Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

16
1 UNIVERSITAS BERBASIS RISET KEWIRAUSAHAAN DI PERGURUAN TINGGI 1 Prof. Dr. H. Mukhidin, S.T., M.Pd. 2 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat, 1. Pimpinan Yayasan Pencerdasan Bangsa dan pengurus. 2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mulia Pratama dan jajarannya yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada saya untuk memberikan orasi ilmiah yang berjudul “Universitas Berbasis Riset Kewirausahaan di Perguruan Tinggi” 3. Para guru besar, dosen, para mahasiswa, tata usaha, dan civitas akademika STIE Mulia Pratama 4. Pimpinan Kopertis Wilayah IV dan pimpinan daerah setempat. 5. Para orangtua dan para wisudawan. Para hadirin yang kami muliakan, Kondisi riil perekonomian Indonesia menurut data Departemen Dalam Negeri 2004 terdiri atas 17.499 pulau yang ada di Indonesia, hanya 7.870 yang bernama. Pulau-pulau yang dimiliki Indonesia itu juga berkurang jumlahnya karena sebelumnya jumlah pulau negara ini mencapai 17.508. Adanya ribuan pulau yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus terintegrasi antara satu pulau dan lainnya, sehingga tidak adanya kesenjangan atau gap antar pulau. Hasil riset sementara menjelaskan bahwa daerah-daerah (di tanah air) yang sejak tahun 1970 smpai atau di luar Jawa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Wilayah Indonesia bagian timur dulunya daerah tertinggi namun sekarang menunjukkan adanya peningkatan yang terus menerus. Menurut laporan Energy Information Administration (EIA) Januari 2008, disebutkan bahwa total produksi minyak Indonesia rata-rata sebesar 1,1 juta barel per hari, dengan 81% (atau 894.000 barel) adalah minyak mentah (crude oil). Untuk produksi gas alam, Indonesia sanggup memproduksi 97,8 juga kubik. Sebagai informasi, Indonesia masuk dalam daftar ke-9 penghasil gas alam di dunia, dan merupakan urutan pertama di kawasan Asia Pasifik. Sayangnya, hampir 90% dari total produksi (red: gas) tersebut 1 Orasi Ilmiah disampaikan pada Wisuda STIE Mulia Pratama VIII pada hari Sabtu, 17 Oktober 2009 2 Dekan FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Transcript of Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

Page 1: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

1

UNIVERSITAS BERBASIS RISET KEWIRAUSAHAAN

DI PERGURUAN TINGGI 1 Prof. Dr. H. Mukhidin, S.T., M.Pd. 2

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat,

1. Pimpinan Yayasan Pencerdasan Bangsa dan pengurus.

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mulia Pratama dan jajarannya yang telah berkenan

memberikan kesempatan kepada saya untuk memberikan orasi ilmiah yang berjudul “Universitas

Berbasis Riset Kewirausahaan di Perguruan Tinggi”

3. Para guru besar, dosen, para mahasiswa, tata usaha, dan civitas akademika STIE Mulia Pratama

4. Pimpinan Kopertis Wilayah IV dan pimpinan daerah setempat.

5. Para orangtua dan para wisudawan.

Para hadirin yang kami muliakan,

Kondisi riil perekonomian Indonesia menurut data Departemen Dalam Negeri 2004 terdiri atas

17.499 pulau yang ada di Indonesia, hanya 7.870 yang bernama. Pulau-pulau yang dimiliki Indonesia itu

juga berkurang jumlahnya karena sebelumnya jumlah pulau negara ini mencapai 17.508. Adanya ribuan

pulau yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus terintegrasi antara satu pulau dan

lainnya, sehingga tidak adanya kesenjangan atau gap antar pulau. Hasil riset sementara menjelaskan

bahwa daerah-daerah (di tanah air) yang sejak tahun 1970 smpai atau di luar Jawa dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Wilayah Indonesia bagian timur dulunya daerah tertinggi namun sekarang

menunjukkan adanya peningkatan yang terus menerus.

Menurut laporan Energy Information Administration (EIA) Januari 2008, disebutkan bahwa total

produksi minyak Indonesia rata-rata sebesar 1,1 juta barel per hari, dengan 81% (atau 894.000 barel)

adalah minyak mentah (crude oil). Untuk produksi gas alam, Indonesia sanggup memproduksi 97,8 juga

kubik. Sebagai informasi, Indonesia masuk dalam daftar ke-9 penghasil gas alam di dunia, dan merupakan

urutan pertama di kawasan Asia Pasifik. Sayangnya, hampir 90% dari total produksi (red: gas) tersebut

1 Orasi Ilmiah disampaikan pada Wisuda STIE Mulia Pratama VIII pada hari Sabtu, 17 Oktober 2009 2 Dekan FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Page 2: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

2

berasal dari 6 MNC, yakni: Total (diperkirakan market share-nya di tahun 2004, 30%), Exxon Mobil

(17%), Vico (BP-Eni Joint Venture, 11%), ConocoPhillips (11%), BritishPetroleum (6%), dan Chevron

(4%). Stok gas bumi mencapai 187 trilium kaki kubik atau akan habis dalam waktu 68 tahun dengan

tingkat produk per tahun sebesar 2,77 triliun kaki kubik. Cadangan batu bara ada sekitar 18,7 miliar ton

lagi atau dengan tingkat produksi 170 juta ton per tahun berarti cukup untuk memenuhi kebutuhan selama

110 tahun. Sebanyak 85,4 persen dari 137 konsesi pengelolaan lapangan minyak dan gas bumi (migas) di

Indonesia dimiliki oleh perusahaan multinasional (asing). Perusahaan nasional hanya punya porsi sekitar

14,6 persen.

Potensi sumber daya alam yang ada di wilayah Indonesia sangatlah besar, dimulai dari

pertambangan hingga pertanian sangatlah berlimpah. Pada saat ini jumlah wirausahawan yang ada di

Indonesia pada tahun 2007 hanya tumbuh 0,18% atau sekitar 400 ribu, jauh dari ideal yang berjumlah 2%

dari populasi penduduk sebuah negara. Pendapatan masyarakat Indonesia belum merata, hal ini bisa

terlihat dari UMR tiap daerah yang berbeda-beda. Berikut tabel UMR pada tiap wilayah di Indonesia

berdasarkan data dari APINDO per 2009.

Propinsi Kabupaten Sektor 2010 2009 2008

DKI Jakarta Non-Kabupaten Non-Sektor 0 1.069.865 972.604

NAD Kota Banda Aceh Otomotif 0 0 1.000.000

Jawa Timur Kab. Gresik Perdagangan/Jasa 0 0 803.652

DIY Non-Kabupaten Non-Sektor 0 700.000 586.000

Sumatera Selatan Non-Kabupaten Non-Sektor 0 824.730 743.000

Sumatera Barat Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 700.000

Sumatera Utara Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 822.205

Riau Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 800.000

Kep. Riau Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 833.000

Jambi Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 724.000

Bangka Belitung Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 813.000

Bengkulu Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 683.528

Lampung Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 678.900

Jawa Barat Non-Kabupaten Non-Sektor 0 628.191 568.193

Page 3: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

3

Kab. Bogor Non-Sektor 0 0 873.231

Kota Depok Non-Sektor 0 0 962.500

Kab. Purwakarta Non-Sektor 0 0 763.000

Kota Bekasi Non-Sektor 0 0 994.000

Kab. Bekasi Non-Sektor 0 0 980.589

Kab. Sumedang Non-Sektor 0 0 886.000

Kab. Karawang Non-Sektor 0 0 912.225

Kota Bandung Non-Sektor 0 0 939.000

Kab. Bandung Non-Sektor 0 0 895.980

Banten Non-Kabupaten Non-Sektor 0 917.500 537.000

Kab. Tangerang Non-Sektor 0 0 953.850

Kota Cilegon Non-Sektor 0 0 978.400

N A D Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 1.000.000

Bali Non Kabupaten Non Sektor 0 760.000 0

Kab. Badung Non-Sektor 0 0 605.000

Kota Denpasar Non-Sektor 0 0 800.000

Kab. Gianyar Non-Sektor 0 0 760.000

Kab. Jembrana Non-Sektor 0 0 737.500

Kab. Karangasem Non-Sektor 0 0 712.320

Kab. Klungkung Non-Sektor 0 0 686.000

Kab. Bangli Non-Sektor 0 0 685.000

Kab. Tabanan Non-Sektor 0 0 685.000

Kab. Buleleng Non-Sektor 0 0 685.000

N T B Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 730.000

N T T Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 650.000

Kalimantan Barat Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 645.000

Kalimantan Selatan Non Kabupaten Non Sektor 0 0 825.000

Kalimantan Tengah Non Kabupaten Non Sektor 0 0 765.868

Kalimantan Timur Non Kabupaten Non Sektor 0 955.000 815.000

Maluku Non Kabupaten Non Sektor 0 0 700.000

Page 4: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

4

Maluku Utara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 700.000

Gorontalo Non Kabupaten Non Sektor 0 0 600.000

Sulawesi Tenggara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 700.000

Sulawesi Tengah Non Kabupaten Non Sektor 0 0 670.000

Sulawesi Selatan Non Kabupaten Non Sektor 0 905.000 740.520

Sulawesi Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 760.500

Papua Non Kabupaten Non Sektor 0 0 1.105.500

Jawa Tengah Non-Kabupaten Non-Sektor 0 0 547.000

Kab. Boyolali Non Sektor 0 718.500 0

Kab. Brebes Non Sektor 0 575.000 0

Kota Semarang Non Sektor 0 838.500 0

Kab. Semarang Non Sektor 0 838.500 0

Kab. Sukoharjo Non Sektor 0 710.000 0

Kab. Sragen Non Sektor 0 687.000 0

Kab. Karanganyar Non Sektor 0 0 719.000

Kab. Wonogiri Non Sektor 0 650.000 0

Jawa Timur Kab. Mojokerto Non Sektor 0 971.624 0

Kota Malang Non-Sektor 0 945.373 0

Kota Madiun Non Sektor 0 645.000 522.750

Kab. Blitar Non Sektor 0 570.000 0

Kab. Gresik Non Sektor 0 971.624 0

Kab. Pasuruan Non Sektor 0 955.000 0

Kab. Sidoarjo Non Sektor 0 955.000 0

Kab. Malang Non Sektor 0 954.500 0

Kota Surabaya Non Sektor 0 948.500 0

Kota Batu Non Sektor 0 879.000 0

Kota Kediri Non Sektor 0 856.000 0

Kab. Kediri Non Sektor 0 825.000 0

Kota Pasuruan Non Sektor 0 805.000 0

Kab. Tuban Non Sektor 0 798.000 0

Page 5: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

5

Kab. Jember Non Sektor 0 770.000 0

Kota Mojokerto Non Sektor 0 760.000 0

Kab. Lamongan Non Sektor 0 760.000 0

Kab. Jombang Non Sektor 0 752.500 0

Rencana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 – 2014 adalah 6 – 6,1 %, semula direncanakan

6,3 % namun karena krisis keuangan global, pemerintah dalam hal ini Menteri Koordinator Perekonomian

merevisi rencana tersebut. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6 – 6,1 % akan bergerak sesuai dengan rencana

apabila seluruh komponen perekonomian termasuk pendidikan berjalan sesuai dengan targetnya masing-

masing. Pendidikan dan penyerapan tenaga kerja yang siap pakai akan sangat menunjang pertumbuhan

ekonomi. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan di sektor ekonomi diperlukan SDM yang berjiwa

wirausaha. Saat ini kondisi Indonesia dalam hal yang SDM wirausaha, pada saat ini jumlah wirausahawan

yang ada pada tahun 2007 hanya tumbuh 0,18% atau sekitar 400 ribu, jauh dari ideal yang berjumlah 2%

dari populasi penduduk sebuah negara.

Untuk meningkatkan dan menumbuhkan SDM yang memiliki kewirausahaan terlebih dahulu kita

harus melihat kaitan psikologik dengan demografi dan paedagogi. Seperti ditunjukkan di bawah ini:

Page 6: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

6

Hadirin yang kami muliakan,

Dari piramida tersebut kita juga harus dapat menghubungkan dengan kaitan antara jenjang

pendidikan mulai SD sampai Perguruan Tinggi seperti digambarkan di bawah ini. Dari jenjang tersebut

kita dapat melihat pula setelah mereka lulus mereka memperoleh jabatan apa. Pertanyaan selanjutnya,

siapakah yang harus menjadi tenaga wirausaha untuk menggerakkan ekonomi mikro. Dari gambar

tersebut bahwa yang paling strategis adalah Sarjana Strata I, karena mereka memiliki cakrawala pandang

yang relatif masih baru dan dapat dikembangkan menjadi tenaga wirausaha muda.

Usahawan ini adalah mereka yang selalu melakukan inovasi, inovasi baru dalam menciptakan

produk baru, jasa baru, dan peluang-peluang pasar. Peningkatan wirausaha sebesar 1,9% saja akan mampu

Page 7: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

7

menggerakkan ekonomi mikro di seluruh Indonesia. Dengan demikian penduduk pra sejahtera akan dapat

ditingkatkan ke level yang lebih tinggi sejahtera pratama dan seterusnya seperti ditunjukkan pada gambar

di bawah ini.

Page 8: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

8

Yang menjadi persoalan adalah bagaimana strategi dalam melahirkan wirausaha tersebut.

Perguruan tinggi sebagai agen pembaharuan seyogyanya harus mampu menciptakan manusia

entrepreneur yang akan mendongkrak perekonomian Indonesia.

Strategi penciptaan tenaga wirausaha dalam mencetak SDM yang unggul oleh perguruan tinggi

adaah harus dimulai dari perguruan tinggi. Karena perguruan tinggi sebagai inovator atau pembaharu

dalam masyarakat.

Perguruan tinggi mempunyai tridharma yakni pendidikan, pengabdian masyarakat dan penelitian.

Fungsi pendidikan jelas dilakukan oleh perguruan tinggi dalam upaya menghasilkan lulusan SDM yang

berkualitas, fungsi pengabdian kepada masyarakat yang merupakan dharma kedua sebagai perwujudan

civitas akademika untuk mengabdikan perolehan ilmunya di perguruan tinggi kepada masyarakat.

Sehingga apa yang dikajinya selama ini di perguruan tinggi kepada masyarakat. Sehingga apa yang

dikajinya selama ini di perguruan tinggi tidak terlalu senggang dengan masyarakat. Dharma yang ketiga,

penelitian, semua perguruan dalam mengembangkan ilmunya seyogyanya berbasis kepada riset. Riset ini

merupakan ciri khas perguruan tinggi, dengan cara ini, diharapkan terdapat pemahaman tentang

universitas, daripada salah pendapat antara logika pemahaman awam dengan logika pasaran kerja,

sekaligus menuntut upaya intelektual dan sosial menjadi benteng untuk nilai-nilai bumi/dunia dan tempat

berteduh warisan budaya.

Oleh sebab itu, universitas perlu diberikan otonomi yang lebih luas, bebas dan berdikari, apalagi

untuk menuntut ilmu serta mencari kebenaran, agar ia dapat merencanakan wawasan baru selaras dengan

pembangunan masa depan melalui pencarian penyelesaian tertentu berlandaskan kesarjanaan dan ilmu

pengetahuan. Balderston mengatakan:

The university is … society’s main respository of systematic knowledge and its main contributor to tomorrow’s scientific and humanistic understanding. [ it ] … it designed precisely for that mission … Other types of enterprise and institutions may therefoe need to pay special attention to the university as the archetype of the organization where discovery and transmission are both reasons for existence and the occasion for enduring satisfaction. Karena itu, ia juga harus berupaya memberikan bimbingan kepada pembentukan kepemimpinan

masa depan, selain memberi latihan dalam pendidikan tinggi. Menurut Van Ginkel, Rektor United Nation

University merangkap United Nations Under-Secretary-Genderal:

University autonomy and academia freedom have been granted to universities to be able to antribute in truly innovative ways to the future of society, to best benefit and interest of society. All societies that have forgotten this crucial thruth about universities have ultimately suffereddecline. Institutional anatomy and academic freedom will again be crucial in the preparation of present

Page 9: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

9

generations for the ‘new’ world they will live in, appealing to the best of all capacities, including creativity and imagination. Yang anehnya, menurut Ruben, dalam hal kepemimpinan inilah rata-rata universitas memerlukan

pertimbangkan dan perbaikan, dia menganggap kepemimpinan sebagai salah satu dari delapan paparan

untuk kecemerlangan dalam pendidikan tinggi, dia merumuskan bahwa pendekatan survival-of-the-fittest

tidak lagi sesuai, dan satu paradigma baru diperlukan. Hatta:

A new paradigm is needed, one that reflects the academy’s core values and competencies relative to discovery, learning, and engagement. Higher education needs a paradigm that raeffirms, for ourselves, the values and benefits of the kinds of educational experiences we have long advocated for others – and one that devotes the attention and resources necessary to effectively those values into practice.

Jelas, bahwa satu model universitas dan kepemimpinan baru amat diperlukan. Sedangkan

universitas sering didesak supaya mengamalkan budaya korporat dan bergerak menjawab kehendak pasar,

malangnya kepemimpinan universitas dikekang dengan berbagai faktor yang tidak langsung dialami oleh

pasar dan pemimpin organisasi korporat sebenarnya. Pendapat ini banyak disetujui oleh seorang yang

amat berpengalaman dalam mengurus universitas, Presiden Emeritus Cornell University, Frank Rhodes.

Berdasarkan pengalaman Jepang sebagai contoh, universitas mulanya mengalami transformasi

kepada sebuah institusi yang bebas, termasuk staf akademik yang tidak lagi berfungsi sebagai

kepanjangan tangan rakyat. Hal ini dilaporkan sebagai langkah awal ke arah pardigma baru bagi

universitas di negara Jepang supaya lebih bersaing, walaupun tahap saingan Jepang sudah tinggi.

Perkembangan yang serupa terlaksana di Indonesia baru-baru ini apabila otonomi penuh (dalam istilah

Indonesia “Mandiri”) diberikan kepada enam universitas utama, dan diagendakan keseluruhan untuk yang

lain menjelang tahun 2010 nanti.

Di Australia, menurut satu kajian baru-baru ini:

Demands for more entrepreneurial, risk-seeking academic behaviour is often stifled by

bureaucratic structures that reinforces status differences and the respective boundaries between

management and employess. An obvious strategy in counteracting this situation is the recognition

that university leadership is fundamentally different to, but just as critical to competitive

sustainability, as is management. That is more attention needs to be paid to the “creation of ideas

and the motivation and celebration of people” in universities rather than the current management

focus of controlling resources and things.

Page 10: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

10

Maka tidak heran banyak negara Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) dilaporkan mengalami perubahan, sekop perubahannya adalah ke arah mendapatkan otonomi

yang lebih dalam kerangka pertanggungjawaban baru yang diberikan kepada universitas.

Begitu penting dan relevannya isu otonomi kepada pendidikan tinggi dapat dirasakan dengan

adanya konferensi meja bundar khas – Insitutional Autonomy in Higher Education – anjuran AUNP baru-

baru ini pada 13 – 15 Januari di Spanyol. Konferensi tersebut mengakui walaupun soal otonomi ini agak

kontroversial pada dekade yang lalu, tetapi sekarang wujud kecenderungan ke arah pelaksanaannya sesuai

dengan perjalanan waktu. Baik di EU sendiri juga otonominya sering dikuasai oleh beberapa peraturan,

sehingga menghadapkan skopyang benar untuk membuat keputusan dalam mengurus universitas.

Umumnya bagi universitas-universitas di ASEAN, keadaannya adalah lebih baik lagi.

Oleh karena itu untuk perbandingan, perspektif pengalaman kepemimpinan universitas di Amerika

Serikat mungkin dapat dijadikan contoh karena terbukti universitas di negara itu mempunyai record

pencapai yang lebih menyeluruh. Seperti pendapat Frank Rhodes dalam buku The Creation of the Future.

The sponsorship of American Research universities is distinction. There is no one sponsor, no overseeing ministry, no national plan or government regulation. Decentralised, feistily independent, uncoordinated, pluralistic. American universities have been opportunities. The pattern of state control and centralised funding, so typical of most European universities, is in United States replaced by decentralised system …

Rhodes membicarakan hal ini dengan universitas yang mana kerajaan pusat mengawal bukan saja

pengurusan kemasukan dan program institusi, tetapi juga perbelanjaan serta penilaian setiap jabatan

akademik, kelanjutan dari perancangan, pembiayaan dan kawalan ketat pendidikan tinggi (rigidly

planned, budgeted and controlled) oleh Kementerian Pusat.

Tambahan juga, menurut satu kajian:

Local factors and global dynamics are thus intertwined in new ways requiring fresh approaches to domestic and international policy … Domestic innovation will not be possible without access to international markets; access to international markets will not be possible without domestic technological innovation. Reforms at the national level will require major adjustments in educational systems inherited from models that are anthithecal to the demands of the knowledge economy.

Keperluan untuk perubahan amat jelas daripada kajian tersebut, khususnya di negara membangun

apabila dirumuskan:

The historical origins of the current educational systems in the developing world are not as important as their legacy. The industrialized countries from which these models were copied have over the decades reformed their own systems but the many of the developing countries that

Page 11: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

11

adopted the models still continue the classical models now abandoned by their countries of origin. Such developments have not happened in many developying nations where still today much of the research community is isolated from the industrial sector and contributes very little to the country’s innovation. In many cases, the research community is a drain on resources with few return.

Sebagai rumusam, K.J. Ratman dalam buku The Scientific Enterprise membahas tentang perkara

yang serupa yang mana universitas wajar berubah mengambil perannya sebagai sebuah institusi intensif

penyelidikan. Walau bagaimanapun, umumnya hal ini bergantung pada pengaruh dasar yang ditetapkan

oleh pihak yang berwajib. Di Jepang, misalnya, pada tahun 2001 usaha bergelar “Hiranuma Plan” telah

menunjukkan kesan apabila ia dilancarkan bersama-sama 15 cadangan dasar yang antaranya bertujuan

meningkatkan lagi aktivitas perniagaan dari universiti. Lebih dari itu, ia menjalankan keanggotaan 1.000

buah sarikat perniagaan (creating “1.000 Venture Firms Sprung From Universities”, through the strategy

of reforming universities and transferring technology from academia to industry) dalam jangka waktu

tertentu.

Selain daripada itu, sejak pengkorporatan universiti Jepang bermula pada April 2004, Jepang juga

turut mendirikan banyak Organisasi Perlesenan Teknologi (Technology Licensing Organization, TLO),

dalam usaha memanfaatkan lagi hasil penyelidikan. Sampai sekarang masih terus menggalakkan.

Misalnya Juli 2004, sejumlah 41 institusi berikrar sebagai TLO di bawah Law For Promoting University-

Industry Technology Transfer (TLO Law). Sedangkan jumlah serikat berasaskan universiti meningkat

menjadi 531 pada akhir tahun 2002, mendekati 1.000 serikat seperti yang disasarkan. Bilangan paten yang

ditanam, geran paten, perlesenan dan kontrak pilihan juga dilaporkan meningkat hasil dari tindakan

kerajaan ini.

Tegasnya, TLO didirikan sebagai usaha untuk mengeluarkan negara Jepang dari kemelesetan

ekonomi berlandaskan kepada 3 fungsi utama, yaitu:

First to discover and evaluate research acievements of university researchers. Second, if some valuable achievements are found, the TLO secures the research achievement by obtaining patent rights for them in order eventually to license them to private enterprises and to receive royalty on the license. Finally, the TLO distributes the money to researchers as research funds. In that TLOs regards research at universities as business opportunities, TLO activities can be considered to be profit making. It is expected that stronger business relations between the private sector and universities will be estabilished through further activating TLOs.

Jepang juga mendukung pembentukan serikat yang muncul dari universitas dengan cara memberi

subsidi aktiviti R & D.

Page 12: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

12

Pengarah National Science Foundation (NSF) di Amerika Serikat, Rita Colwel, melaporkan bahwa

ia merupakan hasil desakan yang tinggi terhadap penyelidikan dan pelabuhan R & D.

Di masyarakat tentang hal ini, Colwel membayangkan, “Interdisciplinary and integrative research

has become synonymous with all things modern and progressive about scientific research”. Beliau

membayangkan betapa penghasilan ilmu itu sendiri sudah berubah dan menyebabkan transformasi cara

‘lama’ membuat penyelidikan kepada yang ‘baru’. Sementara cara lama dicirikan sebagai “homogeneus,

disciplinary, hierarchical, permanent”, sedangkan yang baru sebagai “heterogenous, interdisciplinary,

horizontal, fluid”.

Tegas Rhodes, “The silos of the departments will topple as new approaches to be wildering issues

are pursued with new vigor by scholar in mind-boggling combinations of once insular and isolated

disciplines”. Tambah Wilson, “The ongoing fragmentation of knowledge and resulting chaos in

philosophy are not reflections of the real world but artifacts of scholarship”. Ini bermakna diperlukan satu

keandalan agar perkembangan yang kreatif dapat berlaku secara spontan sebagai satu budaya berpikir

berkelanjutan dalam usaha untuk memperkaya keadaan. Salah satu contoh proses penyelidikan dan cara

pengurusannya yang kini mengalami perubahannya sendiri.

Model R & D linear, yang agak menonjol pada tahun 1950-an sehingga pertengahan tahun 1970-

an hasil dari pemulihan Perang Dunia Kedua mengalami peralihan. Ini termasuk dukungan dari

perjalanan semula ekonomi sehingga awal tahun 1960-an dan pertumbuhan mendadak industri

mikroelektronik (sampai tahun 1970-an). Namun, mulai tahun 1980-an generasi R & D ketiga, keempat

dan kelima berasaskan inovasi awal mengambil alih secara berturut-turut dalam masa tiga dekade. Tahap

kecanggihan R & D menjadi lebih kompleks memandangkan terdapat unsur-unsur baru yang dikenal pasti

di dalamnya. Oleh karena itu, pembicaraan tentang R & D sering mengalami beberapa kekeliruan tentang

apakah sebenarnya peralihan yang sedang berlaku. Apa pun, yang jelas inovasi merupakan fokus penting

dalam aspek R & D; teknologi membolehkan berbagai aktiviti maya mendukung R & D sementara aspek

pengurusan R & D penting untuk membolehkan inovasi ilmu pengetahuan berlaku dengan licin.

Sebaliknya, masyarakat dan negara mendapat manfaatnya apabila ide baru hasil dari R & D memasuki

pasaran. Ia akan menggantikan konsep pemindahan teknologi ke arah satu sistem inovasi.

Kini, kecenderungan R & D generasi yang mutakhir, yakni R & D keempat (R&D4) dan kelima

(R&D5), mendekati mekanisme yang dikatakan lebih sesuai dengan alat baru seperti dalam jadwal 4.

Fokus R&D5 adalah satu sistem inovasi yang menyeluruh dan berlandaskan usaha sama dalam

mendefinisi sejajar ilmu baru. Kaitan mendatar melalui konsorsium, perserikatan, dan rekan kongsi adalah

Page 13: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

13

kuat. Jaringan pembelajaran saling bergantung (simbiosis) mencakup manusia dan elektronik akan

membawa kepada pendekatan strategi penting.

Prestasi bukan saja dinilai berdasarkan modal keuangan, tetapi diukur dari segi aset intelektual dan

keupayaan mengaplikasikan ide baru. Penekanan juga diberikan kepada kenjalan dan kepantasan

pembangunan. Inovasi teknologi tidak sewajar berturutan tetapi merentasi fungsi. Penjanaan ilmu akan

membawa nilai tambah dan ini ada kaitannya dengan pendapat yang diutarakan oleh Savage dan Senge.

Kini muncul pula sains dan bukan saja R & D sebagai pasaran baru, termasuk tiga yang utama: IT,

bioteknologi, dan nanoteknologi yang mengasaskan inovasi baru. Umumnya, pembangunan sains

mempunyai kaitan dengan teknologi dan industri pembuatan yang kokoh. Sumbangannya adalah dari

sains kepada teknologi atau teknologi kepada sains ataupun teknologi kepada teknologi. Oleh karena itu,

model inovasi yang akan dibangun melalui R & D agak kompleks dan saling berbalas dengan beberapa

aspek yang lain.

Jadwal 4 : Beberapa Generasi R & D dan cirinya

Generasi R & D

Pertama (1960-an)

Kedua (1960–1970-an)

Ketiga (1980-an)

Keempat (awal 1990-an)

Kelima (sekarang)

Strategi Utama R & D terasing; seperti menara gading

Berkaitan dengan perniagaan

Integrasi teknologi dan perniagaan; sinergi merentas proyek

Integrasi dengan R & D pelanggan; belajar bersama pelanggan

Sistem inovasi yang total; R & D sebagian dari sistem inovasi

Faktor Perubahan

Serendipiti tidak terduga

Saling bergantungan ke arah kerjasam

Pengurusan R & D lebih sistematik; pengenalan kepada konsep portofolio

Perubahan pemisahan pantas peringkat global

Dinamik pelbagai/ saling bergantung dan pantas

Prestasi Perbelanjaan / modal R & D

Perkongsian kos; berkaitan dengan strategis

Imbangan resiko dan ganjaran

Modal pelabuhan tidak memberi produktiviti baik

Keupayaan dan impak intelektual

Struktur Berhierarki; berteraskan fungsi

Organisasi matriks

Saluran sebaran ilmu

Amalan pelbagai dimensi

Jaringan simbiosis; usaha sama yang kuat dalam R & D

Fokus Pengekalan pelanggan

Pengekalan pelanggan; orientasi pasaran

Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan; berintegrasi

Kejayaan pelanggan

Page 14: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

14

kuat dengan pelanggan

Aset Teknologi; tolakan teknologi

Proyek; tarik pasaran

Keusahawanan; model bertaut (coupling)

Pelanggan; model sepadu

Ilmu pengetahuan; integrasi, jaringan

Insan Persaingan berasas sikap “kita-mereka”

Kerjasama proaktif

Usaha sama berstruktur

Aspek nilai dan keupayaan diberi penekanan

Pekerja ilmu pengurusan kendiri

Proses Komunikasi terhadap minimum; di bawah kawalan korporat

Berasaskan proyek; di bawah kawalan perniagaan

R & D / portfolio berhala tuju: dikawal oleh korporat dan perniagaan

Kitaran maklum balas dan maklumat yang berteruskan; pasukan merentas disiplin

Pembelajaran merentas sepadan dan aliran ilmu

Teknologi Tahap awal; embrionik

Berasaskan data; analisis dan simpati

Berasaskan maklumat

IT sebagai alat persaingan

Pemrosesan ilmu pintar

Penjabarannya, kepada perguruan tinggi misalnya di USM adalah untuk membuat transformasi

terhadap cara penyelidikan dilakukan menurut Sistem Inovasi yang diadakan pada Oktober 2004 untuk

melihat beberapa aspek pembangunan universitas untuk mendukung pencapaian ke arah universitas

penelitian. Ini termasuk aspek (a) keupayaan dan kesanggupan sumber manusia, (b) pembangunan dan

pengkomersilan, (c) budaya dan penelitian, dan (d) pembentukan Sistem Informasi perguruan tinggi.

Perlu diingatkan, menurut satu kajian di negara berkembang terhadap beberapa isu yang perlu

diberi perhatian tentang inovasi, di antaranya:

In contrast to advanced developed nations, developing countries lack many of the ingredients needed for innovation. Opportunities are rare, prompting the analogy of an island of innovation opportunities that must be discovered in a large sea of risks. Most developing countries have only limited indigeneous capacity to innovate. As a short-term measure, they can encourage foreign investment and local training. In the medium term, they may license foreign technology. This, however, will leave them paying substansial licensing fees for many years. In addition, heavy dependence on foreign technology will render a country less competitive in an unfavourable global economy.

Ini memandang bahwa selain berlakunya pencanangan ilmu pengetahuan, perubahan struktur dan

profesional juga berlaku dan memerlukan keadaan yang cukup baik. Juga dengan pekerjaan yang

memberatkan kegunaan penyelidikan dan bukan saja penelitian asas (Employers are complaining that new

Page 15: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

15

PhDs are trained too narrowly to manage the range of profesional tasks they encounter). Oleh karena itu,

usaha untuk mereformasi pendidikan dan program latihan juga perlu dirancang selaras dengan aktivitas

merekayasa universitas ini. Ada pihak yang mengatakan bahwa program inovasi bukan hanya mendidik

saintis masa depan untuk menjadi pakal dalam kaidah, teknik dan ilmu dalam pilihan bidang masing-

masing, tetapi mempunyai kemahiran menyelesaikan masalah besar yang memerlukan pembelajaran, awal

pembelajaran yang merentasi bidang. Pada peringkat, satu usaha inovatif ke arah ini dikenal sebagai

pendidikan berciri inovatif antara disiplin dan integratif.

Contoh yang lebih khusus yang melibatkan budaya antara disiplin/terintegrasi boleh dicontoh

seperti California Institute of Technology (CalTech) yang menampilkan interaksi antara asas saintis, juru

teknik dengan saintis komputer di kampus. Tidak heran CalTech mempunyai pencapaian yang bagus, dan

menjadi pemenang Hadiah Nobel. Satu lagi contoh dapat dilihat di National Institute of Drug Abuse

(NIDA) di Amerika Serikat apabila penelitian tentang penggunaan tembakau yang dilakukan bersama-

sama rekan kerja, walaupun terdapat beberapa rintangan yang belum dapat diselesaikan. USM melalui

Pusat Racun Negara (PRN) mungkin dapat dijadikan satu dari rekan kerja ini dalam usaha memperluas

jalinan kepakarannya di persada dunia.

Malah Russo memetik satu kajian yang menunjukkan bahwa ruang makmal yang merupakan

tempat berlakunya interaksi antara disiplin. Ini sesuai dengan perekayasaan USM, penyusunan awal

peneliti dilatih membuat kajian wajar juga dipikirkan buat masa depan, seperti pembentukan pelantar

penyelidikan berkluster yang telah kita kerjakan tahun lalu. Kanfer pula berpendapat masih banyak yang

lebih menyukai mengadakan pertemuan untuk memperkarsakan penyelidikan dan berbagi pengalaman,

sayangnya usaha ini terbentur oleh jabatan disiplin tradisional, melainkan pendekatan ini diubah. Jika

tidak, keadaannya seolah-olah serupa dengan teguran James Lovelock:

This well meaning but narrow minded nanny of an institution ensures that scientist work according to conventional wisdom and not as curiosity or inspiration moves them. Lacking freedom they are in danger of succumbing to a finicky gentility or of becoming, like medieval theologians, the creatures of dogma.

Untuk itu, menurut Profesor Karl-Erik Sveiby, dalam penelitian terbaru, iklim usaha sama

(collaborative climate) antara peneliti berbagai peringkat umur tidak sama: peringkat usia yang lebih

matang akan cepat selesai dengan aktivitas usaha dibanding yang lebih muda. Mereka lebih baik dalam

ilmu dan pengalaman, menggunakan ilmu orang lain dan juga hubungan antara satu dengan yang lain. Ini

juga merupakan peluang untuk mengamalkan pendekatan transdisiplinari yang lebih baik apabila

Page 16: Orasi Ilmiah Wisuda VIII STIE Mulia Pratama - 17 Oktober 2009

16

seseorang itu semakin matang dan berpengalaman. Tambah Sveiby, ini juga berarti para peneliti yang

lebih muda memerlukan dorongan dan bantuan ke arah ini, mungkin memerlukan waktu kurang lebih lima

tahun.

Berasaskan maklumat ini, rancangan yang sesuai boleh dilakukan sewaktu mengajar seperti yang

dilakukan oleh University of Southern Queensland (USQ), menawarnya melalui School of

Transdiciplinary Graduate Studies and Continuing Education (TransACE). Berdasarkan Graduate

Transdiciplinary Studies Program yang ditawarkan, memberikan peluang kepada profesional untuk

memperluas khususnya melalui bidang supaya ia bebas mengambil pendidikan yang lazimnya bukan

sebagian dari program yang telah disusun sebelumnya. Pelajar boleh memilih dari berbagai bidang untuk

membentuk pendidikan yang sesuai dengan minat pribadi dan kerja mereka.

Hadirin yang kami muliakan,

Akhirnya, Kewirausahaan berbasis riset yang dilakukan perguruan tinggi akan melahirkan model

inovasi baru di perguruan tinggi.

Melakukan inovasi ilmu pengetahuan sehingga melahirkan ilmu-ilmu baru yang berguna bagi

masyarakat dan ilmu itu sendiri. Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dapat diberikan pada

perguruan tinggi pada semester akhir setelah mahasiswa dibekali mata kuliah bidang studinya dan bidang-

bidang lain yang memungkinkan mereka dapat berkembang di bidang wirausaha.

Demikianlah orasi ilmiah kami yang kami ambil dari berbagai sumber, seperti: Revolusi

Pendidikan dalam merekayasa sebuah Universitas karya Dzulkifli Abdul Razak. Dari berbagai sumber

lain seperti: http://paparnas.org/berdikari; www.kompas.com; www.metrotv.com; www.apindo.or.id

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.