ORGANISASI KEMASYARAKATAN BAB I PENDAHULUAN A....
Transcript of ORGANISASI KEMASYARAKATAN BAB I PENDAHULUAN A....
1
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
(Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila
Kabupaten Sleman)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tidak terasa saat ini Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi merasakan
era reformasi sudah 16 tahun berjalan. Hal ini tentu menjadi sebuah prestasi tersendiri
mengingat Indonesia dengan multikulturalisme yang tersebar dari sabang sampai
merauke. Demokrasi tentu tidak dapat dipisahkan dalam keberhasilan berjalannya era
reformasi dikarenakan demokrasi memberikan ruang yang sangat terbuka kepada
masyarakat untuk mengekspresikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Masyarakat yang kini telah merasakan kebebasan baik untuk menyuarakan
tuntutan kepada pemerintah bahkan telah memiliki kebebasan untuk berkumpul
dalam rangka membentuk sebuah perkumpulan atau organisasi. Kebebasan
masyarakat untuk membentuk organisasi tentu sangat sulit untuk diwujudkan saat
Soeharto bersama orde baru masih berkuasa. Dengan keterbukaan masyarakat
membentuk organisasi memberikan ruang secara legal dan formal demi
memperjuangkan hak-hak masyarakat yang harus diberikan pemerintah selaku
pelayan masyarakat.
2
Saat ini berbagai macam organisasi masyarakat telah berdiri dengan berbagai
macam ideologi yang dijadikan sebagai pedoman kepentingan organisasi. Ada
organisasi yang mewakili kepentingan buruh, organisasi yang mewakili kepentingan
pengusaha, organisasi yang mewakili kepentingan kelompok islam dan masih banyak
organisasi dengan mewakili kepentingan yang beragam.
Saat ini sebuah organisasi kemasyarakatan yang telah berdiri sejak orde lama
masih dapat memperlihatkan eksistensinya kepada masyarakat Indonesia. Organisasi
ini adalah organisasi Pemuda Pancasila yang tentu menjadikan Pancasila tidak hanya
sebagai dasar Negara semata namun juga menjadikan Pancasila sebagai ideologi
tunggal organisasi. Tidak hanya itu saja, organisasi Pemuda Pancasila juga
menggunakan lambang Pancasila sebagai lambang organisasi. Hal ini tentu tidak
terjadi di organisasi-organisasi kemasyarakatan lain di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu organisasi Pemuda Pancasila saat ini telah mengalami
proses pergeseran pergerakan. Transformasi organisasi bergeser sesuai dengan era
kepemerintahan yang berubah. Hal ini memberikan bukti bagaimana Pemuda
Pancasila berusaha untuk mempertahankan eksistensi organisasi. Proses pergeseran
yang terjadi ini juga agar Pemuda Pancasila sebagai organisasi senantiasa dapat
diterima oleh masyarakat luas.
3
Saat ini Pemuda Pancasila memiliki pengurus cabang yang tersebar di seluruh
provinsi di Indonesia. Organisasi ini tidak puas melebarkan sayapnya hanya di
Indonesia dimana organisasi Pemuda Pancasila telah memiliki pengurus cabang di
luar negeri yaitu pengurus cabang organisasi Pemuda Pancasila California Amerika
Serikat (Tempo, 29 Januari 2014).
Keberhasilan organisasi Pemuda Pancasila ini tidak terlepas dari bagaimana
organisasi ini melakukan transformasi diri terkait pergeseran pergerakan.
Transformasi pergeseran ini salah satunya berbentuk melakukan proses kaderisasi dan
rekrutmen inovatif yang sangat maksimal menyesuaikan dengan era yang berkuasa.
Proses keduanya yang maksimal ini tentu tidak hanya dilakukan oleh pengurus pusat
semata. Hal ini terjadi dengan adanya kordinasi pengurus pusat dengan pengurus
wilayah provinsi, pengurus cabang kabupaten/kota hingga pada pengurus kecamatan
dan ranting sebagai akar dari organisasi Pemuda Pancasila.
Kaderisasi dan rekrutmen tidak dapat dipisahkan dalam eksistensi sebuah
organisasi. Hal ini terjadi dikarenakan keduanya sebagai salah satu instrumen yang
menjamin keberlangsungan sebuah organisasi. Apabila proses rekrutmen dan
kaderisasi yang dilakukan tidak maksimal maka eksistensi sebuah organisasi akan
berjalan tidak maksimal pula. Hal ini yang sangat tidak ingin dirasakan oleh
organisasi Pemuda Pancasila sebagai organisasi kemasyarakatan besar yang telah
melahirkan kader-kader terbaik sebagai putra-putri penerus generasi bangsa
Indonesia.
4
Keberhasilan organisasi Pemuda Pancasila saat ini tentu tidak memberikan dilema
tersendiri bagi organisasi saat ini. Salah satu permasalahan saat ini masyarakat secara
luas memandang organisasi Pemuda Pancasila sangat identik dengan tindak-tindak
kekerasan yang mungkin dapat disebut kearah “premanisme”. Hal ini tentu menjadi
sebuah permasalahan menarik yang dapat mempengaruhi keberlangsungan eksistensi
dari organisasi Pemuda Pancasila itu sendiri.
Permasalahan ini menjadi menarik dikarenakan stigmatisasi negatif “pandangan
masyarakat secara luas” yang menganggap Pemuda Pancasila identik dengan
“kekerasan” akan mempengaruhi proses rekrutmen kader (Beritajatim, 1 November
2013). Hal ini tentu akan mengganggu proses kaderisasi dikarenakan masyarakat
akan sulit untuk direkrut sebagai kader yang akan memberikan kontribusi kepada
Pemuda Pancasila. Namun secara umum saat ini proses perekrutan kader dalam
rangka proses kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila tidak menemui hambatan yang
sangat berarti.
Salah satu bukti organisasi Pemuda Pancasila tetap dapat melakukan proses
perekrutan kader demi memaksimalkan proses kaderisasi terwujud sangat efektif.
Organisasi Pemuda Pancasila dapat melebarkan sayapnya dengan memiliki pengurus
cabang di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (Jogjatv, 9 Oktober 2013).
Ini dapat dijadikan sebagai sebuah bukti keberhasilan dikarenakan watak masyarakat
kabupaten Sleman sangat mudah untuk diketahui yaitu syarat akan “anti kekerasan”.
Hal tersebut sedikit mematahkan pandangan negatif masyarakat secara luas
terhadap organisasi Pemuda Pancasila dimana organisasi ini dapat eksis di daerah
5
yang sangat terkenal akan rasa cinta damai antar sesama masyarakat namun tetap
dapat menerima keberadaan organisasi Pemuda Pancasila meskipun dianggap sebagai
organisasi yang kental akan kekerasan. Eksistensi pengurus cabang Pemuda Pancasila
kabupaten Sleman yang mengalami ”transformasi pergerakan” ini justru melebihi
pengurus wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara struktur diatas pengurus
cabang kabupaten Sleman.
Proses kaderisasi dan rekrutmen sebagai bagian dari transformasi dalam bentuk
pergeseran pergerakan tentu tidak dapat dipisahkan dengan eksistensi pengurus
cabang organisasi Pemuda Pancasila kabupaten Sleman. Hal ini terjadi dikarenakan
berjalannya kedua proses yang sangat maksimal dengan menyesuaikan “konteks
masyarakat” kabupaten Sleman serta para pendatang yaitu mahasiswa selaku generasi
muda. Seperti kita ketahui kabupaten Sleman terdiri dari berbagai macam universitas
ternama sehingga kabupaten ini diklasifikasikan sebagai masyarakat dengan konteks
yang multikultur secara keseluruhan.
Dari berbagai macam penjelasan sederhana terkait dengan eksistensi yang
berkaitan dengan transformasi pergeseran pergerakan, rekrutmen dan kaderisasi
diatas Pemuda Pancasila pengurus cabang kabupaten Sleman maka penulis akan
menulis tulisan yang berjudul “PROSES KADERISASI POLITIK DI MAJELIS
PENGURUS CABANG PEMUDA PANCASILA KABUPATEN SLEMAN”.
6
B. RUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
pertanyaan yang menjadi rumusan masalah untuk menjawab “pandangan negatif”
masyarakat secara luas terhadap Pemuda Pancasila yaitu
1. Bagaimana pergeseran pergerakan organisasi Pemuda Pancasila hingga
era reformasi?
2. Bagaimana dinamika pergerakan Majelis Pimpinan Cabang Pemuda
Pancasila Kabupaten Sleman?
3. Bagaimana Proses Rekrutmen dan Kaderisasi yang Dilakukan Majelis
Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penulis memilih tema tersebut untuk memberikan tulisan deskriptif dalam
rangka proses informasi kepada masyarakat secara luas tentang proses pelaksanaan
kaderisasi beserta rekrutmen sebuah organisasi kemasyarakatan dalam rangka
merubah pandangan masyarakat yang negatif terhadap eksistensi organisasi Pemuda
Pancasila.
7
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis dapat menjadikan tulisan menjadi
hasil yang bermanfaat yang diklasifikasikan kedalam 2 bagian yaitu:
Manfaat Teoritis :
o Tulisan ini dapat menjadi sumbangsih untuk menambah variasi proses
kaderisasi organisasi kemasyarakatan yang tersebar diseluruh
Indonesia.
Manfaat Praktis :
o Tulisan ini diharapkan dapat meminimalisir stigmatisasi negatif
terhadap keberadaan organisasi Pemuda Pancasila khususnya di
Kabupaten Sleman.
o Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai aset tambahan bagi
Organisasi Pemuda Pancasila Pengurus Cabang Kabupaten Sleman.
E. KERANGKA KONSEP
1) Organisasi Kemasyarakatan
Pengertian
Makna dari eksistensi organisasi kemasyarakatan tertuju kepada basis
pergerakan kelompok kepentingan di era sekarang ini. Kelompok kepentingan
merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan sifat, kepercayaan
8
dan/atau tujuan, yang memiliki kesepakatan bersama untuk mengorganisasikan
diri dalam rangka melindungi dan mencapai tujuan bersama (Surbakti, 2007).
Sedangkan menurut Ethridge dan Handelman didalam buku Miriam Budiardjo
Dasar-Dasar Ilmu Politik (2008) dijelaskan bahwa kelompok kepentingan
merupakan organisasi yang bertujuan untuk melakukan proses mempengaruhi
kebijakan publik yang dianggap penting bagi anggota-anggota organisasi
didalamnya.
Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas terkait dengan pengertian
organisasi masyarakat yang diidentikkan dengan kelompok kepentingan maka
organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila secara jelas masuk kedalam
kelompok kepentingan.
Pemuda Pancasila sebagai sebuah organisasi masyarakat tentu memiliki dasar
tujuan organisasi yang ingin diwujudkan yang tentu didasarkan atas kepentingan
bersama. Disini secara umum terlihat jelas bahwa kepentingan pergerakan
Pemuda Pancasila sebagai salah satu kelompok kepentingan adalah dengan
melakukan proses advokasi terhadap kebijakan pemerintah selaku aparatur
Negara.
Advokasi disini maksudnya bagaimana Pemuda Pancasila memberikan
pengaruh melalui kader-kader yang memiliki posisi dan peran penting untuk
menegaskan secara jelas semua kebijakan yang dirancang serta dilaksanakan oleh
pemerintah sesuai dengan satu pucuk. Pucuk disini maksudnya adalah Pancasila
yang tidak hanya sebagai dasar Negara melainkan juga sebagai ideologi tunggal
9
pergerakan Pemuda Pancasila demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Fungsi
Fungsi kelompok kepentingan menurut Surbakti (2007 : 109) adalah
melakukan proses memadukan berbagai macam kepentingan yang ada dijadikan
alternatif kebijakan umum sebagai keputusan politik dalam rangka mempengaruhi
kebijakan publik pemerintah.
Dari pengertian diatas terlihat jelas bagaimana kelompok kepentingan
bergerak sesuai pada poros tujuan yang masing-masing diperjuangkan setiap
kelompok. Tujuan yang dijadikan basis pergerakan kelompok kepentingan jelas
didasari atas kepentingan individu-individu yang tergabung dalam kelompok
kepentingan tertentu.
Seiring berjalannya fungsi kelompok kepentingan demi mewujudkan tujuan
yang menjadi bagian dari kepentingan maka kelompok kepentingan tersebut akan
memberikan pengaruh terhadap sebuah kebijakan pemerintah secara politis yang
tentu disesuaikan dengan basis utama kepentingan yang ingin diwujudkan.
10
Jenis
Ramlan Surbakti (2007) menjelaskan bahwa kelompok kepentingan
diklasifikasikan kedalam 4 jenis kelompok yaitu :
1. Kelompok Anomik
Kelompok yang terbentuk didasarkan atas kesamaan perasaan frustasi,
kecewa, dan tidak puas terhadap sebuah permasalahan. Dari pengertian
diatas terlihat sangat jelas bahwa contoh konkret dari kelompok anomi
adalah orang-orang yang melakukan demonstrasi.
Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang tersebut
didasarkan atas dasar kekecewaan secara keseluruhan terhadap kinerja
pemerintah pada umumnya sehingga melakukan proses perlawanan
dengan melakukan gerakan turun kejalan untuk mengeluarkan hak
berpendapat demi mengakomodasi kepentingan bersama.
Demonstrasi sebagai bentuk dari kelompok kepentingan anomik
bersifat sementara. Sementara disini maksudnya kelompok demonstran
tidak terasosiasi secara permanen melainkan hanya bersifat sementara
terkait dalam proses kegiatan. Hal ini tentu memperlihatkan kelompok
anomik seperti para demonstran akan bubar secara langsung begitu selesai
melakukan demonstrasi terhadap sebuah permasalahan yang mereka
protes.
11
2. Kelompok Non- asosiasonal
Kelompok yang terbentuk oleh rasa solidaritas kesamaan pekerjaan,
agama, etnis serta wilayah. Salah satu contoh kelompok kepentingan
secara non- asosiasonal adalah paguyuban kedaerahan.
Pada dasarnya kelompok kepentingan non-asosiasonal kurang lebih
memiliki persamaan dengan kelompok kepentingan anomik. Namun
terdapat salah satu perbedaan yang mencolok yaitu kelompok kepentingan
non-asosiasonal memiliki dasar identitas yang jelas untuk diperjuangkan
dalam pergerakan kelompok. Seperti paguyuban kedaerahan tentu dasar
identitasnya sangat terlihat jelas yaitu atas kesamaan identitas ras, suku
dan tempat tinggal didaerah yang sama.
Namun kelompok kepentingan non-asosiasonal memiliki salah satu
kesamaan yang identik yaitu setelah kelompok kepentingan ini melakukan
sebuah gerakan dengan membawa identitas yang jelas yaitu kesamaan
secara sosial dan geografis maka mereka akan membubarkan diri secraa
otomatis tanpa melakukan proses rencana pergerakan selanjutnya sebagai
rencana jangka panjang.
3. Kelompok institusional
Kelompok yang secara formal baik dilembaga-lembaga politik seperti
partai politik maupun yang berada langsung dibawah pemerintahan seperti
birokrasi maupun intitusi militer. Dengan adanya kelompok kepentingan
12
yang berada dibawah pemerintahan maka memperlihatkan bagaimana
setiap anggota memiliki pengaruh yang cukup besar.
Eksistensi adanya anggota-anggota yang memiliki pengaruh cukup
besar ini maka kelompok kepentingan institusional ini seperti partai politik
dapat memberikan pengaruh dalam proses penyusunan sebuah kebijakan.
Kriteria lain dari kelompok ini adalah setiap anggota kelompok cenderung
memikirkan dan mengartikulasikan kepentingan kelompok sendiri.
4. Kelompok Asosiasonal
Kelompok yang terbentuk didasarkan dengan tujuan eksplisit,
terorganisir secara baik dalam rangka mengartikulasikan kepentingan
kelompok. Kelompok kepentingan asosiasonal juga selalu mengadakan
hubungan secara terus menerus dengan setiap anggota. Hal ini bertujuan
untuk menjaga solidaritas dan loyalitas setiap anggota demi mewujudkan
tujuan organisasi kedepannya.
Dari pemaparan diatas tentu terlihat sangat jelas Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda Pancasila merupakan bagian dari kelompok
kepentingan Asosiasonal. Hal ini terbukti bahwa Pemuda Pancasila
merupakan organisasi yang terorganisir sesuai AD/ART dan Peraturan
Organisasi serta menjaga soliditas dan loyalitas antar kader demi menjaga
dan memperkuat eksistensi organisasi. Tidak lupa kesemuanya tentu
bertujuan untuk mewujudkan tujuan bersama yang didasarkan atas nilai-
nilai Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
13
2) Korporatisme
Pengertian
Korporatisme merupakan istilah yang tidak asing lagi di dunia
organisasi. organisasi disini tentu tidak hanya pada level pemerintahan
selaku pucuk kekuasaan melainkan tertuju pada organisasi diluar
pemerintahan sekalipun. bahkan korporatisme dapat menjadi alat yang
menjadi penghubung antara pemerintahan dengan organisasi diluar
pemerintahan.
Menurut Philippe Schmitter dalam Memahami Ilmu Politik (2007)
dijelaskan bahwa maksud dari korporatisme adalah proses upaya untuk
menghubungkan pemerintah dengan masyarakat maupun masyarakat
dengan pemerintah. Dari pengertian diatas tentu secara korporatisme
menjadi alat yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan proses
interaksi dengan masyarakat. Interaksi dengan masyarakat disini diwakili
oleh organisasi yang disebut dengan organisasi kemasyarakatan.
Organisasi kemasyarakatan diposisikan sebagai kelompok kepentingan.
Hal ini memperlihatkan bagaimana korporatisme menjadi alat kepentingan
antara pemerintah dengan organisasi kemasyarakatan selaku representasi
masyarakat dalam proses interaksi kepentingan.
Dari pemaparan korporatisme diatas maka secara jelas korporatisme
terbagi atas 2 jenis. Pertama korporatisme Negara terhadap masyarakat.
14
Jenis korporatisme ini merupakan proses penegaraan oleh pemerintah
terhadap berbagai macam kegiatan organisasi kemasyarakatan sebagai
kelompok kepentingan. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam proses
kegiatan, organisasi kemasyarakatan sebagai representasi masyarakat
bergantung dengan pemerintah.
Kedua adalah korporatisme masyarakat terhadap Negara. Jenis
korporatisme ini adalah bagaimana organisasi kemasyarakatan
mempengaruhi pemerintahan dalam menjalankan fungsi. Hal ini tentu
memperlihatkan bagaimana legitimasi pemerintah sangat bergantung
dengan organisasi kemasyarakatan sebagai kelompok kepentingan. jenis
korporatisme oleh masyarakat ini terjadi salah satunya di Negara-negara
Barat pasca industri.
Kriteria
Kedua adalah korporatisme masyarakat terhadap Negara. Jenis
korporatisme ini adalah bagaimana organisasi kemasyarakatan
mempengaruhi pemerintahan dalam menjalankan fungsi. Hal ini tentu
memperlihatkan bagaimana legitimasi pemerintah sangat bergantung
dengan organisasi kemasyarakatan sebagai kelompok kepentingan. jenis
15
korporatisme oleh masyarakat ini terjadi salah satunya di Negara-negara
Barat pasca industri.
Meninggalkan maksud dan jenis korporatisme sebagai alat
penghubung interaksi pemerintah dengan masyarakat terkait kepentingan.
Kriteria menjadi pemaparan yang tidak kalah pentingnya dalam
memahami korporatisme. Kriteria pertama adalah adanya proses
klasifikasi masyarakat secara fungsional. Fungsional disini adalah terkait
konteks profesi yang identik dengan keahlian yang relatif tinggi melalui
pendidikan dan pelatihan serta okupasi yang identik dengan keahlian
melalui latihan yang sederhana.
Kedua, proses pembentukan sebuah kelompok kepentingan harus
disetujui dan diakui oleh pemerintah. Hal ini tentu memperlihatkan secara
jelas bahwa semua kelompok kepentingan yang berdiri berada dibawah
kekuasaan dan pengaruh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah dapat
melakukan proses pengarahan terhadap pergerakan organisasi.
Fungsi
Korporatisme sebagai alat penghubung antara pemerintah dengan
masyarakat atau sebaliknya terkait dengan kepentingan diposisikan
sebagai model perwakilan kepentingan. Perwakilan kepentingan disini
maksudnya adalah dengan adanya korporatisme khususnya korporatisme
16
Negara terhadap masyarakat. Pemerintah dapat dengan mudah
memberikan legitimasi kepada organisasi kemasyarakatan demi
mewujudkan kepentingan pemerintah. Tidak hanya itu, perwakilan
kepentingan untuk mewujudkan tujuan dapat dilaksanakan secara praktis
dan cepat dikarenakan pemerintah cukup menunjuk pemimpin organisasi
kemasyarakatan selaku kelompok kepentingan sebagai bagian dari
korporatisme Negara.
Selain itu, korporatisme sebagai perwakilan kepentingan dapat
menjadi alat untuk mengontrol dan memobilisasi masyarakat yang
dipengaruhi. Hal ini agar masyarakat mau mengikuti dan melaksanakan
segala program pemerintah. Korporatisme Negara juga menjadi alat untuk
menjadi tempat masyarakat menyalurkan berbagai macam aspirasi
kepentingan. Namun, proses menyalurkan aspirasi kepentingan dibatasi
menyesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
3) Rekrutmen
Pengertian Rekrutmen
Berbicara keberlangsungan sebuah organisasi masyarakat tentu
rekrutmen politik tidak dapat dipisahkan dikarenakan memiliki pengaruh
yang begitu besar. Rekrutmen politik adalah proses seleksi, pemilihan dan
17
pengangkatan seseorang ataupun sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah tugas, fungsi atau peranan didalam sistem politik pada umumnya
dan pemerintahan pada khususnya (Surbakti, 2007). Menurut Miriam
Budiardjo (2008 : 408) pengertian dari rekrutmen politik merupakan
proses yang berkaitan dengan permasalahan seleksi kepemimpinan baik
kepemimpinan secara internal sebuah organisasi maupun kepemimpinan
secara nasional yang lebih luas.
Dari pengertian rekrutmen politik diatas tentu terlihat jelas bagaimana
rekrutmen politik dalam sebuah organisasi merupakan sebuah proses yang
menentukan keberlangsungan sebuah organisasi dimana proses rekrutmen
politik menjadi awal dari proses untuk mempertahankan dan
melanggengkan eksistensi organisasi dalam menjalankan fungsi, tugas
serta peranan yang telah ditetapkan sesuai dengan ideologi yang dianut
oleh organisasi itu sendiri.
Fungsi Rekrutmen
Berbicara fungsi rekrutmen tentu berkaca dari pemaparan pengertian
rekrutmen yang telah disampaikan sebelumnya. Ramlan Surbakti (2007 :
118) menjelaskan bahwa fungsi rekrutmen politik merupakan kelanjutan
dari proses mencari dan mempertahankan kekuasaan. Tidak hanya sampai
disitu, rekrutmen politik juga memberikan kontribusi dengan menjamin
pentingnya keberlangsungan sebuah organisasi.
18
Menjamin pentingnya keberlangsungan organisasi disini maksudnya
dengan adanya proses rekrutmen maka akan memperlihatkan secara jelas
bagaimana elite organisasi tersebut dapat secara maksimal menjalankan
peranannya sehingga eksistensi organisasi dapat senantiasa terjaga.
Selain itu, fungsi rekrutmen politik tertuju pada proses kepentingan
dalam rangka memperluas dan memperbanyak keanggotaan (Budiardjo,
2008). Maksud dari fungsi ini tentu sangat jelas sebuah organisasi yang
maksimal atau tidak dalam menjalankan peranan tentu dipengaruhi oleh
jumlah keanggotaan yang dimiliki. Oleh karena itu semakin banyak
keanggotaan dengan kualitas terbaik yang dimiliki sebuah organisasi maka
semakin kuat pengaruh organisasi tersebut dilingkungan masyarakat secara
keseluruhan.
Jenis Rekrutmen
Setelah membahas pengertian dan fungsi dari rekrutmen politik tentu
kurang kalau tidak membahas sistem rekrutmen politik sebuah organisasi.
Menurut Nazaruddin Syamsuddin (1993 : 124) dijelaskan bahwa jenis
rekrutmen politik sebuah organisasi terbagi 2. Jenis rekrutmen yang pertama
adalah rekrutmen politik secara terbuka dimana sistem ini memberikan ruang
kesempatan yang bebas dan sama bagi seluruh warga Negara untuk bersaing
secara sehat dalam proses penyeleksian.
19
Jenis yang kedua adalah rekrutmen politik secara tertutup dimana sistem ini
memberikan kesempatan untuk masuk dan menduduki posisi politik sebuah
organisasi tidak secara bebas kepada seluruh warga Negara melainkan
kesempatan yang diberikan terbatas pada orang-orang tertentu yang direkrut
dalam konteks yang tidak rasional.
Dari penjelasan kedua jenis rekrutmen politik diatas terlihat jelas
bagaimana perbedaan sasaran dari proses rekrutmen dimana pada proses
rekrutmen secara terbuka secara jelas orang-orang yang direkrut ditujukan pada
posisi non strategis di organisasi. Pada sistem rekrutmen tertutup orang-orang
yang direkrut secara tidak rasional ditempatkan pada posisi-posisi strategis
organisasi. Hal ini bertujuan dalam rangka menjadikan mereka elite-elite
politik yang berpengaruh di organisasi tersebut.
4) Kaderisasi
Pengertian Kaderisasi
Kaderisasi tentu tidak asing lagi di telinga kita selaku mahasiswa
khususnya dalam berorganisasi baik organisasi kepemudaan maupun
organisasi-organisasi dengan berbagai variasi pergerakan yang berbeda-beda.
Kaderisasi dimulai dari kata kader yang pada awalnya merupakan istilah
perjuangan yang berasal dari Carde yang bermakna pembinaan yang tetap
terhadap sebuah pasukan inti terpercaya yang kedepannya sewaktu-waktu
20
dapat diperlukan (Fattah, 2000). Kaderisasi menurut M.Dahlan Al-Barry (2003
: 349) dijelaskan bahwa kaderisasi merupakan proses generasi penerus masa
depan baik dalam ruang lingkup pemerintahan, partai politik maupun
organisasi. Sedangkan menurut Pius A. Patranto (1994 : 294) Kader
merupakan individu yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estafet suatu
partai politik atau organisasi lainnya.
Dari pengertian kader beserta kaderisasi diatas tentu dapat dilihat bahwa
dalam kader yang termasuk kedalam proses kaderisasi merupakan target yang
menjadi aktor yang diharapkan akan menjadi pemegang peranan penting dalam
sebuah organisasi. Hal ini memperlihatkan bagaimana kaderisasi beserta kader
didalamnya diharapkan untuk mampu memperjuangkan ideologi yang
dipegang oleh sebuah organisasi demi mewujudkan tujuan organisasi secara
menyeluruh.
Tidak hanya itu proses kaderisasi tentu memberikan kontribusi dalam
rangka menempatkan setiap kader-kader di setiap posisi organisasi sesuai
dengan kemampuan setiap anggota. Hal ini bertujuan agar setiap kader dapat
memperjuangkan kepentingan organisasi sesuai dengan bagian-bagian yang
telah ditentukan. Tidak hanya itu kaderisasi diharapkan juga dapat
menciptakan regenerasi kader-kader yang terbaik sehingga menjaga
keberlangsungan organisasi kedepannya.
21
Jenis Kaderisasi
Menurut Veitzhal Rivai (2006 : 87) dijelaskan secara sederhana bahwa
proses pelaksanaan kaderisasi terbagi atas 2 jenis yaitu kaderisasi secara
Informal dan kaderisasi secara Formal.
Proses kaderisasi informal secara garis besar berjalan dengan jangka
waktu yang cukup lama. Hal ini maksudnya proses kaderisasi terhadap kader
dimulai dari usia belia, remaja hingga dewasa dalam konteks proses
pendidikan demi menjadi pemimpin tertuju pada proses pembentukan
kepribadian yang unggul dalam aspek-aspek yang dibutuhkan agar mampu
bersaing kedepannya.
Fokus dari proses kaderisasi formal bermaksud pada proses untuk
mempersiapkan seseorang calon kader atau lebih dari satu kader secara
terencana, teratur, tertib, tersistematis, terarah serta sengaja untuk dilakukan.
Kesemuanya tentu diselenggarakan secara terlembaga sehingga semakin
menegaskan aspek formal.
Dari penjelasan proses kaderisasi diatas tentu proses kaderisasi yang
digunakan oleh organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila menggunakan
proses kaderisasi formal. Hal ini tentu sangat terlihat jelas dikarenakan
Pemuda Pancasila merupakan organisasi yang berbadan hukum dengan
memiliki sistem, struktur serta aturan secara legal dan formal.
22
Proses Kaderisasi
Ridwansyah (2008 : 7) menjelaskan secara sederhana bahwa terdapat 4
tahapan proses kaderisasi sebuah organisasi. Tahapan pertama adalah proses
perkenalan dimana proses ini bertujuan memberikan pengenalan pemahaman
orientasi serta kontribusi kader ketika sudah bergabung kedalam organisasi.
Proses kedua adalah proses pembentukan. Proses ini menjalankan
pembentukan kader yang secara seimbang dengan dilihat dari konteks
kompetensi yang dimiliki setiap kader.
Proses selanjutnya adalah proses pengorganisasian dimana setelah kader-
kader dibina dengan menyesuaikan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
maka akan menuju pada proses penempatan setiap kader pada bidang-bidang
yang tersedia. Penempatan ini tentu menyesuaikan pada potensi-potensi yang
dimiliki setiap kader.
Proses terakhir adalah proses eksekusi. Eksekusi disini maksudnya
bagaimana setiap kader yang telah dibina, dibentuk serta diletakkan pada
setiap posisi sesuai kemampuan siap untuk menjadi subjek dari proses
kaderisasi serta memberikan kontribusi nyata kedepannya secara
berkelanjutan.
23
5) Rekrutmen dan Kaderisasi Organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten
Sleman.
Berdasarkan AD ART beserta pedoman organisasi Pemuda Pancasila
dijelaskan bahwa konsep pelaksanaan proses kaderisasi dan rekrutmen
anggota secara garis besar tertuang pada program Litbang dan
Kaderisasi.Konsep kaderisasi Pemuda Pancasila meliputi :
o Mengadakan pengorganisasian kaderisasi secara bertingkat dan
periodik.
o Merumuskan sistem kaderisasi beserta pola rekrutmen kader
didalamnya.
o Merumuskan kurikulum dan manejemen kaderisasi.
o Menyelenggarakan pembinaan pasca pendidikan kaderisasi yan
diorientasikan pada peningkatan apresiasi kepemimpinan dan
organisasi.
o Mengupayakan berdirinya pusat pendidikan dan pelatihan Pemuda
Pancasila.
o Melaksanakan pendidikan dan pelatihan tingkat Utama, Madya dan
Pratama.
Dari penjelasan diatas terkait dengan konsep kaderisasi organisasi Pemuda
Pancasila Kabupaten Sleman merujuk pada satu harapan. Harapan disini
maksudnya proses rekrutmen dan kaderisasi berbasis teori oleh para ahli dan
pengurus Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dapat meminimalisir
24
stigmatisasi negatif masyarakat selama ini terhadap eksistensi organisasi
Pemuda Pancasila.
F. Definisi Konseptual
a) Organisasi kemasyarakatan didefinisikan sebagai organisasi yang
dibentuk oleh masyarakat secara sukarela atas dasar kesamaan ideologi
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional NKRI.
b) Korporatisme merupakan alat penghubung interaksi pemerintah
dengan masyarakat yang diwakilkan oleh organisasi kemasyarakatan
sebagai kelompok kepentingan.
c) Rekrutmen politik dalam organisasi massa didefinisikan sebagai
proses seleksi seseorang yang bergabung didalam suatu organisasi
untuk mengemban dan menjalankan peran dan fungsi organisasi.
d) Kaderisasi politik dalam organisasi massa didefinisikan sebagai proses
generasi generasi muda untuk melanjutkan baik dalam ruang lingkup
pemerintahan, partai politik serta organisasi massa.
25
G. Definisi Operasional
1. Rekrutmen politik dalam organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman
dapat diukur dari indikator sebagai berikut :
a) Pelaksanaan sistem rekrutmen demi keberlangsungan organisasi.
b) Pelaksanaan sistem rekrutmen dilakukan secara terbuka untuk seluruh
kalangan masyarakat.
c) Rekrutmen dilaksanakan secara masif dan serentak.
2. Korporatisme Negara dalam organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman
dapat diukur dari indikator sebagai berikut :
a) Pengaruh pemerintah terhadap eksistensi organisasi.
b) Kepentingan organisasi disesuaikan dengan kepentingan pemerintah.
c) Partai politik menaungi dan mempengaruhi pergerakan organisasi.
3. Kaderisasi politik dalam organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman
dapat diukur dari indikator sebagai berikut :
a) Pendidikan penanaman Ideologi Pancasila.
b) Pelatihan kader dalam berorganisasi.
c) Pendidikan kader untuk berdiskusi dan debat publik.
d) Pelatihan kader untuk mengaplikasikan dan mengekspresikan
kemampuan diri.
e) Pelatihan kader untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas.
26
H. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kabupaten Sleman.Alasan penulis memilih
Sleman sebagai lokasi penelitian dikarenakan karakteristik masyarakat
Sleman sangat berbeda. Sleman terdiri atas masyarakat yang cinta damai dan
anti kekerasan. Oleh karena itu penulis memilih pengurus cabang Pemuda
Pancasila Sleman demi menjawab pandangan negatif masyarakat terhadap
Pemuda Pancasila yang identik dengan kekerasan.
2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kualitatif.
Maksud penggunaan paradigma kualitatif terhadap proses rekrutmen dan
kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman ini didasarkan atas
kualitas. Proses mendalami permasalahan yang ada bukan berbasis pada
kuantitas yang ada dilapangan. Hal ini tentu akan memberikan tulisan
deskriptif yang detail dalam menjelaskan proses rekrutmen dan kaderisasi
Pemuda Pancasila secara kualitas dalam menjawab pandangan negatif
masyarakat.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam menulis tulisan
ini meliputi 2 teknik yaitu melakukan proses eksploratif dengan terjun
langsung ke lapangan dalam bentuk proses wawancara kepada sumber-sumber
27
yang berkaitan dengan fokus dari tulisan ini proses rekrutmen dan kaderisasi
organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.
Setelah proses pengumpulan data, penulis akan melakukan proses
penyimpanan data melalui beberapa media yaitu melalui transkrip wawancara
secara tertulis, rekaman audio visual serta transkrip rekaman dan catatan yang
disimpan kedalam computer, flashdisk serta media elektronik lainnya.
4. Pemilihan Informan
Didalam tulisan ini penulis menggunakan data yang diklasifikasikan
kedalam dua jenis data yaitu data Primer yang bersumber langsung dari objek
yang dijadikan sebagai kajian penelitian dimana sumber primer
diklasifikasikan atas beberapa narasumber yaitu:
Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.
Sekjen MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.
Ketua Bidang Organisasi, Kelembagaan dan Keanggotaan MPC Pemuda
Pancasila Kabupaten Sleman.
Ketua Bidang Litbang dan Kaderisasi MPC Pemuda Pancasila Kabupaten
Sleman.
Pengurus dan Fungsionaris MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.
Ketua Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.
Pada data Sekunder yang berposisi sebagai data pendukung bersumber
dari dokumen-dokumen yang terkait dengan fokus dari latar belakang masalah
28
dan rumusan masalah penelitian yang telah dijelaskan diatas dimana dapat
berbentuk dokumen-dokumen, jurnal-jurnal yang terkait dengan eksistensi
organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dalam merespon pandangan
negatif masyarakat terhadap Pemuda Pancasila yang identik dengan kekerasan
dan premanisme.
5. Analisa Data
Disini penulis melakukan proses analisa data dengan mendeskripsikan
kasus.Proses analisa data menjadi lebih terstruktur dan otentik dikarenakan
bersumber langsung dari data yang diperoleh dilapangan.
Setelah proses analisa data terkait dengan bagaimana data-data dilapangan
dirangkai secara keseluruhan, dilanjutkan proses deskripsi secara jelas yang
bertujuan untuk menjelaskan proses rekrutmen dan kaderisasi organisasi
Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.Proses ini diharapkan dapat menjawab
pandangan negatif masyarakat yang menganggap Pemuda Pancasila identik
dengan kekerasan dan premanisme.
6. Proses Penelitian
Proses penelitian merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam
bagian metodologi penelitian. Pada bagian proses penelitian disini penulis
memberikan tulisan yang berisi pemaparan secara garis besar terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Ini bertuuan
demi mendapatkan data-data yang akan menjadi basis untuk menjawab
29
rumusan masalah yaitu bagaimana kaderisasi yang dilakukan MPC Pemuda
Pancasila Kabupaten Sleman.
Proses penelitian dimulai dengan melakukan proses wawancara terhadap
informan kunci yaitu dimulai pada bulan Juni hingga bulan Agustus tahun
2014. Proses penelitian melibatkan 3 informan kunci yaitu Ervin Arifianto
selaku Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman, Wahju Wijiyanto
selaku Sekretaris MPC Pemuda Pancasila Sleman serta Maya Syla selaku
Kepala Bidang Organisasi dan Keanggotaan MPC Pemuda Pancasila
Kabupaten Sleman.
Proses penelitian ini berhasil dilaksanakan dan memperoleh hasil yang
memuaskan yang mengakomodasi data-data terkait dengan sejarah Pemuda
Pancasila, gambaran umum MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman,
pergerakan MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman serta rekrutmen dan
kaderisasi MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dalam rangka
menjawab pandangan negatif masyarakat secara luas terhadap eksistensi
organisasi Pemuda Pancasila khususnya di Kabupaten Sleman.
I. Sistematika Penulisan
Alur argumen dalam penyusunan skripsi ini terdiri atas 4 Bab. Bab I berisi
tentang bagian pendahuluan yang terdiri dari 8 bagian yaitu latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
konsep, definisi konseptual, definisi operasional serta metodologi penelitian.
Bab II berisi tentang pemaparan umum berisi profil sejarah, pergeseran
30
pergerakan dari orde lama, orde baru dan orde reformasi, makna lambang,
dilema pergerakan serta struktur kepengurusan organisasi kemasyarakatan
Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.
Bab III berisi tentang deskripsi secara mendalam terhadap data-data yang
telah diperoleh serta diolah dalam bentuk analisis data secara terinci dan
berurutan terkait rekrutmen organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman
dalam melakukan respon terhadap pandangan negatif masyarakat. Bab IV
berisi tentang deskripsi secara mendalam terhadap data-data yang dianalisis
dan berurutan terkait pada proses pelaksanaan kaderisasi organisasi Pemuda
Pancasila Kabupaten Sleman. Bab V berisi tentang kesimpulan dari proses
pemaparan hasil analisis data yang sesuai dengan teori-teori yang dijadikan
acuan bersumber dari Bab II, III, IV serta pemaparan saran-saran dari penulis
untuk Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.