Optimasi Proses Mie Ganyong
-
Upload
nadia-hana-soraya -
Category
Documents
-
view
1.385 -
download
1
description
Transcript of Optimasi Proses Mie Ganyong
LOMBA PENELITIAN INOVASI SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
Optimasi Proses Produksi Mie Berbahan Baku Ganyong (Canna discolor)
Pemanfaatan Bahan Alam
Disusun oleh:
LIN HOFA NURUL A. 10708035
LIA QURRATA AKYUNI 10708015
MAE LUTFIYAH 10708082
NADIA HANA S. 13008011
HASNAH SAKINAH 13408094
KANTOR WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN
LEMBAGA KEMAHASISWAAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Peneletian : Optimasi Proses Produksi Mie Berbahan Baku
Ganyong (Canna discolor)
2. Bidang Penelitian : Pemanfaatan Bahan Alam
3. Ketua Pelaksana Penelitian
a. Nama Lengkap : Lin Hofa Nurul Alifah
b. NIM : 10708035
c. Prodi/Fakultas/Sekolah : Sains dan Teknologi Farmasi/Sekolah Farmasi
d. Alamat Rumah dan No. Telp/HP : Jl. Kiaracondong No. 279 A, Bandung.
e. Alamat email : [email protected]
4. Anggota Pelaksana Penelitian : 4 orang
5. Biaya Penelitian yang diusulkan : Rp 4.415.000,00
6. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan
Bandung, 31 Mei 2010
Mengetahui:
Pembimbing
(Elfahmi, Ph.D)
NIP.
Ketua Pelaksana
(Lin Hofa Nurul Alifah)
NIM. 10708035
Menyetujui:
Ketua Program Studi,
(Lucy Nurhayati Sasongko, Ph.D.)
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang subur. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
varietas tumbuhan yang ditemukan di Indonesia. Selain itu, didukung pula dengan letak
Indonesia yang strategis yakni berada di daerah tropis dengan asupan energi matahari yang
cukup sehingga menjadikan Indonesia sebagai lahan yang cocok untuk pertumbuhan berbagai
jenis tanaman. Tidak salah jika pada zaman dahulu Indonesia menjadi pusat perniagaan
rempah-rempah terbesar di dunia.
Salah satu tanaman yang memiliki peluang tinggi untuk tumbuh di bumi pertiwi ini
adalah jenis umbi-umbian. Umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia karena tanahnya cocok
dan sesuai dengan keadaan fisik untuk berkembangnya tanaman tersebut. Namun, kurangnya
pemahaman masyarakat pribumi akan zat yang terkandung dalam tanaman tersebut
menyebabkan pemanfaatannya sampai sekarang masih terbilang sangat minim. Sebagai
akibatnya, tanaman tersebut hanya mampu diolah secara sederhana tanpa pengolahan lebih
lanjut. Padahal kandungan karbohidrat dalam umbi-umbian yang sangat tinggi mampu
dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras dan mie.
Salah satu contoh jenis tanaman yang termasuk dalam komoditas umbi-umbian adalah
ganyong. Ganyong yang memilki nama ilmiah Canna discolor L. ini belum sepopuler ubi
jalar atau ubi kayu. Hal senada diutarakan salah seorang pedagang ketika dilakukan survey ke
salah satu pasar tradisional yang ada di kota Bandung. Pedagang tersebut menyatakan bahwa
ganyong tidak dijual di pasar-pasar karena pemanfaatannya yang masih sangat minim yakni
hanya sebatas direbus atau digoreng kemudian dimakan seadanya. Berbeda dengan umbi-
umbian yang lain seperti ubi dan singkong yang katanya “pulen”, ganyong mengandung
banyak serat sehingga rasanya kurang enak ketika dimakan biasa (ganyong rebus). Itulah
penyebab mengapa para pedagang tradisional pun enggan menjual ganyong, selain karena
pemanfaatannya yang masih minim, ganyong juga kurang diminati masyarakat. Tidak heran
jika sekarang ini sulit sekali ditemukan pedagang umbi-umbian yang menjual ganyong
tersebut. Padahal, menurut penelitian ganyong merupakan salah satu bahan pangan non beras
yang bergizi cukup tinggi terutama karena kandungan kalsium, fosfor, dan karbohidrat yang
terkandung di dalamnya.
Tanaman ganyong merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Serikat. Di
Indonesia ganyong tersebar dari Sabang sampai Merauke terutama di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Bali, tanaman ini telah diusahakan penduduk walaupun masih secara sampingan.
Saat ini, sudah mulai berkembang pembuatan tepung terigu alternatif yang berasal dari umbi
ganyong untuk menjawab kesukaran pemerolehan tepung terigu yang kian hari harganya
makin meningkat. Tepung ganyong yang dihasilkan pun tak kalah dengan jenis tepung
lainnya baik dalam segi kandungan gizi ataupun kualitasnya. Salah satu kelebihan tepung
ganyong dibanding tepung lainnya adalah tepung ganyong sangat mudah dicerna sehingga
sering digunakan untuk makanan bayi dan orang-orang sakit. Tidak mengherankan jika di
negara maju seperti Australia, tepung ganyong diproduksi secara besar-besaran dalam skala
pabrik. Untuk Indonesia sendiri pembuatan tepung ganyong umumnya masih dikerjakan
secara tradisional.
Namun, pada tahun 2009 sebuah industri rumah tangga di Purbalingga yang bekerja
sama dengan pemerintah daerah setempat, mampu mengangkat status ganyong dari yang
awalnya sekadar tanaman budidaya yang kurang diminati menjadi tepung ganyong yang lebih
bermanfaat. Ganyong yang disulap menjadi tepung ganyong bergizi tinggi pun membawa
dampak positif juga bagi penduduk sekitar hingga terbentuklah industri-industri rumah
tangga yang memanfaatkan tepung ganyong tersebut. Dalam bentuk bahan mentah ganyong
mempunyai nilai jual komoditas yang sangat rendah yakni sekitar Rp 400,00 sampai Rp.
1500,00 per kilogramnya. Sedangkan ketika telah diolah menjadi tepung ganyong, nilai jual
komoditasnya melonjak signifikan menjadi sekitar Rp. 8000,00 per kilogramnya.
Pada tahun 1970-an, tidak sedikit dijumpai masyarakat Indonesia yang mengonsumsi
langsung ganyong yang diolah alakadarnya seperti direbus. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman dan banyaknya makanan olahan yang lebih bervariatif dengan tampilan
bentuk dan rasanya yang khas, konsumsi tanaman yang dijadikan bahan pangan alternatif ini
menjadi berkurang. Ironisnya, banyak generasi muda saat ini yang tidak mengetahui jenis dan
bentuk dari tanaman ganyong tersebut. Untuk membuat orang tertarik mengonsumsi tanaman
ini, maka ganyong harus dikemas dalam bentuk, rasa dan selera yang tinggi sehingga
membuat orang lebih tertarik untuk mengonsumsinya. Oleh karena itu, dalam proposal
pengajuan ini akan dibahas tentang pemanfaatan ganyong sebagai bahan tepung terigu dalam
pembuatan mie. Mengingat harga tepung terigu yang biasa digunakan untuk bahan olahan
makanan didatangkan dari luar negeri (impor), ditambah lagi dengan kenaikan harga yang
terus menanjak dari tahun ke tahun, maka sudah saatnya kita kembali bangkit dengan melirik
pemanfaatan potensi lokal yang ada yakni dengan mengembangkan dan memaksimalkan
pemanfaatan bahan alam lokal, salah satunya adalah tepung ganyong sebagai bahan pangan
alternatif pengganti tepung terigu.
Salah satu produk pangan olahan yang umum di negeri ini adalah mie. Di Indonesia
mie merupakan makanan utama setelah nasi dan diminati hampir oleh semua kalangan mulai
dari anak-anak sampai orang dewasa. Akan tetapi, mie belum dapat dianggap sebagai
makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang
bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi
kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit. Namun, sifat karbohidrat dalam
mie berbeda dengan sifat yang terkandung di dalam nasi. Sebagian karbohidrat dalam nasi
merupakan karbohidrat kompleks yang memberi efek rasa kenyang lebih lama. Sedangkan
karbohidrat dalam mie sifatnya lebih sederhana sehingga mudah diserap. Akibatnya, mie
memberi efek lapar lebih cepat dibanding nasi. Meskipun mie belum bisa menggeser posisi
nasi, dimana kebanyakan orang Indonesia beranggapan bahwa belum makan kalau tidak
dengan nasi, namun mie ini merupakan bahan pangan yang cukup banyak digemari oleh
khalayak umum sebagai pengganti nasi dalam hal sumber energi. Di samping itu, keefektifan
dan keefisienan tenaga dan waktu dalam penyajiannya inilah yang menjadikan mie sebagai
salah satu kandidat pengganti nasi. Di mata anak-anak, mie memiliki daya tarik tersendiri
baik dalam hal bentuk penyajian yang relatif mudah dan sederhana ataupun dalam hal rasa
yang menggoyang lidah. Tidak heran banyak anak-anak yang lebih suka mengonsumsi mie
daripada nasi. Hal itulah yang menjadikan mie sebagai sorotan utama dalam penelitian ini
karena potensinya yang besar sebagai salah satu bahan makanan substitusi parsial bagi
makanan pokok beras.
Beragam jenis mie telah dikenal masyarakat akan tetapi mie instan merupakan ragam
mie yang paling popular. Data consult (1995) melaporkan bahwa konsumsi mie instan oleh
masyarakat Indonesia pada tahun 1995 sebesar 3.544,5 juta bungkus atau setara dengan
265.838 ton. Pada tahun-tahun berikutnya konsumsi mie instan meningkat dengan laju sekitar
25%, dan pada awal tahun 2000-an sekarang ini, angka ini diperkirakan terus meningkat
dengan laju sekitar 15% per tahun. Impor gandum Indonesia tahun 2002 mencapai 4 juta ton
dan angka ini akan terus meningkat (World Grain 2003). Sebagian besar gandum tadi dibuat
tepung terigu dan digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan mie.
Perkembangan konsumsi mie yang pesat memberi pelajaran bahwa mie merupakan
jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau preferensi konsumen Indonesia. Namun di
sisi lain, konsumsi mie seperti saat ini berpeluang menurunkan devisa negara, mengingat
tepung terigu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan mie merupakan bahan yang
harus diimpor dari luar negeri. Di lain sisi, pembangunan sektor pertanian nasional yang terus
berkembang, telah mampu menghasilkan beragam komoditas sumber karbohidrat yang perlu
ditingkatkan pemanfaatannya terutama dalam rangka penyediaan pangan alternatif bagi
masyarakat. Jika hal tersebut dikaji lebih dalam, tentu dapat dijadikan solusi bagi masalah
pangan yang dihadapi negara kita. Oleh sebab itu, pemikiran yang paling sering muncul dan
paling urgent adalah perlunya pengembangan teknologi mie berbahan baku tepung selain
terigu, salah satunya adalah dengan menggunakan tepung dari ganyong.
Fenomena lain yang sangat disayangkan adalah fakta mengenai kandungan bahan
pengawet yang cukup tinggi pada mayoritas mie yang beredar di pasaran saat ini yang bisa
berakibat negatif jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebih. Kandungan yang berbahaya
yang terdapat dalam mie instan diantaranya adalah sodium glutamat yang dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan pewarna kuning (tartrazin) yang
terdapat dalam mie instan lebih berbahaya bagi kesehatan. Pewarna tersebut dapat
menyebabkan kekambuhan pada penderita penyakit asthma dan efek-efek negatif lainnya
pada kesehatan seperti kanker dan penyakit lambung lainnya. Selain itu dalam mie instan
terdapat juga bahan pengawet dan MSG yang dapat memicu timbulnya penyakit kanker jika
dikonsumsi secara belebihan.
Selain itu, pada umumnya banyak di antara konsumen lebih memilih mie karena rasa
dan bentuk yang lebih menarik dibanding dengan kandungan yang terkandung didalamnya.
Atas pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini, akan diupayakan untuk membuat mie
sehat bergizi tinggi dengan bahan baku berupa tepung terigu dari umbi ganyong yang
mengandung mineral yang baik untuk tubuh, terutama kandungan kalsium dan fosfornya.
Namun, seperti yang telah diutarakan pada paragraf awal bahwa usaha pembuatan mie dari
ganyong ini mulai dikelola oleh pihak industri rumah tangga di daerah Purbalingga.
Mengingat proses produksi yang telah diupayakan oleh pihak industri rumah tangga di
Purbalingga tersebut masih terbilang sederhana maka hal ini dapat dijadikan salah satu sarana
yang potensial untuk membuat mie ganyong dengan nilai kandungan kalsium dan fosfor yang
lebih tinggi. Dalam penelitian ini akan dilakukan optimalisasi mie ganyong dengan
kandungan fosfor dan kalsium yang lebih tinggi sehingga mampu mengubah image mie yang
pada awalnya berbahaya bagi kesehatan menjadi mie yang bergizi tinggi. Dikatakan bergizi
tinggi karena kandungan fosfor dan kalsium yang terkandung dalam mie ganyong, baik untuk
masa pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam pertumbuhan tulang. Untuk
orang dewasa, kandungan fosfor dan kalsium berperan untuk mempertahankan kekuatan
tulang dan gigi serta mencegah osteoporosis. Melihat peranan penting fosfor dan kalsium
bagi tubuh, sudah sepantasnya kita memanfaatkan potensi dari ganyong yang mengandung
fosfor dan kalsium tinggi terutama sebagai bahan pangan alternatif yang diminati masyarakat
luas.
Program penelitian ini muncul dari keinginan kami untuk mengoptimalkan
pemanfaatan bahan baku alam (dalam hal ini ganyong) yakni dengan memanfaatkan kadar
kalsium dan fosfor ganyong yang cukup tinggi menjadi bahan pangan olahan (mie ganyong)
yang bernilai ekonomi tinggi dan bergizi tinggi yang baik untuk kesehatan masyarakat. Selain
itu, diharapkan program penelitian ini pun merupakan salah satu upaya kami untuk
mengoptimalkan peran ganyong sebagai bahan pangan alternatif sehingga mampu dijadikan
solusi pemecahan masalah kekurangan kebutuhan pangan di Indonesia.
I.2 Perumusan Masalah
Tanaman ganyong (Canna edulis Ker.) yang konon berasal dari Amerika Selatan telah
dimanfaatkan oleh masyarakat di beberapa daerah. Pemanfaatan tersebut bervariasi
tergantung bagian tanaman yang digunakan seperti umbinya untuk dimakan dengan cara
direbus atau dibakar, sisa umbi yang tertinggal untuk dijadikan kompos, pucuk dan tangkai
daun muda untuk pakan ternak, serta bunga daunnya yang cukup indah dapat digunakan
sebagai tanaman hias. Adapun kami disini memfokuskan pada pemanfaatan umbi (rhizoma)
ganyong sebagai bahan pangan alternatif non-beras.
Dibandingkan dengan jenis umbi-umbian lain, ganyong memiliki keunggulan dalam
hal kandungan fosfor, kalsium, dan karbohidratnya dimana kandungannya lebih besar jika
dibandingkan dengan yang lain. Untuk itu kami disini ingin memanfaatkan kandungan fosfor
dan kalsium yang tinggi pada tanaman ganyong serta kandungan karbohidratnya yang juga
tidak kalah tinggi dibandingkan umbi-umbian lain, untuk dijadikan sebagai pangan alternatif
pengganti beras yang bergizi.
Perkembangan konsumsi mie yang pesat pada masyarakat Indonesia khususnya,
memberi pelajaran bahwa mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau
preferensi konsumen Indonesia. Saat ini mayoritas produk mie yang diproduksi berbahan
dasar tepung terigu (gandum) yang merupakan suatu komoditas impor. Oleh karena itu
pengkonsumsian mie yang melonjak di negara kita dapat berpeluang dalam menurunkan
devisa negara. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dipikirkan bahan dasar pembuatan
mie pengganti gandum yang dapat dilakukan dengan pemanfaatan tanaman lokal di negara
kita sehingga tidak perlu mengimpor dari luar. Melihat tanaman ganyong yang tumbuh
melimpah di negara kita namun masih kurang dalam pemanfaatannya, maka kami berusaha
untuk membudidayakan tanaman ganyong sebagai tanaman lokal kita sekaligus sebagai
upaya mengurangi laju impor terigu dengan memanfaatkan tanaman ganyong ini sebagai
pangan alternatif, khususnya sebagai bahan dasar pembuatan mie pengganti gandum.
Terdapat berbagai jenis mie seperti mie mentah (fresh /raw noodle), mie basah (wet
noodle), mie kering (dry noodle) dan mie instan (instant noodle), bihun, kwetiau, sohun, dan
sebagainya yang semuanya tergantung dari proses pembuatannya dan bahan dasarnya.
Adapun disini kami memfokuskan pada produksi mie basah dengan bahan dasar ganyong.
Untuk menghasilkan mie yang tidak kalah kualitasnya dibandingkan mie yang
berbahan dasar gandum, diperlukan optimasi dalam proses pembuatan mie yang berbahan
dasar non-gandum ini. Pada program penelitian ini, kami menaruh perhatian pada
perancangan proses produksi untuk menghasilkan mie dari ganyong dengan kualitas yang
baik serta mengoptimasi kandungan posfor dan kalsium dari tanaman ganyong pada produk
jadi mie tersebut.
I.3 Tujuan Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, kami berharap dapat mencapai tujuan
berikut:
1. Pembuatan mie dari tepung terigu berkalsium dan fosfor yang tinggi yang berasal dari
umbi ganyong agar bernilai ekonomis dan bermanfaat.
2. Memperoleh kondisi optimum proses pembuatan mie dari tepung terigu ganyong agar
mengandung kalsium dan fosfor yang tinggi untuk menghasilkan produk mie yang
memiliki karakteristik sesuai dengan keinginan.
3. Mewujudkan program pemanfaatan bahan alam yang ada di Indonesia terutama yang
tumbuh di sekitar dan potensi yang terkandung didalamnya belum tergali secara
maksimal.
I.4 Luaran yang Diharapkan
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, luaran yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1. Masyarakat sadar bahwa seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini memiliki nilai
kegunaannya masing-masing, termasuk umbi ganyong selain sebagai bahan pangan
tradisional, umbi yang satu ini memiliki kelebihan yang lain yaitu sebagai bahan
pembuatan mie sehat bergizi tinggi.
2. Masyarakat mengetahui dan menerapkan cara pengolahan umbi ganyong menjadi mie
sehat bergizi tinggi.
3. Umbi ganyong dimanfaatkan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin menjadi bahan
pangan, dengan mempertimbangkan zat yang terkandung didalamnya yang berguna bagi
kesehatan tubuh konsumen.
4. Umbi ganyong memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat desa, karena dengan
mengubah umbi menjadi tepung terigu yang kaya akan kalsium dan fosfor sebagai bahan
pangan dalam pembuatan mie, menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat sekitar, sebab
meningkatkan penghasilan masyarakat desa yang umumnya tanahnya lebih subur dan
lebih memungkinkan untuk tumbuhnya umbi-umbian termasuk umbi ganyong.
5. Pihak yang berhubungan dalam produksi pangan dapat memperhatikan potensi yang
terkandung dalam umbi ganyong, karena umbi ini memiliki kandungan fosfor dan
kalsium yang tinggi dan memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan dan
bersaing dengan produk yang lainnya di pasaran.
I.5 Manfaat Penelitian
1. Masyarakat mendapat pengetahuan mengenai cara mengolah umbi ganyong dengan cara
yang lebih baik, yaitu sebagai produk berupa mie dengan kandungan kalsium dan fosfor
yang bernilai tinggi.
2. Menyadarkan masyarakat bahwa umbi ganyong ini memiliki potensi yang tinggi dalam
hal kandungan mineral yang sangat vital diperlukan oleh tubuh, sehingga sangat
disayangkan apabila umbi ini hanya dibiarkan tumbuh tanpa pengolahan yang lebih
lanjut.
3. Mendapatkan keuntungan ekonomi dari hasil pemasaran pengolahan umbi tersebut.
4. Mendapatkan suatu teknologi pengolahan umbi yang sederhana namun melahirkan
produk bahan pangan yang maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Deskripsi GanyongGanyong (Canna discolor L. syn. C. edulis, suku kana-kanaan atau Cannaceae)
adalah sejenis tumbuhan penghasil umbi yang cukup populer namun kelestariannya semakin
terancam karena tidak banyak orang yang menanam dan mengonsumsinya. Umbi ganyong
mengandung pati, meskipun tidak sebanyak ubi jalar. Umbi yang dewasa dapat dimakan
dengan mengolahnya lebih dulu atau untuk diambil patinya. Sisa umbinya yang tertinggal
setelah diambil patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sementara pucuk dan tangkai daun
muda dipakai untuk pakan ternak. Bunga daunnya yang cukup indah dimanfaatkan sebagai
tanaman hias. Ganyong dikenal dengan banyak nama daerah. Ada yang menyebut sebagai
“buah tasbih”, “ubi pikul”, “ganyal”, “ganyol”, ataupun “sinetra”. Sedangkan nama asingnya
quennsland arrowroot. Sementara ini, sekurangnya ada dua provinsi sebagai sentral ganyong,
yakni Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan Purworejo), dan Jawa Barat (Majalengka,
Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Lebak, Subang, dan Karawang).
Pemanenan ganyong bergantung tujuan penggunaannya. Bila untuk umbi rebus yang
langsung dimakan, maka digunakan ganyong muda berumur 6-8 bulan. Sebaliknya, jika akan
digunakan untuk pembuatan produk pati atau tepung bisa dipanen tua (15-18 bulan).
Di tengah kondisi ekonomi yang semakin terpuruk menjadi faktor kemampuan daya
beli masyarakat menjadi turun, sudah seyogyanyalah masyarakat menggalakkan kembali
pemanfaatan sumber pangan lokal yang justru lebih murah, mudah dijangkau dengan
kandungan gizi yang tidak kalah baiknya.
Dalam dunia tumbunhan, umbi ganyong memiliki taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdo
m
: Tracheobiota (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Familia : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Ker.
II.2 Kandungan Gizi dalam Ubi GanyongBerdasarkan sumber dari Direktorat Gizi Depkes RI, 1981, setiap 100 gram ubi
ganyong mengandung komponen-komponen sebagai berikut.
Tabel 1. Kandungan Senyawa per 100 g Ganyong
Komponen JumlahKalori 95,00 kalProtein 1,00 gLemak 0,11 gKarbohidrat 22,60 gKalsium 21,00 gFosfor 70,00 gBesi 1,90 mgVitamin B1 0,10 mgVitamin C 10,00 mgAir 75,00 g
Sementara apabila dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain, maka perbandingan
kadar kandungannya dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 2. Kandungan Gizi Umbi-umbian
Jenis Makanan
Al (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vit A
(IU)
Vit B
Vit C
Ubi jalar 75 1,0 0,1 22,6 21 70 20 0 0,1 10Singkong 63 1,2 0,3 34,7 33 40 0,7 0 0,0
630
Kentang 78 2,0 0,1 19,1 11 56 0,7 0 0,11
17
Tepung ganyong
14 0,7 0,2 85,2 8,0 22 1,5 0,09
0
Tepung singkong
9 1,1 0,5 88,2 84 125 1,0 0,4 0
Tepung kentang
13 0,3 0,,1 85,6 21 30 0,5 0,04
0
Sumber: Data Komposisi Bahan Makanan, Dep. Kes. RI.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan kalsium dan fosfor dalam umbi
ganyong cukup tinggi. Oleh karena itu dalam penelitian ini lebih ditekankan pada
optimalisasi kandungan kalsium dan fosfor tersebut dalam bentuk pangan hasil olahan
ganyong.
Kalsium dan fosfor memiliki banyak fungsi. Manfaat fosfor antara lain:
Memiliki peranan utama dalam mempertahankan kalsium, tulang dan gigi.
Membantu mempertahankan pH darah sedikit basa, komponen penting DNA, serta
merupakan bagian dari semua membran sel terutama dalam jaringan otak.
Berfungsi untuk penunjang perkembangan disaat pertumbuhan anak.
Meningkatkan ketahanan dari para atlet dan memberikan keunggulan kompetitif yang
lebih baik.
Sementara manfaat kalsium antara lain:
Membentuk serta mempertahankan tulang dan gigi yang sehat.
Mencegah osteoporosis.
Membantu proses pembekuan darah dan penyembuhan luka.
Menghantarkan signal ke dalam sel-sel saraf.
Mengatur kontraksi otot.
Membantu transport ion melalui membran.
Sebagai komponen penting dalam produksi hormon dan enzim yang mengatur proses
pencernaan, energi dan metabolisme lemak.
II.3 Kandungan Gizi MieUmumnya jenis mie berupa mie instan terbuat dari bahan yang sudah distandarisasi.
Oleh karena itu, apabila dilihat komposisi berbagai produk mie instan, terlihat bahwa
berbagai produk mie instan tersebut mengandung bahan yang lebih kurang sama.
Komposisi Mie : Tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pengatur keasaman,
pewarna makanan (Tartrazin CI 19140).
Bumbu : Garam, penguat rasa (mononatrium glutamat), gula, perisa ayam, bubuk lada, bubuk
kair, perisa bawang putih, bubuk cabe, vitamin (A, B1, B5, B6, B12, Niasin, Asam Folat).
Berikut tabel perbandingan nilai gizi dari beberapa produk mie instan.
Tabel 3. kandungan gizi dalam mie
Supermi Rasa Kaldu Ayam
Mie Sedap Rasa Kari Ayam
Indomie Rasa Soto Mie
Energi Total 300 kkal 340 kkal 340 kkal
Energy dari Lemak
90 kkal 130 kkal 110 kkal
Lemak TotalLemak JenuhKolesterol
10 g | 17% AKG6 g | 31% AKG0 mg | 0% AKG
14 g | 23% AKG7 g | 41% AKG0 mg | 0% AKG
12 g | 22% AKG4 g | 19% AKG0 mg | 0% AKG
Protein 6 g | 10% AKG 8 g | 14% AKG 7 g | 15% AKG
Supermi Rasa Kaldu Ayam
Mie Sedap Rasa Kari Ayam
Indomie Rasa Soto Mie
Karbohidrat TotalSerat makananGula
46 g | 15% AKG2 g | 7% AKG2 g
44 g | 15% AKG2 g | 8% AKG3 g
50 g | 15% AKG2 g | 9% AKG2 g
Natrium 870 mg | 38% AKG 980 mg | 43% AKG
600 mg | 25% AKG
Di kemasan mie instan tertulis : “Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal.
Kebutuhan energi Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah.” Nilai AKG yang digunakan
ini mengacu pada The Percent Daily Value yang menjadi patokan pada pelabelan nutrisi yang
dianjurkan oleh The US Food and Drug Administration Center for Food Safety and Applied
Nutrition.
II.4 Produksi MieMie adalah salah satu produk makanan yang digemari oleh berbagai masyarakat mulai
dari masyarakat perkotaan sampai masyarakat pedesaan. Hal ini disebabkan tidak hanya oleh
karena rasanya yang cukup enak, tetapi juga cara penyajiannya yang praktis dalam waktu
singkat.
Secara garis besar jenis-jenis mie dapat dibedakan menjadi mie mentah (fresh/raw
noodle), mie basah (wet noodle), mie kering (dry noodle), dan mie instan (instant noodle).
Namun pada penelitian ini jenis mie yang akan dibuat adalah mie basah sehingga hanya
dibahas proses pembuatan mie basah dari ganyong. Proses pembuatan mie basah dari
ganyong adalah sebagai berikut.
Pembuatan Pati Ganyong
Ganyong yang sudah berumur (cukup tua) dipanen, diambil umbinya. Umbi ganyong
dicuci bersih, dikupas kulitnya kemudian diparut. Ganyong parut selanjutnya diperas hingga
hanya tersisa ampas/seratnya. Saring air perasan tadi dengan kain penyaring. Diamkan air
dalam wadah hingga pati ganyong mengendap. Pisahkan air dengan pati ganyong. Keringkan
pati ganyong dengan dijemur sinar matahari atau dioven.
Pembuatan Minyong (Mie Ganyong)
Panaskan 5 s/d 6 liter air hingga hampir mendidih. Masukkan 1 kg pati ganyong ke
dalam air panas tersebut sambil terus diaduk supaya jangan menggumpal. Jika terlalu kental,
dapat ditambahkan air panas hingga menjadi bubur encer. Tambahkan 75 gram minyak
goreng (agar mie ganyong tidak lengket).
Didihkan selama 10 s/d 15 menit agar tanak. Angkat, lalu lapiskan tipis-tipis pada daun
pisang yang sudah disiapkan. Jemur di bawah sinar matahari hingga 5 s/d 6 jam. Jika sudah
nampak kering, pisahkan lapisan mie ganyong dari daun pisang. Diamkan lembaran mie
ganyong tersebut selama 10 hingga 15 jam. Iris lembaran mie ganyong tersebut hingga
membentuk mie. Jemur di bawah sinar matahari hingga kering. Ikat dengan tali, atau
langsung dapat dikemas.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian kami akan terbagi menjadi beberapa tahap:
1. Survey ke Purbalingga untuk mendapatkan data jumlah produksi mie ganyong per
harinya, kondisi proses produksi mie ganyong serta pengaruhnya terhadap kualitas
mie ganyong yang diproduksi, kelayakan ekonomi mie ganyong, dan minat pasar
terhadap mie ganyong.
2. Analisis kualitas mie ganyong produksi Purbalingga untuk mengetahui kandungan
gizi (terutama kalsium dan fosfor) dan sifat organoleptis mie ganyong. Analisis ini
dilakukan menggunakan instrumen kimia dan uji organoleptis dengan responden
masyarakat kota Bandung.
3. Percobaan skala laboratorium yang diawali dengan pembuatan tepung dari ganyong,
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan mie untuk mengetahui proses produksi yang
menghasilkan mie ganyong dengan kualitas terbaik.
4. Melakukan analisis akhir terhadap mie ganyong yang optimum, baik secara kualitas
maupun kelayakan ekonominya.
A. Alat dan Bahan
1. Bahan
a. Mie ganyong Purbalingga
Mie ganyong yang berasal dari Purbalingga ini kami jadikan sebagai patokan
awal.
b. Umbi ganyong
Umbi ganyong yang akan kami gunakan dalam penelitian kami adalah umbi
ganyong yang berasal dari Pangandaran.
c. Bahan baku pendukung mie
Semua bahan baku yang kami gunakan di dalam penelitian kami adalah
bahan-bahan food grade dengan kualitas standar yang dijual di pasaran.
Telur
Minyak goreng
Air
Garam
d. Sampel mie ganyong yang sudah diproduksi
Mie ganyong yang akan dianalisis kualitasnya ini sudah diproduksi di
Purbalingga.
e. Bahan-bahan pendukung
Bahan-bahan pendukung ini adalah bahan-bahan sekali pakai seperti air,
plastik, dan lain-lain.
2. Alat
a. Peralatan pembuatan pati ganyong
Pembuatan pati ganyong ini akan menggunakan peralatan-peralatan sederhana
seperti pemarut, pisau, dan lain-lain.
b. Peralatan pembuatan mie ganyong
Panci sebagai media tempat pencampuran.
Pengaduk sebagai agitator yang mempercepat pembentukan adonan
sesuai keinginan.
Kompor sebagai pemanas yang mempercepat pembentukan adonan
sesuai keinginan.
Oven sebagai pengering adonan mie ganyong.
Alat penggiling dan pemotong adonan berfungsi untuk membentuk mie
sesuai keinginan.
c. Peralatan pendukung lainnya
Peralatan yang mendukung penelitian kami misalnya adalah ember, wadah
untuk menyimpan ganyong, dan lain-lain.
B. Variabel Percobaan
Beberapa variasi yang akan kami lakukan dalam percobaan kami adalah:
1. Variasi umbi ganyong
Mie ganyong asal Purbalingga yang kami analisis ini menggunakan pari dari umbi
ganyong asal Purbalingga. Karena itu, pada variasi ini, kami hanya akan mengganti
umbinya menjadi umbi yang berasal dari Pangandaran.
2. Variasi penambahan telur
Mie ganyong asal Purbalingga yang kami analisis ini tidak menambahkan telur di
dalam adonanannya. Karena itu, variasi yang akan kami lakukan adalah:
a. Resep lama dengan penambahan telur sebanyak 1 butir
b. Resep lama dengan penambahan telur sebanyak 2 butir
c. Resep lama dengan penambahan telur sebanyak 2 kuning telur dan 1 putih
telur
3. Variasi penambahan minyak goreng
Mie ganyong asal Purbalingga yang kami analisis ini menambahkan sebanyak 75
gram minyak goreng per 1 kg pati ganyong. Karena itu, variasi yang akan kami
lakukan adalah:
a. Resep lama dengan penambahan 25 gram minyak goreng
b. Resep lama dengan penambahan 50 gram minyak goreng
c. Resep lama dengan penambahan 100 gram minyak goreng
4. Variasi metode pengeringan
Mie ganyong asal Purbalingga yang kami analisis ini melakukan pengeringan dengan
sinar matahari selama 15-16 jam. Karena itu, variasi yang akan kami lakukan adalah:
a. Resep lama dengan pengeringan langsung menggunakan oven
b. Resep lama dengan pengeringan sinar matahari selama 9-10 jam dilanjutkan
dengan pengeringan oven
c. Resep lama dengan pengeringan sinar matahari selama 2-3 jam dilanjutkan
dengan pengeringan oven
C. Tahap-Tahap Penelitian
1. Survey
Untuk memperoleh data yang terbaru dan akurat, penelitian ini membutuhkan survey
ke beberapa tempat, antara lain:
a. Tempat Pembuatan Mie Ganyong di Purbalingga
Survey ke tempat pembuatan mie ganyong di Purbalingga dilakukan untuk
memperoleh data berupa:
Jumlah produksi rata-rata mie ganyong per hari
Kondisi produksi mie ganyong
Keuntungan produksi mie ganyong per hari
b. Pasar Tradisional Purbalingga
Survey ke beberapa pasar tradisonal di Purbalingga ini bertujuan untuk
memperoleh data:
Minat masyarakat Purbalingga terhadap mie ganyong
Konsumsi rata-rata per bulan mie ganyong
c. Supermarket di Bandung
Survey ke sejumlah supermarket di kota Bandung ini bertujuan untuk
memperoleh data:
Konsumsi masyarakat terhadap produk dengan bahan baku yang lain
dari biasanya
Kesiapan supermarket untuk mendistribusikan mie ganyong
2. Analisis Kualitas Mie Ganyong Purbalingga
a. Pembelian bahan baku
Bahan baku yang digunakan adalah sampel mie ganyong asal Purbalingga.
b. Analisis kandungan gizi
Beberapa kandungan yang akan dianalisis di antaranya adalah kandungan
kalsium dan fosfor. Analisis dilakukan secara kuantitatif menggunakan
analisis spektrofometri di laboratorium LIPI.
c. Analisis kualitas tekstur dan rasa
Analisis kualitas tekstur dan rasa mie ganyong sampel dilakukan
menggunakan uji organoleptis menggunakan responden yang berasal dari kota
Bandung.
3. Percobaan Skala Laboratorium
a. Pembelian bahan baku
Untuk umbi ganyong didapat dengan pemesanan langsung dari daerah
Pangandaran yang masih banyak menanam umbi tersebut. Sementara itu,
bahan-bahan lain seperti minyak goreng, telur, dan garam dapat dibeli di
supermarket dan pasar tradisional di Bandung.
b. Pembuatan pati
Umbi ganyong diparut kemudian dilarutkan dalam sejumlah tertentu,
kemudian diendapkan lalu filtrat disaring dan dikeringkan dengan pemanasan
matahari.
c. Perebusan mie ganyong
Selanjutnya, dilakukan pembuatan mie ganyong. Tepung ganyong yang
berasal dari pati ganyong ini dicampurkan ke dalam air mendidih dan diaduk
hingga mencapai kekentalan tertentu.
d. Penambahan minyak goreng
Saat dilakukan pendidihan, dilakukan penambahan minyak goreng. Hal ini
dilakukan agar mie ganyong tidak lengket. Jumlah minyak goreng yang
ditambahkan divariasikan untuk kemudian dianalisis kualitas mie ganyong
berdasarkan variasi tersebut.
e. Penambahan telur
Saat dilakukan pendidihan, dilakukan pula penambahan telur. Hal ini
dilakukan agar mie ganyong memiliki kandungan gizi dan elastisitas yang
lebih baik. Jumlah telur yang ditambahkan divariasikan untuk kemudian
dianalisis kualitas mie ganyong berdasarkan variasi tersebut.
f. Pengeringan adonan mie
Setelah adonan selesai direbus, adonan tersebut dibuat tipis-tipis dan
dikeringkan. Pengeringan ini divariasikan metodenya untuk kemudian
dianalisis kualitas mie ganyong berdasarkan variasi tersebut.
g. Pembentukan mie
Adonan mie yang sudah kering kemudian diiris sesuai bentuknya. Pengirisan
ini menggunakan pisau dan cetakan mie.
4. Analisis produk-produk mie ganyong akhir
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan data kondisi produk-produk akhir sebagai
pembanding dengan kondisi awal. Beberapa analisis yang akan kami lakukan adalah:
a. Analisis kandungan gizi
Seperti analisis sampel, analisis kandungan gizi ini juga dilakukan di
laboratorium LIPI Bandung.
b. Analisis tekstur dan rasa
Analisis ini juga dilakukan dengan uji organoleptik menggunakan responden
yang berasal dari kota Bandung.
c. Analisis kelayakan ekonomi
Selain dua analisis lain, dilakukan pula analisis kelayakan ekonomi dari
produk-produk mie ganyong.
BAB IV
BIAYA PENELITIAN
1. Survey (pulang-pergi):
Supermarket : Rp 100.000,00
Posdaya Majasari Purbalingga : 3 x Rp 300.000 = Rp 900.000,00
Pasar tradisional Purbalingga : Rp 100.000,00
2. Percobaan Skala Lab
a. Penyiapan bahan baku
Pembelian umbi ganyong : 100 kg x Rp 5.000 = Rp 500.000,00
Transport dari Pangandaran : Rp 150.000,00
Pembelian mie ganyong sampel : Rp. 200.000,00
b. Pencucian
Air (80 L) : Rp 200.000,00
Ember : 6 x Rp 50.000 = Rp 300.000,00
c. Pengupasan kulit
Pisau : 5 x Rp 20.000,00 = Rp 100.000,00
Sewa mesin parut : Rp 300.000,00
d. Pengambilan Pati : Rp 250.000,00
e. Pembuatan Tepung : Rp 100.000,00
f. Pembuatan Mie
Laboratorium Teknologi Pangan : Rp 200.000,00
3. Analisis Kualitas Mie Ganyong Purbalingga dan Mie Ganyong yang Divariasikan
a. Analisis Kandungan Gizi di LIPI
Mie Ganyong Purbalingga : Rp 50.000,00
Variasi 1 : Rp 50.000,00
Variasi 2 : 3 x Rp 50.000,00 = Rp 150.000,00
Variasi 3 : 3 x Rp 50.000,00 = Rp 150.000,00
Variasi 4 : 3 x Rp 50.000,00 = Rp 150.000,00
b. Analisis Tekstur dan Rasa
Fotokopi kuesioner responden : Rp 50.000,00
Distribusi kuesioner : Rp 100.000,00
4. Dokumentasi dan Laporan
Kertas (untuk analisis dan pengumpulan data) : 1 rim x Rp40.000,00
Pencetakan laporan : 50 lembar x Rp500,00/lembar =
Rp25.000,00
Penjilidan laporan : 5 x Rp10.000,00 = Rp50.000,00
Penggandaan laporan : 5 x Rp10.000,00 = Rp50.000,00
Dokumentasi : Rp 150.000,00
Total Biaya Untuk Penelitian ini adalah Rp 4.415.000,00
BAB V
PELAKSANAAN PROGRAM
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu dan tempat pelaksanaan program penelitian ini akan disajikan dalam tabel
berikut ini dan diurutkan sesuai dengan tahap-tahap penelitian pada bab III.
No. Rincian Kegiatan Waktu Tempat Keterangan
1 Survey
Posdaya Majasari Purbalingga
dan pembelian mie ganyong
sampel serta bahan baku mie
29-30 juni 2010 Purbalingga
Supermarket 2 juli 2010 Bandung
2 Percobaan skala lab
a. Pembelian bahan ganyong pemesanan
3-5 juli 2010
b. Pembuatan pati
Pencucian
Pengupasan
Pemarutan
Penambahan air
Penyaringan
Pengeringan
1-5 Agustus
2010
Balubur
c. Analisis kandungan gizi
sampel dan kualitas tekstur
mie ganyong sampel
9-11 Agustus
2010
LIPI
d. Pembuatan mie ganyong
dengan beberapa variabel
20 September -
14 Oktober
2010
Laboratorium
Teknologi
Pangan
e. Analasis kandungan gizi
sampel dan kualitas tekstur
mie ganyong
3-21 Oktober
2010
LIPI
DAFTAR PUSTAKA
http://www.deptan.go.id/ditjentan/admin/rb/Ganyong.pdf
David, Harvey. Modern Analytical Chemistry. 2000. USA: The McGraw Hills Company.
Day, R.A.. & Underwood, A.L. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. 2001. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Fellows, P. Food Processing Technology: Principles and Practice Second Edition. 2000.
Boca Raton, FL: CRC Press
LAMPIRAN
BIODATA KETUA KELOMPOK
Nama : Lin Hofa Nurul Alifah
NIM : 10708035
TTL : Garut, 6 September 1990
Alamat Asal : Jl. Hasan Arif No.425 Desa Sukaratu Kec. Banyuresmi Garut
Alamat Bandung : Jl. Kiaracondong No. 279 A Bandung
No Telp : 085221509509
Program Studi : Sains dan Teknologi Farmasi, ITB
Fakultas/Sekolah : Farmasi
Semester : IV
Riwayat Pendidikan : SDN Sukaratu II
SLTPN I Banyuresmi
SMAN I Tarogong Kidul
Sains dan Teknologi Farmasi ITB
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK
Nama : Lia Qurrata Akyuni
NIM : 10708015
TTL : Medan, 14 Maret 1991
Alamat Asal : Jl. H. Komarudin Gg. Nitiuda No. 24 Rajabasa, Bandar Lampung
Alamat Bandung : Jl. Pelesiran No. 24 Bandung
No Telp : 085664930819
Program Studi : Sains dan Teknologi Farmasi, ITB
Fakultas : Farmasi
Semester : IV
Riwayat Pendidikan : SDN 1 Langsa, Aceh Timur
SLTPN 2 Bengkulu
SMAN 2 Bengkulu
SMAN 2 Bandar Lampung
Sains dan Teknologi Farmasi ITB
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK
Nama : Mae Lutfiyah
NIM : 10708082
TTL : Cirebon, 20 Mei 1990
Alamat Asal : Desa Sibubut No.20 Rt.05 Rw.02 Kecamatan Gegesik Kabupaten
Cirebon 45164
Alamat Bandung : Jl. Taman Hewan No. 164/56 Kelurahan Lebak Siliwangi Kecamatan
Coblong, Bandung 40132
No Telp : 087829506795
Program Studi : Sains dan Teknologi Farmasi, ITB
Fakultas : Farmasi
Semester : IV
Riwayat Pendidikan : SDN Sibubut, Kabupaten Cirebon
SLTP N 1 Gegesik
SMA N 1 Cirebon
Sains dan Teknologi Farmasi, ITB
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK
Nama : Nadia Hana Soraya
NIM : 13008011
TTL : Jakarta, 5 Januari 1992
Alamat Asal : Jl. Niaga 7 G-15, Kemang Pratama 1, Bekasi 17116
Alamat Bandung : Jl. Pamagersari no 4, Bandung 40252
No Telp : 08572012214
Program Studi : Teknik Kimia
Fakultas : Fakultas Teknologi Industri
Semester : IV
Riwayat Pendidikan : SD Bani Saleh 2, Bekasi
SMPI Al Azhar 8, Bekasi
SMAN 3 Bandung Teknik Kimia, ITB
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK
Nama : Hasnah Sakinah
NIM : 13408094
TTL : Bandung, 16 Juni 1990
Alamat Asal : Jl. Cijerah I No. 41 RT 01 RW 05 Bandung 40213Alamat Bandung : Jl. Cijerah I No. 41 RT 01 RW 05 Bandung 40213No Telp : 08986467025
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Fakultas Teknologi Industri
Semester : IV
Riwayat Pendidikan : SDN Perumnas Cijerah V, Bandung SDN Tunas Harapan II, Badnung SMP Negeri 1, Bandung
SMA Negeri 3, Bandung
PERSONALIA PENELITIAN (LAMPIRAN)
1. Biodata Peneliti
Ketua Pelaksana Penelitian
a. Nama Lengkap : Lin Hofa Nurul Alifah
b. NIM : 10708035
c. Prodi/Fakultas/Sekolah : Sains Teknologi Farmasi/Sekolah
Farmasi
d. Waktu untuk kegiatan Peenelitian : 16 jam/minggu
Anggota Pelaksana
Anggota 1
a. Nama Lengkap : Lia Qurrata Akyuni
b. NIM : 1070815
e. Prodi/Fakultas/Sekolah : Sains Teknologi Farmasi/Sekolah
Farmasi
c. Waktu untuk kegiatan Peenelitian : 16 jam/minggu
Anggota 2
a. Nama Lengkap : Mae Lutfiyah
b. NIM : 10708082
f. Prodi/Fakultas/Sekolah : Sains Teknologi Farmasi/Sekolah
Farmasi
c. Waktu untuk kegiatan Peenelitian : 16 jam/minggu
Anggota 3
a. Nama Lengkap : Nadia Hana Soraya
b. NIM : 13008011
c. Prodi/Fakultas/Sekolah : Teknik Kimia/Fakultas Teknologi
Industri
d. Waktu untuk kegiatan Peenelitian : 16 jam/minggu
Anggota 4
a. Nama Lengkap : Hasnah Sakinah
b. NIM : 13408094
c. Prodi/Fakultas/Sekolah : Teknik Industri/Fakultas Teknologi
Industri
d. Waktu untuk kegiatan Peenelitian : 16 jam/minggu
BIODATA DOSEN PEMBIMBING
1. Nama lengkap dan gelar : Elfahmi, Ph.D
2. Golongan, pangkat dan NIP :
3. Jabatan fungsional : Dosen Sekolah Farmasi ITB
4. Jabatan struktural :
5. Fakultas/Program studi : Farmasi
6. Perguruan tinggi : Institut Teknologi Bandung
7. Bidang keahlian : biologi Farmasi
8. Waktu untuk kegiatan PKM :