utara 15 359

23. Sulewesi Barat 6 1343

24. Papua 29 56

25. Maluku Utara 10 75

26. Kepulauan Riau 7 12358

27. Bangka Belitung 7 1525

28. Papua Barat 13 12

29. Gorongtalo 9 30

30. Kalimantan Utara 5 1040

31. Bengkulu 10 854

32. DKI Jakarta 6 16716

33. Nanggoro Aceh Darusalam 23 5755

34. Banten 8 38753

35. State of California - 48

*** Jumlah 518 293347

Sumber: Badan Rekapitulasi KTA Majelis Pimpinan Nasional (MPN)

tanggal 1Mei 2019

Berdasarkan gambar di atas yaitu rekapitulasi jumlah anggota dan Majelis

Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila dengan jumlah MPC berjumlah 518

dan jumlah anggota Pemuda Pancasila se-Indonesia berjumlah 293.347 Orang.

beberapa fenomena bentrokan yang melibatkatkan Pemuda Pancasila didalam

latar belakang Skripsi saya mengambil contoh di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat

dan Banten.

Page 64: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

52

BAB IV

KETERLIBATAN PEMUDA PANCASILA DALAM BENTROKAN

MASSA DI DKI JAKARTA, JAWA BARAT DAN BANTEN TAHUN 2013-

2018

Pemuda Pancasila sebagai Organisasi masyarakat (Ormas) pada dasarnya

memiliki peran dan berkewajiban menjaga ketertiban umum di dalam masyarakat.

Sesuai berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Pasal 59 ayat (3)

huruf (c) yang berbunyi “Ormas dilarang untuk melakukan tindakan kekerasan,

menggangu ketentraman dan ketertiban umum atau merusak fasilitas sosial.”1

Namun ada beberapa kasus bentrokan massa yang melibatkan Pemuda

Pancasila yang terlibat konflik dengan Ormas yang lain yang sama-sama memiliki

massa sehingga hal tersebut menimbulkan keresahan di dalam masyarakat.

A. Faktor-faktor yang menyebabkan konflik antara Pemuda Pancasila dan

Ormas lain di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

Pemuda Pancasila merupakan Ormas yang berbasis massa yang terdiri dari

berbagai macam anggota dengan latar belakang, kalangan, kelas dan profesi

yang beragam. Pada dasarnya secara organisasi, Pemuda Pancasila tidak pernah

mengintruksikan dan terlibat dalam bentrokan massa, yang sering terjadi ialah

karena permasalahan oknum anggota Ormas Pemuda Pancasila dengan anggota

Ormas yang lain. Bentrokan ini biasanyanya terjadi pada tingkat bawah.

Ada beberapa kasus bentrokan massa yang melibatkan Pemuda Pancasila

di DKI Jakarta, Jawa barat dan Banten pada tahun 2013-2018, diantaranya yaitu:

1 Tim Grasindo, “Update Paling Lengkap Undang-Undang Ormas” (Jakarta: PT

Grasindo, 2018) h.11.

Page 65: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

53

Tabel 1.2 Daftar Bentrokan yang Melibatkan Pemuda Pancasila di Wilayah

DKI Jakarta, Jawa barat dan Banten Tahun 2013-2018 No. Tanggal Kasus Daerah

1. Kamis, 25

Januari

2018

Ormas Gerakan Masyarakat Bawah dengan

Ormas Pemuda Pancasila dan Ormas Gabungan

Inisiatif Barisan Anak Siliwangi.

Di kantor Pemerintah

Kota Bekasi di JL.

Ahmad Yani, Bekasi

Selatan.2

2. Selasa, 11

September

2018

Pemuda Pancasila dengan Ormas Forum Betawi

Rembug (FBR)

Di JL. Siliwangi

Pamulang, Tanggerang

selatan.3

3. Selasa, 11

September

2018

Pemuda Pancasila dengan FBR Di JL. KH Syafie

Hamzami, Kecamatan

Kebayoran Lama,

Jakarta Selatan.4

4. Selasa, 29

Oktober

2013

Pemuda Pancasila dengan FBR Di Percetakan Negara,

Johar Baru, Jakarta

Pusat.5

5. Minggu,

10 Agustus

2014

Pemuda Pancasila dengan FBR Di wilayah Mampang,

Jakarta Selatan.6

6. Jumat, 8

Agustus

2017

Pemuda Pancasila dan Pemuda Ambon Di Pasar Modern, Budi

Serpong Damai (BSD),

Tanggerang Selatan.7

7. Sabtu, 15

September

2018

Pemuda Pancasila dan FBR Di tol Andara

pangkalan jati baru,

Depok, Jawa Barat.8

8. Kamis, 14

Desember

2017

Pemuda Pancasila dan Barisan Benteng Raya

Padjajaran.

Kota Bogor.9

Sumber: Kumpulan Berita Online

2 Andi Firdaus, “Bentrok Ormas di Bekasi, Polisi: Mereka Bermusuhan”. artikel ini

diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari https://www.antaranews.com. 3 Jaisy Rahman Tohir, “Bentrok Ormas, Ketua PAC Pemuda Pancasila Sebut Bentuk

Balasan Karena Poskonya Dirusak”. Artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari

http://jakarta.tribunnews.com. 4 Nibras Nada Nailufar, “Bermula dari Gardu Ormas Dilempari, Tawuran Terjadi di

Jaksel”, artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari

https://megapolitan.kompas.com. 5 Dharmawan Sutanto, “Bawa Golok, FBR dan Pemuda Pancasila Bentrok di Johar Baru”,

artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari https://www.merdeka.com. 6 DetikNews, “FBR Vs PP Bentrok Saling Rusak Posko di Mampang, Polisi Usut

Pelakunya”, artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari https://news.detik.com. 7 SuaraJakarta.co, “Segerombolan Pemuda Bawa Balok dan Parang Tawuran di BSD”,

artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari

http://suarajakarta.co. 8 Oktaviani, “Satu Orang Terluka Saat Bentrok FBR dan Pemuda Pancasila di Depok”.

Artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari https://akurat.co. 9 Mohamad Afkar Sarvika, “Terlibat Bentrok, Pimpinan Pemuda Pancasila Bogor Tidak

Ingin Benturan Dengan Polisi”. Artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari

https://bogor.tribunnews.com.

Page 66: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

54

Dari tabel tersebut, Pemuda Pancasila tercatat delapan kali terlibat

bentrokan massa dalam kurung waktu 2013-2018 di wilayah DKI Jakarta, Jawa

barat dan Banten, yaitu:

Pertama, bentrokan yang terjadi pada Kamis, 25 Januari 2018 di kantor

Pemerintah kota Bekasi di Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan. Yang melibatkan

Ormas Gerakan Masyarakat Bawah (GMBI) dengan Ormas Pemuda Pancasila

dan Ormas Gabungan Inisiatif Barisan Anak Siliwangi (Gibas). Bentrokkan

terjadi ketika unjuk rasa demonstrasi yang dilakukan Ormas GMBI sekitar 300-

an yang berniat memprotes dugaan korupsi pada pungutan retribusi parkir

kendaraan oleh instansi dalam Pemkot Bekasi, dan tiba-tiba ada Ormas lain yang

kontra yaitu Ormas Pemuda Pancasila dan Ormas Gabungan Inisiatif Barisan

Anak Siliwangi (Gibas) saling memprovokasi hingga terjadi bentrokan fisik dan

terjadi lempar-lempar batu dan benda keras. Akibat dari bentrokkan ini

sedikitnya sepuluh orang luka-luka akibat insiden ini.10

Kedua, bentrokan yang terjadi pada Selasa, 11 September 2018 di Jalan

Siliwangi Pamulang, Tanggerang selatan. Melibatkan Ormas Pemuda Pancasila

dengan Ormas Forum Betawi Rembug (FBR). Berdasarkan keterangan Ketua

Pengurus Anak Cabang (PAC) Pemuda Pancasila Ciputat, Mardex, bentrokkan ini

terjadi menyusul pengerusakan dua posko Pemuda Pancasila di Cirendeu Ciputat

Timur dan di persimpangan Kompas, Ciputat.11

10 Andi Firdaus, “Bentrok Ormas di Bekasi, Polisi: Mereka Bermusuhan”.

https://www.antaranews.com. 11 Jaisy Rahman Tohir, “Bentrok Ormas, Ketua PAC Pemuda Pancasila Sebut Bentuk

Balasan Karena Poskonya Dirusak”. http://jakarta.tribunnews.com.

Page 67: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

55

Ketiga, bentrokkan yang terjadi pada Selasa, 11 September 2018 di Jalan

KH Syafie Hamzami, Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran

Lama, Jakarta Selatan. Yang melibatkan Ormas Pemuda Pancasila dengan Ormas

Forum Betawi Rembug (FBR). Bentrokan itu dipicu peristiwa gardu Semut Item

FBR dilempari oleh kelompok Pemuda Pancasila.12

Keempat, bentrokkan yang terjadi pada Selasa, 29 Oktober 2013 di

Percetakan Negara, Johar Baru, Jakarta Pusat. Yang melibatkan Ormas Pemuda

Pancasila dengan Ormas Forum Betawi Rembug (FBR). Menurut petugas piket

Polsek Cempaka Putih Bripka Budi, bentrokan akibat perebutan lahan, kedua

Ormas tersebut yang terlibat sekitar 200 orang, mereka membawa berbagai senjata

tajam.13

Kelima, bentrokkan yang terjadi pada Minggu, 10 Agustus 2014 di

wilayah Mampang, Jakarta Selatan. Yang melibatkan Ormas Pemuda Pancasila

dengan Ormas Forum Betawi Rembug (FBR). Bentrokan ini terjadi akibat dari

perusakan Pos Pemuda Pancasila di Jl. KH Abdul Rohim, Kecamatan Mampang,

Jakarta Selatan oleh sekitar 50 anggota FBR. Pos tersebut merupakan rumah dari

H Tambul, yang merupakan anggota MPC PP Jaksel. Massa FBR melempari Pos

PP, sehingga terjadi kerusakan di bagian kaca jendela pos, kaca pintu dan kaca

jendela rumah H Tambul. Mendapat serangan itu, massa PP kemudian berkumpul

di TKP. Sekitar 40 orang kemudian berkonvoi menggunakan 20 motor. Sambil

membawa senjata tajam, massa PP kemudian merusak Posko FBR Gardu G 0234

12 Nibras Nada Nailufar, “Bermula dari Gardu Ormas Dilempari, Tawuran Terjadi di

Jaksel”, https://megapolitan.kompas.com. 13 Dharmawan Sutanto, “Bawa Golok, FBR dan Pemuda Pancasila Bentrok di Johar

Baru”, https://www.merdeka.com.

Page 68: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

56

yang terletak di Gang Jati Jl Kapten Tendean, Mampang, Jaksel.14 Dari

keterangan H Borix sebagai tokoh di Ormas FBR menyatakan yang melakukan

(perusakan di posko PP Mampang) adalah anggota FBR yang habis milad di

Jakarta Utara dan bukan anggota FBR Selatan. Lalu tokoh dari kedua Ormas

tersebut dipertemukan dan menyetujui untuk menarik massa, dan sepakat untuk

tidak melakukan aksi pembalasan15

Keenam, bentrokan yang terjadi pada Jumat, 8 Agustus 2017 di sekitar

Pasar Modern, Budi Serpong Damai (BSD), Tanggerang Selatan. Tawuran itu

dilakukan oleh segerombolan pemuda yang memakai seragam Ormas Pemuda

Pancasila dan membawa balok dan parang yang menjadi senjata ketika

bentrokan.16

Ketujuh, bentrokan yang terjadi pada Sabtu, 15 September 2018 di Tol

Andara, Pangkalan Jati Baru, Depok, Jawa Barat. Yang melibatkan Ormas Betawi

Rembug (FBR) dan Ormas Pemuda Pancasila. Menurut Ardana, kedua ormas

tersebut saling menyerang dengan menggunakan sejata tajam dan kayu. Pelaku

penyerangan dari kedua belah pihak berjumlah 30 orang. kericuhan tersebut tidak

menimbulkan banyak korban jiwa. Selain itu, juga tidak menimbulkan kerusakan

yang parah.17

14 DetikNews, “FBR Vs PP Bentrok Saling Rusak Posko di Mampang, Polisi Usut

Pelakunya”, https://news.detik.com. 15 DetikNews, “Bentrok di Mampang, Ketua FBR H Borix dan Ketua PP H Torik

Dipertemukan Polisi”, https://news.detik.com. 16 SuaraJakarta.co, “Segerombolan Pemuda Bawa Balok dan Parang Tawuran di BSD”,

http://suarajakarta.co. 17 Oktaviani, “Satu Orang Terluka Saat Bentrok FBR dan Pemuda Pancasila di Depok”.

https://akurat.co.

Page 69: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

57

Kedelapan, bentrokan yang terjadi pada Kamis, 14 Desember 2017 di kota

Bogor. Yang melibatkan Ormas Pemuda Pancasila dan Ormas Barisan Benteng

Raya Padjajaran (BBRP). Bentrokan terjadi dengan membawa sejata tajam dan

alat pukul lainnya. Polresta Bogor Kota menggelar pertemuan bagi kedua ormas

antara Ormas BBRP Kota Bogor dan Pemuda Pancasila Kota Bogor di Mapolresta

Bogor Kota, tujuan pertemuan kedua Ormas tersebut tidak lain adalah untuk

mengantisipasi kejadian serupa.18

Dalam teori konflik, seperti yang dijelaskan oleh Ted Robert Gurr yang

dikutip oleh Maswadi rauf tentang konflik, bahwa “ada empat ciri dari konflik

yaitu melibatkan individu lain, adanya sikap berlawanan atau pertentangan

sehingga menimbulkan reaksi permusuhan, adanya tindakan kekerasan yang

bertujuan untuk menghancurkan atau menghalangi lawannya dan interaksi yang

bertentangan ini bersifat terbuka sehingga bisa dideteksi.”19

Pemaparan tersebut nampak jelas bahwa bentrokan yang melibatkan

Ormas Pemuda Pancasila dan Ormas lainnya bisa dikategorikan sebagai konflik.

Berdasarkan data di atas, menunjukan bahwa bentrokan yang melibatkan

Pemuda Pancasila merupakan bentuk dari konflik kelompok seperti yang

dijelaskan oleh Maswadi Rauf, tentang konflik yang dilihat dari pihak-pihak yang

terlibat yaitu konflik kelompok, bahwa “konflik kelompok yaitu konflik yang

18 Mohamad Afkar Sarvika, “Terlibat Bentrok, Pimpinan Pemuda Pancasila Bogor Tidak

Ingin Benturan Dengan Polisi”. Artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari

https://bogor.tribunnews.com. 19 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.7-8.

Page 70: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

58

terjadi di antara dua kelompok atau lebih.”20 Walaupun konflik tersebut pada

awalnya karena masalah pribadi oknum anggota Ormas tersebut sehingga berubah

menjadi konflik kelompok karena adanya kecendrungan yang besar dari anggota

yang telibat untuk melibatkan kelompok organisasinya dan kelompok anggota

tersebut memiliki rasa solidaritas yang tinggi untuk membantu anggota

kelompoknya yang terlibat dalam bentrokan tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Hariman Siregar, SH.

M.Si,M.Mar, Ketua bidang organisasi dan keanggotaan Majelis Pimpinan

Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DKI Jakarta. Beliau menyampaikan bahwa

bentrokan ini sering terjadi pada tingkat bawah karena permasalahan individu. Ia

menyatakan bahwa:

“Pada dasarnya Organisasi Pemuda Pancasila tidak pernah terlibat

konflik dan bentrok masa secara Organisasi. Yang sering terjadi

adalah perselisihan oknum anggota organisasi Pemuda Pancasila

dengan oknum organisasi lainnya yang akhirnya seolah-olah yang

bentrok adalah organisasi Pemuda Pancasila. Hal ini sering terjadi

pada tingkat akar rumput yang berpofesi sebagai penjaga parkir dan

pedagang kaki lima. Apabila terjadi bentrok anggota diselesai pada

tingkat kepengurusan kedua belah pihak anggota Organisasi dan

pihak yang berwajib yang menanganinya dan bila ada pelanggaran

yang sifatnya Pidana diserahkan pada pihak berwajib dan diproses

secara hukum.”21

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Gunung Hutapea, selaku ketua

bidang organisasi dan keanggotaan Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila

dan Bapak Ahmad Suja’I, selaku Sekretaris II PAC Kecamatan Tiga Raksa, beliau

20 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.6.

21 Hariman Siregar, Wawancara, Jakarta, 28 Mei 2019.

Page 71: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

59

menyampaikan bahwa faktor yang menjadi permasalahan setiap bentrokan karena

permalahan mencari nafkah, Bapak Gunung Hutapea menuturkan bahwa:

“Faktor atau isu permasalahan yang menjadi permasalahan dalam

beberapa bentrokan itu karena faktor urusan mencari nafkah seperti

menjaga tanah dan persoalan penagihan-penagihan. Faktanya dalam

Bentrokan biasanya terjadi antar oknum yang ada didalam organisasi

kedua belah pihak, jadi tidak ada unsur permusuhan secara

organisasi tetapi terdapat permasalahan yang ada dilapangan atau

akar rumput sehingga terbawa-bawa dalam setiap konflik Pemuda

Pancasila mencoba mendamaikan dan mencari solusi.”22

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Ahmad Sujai, menuturkan

bahwa:

“Menurutnya kenapa banyak terjadi bentrokan khususnya Pemuda

Pancasila dengan Ormas lainnya, menurutnya itu berawal dari

tingkat bawah sebenarnya, dasar awalnya dari tingkat bawah jadi

kebanyakan kita merekrut anggota sebanyak mungkin tetapi

kelemahan kita dalam pembekalan sumber daya manusianya kurang.

Biasanya Faktor yang menjadi pengicu bentrokan dengan Ormas lain

ketika diselidiki ternyata karena permasalahan sepele seperti bendera

dicabut, masalah parkiran artinya menyangkut isi perut. Rata-rata

terjadinya bentrokan biasanya dengan Ormas lain yang ada disekitar

wilayahnya.”23

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Yahya Abdul Habib, S.E, wakil

sekretariat jendral Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila, bidang

organisasi dan keanggotaan. Beliau menyampaikan bahwa faktor yang menjadi

pemicu bentrokan ialah urusan ekonomi, ia menyatakan bahwa:

“Dalam setiap bentrokan biasanya terjadi karena ada gesekan yang

terjadi di bawah atau dilapangan, biasanya terjadi karena

permasalahan urusan mencari nafkah dibawah seperti urusan

ekonomi ada lahan parkir, jaga tanah, penagihan hutang namun

intensitas keributan yang terjadi sudah menurun dari pada yang

dulu.”24

22 Gunung Hutapea, Wawancara, Jakarta, 08 Mei 2019. 23 Ahmad Suja’i, Wawancara, Tanggerang, 1 Mei 2019. 24 Yahya Abdul Habib, Wawancara, Jakarta, 26 April 2019.

Page 72: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

60

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa Pemuda Pancasila sebagai

Ormas yang berbasis massa ini memiliki latar belakang anggota organisasi

beragam kalangan. pada dasarnya bentrokan yang terjadi karena permasalahan

pribadi anggota atau oknum yang ada Ormas yang akhirnya terbawa-bawa

membawa nama organisasi.

Dalam teori konflik, seperti yang dijelaskan oleh Maswadi rauf, bahwa

“konflik terjadi karena adanya keinginan manusia untuk menguasai sumber-

sumber dan posisi yang langkah, salah satu faktornya adalah uang, disini uang

sifatnya langka tetapi sangat dibutuhkan dalam kehidupan dunia.”25 Dari

pemaparan itu, Nampak jelas bahwa bentrokan yang melibatkan Ormas Pemuda

Pancasila faktor yang menjadi latar belakang masalah dalam bentrokan ialah

uang atau ekonomi yaitu permasalahan seperti permasalahan ekonomi atau

mencari makan anggota yang ada di tingkat bawah atau grassroot contohnya

seperti penjaga parkir, penagihan hutang, pencabutan bendera, pedagang kaki

lima yaitu anggota yang ada dibawah atau grassroot.

Berdasarkan data hasil penelitian, terjadinya bentrokan massa yang

melibatkan oknum anggota Pemuda Pancasila terjadi pada tingkat bawah yaitu

grassroot atau akar rumput. salah satu penyebab bentrokan karena kurangnya ilmu

pengetahuan dan kurangnya pelatihan pengkaderan yang secara merata di

organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila.

25 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.6.

Page 73: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

61

Pemuda Pancasila sebagai Ormas yang berbasis massa atau memiliki

anggota organisasi dan memiliki sistem kaderisasi yang jelas, pola kaderisasi atau

rekrutmen anggota Pemuda Pancasila sebagai berikut:

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yahya Abdul Habib, S.E,

menyatakan bahwa:

“Pola rekrutmen organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila telah

menggunakan sistem kartu anggota, ada empat kategori anggota di

dalam organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila diantaranya

yaitu: anggota biasa, anggota kader, anggota kehormatan dan

anggota luar biasa. Pertama, anggota biasa merupakan anggota yang

direkrut dari warga masyarakat yang ingin bergabung dan sepakat

dengan tujuan organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila

sehingga ketika sudah terpenuhi diberikan kartu tanda anggota.

Kedua, anggota kader merupakan anggota yang selain terima kartu

tanda anggota dia juga mengikuti kaderisasi yang kita selenggarakan

oleh organisasi yaitu Diklat organisasi yang mempunyai tiga

tingkatan yaitu pratama, madya, dan utama, itu yang menjadi ukuran

sebagai kader-kader Pemuda Pancasila yang bisa kita masukan ke

dalam kepengurusan yaitu yang sudah mengikuti Diklat tetapi kalau

anggota biasa dia seperti simpatisan dia Pemuda Pancasila tetapi

non-struktural. Ketiga, anggota kehormatan merupakan anggota

yang biasanya para tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemerintahan yang juga berkomitmen dan sepakat dengan tujuan

organisasi. Keempat, anggota luar biasa, anggota itu biasanya kita

memberikan penghargaan kepada anggota-anggota yang kita lihat

mempunyai prestasi luar biasa yang kita angkat sebagai anggota luar

biasa.”26

Hal senada dijelaskan oleh Bapak Ahmad Suja’I. Beliau menyampaikan

bahwa terjadinya bentrokan biasanya di tingkat bawah karena kurangnya sumber

daya manusia dan merekrut anggota sebanyak-banyaknya. Beliau menuturkan

bahwa:

“Pola rekrutmen Pemuda Pancasila sudah diatur dan terjadwal di

dalam AD-ART Pemuda Pancasila di setiap tingkatan Kepengurusan

26 Yahya Abdul Habib, Wawancara, Jakarta, 26 April 2019.

Page 74: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

62

baik itu PAC, MPC maupun MPW per-periode untuk merekrut

anggota kita mempunyai target misalnya 1 ranting minimal

mempunyai 30 anggota bahkan sekarang di tingkatkan menjadi 50

untuk satu ranting. Mereka tertarik dengan Pemuda Pancasila karena

Pemuda Pancasila banyak berbuat hal-hal yang positif di tengah-

tengah masyarakat seperti melihat bentuk sosial dan kinerja dalam

membantu masyarakat dan kenapa banyak terjadi bentrokan

khususnya Pemuda Pancasila dengan Ormas lainnya, menurutnya itu

berawal dari tingkat bawah sebenarnya, dasar awalnya dari tingkat

bawah jadi kebanyakan kita merekrut anggota sebanyak mungkin

tetapi kelemahan kita dalam pembekalan sumber daya manusianya

kurang.”27

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa Ormas Pemuda Pancasila

merupakan Ormas berbasis massa yang memiliki anggota organisasi yang

beragam latar belakang, suku bangsa dan kalangan. melihat dari kaderisasi atau

pola rekrutmen Ormas Pemuda Pancasila ada beberapa anggota organisasi

terutama anggota biasa yang kurang mendapatkan pelatihan atau pengetahuan

yang maksimal, dan seharusnya dalam pola rekrutmen atau pengkaderan

seharusnya semua anggota Ormas Pemuda Pancasila memiliki bekal yang sama

dalam berorganisasi sehingga menghindari anggota untuk berperilaku semaunya

sendiri.

Berdasarkan pemaparan di atas. Dalam teori organisasi kemasyarakatan,

Pemuda Pancasila sebagai organisasi masyarakat belum berperan dan

menjalankan kewajibannya dalam menjaga ketertiban umum di dalam

masyarakat. Sesuai berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Pasal

59 ayat (3) huruf (c) yang berbunyi “Ormas dilarang untuk melakukan tindakan

kekerasan menggangu ketentraman dan ketertiban umum atau merusak fasilitas

27 Ahmad Sujari, Wawancara, Tanggerang, 1 Mei 2019.

Page 75: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

63

sosial.”28 Pemaparan itu diperkuat berdasarkan data kasus bentrokan massa yang

melibatkan Pemuda Pancasila dengan Ormas yang lain, sehingga hal tersebut

menimbulkan keresahan di dalam masyarakat.

B. Sanksi yang diterima Pemuda Pancasila terhadap Kasus Bentrokan

Massa oleh Aparat Penegak Hukum.

Bentrokan yang melibatkan Ormas Pemuda Pancasila menimbulkan

keresahan di tengah-tengah masyarakat sehingga harus diproses oleh aparat

penegakan hukum karena bentrokan melibatkan massa yang banyak dan

menimbulkan kerusakan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu aparat

penegakan hukum memiliki kewajiban untuk berupaya menyelesaikan konflik

antar Ormas tersebut.

Dalam kasus bentrokan massa yang melibatkan Pemuda Pancasila dengan

Ormas lain. Secara organisasi, Pemuda Pancasila tidak diberikan sanksi karena

pada dasarnya dalam setiap kejadian bentrokan yang terlibat hanya oknum

anggota Pemuda Pancasila dengan oknum anggota Ormas yang lain, sehingga

yang diberikan sanksi pidana kepada anggota organisasi yang terlibat bukan

kepada Organisasi, karena pada dasarnya organisasi kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tidak pernah memberikan instruksi atau menyuruh untuk melakukan

bentrokan massa tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yahya Abdul Habib, S.E. beliau

menyampaikan bahwa tidak ada instruksi untuk menyerang, beliau menuturkan:

28 Tim Grasindo, “Update Paling Lengkap Undang-Undang Ormas” (Jakarta: PT

Grasindo, 2018) h.11.

Page 76: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

64

“Organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila tidak ada instruksi

apapun dari organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila untuk

melakukan penyerangan atau bentrokan makanya secara

kelembagaan kita tidak bisa disanksi dan rata-rata pertanggung

jawabnya adalah individual atau oknum.”29

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Gunung Hutapea, bahwa secara

organisasi tidak diberikan sanksi, beliau menuturkan bahwa:

“Menurutnya yang diberikan sanksi oleh penegakan hukum dalam

keterlibatan bentrokan itu yaitu oknum saja kalau secara organisasi

tidak ada. Biasanya pihak kepolisian memberitahukan bahwa ada

oknum yang menurutnya mereka harus diproses secara hukum dan

kita meminta kepada oknum tersebut untuk melapor dan

bertanggung jawab.”30

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak H. Zulkarnain, S.E, selaku ketua

bidang pertahanan dan keamanan Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) dan

Danwil Pemuda Pancasila Banten. Menurutnya “yang diberikan sanksi oleh

penegakan hukum yaitu hanya oknum anggota.”31

Hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Eka Sularsti Amirudin, selaku

sekretaris Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Kabupaten

Tanggerang. Menurutnya “Pemuda Pancasila hanya diberikan peringatan atau

teguran bukan sanksi.”32

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Ahmad Suja’I. Menurutnya “sanksi

yang diberikan kepada per-individu karena perbuatannya individua atau

oknum.”33

29 Yahya Abdul Habib, Wawancara, Jakarta, 26 April 2019. 30 Gunung Hutapea, Wawancara, Jakarta, 8 Mei 2019. 31 Zulkarnain, Wawancara, Banten, 3 Mei 2019. 32 Eka Sularsti Amirudin, Wawancara, Tanggerang, 1 Mei 2019. 33 Ahmad Suja’i, Wawancara, Tanggerang, 1 Mei 2019.

Page 77: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

65

Berdasarkan pemaparan di atas. Dalam teori penegakan hukum seperti

yang dijelaskan oleh Laurensius Arliman, tentang penegakan hukum. Bahwa

“Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan

hukum menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan hukum adalah pikiran-pikiran

badan pembuat Undang-Undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan

hukum.”34 Dari pemaparan tersebut, nampak jelas bahwa seharusnya Penegakan

hukum harus menjalankan atau mewujudkan keinginan-keinginan hukum yang

berdasarkan undang-undang. Dalam kasus bentrokan massa yang melibatkan

Pemuda Pancasila teori ini, secara organisasi belum terealisasikan karena secara

organisasi tidak diberikan sanksi. Pada dasarnya organisasi masyarakat Pemuda

Pancasila tidak pernah memberikan in35struksi atau menyuruh untuk melakukan

bentrokan massa secara organisasi Pemuda Pancasila hanya diberikan teguran

dan yang diberikan sanksi adalah oknum anggota yang ada di dalam organisasi

kemasyarakatan Pemuda Pancasila.

Dalam kasus bentrokan massa ini, teori penegakan hukum secara

organisasi belum terwujud atau terealisasikan dalam kasus bentrokan massa

yang melibatkan Pemuda Pancasila, karena ada upaya-upaya negoisasi yang

dilakukan oleh Pemuda Pancasila terhadap aparat penegak hukum dengan

mengedepankan negoisasi dalam upaya penyelesaian konflik secara persuasif

melalui musyawarah dan perundingan, bahwa setiap persoalan yang terjadi itu

hanya melibatkan oknum anggota-anggota saja tidak mengatasnamakan Pemuda

Pancasila, walaupun secara faktualnya setiap bentrokan yang terjadi selalu

34 Laurensius Arliman, “Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat” (Yogyakarta:

Deepulish, 2015). h.41. 35

Page 78: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

66

melibatkan Pemuda Pancasila secara organisasi dengan menunjukkan embel-

embel atau simbol-simbol organisasi seperti seragam.

Gambar 1.1. Bentrokan Pemuda Pancasila dan Pemuda Ambon di Budi

Serpong Damai (BSD)

Sumber: http://suarajakarta.co.

Gambar 1.2. Bentrokan FBR dan Pemuda Pancasila di Pamulang

Sumber: https://www.youtube.com

Bentrokan massa ini, menimbulkan keresahan di tengah-tengah

masyarakat sehingga harus segera diredam untuk mencegah bentrokan yang

lebih luas dan besar, oleh karena itu aparat penegakan hukum berkewajiban

menyelesaikan konflik antar Ormas tersebut.

Sikap yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam upaya

penyelesaian konflik terhadap kasus bentrokan massa yang melibatkan Pemuda

Pancasila. Salah satunya caranya ialah secara persuasif yaitu bertindak sebagai

Page 79: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

67

mediator atau juru damai antara kedua Ormas yang terlibat untuk saling

bernegoisasi yang bertujuan untuk penyelesaian konflik secara persuasif yaitu

melalui musyawarah dan perundingan sehingga menghasilkan kesepakatan

antara kedua Ormas yang terlibat dengan saling berdamai dan meredam konflik.

Berdasarkan dalam bentrokan yang terjadi di wilayah Mampang, Jakarta

Selatan, yang melibatkan Ormas Pemuda Pancasila dan Ormas Forum Betawi

Rembug (FBR) dan kedua tokoh dari kedua Ormas tersebut yaitu ketua FBR H.

Borix dan Ketua PP H. Torik dipertemukan dan menyetujui untuk menarik

massa, dan sepakat untuk tidak melakukan aksi pembalasan yang ditengahi oleh

kepolisian.36

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam teori konflik seperti yang dijelaskan

oleh Maswadi Rauf, tentang penyelesaian konflik atau conflict resolution ialah

“suatu usaha yang dilakukan sebagai sebagai upaya untuk menyelesaikan suatu

konflik dengan cara mencari jalan keluar yaitu bersepakatan antara pihak-pihak

yang terlibat di dalam konflik.”37 Dari pemaparan itu, Nampak jelas bahwa

aparat penegak hukum melakukan tindakan penyelesaian konflik secara

persuasif yaitu dengan menjadi mediator sebagai juru damai antara Ormas yang

terlibat untuk saling berdamai dan mencegah meluasnya konflik tersebut.

36 DetikNews, “Bentrok di Mampang, Ketua FBR H Borix dan Ketua PP H Torik

Dipertemukan Polisi”, artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari

https://news.detik.com. 37 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.8-9.

Page 80: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

68

C. Sikap Pimpinan Pengurus Pemuda Pancasila terhadap Anggota yang

Terlibat dalam Bentrokan Massa.

Sikap pimpinan pengurus Ormas Pemuda Pancasila dalam keterlibatan

oknum anggota Pemuda Pancasila yang terlibat dalam bentrokan massa antar

Ormas lain yaitu dengan bernegoisasi tujuannya adalah untuk upaya-upaya

penyelesaian konflik dan selalu berusaha untuk meredam dengan mengutamakan

persuasif yaitu bermusyarah, memberikan solusi dan sanksi kepada anggota

yang terlibat dalam bentrokan massa.

C.1. Upaya Penyelesaian Konflik

Upaya penyelesaian konflik di dalam organisasi Pemuda Pancasila dalam

keterlibatan oknum Pemuda Pancasila dengan oknum Ormas lain dilakukan

dengan beberapa cara melalui tindakan preventif sebagai tindakan pencegahan

dan tindakan persuasif yaitu tindakan setelah terjadi bentrokan tersebut.

C.1.1. Tindakan Preventif

Tindakan Preventif yaitu tindakan yang dilakukan oleh organisasi

Pemuda Pancasila sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi konflik

fisik dan massa. Pemuda Pancasila selalu berinisiatif dan berusaha

meredam suatu permasalahan untuk mencegah terjadi konflik dengan

selalu mengutamakan musyawarah dan persuasif dengan organisasi

kemasyarakatan yang lain.

Salah satu contoh kejadian dimana terjadi negoisasi sebagai upaya

tindakan preventif antara Pemuda Pancasila dan Ormas FPI, yaitu:

Page 81: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

69

Berdasarkan sumber berita dari official website pemudapancasila.or.id.

organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila selalu mengutamakan

musyawarah dan persuasif untuk meredam suatu permasalahan. Ketua

Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila bertemu

dengan Habib Umar Al Hamid (Penasehat FPI Pusat) Terkait Video Viral

Adu Domba Sekaligus menyampaikan surat permintaan maaf melalui

Habib Umar Al Hamid terkait video adu domba yang viral di media sosial.

Surat pernyataan yang dikeluarkan langsung oleh Bapak Japto

Soerjosoemarno selaku Ketua Umum MPN Pemuda Pancasila bertujuan

untuk mendudukkan permasalahan demi menjaga tetap terjalinnya

kemitraan antara Pemuda Pancasila dan FPI dapat mewujudkan bangsa

Indonesia yang adil, makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai

naskah asli yang kita dambakan. Terkait kondisi bangsa Indonesia yang

sedang dalam situasi prihatin dan dalam rangka menjaga agar tidak terjadi

konflik di akar rumput yang selama ini tidak mengetahui hubungan erat

antara Pemuda Pancasila dan FPI.38

Berdasarkan data di atas sikap pimpinan organisasi Pemuda Pancasila

berinisiatif dan berusaha meredam suatu permasalahan untuk mencegah

terjadi konflik dengan selalu mengutamakan musyawarah dengan

organisasi kemasyarakatan yang lain. Berdasarkan pemaparan tersebut

Pemuda Pancasila berupaya melakukan penyelesaian konflik, yang

38 Pemudapancasila.ir.id, “Suasana Akrab Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional

(MPN) Pemuda Pancasila Dengan Habib Umar Al Hamid (Penasehat FPI Pusat) Terkait Video

Viral Adu Domba Sekaligus Menyerahkan Surat Permohonan Maaf” artikel ini diakses pada

Kamis, 6 Juni 2019, 20:00 dari https://pemudapancasila.or.id.

Page 82: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

70

dilakukan untuk mencegah konflik yang lebih mendalam dan mencegah

konflik semakin meluas. Seperti yang dijelaskan oleh Maswadi Rauf

tentang penyelesaian konflik, bahwa “penyelesaian konflik dilakukan

untuk mencegah konflik yang lebih dalam dan meluas.”39 Berdasarkan

pemaparan tersebut, Ormas Pemuda Pancasila juga melakukan negoisasi.

Dalam teori negoisasi, seperti yang dijelaskan oleh Gun Gun Heryanto dan

Shulhan Rumaru, tentang tujuan dari negoisasi yaitu “pertama,

tercapainya kata sepakat antar kedua pihak secara bersama. Kedua,

tercapainya kondisi penyelesaian atau jalan keluar yang merupakan

tujuan sebenarnya dari negoisasi yaitu upaya penyelesaian konflik dan

ketiga, tercapainya kondisi saling menguntungkan.”40 Dari pemaparan itu,

Nampak jelas bahwa Ormas Pemuda Pancasila melakukan negoisasi dalam

upaya penyelesaian konflik dengan Ormas yang lain sehingga hal ini dapat

meredam suatu permasalahan dan mencegah terjadi konflik yang lebih

meluas antar Ormas tersebut.

C.1.2. Tindakan Persuasif

Tindakan Persuasif yaitu, tindakan yang dilakukan oleh organisasi

Pemuda Pancasila setelah terjadi bentrokan massa. Tindakan persuasif

adalah salah satu contoh tindakan negoisasi yang dilakukan oleh Pemuda

Pancasila dalam upaya menyelesaikan konflik dengan Ormas lain dengan

melakukan perundingan dan musyawarah untuk mendapatkan titik temu.

39 Maswadi Rauf, “Konsensus Politik”. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000). h.9. 40 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, “Komunikasi Politik Sebuah Pengantar”

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2018). h.106.

Page 83: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

71

Upaya penyelesaian konflik secara Persuasif dalam keterlibatan oknum

anggota Pemuda Pancasila dengan oknum anggota Ormas lain dilakukan

dengan dua cara yaitu penyelesaian Internal yaitu penyelesaian di dalam

organisasi itu sendiri dan penyelesaian secara Eksternal yaitu penyelesaian

antar organisasi kemasyarakatan yang lain.

1) Penyelesaian secara Internal, yaitu penyelesaian di dalam

organisasi itu sendiri. Penyelesaian konflik secara internal Ormas

Pemuda Pancasila selalu berjalan dengan rapat antara pimpinan

organisasi untuk memberikan solusi, teguran atau sanksi terhadap

oknum anggota yang terlibat.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Hariman Siregar,

SH. M.Si,M.Mar, menurutnya “Bila terjadi pelanggaran secara

organisasi maka akan ada teguran tertulis dan pada akhir terjadi

Pemecatan apa bila tetap melakukan perbuatan yang melawan

hukum.”41

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Gunung Hutapea,

beliau menyampaikan bahwa oknum anggota yang terlibat akan

diberikan peringatan, pembinaan atau pemecatan. Ia menyatakan

bahwa:

“Mekanisme dalam menangani suatu pelanggaran di

dalam organisasi ketika ada suatu pelanggaran dimana

oknum melanggar tentu dibahas didalam organisasi, bisa

diberikan peringatan, pembinaan, namun ketika sudah

pemecatan itu pusat yang melakukan. Setiap permasalah

kita memberikan solusi dan penyelesaian dengan menyuru

41 Hariman Siregar, Wawancara, Jakarta, 28 Mei 2019.

Page 84: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

72

untuk berdamai dan saling berkomunikasi antara kedua

belah pihak dan biasanya akan sebentar selesai

permasalahannya.”42

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Yahya Abdul

Habib, S.E. ia menghimbau bahwa untuk tidak terlibat dalam

konflik-konflik fisik, beliau menyatakan:

“Majelis Pimpinan Nasional selalu menghimbau untuk

tidak terlibat dalam konflik-konflik fisik. Ketika ada

anggota yang terlibat dan dia harus masuk penjara, kita

harus mengikuti dan jalanin hukum karena kita mentaati

konstitusi tidak lari dari hukum. Ketika ada anggota yang

salah misalkan ketika bentrokan ada korban jiwa maka dia

harus menjalani hukuman.”43

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak H. Zulkarnain, S.E.

beliau menyampaikan bahwa oknum anggota yang terlibat akan

diberikan sanksi teguran dan pembinaan. Beliau menuturkan:

“Sikap kita terhadap anggota yang terlibat dalam

bentrokan massa itu selalu kami berikan sanksi teguran

dan pembinaan, kenapa karena jangan sampai gara-gara

beberapa orang oknum dari Ormas Pemuda Pancasila lalu

mencoreng perjuangan kita. Pertama kita memberikan

pembinaan dan teguran apabila hal itu sudah memasuki

jalur hukum, kami akan menyerahkan kepada kepolisian

kepenegakan hukum untuk mengambil tindakan.”44

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Ahmad Suja’i,

Menurutnya:

“Sikap pengurus terhadap anggota yang terlibat dalam

bentrokan ialah ketika sudah terjadi sebuah konflik para

pimpinan bagaimana cara berusaha untuk meredam

42 Gunung Hutapea, Wawancara, Jakarta, 8 Mei 2019. 43 Yahya Abdul Habib, Wawancara, Jakarta, 26 April 2019. 44 Zulkarnain, Wawancara, Banten, 3 Mei 2019.

Page 85: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

73

konflik tersebut dengan seperti apa, ketika itu konflik

harus diselesaikan dengan jalur hukum dan tidak bisa

dengan cara damai maka jalur hukum la yang ditempuh

dan kebanyakan menempuh jalur damai karena pada

dasarnya hanya sebuah permasalahan kecil yang dibesar-

besarkan.”45

Berdasarkan data di atas, sikap yang dilakukan oleh

pimpinan organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila ialah bila

terjadi suatu pelanggaran, maka pimpinan organisasi

kemasyarakatan Pemuda Pancasila akan memberikan sebuah

teguran tertulis atau peringatan dan pembinaan-pembinaam bila

terjadi tentang perbuatan yang melawan hukum maka pimpinan

pusat akan melakukan pemecatan.

Namun hal tersebut masih kurang efektif, sebab kejadian

bentrokan massa yang melibatkan oknum anggota Pemuda

Pancasila masih terulang kembali, berarti beberapa anggota

Pemuda Pancasila belum menjalankan kewajibannya sebagai

anggota Pemuda Pancasila, sesuai dengan AD-ART, bahwa: setiap

anggota Pemuda Pancasila berkewajiban menghayati, menaati dan

mengamalkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD-ART) semua ketentuan organisasi kemasyarakatan Pemuda

Pancasila dan menentang setiap usaha dan tindakan yang

merusak citra organisasi.”46 Berdasarkan hal tersebut, nampak

45 Ahmad Suja’i, Wawancara, Tanggerang, 1 Mei 2019. 46 Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Pancasila tahun 2014, Bab IV tentang Hak dan Kewajiban Anggota Pasal 16 Kewajiban Anggota.

h.30.

Page 86: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

74

jelas bahwa, bentrokan massa yang melibatkan oknum anggota

Pemuda Pancasila telah merusak citra organisasi Pemuda Pancasila.

Pemuda Pancasila selain, memberikan sanksi dan teguran

terhadap anggota yang terlibat dalam bentrokan massa. Pemuda

Pancasila juga berusaha melakukan mediasi dan berkompromi

dengan aparat penegakan hukum dan memberikan pendampingan

dan pembelaan hukum melalui para pengacara dalam membantu

advokasi.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Gunung Hutapea.

beliau menyampaikan bahwa membantu advokasi oknum anggota

yang terlibat, beliau menuturkan bahwa:

“Menurutnya dalam mencakup pelanggaran hukum, kita

menyerahkan kepada kepolisian, biasanya pihak

kepolisian memberitahukan kita bahwa ada oknum yang

menurutnya harus diproses secara hukum, kita meminta

kepada oknum tersebut untuk melapor dan bertanggung

jawab dan menjalankan sesuai mekanis hukum dan kita

bantu perlindungan anggota tersebut karena itu adalah

kewajiban organisasi kita juga, kita lindungi dengan

membantu advokasi lembaga hukum dengan segala

proses, paling tidak meminimalkan hukuman, kalau bisa

berdamai, paling tidak itu membuat kepolisian biasa

meminimalkan permasalahan itu, namun ketika sudah ada

korban nyawa tentunya gabisa kompromi paling

diringankan dengan segala macam persuasif. Organisasi

kemasyarakatan Pemuda Pancasila dalam menyelesaikan

konflik bentrokan tersebut biasanya melakukan kompromi

atau berdamai dengan bermusyawarah kepada pihak yang

bersangkutan untuk menemukan solusi dan biasanya kita

inisiatif untuk berdamai namun ketika pihak lain

menyatakan harus diselesaikan secara hukum, kita

mengikuti.”47

47 Gunung Hutapea, Wawancara, Jakarta, 8 Mei 2019.

Page 87: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

75

Hal senada disampaikan oleh Bapak Hariman Siregar, SH.

M.Si,M.Mar. Menurutnya:

“Dalam hal penegakan hukum Pemuda Pancasila tidak

mau mencampuri urusan tersebut meskipun terkait dengan

anggota yang bermasalah, tapi Pemuda Pancasila

memberikan pendampingan dan pembelaan secara hukum

melalui para pengacara yang dimilki oleh Pemuda

Pancasila melalui Badan Penyuluhan dan Pembelaan

Hukum (BPPH) Pemuda Pancasila. Pemuda Pancasila

sebagai organisasi Kemasyarakatan sudah tentu beragam

jenis anggota dengan latar yang berbeda latar belakang

yang pendidikan suku dan agama profesi pekerjaan dan

latar belakang politik sudah barang tentu akan ada

permasalahan yang akan terjadi, untuk hal itu Pemuda

Pancasila lebih mengutamakan Musyawarah setiap terjadi

permasalahan dan apa bila hal itu tidak tercapai tentu kita

serahkan kepada pihak yang berwajib untuk diselesaikan

secara hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik

Indonesia.”48

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Yahya Abdul

Habib, S.E. beliau menyampaikan bahwa dalam setiap kasus

bentrokan selalu melakukan mediasi dan berkoordinasi dengan

aparat penegakan hukum, beliau menuturkan:

“Dalam setiap kasus bentrokan Pemuda Pancasila

melakukan mediasi dan berkoordinasi dengan aparat

karena kita mempunyai semboyan sekali layar

berkembang suru kita berpantang, jadi apapun masalahnya

kita hadapi tidak boleh mundur, salah atau benar kita harus

bertanggung jawab dan Ketika ada anggota yang salah

misalkan ketika bentrokan ada korban jiwa maka dia harus

menjalani hukuman dan kita urus anggota kita dan harus

di pertanggung jawabkan dan kita sediakan pengacara.

Organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila memiliki

bidang bantuan hukum yang berisikan pengacara, mereka

biasanya langsung respon ketika ada suatu kejadian terkait

48 Hariman Siregar, Wawancara, Jakarta, 28 Mei 2019.

Page 88: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

76

dengan anggota kita termasuk pihak lain sehingga

penanganannya biasanya sudah terkoordinasi ketika

menyangkut masalah-masalah hukum.”49

Berdasarkan data di atas, dalam setiap bentrokan massa

Ormas Pemuda Pancasila melakukan mediasi dan berkoordinasi

dengan aparat penegakan hukum dan dalam mencakup penegakan

hukum Pemuda Pancasila tidak mau mencampuri urusan jalannya

hukum tersebut walaupun terkait dengan anggota yang bermasalah

dan kita meminta kepada oknum untuk lapor dan bertanggung

jawab dan menjalankan sesuai mekanisme yang berlaku, dan

Pemuda Pancasila memberikan pendampingan dan pembelaan

secara hukum melalui pengacara yang dimilikinya yaitu Badan

Penyuluhan dan Pembelaan Hukum (BPPH) Pemuda Pancasila,

paling tidak hal ini bisa meminalkan hukuman.

2) Penyelesaian secara eksternal, yaitu penyelesain yang dilakukan

oleh Pemuda Pancasila dan Ormas yang lain. Penyelesaian konflik

secara eksternal dalam keterlibatan oknum anggota Pemuda

Pancasila, pimpinan pusat selalu berusaha meredam dan

menyelesaikan konflik antar kedua Ormas untuk mencari solusi

yang terbaik.

Salah satu contoh kejadian dimana terjadi negoisasi yaitu

upaya penyelesaian konflik secara ekternal, yaitu: Dalam bentrokan

yang terjadi di wilayah Mampang, Jakarta Selatan, yang

49 Yahya Abdul Habib, Wawancara, Jakarta, 26 April 2019.

Page 89: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

77

melibatkan Organisasi Kemasyaratan Pemuda Pancasila dan Forum

Betawi Rembug (FBR) dan kedua tokoh dari kedua Ormas tersebut

yaitu ketua FBR H. Borix dan Ketua PP H. Torik dipertemukan

dan menyetujui untuk menarik massa, dan sepakat untuk tidak

melakukan aksi pembalasan yang ditengahi oleh kepolisian.50

Berdasarkan wawancara oleh Bapak Gunung Hutapea,

beliau menyampaikan bahwa setiap terjadi konflik selalu menyuru

untuk berdamai dan saling bermusyawarah antar kedua belah pihak

Ormas, beliau menuturkan:

“Setiap permasalahan kita memberikan solusi dan

penyelesaian dengan menyuru untuk berdamai dan saling

berkomunikasi antara kedua belah pihak dan biasanya

akan sebentar selesai permasalahannya. Organisasi

kemasyarakatan Pemuda Pancasila dalam menyelesaikan

konflik bentrokan tersebut biasanya melakukan kompromi

atau berdamai dengan bermusyawarah kepada pihak yang

bersangkutan untuk menemukan solusi dan biasanya kita

inisiatif untuk berdamai namun ketika pihak lain

menyatakan harus diselesaikan secara hukum, kita

mengikuti.”51

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Ahmad Suja’I,

beliau menyampaikan bahwa jika terjadi konflik maka diadakan

sebuah pertemuan antara pimpinan kedua belah pihak untuk

mencari solusi. Menurutnya:

“Jadi mekanismenya ketika terjadi sebuah konflik dibawah

maka para pimpinan turun untuk meredam konflik dan

menyelesaikan biasanya diadakan sebuah pertemuan

50 DetikNews, “Bentrok di Mampang, Ketua FBR H Borix dan Ketua PP H Torik

Dipertemukan Polisi”, artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00 dari

https://news.detik.com. 51 Gunung Hutapea, Wawancara, Jakarta, 8 Mei 2019.

Page 90: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

78

antara pimpinan kedua belah pihak untuk saling mencari

solusi terbaik dan tentunya didampingi oleh aparat

penegakan hukum.”52

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Hariman Siregar,

SH. M.Si,M.Mar. beliau menyampaikan bahwa dalam terjad

bentrok pengurus melakukan mediasi dengan pengurus anggota

lain dan kepolisian. Beliau menuturkan:

“Dalam hal terjadi bentrok anggota Pemuda Pancasila

dengan unsur oknum organisasi lain maka Pengurus

Pemuda Pancasila melakukan mediasi dengan Pengurus

Anggota Organissi lain dengan pihak kepolisian. Bila ada

unsur pidana nya maka diproses secara hukum dan

Pemuda Pancasila menyiapkan Bantuan Hukum melalui

Badan Bantuan Hukum Pemuda Pancasila.”53

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Yahya Abdul

Habib, S.E. Ia menyatakan bahwa:

“Berkoordinasi dengan aparat dan pihak organisasi yang

lain yang terlibat kita bermusyawarah dengan duduk

bersama, hampir setiap bentrokan ujungnya pasti berdamai

dan tidak pernah membesar-besarkan masalah. Jadi

mediasinya dengan cara bermusyawarah dengan

dibertemukannya kedua belah pihak pimpinan organisasi

dan ditengahi oleh aparat penegakan hukum.”54

Tindakan persuasif adalah salah satu upaya yang

dilakukan oleh Pemuda Pancasila dalam menyelesaikan konflik

dengan Ormas lain dengan melakukan perundingan dan

musyawarah untuk mendapatkan titik temu.

52 Ahmad Sujari, Wawancara, Tanggerang, I Mei 2019. 53 Hariman Siregar, Wawancara, Jakarta, 28 Mei 2019. 54 Yahya Abdul Habib, Wawancara, Jakarta, 26 April 2019.

Page 91: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

79

Berdasarkan data di atas, Penyelesaian konflik secara

eksternal dalam keterlibatan oknum anggota Pemuda Pancasila,

sikap yang dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam

menyelesaikan konflik yaitu dengan cara persuasif yaitu melakukan

perundingan dan musyawarah dengan pihak organisasi yang lain

dan berkoordinasi dengan aparat Kepolisian untuk mencari solusi

atau jalan keluar untuk saling berdamai dan selalu berusaha

meredam dalam menyelesaikan konflik antar kedua Ormas dengan

saling bertemu dengan pimpinan-pimpinan pengurus antara kedua

belah pihak untuk mencari jalan keluar atau solusi yang terbaik

yang ditengahi oleh kepolisian dan sepakat untuk menarik massa

dan sepakat untuk tidak melakukan aksi pembalasan.

Hal tersebut merupakan salah satu tujuan sebenarnya dari

negoisasi yaitu upaya penyelesaian konflik. Seperti yang dijelaskan

oleh Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, tentang tujuan dari

negoisasi yaitu “pertama, tercapainya kata sepakat antar kedua

pihak secara bersama. Kedua, tercapainya kondisi penyelesaian

atau jalan keluar yang merupakan tujuan sebenarnya dari

negoisasi yaitu upaya penyelesaian konflik dan ketiga, tercapainya

kondisi saling menguntungkan.”55 Dari pemaparan itu, Nampak

jelas bahwa Ormas Pemuda Pancasila melakukan negoisasi dalam

upaya penyelesaian konflik dengan Ormas yang lain.

55 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, “Komunikasi Politik Sebuah Pengantar”

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2018). h.106.

Page 92: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

80

Jadi sikap pimpinan pengurus Pemuda Pancasila terhadap

anggota yang terlibat dalam bentrokan massa ialah dengan cara

bernegoisasi dengan tujuan untuk upaya-upaya penyelesaian

konflik dan berusaha untuk meredam dengan mengutamakan

persuasif. Upaya-upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh

Ormas Pemuda Pancasila dilakukan dengan dua cara. Pertama,

tindakan preventif sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi

konflik yang lebih tajam dan luas. Kedua, tindakan persuasif

sebagai upaya penyelesaian konflik, yaitu secara internal dan

secara ekternal. Penyelesaian secara internal yaitu penyelesaian di

dalam organisasi dengan memberikan sanksi dan teguran terhadap

anggota yang terlibat dan ketika ada anggota yang bermasalah

dengan penegakan hukum maka Pemuda Pancasila memberikan

pendampingan dan pembelaan secara hukum melalui pengacara

yang dimilikinya yaitu Badan Penyuluhan dan Pembelaan Hukum

(BPPH) Pemuda Pancasila paling tidak hal tersebut bisa

meminalkan hukuman. Sedangkan penyelesaian secara ekternal

yaitu penyelesaian antar organisasi yang terlibat, dengan cara

saling bertemu antar pimpinan pengurus untuk bersepakat untuk

meredam permasalahan dan bersekapat untuk menyelesaikan

konflik dengan berdamai.

Page 93: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

Pemuda Pancasila sebagai Ormas belum berperan dan menjalankan

kewajibannya dalam menjaga ketertiban umum dilingkungan masyarakat. Sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Pasal 59 ayat (3) huruf (c)

berbunyi bahwa: “Ormas dilarang untuk melakukan tindakan kekerasan,

menggangu ketentraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan

fasilitas sosial.” karena Pemuda Pancasila terlibat dalam beberapa bentrokan

massa sehingga hal ini menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat.

Bentrokan terjadi karena berbagai latar belakang dan biasanya yang

terlibat dalam bentrokan itu ialah anggota yang ada dibawah atau grassroot yang

berprofesi seperti penjaga parkir dan pedagang kaki lima. Pada dasarnya

bentrokan yang terjadi karena permasalahan pribadi anggota atau oknum yang ada

Ormas yang akhirnya terbawa-bawa membawa nama organisasi. Faktor yang

menjadi setiap permasalahan biasanya karena permasalahan kecil seperti

permasalahan ekonomi dan dalam mencari nafkah contohnya penjaga parkir,

penagihan hutang, dan pencabutan bendera. Hal-hal tersebut terjadi karena

kurangnya pembinaan yang merata dan sistem pengkaderan yang kurang merata

sehingga anggota organisasi mendapatkan bekal yang sama dalam berorganisasi

Page 94: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

82

dan tidak bertindak semaunya sehingga dapat meminimalisir tindakan-tindakan

yang dapat merugikan organisasi.

Aparat penegakan hukum dalam kasus bentrokan massa yang melibatkan

Pemuda Pancasila ialah berupaya menyelesaikan konflik antar Ormas tersebut

dengan mengutamakan persuasif, dengan cara memediasikan dan menjadi

mediator atau juru damai antara Ormas yang terlibat bentrokan untuk saling

bernegoisasi yaitu menemukan jalan keluar, meredam konflik dan

mendamaikannya. Dalam kasus ini aparat penegakan hukum, belum pernah

memberikan sanksi secara organisasi. Karena pada dasarnya Ormas Pemuda

Pancasila tidak pernah memberikan instruksi atau menyuruh untuk melakukan

bentrokan massa, oleh karena itu secara organisasi pemuda Pancasila hanya

diberikan teguran dan yang diberikan sanksi adalah oknum anggota yang ada di

dalam organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila.

Sikap pimpinan pengurus Pemuda Pancasila terhadap anggota yang terlibat

dalam bentrokan massa ialah dengan cara bernegoisasi dengan tujuan untuk

upaya-upaya penyelesaian konflik dan berusaha untuk meredam dengan

mengutamakan persuasif. Upaya-upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh

Ormas Pemuda Pancasila dilakukan dengan dua cara. Pertama, tindakan preventif

sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi konflik yang lebih tajam dan luas.

Kedua, tindakan persuasif sebagai upaya penyelesaian konflik, yaitu secara

internal dan secara ekternal. Penyelesaian secara internal yaitu penyelesaian di

dalam organisasi dengan memberikan sanksi dan teguran terhadap anggota yang

terlibat dan ketika ada anggota yang bermasalah dengan penegakan hukum maka

Page 95: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

83

Pemuda Pancasila memberikan pendampingan dan pembelaan secara hukum

melalui pengacara yang dimilikinya yaitu Badan Penyuluhan dan Pembelaan

Hukum (BPPH) Pemuda Pancasila paling tidak hal tersebut bisa meminalkan

hukuman. Sedangkan penyelesaian secara ekternal yaitu penyelesaian antar

organisasi yang terlibat, dengan cara saling bertemu antar pimpinan pengurus

untuk bersepakat untuk meredam permasalahan dan bersekapat untuk

menyelesaikan konflik dengan berdamai.

B. Saran

Beberapa hal yang peneliti rekomendasikan setelah melakukan penelitian

ini. Antara lain:

Pertama, Aparat penegak hukum selayaknya bisa berlaku adil untuk

menindak secara professional para okum anggota Pemuda Pancasila yang terlibat

dalam bentrokan massa, apalagi oknum tersebut sudah terindikasi melanggar

hukum, hal ini demi meningkatkan rasa keadilan seluruh masyarakat.

Kedua, untuk menghindari terjadinya konflik yang lebih tajam secara

internal, aturan organisasi tentang pengkaderan selayaknya bisa di

implementasikan secara lebih baik. Hal ini di maksudkan agar seluruh anggota

kader memiliki bekal yang sama dalam berorganisasi dan tidak berperilaku

semaunya sendiri.

Page 96: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

84

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arliman, Laurensius Arliman. Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat.

Yogyakarta: Deepulish, 2015.

Dalam Anggaran Dasar Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab I

tentang “Nama, Waktu, dan Kedudukan” Pasal 1, 2, 3. dan Bab II tentang

“Asas, Dasar, dan Tujuan” Pasal 4, 5, 6.

Dalam Anggaran Dasar Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab IV

tentang “Pokok-Pokok Perjuangan” Pasal 10.

Dalam Anggaran Dasar Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila Bab IX,

Pasal 17 tentang “Susunan dan Jenjang Organisasi”.

Dalam Anggaran Rumah Tangga Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila

Bab I, Pasal 3 tentang “Semboyan”.

Dalam Hasil Keputusan Musyawarah Besar IX Organisasi Kemasyarakatan

Pemuda Pancasila tahun 2014, tentang Program Umum Pemuda Pancasila

Bab I.

Heryanto, Gun Gun. Dan Rumaru, Shulhan. Komunikasi Politik Sebuah

Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2018.

Rauf, Mawasdi. Konsensus Politik. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2000.

Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.

Depok: PT RajaGrafindo, 2018.

Page 97: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

85

Tim Grasindo. Update Paling lengkap Undang-Undang Ormas. Jakarta: PT

Grasindo, 2018.

Tim Redaksi. Kumpulan Lengkap UU Ormas dan Yayasan. Yogyakarta: Laksana,

2017.

Tim Redaksi. Terlengkap UUD 1945 dan Amandemen. Yogyakarta: Laksana,

2018.

Ubaedillah. Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Pancasila Demokrasi dan

Pencegahan Korupsi. Jakarta: Kencana, 2015.

Winayanti, Nia Kania. “Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas”,

Yigyakarta: Pustaka Yustisia, (2011).

Yusuf, Muri. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan”,

Jakarta: Kencana, 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017

tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Page 98: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

86

Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

Jurnal Online

Hairi, Prianter Jaya. “Landasan Hukum Rencana Pembubaran Organisasi

Kemasyarakatan”, Info Singkat, Volume IX Nomor 10, (2017), h.1-4.

Maasum, Magfirah. “Penerapan Sanksi terhadap Ormas yang Bertentangan

dengan Nilai-Nilai Pancasila Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan”, Lex Crimen, Volume VI

Nomor 5, (2017), h.5-11.

Tarulina, Hotma “Pertanggungjawaban Pidana terhadap Perbuatan Pidana yang

Dilakukan oleh Anggota Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyrakatan”, Jom Fakultas Hukum, Volume IV Nomor 2, (2017), h.1-

12.

Wada, Igam Arya. “Wewenang Pemerintah dalam Pembubaran Organisasi

Masyarakat”, E-Journal Lentera Hukum, Volume 4, Issue 3, (2017),

h.150-162.

Page 99: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

87

Wibowo, Catur dan Harefa, Herman. “Urgensi Pengawasan Organisasi

Kemasyarakatan oleh Pemerintah”, Jurnal Bina Praja, Volume 7 Nomor

1, (2015), h.1-18.

Artikel Internet

Afkar Sarvika, Mohamad. “Terlibat Bentrok, Pimpinan Pemuda Pancasila Bogor

Tidak Ingin Benturan Dengan Polisi”. Dari https://bogor.tribunnews.com. .

Artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari 2019, 20:00.

DetikNews, “Bentrok di Mampang, Ketua FBR H Borix dan Ketua PP H Torik

Dipertemukan Polisi”, dari https://news.detik.com. artikel ini diakses pada

Rabu, 13 Februari 2019, 20:00.

DetikNews, “FBR Vs PP Bentrok Saling Rusak Posko di Mampang, Polisi Usut

Pelakunya”, dari https://news.detik.com artikel ini diakses pada Rabu, 13

Februari 2019, 20:00.

Firdaus, Andi. “Bentrok Ormas di Bekasi, Polisi: Mereka Bermusuhan”. dari

https://www.antaranews.com. artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari

2019, 20:00.

Nailufar, Nibras Nada. “Bermula dari Gardu Ormas Dilempari, Tawuran Terjadi

di Jaksel”, dari https://megapolitan.kompas.com. artikel ini diakses pada

Rabu, 13 Februari 2019, 20:00.

Oktaviani, “Satu Orang Terluka Saat Bentrok FBR dan Pemuda Pancasila di

Depok”. dari https://akurat.co. Artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari

2019, 20:00.

Page 100: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

88

Pemudapancasila.ir.id, “Suasana Akrab Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional

(MPN) Pemuda Pancasila Dengan Habib Umar Al Hamid (Penasehat FPI

Pusat) Terkait Video Viral Adu Domba Sekaligus Menyerahkan Surat

Permohonan Maaf” dari https://pemudapancasila.or.id. artikel ini diakses

pada Kamis, 6 Juni 2019, 20:00.

SuaraJakarta.co, “Segerombolan Pemuda Bawa Balok dan Parang Tawuran di

BSD”, dari http://suarajakarta.co. artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari

2019, 20:00.

Sutanto, Dharmawan. “Bawa Golok, FBR dan Pemuda Pancasila Bentrok di Johar

Baru”, dari https://www.merdeka.com. artikel ini diakses pada Rabu, 13

Februari 2019, 20:00.

Tohir, Jaisy Rahman. “Bentrok Ormas, Ketua PAC Pemuda Pancasila Sebut

Bentuk Balasan Karena Poskonya Dirusak”. dari

http://jakarta.tribunnews.com. Artikel ini diakses pada Rabu, 13 Februari

2019, 20:00.

Viva.co.id. “Bentrok FBR Vs Pemuda Pancasila di Pamulang”. Dari

https://www.youtube.com/watch?v=3yM5mt1Skm0 artikel ini diakses pada

Jumat, 15 Februari 2019.

Wawancara

Bapak Ahmad Suja’i, Sekretaris II Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pemuda

Pancasila Kecamatan Tiga Raksa.

Page 101: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

89

Bapak Capt Hariman Siregar, SH. M.Si,M.Mar, Ketua bidang organisasi dan

keanggotaan Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DKI

Jakarta.

Bapak Gunung Hutapea, Ketua bidang organisasi dan keanggotaan Majelis

Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila.

Bapak Yahya Abdul Habib, S.E, Wakil Sekretariat Jendral bidang organisasi dan

keanggotaan Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila.

H. Zulkarnain, S.E, Ketua bidang pertahanan dan keamanan Majelis Pimpinan

Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Banten.

Ibu Eka Sularsti Amirudin, Sekretaris Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda

Pancasila Kabupaten Tanggerang.

Page 102: ORGANISASI MASYARAKAT DAN KETERTIBAN UMUM (Studi …

90