Orang sukses di indonesia

9
1 5 orang sukses di Indonesia ROBERT BUDI HARTONO (US$ 15 miliar) Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, lahir di Kudus, Semarang pada tanggal 28 April 1941. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert merupakan keturunan Tionghoa. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang. Total kekayaan Robert pada tahun 2012 yang dicatat Forbes mencapai US$13 miliar Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 persen saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan sawit seluas 65.000 hektaree di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Prima Digital, mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer. Sangat menyukai olahraga bulutangkis yang bermula dari sekedar hobi lalu mendirikan Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum pada tahun 1969. Dari lapangan bulutangkis di tempat melinting kretek, Robert Budi Hartono menemukan talenta anak muda berbakat asli Kudus. Anak muda itu dimatanya, memiliki semangat juang yang tinggi, mental yang hebat dan fisik yang prima. Tak salah intuisinya, karena dalam kurun waktu yang tidak lama, anak itu mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Anak muda itu adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan istilah “King Smash”. R. Budi Hartono menikahi seorang wanita bernama Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama Giok Hartono. Bersamanya, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang kesemuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono. Forbes pada tahun 2012 mencatat Robert adalah orang terkaya ke-146 di dunia. Sebagai orang terkaya di Indonesia., Robert pastinya memiliki banyak perusahaan. Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963 (Oei meninggal tak lama kemudian), Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981. Bersama kakaknya Michael Hartono, Robert di usianya yang ke 22 tahun menerima warisan salah satu perusahaan rokok ternama saat ini, Djarum. Perusahaan Djarum sebelumnya merupakan usaha kecil yang bernama Djarum Gramophon yang kemudian dibeli oleh ayah Robert pada tahun 1951 dan

Transcript of Orang sukses di indonesia

Page 1: Orang sukses di indonesia

1

5 orang sukses di Indonesia

ROBERT BUDI HARTONO (US$ 15 miliar)

Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong,

lahir di Kudus, Semarang pada tanggal 28 April 1941. Ia merupakan anak

kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert

merupakan keturunan Tionghoa. Kakaknya bernama Michael Bambang

Hartono alias Oei Hwie Siang. Total kekayaan Robert pada tahun 2012

yang dicatat Forbes mencapai US$13 miliar

Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di

Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd.

menguasai 51 persen saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki

perkebunan sawit seluas 65.000 hektaree di Kalimantan Barat sejak

tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand

Indonesia dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah

bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga

memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan

dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Prima Digital, mereka juga

membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.

Sangat menyukai olahraga bulutangkis yang bermula dari sekedar hobi lalu mendirikan Perkumpulan

Bulutangkis (PB) Djarum pada tahun 1969. Dari lapangan bulutangkis di tempat melinting kretek,

Robert Budi Hartono menemukan talenta anak muda berbakat asli Kudus. Anak muda itu dimatanya,

memiliki semangat juang yang tinggi, mental yang hebat dan fisik yang prima. Tak salah intuisinya,

karena dalam kurun waktu yang tidak lama, anak itu mengharumkan nama bangsa di pentas dunia.

Anak muda itu adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan istilah “King Smash”.

R. Budi Hartono menikahi seorang wanita bernama Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama

Giok Hartono. Bersamanya, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang kesemuanya telah

menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono.

Forbes pada tahun 2012 mencatat Robert adalah orang terkaya ke-146 di dunia. Sebagai orang terkaya

di Indonesia., Robert pastinya memiliki banyak perusahaan.

Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon

pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek

“Djarum” yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada

tahun 1963 (Oei meninggal tak lama kemudian), Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan

peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga

tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan

mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.

Bersama kakaknya Michael Hartono, Robert di usianya yang ke 22 tahun menerima warisan salah satu

perusahaan rokok ternama saat ini, Djarum. Perusahaan Djarum sebelumnya merupakan usaha kecil

yang bernama Djarum Gramophon yang kemudian dibeli oleh ayah Robert pada tahun 1951 dan

Page 2: Orang sukses di indonesia

2

mengubah namanya menjadi Djarum. Robert dan kakaknya menerima warisan ini setelah ayahnya

meninggal. Pada saat itu pabrik perusahaan Djarum baru saja terbakar dan mengalami kondisi yang

tidak stabil. Namun kemudian di tangan dua bersaudara Hartono bisa bertumbuh menjadi perusahaan

raksasa.

Saat ini, Di Amerika Serikat pun perusahaan rokok ini memilki pangsa pasar yang besar. Dan di negeri

asalnya sendiri, Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total

produksi nasional. Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan

rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor.

Djarum mereka, dilarang di Amerika Serikat sejak 2009 bersama dengan rokok kretek lainnya, karena

telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan

Indonesia.

R. Budi Hartono dengan Group Djarum yang dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor

antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia. Diversifikasi bisnis dan investasi

yang dilakukan Group Djarum ini memperkokoh Imperium Bisnisnya yang berawal pada tahun 1951.

Bank Central Asia Pada bulan Juli 2007, majalah Globe Asia menyatakan Robert sebagai orang terkaya di

Indonesia dengan kekayaan 4,2 miliar dolar AS atau sekitar 37,8 triliun rupiah. Pada tahun yang sama, R.

Budi Hartono bersama kakaknya, Michael Hartono di bawah bendera Group Djaru m melebarkan

investasi ke bidang perbankan. Dan menjadi pemegang saham utama, mengendalikan 51% saham, PT

Bank Central Asia Tbk (BCA) yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia saat ini.

Berdasarkan data Bank Indonesia pada Desember 2011 nilai aset BCA sebesar Rp 380,927 Triliun (tiga

ratus delapan puluh koma sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah).

BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal

telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang

terjadi pada tahun 1997.

Di sektor properti, banyak proyek yang dijalankan di bawah kendali CEO Djarum ini, R. Budi Hartono,

dan yang paling besar adalah mega proyek Grand Indonesia yang ditantangani pada tahun 2004 dan

selesai pada tahun 2008. Proyek ini mencakup hotel (renovasi dari Hotel Indonesia), pusat belanja,

gedung perkantoran 57 lantai dan apartemen. Total nilai investasinya 1,3 Triliun rupiah.

Di sektor Agribisnis, Robert bersama Michael memiliki perkebunan sawit seluas 65.000 hektare yang

terletak di provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2008. Mereka bergerak di bawah payung Hartono

Plantations Indonesia, salah satu bagian dari Group Djarum.

Salah satu sektor bisnis yang baru mulai berkembang di Indonesia adalah bisnis online. Group Djarum

pun tertarik untuk “menikmatinya” lewat perusahaannya Global Digital Prima Venture. Mereka juga

membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.

Bukti eksistensi grup Djarum adalah gedung pencakar langit di kompleks mega proyek Grand Indonesia

diberi nama Menara BCA. Karena bank BCA menjadi penyewa utamanya dari tahun 2007 hingga 2035.

Dengan demikian tergabunglah lingkungan operasional dua raksasa bisnis Indonesia di tengah -tengah

pusat ibukota yang menjadi bukti keberkuasaan Djarum di kancah bisnis Indonesia.

Page 3: Orang sukses di indonesia

3

EKA TJIPTA WIDJAJA (US$ 7 miliar)

Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang pengusaha dan

konglomerat Indonesia, Berkat keuletannya dalam menjalankan bisnis perusahaannya, ia merupakan salah

satu orang terkaya di Indonesia menurut Majalah Globe Asia edisi bulan desember 2012 dengan kekayaan

mencapai 8,7 milyar Dolar Amerika Serikat. Pada tahun 2011, menurut Forbes, ia menduduki peringkat ke-3 orang

terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 8 miliar, beliau merupakan pendiri sekaligus pemilik dari Sinar

Mas Group, Bisnis utamanya adalah pulp dan kertas, agribisnis, properti dan jasa keuangan. Nama asli Eka

Tjipta Widjaja adalah Oei Ek Tjhong, beliau dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di China, Ia terlahir dari

keluarga yang amat miskin. Ia pindah ke Indonesia saat umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat

itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar

"Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di kapal, di bawah kelas dek.

Hendak makan masakan enak, tak mampu. Ada uang lima dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, karena

untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar"

Tiba di Makassar, Eka kecil segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko

kecil. Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas

satu. Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang sarjana, doktor, maupun gelar-gelar yang lain yang disandang para mahasiswa ketika mereka berhasil menamatkan studi. Namun beliau hanya lulus dar i sebuah

sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan hutangnya ke

rentenir. Tamat SD, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah ekonomi. Ia pun mulai jualan.

Ia keliling kota Makassar, Dengan mengendarai sepeda, ia keliling kota Makasar menjajakan door to door permen, biskuit, serta aneka barang dagangan toko ayahnya. Dengan ketekunannya, usahanya mulai menunjukkan hasil. Saat usianya 15 tahun, Eka mencari pemasok kembang gula dan biskuit

dengan mengendarai sepedanya. Ia harus melewati hutan-hutan lebat, dengan kondisi jalanan yang belum seperti sekarang ini. Kebanyakan pemasok tidak mempercayainya. Umumnya mereka meminta

pembayaran di muka, sebelum barang dapat dibawa pulang oleh Eka. Hanya dua bulan, ia sudah mengail laba Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per kilogram.

Melihat 1 usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya.

Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Di tengah harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu

Page 4: Orang sukses di indonesia

4

terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.

Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka sudah di Paotere. Ia membawa serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air 2 panas, cangkir,

sendok dan sebagainya. Semula alat itu ia pinjam dari ibunya. Enam ekor ayam ayahnya ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibikin ayam putih gosok garam. Dia juga pinjam satu botol wiskey, satu botol

brandy dan satu botol anggur dari teman-temannya. Jam tujuh pagi ia sudah siap jualan. Benar saja, pukul tujuh, 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai datang bekerja. Tapi sampai pukul sembilan

pagi, tidak ada pengunjung. Eka memutuskan mendekati bos pasukan Jepang. Eka mentraktir si Jepang makan minum di tenda. Setelah mencicipi seperempat ayam komplit dengan

kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, si Jepang bilang joto. Setelah itu, semua anak buahnya dan tawanan diperbolehkan makan minum di tenda Eka. Tentu saja ia minta izin mengangkat semua barang yang sudah dibuang.

Segera Eka mengerahkan anak-anak sekampung mengangkat barang-barang itu dan membayar mereka

5 – 10 sen. Semua barang diangkat ke rumah dengan becak. Rumah berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangga penuh terisi segala macam barang. Ia pun bekerja keras memilih apa yang dapat

dipakai dan dijual. Terigu misalnya, yang masih baik dipisahkan. Yang sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat 3 sampai dapat dipakai lagi. Ia pun belajar bagaimana menjahit karung. Karena waktu itu

keadaan perang, maka suplai bahan bangunan dan barang keperluan sangat kurang. Itu sebabnya semen, terigu, arak Cina dan barang lainnya yang ia peroleh dari puing-puing itu menjadi sangat

berharga. Ia mulai menjual terigu. Semula hanya Rp. 50 per karung, lalu ia menaikkan menjadi Rp. 60, dan akhirnya Rp. 150. Untuk semen, ia mulai jual Rp. 20 per karung, kemudian Rp. 40.

Kala itu ada kontraktor hendak membeli semennya, untuk membuat kuburan orang kaya. Tentu Eka menolak, sebab menurut dia ngapain jual semen ke kontraktor? Maka Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Ia bayar tukang Rp. 15 per hari ditambah 20 persen saham

kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan enam kuburan mewah. Ia mulai dengan Rp. 3.500 per

kuburan, dan yang terakhir membayar Rp. 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor kuburan. Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia berdagang

kopra, dan berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah. Eka mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut karena Jepang

mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6. Eka rugi besar. Ia mencari peluang lain. Berdagang

gula, lalu teng-teng (makanan khas Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula. Tapi ketika mulai berkibar, harga gula jatuh, ia rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus menjual mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin kimpoi untuk menutup utang dagang.

Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya juga masih jatuh

bangun. Misalnya, ketika sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta, dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal dia habis lagi. Namun Eka bangkit lagi,

Page 5: Orang sukses di indonesia

5

dan berdagang lagi. Pada tahun 1980, ia memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, beliau juga membeli mesin dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit. Bisnis yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh.

Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai merintis bisnis bank. Ia

membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya

2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan

dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC

Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan.

Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal bisnis dan kehidupann ya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh Widjaja dan mempunyai 7 orang anak.

Anak-anaknya adalah Nanny Widjaja, Lanny Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay Widjaja.

CHAIRUL TANJUNG (US$ 4 miliar)

Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 51 tahun)

adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan

sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group[2].

Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran

Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses

membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group

menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain

seperti Trans TV dan Bank Mega.

Karier dan Kehidupan

Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Ayahnya, yang berdarah Batak, berasal dari Sibolga. Sedangkan ibunya, Halimah, yang berdarah Sunda berasal dari Cibadak, Sukabumi. Chairul

berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba pada zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan

tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.

Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran

Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah

juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.

Page 6: Orang sukses di indonesia

6

Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah

stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga

pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratoriumdi bilangan Senen Raya, Jakarta

Pusat, tetapi bangkrut.

Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987.

Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor.

Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu

pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih

pisah dan mendirikan usaha sendiri.

Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang.

Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis

inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini

bernama Bank Mega.

Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para

Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para

Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti

Propertindo (properti).

Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara

lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital

Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi,

perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo,Para Bali Propertindo, Batam Indah

Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group

memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.

Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini

menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central

Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak

perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besarsaham Carefour, yakni sejumlah 40 persen.

Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham

Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.

Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian,

menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal

Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total

kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang

terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar .

Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT

Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang

meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam .

SUKANTO TANOTO (US$ 2,3 miliar)

Page 7: Orang sukses di indonesia

7

Sukanto Tanoto (lahir dengan nama Tan Kang

Hoo di Belawan, Medan, 25 Desember 1949; umur 64 tahun)

adalah seorangpengusaha asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja

Garuda Mas, sebuah perusahaan yang berkantor pusat

di Singapura dengan usaha di berbagai bidang,

terutamanya kertas dan kelapa sawit. Tanoto dinyatakan

sebagai orang terkaya di Indonesia oleh majalahForbes pada

September 2006, namun pada tahun 2011, Forbes kembali

merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki

peringkat ke-6 dengan total kekayaan US$ 2,8 miliar.

BISNIS

A. PT Indorayon Utama

Pada tahun 1989, Sukanto Tanoto mulai pabrik pulp di bawah nama PT Inti Indorayon Utama, yang

dibangun di sebuah desa Sosor Ladang Kecamatan Porsea, Danau Toba Sumatera Utara. Namun pabrik

ini tidak berjalan lancar karena konflik dengan penduduk setempat, yang berpendapat bahwa

Indorayon mencemari daerah, melakukan deforestasi besar besaran dan sengketa tanah. Sejak awal,

pabrik pulp pertama di Indonesia itu penuh dengan sengketa. Izin awal dirilis sengketa tanah yang

terkandung, kualitas udara dan air di sekitar Sungai Sunagi Asahan tercemar drastis, menyebabkan

penyakit kulit dan pencemaran air, bencana longsor, dan pencemaran gas klor beracun akibat ledakan

boiler pada tahun 1993. Namun selama pemerintahan Soeharto, Indorayon bebas dari semua kegiatan

karena hubungan dekat antara Sukanto dengan Soeharto. Demonstrasi kepada lembaga pemerintah,

yang telah dimulai sejak tahun 1986, gagal menghentikan kegiatan pabrik.

Setelah jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, tekanan publik makin keras, tapi selalu dijawab dengan

kekerasan dan teror oleh petugas polisi militer yang disewa oleh perusahaan. Bentrokan antara

penduduk setempat, staf dan anggota pasukan keamanan yang tidak dapat dihindari dan

mengakibatkan enam orang tewas dan ratusan luka-luka pada tahun 1999. Akibatnya,

Presiden Habibie sementara menempatkan pabrik pada berhenti pada tanggal 19 Maret 1999. Meskipun

lobi yang dilakukan oleh pendukung Indorayon, termasuk-maka pelayanan perdagangan Jusuf Kalla,

pabrik itu ditutup secara permanen oleh Presiden Abrurahman Wahid setelah oposisi sengit dari

masyarakat lokal dan aktivis lingkungan diikuti oleh demonstrasi yang lebih fatal.

B. Asian Agri

PT Asian Agri merupakan perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Sejak tanum 2006 terlibat

kasus penggelapan pajak. Awal tahun 2013, Mahkamah Agung memvonis 14 perusahaan Grup Asian Agri

(GAA) harus membayar denda sebesar Rp 2,5 trilyun. PT Asian Agri mengajukan gugatan peninjauan

kembali atas putusan MA tersebut.

Asian Agri juga dituding terlibat dalam kasus pembakaran untuk pembukaan lahan di Riau, pada Juni

2013. Kebakaran hutan menimbulkan kabut asap dengan tingkat polusi mencapai di atas 800 Indeks

Polusi Udara, atau hampir tiga kali lipat dari ambang batas bahaya polusi di angka 300 Indeks Polusi

Udara. Wahana Lingkungan Hidup IndonesiaWALHI Riau menyebutkan, sebagian besar titik api di Riau

berada di lahan konsesi perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri (HTI), baik di perusahaan

Page 8: Orang sukses di indonesia

8

milik Sukanto Tanoto maupun sejumlah pengusaha lain seperti Eka Tjipta

Wijaja (APRIL/APP), Martias pemilik PT Surya Dumai Grup, serta Wilmar Group (kelapa sawit).

HARY TANOESOEDIBJO

Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo (lahir di Surabaya, 26

September 1965; umur 48 tahun), juga dikenal dengan

panggilanHary Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe, adalah

seorang pengusaha dan politikus Indonesia. Saat ini Hary memegang

beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaan terkemuka

di Indonesia, dan juga Calon Wakil Presiden dari Partai Hanura.

Latar-belakang

Hary Tanoesoedibjo lahir dan dibesarkan di Surabaya. Ia adalah anak dari Ahmad Tanoesoedibjo,

seorang pengusaha. Hary adalah bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya bernama Hartono

Tanoesoedibjo dan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo.

Seusai menamatkan pendidikan menengahnya di SMAK St. Louis Surabaya, Hary meneruskan

pendidikannya untuk mencapai gelar Bachelor of Commerce (Honours) dari Carleton

University, Ottawa, Kanada (1988); serta Master of Business Administration dari Ottawa

University, Ottawa, Kanada (1989).

Hary menikah dengan Liliana Tanaja, dan memiliki lima orang anak yaitu Angela Herliani Tanoesoedibjo,

Valencia Herliani Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo, Clarissa Herliani Tanoesoedibjo, dan

Warren Haryputra Tanoesoedibjo.

Karier bisnis

Hary Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT. Bhakti

Investama Tbk sejak tahun 1989. Bhakti Investama bergerak dalam bisnis manajemen investasi, yang

membeli kepemilikan berbagai perusahaan, membenahinya, dan kemudian menjualnya kembali.

Perusahaan tersebut terdaftar dalam bursa efek sebagai perusahaan terbuka, dan seiring dengan

waktu berkembang semakin besar.

Di masa krisis ekonomi Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru, Hary melalui perusahaannya banyak

melakukan merger dan akuisisi. Pada tahun 2000, Bhakti Investama mengambil alih sebagian saham PT

Bimantara Citra Tbk, dan kemudian diubah namanya menjadi PT. Global Mediacom Tbk ketika mayoritas

saham sudah dimilikinya.

Sejak pengambil-alihan tersebut, Hary terjun dalam bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Hary

kemudian menjadi Presiden Direktur Global Mediacom sejak tahun 2002, setelah sebelumnya menjabat

sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan tersebut. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden

Direktur PT. Media Nusantara Citra Tbk.(MNC) dan PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak

tahun 2003, serta sebagai Komisaris PT. Mobile-8 Telecom Tbk., Indovision dan perusahaan-perusahaan

Page 9: Orang sukses di indonesia

9

lainnya di bawah bendera grup perusahaan Global Mediacom dan Bhakti Investama. Selain tiga stasiun

TV swasta, yaitu RCTI, MNCTV, dan Global TV, grup medianya juga mencakup stasiun radio Trijaya FM

dan media cetak Harian Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust, tabloid remaja Genie.

Pada tahun 2011, Majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, dan Hary menduduki

peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan sebesar US$ 1,19 miliar.

Pada tahun 2012, Hary Tanoesoedibjo terlibat kasus restitusi pajak PT Bhakti Investama. Dugaan

keterlibatan Hary Tanoe sebagai pengemplang pajak terlihat sejak dirinya diperiksa oleh

Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), dan juga pada saat dirinya dijadikan saksi dalam sidang James

Gunardjo. Hari Tanoe dituding sebagai orang yang patut dimintai pertanggungjawaban dalam restitusi

atau pengembalian pajak PT BI senilai Rp. 3,4 miliar.

Karier politik

Kabar bahwa Hary Tanoesoedibjo masuk ke dunia politik mulai terdengar sejak awal bulan Oktober

2011, yang kemudian terkonfirmasi ketika ia secara resmi bergabung dengan Partai NasDem pada

tanggal 9 Oktober 2011. Pada bulan November 2011, Hary muncul pada acara Rapat Pimpinan Nasional

Partai NasDem yang pertama. Di partai tersebut, Hary menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Pakar

dan juga Wakil Ketua Majelis Nasional. Sejak ia berkiprah melalui Partai NasDem, Hary mendengung -

dengungkan semboyan Gerakan Perubahan, suatu gerakan yang dimotori oleh kelompok angkatan

muda Indonesia. Menurutnya, di dalam Partai NasDem 70% kadernya terdiri dari generasi muda.

Pada tanggal 21 Januari 2013, Hary Tanoesoedibjo mengumumkan bahwa ia resmi mengundurkan diri

dari Partai NasDem karena adanya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai struktur

kepengurusan partai. Hary menyebutkan alasan bahwa "politik itu adalah idealisme", dan dirinya

merasa sedih dan sangat berat meninggalkan Partai NasDem yang telah tiga bulan ia besarkan; apalagi

Partai NasDem telah berhasil lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan resmi menjadi partai

politik peserta Pemilu 2014 dengan Nomor Urutan 1.

Setelah keluar dari Partai Nasdem, Hary Tanoesoedibjo resmi bergabung dengan Partai Hanura pada

tanggal 17 Februari 2013. Hal ini disampaikan di kantor DPP Partai Hanura di Jl. Tanjung Karang, Jakarta,

dan langsung menduduki posisi Ketua Dewan Pertimbangan. Ia selanjutnya menjabat Ketua Bapilu dan

Calon Wakil Presiden dari Hanura berpasangan dengan Wiranto.