Organisasi Kemasyarakatan

14
Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) sebagai organisasi diakar rumput dan masyarakat pada umumnya sering sekali menerima kebijakan pemerintah tanpa tahu alasannya dan seolah-olah suara mereka tidak didengar lagi oleh para pemerintah selaku pembuat kebijakan. Seharusnya kebijakan pemerintahan yang berupa kebijakan publik harus berpihak pada kepentingan masyarakat. Permasalahan tersebut muncul karena ormas atau masyarakat pada umumnya tidak mempunyai akses yang cukup untuk mendengarkan, mempertimbangkan dan menyuarakan aspirasi mereka ketika formulasi sebuah kebijakan dibuat. Padahal sesunguhnya cita-cita negara Republik Indonesia yang tertuang didalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa :“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…..”. Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, cita-cita berdirinya bangsa ini adalah memajukan kesejahteraan masyarakat. Namun, kesejahteraan masyarakat tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya kemauan yang tulus dari pemerintah untuk meningkatkan partisipsi masyarakat sejak perencanaan pembangunan itu sendiri. Hak dan Kewajiban Ormas Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) mempunyai hak dan kewajiban untuk mewujudkan partisipasi mayarakat didalam proses perencanaan dan pengawasan pembangunan yang dijamin oleh konstitusi. Apalagi kalau mengingat era demokrasi dewasa ini proses partisipasi publik merupakan tolok ukur bagi pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan yang baik (Good Governance). Kriteria kepemerintahan yang baik (Good Governance) adalah sebagai berikut : (i) Partisipasi, menunjuk pada keikutsertaan seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan; (ii) Penegakan hukum atau peraturan, penegakan hukum harus diterapkan secara adil dan tegas.; (iii) Transparansi, seluruh proses pemerintahan dapat

description

tentang kemasyarajatan

Transcript of Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) sebagai organisasi diakar rumput dan masyarakat pada umumnya sering sekali menerima kebijakan pemerintah tanpa tahu alasannya dan seolah-olah suara mereka tidak didengar lagi oleh para pemerintah selaku pembuat kebijakan.Seharusnya kebijakan pemerintahan yang berupa kebijakan publik harus berpihak pada kepentingan masyarakat. Permasalahan tersebut muncul karena ormas atau masyarakat pada umumnya tidak mempunyai akses yang cukup untuk mendengarkan, mempertimbangkan dan menyuarakan aspirasi mereka ketika formulasi sebuah kebijakan dibuat.Padahal sesunguhnya cita-cita negara Republik Indonesia yang tertuang didalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa :Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, cita-cita berdirinya bangsa ini adalah memajukan kesejahteraan masyarakat. Namun, kesejahteraan masyarakat tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya kemauan yang tulus dari pemerintah untuk meningkatkan partisipsi masyarakat sejak perencanaan pembangunan itu sendiri.Hak dan Kewajiban OrmasOrganisasi Kemasyarakatan (ORMAS) mempunyai hak dan kewajiban untuk mewujudkan partisipasi mayarakat didalam proses perencanaan dan pengawasan pembangunan yang dijamin oleh konstitusi. Apalagi kalau mengingat era demokrasi dewasa ini proses partisipasi publik merupakan tolok ukur bagi pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan yang baik (Good Governance). Kriteria kepemerintahan yang baik (Good Governance) adalah sebagai berikut :(i) Partisipasi, menunjuk pada keikutsertaan seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan;(ii) Penegakan hukum atau peraturan, penegakan hukum harus diterapkan secara adil dan tegas.;(iii) Transparansi, seluruh proses pemerintahan dapat diakses dengan publik;(iv) Responsif, lembaga pemerintah harus selalu tanggap terhadap kepentingan public;(v) Konsensus, Pemerintah harus dapat menjembatani perbedaan kepentinggan demi tercapainya konsensus antar kelompok.,(vi) Keadilan, kesetaraan pelayanan bagi seluruh warga;(vii) Efektifitas dan efisiensi, merujuk pada proses pemerintahan yang dapat mencapai tujuan dan menggunakan dana seoptimal mungkin;(viii) Akuntabel, seluruh proses pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan visi strategis pemerintah.Berdasarkan delapan (8) kriteria good governance tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan transparansi publik merupakan elemen yang penting bagi pencapaian tujuan pembangunan dan demokratisasi nasional.Maka peran ORMAS harus dapat membantu Pemerintah agar mampu melaksanakan berbagai macam regulasi yang menjamin partisipasi masyarakat didalam pembangunan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan. Regulasi tersebut antara lain:(i) Undang-undang No 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum,(ii) Undang-undang No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; dan(iii) Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.Apabila kita cermati partisipasi masyarakat sampai saat ini hanya menjadi formalisme belaka, banyak input, keluhan, laporan dan lain sebagainya hanya bisa ditampung tanpa ada tindak lanjut. Oleh karena peran ormas perlu ditingkatkan dalam memberikan masukan kepada pemerintah agar ada proses aktualiasasi partisipasi masyarakat di dalam proses perencanaan kebijakan publik.Proses Perumusan Kebijakan PublikApabila kepentingan publik adalah sentral, makapemerintah selaku administrator publik (eksekutif) harus profesional yang proaktif adalah mutlak, yaitu administrator yang selalu berusaha meningkatkan responbilitas obyektif dan subyektif terhadap aspirasi masyarakat didalam membuat kebijakan publik.Selain itu didalam proses pembuatan kebijakan publik, administraror tidak boleh bersikap hampa nilai (value free) tetapi harus sarat dengan nilai (value laden). Hal tersebut dapat diartikan bahwa eksekutif dan legislatif harus lebih banyak memperhatikan kepentingan publik, sehingga pengertian publik dalam pengambilan kebijakan publik menjadi lebih bermakna. Oleh karena itu suatu kebijakan memuat tiga elemen yaitu:(i) identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai,(ii) taktik atau strategi yang diarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan;(iii) penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada kepentingan seluruh masyarakat.Proses Perumusan Kebijakan PublikAda enam langkah dalam perumusan kebijakan publik ini, yaitu:(1) Perumusan Masalah. Perumusan Kebijakan Publik itu harus dengan benar, hal ini kan sangat membantu di dalam menentukan sifat proses kebijakannya(2) Penyusunan agenda pemerintah, dengan skala prioritas.;(3) Perumusan Usulan Kebijakan merupakan langkah yang ketiga dalam proses perumusan kebijakan publik yaitu perumusan usulan-usulan kebijakan publik (policy proposals).;(4) Pengesahan Kebijakan Public adalah suatu proses kolektif, pembuat keputusan bisa sekaligus berfungsi sebagai pengesahan keputusan tersebut. Legitimasi (pengesahan) oleh seseorang atau badan yang berwenang menjadi kebijakan (policy decision) yang sah (legitimate;(5) Pelaksanaan Kebijakan. Pemerintah bukan hanya dalam perumusan kebijakan publik saja, tetapi juga mempunyai tugas dan kewajiban dalam pelaksanaan kebijakan publik tersebut sehingga suatu kebijakan publik akan menjadi efektif bila dilaksanakan dan mempunyai dampak positif bagi anggota-anggota masyarakat,(6) Penilaian Kebijakan publik. Penilaian kebijakan adalah merupakan langkah terakhir dari suatu proses kebijakan. Penilaian kebijakan dapat dilakukan pada fase perumusan masalah; formulasi usulan kebijakan; implementasi; legitimasi kebijakan dan seterusnya.KesimpulanPeran Organisasi Kemasyarakatan beserta masyarakat lainnya dalam pengambilan kebutuhan kebijakan publik perlu terus ditingkatkan dan sesungguhnya sudah direspon oleh pemerintah melalui serangkaian regulasi yang menjamin peran serta aktif masyarakat antara lain diluncurkannya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memberikan landasan bagi peran serta atau partisipasi aktif masyarakat di dalam perencanaan pembangunan nasional.Namun, di dalam implementasinya kebijakan tersebut dilapangan ditemukan banyak kendala baik yang berasal dari masyarakat, partai politik, pemerintah maupun sistem perencanaan pembangunan itu sendiri. Oleh peningkatan peranan Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) untuk memperkuat aktualiasi peran serta masyarakat di dalam perencanaan pembangunan harus terus digalakan dan diperbaiki secara komprehensif.

berdasarkan Pengalaman JARI dan CIFOR maka dapat dikumpulkan pelajaran dan hikmah sebagai berikut: Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat masih bersifat kasuistis, jangka pendek dan cenderung dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil atau bahkan perorangan.

Pengawasan masyarakat yang dilakukan kebanyakan mengarah kepada pengawasan keuangan terutama bertujuan untuk melihat penyimpangan dalam pembelanjaan. Sebagian yang lain melakukan pengawasan terhadap prosedur kerja dan kebijakan pemerintahan.

Permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah: Tidak adanya jalur dan mekanisme yang efektif termasuk ketiadaan panduan resmi bagi masyarakat dalam melakukan pengawasan (pencarian data, dan penyampaian hasil pengawasan) Sulit untuk mendapatkan data dan informasi. Walaupun peraturan perundangan mewajibkan pemerintah untuk terbuka, juga memberikan hak pada masyarakat untuk mendapatkan data dan informasi, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya terjadi dalam kenyataan. Beberapa metode yang biasanya digunakan oleh masyarakat ntuk mencari data adalah: perkawanan dengan petugas pemerintah, dengar pendapat atas inisiatif masyarakat, tekanan, misalnya lewat demonstrasi, perkawanan dengan wartawan, mengikuti rapat-rapat pemerintah (hanya terjadi pada pemerintah daerah yang terbuka)Sulitnya menggalang dukungan masyarakat luas. Hal ini diakibatkan oleh strategi komunikasi yang belum efektif. Beberapa metode yang biasanya digunakan untuk menyampaikan hasil pengawasan adalah: angkat lewat media dan LSM, aksi masa, litigasi (pengadilan), hearing dan sharing dengan DPRD, mengirimkan surat.Lemahnya kelembagaan masyarakat sehingga daya tekan dalam menyampaikan hasil pengawasan juga lemahTidak ada perlindungan hukum bagi masyarakat yang menyampaikan hasil pengawasan, misalnya terhadap ancaman pemecatan kerja.

Hal-hal yang memudahkan pelaksanaan pengawasan masyarakat:Pemerintah secara eksplisit meminta masyarakat mengawasi proyekPapan pengumuman proyekMedia untuk dapat mengakses kepala daerah, misalnya seperti Open House.

Untuk dapat melakukan pengawasan dengan baik, berikut adalah beberapa keterampilan yang dianjurkan untuk dimiliki masyarakat:Strategi komunikasi dan komunikasi efektifPengumpulan data dan investigasiAnalisis data dan informasiPenguatan kelembagaan kelompok.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat untuk melakukan pengawasan:Adanya organisasi masyarakat yang kuat dan dipercaya oleh anggotanya sendiriAdanya kebebasan berpendapat dan menyampaikan hasil pengawasan tanpa tekanan, ancaman dan rasa takut dari pihak manapunMemiliki kepentingan langsung terhadap sesuatu yang diawasi3. KesimpulanAda beberapa syarat agar pengawasan masyarakat dapat berjalan efektif, yaitu:(1) Hak masyarakat untuk mendapatkan data dan informasi terutama informasi tentang pendanaan dan spesifikasi proyek (kerangka acuan kerja). Seluruh pihak yang terlibat baik pemerintah maupun pihak ketiga (kontraktor) harus mendukung transparansi data dan informasi.(2) Jalur dan mekanisme yang efektif bagi masyarakat untuk menyalurkan umpan balik, termasuk menjalankan perlindungan hukum bagi para saksi.(3) Prosedur yang menjamin adanya kepastian tindak lanjut dari umpan balik yang disampaikan oleh masyarakat. Kepastian tidak harus selalu setuju dengan laporan masyarakat, tetapi pertama-tama harus ada tanggapan atas laporan tersebut. Jika disetujui maka harus ada jaminan tindak lanjut untuk merespon laporan tersebut, jika tidak disetujui maka harus ada alasan yang juga tertulis dan disampaikan kepada masyarakat. Jaminan tersebut harus diakui dalam sistem hukum.(4) Adanya pengakuan atas temuan masyarakat.(5) Membangun kesadaran dan motivasi serta keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam melakukan pengawasan baik sebagai kelompok-kelompok kepentingan maupun sebagai pribadi

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terdapat tiga wilayah yang salingberinteraksi dan memiliki peran yang seimbang, yaitu negara (state), masyarakat sipil (civil society), dan pasar (market) . Menurut Jimly Asshiddiqie, ketiga domain kekuasaan tersebut memiliki logika dan hukumnya sendiri -sendiri. Ketiganya harus berjalan seiring dan sejalan,sama-sama kuat dan sama-sama saling mengendalikan satu sama lain, tetapi tidak boleh saling mencampuri atau dicampuradukkan.Jika kekuasaan negara terlalu dominan,demokrasi tidak akan tumbuh karena selalu didikte dan dikendalikan oleh negara. Jika kekuasaan pasar terlalu kuat, melampaui kekuatan civil society dan negara, berarti kekuatan uang atau kaum kapitalis yang menentukan dalam kehidupan bermasyarakat danbernegara. Demikian pula jika kekuasaan yang dominan adalah civil society sedangkan negara dan pasar lemah, maka yang akan terjadi adalah situasi chaos, messy,government-less, tanpa arah yang jelas.Masyarakat sipil mengacu kepada pengertian kehidupan masyarakat yang beradab, memiliki ikatan dan norma sendiri yang berbeda dengan ikatan dan norma dalam negara maupun pasar. Masyarakat sipil adalah para warga yang saling berasosiasi untuk mencapai berbagai tujuan dengan berlandaskan Pada orientasi untuk kebaikan bersama. Masyarakat sipil merupakan suatu arena yang berbeda dari negara dan pasar di mana anggota masyarakat berkelompok dan berinteraksi satu dengan lainnya untuk mendefinisikan,menyatakan dan mendorong nilai-nilai, hak, dan kepentingan mereka.

Masyarakat sipil bukan saja berbeda dengan negara ataupun pasar, tetapi keberadaannya dapat mendahului keberadaan suatu negara.Dalam konteks bernegara, masyarakat sipil adalah wujud interaksi antar warga negara. Dalam statusnya sebagai warga negara, memiliki hak yang harus dipenuhi oleh negara serta memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan bersama yang telah dinyatakan di dalam konstitusi. Tujuan bernegara, tidak selalu harus atau bahkan tidak selalu dapat dicapai oleh institusi dan Penyelenggara negara. Pencapaian tujuan bernegara membutuhkan peran bersama antara masyarakat sipil, negara, dan pasar. Peran masyarakat sipil tidak hanya sekadar berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara, tetapi juga mengurus dan membangun dirinya sendiri

Agar masyarakat sipil dapat berkembang dan berdinamika sesuai dengan hukum dankarakteristik yang dimiliki, harus dilakukan dengan mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya yang mereka lakukan, dengan sedikit mungkin melakukan intervensi yang bersifat memaksa. Intervensi yang terlalu kuat terhadap masyarakat sipil akan berakibat padaterjadinya menegarakan masyarakat sipil seperti yang terjadi pada masa Orde Baru.Halitu akan memadamkan dinamika sosial, memasung kreativitas, dan menimbulkanketergantungan masyarakat sipil terhadap negara. Akibatnya, masalah-masalah kebangsaan yang seharusnya dapat diselesaikan masyarakat sipil menjadi terbengkalai dan menjadibeban berat negara.

Salah satu bentuk organisasi masyarakat sipil adalah organisasi kemasyarakatan(ORMAS) sebagai organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga negaraIndonesia secara sukarela berdasarkan kesamaan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam UU Nomor 8 Tahun 1985 disebutkan bahwa Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesaruan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Sejarah menunjukkan bahwa peran ORMAS lebih luas jika dibandingkan dengan peran yang ditentukan dalam UU Keormasan. ORMAS dibentuk tidak hanya untukberperanserta dalam pembangunan yang dilakukan oleh negara, tetapi juga dapat berperan melaksanaan pembangunan itu sendiri, bahkan tanpa harus membebani negara. Dalam sejarah Indonesia ORMAS telah lahir sejak sebelum kemerdekaan dan menjadi kekuatan perjuangan meraih kemerdekaan.ORMAS menghimpun kekuatan rakyat dan membangun Nasionalisme kemerdekaan Indonesia.Pada masa kemerdekaan,berbagai ORMAS telah mengisi kemerdekaan denganmembangun dan mendorong terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Berbagai ORMAS secara mandiri menyelenggarakan pendidikan yang mencerdaskan bangsa, menyediakanlayanan kesehatan, serta berbagai bentuk pemberdayaan masyarakat yang lain. ORMASjuga memiliki andil besar dalam menjaga ketertiban dan kedamaian, menumbuhkan budaya musyawarah dalam menyelesaikan berbagai konflik antar anggota masyarakat.

Definisi Controlling atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi. Controlling atau pengawasan adalah fungsi manajemen dimana peran dari personal yang sudah memiliki tugas, wewenang dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan agar supaya berjalan sesuai dengan tujuan, visi dan misi perusahaan. Di dalam manajemen perusahaan yang modern fungsi control ini biasanya dilakukan oleh divisi audit internal. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai: the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans. Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa: pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu: a. penetapan standar pelaksanaan; b. penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; c. pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; d. pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan e. pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan. 2. Prinsip Pengawasan 1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur. Misalnya tentang waktu dan tugas-tugas pokok yang harus diselesaikan oleh staf. 2. Fungsi pengawasan harus difahami pimpinan sebagai suatu kegiatan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 3. Standar unjuk kerja harus dijelaskan kepada seluruh staf karena kinerja staf akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk memberikan reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja. 3. Manfaat Pengawasan Bila fungsi wasdal dilaksanakan dengan tepat, organisasi akan memperoleh manfaat berupa: 1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilaukan oleh staf, pakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya telah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi wasdal akan meningkatkan efisiensi kegiatan program. 2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya. 3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien. 4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan. 5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan. 4. Proses pengawasan Terdapat tiga langkah penting dalam proses pengawasana manajerial yaitu: Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapaioleh staf atau organisasi Membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tolok ukur. Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya, dan menggunakan, dan menggunakan faktor tersebut untuk menetapkan langkah-langkah intervensi. 5. Obyek Pengawasan Dalam melaksanakan fungsi pengawasan manajerial, ada lima jenis obyek yang perlu dijadikan sasaran pengawasan. Obyek yang menyangkut kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Pengawasan ini bersifat fisik. Keuangan Pelaksanaan program dilapangan Obyek yang bersifat strategis Pelaksanaan kerja sama dengan sektor lain yang terkait. 6. Jenis-jenis Pengawasan Pengawasan fungsiomal (struktural). Fungsi pengawasan ini melekat pada seseorang yang menjabat sebagai pimpinan lembaga. Pengawasan publik. Pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat. Pengawasan non fungsional. Pengawasan ini biasanya dilakukan oleh badan-badan yag diberikan wewenang untuk melakukan pengawasan seperti DPR, BPK, KPK, dan lain-lain. 7. Prinsip Pokok Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu: 1. Adanya Rencana 2. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan. Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan adalah penting untuk mendapat perhatian. Pengawasan dan pengendalian (controlling) sebagai fungsi manajemen bila diikerjakan dengan baik, akan menjamin bahwa semua tujuan dari setiap orang atau kelompok konsisten dengan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini membantu menyakinkan bahwa tujuan dan hasil tetap konsisten satu sama lain dengan dalam organisasi. Controlling berperan juga dalam menjaga pemenuhan (kompliansi) aturan dan kebijakan yang esensial. Proses pengendalian mulai dengan perencanaan dan pembangunan tujuan penampilan kerja. Tujuan penampilan didefinisikan dan standar-standar untuk mengukurnya disusun. Ada 2 tipe standar: Standar out-put (keluaran): mengukur hasil-hasil tampilan dalam istilah kuantitas, kualitas, biaya atau waktu. Standar in-put (masukan): mengukur usaha-usaha kerja yang masuk ke dalam tugas penampilan. 8. Pengukuran Penampilan Aktual Pengukuran harus cukup akurat untuk menyorot penyimpangan atau variasi. Tanpa pengukuran, pengendalian yang efektif tidaklah mungkin ada. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil dengan tujuan dan standar. Perbandingan dari tampilan aktual dengan tampilan yang diharapkan membangun kebutuhan untuk bertindak. Cara untuk membuat perbandingan meliputi: Historis/relatif/rancang-bangun Benchmarking 9. Pengendalian Efektif Pengendalian terbaik dalam organiasasi adalah berorientasi pada strategi dan hasil, dapat dipahami, mendorong pengendalian diri (self-control), berorientasi secara waktu dan eksepsi, bersifat positif, setara dan objektif, fleksibel. Tipe-tipe pengendalian (awal) preliminary, kadang-kadang disebut kendali feedforward, hal ini harus dipenuhi sebelum suatu perkerjaan dimulai. Kendali ini menyakinkan bahwa arah yang tepat telah disusun dan sumber-sumber yang tepat tersedia untuk memenuhinya. Tipe-tipe pengendalian (saat ini) concurrent berfokus pada apa yang sedang terjadi selama proses. Kadang-kadang disebut kendali steering, kendali ini memantau operasi dan aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin sesuatunya telah sedang dikerjakan dengan tepat. Tipe-tipe pengendalian (akhir) post-action; kadang-kadang disebut kendali feedback , kendali ini mengambil tempat setelah suatu tindakan dilengkapi. Kendali akhir berfokus pada hasil akhir, kebalikan dari input dan aktivitas. Manajer memiliki 2 pilihan luas dengan memperhatikan pengendalian. Mereka dapat mengandalkan orang-orang untuk melatih pengendalian diri (internal) atas tingkah lakunya sendiri. Alternatif lain, manajer dapat mengambil tindakan langsung (external) untuk mengendalikan tingkah laku orang lain. Pengendalian internal memberikan individu yang termotivasi untuk melatih pengendalian diri dalam memenuhi harapan pekerjaan. Potensi untuk pengendalian diri dikembangkan ketika orang yang mampu memiliki tujuan tampilan yang jelas dan dukungan sumber-sumber yang tepat. Pengendalian eksternal terjadi melalui supervisi personal dan penggunaan sistem administrasi formal antara lain sistem penilaian penampilan, sistem kompensasi dan keuntungan, sistem disiplin kepegawaian, dan management-by-objectives (manajemen berdasar tujuan). Kompensasi dan keuntungan dari sistem pengawasan dan pengendalian yang baik adalah: Akan menarik orang berbakat dan mempertahankannya di dalam organisasi. Memotivasi orang untuk menggunakan usaha maksimum dalam pekerjaannya. Menyadarkan nilai dari kontribusi penampilannya.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin